bab ii tinjauan pustaka.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/55cf913f550346f57b8be674/html5/thumbnails/1.jpg)
Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia IUniversitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat- Sifat Gas
Sifat mekanika gas yang tersusun atas sejumlah besar atom-atom atau
molekul-molekul penyusunnya dijelaskan dalam teori kinetik gas. Dalam
menjelaskan perilaku gas dalam keadaan tertentu, teori kinetik gas
menggunakan beberapa pendekatan dan asumsi mengenai sifat-sifat gas yang
disebut gas ideal (Kemdikbud, 2009).
Sifat-sifat gas ideal dinyatakan sebagai berikut.
1. Suatu gas terdiri dari partikel-partikel, yang dinamakan molekul-molekul.
Dimana jika sebuah elemen atau senyawa berada dalam keadaan
stabil,maka molekul-molekulnya dianggap identik.
2. Molekul- molekul bergerak secara serampangan dan menuruti hukum-
hukum gerak Newton.
3. Jumlah seluruh molekul adalah besar.
4. Volume molekul-molekul adalah pecahan kecil yang dapat diabaikan dari
volume yang ditempati oleh gas tersebut. Walaupun jumlah molekul-
molekulnya sangat banyak,namun molekul-molekul tersebut adalah sangat
kecil.
5. Tidak ada gaya-gaya yang paling kecil yang cukup besar yang beraksi
pada molekul-molekul kecuali sebuah tumbukan.
6. Tumbukan-tumbukan adalah elastik dan tumbukan-tmbukan terjadi dalam
waktu yang sangat singkat. Tumbukan-tumbukan antara molekul-molekul
dan antara molekul dan dinding-dinding wadah akan mempertahankan
kekelalan momentum.
Pada kenyataannya, tidak ditemukan gas yang memenuhi kriteria gas ideal.
Akan tetapi, sifat semua gas riil akan mendekati abstraksi sifat gas ideal jika
kerapatan gas adalah cukup rendah (Haliday, 1978).
2.2 Hukum – Hukum Gas
Sifat-sifat gas dapat dipelajari dari segi eksperimen dan dari segi teori.
Hukum-hukum berikut diperoleh dari hasil-hasil eksperimen.Nikmati hidup karena hidup itu dinamis 3
Florentina Pandiangan / 120405119 XXXV ( Tiga
Puluh Lima)
![Page 2: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/55cf913f550346f57b8be674/html5/thumbnails/2.jpg)
Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia I4
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Hukum Boyle
Gas memiliki kecenderungan kembali ke volume asalnya setelah
dimampatkan atau di muaikan. Hukum Boyle ini disebut juga idealisasi artinya
hanya dapat digunakan dan berlaku untuk semua gas pada tekanan yang sangat
rendah; untuk (Oxtoby, 1998).
Robert Boyle menemukan bahwa apabila suhu gas dijaga agar selalu
konstan, maka ketika tekanan gas bertambah, volume gas semakin berkurang.
Demikian juga sebaliknya ketika tekanan gas berkurang, volume gas semakin
bertambah. Istilah kerennya tekanan gas berbanding terbalik dengan volume
gas. Hubungan ini dikenal dengan julukan Hukum Boyle (Dito, 2010)
2.2.2 Hukum Gay Lussac
Berdasarkan percobaan yang dilakukannya, menemukan bahwa apabila
volume gas dijaga agar selalu konstan, maka ketika tekanan gas bertambah,
suhu mutlak gas pun ikut bertambah. Demikian juga sebaliknya ketika tekanan
gas berkurang, suhu mutlak gas pun ikut berkurang. Istilah kerennya, pada
volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan suhu mutlak gas (Dito,
2010).
2.2.3 Hukum Gas Ideal
Teori kinetik gas membahas hubungan antara besaran-besaran yang
menentukan keadaan suatu gas. Jika gas yang diamati berada di dalam ruangan
tertutup, besaran-besaran yang menentukan keadaan gas tersebut adalah
volume (V), tekanan (p), dan suhu gas (T). Menurut proses atau perlakuan
yang diberikan pada gas, terdapat tiga jenis proses, yaitu isotermal, isobarik,
dan isokhorik. Pada proses isobarik, tekanan gas tetap, sedangkan volume dan
temperatur gas berubah. Demikian juga dalam proses isokhorik dan isotermal,
terdapat satu variabel atau besaran gas yang berada dalam keadaan tetap,
sedangkan kedua variabel gas lainnya berubah (Kemdikbud, 2009).
Kerapatan gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas,
ialah dengan cara membandingkan suatu volume gas yang akan dihitung berat
molekulnya dengan berat gas yang telah diketahui berat molekulnya (sebagai
Nikmati hidup karena hidup itu dinamis Florentina Pandiangan / 120405119
XXXV ( Tiga Puluh Lima)
![Page 3: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/55cf913f550346f57b8be674/html5/thumbnails/3.jpg)
Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia I5
Universitas Sumatera Utara
standar) pada temperatur atau suhu dan tekanan yang sama. Kerapatan gas
diidenfinisikan sebagai berat gas dalam gram per liter. Untuk menentukan
berat molekul ini maka ditimbang sejumlah gas tertentu kemudian diukur pV
dan T-nya. Oleh karena setiap proses yang dilakukan pada gas berada dalam
ruang tertutup, jumlah molekul gas yang terdapat di dalam ruang tersebut dapat
ditentukan sebagai jumlah mol gas (n) yang jumlahnya selalu tetap.
Dengan demikian, persamaan keadaan gas ideal dapat dituliskan menjadi:
p V = n R T (2-1)
dimana n = m/BM
sehingga, p V = (m/BM) RT (2-2)
dengan mengubah persamaan (2-2)
P(BM) = (m/V) RT = ρ RT
di mana:
BM : Berat molekul (gram/mol) ρ : Massa jenis ( gram/ml)
P : Tekanan gas (atm) V : Volume gas (L)
R : Tetapan gas ideal (0,08206 L atm/mol oK)
T : Suhu absolut (K)
(Heru, 2010)
Bila gas ideal sifat-sifatnya dapat dinyatakan dengan persamaan yang
sederhana ialah pV = n R T, maka sifat-sifat gas sejati hanya dapat dinyatakan
dengan persamaan, yang lebih kompleks lebih-lebih pada tekanan yang tinggi
dan temperatur yang rendah. Bila diinginkan penentuan berat molekul suatu
gas secara teliti maka hukum-hukum gas ideal dipergunakan pada tekanan yang
rendah. Tetapi akan terjadi kesukaran ialah bila tekanan rendah maka suatu
berat tertentu.
Persamaan gas ideal bersama-sama dengan massa jenis gas dapat digunakan
untuk menentukan berat molekul senyawa volatil. Dalam hal ini menyarankan
konsep gas ideal, yakni gas yang akan mempunyai sifat sederhana yang sama
dibawah kondisi yang sama (Haliday, 1978).
2.3 Faktor koreksi
Nikmati hidup karena hidup itu dinamis Florentina Pandiangan / 120405119
XXXV ( Tiga Puluh Lima)
![Page 4: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/55cf913f550346f57b8be674/html5/thumbnails/4.jpg)
Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia I6
Universitas Sumatera Utara
Nilai BM hasil perhitungan akan mendekati nilai sebenarnya, tetapi masih
mengandung kesalahan. Ketika labu erlenmeyer kosong ditimbang, labu ini
penuh dengan udara. Setelah pemanasan dan pendinginan dalam desikator,
tidak semua uap cairan kembali ke bentuk cairannya, sehingga akan
mengurangi jumlah udara yang masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer. Jadi
massa labu erlenmeyer dalam keadaan ini lebih kecil dari pada massa labu
erlenmeyer dalam keadaan semua uap cairan kembali kebentuk cairannya. Oleh
karena itu massa cairan X sebenarnya harus ditambahkan dengan massa udara
yang tidak dapat masuk kembali ke dalam labu erlenmeyer karena adanya uap
cairan yang tidak mengembun. Massa udara tersebut dapat dihitung dengan
menganggap bahwa tekanan parsial udara yang tidak dapat masuk sama dengan
tekanan uap cairan pada suhu kamar. Nilai ini dapat diketahui dari literatur.
Sebagai contoh untuk menghitung tekanan uap metanol pada suhu tertentu
dapat digunakan persamaan: Dimana P adalah tekanan uap dalam mmHg dan T
adalah suhu dalam derajat celsius (Fransiska, 2010)
2.4 Senyawa Volatil
Senyawa volatil adalah senyawa yang mudah menguap. Salah satu cara
untuk membedakan suatu senyawa volatil atau tidak bisa dari bau (untuk
senyawa yang berbau, karena tidak semua senyawa volatil berbau). Bau dapat
tercium bila ada senyawa tersebut yang menguap dan tertangkap indera
penciuman. Dalam praktikum penentuan berat molekul ini yang dipakai
sebagai sampel senyawa volatil adalah metanol dan benzena (Kimia Indonesia,
2009).
2.6 Aplikasi Percobaan “ Pemisahan Metanol dan Air dengan Cara Distilasi”
Distilasi merupakan metode pemisahan yang memanfaatkan perbedaan
titik didih masing-masing komponen. Dua tahap utama yang terjadi dalam proses
destilasi yaitu pendidihan dan pengembunan. Pemisahan terjadi dengan cara
pemanasan (penguapan) dan pengembunan kembali.
Destilasi sederhana prinsipnya memisahakan zat cair yang memiliki titik
didih yang rendah, atau dengan kata lain untuk memisahkan dua atau lebih
Nikmati hidup karena hidup itu dinamis Florentina Pandiangan / 120405119
XXXV ( Tiga Puluh Lima)
![Page 5: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082405/55cf913f550346f57b8be674/html5/thumbnails/5.jpg)
Laboratorium Ilmu Dasar Teknik Kimia I7
Universitas Sumatera Utara
komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang cukup jauh atau dengan salah
satu komponen bersifat volatil (menguap).
Destilasi bertingkat dapat dikatakan sebagai suatu proses distilasi
berulang. Proses berulang ini terjadi pada kolom fraksional. Kolom fraksional
terdiri dari beberapa plat dimana pada setiap plat terjadi pengembunan. Uap yang
naik ke plat yang lebih tinggi akan lebih banyak mengandung cairan yang lebih
mudah menguap, sedangkan untuk cairan yang kurang menguap lebih banyak
berada dalam kondensat.
Dalam hal ini, metanol memiliki titik didh yang lebih rendah dari air,
sehingga metanol akan menguap terlebih dahulu, dan air akan tinggal karena titik
didihnya lebih tinggi dari pada metanol. Sehingga proses ini dapat diterapkan pada
metanol (Khairunisa, 2012)
Nikmati hidup karena hidup itu dinamis Florentina Pandiangan / 120405119
XXXV ( Tiga Puluh Lima)