bab i-iii dan daftar pustaka.docx

68
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia yang hidup di dunia pasti akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan, baik itu dari segi fisik maupun mental. Berdasarkan hukum alam yang telah kita pelajari , manusia berkembang mulai dari bayi, batita (bayi tiga tahun ke atas), balita (bayi lima tahun ke atas), anak usia sekolah, remaja, hingga dewasa akhir. Tak ada yang dapat menghindari proses perkembangan tersebut. Proses penuaan ini dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh kita. Mulai dari rambut hingga ujung kaki kita, termasuk pada tulang.Oleh karena itu, banyak sekali individu terutama wanita yang takut jika umurnya semakin bertambah. Hal ini dikarenakan mereka akan mengalami proses penurunan fungsi tumbuh, seperti kulit, tulang, dan lain-lain. Proses penurunan fungsi tubuh ini dapat diartikatakan sebagai proses penuaan. Penuaan merupakan proses alamiah dan normal yang terjadi pada setiap kalangan baik itu kalangan menengah, 1

Upload: mia-ajjah

Post on 18-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti akan mengalami pertumbuhan dan

perkembangan, baik itu dari segi fisik maupun mental. Berdasarkan hukum alam yang

telah kita pelajari , manusia berkembang mulai dari bayi, batita (bayi tiga tahun ke atas),

balita (bayi lima tahun ke atas), anak usia sekolah, remaja, hingga dewasa akhir. Tak ada

yang dapat menghindari proses perkembangan tersebut. Proses penuaan ini dapat terjadi

pada seluruh bagian tubuh kita. Mulai dari rambut hingga ujung kaki kita, termasuk pada

tulang.Oleh karena itu, banyak sekali individu terutama wanita yang takut jika umurnya

semakin bertambah. Hal ini dikarenakan mereka akan mengalami proses penurunan

fungsi tumbuh, seperti kulit, tulang, dan lain-lain. Proses penurunan fungsi tubuh ini

dapat diartikatakan sebagai proses penuaan.

Penuaan merupakan proses alamiah dan normal yang terjadi pada setiap kalangan

baik itu kalangan menengah, atas, bawah, laki-laki maupun wanita. Penuaan menurut

Constantinindes yang dikutip dalam karangan Darmojo (2009) merupakan proses

penurunan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri,

mempertahankan struktur dan fungsi normal secara perlahan, sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang

diderita. Penuaan merupakan proses alamiah dan normal yang terjadi pada setiap

kalangan baik itu kalangan menengah, atas, bawah, laki-laki maupun wanita.

Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya massa tulang sehingga apabila

terkena benturan yang ringan saja tulang tersebut akan patah. Penyakit osteoporosis ini

1

Page 2: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

sering disebut dengan silent disease karena proses kepadatan tulang terjadi secara

perlahan dan berlangsung secara progresif selama bertahun-tahun tanpa kita sadari tanda

dan gejalanya. Banyak orang yang tidak menyadari bahwa osteoporosis ini merupakan

pembunuh tersembunyi (silent killer). Berbeda dengan radang pada sendi (arthritis),

osteoporosis banyak sedikit menunjukkan tanda-tanda kepada pada keadaan dini, dan

sering juga penyakit ini baru diketahui setelah terjadinya komplikasi berupa patah tulang

(Tandra, 2009).

Menurut WHO (2009), osteoporosis menduduki peringkat kedua dibawah

penyakit jantung sebagi masalah utama di dunia. Dengan munculnya berbagai penyakit di

dunia ini, maka akan mempengaruhi usia harapan hidup seseorang, termasuk dengan

munculnya osteoporosis sebagai penyakit angka kejadian yang cukup tinggi. Menurut

data Internasional Osteoporosis Foundation lebih dari 30% wanita diseluruh dunia

mengalami resiko seumur hidup untuk patah tulang akibat osteoporosis, bahkan

mendekati 40%, sedangkan pada pria resikonya berada pada angka 13%.

Satu dari tiga perempuan dan satu dari lima pria di Indonesia terserang

osteoporosis atau pengeroposan tulang. Saat ini jumlah penderita osteoporosis di

Indonesia pun kini jauh lebih besar dari data terakhir Kementrian Kesehatan yang

mematok angka 19,7% dari seluruh penduduk dengan alasan perokok di negeri ini urutan

kedua di dunia setelah Tiongkok-Cina. Lima provinsi dengan risiko osteoporosis lebih

tinggi adalah Sumatera Selatan (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), Yogyakarta (23,5%),

Sumatera Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%), Kalimantan Timur (10,5%) (DepKes

2005). Sementara data Sistem Informasi Rumah Sakit (2010) insiden patah tulang paha

2

Page 3: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

atas akibat osteoporosis adalah 200 dari 100 ribu kasus pada usia 40 tahun.(KemenKes

RI, 2008.)

Berdasarkan data yang diambil dari KemenKes RI (2008), menyatakan bahwa

dari jumlah sampel penelitian sebanyak 65.727 orang ( 22.799 laki-laki dan 42.928

perempuan) yang dilakukan oleh Puslitbang Gizi Depkes RI dan sebuah perusahaan

nutrisi pada 16 wilayah di Indonesia secara selected people (Sumatera Utara & NAD,

Sumatera Barat,Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan & Bangka Belitung &

Bengkulu,Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta,

Jawa Timur, Bali & NTB & NTT, Kalimantan, Sulawesi & Maluku & Papua) dengan

metode pemeriksaan DMT (Densitas Massa Tulang) menggunakan alat diagnostik

clinical bone sonometer, menunjukkan angka prevalensi osteopenia (osteoporosis dini)

sebesar 41,7% dan prevalensi osteoporosis sebesar 10,3%. Ini berarti 2 dari 5 penduduk

Indonesia memiliki risiko untuk terkena osteoporosis, dimana 41,2% dari keseluruhan

sampel yang berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita osteopenia. Prevalensi

osteopenia dan osteoporosis usia < 55 tahun pada pria cenderung lebih tinggi dibanding

wanita, sedangkan >55 tahun peningkatan osteopenia pada wanita enam kali lebih besar

dari pria dan peningkatan osteoporosis pada wanita dua kali lebih besar dari pria.

Menurut Wirakusumah (2009) menyebutkan bahwa penyebab osteoporosis ini

dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain gaya hidup yang kurang sehat, seperti

merokok, mengkonsumsi alkohol, dan kurangnya asupan kalsium. Data Internasional

Osteoporosis Foundation (2009) menyebutkan, hasil penelitian di 14 negara Asia

mencerminkan rendahnya asupan kalsium orang Asia, yaitu rata-rata hanya 450 mg dari

1300 mg yang dibutuhkan per hari.

3

Page 4: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Wanita adalah kelompok yang paling berisiko terkena fraktur osteoporosis di

masa tua. Telah disinggung oleh Internasional Osteoporosis Foundation (2009), bahwa

30% bahkan sekarang meningkat menjadi 40% wanita mengalami seumur hidup untuk

osteoporosis. Salah satu penyebabnya yaitu dengan terjadinya menopause. Hal ini

disebabkan kadar estrogen dan PTH (ParaThyroid Hormone) yang berperan dalam

proses pematangan tulang ini menurun. Jika hal ini terjadi lebih cepat, maka proses

penyerapan tulang dalam tubuh pun akan semakin cepat, daripada pembentukan tulang,

sehingga tulang akan semakin lunak, dan mudah menjadi rapuh.Sehingga pada kasus

osteoporosis ini, wanita menjadi sorotan utama dalam pencegahan osteoporosis. Hal ini

dikarenakan, faktor resiko timbulnya osteoporosis lebih banyak terdapat pada wanita,

salah satunya dengan menopause (seperti yang telah disinggung di atas), kehamilan yang

disertai dengan kurangnya asupan kalsium, aktivitas yang kurang, dan lain-lain.

Seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Research International

Osteoporosis Foundation (2009), data Kemnakertrans periode February 2011

menunjukkan, jumlah perempuan produktif di Jawa Barat yaitu 1.686.312 orang untuk

rentang usia 35 – 39 tahun dan 1.479.778 orang untuk rentang usia 40 – 44 tahun.

Berdasarkan data tersebut, diperkirakan sekitar 674.524 perempuan usia 35-39 tahun dan

591.911 perempuan usia 40-44 tahun di Jawa Barat beresiko Osteoporosis.Data yang

dihasilkan tersebut tidaklah sedikit, ini merupakan data yang cukup mengejutkan dalam

dunia kesehatan. Sedangkan berdasarkan data dari Kemnakertrans Kabupaten Karawang

tahun 2008 mencatat bahwa Karawang Barat sendiri memiliki jumlah penduduk

1.971.832 jiwa, terdiri dari 997.780 laki-laki dan 974.049 perempuan. Dengan jumlah

kepala keluarga sebanyak 573.900 KK. Angka ini lebih banyak dibanding tahun 2007

4

Page 5: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

dimana penduduk Karawang saat itu berjumlah 1.929.033 jiwa, dan jauh lebih meningkat

dibanding tahun 2005 yakni sebanyak 1.884.997 jiwa. Berdasarkan data dari Puskesmas

Karawang Kulon, dalam setiap bulannya terdapat 7 orang yang menderita

Osteoarthritis(OA). Sedangkan penderita yang mengeluh nyeri punggung bawah mereka

klasifikasikan ke dalam penyakit tulang keropos (osteoporosis). dimana data pada bulan

Oktober 2012 di Puskesmas Karawang Kulon menerangkan bahwa dari 3 penderita yang

diperiksa, terdapat 2 diantaranya yang terindikasi osteoporosis.

Berdasarkan Journal of Clinical (2008) yang ditulis oleh Chang Shu-Fang

menyebutkan bahwa warga Taiwan yang menjadi responden dalam penelitiannya,

terdapat 44% yang merespon secara benar atas kuesioner osteoporosis yang diberikan,

sedangkan sisanya belum memahami secara baik mengenai osteoporosis dan

pencegahannya. Dengan demikian dari jurnal tersebut dapat disimpulkan bahwa

informasi yang didapat warga Taiwan mengenai osteoporosis dan pencegahannya itu

masih kurang.

Sinnathambi (2010) menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan wanita-wanita

premenopause di Kecamatan Medan Selayang II terhadap osteoporosis dalam kategori

baik telah mencapai 87% sedangkan untuk tindakan pencegahannya yang dalam kategori

baik hanya mencapai 16% saja. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk tingkat

pengetahuan wanita premenopause mengenai osteoporosis dalam kategori baik namun

untuk tindakan pencegahannya masih kategori sedang. Sehingga perlu ada tindakan

promosi kesehatan lanjutan lagi. Sedangkan berdasarkan data yang di dapat dari

mahasiswi Universitas Singaperbangsa yaitu 3 dari 5 mahasiswi yang mengetahui tentang

osteoporosis dan bagaimana pencegahannya.Osteoporosis sebenarnya dapat dicegah sejak

5

Page 6: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

dini atau paling sedikit ditunda kejadiannya dengan membudayakan perilaku hidup sehat

yang intinya mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan

nutrisi, berolahraga secara teratur, tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol

karena rokokdan alkohol meningkatkan osteoporosis dua kali lipat, namun kurangnya

pengetahuan dalam mencegah terjadinya osteoporosis ini akan cenderung meningkatkan

angka kejadian osteoporosis. Pengetahuan dan perilaku pencegahan yang baik dapat

menurunkan resiko terjadinya osteoporosis. kedua penelitian di atas yang menyinggung

mengenai tingkat pengetahuan osteoporosis dan sikap pencegahannya baik pada warga

dalam negeri maupun luar negeri membuat penulis menjadi tertarik untuk melakukan

penelitian yang sama namun dengan variabel yang berbeda dengan kedua penelitian di

atas. Bagaimana dengan tingkat pengetahuan dan perilaku pencegahan yang telah

dilakukan oleh warga Karawang, terutama pada wanita usia subur yang sedang

menempuh study di Universitas Singaperbangsa?

B. Rumusan Masalah

Begitu tingginya prevalensi osteoporosis pada wanita di usia lanjut. Pada wilayah

Jawa Barat saja dari 1.686.312 sekitar 674.524 wanita usia produktif yang mengalami

osteoporosis. Sedangkan untuk wilayah Karawang sendiri, berdasarkan data dari

Puskesmas Karawang Kulon hampir tiap bulannya terdapat 2 dari 5 wanita produktif

yang terdeteksi mengalami osteoporosis. Sedangkan berdasarkan data yang di dapat dari

mahasiswi Universitas Singaperbangsa yaitu 4 dari 9 mahasiswi yang mengetahui

tentang osteoporosis dan bagaimana pencegahannya.

6

Page 7: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Berdasarkan data yang dihasilan tersebut menyebabkan penulis tertarik sekali

untuk mengamati sejauh mana mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang

khususnya pada wanita usia subur dalam memahami osteoporosis dan pencegahannya.

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan adapun pertanyaan penelitiannya,

yaitu:

1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku mengenai osteoporosis pada

mahasiswi Unversitas Singaperbangsa Karawang?

2. Apakah mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang khususnya pada wanita

usia subur mengetahui tindakan apa saja yang dapat dilakukan dalam mencegah

Osteoporosis?

3. Dari mana sajakah mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang mendapatkan

informasi mengenai osteoporosis dan pencegahannya?

D. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku mengenai osteoporosis dan

pencegahannya terhadap wanita usia subur pada mahasiswi Universitas

Singaperbangsa Karawang tahun 2013.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang

mengenai Osteoporosis.

7

Page 8: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

2. Untuk mengetahui tindakan mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang dalam

mencegah Osteoporosis.

3. Untuk mengetahui sumber informasi yang di dapat mahasiswi Universitas

Singaperbangsa Karawang mengenai osteoporosis dan pencegahannya.

E. Manfaat Penelitian

a. Bagi Institusi Keperawatan

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk pendidikan keperawatan khususnya dalam

praktik pencegahan dan perencanaan perawatan Osteoporosis di masyarakat.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh mahasiswa keperawatan sebagai literatur

tambahan untuk materi yang telah didapat dan juga sebagai bahan pertimbangan

penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan masyarakat tentang praktik pencegahan

dan perawatan Osteoporosis.

3. Sebagai salah satu bentuk apresiasi peneliti dalam mengaplikasikan ilmu yang

selama ini telah diperoleh di bangku kuliah, dan memperoleh pengalaman dibidang

penelitian perawatan kesehatan berbasis masyarakat, khususnya pengetahuan serta

praktik pencegahan dan perencanaan keperawatan Osteoporosis.

b. Bagi Masyarakat

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh individu (responden ), dan keluarga sebagai

bahan informasi mengenai Osteoporosis , penanganannya, dan faktor-faktor yang

dapat memperburuk kondisi penderita Osteoporosis. sehingga individu (responden),

dan keluarga dapat turut serta dalam mencegah Osteoporosis dan mengetahui

perawatan yang tepat untuk Osteoporosis

8

Page 9: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

2. Dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang praktik pencegahan dan

perencanaan perawatan Osteoporosis.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan dan

perilaku mengenai osteoporosis dan pencegahannya terhadap wanita usia subur pada

mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang tahun 2013. Penelitian ini dilakukan

oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hdayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilakukan di Universitas Singaperbangsa Karawang pada bulan April 2013.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan design penelitian cross

sectional yang menggunakan data primer yaitu berupa data yang dikumpulkan dengan

menggunakan kuesioner. Pengambilan sampel ini dengan cara purposive

sampling.Populasi yang digunakan yaitu mahasiswi universitas singaperbangsa karawang

9

Page 10: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Menurut Sunaryo (2004) pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui

proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt

behaviour). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan

terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. (Notoatmodjo, 2007).

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan

diperoleh manusia melaui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang

menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum

pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang

bayi melihat, memegang dan merasakan benda yang dia kenal, maka otaknya pun

akan memproses mengenai benda tersebut sehingga bayi itu pun mendapatkan

pengetahuan mengenai benda itu baik mengenai bentuk, nama dan sebagainya.

b. TingkatanPengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat

(Soekidjo Notoatmodjo,2007:145 dalam buku psikologi keperawatan karangan

Sunaryo, 2004 ), yaitu:

10

Page 11: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

1. Mengenal (recognition) dan mengingat kembali (recall) diartikan sebagai

kemampuan untuk mengingat kembali suatu yang pernah diketahui sehingga bisa

memilih satu dari dua atau lebih jawaban.

Contoh :

- Dapat menyebutkan tanda dan gejala penyakit osteoporosis

- Dapat mendefinisikan secara singkat mengenai osteoporosis.

- Dapat menyebutkan kegunaan kalsium.

2. Pemahaman (comprehention) diartikan sebagi kemampuan untuk memahami

suatu materi atau objek yang diketahui. Seseorang yang telah paham tentang

sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.

Contoh:

- Jelaskan proses adopsi perilaku

- Berikan contoh bagaimana cara pencegahan terjadinya osteoporosis

3. Penerapan (application)diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan secara

benar mengenai sesuatu hal yang diketahui dalam situasi yang sebenarnya.

Contoh :

- Mahasiswa dapat melakukan salah satu pencegahan terjadinya osteoporosis

- Mahasiswa dapat menggunakan metode penelitian dengan tepat.

4. Analisis artinya kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian

lebih kecil, tetapi masih di dalam suami struktur objek tersebut dan masih terkait

satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat

bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi perilaku, dan

dapat membedakan pengetian psikologi dengan fisiologi.

11

Page 12: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

5. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran kemampuan adalah ia dapat

menyusun, meringkaskan, merencanakan, dan menyesuaikan suatu teori atau

rumusan yang telah ada.

Contoh :

- Seorang dosen dapat menyusun rencana Proses Belajar Mengajar selama

setahun dalam bentuk kalender pendidikan.

- Mahasiswa dapat meringkas materi kuliah menjadi inti sarinya.

6. Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek.

Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

Contoh :

- Mahasiswi dapat membedakan antara gejala osteoporosis dengan penyakit

tulang lainnya seperti rematik

- Mahasiswi dapat menyebutkan penyebab dari osteoporosis.

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

disesuaikan dengan tingkat domain di atas (Notoatmodjo, 2007 dalam buku

karangan Sunaryo, 2004).

B. Perilaku

a. Definisi Perilaku

12

Page 13: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang

bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai

tumbuh-tumbuhan , binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka

mempunyai aktifitas masing-masing.(Notoatmodjo,2007)

Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka perilaku dapat

dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus

tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice) yang

dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.

b. Domain perilaku

Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebut

determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang

bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis

kelamin dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkunan fisik, sosial,

budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan

faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).

13

Page 14: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007), membagi perilaku

manusia kedalam 3 domain ranah atau kawasan yakni: kognitif (cognitive), afektif

(affektif), dan psikomotor (psychomor). Dalam perkembangannya, teori ini

dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan, sikap,

dan praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2007)

c. Pengukuran perilaku

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara

langsung, yakni dengan pengamatan (obsevasi), yaitu mengamati tindakan dari

subyek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung

menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui

pertanyaanpertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan

dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005)

C. Osteoporosis

a. Definisi Osteoporosis

Osteoporosis bukan hanya milik wanita tua, tapi bisa menyerang kaum pria,

bahkan bagi Anda yang masih berusia muda atau remaja. Sayangnya hingga kini

osteoporosis belum banyak mendapat perhatian. Kalau kasus hipertensi hampir 90

persen yang diobati, maka tulang keropos tidak lebih dari 20 persen penderita yang

memperoleh pengobatan dengan baik, yang lainnya dabaikan begitu saja.

Osteoporosis merupakan ancaman terbesar bai individu dan masyarakat karena

tingginya morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan itu serta biaya keuangan

14

Page 15: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

terkait kesehatan tulang pun turut mempengaruhinya. (Dawson-Hughes et al, 2008

dalam jurnal penelitian Chang-Hong et al, 2010)

Osteoporosis bukan sekadar masalah proses penuaan biasa seperti wajah yang

keriput atau rambut beruban, tetapi merupakan suatu penyakit, dan Anda bisa

mencegahnya, bahkan dapat mengobatinya. Mungkin Anda Beranggapan bahwa

osteoporosis hanya masalah minum susu atau mengonsumsi kalsium saja, lalu

menjaga tubuh agar tidak terjatuh sampai menimbulkan patah tulang. Osteoporosis

bukan hanya bisa menyebabkan fraktur tulang, tetapi juga dapat menimbulkan cacat

tubuh, tinggi badan berkurang sampai belasan sentimeter, hingga penderitaan dan

komplikasi yang bermacam-macam. Sebenarnya tulang keropos sudah ada di zaman

Mesir kuno sekitar 2000 tahun sebelum Masehi. Pada pemeiksaan scan terhadap

tulang mummy ternyata dijumpai patah tulang panggul dan kompresi di beberapa ruas

tulang belakang. (Tandra, 2009)

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous,osteo artinya tulang, dan porous

berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos,

yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau

berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan

tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang. (Tandra, 2009)

Menurut Corwin (2008) Osteoporosis adalah penyakit tulang metabolik yang

ditandai oleh penurunan densitas tulang yang parah sehingga mudah terjadi fraktur

tulang. Osteoporosis terjadi apabila kecepatan resorpsi tulang sangat melebihi

kecepatan pembentukan tulang. Tulang yang dibentuk normal; akan tetapi, karena

jumlah tulang terlalu sedikit, tulang menjadi lemah. Semua tulang dapat mengalami

15

Page 16: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

osteoporosis walaupun osteoporosis biasanya terjadi di tulang pangkal paha. Panggul,

pergelangan tangan, dan kolumna vertebralis.

Menurut Wirakusumah (2009) osteoporosis merupakan penyakit yang menyerang

tulang dimana keadaan tulang menjadi rapuh (fragile) dan mudah mengalami patah

(fraktur). Osteoporosis bisa menyebabkan patah tulang, meskipun dengan cedera

yang sangat ringan bila tidak diupayakan pencegahan atau pengobatannya.

Rubenstein, dkk (2007) menyatakan bahwa Osteoporosis adalah hilangnya massa

tulang dan bukan perubahan kandungannya. Keadaan ini ditandai oleh meningkatnya

risiko fraktur akibat kerapuhan tulang. Definisi osteoporosis menurutWHO adalah

densitas tulang 2,5 standar deviasi dibawah rata-rata bagi wanita dewasa kulit putih.

Menurut National Institute of Health (NIH) (2001), Osteoporosis adalah kelainan

kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi

oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan

gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang.

Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa

tulang dan adanya perubahan mikro-arsitektur jaringan tulang yang berakibat

menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang, sehingga tulang

mudah patah (KemenKes, 2008)

Dalam Kamus Kedokteran Edisi Kelima FK-UI (2008) Osteoporosis adalah

merapuhnya tulang akibat demineralisasi.

b. Gejala Osteoporosis

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan

tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi

16

Page 17: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

kolaps atau hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang. Jadi, seseorang

dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut:

1. Tinggi badan berkurang

2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah

3. Patah tulang

4. Nyeri bila ada patah tulang.

Kolaps tulang belakang (fraktur kompresi ) menyebabkan nyeri punggung yang

menahun. Tulang belakangyang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan hanya

karena cedera yang ringan. Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di

daerah tertentu punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau

berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini

akan menghilang secara bertahap stelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika

beberapa ruas tulang belakang hancur, tubuh akan bungkuk atau terbentuk

kelengkungan tulang belakang yang abnormal (kiposis atau Dowager’s hump) yang

menyebabkan ketegangan otot dan terasa sakit.

Tulang lainnya juga bisa patah, yang seringkali disebabkan oleh tekanan yang

ringan atau karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius adalah patah

tulang panggul. Patah tulang lain yang juga kerap terjadi adalah pada lengan bawah

dekat tangan, yang disebut fraktur colles. (Tandra,2009)

5. Makin Pendek

Tinggi manusia akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 18 tahun, artinya

Anda akan tetap pada tinggi itu dan tidak akan bertambah tinggilagi. Dari hari ke

hari, diskus invertebralis atau “bantal” di antara ruas tulang belakang akan

17

Page 18: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

mengalami penekanan selama Anda bekerja, berjalan, dan berkegiatan lainnya,

sehingga ketika Anda bangun tidur, tinggi badan akan sedikit lebih tinggi daripada

waktu siang atau sore hari setelah Anda bangun tidur, tinggi badan akan sedikit lebih

tinggi daripada waktu siang atau sore hari setelah Anda beraktivitas, dan pada malam

hari ketika Anda berbaring tidur, diskus itu akan “melar” lagi dan kembali ke tinggi

semula.

Penyebab penurunan tinggi badan (height loss) ini adalah fraktur tulang belakang

(vertebra) yang umumnya tanpa keluhan, tetapi tubuh semakin pendek dan bungkuk.

Bila terdapat penurunan tinggi badn sebanyak dua senti dalam tiga tahun terakhir, itu

menandakan adanya fraktur tulang belakang yang baru.(Tandra,2009)

6. Tubuh Membungkuk

Tubuh yang membungkuk (kiposis) atau dorsal kyphosis atau dowager’s hump,

biasanya terjadi akibat kerusakan beberapa ruas tulang belakang dari daerah dada

(thoracal)dan pinggang (lumbal). Osteoporosis pada tulang belakang ini

menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps tulang dan menyebabkan badan

membungkuk ke depan. Kiposis yang berat bisa mengakibatkan gangguan

pergerakan otot pernapasan. Anda bisa merasakan sesak napas, kadang bahkan

timbul komplikasi pada paru-paru. (Tandra, 2009)

c. Faktor Resiko Osteoporosis

Jenis kelamin, umur, ras, riwayat keluarga, tipe tubuh, dan menopause

merupakan faktor risiko yang tidak dapatdikendalikan. Adapun gaya hidup,

aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan minum-minuman beralkohol merupakan

faktor yang dapat Anda kendalikan.

18

Page 19: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Osteoporosis dapat menyerang semua orang, meskipun tingkat risikonya

berbeda-beda. Pengetahuan tentang faktor risiko terkena osteoporosis sangat

penting diketahui agar seseorang dengan faktor risiko tinggi akan lebih berhati-hati

dan secara dini melakukan upaya pencegahan atau pengobatan.

Faktor risiko osteoporosis digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu

risiko yang tidak dapat dikendalikan dan risiko yang dapat dikendalikan. Risiko

yang tidak dapat dikendalikan terdiri dari jenis kelamin, umur, ras, riwayat,

keluarga, tipe tubuh, dan menopause. Adapun faktor risiko yang dapat dikendalikan

yaitu gaya hidup sehat, kurang aktivitas fisik, pengaturan makan atau pola

konsumsi, kebiasaan merokok, dan minum-minuman beralkohol.

1. Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan

Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan data statistik, faktor risiko risiko di

bawah ini dikatakan tidak dapat dikendalikan.

1.1 Jenis Kelamin

Wanita mempunyai risiko terkena osteoporosis lebih besar daripada pria.

Sekitar 80% diantara pederita osteoporosis adalah wanita. Secara umum,

wanita menderita osteoporosis empat kali lebih banyak daripada pria. Satu dari

tiga wanita memiliki kecendrungan untuk menderita osteoporosis. Adapun

kejadian osteoporosis pada pria lebih kecil yaitu satu dari tujuh pria. Hal ini

terjadi antara lain karena massa tulang wanita 4 lebih kecil dibandingkan

dengan pria. Nilai massa tulang wanita umumnya hanya sekitar 800 gram lebih

kecil dibandingkan dengan pria yaitu sekitar 1200 gram. Karena nilai massa

tulang yang diikuti dengan kerapuhan tulang sangat mungkin terjadi.

19

Page 20: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

1.2 Umur

Semakin tua umur seseorang, risiko terkena osteoporosis menjadi semakin

besar. Osteoporosis merupakan kejadian alamiyang terjadi pada tulang manusia

sejalan dengan meningkatnya usia. Proses densitas (kepadatan) tulang hanya

berlangsung sampai seseorang berusia 25 tahun. Selanjutnya, kondisi tulang

akan tetap (konstan) hingga usia 40 tahun, densitas tulang mulai berkurang

secara perlahan. Oleh karenanya, massa tulang akan berkurang seiring dengan

proses penuaan. Berkurangnya massa tulang ini akan berlangsung terus

sepanjang sisa hidup.

Dengan demikian, osteoporosis pada usia lanjut terjadi akibat

berkurangnya massa tulang. Pada lansia, kemampuan tulang dalam

menghindari keretakan akan semakin menurun. Kondisi ini juga diperparah

dengan kecenderungan rendahnya konsumsi kalsium dan kemampuan

penyerapannya. Timbulnya berbagai penyakit pada Lansia juga akan semakin

menurunkan kemampuan penyerapan kalsium maupun meningkatnya

pengeluaran kalsium.

1.3 Ras

Semakin terang kulit seseorang maka risiko terkena osteoporosis menjadi

semakin tinggi. Ras Kaukasia dan Asia memiliki insiden terkena osteoporosis

yang lebih besar dibandingkan dengan ras Afrika-Amerika memiliki massa tulang

tertinggi, sedangkan ras kulit putih dari Eropa memiliki massa tulang terendah.

Ras campuran Asia-Amerika berada diantara keduanya. Wanita Afrika-Amerika

memiliki massa tulang yang lebih padat, rangka tulang dan massa otot yang lebih

20

Page 21: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

besar. Antara massa tulang dan massa otot terdapat kaitan yang erat. Semakin

besar otot, tekanan pada tulang semakin tinggi dan tulang semakin besar.

Ditambah lagi kadar hormon estrogen ras Afrika-Amerika lebih tinggi dari ras

yang lain sehingga wanita Afrika-Amerika cenderung lebih lambat menua

daripada wanita kulit putih.

Pigmentasi kulit dan tempat tinggal juga mempengaruhi terjadinya

osteoporosis. wanita Afrika berkulit gelap dan bertempat tinggal dekat dengan

gariis khatulistiwa memiliki risiko osteoporosis yang lebih rendah dari wanita

berkulit putih yang tinggal jauh dari garis khatulistiwa, misalnya di negara-negara

Norwegia dan Swedia.

1.4 Riwayat keluarga

Bila salah seorang anggota keluarga (ibu atau nenek) memiliki massa tulang

yang rendah atau mengalami osteoporosis maka ada kecenderungan seseorang

mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk mengalami hal yang sama.

1.5 Tipe tubuh

Semakin kecil rangka tubuh maka seakin besar risiko terkena osteoporosis.

Demikian pula dengan wanita yang mempunyai tubuh kurus cenderung

mempunyai risiko yang lebih tinggi terkena osteoporosis daripada yang

mempunyai berat badan lebih besar. Berdasarkan data penelitian Chang-Hong,

et.al (2010) terdapat 64 % responden yang menganggap dirinya pendek, dan

61% responden memiliki tubuh bungkuk.

1.6 Menopause

21

Page 22: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Pada massa menopause, terjadi kehilangan kalsium dari jaringan tulang.

Osteoporosis pada menopause terjadi akibat jumlah estrogen dan progesteron

menurun. Hormon estrogen diproduksi wanita dari masa kanak0kanak sampai

dewasa. Pada masa menopause, hanya bagian tubuh seperti kelenjar adrenalin

dan sel-sel lemak yang memproduksi estrogen, itupun dalam jumlah yang sangat

kecil. Hormon tersebut diperlukan untuk pembentukan tulang dan

mempertahankan massa tulang. Rendahnya hormon estrogen dalam tubuh akan

membuat tulang menjadi keropos dan mudah patah.

Selain karena meningkatnya umur, menopause dapat juga terjadi karena

pengangkatan ovarium pada wanita. Umunya, pengangkatan ovarium dilakukan

sebagai solusi akhir dari penanganan ovarium penyakir kandungan, misalnya

disebabkan adanya penyakit kanker, myom, dan lain sebagainya.

(Wirakusumah,2009)

2. Faktor risiko yang dapat dikendalikan

Faktor risiko yang dapat dikendalikan maksudnya yaitu bila faktor-faktor

penyebab tersebut dilaksanakan dengan benar maka hal-hal yang tidak

diinginkan dapat diantisipasi.

2.1 Kurang aktivitas (olahraga)

Semakin rendah aktivitas fisik, semakin besar risiko terkena osteoporosis. hal

ini terjadi karena aktivitas fisik (olahraga) dapat membangun tulang da otot

menjadi lebih kuat, juga meningkatkan keseimbangan metabolisme tubuh.

22

Page 23: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

2.2 Diet yang buruk

Bila makanan yng dikonsumsi tidak mencukupi akan berpengaruhi buruk

terhadap kesehatan tulang. Makanan sumber kalsium, fosfor dan vitamin D yang

dikonsumsi cukup sejak usia dini dapat membantu memperkuat massa tulang,

mencegah pengaruh negatif dari berkurangnya keseimbangan kalsium dan

mengurangi tingkat kehilangan massa kalsium pada tahun-tahun selanjutnya.

2.3 Merokok

Perokok mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih besar

dibandingkan bukan perokok. Pada wanita perokok ada kecenderungan kadar

estrogen dalam tubunya lebih rendah dan kemungkinan memasuki masa

menopause lima tahun lebih awal dibandingkan dengan bukan perokok.

Kecepatan kehilangan massa tulang juga terjadi lebih cepat pada wanita

perokok. Asap perokok dapat menghambat kerja ovarium dalam memproduksi

hormon estrogen. Di samping itu, nikotin juga mempengaruhi kemampuan tubuh

ubtuk menyerap dan menggunakan kalsium.

2.4 Minum-minuman beralkohol

Konsumsi alkohol dalam jumlah sedikit mungkin baik bagi tubuh, tetapi bila

jumlahnya sudah terlalu banyak (lebih dari 2 gelas sehari) dapat merugikan

kesehatan karena akan mengganggu proses metabolisme kalsium dalam tubuh.

Alkohol dapat menyebabkan luka-luka kecil pada dinding lambung yang terjadi

beberapa saat setelah minum0minuman beralkohol. Banyaknya luka kecil akibat

minum-minuman beralkohol akan menyebabkan pendarahan. Hal ini dapat

23

Page 24: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

menyebabkan tubuh kehilangan kalsium karena kalsium banyak terdapat dalam

darah.

2.5 Imobilitas

Imobilitas dalam waktu yang lama memiliki risiko yang lebih tinggi untuk

terkena osteoporosis dibandingkan menopause. Imobilitas akan berakibat pada

pengecilan tulang dan pengeluaran kalsium dari tubuh (hiperkalsiuria).

Imobilitas umumnya dialami orang yang berada dalam masa enyembuhan yang

perlu mengistirahatkan tubuhnya untuk waktu lama. (KemenKes,2008)

2.6 Postur tubuh kurus

Postur tubuh yang kurus cenderung mengalami osteoporosis dibandingkan dengan

postur ideal (dengan berat badan ideal), karena dengan postur tubuh yang kurus

sangat mempengaruhi tingkat pencapaian massa tulang.

2.7 Asupan gizi rendah.

Pola makan yang tidak seimbang yang kurang memperhatikan kandungan

gizi, seperti kalsium, fosfor, seng, vitamin B6, C, D, K, serta phytoestrogen

(estrogen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti toge), merupakan faktor

risiko osteoporosis.

2.8 Kurang terkena sinar matahari

Orang jarang terkena sinar matahari, terutama sinar pada pagi dan sore hari,

karena pada saat tersebut sinar dibutuhkan untuk memicu kulit membentuk

vitamin D3, dimana vitamin D (D3 + D2/berasal dari makanan) di ubah oleh

hepar dan ginjal menjadi kalsitriol

2.9 Penggunaan obat untuk waktu lama.

24

Page 25: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Pasien osteoporosis sering dikaitkan dengan istirahat total yang terlalu lama

akibat sakit, kelainan tulang, kekurangan bahan pembentuk dan yang terutama

adalah pemakaian obat yang mengganggu metabolisme tulang. Jenis obat

tersebut antara lain : kortikosteroid, sitostatika (metotreksat), anti kejang, anti

koagulan (heparin, warfarin).

2.10 Lingkungan

Lingkungan yang berisiko osteoporosis, adalah lingkungan yang

memungkinkan orang tidak terkena sinar matahari dalam jangka waktu yang

lama seperti : daerah padat hunian, rumah susun, apartemen, dan lain-lain.

d. Penyebab Osteoporosis

Kecepatan pembentukan tulang berkurang secara progresif sejalan dengan usia,

yang dimulai pada usia sekitar 30 atau 40 tahun. Semakin padat tulang sebelum usia

tersebut, semakin kecil kemungkinan terjadi osteoporosis. pada individu yang

berusia70-an dan 80-an, osteoporosis menjadi penyakit yang sering ditemukan.

Meskipun resorpsi tulang mulai melebihi pembentukan tulang pada usia dekade

keempat atau kelima, pada wanita penipisan tulang yang paling signifikan terjadi

selama dan setelah menopause. Penurunan estrogen pascamenopause tanpak sangat

berperan dalam perkembangan ini pada populasi wanita lansia. Meskipun mekanisme

estrogen bekerja untuk mempertahankan densitas tulang belum jelas, diperkirakan

bahwa estrogen menstimulasi aktivitas osteoblas dan membatasi efek stimulasi

osteoklas pada hormon paratiroid. Dengan demikian, penurunan estrogen

menyebabkan perubahan besar pada aktvitas osteoklas. Wanita kurus, wanita

berambut terang, dan wanita yang merokok sangat rentan terhadap osteoporosis

25

Page 26: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

karena tulang mereka kurang padat sebelum menopause dibandingkan tulang wanita

gemuk, berambut gelap, dan tidak merokok. Pria lansia kurang rentan mengalami

osteoporosis karena mereka biasanya memiliki tulang yang lebih padat daripada

wanita (sekitar 30 %), dan kadar hormon reproduktif tetap tinggi sampai pria

mencapai usia 80-an. Akan tetapi, pria lansia memiliki tulang yang kurang padat

daripada yang lebih muda.(Corwin, 2008)

Untuk pria dan wanita, penyebab lain osteoporosis adalah penurunan aktivitas

fisik dan ingesti obat tertentu, termasuk kortikosteroid dan beberapa antasid yang

mengandung alumunium yang meningkatkan eliminasi kalsium. Terbukti bahwa

bahkan pria dan wanita yang sangat tua dapat secara signifikan meningkatkan

densitas tulang dengan melakukan aktivitas menahan beban tingkat sedang. Riwayat

keluarga juga berperan dalam menentukan risiko masa depan individu. Densitas

tulang terbukti yang mendekati normal terjadi setelah penyapihan.

e. Akibat Osteoporosis

Massa tulang yang berkurang menyebabkan tulang menjadi rapuh daln lemah

sehingga bila terbentur atau jatuh dapat menyebabkan fraktur (patah tulang). Data

Chang-Hong, et al (2010) menyebutkan bahwa terdapat 83 % responden

penelitiannya yang memiliki riwayat fraktur. Mengungkap gejala terjadinya

osteoporosis agak sulit untuk dilakukan sebab penyakit osteoporosis terjadi secara

diam-diam. Berkurangnya massa tulang dan tulang menjadi rapuh baru disadari

setelah timbul dampak seperti tinggi badan berkurang, tiba-tiba terjadi rasa nyeri pada

26

Page 27: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

tulang, sakit punggung, sakit pinggang yang parah, atau kelainan bentuk tulang

belakang yang menyebabkan postur tubuh bungkuk (kyposis).( Wirakusumah, 2009)

1. Tulang Rapuh dan Patah

Tulang yang rapuh dan patah dinamakan fragility fracture. Pada kondisi ini bisa

terjadi patah tulang meskipun tidak harus timbul karena trauma yang hebat,

melainkan cukup hanya dengan terjatuh biasa yang ringan, mengangkat, mendorong

sesuatu, atau akibat trauma ringan.Selain pada tulang belakang, fraktur sering pula

menimpa tulang pergelangan tangan, pergelangan kaki, atau panggul. Fraktur

multiple di beberapa tempat juga bisa terjadi.

Fraktur yang terjadinya mendadak atau akut akan menimbulkan ras nyeri yang

hebat, yang kadang memerlukan obat penekan ras nyeri yang kuat sampai pada

golongan narkotika.

Fraktur yang berlangsung kronis sampai harus menjalani tirah-baring yang lama

akan mengganggu peredaran darah, menimbulkan bahaya infeksi, dan komplikasi

pada jantung serta saluran napas. Kesulitan perawatan pada orang tua, ditambah

dengan beberapa penyakit kronis lain yang menyertai, seperti diabetes, stroke, atau

sakit jantung, akan memperburuk keadaan dan bisa fatal akibatnya.(Tandra, 2008)

f. Pengobatan dan Pencegahan Osteoporosis

Osteoporosis ini sebenarnya dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat,

seperti halnya mengonsumsi buah-buahan dan sayuran, olahraga, tidak mengonsumsi

alkohol dan lain sebagainya. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai trik-trik dalam

pencegahan osteoporosis

1. Sayur dan buah-buahan pencegah osteoporosis

27

Page 28: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Lignan dan isoflavonoid dalam buah dan sayur berperan dalam mencegah

osteoporosis. di dalam tubuh, kedua zat tersebut diubah menjadi komponen yang

strukturnya sama dengan estrogen. (Wirakusumah, 2009)

Berikut ini adalah jenis buah dan sayur beserta kandungannya (baik zat gizi maupun

fitokimia) yang memegang peranan penting dalam pencegahan osteoporosis.

1.1 Wortel

Wortel mengandung kalsium (39 mg), fosfor (37 mg/100g), serta fitoestrogen

yaitu lignan (346 mg/100g) dan isoflavon serta mineral boron (3,6mg/100g), juga

tinggi akan kandungan vitamin A (1800 mg).

1.2 Brokoli

Brokoli dan famili kubis-kubisan lainnya dikenal sebagai bahan makanan

antikanker usu besar.selain itu, komponen dalam brokoli yaitu indole dapat

meningkatkan sekresi estrogen yang dibutuhkan dalam mempertahankan massa tulang.

Selain itu, brokoli juga tinggi mineral kalsium, kandungan vitamin C,E, dan karoten.

1.3 Kubis

Kubis mengandung vitamin C,A, dan B1 yang cukup tinggi. Selain itu juga

mengandung berbagai jenis mineral yaitu kalsium, fosfor, kalium, klor, yodium, sulfur,

dan boron. Bagian luar dari kubis yang berawarna hijau mengandung 40% kalsium

yang lebih banyak dibandingkan dengan bagian dalamnya. Selain itu, sayuran ini juga

mengandung fitoestrogen yaitu lignan dan isoflavon yang berperan dalam pencegahan

osteoporosis.

1.4 Bayam

28

Page 29: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Bayam merupakan sayuran dengan kandungan zat besi yang cukup tinggi (dua kali

lipat dibandingkan jenis sayuran yang lain). Di samping itu juga mengandung vit.A,

vit.C, kalsium, kalium, mangan, dan boron juga berperan dalam pencegahan

osteoporosis. di dalam bayam, juaga terdapat fitoestrogen

1.5 Kacang kedelai

Kacang kedelai merupakan sumber mineral kalsium dan fosfor (254 mg dan 781

mg). Di samping itu juga mengandung fitoestrogen (isoflavonoid) yang cukup tinggi.

Kacang kedelai dapat dibuat menjadi susu kedelai yang kemudian dapat ditambahkan

dalam pembuatan jus buah dan sayuran.

Jenis Buah dan Sayur Komponen Penting untuk Pencegahan Osteoporosis

Sawi Hijau Kalsium (220,50mg/100g), fosfor (38,40mg/100g)

Kangkung Kalsium (73,00mg/100g),fosfor (50,00mg/100g)

Daun singkong Vitamin C, kalsium (165,00mg/100g)

Selada Kalsium (97mg/100g),fosfor (34,00g)

Pepaya Kalsium (23mg/100g),vitamin C (76mg/100g),dan

boron

Jagung Magnesium, fosfor, fitoestrogen lignan, boron

Mangga Vitamin A (573 RE), vitamin C (30mg/100g),

mangan, dan boron

Mentimun Fitoestrogen (isoflavonoid), boron, silika

Alpukat Boron, zat besi, tembaga

Pisang Kalium, boron

Jeruk Boron (23mg/100g), kalsium (33mg/100g), vitamin

29

Page 30: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

C

Anggur Fitoestrogen (isovlafonoid)dan boron

Apel Fitoestrogen (isovlafonoid)dan boron

Cabai Fitoestrogen (isovlafonoid), boron, dan vitamin C

2. Latihan Fisik untuk Pencegahan Osteoporosis

Latihan fisik yang teratur juga membantu menceah keadaan-keadaan atau penyakit

kronis, seperti osteoporosis, diabetes, tekana darah tinggi, penyakit jantung iskemik,

dan lain-lain. Latihan fisik atau olahraga di luar rumah merupakan kesemapatn untuk

besosialisasi dan bekomunikasi dengan sesama. Sekarang ini banyak jenis musik

yang dapat diapakai untuk mengiringi berbagai latihan fisik sehingga akan lebih

menyenangkan dan tidak membosankan. (Santoso,dkk.2009)

Ada beberapa prinsip olahraga pada lansia, yaitu:

a. Pemanasan harus lebih lama (10-15 menit), gerakan yang lebih santai, menggerakan

seluruh dan otot, tetapi pada dasarnya lebih perlahan-lahan dengan kekuatan atau

beban yang lebih ringan.

b. Latihan otot(15-20 menit), untuk meningkatkan kekuatan otot, latihan dilakukan

dengan beban ringan, atau tanpa beban, tetapi menambah gerakan-gerakan.

c. Latihan aerobik (50-60 menit), latihan yang paling sederhana ialah jalan kaki

3km/jam. Tentu baik jika masih dapat melakukan jogging atau berjalan cepat.

d. Pendinginan (10-15 menit).

Jalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah, murah, aman, serta bermanfaat

bagi sebagian besar lansia. Kegiatan berjalan kaki ini memperbaiki daya tahan

(endurance), memperbaiki stabilitas koordinasi dan keseimbangan, baik untuk

30

Page 31: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

memelihara kepadatan tulang (mencegah keropos atau osteoporosis), juga melatih dan

membentuk jaringan otot dengan baik sehingga mengurangi kemungkinan cedera.

Dengan berkurangnya hormon estrogen pada wanita sesudah menopause, risiko untuk

terjadinya osteoporosis meningkat, mudah mengalami patah tulang, tinggi badan

berkurang karena bungkuk, dan gejala lainnya. Latihan fisik ini dapat mencegah

osteporosis, karena aktivitas sel tulang meningkat, kepadatan tulang juga meningkat.

Olahraga dengan latihan beban memberikan tekanan pada tulang sehingga tulang dipaksa

untuk membangun massa tulang. Latihan inti dengan melawan gravitasi bumi penting

untuk mencegah osteoporosis, misalnya dengan berjalan kaki, jogging atau lari, lompat

tali, senam, dansa, tenis, dan lain-ain.

Latihan olahraga yang tidak boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis adalah

sebagai berikut:

a. Latihan atau aktivitas fisim yang berisiko terjadi benturan dan pembebanan pada

tulang punggung. Hal ini akan menambah risiko patah tulang punggung karena

ruas tulang punggung yang lemah tidak mempu menahan beban tersebut. Hindari

latihan berupa lompatan, senam aerobik, dan jogging.

b. Latihan atau aktivitas fisik yang mengaharuskan menggerakkan kaki ke samping

atau menyilangkan badan dengan beban, juga meningkatkan risiko patah tulang

karena tulang pinggul dalam kondisi lemah.

c. Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk ke depan dengan

punggung melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera

ruas tulang belakang. Juga tidak boleh melakukan sit-up, meraih jari kaki, dan

lain-lain.

31

Page 32: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis.

a. Jalan kaki secara teratur, kalau memungkinkan sekitar 4,5km/jam selama 50

menit, 5 kali seminggu. Ini diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang.

Jalan kaki lebih cepat (6km/jam) akan bermanfaat untuk jantung dan paru-paru.

b. Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat “dumbble” kecil

untuk menguatkan pinggul, paha, punggung, lengan dan bahu.

c. Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.

d. Latihan melengkungkan punggung ke belakang, dapat dilakukan dengan duduk di

kursi, dengan atau tanpa penahan; hal ini dapat menguatkan otot-otot yang

menahan punggung agar tetap tegak, mengurangi kemungkinan bongkok,

sekaligus memperkuat punggung.

D. Wanita Usia Subur

Menurut Depkes RI (1993), wanita usia produktif merupakan wanita yang berusia

15-49 tahun dan wanita pada usia ini masih berpotensi untuk mempunyai keturunan.

Sedangkan menurut BKKBN 2001, wanita usia subur (wanita usia produktif) adalah

wanita yang berumur 18-49 tahun yang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda.

Wanita usia subur adalah wanita yang berada pada masa mampu melahirkan atau

masa reproduksi (15-49 tahun). Menurut BKKBN (2004), usia subur adalah dimana

seorang wanita mulai mendapat menstrasi pertama kali artinya adalah sudah terjadi

ovulasi sampai dengan menopause (tidak dapat mengahasilkan sel telur) umumnya usia

subur di Indonesia berkisar antara 15-49 tahun.

E. Kerangka Teori

32

Page 33: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Berdasarkan teori menurut Notoatmodjo 2010 bahwa tingkatan pengetahuan itu

sendiri dipengaruhi oleh pengukuran tingkat pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, umur,

minat, pengalaman, dan sosial budaya. Sedangkan teori menurut Notoatmodjo (2010)

bahwa perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor pendorong, faktor

predisposisi, dan faktor pendukung.

Adapun bagan dari kerangka teori yang didapat dapat yakni :

Sumber : Notoatmodjo (2010)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

33

Faktor pendukung

Pencegahan Osteoporosis

Pendidikan

Pengalaman

Pengukuran tingkat

Penegtahuan

Faktor predisposisi

Pekerjaan

Faktor pendorong

Fasilitas

Penghasilan

Sosial budaya

Pekerjaan

Informasi

Page 34: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

a. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan adanya hubungan antara

pengetahuan mengenai osteoporosis (pengertian, faktor risiko, gejala dan akibat) terhadap

pencegahan osteoporosis yang dilakukan wanita produktif/wanita usia subur (terapi

medikasi, pengaturan pola makan, olahraga). Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan,

pekerjaan, umur, minat, pengalaman, dan kebudayaan (Notoatmodjo,2010). Sedangkan

pencegahan dipengaruhi oleh kesiapan psikologis yang ditentukan oleh tingkat

pengetahuan dan kepercayaan, tekanan positif kelompok dan individu, dan dukungan

lingkungan ( Kristina dkk dalam Karolina, 2009)

Kerangka konsep adalah sesuatu yang abstrak, logika secara harfiah yang dapat

membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penelitian dengan body of knowledge

(Nursalam 2008 ). Adapun dalam kerangka konseptual ini terdapat dua variabel, variabel

tersebut antara lain: variabel dependen dan independen. Variabel adalah konsep yang

mempunyai variabilitas. Konsep seperti umur, pendidikan, pekerjaan, penyakit, kepuasan

dan lain-lain, konsep apapun asal mempunyai ciri bervariasi disebut variabel (Elfindri,

dkk.2011). Variabel itu sendiri terdiri atas variabel independen dan dependen. Variabel

dependen pada penelitian ini adalah pencegahan osteoporosis, sedangkan faktor yang

dijadikan variabel independen adalah tingkat pengetahuan dan perilaku wanita usia subur.

Variabel independen Variabel Dependen

34

Tingkat Pengetahuan Wanita

Usia Subur

Upaya pencegahan

osteoporosis yang dilakukan

wanita usia subur:

- Terapi Medikasi

- Pengaturan pola makan

- Olahraga

Page 35: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Skema 1. Kerangka konseptual penelitian gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku

terhadap pencegahan osteoporosis yang dilakukan wanita usia subur.

b. Definisi Operasional

Definis operasional merupakan uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang

apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010). Definisi operasional

dapat membantu dalam mengarahkan pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-

variabel yang bersangkutan serta dalam mengembangkan instrumen.

No. Variabel Definisi

Operasional

Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Pengetahuan

terhadap

pencegahan

osteoporosis

Segala

informasi

yang

dimengerti

dan dipahami

oleh

responden

mengenai

Responden

diberikan

pertanyaan

sebanyak 16

pertanyaan

Kuesioner 0=Kurang, bila

jawaban benar

< 60%

1=Sedang, bila

jawaban benar

60-80%

2=Baik, bila

jawaban benar

Ordinal

35

Upaya pencegahan

osteoporosis yang dilakukan

wanita usia subur:

- Terapi Medikasi

- Pengaturan pola makan

- Olahraga

Perilaku Wanita Usia Subur

Page 36: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

osteoporosis >80%

(Khomsan,

2000)

2. Perilaku

terhadap

pencegahan

osteoporosis

Segala

tindakan

yang

dilakukan

oleh

responden

dalam

melakukan

pencegahan

osteoporosis

Memberikan

14

pertanyaan

kepada

responden

mengenai

osteoporosis

dengan

menggunakan

skala likert

Kuesioner 0=Baik,jika

responden

menjawab

>75% atau

dalam interval

49-60

1=Sedang,jika

responden

menjawab 45-

75%pertanyaan

atau dalam

interval 31-48

2=kurang, jika

responden

menjawab

<45% atau

dalam interval

<31

(Arikunto,

2002)

Ordinal

36

Page 37: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

c. Hipotesis

1. Adanya hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap pencegahan osteoporosis pada

mahasiswi Universitas Singaperbangsa Karawang Tahun 2013

2. Adanya hubungan antara perilaku terhadap pencegahan osteoporosis pada mahasiswi

Universitas Singaperbangsa Karawang Tahun 2013.

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

37

Page 38: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

A. Desain Penelitian

Menurut Arikunto (2007), penelitian merupakan kegiatan mencermati suatu objek dengan

menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat. Penelitian juga menuntut objektivitas, baik dalam proses maupun dalam

penyimpulan hasil.

Desain penelitian merupakan rancangan yang digunakan dalam prosedur penelitian. Desain

penelitian berguna bagia peneliti untuk memperoleh jawaban terhadap penelitian yang dilakukan.

Desain penelitian adalah alat bagi peneliti untuk mengendalikan atau mengontrol variabel-

variabel yang berperan dalam suatu penelitian.

Dalam penyusunan penelitian ini, desain yang digunakan adalah cross sectional. Desain cross

sectional ini merupakan suatu desain dengan sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena

tertentu dalam satu kurun waktu saja, misalnya data hasil pengisian kuesioner tentang perilaku

pembelian suatu produk kosmetik oleh sekelompok responden pada bulan Januari 1998. (Husein,

2011). Peneliti menggunakan desain cross sectional dikarenakan variabel dependen (pencegahan

osteoporosis) dan variabel independennya yaitu tingkat pengetahuan dan perilaku yang akan

diteliti pada satu waktu yang bersamaan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan

perilaku terhadap pencegahan osteoporosis pada wanita usia subur di Karawang Timur tahun

2013.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Singaperbangsa Karawang pada Bulan Februari

sampai dengan Maret 2013.

C. Populasi dan Sample Penelitian

a. Populasi

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas Agama Islam semester 2,4,

dan 6 di Universitas Singaperbangsa Karawang tahun ajaran 2012/2013. Jumlah mahasiswi

38

Page 39: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

yang ada di Fakultas Agama Islam Universitas Singaperbangsa tahun ajaran 2013/2014

terdapat pada tabel 4.1

No Semester 2 Semester 6 Total

A B C D A B C D 160

mahasiswi1 20 20 20 20 20 20 20 20

Jumlah: 80 Jumlah : 80

Sumber : Data Universitas Singaperbangsa Karawang Tahun Ajaran 2012/2013

b. Sample

Sample pada penelitian ini adalah mahasiswi semester IV dan semester VI Fakultas

Agama Islam Universitas Singaperbangsa Karawang tahun ajaran 2012/2013.

Perhitungan sample pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus uji

hipotesis beda dua proporsi seperti di bawah ini (Pratiwi, 2011):

n=[Z21-α√2√2P(1-P) + Z1-β√P1(1-P1)+(P2(1-P2]

(P1-P2)2

n:Besar sample

Z21-α√2 : Derajat Kepercayaan (95%)=1,96

Z1-β : Kekuatan uji 80 % Z=0,84

p : Rata-rata proporsi pada populasi

p : P1+P2 =

2

P1 : Proporsi kejadian osteoporosis dengan tingkat pengetahuan

39

Page 40: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

P2 : Proporsi kejadian osteoporosis dengan perilaku

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner. Pada saat penelitian,

kuesioner mengenai osteoporosis telah dilakukan uji validitas oleh peneliti sebelumnya untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas setiap pertanyaan yang terdapat kuesioner. Adapun

kuesioner yang telah ada kemudian dibagikan langsung kepada responden oleh peneliti

ataupun enumerator.

E. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini, peneliti dibantu oleh rekan-rekan peneliti yang lainnya, baik itu

rekan dari dalam institusi maupun dari luar institusi.

a. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer ini dapat diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh responden. Adapun

kuesioner ini mencekup mengenai pertanyaan-pertanyaan seputar osteoporosis baik itu

pengetahuannya maupun perilaku responden dalam mencegah osteoporosis tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder ini dapat digunakan sebagai penunjang dari data primer yang berupa daftar

nama mahasiswa yang akan dijadikan responden baik itu pada semester 2 maupun semester 6

di Fakultas Agama Islam Universitas Singaperbangsa Karawang tahun 2012

b. Pengukuran Data

1. Pengetahuan mengenai pencegahan osteoporosis

40

Page 41: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Dalam memperoleh data mengenai tingkat pengetahuan pencegahan osteoporosis ini

responden terlebih dahulu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tercantum pada

kuesioner

2. Pengukuran perilaku dalam pencegahan osteoporosis

Skala likert merupakan skala kuesioner yang tepat dalam mengukur perilaku responden

dalam mencegah osteoporosis.

F. Pengolahan Data

Pengolahan data yang telah dikumpulkan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing

Setelah data tersebut dikumpulkan kemudian diperiksakan kembali kelengkapannya.

b. Coding

Data yang akan dimasukkan ke dalam komputer, terlebih dahulu diberikan kode pada

setiap variabel yang telah terkumpul untuk memudahkan pengolahan data selanjutnya.

1. Variabel pengetahuan terhadap pencegahan osteoporosis diberikan kode 0=Pengetahuan

tinggi {apabila nilai x>Mean (>15)} dan 1=Pengetahuan rendah {apabila nilai x≤Mean

(≤15)}

2. Variabel perilaku terhadap penceghan osteoporosis diberikan kode 0=Baik,jika nilai

responden ≥Mean/Median.1=Buruk,jika nilai responden ≤Mean/Median

c. Entry

Setelah dilakukan penyuntingan data, kemudian memasukkan daftar pertanyaan yang

telah diberi kode dengan menggunakan software komputer.

d. Cleaning

Tahap terakhir yaitu pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan

data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap

untuk dianalisis.(Pratiwi, 2011)

c. Analisis Data

41

Page 42: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

1. Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan presentase dari setiap

variabel independen dan dependen. Variabel tersebut adalah tingkat pengetahuan dan

perilaku responden terhadap pencegahan osteoporosis.

2. Analisis Bivariat

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara varianel

independen (tingkat pengetahuan dan perilaku) dengan variabel dependen

( pencegahan osteoporosis). dalam analisis data ini menggunakan uji Chi-Square

dengan signifikansi 5%. Jika P value ≤ 0,05, maka perhitungan secara statistik

menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna antara variabel independen dengan

variabel dependen. Jika P value >0,05, maka perhitungan secara statistik

menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara variabel independen

dengan variabel dependen.

DAFTAR PUSTAKA

42

Page 43: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Anonim.2011. Anlene Scan The Nation ‘ Hadir di Bandung, Yakin Tulang Anda Bebas

Osteoporosis? Belum Tentu!’.Bandung:Anlene Pers.

Arikunto, Suharsimi.2002.Manajemen Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta.

Boedhi-Darmojo.2009.Geriatri “ilmu Kesehatan Usia Lanjut”.Edisi ke-4.Jakarta:Balai

Penerbit FK-UI.

Chang, Shu-Fang.2008.”Knowledge,health beliefs and health-related behaviours of first-

degree relatives of women suffering from osteoporosis in Taiwan: a questionnaire

survey” Journal of Clinical Nursing 17, 1280-1286:h.1.

Corwin, E.J. 2008.Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3.Jakarta:EGC.

Davey,Patrick.2005..Dalam : Annisa Rahmalia, Cut Novianty (alih bahasa), Amalia Safitri

(ed). At a Glance.Jakarta:Erlangga.

Dewanti.2012.Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi dengan Perilaku

Perawatan Gigi Pada Anak Usia Sekolah di SDN Pondol Cina 4 Depok.(Skripsi S1 Fakultas

Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, 2012),h.27-28

Elfindri, dkk.2011.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Badoes Media.

Karolina, M.S. 2009.Hubungan Pengetahuan dan Pencegahan Osteoporosis yang Dilakukan

Lansia di Kecamatan Medan Selayan.(Skripsi S1 Fakultas Kedokteran, Universitas

Sumatera Utara).h.17

Notoatmodjo, Soekidjo.2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo.2010.P.Promosi Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.

Marka,Soemarmo.2008.Kamus Kedokteran Edisi Kelima.FK-UI:Jakarta

43

Page 44: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Prawiro, M.D.Usia Harapan Hidup Bertambah.Jakarta: Suara Karya-Online

(http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=304884 diakses pada tanggal 25 12

2012 pukul 05.00)

Rubenstein,David dkk.Lecture Notes Kedokteran Klinis Edisi Keenam.Jakarta:Erlangga.2007.

Santoso,H dan Ismail, A.Memahami krisis lanjut usia:uraian medis dan pedagogis-

pastoral.Jakarta:Gunung Mulia.2009

Satria.2008.http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2183789-faktor-faktor-yang-

mempengaruhi-pengetahuan/#ixzz2Fp88vARD (diakses 23.12.2012 pukul 05.50)

Sinnathamby, Hemanath.Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Terhadap

Osteoporosis dan Asupan Kalsium pada Wanita Premenopause di Kecamatan Medan

Selayang II.(Skripsi Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara,2010).h.2

Sunaryo.2004.Psikologi untuk Keperawatan.Jakarta:EGC

Supari, S.F.2008.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1142/MENKES/SK/XII/2008 Tentang Pedoman Pengendalian Osteoporosis.

Tandra, Hans.2009.Segala Sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Osteoporosis

Mengenal, Mengatasi dan Mencegah Tulang Keropos.Jakarta:Gramedia.

Umar,Husein.2011.Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis/Husein Umar-Ed.1-

11.Jakarta: Rajawali Press.

Viani, Harly.Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pencegahan Osteoporosis pada

Wanita Usia Subur Di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010.

(Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,2010)

44

Page 45: BAB I-III dan DAFTAR PUSTAKA.docx

Wirakusumah, E.S. 2009.Hidup sehat mencegah Osteoporosis lengkap dengan 39 jus&38

resep masakan.Jakarta: Penebar Plus+.

45