04 bab 2 tinjauan pustaka.docx

64
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Telingah Tengah Merupakan ruangan yang berisi udara dan terletak di dalam tulang temporal. Auris media terdiri dari : 4 1. Kavum timpani 2. Tuba Eustachius 3. Mastoid yang terdiri dari antrum dan selula mastoid. Semua ruangan yang membentuk auris media dilapisi oleh mukosa dengan epitel selapis kubis yang sama dengan mukosa kavum nasi dan nasofaring. Selain itu, mukosa auris media merupakan kelanjutan mukosa nasofaring dan mukosa tuba Eustachius.Secara klinis hal ini mempermudah keradangan pada nasofaring meluas ke kavum timpani dan menimbulkan keradangan pada kavum timpani. 4 (gambar 1). 4

Upload: aryoga-samudra-asmara

Post on 19-Nov-2015

249 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1Anatomi Telingah TengahMerupakan ruangan yang berisi udara dan terletak di dalam tulang temporal. Auris media terdiri dari :41. Kavum timpani2. Tuba Eustachius3. Mastoid yang terdiri dari antrum dan selula mastoid.Semua ruangan yang membentuk auris media dilapisi oleh mukosa dengan epitel selapis kubis yang sama dengan mukosa kavum nasi dan nasofaring. Selain itu, mukosa auris media merupakan kelanjutan mukosa nasofaring dan mukosa tuba Eustachius.Secara klinis hal ini mempermudah keradangan pada nasofaring meluas ke kavum timpani dan menimbulkan keradangan pada kavum timpani.4(gambar 1).

Gambar 1 Anatomi Teliga42.1.1Kavum TimpaniKavum timpani merupakan bagian terpenting dari auris media, mengingat banyaknya struktur yang ada didalam yaitu tulang, otot, ligament, saraf, dan pembuluh darah.Kavum timpani dapat dibayangkan sebagai kotak dengan dinding enam, dan dindingnya berbatasan dengan organ-organ penting.Jarak anterior sampai posterior adalah 15 mm, jarak superior sampai inferior adalah 15 mm dan jarak lateral sampai medial adalah 6 mm.4(gambar 2).

Gambar 2 Anatomi Teliga Tengah4

Kavum timpani dibagi menjadi 3 bagian yaitu epitimpanum, mesotimpanum dan hiporimpanum.epitimpanum yang merupakan bagian kavum timpani yang lebih tinggi dari batas superior membran timpani, mesotimpanum yang merupakan ruangan di antara batas atas dengan batas bawah membran timpani, dan hipotimpanum yaitu bagian kavum timpani yang terletak lebih rendah dari batas bawah membran timpani.4(gambar 3)

Gambar 3 Bagian Cavum Timpani4Pada kavum timpani terdapat :4a. Osikula yang terdiri atas Maleus, dengan bagianbagiannya yaitu kaput, kolum, prosesus brevis, prosesus longus dan manubrium malei. Kaput malei mengisi epitimpanum sedangkan bagian yang lain mengisi mesotimpanum. Inkus, terdiri atas kaput, prosesus brevis dan prosesus longus. Sebagian besar inkus mengisi epitimpanum dan hanya sebagian dari prosesus longus yang mengisi mesotimpanum. Stapes terdiri dari kaput, kolum, krus anterior, krus posterior dan basisKetiga tulang pendengaran tersebut satu dengan yang lain dihubungkan dengan suatu persendian, sehingga merupakan suatu rangkaian yang disebut rantai osikula. Basis stapes menutup foramen ovale dengan perantaraan jaringan ikat yang di sebut ligament anulare.Rantai osikula dan gerakan basis stapes sangat penting artinya bagi system konduksi pada fungsi pendengaran.b. Muskuli, terdiri atas M. Tensor timpani yang mempunyai fungsi meregangkan membrane timpani dan M. Stapedius yang mempunyai fungsi mengatur gerakan stapes. (gambar 4)

Gambar 4 Otot Cavum Timpani4c. Ligamen, mempunyai fungsi mempertahankan posisi osikula didalam kavum timpani.d. Saraf yang berada dalam kavum timpani adalah n. Korda timpani. Saraf ini merupakan cabang dari pars vertikalis N.VII (N.Fasialis).2.1.2Batas-Batas Kavum TimpaniKavum timpani yang diibaratkan suatu kotak mempunyai batas sebagai berikut :4(gambar 5)a. Dinding superior, merupakan tulang yang sangat tipis (1 mm) dan merupakan batas antara kavum timpani (epitimpanum) dengan fosa kranii media (lobus temporalis). Hal ini menyebabkan radang dalam kavum timpani dapat meluas ke dalam endokranium.b. Dinding inferior, berbentuk tulang tipis yang merupakan pembatas antara hipotimpanum dengan bulbus V.Jugularis. Keadaan ini menyebabkan radang dalam kavum timpani dan dapat menimbulakan tromboplebitis.c. Dinding posterior, terdapat aditus ad antrum yang menghubungkan kavim timpani dengan antrum mastoid dan bagian vertikal dari kanal N.VII.d. Dinding anterior, terdapat A.Karotis interna, muara tuba Eustachius dan M.Tensor timpani.e. Dinding medial, merupakan batas kavum timpani dengan labirin. Di bagian ini terdapat struktur penting yaitu kanalis semisirkularis pars horizontal yang merupakan bagian labirin, kanalis N.VII pars horizontal, dan foramen ovale yang ditutup oleh basis stapes. Promotorium berbentuk tonjolan kea rah kavum timpani merupakan lingkaran pertama koklea. Foramen rotundum ditutup oleh membrane yang disebut membrane timpani sekundaria, menjadi batas antara kavum dengan skala timpani bagian dari labirin).f. Dinding lateral, terdiri atas 2 bagian yaitu pars oseus yang merupakan dinding lateral dari epitimpanum, membentuk sebagian kecil dari dinding lateral kavum timpani dan pars membranaseus, yang disebut juga membrane timpani.

Gambar 5 Dinding Cavum Timpani42.1.3Tuba EustachiusTuba Eustachius merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring, berbentuk terompet, panjang 37 mm. Tuba Eustachius dari kavum timpani menuju nasofaring terletak dengan posisi infero-antero-medial sehingga ada perbedaan ketinggian antara muara pada kavum timpani dengan muara pada nasofaring sekitar 15 mm.4 Tuba Eustachius terdiri atas tulang rawan pada dua pertiga ke arah nasofaring dan sepertiganya terdiri atas tulang.5Pada bayi, tuba Eustachius terletak lebih horizontal, lebih pendek dan lumen lebih lebar sehingga mudah terjadi keradangan teliga tengah.4 Panjang tuba dewasa 37,5 mm dan pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm.5(gambar 6)

Gambar 6 Perbedaan Tuba Eustachius pada Anak dan Dewasa5Muara pada kavum timpani selalu terbuka, sedangkan muara pada nasofaring selalu tertutup dan baru terbuka bila ada kontraksi M.Levator dan M.Tensor veli palatine yaitu waktu menguap atau menelan.4Fungsi Tuba ini adalah untuk ventilasi, drenase secret dan menghalangi masuknya secret dari nasofaring ke teliga tengah. Ventilasi berguna untuk menjaga agar tekanan udara dalam teliga tengah selalu sama dengan tekanan udara luar. Adanya fungsi ventilasi tuba ini dapat dibuktikan dengan melakukan perasat Valsalva dan perasat Toynbee.4Perasat Valsalva dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung dipencet serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka terasa udara masuk ke dalam rongga telinga tengah yang menekan membrane timpani kea rah lateral. Perasat ini tidak boleh dilakukan apabila ada infeksi pada jalan napas atas.4(gambar 7)

Gambar 7 Tes Valsalva4Perasat Toynbee dilakukan dengan cara menelan ludah sambil hidung dipencet serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka akan terasa membrane timpani tertarik ke medial. Parasat ini lebih fisiologis.4(gambar 8)

Gambar 8 Tes Toynbee42.1.4MastoidDalam kaitan dengan penyakit telinga tengah, terdapat 2 hal penting yang perlu dipelajari tentang mastoid, yaitu topografi dan pneumatisasi mastoid.1. Topografi mastoidDinding anterior mastoid merupakan dinding posterior kavum timpani dan meatus akustikus eksterna.Antrum mastoid dan kavum timpani dihubungkan lewat aditus ad antrum. Dinding atas antrum mastoid disebut tegmen antri, merupakan dinding tipis seperti juga pada tegmen timpani dan merupakan batas antara mastoid dengan fossa kranii media. Dinding posterior dan medial merupakan dinding tulang tipis membatasi mastoid dengan sinus sigmoid.Keadaan ini menyebabkan suatu keradangan mastoid dapat meluas ke endokranium dan kesinus sigmoid sehingga dapat menimbulkan suatu keradangan di otak maupun tromboplebitis.2. Pneumatisasi mastoid Proses Pneumatisasi mastoid di dalam prosesus mastoid terjadi setelah bayi lahir. Berdasarkan pertumbuhan dan bentuknya dikenal 4 jenis pneumatisasi, yaitu (a) Infantil, selula yang terjadi akibat terjadi pneumatisasi sangat sedikit jumlahnya. Akibatnya bagian korteks di prosesus mastoid menjadi sangat tebal sehingga jika terjadi perluasan abses lebih mudah ke endokranium. (b) Normal, selalu yang meluas sedemikian rupa sehingga hampir meliputi seluruh prosesus mastoid. Akibatnya bagian korteks di prosesus mastoid menjadi sangat tipis dan abses mudah pecah keluar sehingga timbul fistel di retroaurikuler. (c) Hiperpneumatisasi, selalu yang terjadi tidak hanya terbatas pada prosesus mastoid saja, akan tetapi meluas sampai os zigomatikum dan bahkan sampai pada apeks piramidalis. (d) Sklerotik, berbentuk seperti pneumatisasi tipe infantil. Tipe sklerotik ini terjadi akibat adanya keradangan kronik dalam kavum timpani dan kavum mastoid.6

2.2 Otitis Media Superatif Akut2.2.1 DefinisiOtitis media supuratif akut (OMSA) adalah infeksi akut telinga tengah dalam waktu yang singkat.1OMSA merupakan inflamasi akut telinga tengah yang berlangsung kurang dari tiga minggu.Telinga tengah adalah ruang di dalam telinga yang terletak antara membran timpani dengan telinga dalam serta berhubungan dengan nasofaring melalui tuba Eustachius.22.2.2 EtiologiOtitis media supuratif akut (OMSA) terjadi karena faktor pertahanan tubuh terganggu.Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media.Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam teliga tengah juga terganggu, sehinngga kuman masuk ke dalam teliga tengah dan terjadi peradangan.5Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMSA ialah infeksi saluran napas atas.Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran napas, makin besar kemungkinan terjadinya OMSA. Pada bayi terjadinya OMSA dipermudah oleh karena tuba Eustachiusnya pendek, lebar dan letak agak horizontal.5Otitis media akut bisa disebabkan oleh bakteri dan virus. Bakteri yang paling sering ditemukan adalah Streptococcus pneumaniae, diikuti oleh Haemophilus influenza, Moraxella catarrhalis, Streptococcus grup A, dan Staphylococcus aureus. Beberapa mikroorganisme lain yang jarang ditemukan adalah Mycoplasma pneumaniae, Chlamydia pneumaniae, dan Clamydia tracomatis.7Virus terdeteksi pada sekret pernafasan pada 40-90% anak dengan OMSA, dan terdeteksi pada 20-48% cairan telinga tengah anak dengan OMSA.Virus yang sering sebagai penyebab OMSA adalah respiratory syncytial virus. Selain itu bisa disebabkan virus parainfluenza (tipe 1,2, dan 3), influenza A dan B, rinovirus, adenovirus, enterovirus, dan koronavirus. Penyebab yang jarang yaitu sitomegalovirus dan herpes simpleks. Infeksi bisa disebabkan oleh virus sendiri atau kombinasi dengan bakteri lain.72.2.3 EpidemiologiAnak-anak berusia 6-11 bulan lebih rentan terkena OMSA, dimana frekuensinya akan berkurang seiring dengan pertambahan usia, yaitu pada rentang usia 18-20 bulan. Pada usia yang lebih tua, beberapa anak cenderung tetap mengalami OMSA dengan persentase kejadian yang cukup kecil dan terjadi paling sering pada usia empat tahun dan awal usia lima tahun. Kadang-kadang, individu dewasa yang tidak pernah memiliki riwayat penyakit telinga sebelumnya, namun mengalami Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) yang disebabkan oleh adanya infeksi virus juga mengalami OMSA. Pada penelitian terhadap 112 pasien ISPA (6-35 bulan), didapatkan 30% mengalami otitis media supuratif akut dan 8% sinusitis. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1 tahun sekitar 62%, sedangkan anak-anak berusia 3 tahun sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari mereka mengalaminya tiga kali atau lebih.2Eskimo sekitar 30% anak-anak terkena OMSA dan ini adalah penyakit yang ditemukan pada ras Amerika Indian yaitu sebanyak 8099 penderita anak-anak dari 10000 penderita OMSA. Berbagai studi epidemiologi melaporkan angka prevalensi dari OMSA menjadi 17-20% dalam 2 tahun pertama kehidupan.OMSA adalah penyakit berulang. Sepertiga dari anak mengalami 6 atau lebih episode OMSA hingga usia 7 tahun.22.2.4 KlasifikasiAda 5 stadium OMSA berdasarkan pada perubahan mukosa telinga tengah, yaitu:71. Stadium Oklusi Stadium ini ditandai dengan gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif telinga tengah. Membran timpani kadang tampak normal atau berwarna suram.2. Stadium Hiperemis Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh membran timpani, membran timpani tampak hiperemis disertai edem. 3. Stadium Supurasi Stadium ini ditandai edem yang hebat telinga tengah disertai hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani sehingga membran timpani tampak menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. 4. Stadium Perforasi Pada stadium ini terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga. 5. Stadium Resolusi Pada stadium ini membran timpani berangsur normal, perforasi membran timpani kembali menutup dan sekret purulen tidak ada lagi. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.Ada juga yang membagi OMSA menjadi 5 stadium yang sedikit berbeda yaitu: 1. stadium kataralis; 2. stadium eksudasi; 3. stadium supurasi; 4. stadium penyembuhan; dan 5. stadium komplikasi.72.2.5 PatofisiologiOtitis media akut terjadi karena terganggunya faktor pertahanan tubuh.Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya penyakit ini.Dengan terganggunya fungsi tuba Eustachius, terganggu pula pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah sehingga kuman masuk dan terjadi peradangan.Gangguan fungsi tuba Eustachius ini menyebabkan terjadinya tekanan negatif di telingah tengah, yang menyebabkan transudasi cairan hingga supurasi.Pencetus terjadinya OMA adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).7Makin sering anak-anak terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi dan anak terjadinya OMA dipermudah karena: 1. morfologi tuba eustachius yang pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal; 2. sistem kekebalan tubuh masih dalam perkembangan; 3. adenoid pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa dan sering terinfeksi sehingga infeksi dapat menyebar ke telinga tengah.7Beberapa faktor lain mungkin juga berhubungan dengan terjadinya penyakit telinga tengah, seperti alergi, disfungsi siliar, penyakit hidung dan/atau sinus, dan kelainan sistem imun.72.2.6 Gejala KlinisGejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien.Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, di samping suhu tubuh yang tinggi.Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri, terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar. Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMSA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai 39,5C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur tenang.5Penilaian klinik OMSA digunakan untuk menentukan berat atau ringannya suatu penyakit. Penilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur, keluhan orang tua pasien tentang anak yang gelisah dan menarik telinga atau tugging, serta membran timpani yang kemerahan dan membengkak atau bulging.5 skor OMSA adalah seperti berikut: Tabel 1 Penilaian Klinis OMSA5Skor

Suhu (C)

Gelisah

Tarik telinga

Kemerahan pada membran timpaniBengkak pada membran timpani (bulging)

0< 38,0Tidak adaTidak adaTidak adaTidak ada

138,0 38,5RinganRinganRinganRingan

238,6 39,0SedangSedangSedangSedang

3>39,0BeratBeratBeratBerat, termasuk otore

Penilaian derajat OMSA dibuat berdasarkan skor.Bila didapatkan angka 0 hingga 3, berarti OMSA ringan dan bila melebihi 3, berarti OMA berat. Pembagian OMSA lainnya yaitu OMSA berat apabila terdapat otalgia berat atau sedang, suhu lebih atau sama dengan 39C oral atau 39,5C rektal. OMSA ringan bila nyeri telinga tidak hebat dan demam kurang dari 39C oral atau 39,5C rektal.52.2.7 DiagnosisDiagnosis OMSA harus memenuhi tiga hal berikut:71. Penyakitnya muncul mendadak (akut); 2. Ditemukannya tanda efusi di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut: menggembungnya gendang telinga, terbatas / tidak adanya gerakan gendang telinga, adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga, cairan yang keluar dari telinga;3. Adanya tanda / gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut: kemerahan pada gendang telinga, nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.Diagnosis OMSA dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat. Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien. Pada anak anak umumnya keluhan berupa rasa nyeri di telinga dan demam.Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya.Pada remaja atau orang dewasa biasanya selain nyeri terdapat gangguan pendengaran dan telinga terasa penuh.Pada bayi gejala khas adalah panas yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga yang sakit.Beberapa teknik pemeriksaan dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis OMSA, seperti otoskop, otoskop pneumatik, timpanometri, dan timpanosintesis. Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi pneumatik. Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMSA.Namun umumnya diagnosis OMSA dapat ditegakkan dengan otoskop biasa.Untuk mengkonfirmasi penemuan otoskopi pneumatik dilakukan timpanometri.Timpanometri dapat memeriksa secara objektif mobilitas membran timpani dan rantai tulang pendengaran.Timpanometri merupakan konfirmasi penting terdapatnya cairan di telinga tengah. Timpanometri juga dapat mengukur tekanan telinga tengah dan dengan mudah menilai patensi tabung miringotomi dengan mengukur peningkatan volume liang telinga luar. Timpanometri punya sensitivitas dan spesifisitas 70-90% untuk deteksi cairan telinga tengah, tetapi tergantung kerjasama pasien.Timpanosintesis, diikuti aspirasi dan kultur cairan dari telinga tengah, bermanfaat pada anak yang gagal diterapi dengan berbagai antibiotika, atau pada imunodefisiensi. Timpanosintesis merupakan standar emas untuk menunjukkan adanya cairan di telinga tengah dan untuk mengidentifikasi patogen yang spesifik.Menurut beratnya gejala, OMSA dapat diklasifikasi menjadi OMSA berat dan tidak berat. OMSA berat apabila terdapat otalgia sedang sampai berat, atau demam dengan suhu lebih atau sama dengan 39oC oral atau 39,5oC rektal, atau keduanya. Sedangkan OMSA tidak berat apabila terdapat otalgia ringan dan demam dengan suhu kurang dari 39oC.72.2.8 PenatalaksanaanTujuan penatalaksanaan OMSA adalah mengurangi gejala dan rekurensi.Pada fase inisial penatalaksanaan ditujukan pada penyembuhan gejala yang berhubungan dengan nyeri dan demam dan mencegah komplikasi supuratif seperti mastoiditis atau meningitis.Penatalaksanaan medis OMSA menjadi kompleks disebabkan perubahan patogen penyebab.Diagnosis yang tidak tepat dapat menyebabkan pilihan terapi yang tidak tepat.Pada anak di bawah dua tahun, hal ini bisa menimbulkan komplikasi yang serius.Diagnosis yang tidak tepat dapat menyebabkan pasien diterapi dengan antibotik yang sebenarnya kurang tepat atau tidak perlu. Hal ini dapat menyebabkan meningkatnya resistensi antibiotik, sehingga infeksi menjadi lebih sulit diatasi.7 Penatalaksanaan OMSA tergantung pada stadium penyakit yaitu:71. Stadium Oklusi : diberikan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5%, dan pemberian antibiotik lini pertama. 2. Stadium Presupurasi : analgetika, antibiotika (biasanya golongan ampicillin atau penisilin) dan obat tetes hidung.3. Stadium Supurasi : diberikan antibiotika dan obat-obat simptomatik. Dapat juga dilakukan miringotomi bila membran timpani menonjol dan masih utuh untuk mencegah perforasi.4. Stadium Perforasi : Diberikan H2O2 3% selama 3-5 hari dan diberikan antibiotika yang adekuat.Pada tahun 2004, American Academy of Pediatrics dan the American Academy of Family Physicians mengeluarkan rekomendasi penatalaksanaan OMSA. Petunjuk rekomendasi ini ditujukan pada anak usia 6 bulan sampai 12 tahun. Pada petunjuk ini di rekomendasikan bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat antibiotika, dan pada anak usia 6-23 bulan observasi merupakan pilihan pertama pada penyakit yang tidak berat atau diagnosis tidak pasti, antibiotika diberikan bila diagnosis pasti atau penyakit berat. Pada anak diatas 2 tahun mendapat antibiotika jika penyakit berat. Jika diagnosis tidak pasti, atau penyakit tidak berat dengan diagnosis pasti observasi dipertimbangkan sebagai pilihan terapi.7a. ObservasiPenanganan OMSA dengan menunggu dan melihat (observasi) secara bermakna menurunkan penggunaan antibiotik pada populasi urban yang datang ke instalasi gawat darurat. Metoda menunggu dan melihat menurunkan penggunaan antibiotik pada 56% anak usia 6 bulan sampai 12 tahun dengan OMSA.Indikasi untuk protokol observasi adalah: tidak ada demam, tidak ada muntah, pasien atau orang tua pasien menyetujui penundaan pemberian antibiotik. Kontra indikasi relatif protokol observasi adalah telah mendapat lebih dari 3 seri antibiotik dalam 1 tahun ini, pernah mendapat antibiotik dalam 2 minggu terakhir, terdapat otorea.Pilihan observasi ini mengacu pada penundaan pemberian antibiotik pada anak terpilih tanpa komplikasi untuk 72 jam atau lebih, dan selama waktu itu, penatalaksanaan terbatas pada analgetik dan simtomatis lain.Pemberian antibiotik dimulai jika pada hari ketiga gejala menetap atau bertambah.Faktor-faktor kunci dalam menerapkan strategi observasi adalah: metoda untuk mengklasifikasi derajat OMSA, pendidikan orang tua, penatalaksanaan gejala OMSA, akses ke sarana kesehatan, dan penggunaan regimen antibiotik yang efektif jika diperlukan. Jika hal tersebut diperhatikan, observasi merupakan alternatif yang dapat diterima untuk anak dengan OMSA yang tidak berat.Metoda observasi ini masih menjadi kontroversi pada kalangan dokter anak di AS yang secara rutin masih meresepkan antibiotik untuk OMSA dan percaya bahwa banyak orang tua mengharapkan resep tersebut.Sebagian kecil dokter sudah menerapkan metoda observasi.Sebagian orang tua dapat menerima penerapan terapi observasi dengan pengontrolan nyeri sebagai terapi OMSA, sehingga penggunaan antibiotik dapat diturunkan. Penggunaan metoda observasi secara rutin untuk terapi OMSA dapat menurunkan biaya dan efek samping yang ditimbulkan oleh antibiotik dan menurunkan resistensi kuman terhadap antibiotik yang umum digunakan.7b. Terapi simtomatis Penatalaksanaan OMSA harus memasukkan penilaian adanya nyeri.Jika terdapat nyeri, harus memberikan terapi untuk mengurangi nyeri tersebut. Penanganan nyeri harus dilakukan terutama dalam 24 jam pertama onset OMSA tanpa memperhatikan penggunaan antibiotik. Penanganan nyeri telinga pada OMSA dapat menggunakan analgetik seperti: asetaminofen, ibuprofen, preparat topikal seperti benzokain, homeopathic agent, analgetik narkotik dengan kodein atau analog, dan timpanostomi / miringotomi.Pada penderita OMSA khususnya stadium presupurasi dan supurasi diberikan analgetik karena pada stadium ini umumnya penderita merasakan nyeri pada telinga.Padastadium supurasi bila membran timpani menonjol dan masih utuh dianjurkan untuk melakukan miringotomi.Antihistamin dapat membantu mengurangi gejala pada pasien dengan alergi hidung.Dekongestan oral berguna untuk mengurangi sumbatan hidung.Tetapi baik antihistamin maupun dekongestan tidak memperbaiki penyembuhan atau meminimalisir komplikasi dari OMSA, sehingga tidak rutin direkomendasikan.Manfaat pemberian kortikosteroid pada OMSA juga masih kontroversi. Dasar pemikiran untuk menggunakan kortikosteroid dan antihistamin adalah: obat tersebut dapat menghambat sintesis atau melawan aksi mediator inflamasi, sehingga membantu meringankan gejala pada OMSA. Kortikosteroid dapat menghambat perekrutan leukosit dan monosit ke daerah yang terkena, mengurangi permeabilitas pembuluh darah, dan menghambatsintesis atau pelepasan mediator inflamasi dan sitokin. Tetapi penelitian Chonmaitree dkk menunjukkan tidak ada manfaat yang jelas pemakaian kortikosteroid dan antihistamin, sendiri atau dalam kombinasi pada pasien yang memakai antibiotik.7c. Terapi antibioticAntibiotik direkomendasikan untuk semua anak di bawah 6 bulan, 6 bulan 2 tahun jika diagnosis pasti, dan untuk semua anak besar dari dua tahun dengan infeksi berat (otalgia sedang atau berat atau suhu tubuh lebih dari 39oC ). Jika diputuskan perlunya pemberian antibiotik, lini pertama adalah amoksisilin dengan dosis 80-90 mg/kg/hari. Pada pasien dengan penyakit berat dan bila mendapat infeksi -laktamase positif Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis terapi dimulai dengan amoksisilin-klavulanat dosis tinggi (90 mg/kg/hari untuk amoksisilin, 6,4 mg/kg/hari klavulanat dibagi 2 dosis). Jika pasien alergi amoksisilin dan reaksi alergi bukan reaksi hipersensitifitas (urtikaria atau anafilaksis), dapat diberi cefdinir (14 mg/kg/hari dalam 1 atau 2 dosis), cefpodoksim (10 mg/kg/hari 1 kali/hari) atau cefuroksim (20 mg/kg/hari dibagi 2 dosis). Pada kasus reaksi tipe I (hipersensitifitas), azitromisin (10 mg/kg/hari pada hari 1 diikuti 5 mg/kg/hari untuk 4 hari sebagai dosis tunggal harian) atau klaritromisin (15 mg/kg/hari dalam 2 dosis terbagi). Obat lain yang bisa digunakan eritromisin-sulfisoksazol (50 mg/kg/hari eritromisin) atau sulfametoksazol-trimetoprim (6-10 mg/kg/hari trimethoprim.Alternatif terapi pada pasien alergi penisilin yang diterapi untuk infeksi yang diketahui atau diduga disebabkan penisilin resistan S.pneumoniae dapat diberikan klindamisin 30-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis terbagi.Pada pasien yang muntah atau tidak tahan obat oral dapat diberikan dosis tunggal parenteral ceftriakson 50 mg/kg.Jika pasien tidak menunjukkan respon pada terapi inisial dalam 48 -72 jam, harus diperiksa ulang untuk mengkonfirmasi OMSA dan menyingkirkan penyebab lain. Jika OMSA terkonfirmasi pada pasien yang pada awalnya diterapi dengan observasi, harus dimulai pemberian antibiotik.Jika pasien pada awalnya sudah diberi antibiotik, harus diganti dengan antibiotik lini kedua, seperti amoksisilin-klavulanat dosis tinggi, sefalosporin, dan makrolid.Waktu yang optimum dalam terapi OMSA masih kontroversi. Terapi jangka pendek (3 hari azitromisin, 5 hari antibiotik lain) adalah pilihan untuk anak umur diatas 2 tahun dan terapi paket penuh (5 hari azitromisin, 7-10 hari antibiotik lain) lebih baik untuk anak yang lebih muda.Terdapat beberapa keuntungan dari terapi jangka pendek yaitu: kurangnya biaya, efek samping lebih sedikit, komplian lebih baik dan pengaruh terhadap flora komensal dapat diturunkan. Terapi antibiotik jangka panjang dapat mencegah rekurensi dari OMSA.Timbulnya resistensi bakteri telah memunculkan pemikiran risiko dibanding keuntungan OMSA.Risiko antibiotik termasuk reaksi alergi, gangguan pencernaan, mempercepat resistensi bakteri dan perubahan pola flora bakteri di nasofaring. Hal tersebut menyebabkan penggunaan antibiotik dianjurkan berdasarkan hasil timpanosintesis.7d. Terapi bedah Walaupun observasi yang hati-hati dan pemberian obat merupakan pendekatan pertama dalam terapi OMSA, terapi pembedahan perlu dipertimbangkan pada anak dengan OMA rekuren, otitis media efusi, atau komplikasi supuratif seperti mastoiditis dengan osteitis. Beberapa terapi bedah yang digunakan untuk penatalaksanaan OMSA termasuk timpanosintesis, miringotomi, dan adenoidektomi.Timpanosintesis adalah pengambilan cairan dari telinga tengah dengan menggunakan jarum untuk pemeriksaan mikrobiologi.Risiko dari prosedur ini adalah perforasi kronik membran timpani, dislokasi tulang-tulang pendengaran, dan tuli sensorineural traumatik, laserasi nervus fasialis atau korda timpani. Oleh karena itu, timpanosintesis harus dibatasi pada: anak yang menderita toksik atau demam tinggi, neonatus risiko tinggi dengan kemungkinan OMSA, anak di unit perawatan intensif, membran timpani yang menggembung (bulging) dengan antisipasi ruptur spontan (indikasi relatif), kemungkinan OMSA dengan komplikasi supuratif akut, OMSA refrakter yang tidak respon terhadap paket kedua antibiotik.Timpanosintesis dapat mengidentifikasi patogen pada 70-80% kasus.Walaupun timpanosintesis dapat memperbaiki kepastian diagnostik untuk OMSA, tapi tidak memberikan keuntungan terapi dibanding antibiotik sendiri.Timpanosintesis merupakan prosedurdalam meresepkan antibiotik untuk seluruhyang invasif, dapat menimbulkan nyeri, dan berpotensi menimbulkan bahaya sebagai penatalaksanaan rutin.Miringotomi adalah tindakan insisi pada membran timpani untuk drainase cairan dari telinga tengah.Pada miringotomi dilakukan pembedahan kecil di kuadran posterior-inferior membran timpani.Untuk tindakan ini diperlukan lampu kepala yang terang, corong telinga yang sesuai, dan pisau khusus (miringotom) dengan ukuran kecil dan steril.Miringotomi hanya dilakukan pada kasus-kasus terpilih dan dilakukan oleh ahlinya.Disebabkan insisi biasanya sembuh dengan cepat (dalam 24-48 jam), prosedur ini sering diikuti dengan pemasangan tabung timpanostomi untuk ventilasi ruang telinga tengah. Indikasi untuk miringotomi adalah terdapatnya komplikasi supuratif, otalgia berat, gagal dengan terapi antibiotik, pasien imunokompromis, neonatus, dan pasien yang dirawat di unit perawatan intensif.7e. Vaksin untuk mencegah OMA Vaksin dapat digunakan untuk mencegah anak menderita OMA.Secara teori, vaksin terbaik adalah yang menawarkan imunitas terhadap semua patogen berbeda yang menyebabkan OMA.Walaupun vaksin polisakarida mengandung jumlah serotipe yang relatif besar, preparat poliksakarida tidak menginduksi imunitas seluler yang bertahan lama pada anak dibawah 2 tahun.Oleh karena itu, strategi vaksin terkini untuk mengontrol OMA adalah konjungat polisakarida pnemokokal dengan protein nonpneumokokal imunogenik, pendekatan yang dapat memicu respon imun yang kuat dan lama pada bayi.7Vaksin pneumokokus konjugat yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) yang dapat menginduksi respon imun lama terhadap Pneumococcus serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, dan 23F (PCV-7). Serotipe ini dipilih berdasarkan frekuensinya yang sering ditemukan pada penyakit pneumokokus invasif dan hubungannya dengan organisme yang mutltidrug-resistant.8 Data dari penelitian di AS dari 500 pasien dengan OMA menunjukkan bahwa 84% dari total pneumokokus dan 95% serotipe yang resisten antibiotik diisolasi dari aspirasi telinga tengah merupakan kandungan dari vaksin konyugat.Dosis primer pemberian vaksin adalah empat dosis tunggal 0,5 ml intramuskular. Selama pemberian pada 23 juta vaksin dosis di AS, reaksi lokal dan demam merupakan efek samping umum.Rekomendasi imunisasi universal pada anak dibawah umur 2 tahun adalah 4 dosis vaksin intramuskular yang diberikan pada usia 2, 4, 6, dan terakhir pada usia 12-15 bulan. Vaksin dini dapat diberikan bersamaan dengan imunisasi rutin.American Academy of Pediatrics (AAP) dan Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) merekomendasikan penggunaan vaksin 23 valen polisakarida pada anak risiko tinggi untuk memperluas cakupan serotipe. Vaksinasi selektif pada anak usia 2-5 tahun yang tidak punya daya tahan dianjurkan pada pasien dengan risiko tinggi menderita penyakit invasif pneumokokus, termasuk penyakit sel sabit, HIV, dan penyakit kronik lainnya. Vaksin pneumokokus konjugat sebaiknya dimasukkan dalam strategi penatalaksanaan anak usia 2-5 tahun yang menderita OMA rekuren. Anak tersebut memperoleh manfaat dari imunisasi dengan vaksin 23-valen polisakarida ini, 8 minggu setelah menyelesaikan paket vaksin konyugat pneumokokal.72.2.9 KomplikasiKomplikasi dari OMA dapat terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu melalui erosi tulang, invasi langsung dan tromboflebitis.Komplikasi ini dibagi menjadi komplikasi intratemporal dan intrakranial. Komplikasi intratemporal terdiri dari: mastoiditis akut, petrositis, labirintitis, perforasi pars tensa, atelektasis telinga tengah, paresis fasialis, dan gangguan pendengaran. Komplikasi intrakranial yang dapat terjadi antara lain yaitu meningitis, encefalitis, hidrosefalus otikus, abses otak, abses epidural, empiema subdural, dan trombosis sinus lateralis. Komplikasi tersebut umumnya sering ditemukan sewaktu belum adanya antibiotik, tetapi pada era antibiotik semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari otitis media supuratif kronik (OMSK). Penatalaksanaan OMA dengan komplikasi ini yaitu dengan menggunakan antibiotik spektrum luas, dan pembedahan seperti mastoidektomi.72.2.10 PrognosisDengan pengobatan yang adekuat, prognosis OMA adalah baik untuk pendengaran dan kesembuhan, khususnya bila dilakukan paasintesis sebelum terjadi perforasi spontan membrane timpani.

2.3 Otitis Media Superatif Kronik2.3.1 DefinisiOtitis Media Supuratif Kronik (OMSK) ialah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di dalam kavum timpani dan tulang mastoid.Otitis Media Supuratif Kronik ialah infeksi kronis telinga tengah dengan perforasimembran timpani dan sekret yang keluar dari telingatengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret bisaencer, kental, bening, atau bernanah.8,9Otitis media supuratif kronik atau yang biasa disebut congek adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau purulen.102.3.2 EtiologiTerjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat.11Otitis Media Supuratif Akut (OMSA) dengan perforasi membran timpani dapat menjadi otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa faktor yang menyebabkan OMSA menjadi OMSK, antara lain terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya tahan tubuh pasien yang rendah (gizi kurang), dan higiene yang buruk.12Kuman penyebab OMSK tersering dapat berasal dari kuman aerob positif gram dan negative gram serta anaerob.Kuman aerob positif gram yaitu S.pyogenes dan S.albus.Kuman negative gram yaitu Proteus spp., Pseudomonas spp., dan E.coli. Kuman anaerob yaitu Bacteroides spp.82.3.3 EpidemiologiOtitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT-KL yang paling banyak ditemukan di negara sedang berkembang.Secara umum insiden OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi.OMSK lebih sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan.Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik.Kehidupan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh, dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang sedang berkembang.122.3.4 KlasifikasiOMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna) dan OMSK tipe bahaya (tipe tulang=tipe maligna). Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dikenal juga OMSK fase aktif dan OMSK fase tenang.OMSK fase aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif, sedangkan OMSK tenang ialah yang keadaan kavum timpaninya terlihat basah atau kering.5Proses peradangan tipe aman terbatas pada mukosa saja, dan biasanya tidak mengenai tulang. Perforasi terletak di sentral.Umumnya OMSK tipe aman jarang menimbulkan komplikasi yang berbahaya.Pada OMSK tipe aman tidak terdapat kolesteatoma.OMSK tipe maligna ialah OMSK yang disertai kolesteatoma.Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal atau atik, terkadang juga terdapat kolesteatoma pada OMSK dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang fatal timbul pada OMSK tipe maligna ini.52.3.5 PatofisiologiOMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu.Patofisiologi dari OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun, lingkungan dan sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab terpenting mudahnya anak mendapat infeksi telinga tengah adalah struktur tuba pada anak yang berbeda dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa Otitis Media Akut (OMA).5Respon inflamasi yang timbul adalah berupa udem mukosa. Jika proses inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulkus dan merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam menghentikan infeksi biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika lingkaran antara proses inflamasi, ulserasi, infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi ini berlanjut terus akan merusak jaringan sekitarnya.5(gambar 9)

Gambar 9 Patofisiologi OMSA dan OMSK.52.3.6 Gejala KlinisMenurut Purnama MS dkk (2012), untuk menegakkan diagnosis OMSK terdapat beberapa gejala klinis khas, antara lain:111. Telinga berair (otorea)Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya sekret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau berenang. Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produkdegenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatomyang mendasarinya. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.2. Gangguan pendengaranIni tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi dari rantai tulang pendengaranmenghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30 db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistempengantaran suara ke telinga tengah. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tulikonduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus diinterpretasikan secara hati-hati.Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui foramen rotundum atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat menggambarkan sisa fungsi koklea.3. Otalgia ( nyeri telinga)Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret,terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis 4. VertigoVertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya. Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat erosi dindinglabirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani, dengan demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.2.3.7 DiagnosisHarmadji S.dkk (2005) dan Djaafar ZA.dkk (2012) menjelaskan bahwa diagnosis OMSK dapat ditegakan dengan :1. Anamnesis (history-taking) Penyakit telinga kronis ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang paling sering dijumpai adalah telinga berair. Pada tipe tubotimpani sekretnya lebih banyak dan seperti benang, tidak berbau bususk, dan intermiten. Sedangkan pada tipe atikoantral sekretnya lebih sedikit, berbau busuk, kadangkala disertai pembentukan jaringan granulasi atau polip, dan sekret yang keluar dapat bercampur darah. Ada kalanya penderita datang dengan keluhan kurang pendengaran atau telinga keluar darah. 2. Pemeriksaan otoskopi Pemeriksaan otoskopi akan menunjukan adanya dan letak perforasi. Dari perforasi dapat dinilai kondisi mukosa telinga tengah. 3. Pemeriksaan audiologi Evaluasi audiometri dan pembuatan audiogram nada murni untuk menilai hantaran tulang dan udara penting untuk mengevaluasi tingkat penurunan pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur berguna untuk menilai speech reception threshold pada kasus dengan tujuan untuk memperbaiki pendengaran. 4. Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis memiliki nilai diagnostik yang terbatas bila dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri. Pemeriksaan radiologi biasanya memperlihatkan mastoid yang tampak sklerotik dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang yang berada di daerah atik memberi kesan adanya kolesteatom. Proyeksi radiografi tyang sekarang biasa digunakan adalah proyeksi schuller dimana pada proyeksi ini akan memperlihatkan luasnya pnematisasi mastoid dari arah lateral dan atas.Pada CT scan akan terlihat gambaran kerusakan tulang oleh kolesteatom, ada atau tidaknya tulangtulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis semisirkularis horizontal.5. Pemeriksaan bakteriologiWalaupun perkembangan dari OMSK merupakan kelanjuan dari mulainya infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonasaeruginosa, Staphylococcus aureus, dan Proteus sp. Sedangkan bakteri pada otitis media supuratif akut adalah Streptococcus pneumonie dan H. influenza.Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus paranasal, adenoid, atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah pneumokokus, streptokokus atau H. influenza. Akan tetapi, pada OMSK keadaan ini agak berbeda karena adanya perforasi membran timpani maka infeksi lebih sering berasal dari luar yang masuk melalui perforasi tadi.5,82.3.8 PenatalaksanaanPrinsip pengobatan untuk OMSK tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, yang mana dapat dibagi atas konservatif dan operasi1. Otitis media supuratif kronik benignaa) Otitis media supuratif kronik benigna/tenangKeadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.5,8b) Otitis media supuratif kronik benigna aktifPrinsip pengobatan OMSK adalah :0. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani (toilet telinga)Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik bagi perkembangan mikroorganisme.Cara pembersihan liang telinga (toilet telinga):a) Toilet telinga secara kering (dry mopping).Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di beri antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat juga dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan setiap hari sampai telinga kering.b) Toilet telinga secara basah (syringing).Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah, kemudian dibersihkan dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan penyebaran infeksi ke bagian lain dan ke mastoid. Pemberian serbuk antibiotik dalam jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan iodine.c) Toilet telinga dengan pengisapan ( suction toilet)Pembersihan dengan suction pada nanah dengan bantuan mikroskopis operasi adalah metode yang paling populer saat ini. Setelah itu dilakukan pengangkatan mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada orang dewasa yang kooperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anak-anak diperlukan anestesi. 5,80. Pemberian antibiotika :1. Antibiotik topikalPemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak tanpa dibersihkan dulu adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang atau tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Irigasi dianjurkan dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam yang merupakan media yang buruk untuk tumbuhnya kuman.Mengingat pemberian obat topikal dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik dengan berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi. Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :1. Polimiksin B atau polimiksin EObat ini bersifat bakterisid terhadap kuman gram negatif.2. NeomisinObat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif. Toksik terhadap ginjal dan telinga.3. KloramfenikolObat ini bersifat bakterisid terhadap basil gram positif dan negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa.1. Antibiotik sistemik.Pemilihan antibiotik sistemik untuk OMSK juga sebaiknya berdasarkan kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.Dengan melihat konsentrasi obat dan daya bunuhnya terhadap mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam. Untuk bakteri aerob dapat digunakan golongan kuinolon (siprofloksasin dan ofloksasin) atau golongan sefalosforin generasi III (sefotaksim, seftazidin, dan seftriakson) yang juga efektif untuk Pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral.Untuk bakteri anaerob dapat digunakan metronidazol yang bersifat bakterisid. Pada OMSK aktif dapat diberikan dengan dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu.5,81. Otitis media supuratif kronik maligna.Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi. Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :1. Mastoidektomi sederhana (simple mastoidectomy)1. Mastoidektomi radikal1. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi1. Miringoplasti1. Timpanoplasti1. Pendekatan ganda timpanoplasti (combined approach tympanoplasty)Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki pendengaran.5,82.3.9 KomplikasiOtitis media supuratif, baik yang akut atau kronis mempunyai potensi untuk menjadi serius dan menyebabkan kematian. Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna pun dapat menyebabkan komplikasi.5Menurut Purnama MS, dkk (2012), komplikasi otitis media terjadi apabila sawar pertahanan telinga tengah yang normal dilewati, sehingga infeksi dapat menjalar ke struktur di sekitarnya. Pertahanan pertama adalah mukosa kavum timpani, yang mampu melokalisasi infeksi. Sawar kedua adalah dinding tulang kavum timpani dan sel mastoid. Dinding pertahanan ketiga adalah jaringan granulasi.11Penyebaran secara hematogen dapat diketahui dengan adanya:1. Komplikasi terjadi pada awal infeksi atau eksaserbasi akut1. Gejala prodromal tidak jelas1. ada operasi, didapatkan dinding tulang teling tengah utuh, dan tulang serta lapisan muko periosteal meradang dan mudah berdarahPenyebaran melalui erosi tulang dapat diketahui bila :1. Komplikasi terjadi beberapa minggu atau lebih setelah awal penyakit1. Gejala prodromal mendahului gejala infeksi1. Pada operasi ditemukan lapisan tulang yang rusak di antara fokus supurasi dengan struktur sekitarnyaPenyebaran melalui jalan yang sudah ada dapat diketahui bila:1. Komplikasi terjadi pada awal penyakit1. Serangan labirinitis atau meningitis berulang, mungkin juga dapat ditemukan fraktur tengkorak, riwayat operasi tulang, atau riwayat otitis media yang sudah sembuh1. Pada operasi ditemukan jalan penjalaran sawar tulang yang bukan karena erosiBila dengan pengobatan medikamentosa tidak berhasil mengurangi gejala, seperti otorea terus terjadi, dan pada pemeriksaan otoskopik tidak menunjukkan berkurangnya reaksi inflamasi dan pengumpulan cairan, maka harus diwaspadai kemungkinan terjadinya komplikasi. Pada stadium akut, yang dapat merupakan tanda bahaya antara lain; naiknya suhu tubuh, nyeri kepala, atau adanya malaise, drowsiness, somnolen, atau gelisah. Dapat juga timbulnya nyeri kepala di bagian parietal atau oksipital, dan adanya mual, muntah proyektil, serita kenaikan suhu badan yang menetap selama terapi, merupakan tanda komplikasi intrakranial. Pada OMSK, tanda penyebaran penyakit dapat terjadi setelah sekret berhenti, karena menandakan adanya sekret purulen yang terbendung.11Djaafar ZA,dkk (2012) menjelaskan bahwa, perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3macam lintasan : Dari rongga telinga tengah ke selaput otak Menembus selaput otak. Masuk ke jaringan otak.Insidensi terjadinya komplikasi dari otitis media kronik dan kolesteatoma sudah menurun sejak semakin banyaknya antibiotik pada awal abad ke 20. Bagaimanapun, komplikasi ini dapat terus terjadi, dan bisa berakibat fatal apabila tidak diidentifikasi dan diterapi secara tepat. Terapi dari komplikasi otitis media kronik tidak sama dengan penanganan terhadap otitis media akut, karena biasanya memerlukan tindakan intervensi bedah.5Otitis media kronik (OMK) dikenal sebagai infeksi atau inflamasi persisten dari telinga tengah dan mastoid. Kondisi ini melibatkan perforasi dari membran timpani, dengan adanya cairan yang keluar dari telinga (otorrhea) secara intermiten atau terus-menerus. Dengan terjadinya otomastoiditis kronis dan disfungsi dari tuba eustachius yang persisten, membran timpani melemah, yang meningkatkan kemungkinan atelektasis telinga atau pembentukan kolesteatoma. 5Kedekatan dari telinga tengah dan mastoid ke intratemporal dan intrakranial meningkatkan risiko infeksi terjadinya komplikasi dari struktur kompartemen yang berlokasi di sekitar daerah itu. Otitis media akut (OMA) dan komplikasinya leboh sering terjadi pada anak kecil, sedangkan komplikasi sekunder untuk otitis media kronis dengan atau tanpa klesteatoma lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua dan dewasa.5Menurut Djaafar ZA.dkk (2012), Komplikasi dari OMA dan OMK dikenal dengan menggunakan sistem klasifikasi yang dibagi menjadi komplikasi intrakranial dan ekstrakranial. Komplikasi ekstrakranial dibagi lagi menjadi komplikasi extratemporal dan intratemporal. Pengembangan dan penggunaan antibiotik yang tepat dapat menurunkan komplikasi yang merugikan. Namun, komplikasi dapat terus terjadi, dan kewaspadaan klinis diperlukan untuk deteksi dini dan pengobatan. Selanjutnya, dengan terus berkembangnya patogen yang multi drug resistant, komplikasi ini mungkin menjadi lebih sering terjadi karena antibiotik yang ada saat ini menjadi kurang efektif.5

Komplikasi Extrakranial 0. Abses Subperiosteal Abses subperiosteal adalah komplikasi ekstrakranial dari OMSK yang paling sering terjadi. Abses ini terjadi di korteks mastoid ketika proses infeksi dalam sel-sel udara mastoid meluas ke ruang subperiosteal. Perluasan ini paling sering terjadi sebagai akibat dari erosi korteks sekunder menjadi mastoiditis akut atau koalesen, tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari perluasan vaskular sekundermenjadi phlebitis dari vena mastoid. Abses subperiosteal terlihat lebihsering pada anak-anak muda dengan OMSA, tetapi juga ditemukan pada otitis kronis dengandan tanpa kolesteatoma.Kolesteatoma dapat menghalangi aditus ad antrum, mencegah terhubungnya dari isi dari mastoid yang terinfeksi dengan ruang telinga tengah dan tuba eustachius.Obstruksiinimeningkatkan kemungkinandekompresiyang infeksius sampai korteksmastoid,menyajikanklinis sebagai abses subperiosteal atau abses Bezold.50. Abses Bezold Abses Bezold adalah abses cervical yang berkembang mirip dengan abses subperiosteal secara patologi. Dengan adanya mastoiditis koalesen, jika korteks mastoid terkena pada ujungnya, sebagai lawan dari korteks lateral, abses akanberkembang dileher,dalam sampai sternokleidomastoid. Abses ini dideskripsikan sebagai massa yang dalam dan lembut pada leher. Karena abses berkembang dari sel-sel udara di ujung mastoid, ini ditemukan pada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa, di mana pneumatisasi dari mastoid telah diperpanjang sampai ke ujung. Sebagian besar dari abses ini adalah hasil dari ekstensi langsung melalui korteks, selain itu adalah dari transmisi melalui korteks utuh dengan cara phlebitis vena mastoid. Meskipun abses Bezold adalah komplikasi dari OMA dengan mastoiditis yang lebih sering terjadi pada anak-anak, abses ini juga dikenal sebagai komplikasi dari OMK dengan kolesteatoma.5Komplikasi Intratemporal0. Fistula Labirin Fistula labirin terus menjadi salah satu komplikasi yang paling umum dari otitis kronis dengan kolesteatoma, dan telah dilaporkan terjadi pada sekitar 7% dari kasus. Beberapa keadaan ini lebih mengganggu ahli bedah otologic daripada terdapatnya sebuah labirin terbuka yang ditemukan pada saat operasi kolesteatoma. Risiko kehilangan pendengaran sensorineural yang signifikan sebagai akibat manipulasi bedah membuat labirin terbuka dan pengelolaannya menjadi topik yang sangat kontroversial. Karena lokasinya di dekat antrum, kanalis semisirkularis horizontal adalah bagian yang paling sering terlibat dari labirin, dan menyumbang sekitar 90% dari fistula ini. Meskipun kanal horisontal biasanya terlibat, fistula dapat terjadi di kanal posterior dan superior, dan di koklea itu sendiri. Fistula koklea dikaitkan dengan insidensi terjadinya gangguan pendengaran yang jauh lebih tinggi ditemui dibandingkan dengan labirin fistula. Erosi tulang dari kapsul otic dapat terjadi melalui dua prosesyang berbeda.Dengan terdapatnya kolesteatoma, mediatordiaktifkan dari matriks,atautekanandari kolesteatoma itu sendiri, dapat menyebabkan osteolisis dan membuka labirin. Namun, fistula labirin dapat terjadi dari resorpsi kapsul otic karena mediator inflamasi bila tidak ada kolesteatoma, yang biasanya terjadi pada OMK dengan granulasi. Salah satu alasan kontroversi dalam membahas fistula ini adalah kurangnya sistem pembagian stadium yang dapat diterima. Beberapa sistem telah diusulkan. Sistem diperkenalkan oleh Dornhoffer dan Milewski, sistem ini berkaitandengan keterlibatan labirin yang mendasarinya. Fistuladenganerosi tulangdan endosteumutuh diklasifikasikan sebagai stadium I fistula. Jika endosteum ini terkena, namun ruang perilymphatic tidak, fistula ini diklasifikasikan sebagai stadium II a. Ketika perilimfe ini terkena oleh penyakit atau sengaja disedot, fistula dikategorikan sebagai stadium II b. Stadium III menunjukkan bahwa labirin membran dan endolimfe telah terganggu oleh penyakit atau intervensi bedah. 50. Mastoiditis KoalesenMastoiditis adalah spektrum penyakit yang harus didefinisikan dengan tepat untuk diterapi secara memadai. Mastoiditis, didefinisikan sebagai penebalan mukosa atau efusi mastoid, adalah umum dalam suatu otitis akut atau kronis, dan dilihat secara rutin pada CT scan. Mastoiditis secara klinis menunjukkan postauricular eritema, nyeri, dan edema, dengan daun telinga ke arah posterior dan inferior. Pemeriksaan lebih lanjut diindikasikan untuk menentukan pengobatan yang paling tepat.53. Facial Paralysis Otogenik yang menyebabkan kelumpuhan saraf wajah termasuk OMSA, OMSK tanpa kolesteatoma,dan dengan kolesteatoma .Yang pertama biasanya terjadi dengan saluran tuba pecah dalam segmen timpani, yang memungkinkan kontak langsung mediator inflamasi dengan saraf wajah itu sendiri. OMSK dengan atau tanpakolesteatomadapat mengakibatkan kelumpuhan wajah melalui keterlibatan ruptur saraf,atau melalui erosi tulang. Kelumpuhan wajah sekunder untuk OMSA sering terjadi pada anak dengan paresis tidak lengkap yang datang tiba-tiba dan biasanya singkat dengan pengobatan yang tepat. Di sisi lain, kelumpuhan sekunder pada OMSK atau kolesteatoma sering menyebabkan kelumpuhan wajah progresif lambat dan memiliki prognosis yang lebih buruk.5Komplikasi Intrakranial 0. Meningitis Meningitis adalah komplikasi intrakranial yang paling umum dari OMSK, dan OMSA adalah penyebab sekunder yang paling umum dari meningitis. Dalam seri terbaru komplikasi OMSK, meningitis terjadi pada sekitar 0,1% dari subyek. Meskipun ini tetap merupakan komplikasi yang signifikan, tingkat kematian akibat meningitis otitik telah menurun secara signifikan, dari 35% di era preantibiotik sampai 5% di era postantibiotik. Meningitis dapat muncul dari tiga rute otogenik yang berbeda: penyebaran hematogen dari meninges dan ruang subarachnoid, menyebar dari telinga tengah atau mastoid melalui saluran yang telah terjadi (fisura Hyrtl), atau melalui erosi tulang dan penyuluhan langsung. Dari ketiga kemungkinan, meningitis otogenik paling umum adalahhasil dari penyebaran hematogen.50. Abses Otak Abses otak adalah komplikasi intrakranial kedua yang paling umum dari otitis media setelah meningitis, tetapi mungkin yang paling mematikan. Berbeda dengan meningitis, yang lebih sering disebabkan oleh OMSA, otak abses hampir selalu merupakan hasil dari OMSK. Lobus temporal dan otak kecil yang paling sering terkena dampaknya. Abses ini berkembang sebagai hasil dari perpanjangan hematogen sekunder menjadi tromboflebitis di hampir semua kasus, tetapi erosi tegmen dengan abses epidural dapat menyebabkan abses lobus temporal. Hasil kultur dari abses ini biasanya steril, dan, bila positif, biasanya mengungkapkan flora campur, namun Proteus yang lebih sering dikultur daripada patogen lain. Perkembangan klinis yang terlihat pada pasien ini terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama digambarkan sebagai tahap ensefalitis, dan termasuk gejala seperti flu yaitu gejala demam, kekakuan, mual, perubahan status mental, sakit kepala, atau kejang. Tahap ini diikuti oleh laten, diam atau di mana gejala akut mereda, namun kelelahan umum dan kelesuan bertahan. Tahap ketiga dan terakhir menandai kembalinya gejala akut, termasuk sakit kepala parah, muntah, demam, perubahan status mental, perubahan hemodinamik dan peningkatan tekanan intrakranial. Tahap ketiga adalah disebabkan rongga abses yang pecah atau meluas.53. Trombosis Sinus LateralSinus sigmoid atau trombosis sinus lateralis merupakan komplikasi yang terkenaldari otitis media dimana tercatat 17% sampai 19% kasus dari komplikasi intrakranial. Kedekatan dari telinga tengah dan sel udara mastoid ke sinus vena dural memudahkan mereka untuk menjadi trombosis dan tromboflebitis sekunder terhadap infeksi dan peradangan di telinga tengah dan mastoid. Keterlibatan sinus sigmoid atau lateral dapat hasil darierosi tulang sekunder untukOMSK dan kolesteatoma,denganperpanjangan langsung dari proses menular ke ruang perisinus, atau dari penyebaran ruang dari tromboflebitis vena mastoid. Setelah sinus telah terlibat, dan trombus intramural berkembang, dapat menghasilkan sejumlah komplikasi yang serius. Hidrosefalus Otitik dikenaluntuk mempersulit sejumlah besar kasus ini. Bekuan yang terinfeksi dapat menyebar ke arah proximal melibatkan pertemuan sinus (torcular herophili)dansinus sagital, menyebabkan hidrosefalus yang mengancam jiwa, atau menyebar ke arah distal untuk melibatkan vena jugularis interna. Keterlibatan vena jugularis interna meningkatkan risiko emboli paru septik.54. Abses EpiduralAdanya abses epidural sering dapat membahayakan dalam perkembangan. Abses ini berkembang sebagai hasil dari penghancuran tulang dari kolesteatoma atau dari mastoiditis koalesen. Tanda-tanda dan gejala tidak berbeda secara signifikan dari yang ditemukan dalam OMSK. Kadang-kadang, iritasi dural dapat mengakibatkan peningkatan otalgia atau sakit kepala yang berfungsi sebagai tanda menyangkut di latar belakang OMSK. Karena komplikasi ini tidak begitu jelas dalam presentasi klinis, sehingga sering ditemukan secara kebetulan pada saat operasi kolesteatoma atau CT scan untuk keperluan lain.55. Otitic HydrocephalusOtitik hidrosefalus digambarkan sebagai tanda-tanda dan gejala menunjukkan peningkatan tekanan intrakranial dengan Liquor Cerebro Spinalis(LCS) yang normal pada pungsi lumbal, yang dapat hadir sebagai komplikasi dari OMSA, OMSK, atau operasi otologik. "Hidrosefalus Otitik" sampai sekarang belum dipahami seluruhnya, begitu juga dari sisi patofisiologi Ini adalah sebuah ironi karena kondisi ini dapat ditemukan tanpa otitis, dan pasien tidak memiliki ventrikel yang melebar menunjukkan tanda hidrosefalus. Symonds, yang menciptakan istilah Otitik hidrosefalus, merasa bahwa kondisi ini dikembangkan dari infeksi sinus (transversal) lateral, dengan perluasan thrombophlebitiske pertemuan sinus untuk melibatkan sinus sagital superior. Peradangan atau infeksi dari sinus sagital superior mencegah penyerapan LCS melalui vili arachnoid, sehingga tekanan intrakranial meningkat. Hal ini biasanya terjadi tromboflebitis menular sebagai akibat dari infeksi otologic, tetapi beberapa kasus juga terdapat pada kasus tanpa operasi otologik atau otitis. Selanjutnya, meskipun trombosis sinus lateral biasanya ditemukan pada hidrosefalus otitik, kasus telah dilaporkan tanpa trombosis sinus dural.52.3.10 PrognosisPasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan kontrol yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran bervariasi dan tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh gangguan konduksi dapat dipulihkan melalui prosedur pembedahan, walaupun hasilnya tidak sempurna.13Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak ditangani dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien karena telah mengalami komplikasi intrakranial yaitu meningitis.13

42