bab ii tinjauan pustaka - repository.uksw.edu€¦ · tinjauan pustaka bab ini berisi uraian...

18
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari konteks atau ruang lingkup penelitian tentang konsep kanker serviks, terdiri dari definisi, penyebab, gejala, stadium, dan pencegahan. Setelah itu uraian tentang konsep pengetahuan terdiri dari definisi, sumber pengetahuan, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan, tingkatan pengetahuan dan cara mengukur pengetahuan. Selanjutnya, uraian tentang konsep perilaku terdiri dari definisi, bentuk- bentuk perilaku, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, proses adopsi perilaku, kerangka konseptual, dan hipotesis penelitian

Upload: others

Post on 15-Dec-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.

Uraian pada bagian ini dimulai dari konteks atau ruang lingkup penelitian

tentang konsep kanker serviks, terdiri dari definisi, penyebab, gejala,

stadium, dan pencegahan. Setelah itu uraian tentang konsep pengetahuan

terdiri dari definisi, sumber pengetahuan, faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan, tingkatan pengetahuan dan cara mengukur pengetahuan.

Selanjutnya, uraian tentang konsep perilaku terdiri dari definisi, bentuk-

bentuk perilaku, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, proses adopsi

perilaku, kerangka konseptual, dan hipotesis penelitian

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

11

2.1 Konsep Kanker Serviks

2.1.1 Definisi kanker serviks

Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada

serviks atau mulut rahim, khususnya berasal dari lapisan epitel atau lapisan

terluar permukaan serviks (Samadi, 2011).

2.1.2 Penyebab kanker serviks

Kanker serviks disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor utama dan

faktor-faktor risiko pemicu terjadinya kanker serviks. Faktor utama adalah

human papilloma virus (HPV) tipe onkogenik (Samadi, 2011). Sedangkan

faktor-faktor risiko pemicu kanker serviks (Temple dan Martin dalam Yarbro

et al., 2011), yaitu merokok, memiliki pasangan seksual lebih dari satu,

menggunakan obat-obat imunosupresan atau penekan kekebalan tubuh,

ketidaktersediaan atau kurangnya skrining, usia yang lebih tua, penggunaan

jangka panjang kontrasepsi oral, riwayat penyakit menular seksual, seks di

usia muda, paparan diethylstilbestrol (DES) dalam rahim, diet rendah folat,

karoten, dan vitamin C, dan multiparitas.

2.1.3 Gejala kanker serviks

Gejala klinis yang ditimbulkan akibat kanker serviks berbeda-beda

sesuai dengan stadiumnya. Pada stadium awal gejala yang muncul adalah

perdarahan per vagina/lewat vagina pasca senggama atau perdarahan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

12

spontan diluar masa haid, dan keputihan. Pada stadium lanjut, gejala yang

ditunjukkan adalah keluarnya cairan dari liang vagina berbau tidak sedap,

nyeri (panggul, pinggang, dan tungkai), gangguan berkemih, nyeri di

kandung kemih dan rektum/anus. Jika kanker telah menyebar maka akan

timbul gejala sesuai dengan organ yang terkena, misalnya penyebaran di

paru-paru, liver, tulang, serta jika kambuh/residif maka gejala yang muncul

yaitu bengkak atau edema tungkai satu sisi, nyeri panggul menjalar ke

tungkai, dan gejala pembuntuan saluran kencing/obstruksi ureter (Samadi,

2011).

2.1.4 Stadium kanker serviks

Pengobatan kanker serviks harus didasarkan pada penetapan

stadiumnya. Pengobatan yang dijalani oleh seorang pasien kanker serviks

harus sesuai atau berdasarkan stadium kanker yang dialaminya. Stadium

kanker serviks menunjukkan tanda dan lokasi penyebaran kanker yang

berbeda-beda, dan sekaligus sebagai parameter untuk menilai kondisi

kesehatan pasien. Menurut FIGO (Federation International Of Gynecologic

And Gynecology) stadium kanker serviks terdiri dari stadium 0 sampai

stadium IVB. (Samadi, 2011). Distribusi stadium kanker serviks dapat dilihat

pada Tabel 2.1.4

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

13

Tabel 2.1.4 Stadium kanker serviks

Stadium Keterangan

Stadium 0 Tanda-tandanya yaitu carsinoma in situ, yaitu kanker yang masih terbatas pada lapisan epitel mulut rahim dan belum punya potensi menyebar ke tempat atau organ lain.

Stadium I Tanda-tandanya yaitu terbatas di uterus

Stadium IA Tanda-tandanya yaitu diagnosis hanya dengan mikroskop (penyebaran

horizontal ≤ 7mm)

Stadium IA1 Tanda-tandanya yaitu kedalaman invasi ≤ 3 mm

Stadium IA2 Tanda-tandanya yaitu kedalaman invasi > 3 mm dan ≤ 5 mm

Stadium IB Tanda-tandanya yaitu terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau secara mikroskopik > IA2

Stadium IB1 Tanda-tandanya yaitu besar lesi/tumor/benjolan ≤ 4 cm

Stadium IB2 Tanda-tandanya yaitu besar lesi/tumor/benjolan > 4 cm

Stadium II Tanda-tandanya yaitu invasi tidak sampai ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bagian bawah vagina

Stadium IIA Tanda-tandanya yaitu tanpa invasi ke parametrium/jaringan disamping uterus

Stadium IIB Tanda-tandanya yaitu invasi ke parametrium

Stadium III Tanda-tandanya yaitu invasi mencapai dinding pangul, 1/3 bagian bawah vagina atau timbul hidronefrosis/bendungan ginjal

Stadium IIIA Tanda-tandanya yaitu invasi pada 1/3 bagian bawah vagina

Stadium IIIB Tanda-tandanya yaitu dinding panggul atau hidronefrosis

Stadium IVA Tanda-tandanya yaitu invasi mukosa kandung kemih/rektum atau meluas keluar panggul kecil

Stadium IVB Tanda-tandanya yaitu metastasis jauh

2.1.5 Pencegahan kanker serviks

Pencegahan kanker serviks adalah suatu tindakan pencegahan yang

dilakukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kanker serviks.

Pencegahan kanker serviks terdiri dari:

a. Pencegahan Primer

Perilaku preventif primer adalah suatu tindakan pencegahan awal

kanker yang utama. Hal ini untuk menghindari faktor-faktor resiko

pemicu kanker serviks (Sukaca, 2009). Cara-cara pencegahan primer

yang dapat dilakukan antara lain:

1. Menunda dan tidak melakukan hubungan seksual di usia dini

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

14

2. Setia pada pasangan dan tidak berganti-ganti pasangan seksual.

3. Menolak berhubungan seksual dengan orang yang mempunyai

banyak pasangan.

4. Menolak berhubungan seksual dengan orang yang memiliki riwayat

infeksi menular seksual.

5. Membatasi penggunaan jangka panjang kontrasepsi oral.

6. Melakukan vaksinasi HPV sebelum aktif melakukan hubungan seks.

7. Tidak merokok

8. Menjaga pola makan seimbang dengan mengkonsumsi makanan

yang mengandung folat, karoten, dan vitamin C.

9. Tidak multiparitas

10. Tidak menggunakan diethylstilbestrol (DES) paparan dalam rahim.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah suatu tindakan pencegahan yang

dilakukan selama periode patogenesis setelah suatu penyakit

termanifestasi dalam tanda dan gejala (Potter dan Perry, 2005).

Pencegahan sekunder kanker serviks, terdiri dari pemeriksaan pap

smear, IVA, kolposkopi, dan tes HPV DNA.

c. Pencegahan Tersier

Perilaku preventif tersier merupakan tindakan preventif yang dilakukan

pada orang sudah terkena penyakit ini, dengan mengikuti berbagai jenis

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

15

tindakan pengobatan untuk mencegah komplikasi dan kematian yang

awal (SA, 2010). Ada beberapa hal penting yang dapat dilakukan oleh

penderita kanker serviks yaitu menurunkan faktor resiko misalnya

dengan menghilangkan perilaku seksual yang mengakibatkan terpapar

dengan infeksi human papilloma virus (HPV), serta memperhatikan

kebersihan organ kewanitaan. Hal lain yang dapat dilakukan yaitu

memperbaiki atau memodifikasi gaya hidup seperti menghilangkan

kebiasaan merokok atau tidak merokok, berolahraga, istirahat (tidur), dan

juga mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A, vitamin C,

vitamin E, dan asam folat.

2.2 Konsep Pengetahuan

2.2.1 Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indera manusia yakni

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan diri sendiri.

Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo (2003) dalam Wawan dan M (2010)).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

16

2.2.2 Sumber pengetahuan

Menurut Potter dan Perry (2005), Pengetahuan dapat diperoleh dari

berbagai sumber antara lain:

a. Tradisi

Salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan yaitu belajar melalui

tradisi. Tradisi merupakan suatu tindakan atau perbuatan yang sudah

menjadi suatu kebiasaan dalam kehidupan sosial masyarakat tertentu,

dan dilakukan secara turun temurun. Tradisi juga adalah suatu metode

yang efisien untuk belajar.

b. Para ahli atau pakar di bidang tertentu

Pengetahuan juga didapatkan dengan mencari informasi dari pakar

dibidangnya. Para pakar seringkali diminta untuk memecahkan masalah

atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.

c. Pengalaman

Seseorang juga belajar dari pengalaman. Jika pengalaman

menyebabkan seseorang mempelajari sesuatu dengan tidak benar, maka

orang tersebut menggunakan pengetahuan dengan tidak tepat.

d. Belajar

Belajar dengan pemecahan masalah juga merupakan cara lain untuk

memperoleh pengetahuan. Menurut Ausubel (1961) dalam Sarwono

(2008), belajar juga dapat dilakukan dengan cara yaitu:

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

17

1. Belajar dengan menerima saja (reception learning)

Pelajar hanya menyerap bahan-bahan yang tersedia baginya

sehingga di masa yang akan datang ia bisa mereproduksi kembali.

2. Belajar dengan menemukan sesuatu (discovery learning)

Pelajar menemukan sendiri materi yang harus dipelajarinya. Ia tidak

hanya menyerap, tetapi mengorganisasi dan mengintegrasikan materi-

materi yang dipelajarinya ke dalam struktur kognitifnya. Pengulangan

dari discovery learning meningkatkan kemampuan penemuan dari

individu yang bersangkutan.

3. Belajar dengan Menghafal (rote learning)

Pelajar mengingat-ingat bahan yang dipelajari sebagai rangkaian kata-

kata.

4. Belajar dengan mengartikan (Meaningful learning)

Pelajar berada dalam situasi yang mengandung sifat yaitu bahan yang

akan dipelajari secara potensial mempunyai arti, dan pelajar

mempunyai kecenderungan berpikir untuk menghubungkan informasi-

informasi atau konsep-konsep baru dengan struktur kognitif yang

sudah ada dan relevan.

2.2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan M (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang terdiri dari:

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

18

a. Faktor internal

1. Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal

yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup. Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003),

pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003) pada umumnya

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

2. Pekerjaan

Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah

keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang

kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber

kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah

yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan

bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja

bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

3. Umur

Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur

individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Sedangkan menurut Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

19

yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan

kematangan jiwa.

b. Faktor eksternal

1. Faktor lingkungan

Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003), lingkungan

merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

orang atau kelompok.

2. Sosial budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2.2.4 Tingkatan pengetahuan

Sunaryo (2004), tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif,

mencakup 6 tingkatan, yaitu:

1. Tahu

Tahu, artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu,

adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan

menyatakan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

20

2. Memahami

Memahami, artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui.

Seseorang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan,

memberikan contoh, dan menyimpulkan.

3. Penerapan

Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan

hukum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.

4. Analisis

Analisis artinya kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-

bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suasana struktur objek tersebut

dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat

menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan,

membuat bagan proses adopsi perilaku, dan dapat membedakan

pengertian psikologi dengan fisiologi.

5. Sintesis

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian

di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran

kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan,

dan menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

21

6. Evaluasi

Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu

objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun

sendiri.

2.2.5 Cara mengukur pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan

dengan skala yang bersifat kualitatif (Arikunto (2006) dalam Wawan, dan M

(2010), yaitu:

a. Baik : hasil presentase 76% - 100%

b. Cukup : hasil presentase 56% - 75%

c. Kurang : hasil presentase < 56%

2.3 Konsep Perilaku

2.3.1 Definisi perilaku

Perilaku merupakan suatu tanggapan atau respon seseorang terhadap

rangsangan (stimulus) yang tampak oleh mata (nyata), karena Itu

rangsangan sangat mempengaruhi perilaku (Skinner 1938 dalam Sarwono,

2008).

2.3.2 Bentuk-bentuk perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Sudarma (2008), Secara garis

besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu:

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

22

1. Perilaku tertutup (covert behavior)

Perilaku tertutup ditunjukkan dalam bentuk perhatian, persepsi,

pengetahuan/kesadaran dan reaksi lainnya yang tidak tampak.

2. Perilaku terbuka (over behavior)

Perilaku terbuka merupakan bentuk tindakan nyata aktif

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Perilaku dipengaruhi oleh faktor endogen (faktor genetik) dan faktor

eksogen/eksternal. Faktor endogen atau genetik antara lain yaitu jenis ras,

jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan, dan

intelegensi. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu seperti faktor

lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi, dan kebudayaan, serta

faktor-faktor lain yaitu susunan saraf pusat, persepsi, dan emosi (Sunaryo,

2004).

2.3.4 Proses adopsi perilaku

Menurut Notoatmodjo (1977), proses adopsi perilaku, yang mengutip

pendapat Rogers (1974), sebelum seseorang mengadopsi perilaku, di

dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses yang berurutan (akronim

AIETA) yaitu:

a. Awareness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus.

b. Interest (tertarik), individu mulai tertarik pada stimulus.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

23

c. Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang

baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Pada proses ketiga ini

subjek sudah memiliki sikap yang lebih baik lagi.

d. Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru

e. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

sikap, dan kesadarannya terhadap stimulus.

Menurut Rogers, adopsi perilaku tidak selalu melewati tahap AIETA

sehingga umumnya perilaku baru tersebut tidak langgeng. Sebaliknya,

perilaku yang melalui proses AIETA akan bersifat langgeng.

2.4 Kerangka Teori

Gambar 2.4.1 Kerangka Teori Hubungan Pengetahuan Tentang Anatomi dan Fisiologis Serviks dan Kanker Serviks dengan Perilaku Preventif Kanker Serviks

Gambar 2.4.1 memperlihatkan hubungan pengetahuan tentang anatomi

dan fisiologis serviks dan kanker serviks dengan perilaku preventif kanker

serviks. Secara umum, pengetahuan dapat diperoleh melalui tradisi, para

pakar, pengalaman dan proses belajar. Pengetahuan memegang peranan

Pengetahuan Perilaku preventif

kanker serviks

A. Pengetahuan tentang serviks (anatomi dan fisiologi)

B. Pengetahuan tentang kanker serviks

1. Perilaku preventif primer 2. Perilaku preventif sekunder 3. Perilaku preventif tersier

Tidak terjadi kanker serviks

Terjadi kanker serviks

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

24

penting dalam kehidupan seseorang, terutama bagi para wanita. Wanita

yang memiliki pengetahuan baik, tentunya akan berespon terhadap

keadaan atau kondisi disekitarnya termasuk masalah kesehatan yang

muncul atau bahkan yang ia alami sendiri. Masalah kesehatan salah

satunya yaitu masalah organ reproduksi wanita bagian dalam yaitu kanker

serviks. Pengetahuan yang dimiliki oleh wanita akan sangat membantunya

dalam memproteksi diri secara dini terhadap kanker serviks, terutama

dalam melakukan berbagai upaya pencegahan.

Upaya pencegahan terhadap kanker serviks dapat dilakukan melalui tiga

tahapan yaitu perilaku pencegahan secara primer, sekunder, dan tersier.

Perilaku pencegahan secara primer dapat dilakukan dengan cara

menghindari faktor resiko sebelum muncul manifestasi tanda dan gejala

kanker serviks. Perilaku pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan

mengikuti skrining berupa tes pap atau IVA, kolposkopi, tes HPV DNA.

Perilaku pencegahan tersier dilakukan dengan mengikuti berbagai

pengobatan kanker serviks untuk mencegah komplikasi penyakit dan

kematian yang lebih awal.

Kemudian, bila perilaku pencegahan dilakukan baik dan sedini mungkin,

maka kemungkinan untuk terkena kanker serviks sangat kecil. Kalau pun

terdeteksi adanya lesi prakanker, akan segera diobati sehingga dapat

disembuhkan. Sebaliknya, bila perilaku pencegahan ini diabaikan dan tidak

dilakukan sama sekali, maka membahayakan kesehatan wanita itu sendiri

karena bisa terkena kanker serviks.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

25

2.5 Hipotesis

a. H0:

1. Tidak terdapat hubungan yang sigfnifikan antara tingkat pengetahuan

wanita tentang anatomi serviks dengan perilaku menikah lebih dari

satu kali, menikah umur muda, melakukan hubungan seks umur

muda, mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, perilaku

memeriksakan diri di tempat pelayanan kesehatan terkait perdarahan

per vagina dan keluhan keputihan, mempunyai anak umur muda,

paritas, pemakaian pil KB, perilaku sering memakai antiseptik,

perilaku menaburi bedak disekitar vagina, perilaku merokok, perilaku

pemeriksaan pap smear dan IVA, perilaku mencari tempat pelayanan

kesehatan untuk berobat, dan perilaku mencari informasi terkait sakit

yang dialami.

2. Tidak terdapat hubungan yang sigfnifikan antara tingkat pengetahuan

wanita tentang fisiologis serviks dengan perilaku menikah lebih dari

satu kali, menikah umur muda, melakukan hubungan seks umur

muda, mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, perilaku

memeriksakan diri di tempat pelayanan kesehatan terkait perdarahan

per vagina dan keluhan keputihan, mempunyai anak umur muda,

paritas, pemakaian pil KB, perilaku sering memakai antiseptik,

perilaku menaburi bedak disekitar vagina, perilaku merokok, perilaku

pemeriksaan pap smear dan IVA, perilaku mencari tempat pelayanan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

26

kesehatan untuk berobat, dan perilaku mencari informasi terkait sakit

yang dialami.

3. Tidak terdapat hubungan yang sigfnifikan antara tingkat pengetahuan

wanita tentang kanker serviks dengan perilaku menikah lebih dari

satu kali, menikah umur muda, melakukan hubungan seks umur

muda, mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, perilaku

memeriksakan diri di tempat pelayanan kesehatan terkait perdarahan

per vagina dan keluhan keputihan, mempunyai anak umur muda,

paritas, pemakaian pil KB, perilaku sering memakai antiseptik,

perilaku menaburi bedak disekitar vagina, perilaku merokok, perilaku

pemeriksaan pap smear dan IVA, perilaku mencari tempat pelayanan

kesehatan untuk berobat, dan perilaku mencari informasi terkait sakit

yang dialami.

b. H1:

1. Terdapat hubungan yang sigfnifikan antara tingkat pengetahuan

wanita tentang anatomi serviks dengan perilaku menikah lebih dari

satu kali, menikah umur muda, melakukan hubungan seks umur

muda, mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, perilaku

memeriksakan diri di tempat pelayanan kesehatan terkait perdarahan

per vagina dan keluhan keputihan, mempunyai anak umur muda,

paritas, pemakaian pil KB, perilaku sering memakai antiseptik, perilaku

menaburi bedak disekitar vagina, perilaku merokok, perilaku

pemeriksaan pap smear dan IVA, perilaku mencari tempat pelayanan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.uksw.edu€¦ · TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian tentang teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Uraian pada bagian ini dimulai dari

27

kesehatan untuk berobat, dan perilaku mencari informasi terkait sakit

yang dialami.

2. Tidak terdapat hubungan yang sigfnifikan antara tingkat pengetahuan

wanita tentang fisiologis serviks dengan perilaku menikah lebih dari

satu kali, menikah umur muda, melakukan hubungan seks umur

muda, mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, perilaku

memeriksakan diri di tempat pelayanan kesehatan terkait perdarahan

per vagina dan keluhan keputihan, mempunyai anak umur muda,

paritas, pemakaian pil KB, perilaku sering memakai antiseptik, perilaku

menaburi bedak disekitar vagina, perilaku merokok, perilaku

pemeriksaan pap smear dan IVA, perilaku mencari tempat pelayanan

kesehatan untuk berobat, dan perilaku mencari informasi terkait sakit

yang dialami.

3. Tidak terdapat hubungan yang sigfnifikan antara tingkat pengetahuan

wanita tentang kanker serviks dengan perilaku menikah lebih dari satu

kali, menikah umur muda, melakukan hubungan seks umur muda,

mempunyai pasangan seksual lebih dari satu, perilaku memeriksakan

diri di tempat pelayanan kesehatan terkait perdarahan per vagina dan

keluhan keputihan, mempunyai anak umur muda, paritas, pemakaian

pil KB, perilaku sering memakai antiseptik, perilaku menaburi bedak

disekitar vagina, perilaku merokok, perilaku pemeriksaan pap smear

dan IVA, perilaku mencari tempat pelayanan kesehatan untuk berobat,

dan perilaku mencari informasi terkait sakit yang dialami.