tinjauan teori
DESCRIPTION
KTI AKBIDTRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Bayi
Neonatus adalah fase awal ketika seorang manusia lahir ke bumi.
(Kristiyanasari, 2011).
B. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai dengan 42 minggu dengan berat badan 2500 gram sampai dengan 4000
gram (Wahyuni, 2011).
C. Konsep Dasar Ikterus Fisiologis
1. Definisi
Ikterus adalah diskolorisasi kuning pada kulit atau organ lain akibat
penumpukkan bilirubin dalam darah. (Sudarti, 2013).
Ikterus fisiologis yaitu ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologis, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan atau mempunyai potensi menjadi “kernikterus” pada bayi, dan
tidak menyebabkan morbiditas pada bayi (Kristiyanasari, 2011).
Ikterus fisiologis yaitu warna kuning pada kulit dan mata karena
peningkatan bilirubin darah yang terjadi pada bayi setelah usia 24 jam kelahiran
(Wahyuni, 2011).
Ikterus fisiologis adalah ikterus normal yang dialami bayi baru lahir, tidak
mempunyai dasar patologis sehingga tidak berpotensi menjadi kern ikterus (Dewi,
2010).
7
8
2. Klasifikasi Ikterus
a. Ikterus Fisiologis
Ringan yaitu ikterus yang dikategorikan ikterus fisiologis bisanya
timbul pada hari kedua dan ketiga serta tidak mempunyai dasar patologis
atau tidak mempunyai potensi menjadi kern - ikterus (Kristiyanasari,
2009).
b. Ikterus Patologis
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis
atau kadar bilirubin mencapai nilai hiperbilirubinemia yaitu kadar bilirubin
serum yang dapat meningkat sedemikian rupa sehingga mencapai nilai
yang mempunyai potensi besar menimbulkan kern-ikterus atau
encephalophaty bilirubin jika tidak tertangani dengan baik. (Wahyuni,
2011).
Tabel 1. Tabel Penilaian Ikterus Pada BBL
Daerah Luas ikterusKadar bilirubin
(mg %)
1 Kepala + leher 5
2 Daerah 1 + badan bagian atas 9
3Daerah 1,2 + badan bagian bawah dan tungkai 11
4 daerah 1,2,3 + lengan dan kaki di bawah lutut 12
5 Daerah 1,2,3,4 + tangan dan kaki 16
3. Etiologi
Ikterus pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh bermacam –
macam keadaan. Penyebab yang tersering ditemukan disini adalah hemolisis
9
yang timbul akibat Inkompabilitas golongan darah ABO atau defisiensi enzim
G6PD. Hemolisis ini juga dapat timbul akibat perdarahan tertutup (Hematom
Cefal, Perdarahan Subaponeurotik) atau Inkompabilitas darah Rh, infeksi
juga memegang peranan penting dalam terjadinya Hiperbilirunemia, keadaan
ini terutama terjadi pada penderita Sepsis dan Gastroenteritis. Beberapa
faktor lain adalah Hipoksia / Anoksia, Dehidrasi, Asidosis, Hipoglikemia, dan
Polisite (Kristiyanasari, 2011).
Fisiologis ikterus pada neonatus disebabkan oleh ketidaksesuaian
antara pemecahan sel darah merah dan kemampuan bayi untuk mengangkut,
mengonjugasi, dan mengekskresikan bilirubin tak terkonjugasi. (Fraser dan
Cooper, 2012).
Penyebab ikterus fisiologis dapat disebabkan karena pemecahan
eritrosit meningkat, uptake kurang, konjugasi tidak adekuat dan aktifnya
cirkulus enterohepatiki. Sedangkan ikterus patologis dapat disebabkan oleh
hemolisis meningkat, hepatoseluler dan obstruksi intra/ekstra hepatal (Sudarti
dan Fauziah, 2013).
4. Tanda
Menurut Kristiyanasari (2011) tanda Ikterus diantaranya :
a. Ikterus Fisilogis
1) Timbul pada hari kedua dan ketiga
2) Kadar Bilirubin Inderek tidak melebihi 10 mg% pada Neonatus cukup
bulan dan 12,5 mg% untuk neonatus kurang bulan
3) Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tidak melebihi 5% perhari
10
4) Kadar Bilirubin Direk tidak melebihi 1 mg%
5) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama
6) Tidak terbukti mempunyai hubungan keadaan Patologis
b. Ikterus Patologis
1) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
2) Kadar Bilirubin melebihi 10 mg% pada Neonatus cukup bulan dan
12,5 mg% untuk Neonatus kurang bulan
3) Peningkatan kadar Bilirubin lebih dari 5% per hari
4) Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama
5) Kadar Bilirubin Direk melebihi 1 mg%
6) Mempunyai hubungan dengan proses Hemolitik
5. Diagnosis
Anamnesis ikterus pada riwayat obstetri sebelumnya sangat
membantu dalam menegakan diagnosis hiperbilirubinemia pada bayi.
Termasuk anamnesis mengenai riwayat inkompabilitas darah, riwayat
transfuse tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya. Disamping itu faktor
resiko kehamilan dan persalinan juga berperan dalam diagnosis dini ikterus /
hiperbilirubinemia pada bayi. (Yulianti, 2009).
Secara klinis anamnesis ikterus dapat terdeteksi dari pemucatan kulit
dengan ditekan dengan menggunakan jari untuk mengamati warna kulit dan
jaringan subkutan. ( Lumsden dan Holmes, 2012).
Secara tradisional fisiologi ikterus pada bayi biasanya dapat terlihat
dari perubahan warna kulit dan sclera yang menguning pada hari kedua dan
11
ketiga, dengan kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg pada neonatus
kurang bulan dan 12,5 mg pada neonatus kurang bulan, tidak membahayakan
dan menghilang dalam tempo 10 hari pertama. (Wahyuni, 2011).
6. Pencegahan
Kejadian Ikterus pada bayi baru lahir, dapat dicegah dan dihentikan
peningkatannya dengan pengawasan antenatal yang baik dan teratur,
menghindari obat-obatan yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi pada
masa kehamilan dan kelahiran, misalnya Sulfafulazore, Novobiosin, Oksitosin
(Yeyeh, 2010).
7. Penatalaksanaan
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk penatalaksanaan ikterus pada bayi agar
berhasil yaitu :
a. Perawatan bayi baru lahir normal
b. Perawatan bayi sehari-hari yaitu memandikan, perawatan tali pusat,
pemberian ASI yang adekuat, jemur dengan sinar matahari pagi, lamanya
kurang lebih setengah jam.
c. Mengajarkan ibu cara memandikan bayi, perawatan tali pusat,
membersihkan jalan napas, menjemur bayi dibawah sinar matahari.
d. Menjelaskan Ibu pentingnya :
1) Pemberian ASI sedini mungkin dan sesering mungkin.
2) Bayi dijemur dibawah sinar matahari selama setengah jam yaitu ¼
jam tidur terlentang dan ¼ jam tidur telungkup dalam keadaan
telanjang pada pagi hari (antara jam 7-9 pagi).
12
3) Makan bergizi bagi ibu
4) Mengikuti KB segera mungkin
5) Menganjurkan ibu supaya tidak minum jamu
6) Apabila bayi sampai hari ketiga masih dalam keadaan kuning, segera
dirujuk ke rumah sakit dan berikan pengertian dan penjelasan kepada
keluarga pentingnya anaknya dirujuk ke rumah sakit. (Arief dan
Kristiyanasari, 2009).
D. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
dengan Ikterus Fisiologis
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
terfokus pada klien. Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang
berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi (Varney, 2007).
Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang di butuhkan untuk mengevaluasi kebutuhan pasien
(Anggraini, 2010).
a. Data Subyektif
1. Biodata yang mencakup identitas pasien
13
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, agar tidak keliru dalam memberikan
pelayanan kepada bayi yang akan dirawat (Anggraini, 2010).
b) Umur
Umur bayi 3 hari (Putra, 2013).
c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan dari orang tua bayi tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan orang tua bayi dalam berdoa.
(Wahyuni, 2011).
d) Pendidikan
untuk mengetahui tingkat pendidikan dari orang tua bayi tersebut agar
bidan mampu memberikan pelayanan dengan baik dan efektif
(Anggraini, 2010).
e) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari – hari
(Anggraini, 2010).
f) Pekerjaan
untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonomi dari orang tua
bayi, karena hal ini mempengaruhi dalam mencukupi kebutuhan
gizinya (Wildan, 2010).
g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila di perlukan
(Anggraini, 2010).
14
h) Keluhan utama
Ibu mengatakan bayi tampak kekuning – kuningan sejak sehari yang
lalu. (Fraser dan Cooper, 2012).
i). Riwayat kesehatan
j). Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menderita penyakit
dimasa lalu. (Anggraini, 2010).
i) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan bahwa dirinya sekarang tidak sedang menderita
penyakit. (Wildan, 2010).
j) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga ibu tidak ada yang menderita
penyakit. (Anggraini, 2010).
k) Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan ini adalah perkawinan yang sah (Wildan, 2010).
l) Riwayat obstetric
m) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
(Wildan, 2010).
n) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi
meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk
15
mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisa mempengaruhi kelahiran bayi dengan ikterus saat ini
(Anggraini, 2010).
o) Kehidupan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat
yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada
masa kehamilan misalnya pada kebiasaan pantang makan. (Wahyuni,
2011).
b. Data objektif
Pemeriksaan umum
a). Pernafasan :
b). Denyut jantung :
c). Denyut nadi :
d). Suhu aksiler :
jumlah pernafasan rata-rata antara 40-
60x / menit (wahyuni, 2011).
denyut jantung frekuensinya antara 120-
140 atau kurang dari 10x / menit,
(Pantiawati, 2011).
90-134 x / menit. (Kristiyanasari, 2011).
36,5° – 37,3° C (Fraser dan Cooper,
2012).
Antropometri
1) Berat badan sama dengan 3300 gram
2) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 48 cm
3) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
4) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
16
(Wahyuni, 2011).
Pemeriksaan Khusus (head to toe)
a) Warna kulit :
b) Kepala :
c) Muka :
d) Mata :
e) Hidung :
f). Telinga :
g). Mulut :
h). Leher :
i). Klavikula
dan lengan tangan :
Kulit tampak berwarna kekuning-kuningan mulai
dari kepala sampai leher. (Wahyuni, 2011).
Rambut hitam, tidak terlihat ada caput
succedaneum dan chefalhematoma. (Fraser dan
Cooper, 2011).
simetris, kulit ikterus. (Wahyuni, 2011).
simetris, konjungtiva anemis, sclera ikterus.
(Kristiyanasari, 2011).
simetris, tidak terlihat adanya polip, tidak terlihat
adanya pernapasan cuping hidung. (Fraser dan Cooper,
2012).
simetris, bersih, tidak ada kelainan. (Wildan,
2008).
Simetris kiri dan kanan, bibir tidak sumbing, lidah
bersih, belum tumbuh gigi, tidak ada stomatitis,
warna agak pucat. (Wahyuni, 2011).
Simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
dan vena jugularis, terlihat ikterus. (Kristiyanasari,
2011).
Gerakan aktif (Kristiyanasari, 2009).
simetris kiri dan kanan. (Wahyuni, 2011).
Tidak terdapat penonjolan abdomen (Kristiyanasari,
17
j). Dada :
k). Abdomen :
l). Genetalia :
m).Tungkai dan kaki :
n). Anus :
o). Punggung :
p). Reflek
q). Ekstremitas
Postur dan gerakan :
2011).
Normal, labia mayora sudah menutupi labia
minora. (Wahyuni, 2011).
Simetris kiri dan kanan (Kristiyanasari, 2009)
Terdapat lubang anus (Fraser dan Cooper, 2012).
Normal (Fraser dan Cooper, 2012).
Babynski, menghisap, menelan, menggenggam,
rooting, moro. (Srtight, 2008).
Simetris, jumlah kaki dan tangan lengkap, gerakan
aktif. (Kristiyanasari, 2009).
Langkah II : Interpretasi Data
Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah dan
kebutuhan bayi berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan pada
langkah 1
Data Subjektif :
a) Keluhan utama ibu karena berkaitan dengan ikterus, misalnya bayi
terlihat tampak kekuning-kuningan sejak hari ke tiga kelahiran,
kurangnya pengetahuan ibu tentang bayi ikterus. (Anggraini, 2010).
b) Riwayat kehamilan yang lalu untuk mengetahui berapa kali ibu hamil
dan adanya riwayat ibu pernah mempunyai bayi ikterus sebelumnya.
(Anggraini, 2010).
18
Data Objektif :
a) Keadaan umum : Sedang, kesadaran composmentis, ikterus.
(Wahyuni, 2011)
b) Pernafasan : 43 x / menit.
(Suharti, 2011)
c) Denyut jantung : 140 x / menit.
(Pantiawati, 2011).
d) Denyut nadi : 145 x / menit.
(Kristiyanasari, 2011).
e) Suhu aksiler : 36,8 ° C.
(Fraser dan cooper).
f) Nilai apgar : 7-8.
(Kristiyanasari, 2011).
g) PB lebih dari atau kurang dari 48 cm.
(Pantiawati, 2011).
h) LK lebih dari atau kurang dari 33 cm.
(Pantiawati, 2011).
i) Lingkar Dada lebih dari atau kurang dari 30 cm.
(Pantiawati, 2011).
j) Kulit kekuning-kuningan mulai dari kepala sampai badan bagian
bawah
(Wahyuni, 2011).
19
Langkah III : Identifikasi Diagnosis Atau Masalah Potensial.
Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan
terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Diagnosa potensial :
1. Jika ikterus fisiologi potensial terjadi ikterus patologis. (Kristiyanasari,
2011).
2. Jika ikterus patologis potensial terjadi kern-ikterus. (Wahyuni, 2011).
Masalah potensial :
Potensial terjadi masalah psikologi bagi orang tua karena cemas dengan
melihat gejala yang timbul pada anaknya. (Lumsden dan Holmes, 2012).
Langkah IV : Identifikasi Dan Menetapkan Kebutuhan Yang
Memerlukan Penanganan segera.
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan sesuai dengan kondisi bayi.
(Saminem, 2010).
Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan
temuan pada langkah sebelumnya (Kristiyanasari, 2011).
a. Lakukan perawatan bayi sehari-hari. (Kristiyanasari, 2011).
b. Lakukan terapi sinar. (Wahyuni, 2011).
c. Lakukan terapi obat. (Lumsden dan Holmes, 2012).
d. Perhatiakan frekwensi BAK dan BAB. (Wahyuni, 2011).
20
e. Pertahankan suhu tubuh agar tetap hangat. (Kristiyanasari, 2011).
f. Pelihara kebersihan tempat tidur bayi dan lingkungannya. (Suharti. 2011).
g. Berikan identitas bayi. (Prawirohardjo, 2010).
h. Konseling (Suharti. 2011).
Langkah VI : Implementasi/Pelaksanaan
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan pada bayi baru lahir
dengan ikterus fisiologis secara efektif dan aman. (Saminem, 2010).
a. Melakukan perawatan bayi sehari-hari yaitu memandikan, perawatan tali
pusat, memberikan ASI yang adekuat, sedini mungkin dan sesering
mungkin (Arief dan Kristiyanasari, 2009).
b. Menjemur bayi dengan sinar matahari pagi kurang lebih setengah jam
yaitu ¼ jam tidur terlentang dan ¼ jam tidur telungkup dalam keadaan
telanjang antara jam 7– 9 pagi. (Wahyuni, 2011).
c. Memberikan bayi obat luminal sesuai anjuran dokter untuk meningkatkan
pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya indirect
berubah jadi direct. (Lumsden dan Holmes, 2012).
d. Memperhatikan seberapa sering bayi buang air kecil dan buang air besar
untuk mengetahui apakah bayi tersebut mendapat cukup ASI. (Wahyuni,
2011).
e. Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat, dengan cara memastikan bayi
tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dan kulit ibu, mengganti
handuk/kain basah dan bungkus bayi dengan selimut dan memastikan bayi
tetap hangat dengan memeriksa telapak kaki setiap 15 menit. Apabila
21
telapak kaki terasa dingin, memeriksa suhu aksila bayi. (Kristiyanasari,
2011).
f. Memelihara dan menjaga kebersihan tempat tidur bayi dan lingkungannya,
agar bayi sllu merasa nyaman dan tenang. (Prawirohardjo, 2010).
g. Memberikan identitas bayi
Alat pengenal untuk memudahkan identitas bayi perlu dipasang segera
setelah lahir. (Suharti. 2011).
h. Memberitahu dan menjelaskan ibu pentingnya :
1. Memberikan ASI sedini mungkin dan sesering mungkin
(Kristiyanasari, 2009).
2. Memberikan sinar matahari pagi untuk bayi ikterus (Kristiyanasari,
2011).
3. Makan makanan bergizi agar kebutuhan bayi terpenuhi (Kristiyanasari,
2009).
4. Mengikuti KB segera mungkin (Kristiyanasari, 2009).
5. Menganjurkan ibu supaya tidak minum jamu (Kristiyanasari, 2011).
Langkah VII : Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, mengulangi
kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang
sudah dilaksanakan tetapi belum efektif. (Saminem 2010).