bab 2 tinjauan teori

41
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Merger dan Akuisisi Dalam bahasa akuntansi, peristiwa merger dan akuisisi disebut sebagai kombinasi bisnis (business combination) yang didefinisikan sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi. Penekanannya adalah dalam penggabungan bisnis ini akuntansi tidak memandang apakah penggabungan tersebut merupakan merger atau akuisisi, 7 kecuali dalam definisi. Hal ini juga mengacu pada pengklasifikasian sebagaimana dilakukan oleh Ross e.t al, bahwa merger adalah bentuk khusus dari akuisisi, maka dalam penelitian ini menggunakan istilah merger dan akuisisi (M&A). Merger dan akuisisi, dalam konteks keuangan dibagi menjadi dua yaitu keuangan perusahaan (corporate finance) dan manajemen 7 Stanley Foster Reed and Alexandra Reed Lajoux. 1999. The Art of M&A: A Merger, Acquisition, Buyout Guide. New York. McGraw-Hill 9

Upload: khochin-rico

Post on 12-Jun-2015

2.362 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 2 Tinjauan Teori

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Merger dan Akuisisi

Dalam bahasa akuntansi, peristiwa merger dan akuisisi disebut

sebagai kombinasi bisnis (business combination) yang didefinisikan

sebagai penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi

satu entitas ekonomi. Penekanannya adalah dalam penggabungan

bisnis ini akuntansi tidak memandang apakah penggabungan tersebut

merupakan merger atau akuisisi,7 kecuali dalam definisi. Hal ini juga

mengacu pada pengklasifikasian sebagaimana dilakukan oleh Ross e.t

al, bahwa merger adalah bentuk khusus dari akuisisi, maka dalam

penelitian ini menggunakan istilah merger dan akuisisi (M&A).

Merger dan akuisisi, dalam konteks keuangan dibagi menjadi

dua yaitu keuangan perusahaan (corporate finance) dan manajemen

strategi (strategic management). Dari sisi keuangan perusahaan,

merger dan akuisisi adalah salah satu bentuk keputusan investasi

jangka panjang (penganggaran modal/capital budgeting) yang harus

diinvestigasi dan dianalisis dari aspek kelayakan bisnisnya. Dari

perspektif manajemen strategi, merger dan akuisisi adalah salah satu

alternatif strategi pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk mencapai

tujuan perusahaan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tujuan dari

merger dan akuisisi adalah untuk membangun keunggulan kompetitif

perusahaan jangka panjang yang pada gilirannya dapat meningkatkan

nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemilik

perusahaan atau pemegang saham. Dibawah ini akan dijelaskan

definisi merger dan akuisisi serta macam-macamnya. 7 Stanley Foster Reed and Alexandra Reed Lajoux. 1999. The Art of M&A: A Merger, Acquisition, Buyout Guide. New York. McGraw-Hill

9

Page 2: Bab 2 Tinjauan Teori

10

1) Definisi Merger

Merger merupakan suatu strategi bisnis yang diterapkan dengan

menggabungkan antara dua atau lebih perusahaan yang setuju

menyatukan kegiatan operasionalnya dengan basis yang relatif

seimbang, karena mereka memiliki sumber daya dan kapabilitas yang

secara bersama-sama dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

lebih kuat, (Hitt, et.al., 2001)8. Sedangkan menurut Brian Coyle

(2000)9 merger dapat diartikan secara luas maupun secara sempit.

Dalam pengertian yang luas, merger juga menunjuk pada setiap bentuk

pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lainnya, pada saat

kegiatan usaha dari kedua perusahaan tersebut disatukan. Pengertian

yang lebih sempit merujuk pada dua perusahaan dengan ekuitas

hampir sama, menggabungkan sumber-sumber daya yang ada pada

kedua perusahaan menjadi satu bentuk usaha. Pemegang saham atau

pemilik dari kedua perusahaan sebelum merger menjadi pemilik dari

saham perusahaan hasil merger, dan top manajemen dari kedua

perusahaan tetap menduduki posisi senior dalam perusahaan setelah

merger.

Merger menurut Morris (2000)10, adalah “the absorption of one

corporation into another corporation,….. Usually but not always, the

selling corporation’s shareholders receive stock in the buying

corporation” . Bagi Morris merger dapat dengan mudah dimengerti

sebagai suatu bentuk yang secara struktural serupa dengan

pengambilalihan saham. Semua hak dan kewajiban dari perusahaan

yang merger dialihkan demi hukum kepada perusahaan yang

mengambil alih tersebut. Dalam suatu transaksi merger yang

8 Hitt, M.E., et.all., 2000, Strategic Management, South Western College Publishing9 Coyle Brian, 2000, Mergers and Acquisitions, Amacom, New York10 Morris Joseph M., 2000, Mergers and Acquisitions, Business Strategies for Accountants, JohnWiley & Sons, Inc., New York

10

Page 3: Bab 2 Tinjauan Teori

11

sebenarnya terjadi adalah pengalihan hak dan kewajiban dari

perusahaan yang diambil alih ke perusahaan yang mengambil alih.

Pada pengambilalihan saham biasa, hak dan kewajiban dari perusahaan

yang diambil alih tetap dipisahkan dalam suatu perusahaan independen

yang berbeda dari perusahaan yang mengambil alih tersebut. Agar

tidak merugikan kepentingan dari perusahaan yang mengakuisisi,

dalam merger, maka diciptakanlah triangular merger, dimana

perusahaan yang mengambil alih mendirikan satu perusahaan baru

yang akan mengabsorbsi seluruh hak dan kewajiban dari perusahaan

yang diambil alih tersebut.

2) Definisi Akuisisi

Akuisisi dalam terminologi bisnis diartikan sebagai berikut :

Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian atas

saham atau asset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam

peristiwa ini baik perusahaan pengambilalih atau yang diambil alih

tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah. (Abdul Moin, 2004)11.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 27 Tahun 199812

tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan

Terbatas mendefinisikan akuisisi sebagai perbuatan hukum yang

dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk

mengambil alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang

dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan

tersebut.

11 Moin, Abdul, op.cit 12 Peraturan Pemerintah RI No. 27 tahun 1998. Tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.

11

Page 4: Bab 2 Tinjauan Teori

12

3) Macam-macam Merger dan Akuisisi

Merger dan Akuisisi berdasarkan aktivitas ekonomik dapat

diklasifikasikan dalam lima tipe13 :

a. Merger Horisontal

Merger horisontal adalah merger antara dua atau lebih perusahaan

yang bergerak dalam industri yang sama. Sebelum terjadi merger

perusahaan-perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam

pasar/industri yang sama. Salah satu tujuan utama merger dan

akuisisi horisontal adalah untuk mengurangi persaingan atau untuk

meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi,

pemasaran dan distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas

administrasi. Efek dari merger horisontal ini adalah semakin

terkonsentrasinya struktur pasar pada industri tersebut. Apabila

hanya terdapat sedikit pelaku usaha, maka struktur pasar bisa

mengarah pada bentuk oligopoli, bahkan akan mengarah pada

monopoli.

b. Merger Vertikal

Merger vertikal adalah integrasi yang melibatkan perusahaan-

perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi

atau operasi. Merger dan akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaan

yang berada pada industri hulu memasuki industri hilir atau

sebaliknya. Merger dan akuisisi vertikal dilakukan oleh

perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk mengintegrasikan

usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna produk dalam

rangka stabilisasi pasokan dan pengguna. Tidak semua perusahaan

memiliki bidang usaha yang lengkap mulai dari penyediaan input

sampai pemasaran. Untuk menjamin bahwa pasokan input berjalan

dengan lancar maka perusahaan tersebut bisa mengakuisisi atau

13 Coyle Brian, op.cit

12

Page 5: Bab 2 Tinjauan Teori

13

merger dengan pemasok. Merger dan akuisisi vertikal ini dibagi

dalam dua bentuk yaitu integrasi ke belakang atau ke bawah

(backward/downward integration) dan integrasi ke depan atau ke

atas (forward/upward integration).

c. Merger Konglomerat

Merger konglomerat adalah merger dua atau lebih perusahaan yang

masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Merger

dan akuisisi konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan

berusaha mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki

bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula.

Apabila merger dan akuisisi konglomerat ini dilakukan secara terus

menerus oleh perusahaan, maka terbentuklah sebuah konglomerasi.

Sebuah konglomerasi memiliki bidang bisnis yang sangat beragam

dalam industri yang berbeda.

d. Merger Ekstensi Pasar

Merger ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau

lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area

pasar. Tujuan merger dan akuisisi ini terutama untuk memperkuat

jaringan pemasaran bagi produk masing-masing perusahaan.

Merger dan akusisi ekstensi pasar sering dilakukan oleh perusahan-

perusahan lintas Negara dalam rangka ekspansi dan penetrasi

pasar. Strategi ini dilakukan untuk mengakses pasar luar negeri

dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas produksi dari awal

di negara yang akan dimasuki. Merger dan akuisisi ekstensi pasar

dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekspor karena kurang

memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen

luar negeri.

e. Merger Ekstensi Produk

13

Page 6: Bab 2 Tinjauan Teori

14

Merger ekstensi produk adalah merger yang dilakukan oleh dua

atau lebih perusahaan untuk memperluas lini produk masing-

masing perusahaan. Setelah merger perusahaan akan menawarkan

lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan menjangkau

konsumen yang lebih luas. Merger dan akuisisi ini dilakukan

dengan memanfaatkan kekuatan departemen riset dan

pengembangan masing-masing untuk mendapatkan sinergi melalui

efektivitas riset sehingga lebih produktif dalam inovasi.

Pola adalah sistem bisnis yang diimplementasikan oleh sebuah

perusahaan dan dalam hal ini pola merger adalah sistem bisnis

yang akan diadopsi atau yang akan dijadikan acuan oleh

perusahaan hasil merger. Klasifikasi berdasarkan pola merger

terbagi dalam dua kategori yaitu :

a. Mothership Merger

Mothership merger adalah pengadopsian satu pola atau sistem

untuk dijadikan pola atau sistem pada perusahaan hasil merger.

Biasanya perusahaan yang dipertahankan hidup adalah

perusahaan yang dominan dan sistem pola bisnis perusahaan

yang dominan inilah yang diadopsi.

b. Platform Merger

Jika dalam mothership merger hanya satu sistem yang

diadopsi, maka dalam platform merger hardware dan software

yang menjadi kekuatan masing-masing perusahaan tetap

dipertahankan dan dioptimalkan. Artinya adalah semua system

atau pola bisnis, sepanjang itu baik, akan diadopsi oleh

perusahaan hasil merger.

Klasifikasi berdasarkan obyek yang diakuisisi dibedakan atas

akuisisi saham dan akuisisi asset, yaitu :

14

Page 7: Bab 2 Tinjauan Teori

15

a. Akuisisi Saham

Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu

transaksi jual beli perusahaan, dan transaksi tersebut

mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan dari penjual

kepada pembeli. Karena perusahaan didirikan atas saham-

saham, maka akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual

saham-saham mereka kepada pembeli/pengakuisisi.

Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang

paling umum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi.

Akuisisi tersebut dapat dilakukan dengan cara membeli seluruh

atau sebagian saham-saham yang telah dikeluarkan oleh

perseroan maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran

atas sebagian maupun seluruh saham yang belum dan akan

dikeluarkan perseroan yang mengakibatkan penguasaan

mayoritas atas saham perseroan oleh perusahaan yang

melakukan akuisisi tersebut, yang akan membawa ke arah

penguasaan manajemen dan jalannya perseroan.

b. Akuisisi Aset

Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki

perusahaan lain maka ia dapat membeli sebagian atau seluruh

aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Jika pembelian

tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini

dinamakan akusisi parsial.

Akuisisi asset secara sederhana dapat dikatakan merupakan :

1. Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset

(sebagai pihak pembeli) dengan pihak yang diakuisisi asetnya

(sebagai pihak penjual), jika akuisisi dilakukan dengan

pembayaran uang tunai. Dalam hal ini segala formalitas yang

harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus diberlakukan,

15

Page 8: Bab 2 Tinjauan Teori

16

termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus dilakukan

dihadapan Pejabat Pembuatan Akta Tanah.

2. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan

suatu kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi,

jika akuisisi tidak dilakukan dengan cara tunai. Dan jika

kebendaan yang dipertukarkan dengan aset merupakan saham-

saham, maka akuisisi tersebut dikenal dengan nama assets for

share exchange, dengan akibat hukum bahwa perseroan yang

diakuisisi tersebut menjadi pemegang saham dan perseroan

yang diakuisisi.

Untuk melakukan akuisisi, Morris (2000)14 mengemukakan

adanya beberapa hal yang perlu diketahui terlebih dahulu :

1. Characteristics and size of industry and company

2. Size of market and expected market growth

3. Share of market held by the candidate (to be acquired)

4. Barriers to entry by the new competition

5. State of the acquisition candidate’s technology and easy with

which it could be duplicated by the acquirer or by a

competitior

6. Competitive advantage of the acquisition candidate’s product

or service

7. Amount of the investment required by the acquirer and the

projected return rates

8. Existence of in place management, technical personnel and

other key personnel

9. Ability of the acquirer to acquire and retain the acquisition

candidate’s business

10. Size and price range

14 Morris Joseph M., op.cit

16

Page 9: Bab 2 Tinjauan Teori

17

Akuisisi dapat terjadi dalam keseluruhan ataupun secara

sebagian. Akuisisi keseluruhan terjadi jika yang diambil alih

seluruh saham dari perusahaan yang diambil alih tersebut,

sedangkan akuisisi disebut akuisisi sebagian jika akuisisi dilakukan

dengan mengambil alih lebih dari 50% kepemilikan saham tetapi

kurang dari 100% Coyle(2000)15.

Selain itu, akuisisi dapat dilakukan dengan cara :

1. Pembayaran tunai

2. Pembayaran dengan penerbitan surat-surat berharga, dalam

bentuk saham (share swap), obligasi, surat utang, dan surat-

surat berharga lainnya

3. Campuran dalam bentuk pembayaran tunai dan surat berharga

4. Opsi bagi pihak yang sahamnya diambil alih, untuk menerima

pembayaran dalam bentuk tunai atau surat berharga.

Akuisisi, Coyle (2000)16 dalam prakteknya juga dapat

mengambil bentuk :

1. Agresive

2. Defensive

3. Negotiated

Akuisisi dikatakan bersifat aggressive, jika akuisisi dilakukan

dengan paksa, yang pada umumnya memperoleh tentangan yang

sangat dari manajemen perusahaan yang akan diambil alih,

sehingga seringkali disebut juga dengan hostile take over. Bentuk

akuisisi yang berlawanan dari aggressive acquisition ini adalah

negotiated take over. Sedangkan suatu akuisisi disebut dengan

defensif, jika terjadi keadaan tawar menawar antara manajemen

perusahaan yang diambil alih mengenai pihak mana yang disetujui

15 Coyle Brian, op.cit16 Coyle Brian, op.cit

17

Page 10: Bab 2 Tinjauan Teori

18

untuk melakukan pengambilalihan. Defensive acquisition ini pada

umumnya terjadi sebagai reaksi dari aggressive take over.

Ada beberapa alasan perusahaan-perusahaan melakukan merger

dan akuisisi, menurut Morris (2000)17 bahwa sekurangnya ada lima

alasan pokok perusahaan melakukan merger dan akuisisi :

1. Faster growth

2. Vertical integration

3. Acquisition of intangibles and personnel

4. Portfolio investment

5. Change in industries

4) Manfaat dan Resiko Merger dan Akuisisi

Dalam banyak literature manajemen strategi ditemukan bahwa

merger dan akuisisi memberikan banyak manfaat. Beberapa manfaat

yang mungkin dihasilkan dari proses merger dan akuisisi menurut

David (1998)18 antara lain :

1. Meningkatkan efisiensi melalui sinergi yang tercipta diantara

perusahaan yang dimerger atau diakuisisi.

2. Memperluas portfolio jasa yang ditawarkan yang akan berakibat

pada bertambahnya sumber pendapatan bagi perusahaan.

3. Memperkuat daya saing perusahaan, dan lain sebagainya.

Namun selain manfaat yang mungkin dihasilkan, menurut David

(1998) perlu juga diperhatikan kemungkinan risiko yang akan muncul

sebagai hasil dari merger dan akuisisi, yaitu :

1. Seluruh kewajiban masing-masing perusahaan akan menjadi

tanggungan perusahaan hasil merger atau akuisisi, termasuk

17 Morris Joseph M., op.cit 18 David, Fred R. 1998. Concepts of Strategic Management. 7th ed. New Jersey. Prentice Hall Inc.

18

Page 11: Bab 2 Tinjauan Teori

19

kewajiban pembayaran dan penyerahan produk kepada vendor

yang masih terhutang.

2. Beban operasional, terutama dalam jangka pendek, akan semakin

meningkat sebagai akibat dari proses penggabungan usaha.

3. Perbedaan budaya (corporate culture), sistem dan prosedur yang

diterapkan dimasing-masing perusahaan selama ini akan

memerlukan penyesuaian dengan waktu yang relatif lama, dan

sebagainya.

5) Faktor Keberhasilan Merger dan Akuisisi

Keberhasilan suatu merger dan akuisisi sangat bergantung pada

ketepatan analisis dan penelitian yang menyeluruh terhadap faktor-

faktor penyelaras atau kompatibilitas antara organisasi yang akan

bergabung. Neil M. Kay (1997)19, dalam bukunya Pattern in

Corporate Evolution, mengungkapkan bahwa merger dan akuisisi akan

berlangsung sukses apabila diantara perusahaan yang akan bergabung

memiliki market link dan technological link. Sementara Robins

(2000)20, dalam Organizational Behavior, menambahkan bahwa

kompatibilitas budaya organisasi yang akan bergabung dalam sebuah

merger seringkali menjadi faktor non ekonomi yang krusial dalam

mendukung keberhasilan sebuah proses merger. Sedangkan Pringle

dan Harris (1987)21, dalam bukunya Esentials of Managerial Finance

memandang bahwa kinerja keuangan pada perusahaan hasil merger

merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika dua

perusahaan atau lebih akan bergabung.

1. Faktor Pasar dan Pemasaran

19 Neil, M. Kay. 1997. Pattern In Corporate Evolution. New York. Oxford University Press.20 Robins, S.T., 2000. Organizational Behavior. New Jersey. Prentice Hall Inc.21 Pringle, J.J., and Harris, R.S., 1987. Esentials of Managerial Finance. 2nd ed., Illinois London

19

Page 12: Bab 2 Tinjauan Teori

20

Menurut Neil Kay (1997), perusahaan dapat berhasil dalam

melakukan merger dan akuisisi apabila terdapat kesamaan atau

komplementaritas dalam hal pasar yang ia sebut sebagai market

linkages. Salah satu hasil yang diharapkan dari merger dan akuisisi

adalah sinergi yang dihasilkan oleh meningkatnya akses

perusahaan ke pasar baru yang selama ini tidak tersentuh.

Sumber-sumber potensial yang dalam hal ini menggabungkan

kesempatan pasar dengan saling berbagi pasar yang ditekuni

masing-masing selama ini (cross marketing). Dengan lini produk

yang lebih luas, setiap perusahaan dapat menjual lebih banyak

produk kepada pelanggannya dari yang selama ini telah

dilakukannya. Cross-marketing ini memungkinkan secara cepat

masing-masing perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya

dengan sangat cepat. Sehingga memungkinkan terjadinya cross

selling yang akan meningkatkan pendapatan perusahaan hasil

merger dan akuisisi. Sebagai contoh sarana cross-marketing adalah

kekuatan merk salah satu produk akan memberikan efek kepada

produk yang lain yang didapat dari hasil merger dan akuisisi.

Sustainability perusahaan sangat tergantung pada respon pasar

yang positif terhadap apa yang mereka tawarkan. Meskipun

memiliki kemampuan untuk memproduksi barang atau jasa yang

berkualitas namun bila pasar tidak memberikan respon yang positif

maka perusahaan tidak akan memperoleh profit. Sementara profit

merupakan dasar bagi keberlangsungan sebuah perusahaan.

2. Faktor Teknologi

20

Page 13: Bab 2 Tinjauan Teori

21

Menurut Neil Kay (1997)22, perusahaan dapat melakukan

merger dan akuisisi apabila terdapat kesamaan atau

komplementaritas dalam hal sumber daya teknologi dan produksi

yang ia sebut sebagai technological linkages. Technological

linkages ini dapat meliputi penggabungan proses produksi karena

proses yang sama seperti halnya yang terjadi pada horizontal

merger.

Proses pengembangan produk juga dapat menjadi sarana

terjadinya sinergi teknologi informasi dalam satu organisasi.

Ketika teknologi yang digunakan sama maka potensi sinergi dapat

diciptakan. Dengan melakukan proses merger dan akuisisi secara

sehat dan suka rela, potensi sinergi akan menghasilkan skala dan

ruang lingkup ekonomi (economy of scale and scope) yang

bermanfaat. Teknologi dapat juga didefinisikan sebagai

kemampuan produksi dan inovasi yang dimiliki oleh perusahaan

yang tercermin dari kualifikasi sumber daya manusia, skill dan

keahlian yang mereka miliki, jenis produk yang mereka tawarkan

serta peralatan barang modal yang mereka gunakan.

Disinilah para pengambil kebijakan juga mesti berhati-hati.

Jangan sampai perusahaan hasil merger dan akuisisi malah menjadi

tidak produktif dikarenakan adanya kesenjangan teknologi.

3. Faktor Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan salah satu aspek non ekonomis

yang sangat penting untuk dipertimbangkan ketika dua perusahaan

atau lebih melakukan merger dan akuisis. Dalam banyak kasus

merger dan akuisisi diberbagai perusahaan, masalah budaya

seringkali menjadi masalah yang sangat krusial. Latar belakang

budaya yang sangat berbeda diantara karyawan dapat 22 Neil, M. Kay., op.cit

21

Page 14: Bab 2 Tinjauan Teori

22

menyebabkan karyawan enggan untuk melakukan kerja sama,

masing-masing berusaha melakukan sesuatu berdasarkan cara

metode yang selama ini telah mereka lakukan diperusahaan lama

mereka, untuk bisa beradaptasi seringkali membutuhkan waktu

yang lama.

Budaya organisasi didefinisikan oleh Robins (2000)23 sebagai

suatu persepsi bersama yang dianut anggota-anggota organisasi

tersebut. Schein (1997)24, menyebutkan bahwa budaya organisasi

mengacu kepada suatu sistem makna bersama yang dianut oleh

anggota-anggota yang membedakan organisasi itu dari organisasi

lainnya. Sementara Kotter dan Heskett (1992)25 menjelaskan bahwa

dalam organisasi, budaya mempresentasikan value dan cara yang

dimiliki bersama oleh orang-orang yang terlibat dalam organisasi.

Value sendiri dipandang sebagai keyakinan dasar tentang apa yang

seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan dan apa yang penting

dan apa yang tidak penting untuk organisasi.

Perbedaan budaya ini dapat menyebabkan konflik. Akibatnya

kerja sama tidak mudah terbangun, kohesivitas organisasi lemah,

sinergi tidak tercipta, akhirnya produktivitas perusahaan hasil

merger dan akuisisi juga menjadi lebih buruk dari sebelumnya.

Perbedaan budaya organisasi tentu dapat diselesaikan. Karena

memang budaya sendiri adalah sesuatu yang dapat berubah.

Namun hal tersebut membutuhkan waktu dan kemampuan

mengelola perubahan yang baik. Karenanya sebelum merger dan

akuisisi dilakukan kiranya perlu dipersiapkan model transisi

budaya yang bisa diterima dan diikuti oleh segenap komponen

dalam masing-masing perusahaan yang akan merger dan akuisisi

23 Robins, S.T., op.cit24 Schein, E.H., 1997. Organizational Culture and Leadership. Fransisco : Jossey-Bass25 Kotter, John and Heskett, James., op.cit

22

Page 15: Bab 2 Tinjauan Teori

23

4. Faktor Keuangan

Salah satu alasan mengapa merger dan akuisisi dilakukan

adalah harapan akan terjadinya sinergi melalui penggabungan

sumber daya beberapa perusahaan.

Dari sisi finansial26, sinergi ini bermakna kemampuan

menghasilkan laba perusahaan hasil merger dan akuisisi yang lebih

besar dari kemampuan laba masing-masing perusahaan sebelum

merger dan akuisisi. Sinergi inilah yang menjadi syarat awal

terjadinya sebuah merger. Sinergi ini kemudian memungkinkan

perusahaan hasil merger dan akuisisi dapat membiayai proses

merger dan akuisisi serta mampu memberikan deviden yang

premium kepada pemilik modal perusahaan.

Efek sinergi dari sebuah merger dan akuisisi bersumber pada

dua aktivitas yaitu sinergi dalam hal operasional dan sinergi dalam

hal finansial. Sinergi operasional dapat terjadi berupa peningkatan

pendapatan (revenue enhancement) dan pengurangan biaya (cost

reduction).

Dalam prakteknya, usaha peningkatan pendapatan ini lebih

sulit dibanding usaha mengurangi biaya produksi. Hal ini karena

yang kedua lebih kasat mata dan terukur sehingga lebih mudah

diidentifikasi. Sementara sinergi dalam hal finansial berhubungan

dengan kemungkinan lebih rendahnya biaya memperoleh modal

bagi perusahaan hasil merger dan akuisisi dibanding biaya bagi

perusahaan sebelum merger dan akuisisi.

Para perencana merger dan akuisisi cenderung melihat

pengurangan biaya sebagai sumber utama sinergi operasional.

Pengurangan biaya ini lebih banyak bersumber dari skala ekonomi

yaitu penurunan biaya per unit produk yang dihasilkan oleh

26 Pringle, J.J., and Harris, R.S., op.cit

23

Page 16: Bab 2 Tinjauan Teori

24

peningkatan volume produksi atau skala operasional perusahaan.

Biaya per unit produk yang tinggi muncul akibat biaya tetap

operasional yang hanya menghasilkan output yang sedikit. Proses

yang meningkatkan jumlah output yang kemudian berakibat

penurunan biaya per unit ini biasa disebut spreading overhead.

Sumber lain yang dapat mengurangi biaya adalah peningkatan

spesialisasi tenaga kerja dan manajemen, serta penggunaan barang

modal yang lebih efisien, yang tidak mungkin terjadi pada tingkat

output yang rendah.

2.1.2. Variabel Keuangan Yang digunakan Dalam Penelitian

Rasio keuangan dapat dimaksudkan untuk mengukur hampir setiap

aspek atau segi dari kinerja perusahaan. Pada umumnya, analisis

menggunakan rasio sebagai salah satu alat untuk mengidentifikasikan

kekuatan atau kelemahan suatu perusahaan. Rasio cenderung digunakan

untuk mengidentifikasikan gejala-gejala dari suatu permasalahan atau

problem pada suatu perusahaan.

Weston dan Copeland27 membagi rasio keuangan dalam 6 kelompok,

sebagai berikut :

a. Rasio likuiditas, mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi

kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo.

b. Rasio leverage, mengukur hingga sejauh mana perusahaan dibiayai

dari hutang.

c. Rasio aktivitas, mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan

sumber dayanya.

d. Rasio profitabilitas, mengukur efektivitas manjemen dilihat laba yang

dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan.

27 Weston, J. Fred & Copeland, E. Thomas. 1992. Manajemen Keuangan. Edisi ke-8. Penerbit Bina Rupa Aksara

24

Page 17: Bab 2 Tinjauan Teori

25

e. Rasio pertumbuhan, mengukur kemampuan perusahaan

mempertahankan posisi ekonominya di dalam pertumbuhan ekonomi

dan industri.

f. Rasio penilaian, mengukur kemampuan manajemen dalam

menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi.

Rasio penilaian sangat penting oleh karena rasio ini berkaitan langsung

dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan dan kekayaan para

pemegang saham, yang merupakan hakekat atau fungsi daripada

manajemen keuangan.

Analisis rasio laporan keuangan menurut Palepu (1996)28 adalah

nilai (value) dari suatu perusahaan ditentukan oleh profitabilitas dan

pertumbuhannya. Sedangkan profitabilitas dan pertumbuhan

dipengaruhi oleh strategi produk market dan finansial market. Dimana

strategi produk market diimplementasikan melalui strategi operasi dan

investasi. Sedangkan strategi finansial market diimplementasikan

melalui kebijakan financing dan dividen. Secara sistematis

profitabilitas dan pertumbuhan dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3. Profitability and Growth

28 Palepu, Bernard & Healy. 1996. Business Analysis & Valuation Using Financial Statements, Text & Cases. South-Western College Publishing. Cincinnati Ohio. P. 4-21.

25

Page 18: Bab 2 Tinjauan Teori

26

Sumber : Palepu, Bernard & Healy. 1996. Business Analisys & Valuation Using Financial Statements, Text & Cases.

Gambar 4. Sustainable Growth Rate

a. Return On Sales

Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah Gross Profit

Margin (GPM), adalah persentase dari setiap hasil sisa penjualan

sesudah perusahaan membayar harga pokok penjualan. Semakin tinggi

marjin laba kotor, maka semakin baik dan secara relatif semakin

rendah harga pokok barang yang dijual.

GPM = Gross Profit / Sales

Sinergi operasi29 (operating synergy) terjadi ketika perusahaan

hasil kombinasi mampu mencapai efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai

29 Jay B. Barney, 2002. Gaining and Sustaining Competitive Advantage. New Jersey : Prentice Hall. P. 79-86

26

Page 19: Bab 2 Tinjauan Teori

27

dengan cara pemanfaatan secara optimal sumberdaya-sumberdaya

perusahaan. Dalam merger dan akuisisi, sinergi operasi dapat

dibedakan dalam economies of scale dan economies of scope.

Economies of scale menunjukkan suatu keadaan dimana perusahaan

mampu mencapai biaya rata-rata per unit yang semakin rendah seiring

dengan semakin besarnya jumlah output yang diproduksi. Sedangkan

economies of scope bisa diperoleh melalui merger dan akuisisi ketika

perusahaan mampu memanfaatkan secara maksimal satu input sumber

daya untuk menghasilkan beberapa output/produk atau jasa.

Jika sinergi operasi dari merger dan akuisisi tercapai maka, gross

profit semakin tinggi dan pada akhirnya akan meningkatkan gross

profit margin.

b. Rasio Likuiditas

Likuiditas adalah sebuah ukuran untuk mengetahui kemampuan

perusahaan untuk melunasi hutang-hutang jangka pendek yang segera

jatuh tempo dan sumber dana untuk membiayai pelunasan hutang

tersebut adalah aktiva lancar. Rasio-rasio ini memberikan informasi

yang sangat berguna bagi pengakuisisi ketika menilai perusahaan

target yaitu seberapa besar tingkat likuiditas pascamerger. Jika segera

sesudah merger perusahaan memerlukan dana yang likuid, maka

perusahaan akan relatif lebih aman jika memiliki rasio likuiditas yang

tinggi. Current ratio, merupakan merupakan perbandingan antara

aktiva lancar dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan seberapa

besar kemampuan perusahaan, dengan menggunakan aktiva lancarnya,

melunasi atau menutup hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin

likuid perusahaan tersebut.

Current Ratio (CR) = Current Assets / Current Liabilities

c. Rasio Solvabilitas

27

Page 20: Bab 2 Tinjauan Teori

28

Rasio solvabilitas mengukur tingkat jumlah hutang terhadap

seluruh kekayaan perusahaan.

Debt to Assets Ratio, merupakan perbandingan antara total hutang

dengan total aset. Rasio ini mengukur seberapa besar seluruh hutang

dijamin oleh aset perusahaan. Semakin besar rasio ini semakin berisiko

perusahaan karena semakin besar beban aset untuk menjamin hutang.

Jika dilihat dari sudut kreditor, rasio ini memberikan petunjuk tentang

seberapa besar perusahaan memberikan proteksi atas pinjaman yang

diberikannya. Karena dalam merger seluruh hutang perusahaan

dialihkan ke perusahaan hasil merger maka pengakuisisi harus melihat

nilai hutang ini. Semakin besar hutang berarti semakin besar beban

bagi perusahaan pascamerger untuk mengembalikan pinjaman tersebut.

Oleh karena itu ada kemungkinan bahwa perusahaan yang memiliki

debt to assets ratio yang tinggi kurang menarik untuk diakuisisi

dibanding dengan perusahaan yang memiliki debt to assets ratio yang

rendah.

Debt to Assets Ratio (DAR) = Total Liabilities / Total Assets

d. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas, digunakan untuk mengetahui kecepatan beberapa

perkiraan menjadi penjualan atau kas.

Total asset turnover, mengukur seberapa efektif aktiva perusahaan

mampu menghasilkan pendapatan operasional yaitu pendapatan yang

diperoleh dari kegiatan utama perusahaan. Semakin tinggi assets

turnover ini berarti semakin efektif aktiva tersebut dalam

menghasilkan pendapatan. Sebaliknya jika rasio ini rendah maka ada

kemungkinan perusahaan menggunakan aset dibawah kapasitas,

sehingga perusahaan harus berusaha untuk meningkatkan penerimaan

28

Page 21: Bab 2 Tinjauan Teori

29

misalnya dengan meningkatkan volume penjualan atau meningkatkan

harga jual.

Total Asset Turnover = Sales / Total Assets

e. Rasio Profitabilitas

Ada banyak ukuran profitabilitas. Masing-masing hasil perusahaan

dihubungkan terhadap penjualan, aktiva, modal atau nilai saham. Alat

yang umum digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas dihubungkan

dengan penjualan yaitu laporan laba rugi dalam presentase yang umum

yaitu laporan laba rugi dimana setiap posnya dinyatakan dalam

persentase penjualan.

Return on Assets (ROI/ROA), mengukur seberapa efektif aset yang

ada mampu menghasilkan keuntungan. Semakin besar rasio ini

semakin efektif penggunaan aset ini. ROA dapat ditingkatkan melalui

peningkatan profit margin dan pengingkatan perputaran aktiva.

Adanya sinergi baik sinergi operasi maupun sinergi finansial maka

adanya merger dan akuisisi akan meningkatkan ROA.

ROA = net profit after taxes / total asset

Untuk memahami teori bagi pengujian alternatif dari suatu merger

dan akuisisi, kita susun suatu kerangka untuk analisis manajerial dari

merger dan akuisisi yang kita rencanakan. Pada dasarnya yang kita

perlukan adalah prakiraan mengenai hasil pemgembalian dan resiko

setelah merger atau akuisisi. Untuk itu perlu digunakan prosedur

standar penganggaran modal, analisis biaya modal dan prinsip-prinsip

penilaian. Tujuannya adalah untuk menentukan apakah nilai

perusahaan setelah merger dan akuisisi lebih besar dibandingkan nilai

dari masing-masing perusahaan. Bila demikian, berarti merger atau

akuisisi yang dilakukan itu dapat dibenarkan dari segi sosial maupun

secara perorangan.

29

Page 22: Bab 2 Tinjauan Teori

30

Telah ditunjukkan bahwa dasar dari penilaian dalam suatu

transaksi merger atau akuisisi merupakan perluasan dari prinsip dasar

penganggaran modal. Apabila nilai sekarang bersih dari investasi

ekstern dalam perusahaan lain positif, berarti kriteria penganggaran

modal dipenuhi secara tepat. Bila penggabungan perusahaan dihasilkan

dari sinergi atau dari sumber-sumber yang meningkatkan nilai

perusahaan, maka penambahan nilai sekarang bersih tersebut dapat

dijadikan dasar untuk membayarkan suatu premi kepada para

pemegang saham dari perusahaan yang dibeli. Apakah para pemegang

saham dari perusahaan pengambil alih akan memperoleh keuntungan

atau tidak tergantung dari tingkat persaingan di pasar untuk membeli

perusahaan tersebut dan juga tergantung dari pandangan pasar

mengenai hasil yang akan dicapai dengan adanya penggabungan

perusahaan itu. Dalam suatu pembelian atau penjualan yang

direncanakan dengan baik akan kita peroleh kenaikan dalam nilai,

yang merupakan keuntungan bagi kedua belah pihak yang melakukan

transaksi.

2.1.3. Variabel Dummy

Variabel dummy30, nama lainnya adalah variabel indicator, variabel

binary (2 angka), variabel bersifat katagori, variabel kualitatif dan variabel

yang membagi dua (dichotomous). Satu metode untuk membuatnya

kuantitatif dari atribut itu adalah dengan membentuk variabel buatan yang

mengambil nilai 1 atau 0, 0 menunjukkan ketidakhadiran ciri tadi dan 1

menunjukkan adanya ciri tadi. Variabel dummy dapat digunakan dalam

model regresi semudah variabel kuantitatif.

Y = α + βDi + µi

dimana Y = ROA

30 Gujarati, Damodar N., 2003. Basic Econometrics. 4th Ed. Mc. Graw-Hill. New York

30

Page 23: Bab 2 Tinjauan Teori

31

Di = 1 sesudah merger dan akuisisi

= 0 sebelum merger dan akuisi

Model ini bisa memungkinkan kita untuk mengetahui apakah merger

dan akuisisi menyebabkan perbedaan dalam ROA perusahaan, dengan

mengasumsikan variabel yang lain dijaga konstan, maka :

Rata-rata ROA perusahaan sebelum M&A E(Yi|Di = 0) = α

Rata-rata ROA perusahaan sesudah M&A E(Yi|Di = 1) = α + β

yaitu, unsur intersep α memberikan ROA rata-rata perusahaan sebelum

merger dan akuisisi dan koefisien kemiringan β menyatakan berapa

besarnya ROA rata-rata perusahaan sesudah merger dan akuisisi berbeda

dari ROA rata-rata perusahaan sebelum merger dan akuisisi, α + β

mencerminkan rata-rata ROA perusahaan sesudah merger dan akuisisi.

2.1.4. Variabel Ekonomi Makro Yang Digunakan Dalam Penelitian

1) Nilai Tukar (kurs)

Nilai tukar berarti nilai pada tingkat mana dua mata uang yang

berbeda diperdagangkan satu sama lainnya.31 Nilai tukar (exchange

rate) valuta asing adalah harga pembelian dan penjualan mata uang

asing atau klaim atasnya, ini adalah jumlah mata uang suatu Negara

yang harus dibayarkan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing.

Fluktuasi kurs rupiah terhadap mata uang asing akan sangat

mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri. Terjadinya apresiasi

kurs rupiah terhadap dollar akan memberikan dampak negatif terhadap

ekspor Indonesia di luar negeri dalam persaingan harga karena harga

akan menjadi mahal dalam ukuran mata uang dollar sehingga para

importer dari negara-negara tersebut akan membeli lebih sedikit dalam

volume sehingga neraca perdagangan akan terpengaruh secara negatif.

Eksport yang sedikit akan mempengaruhi neraca pembayaran secara

31 Lipsey, Richard G., Purvis, Douglas D., Steiner, Peter O, dan Courant, Paul N., 1995. Pengantar Makroekonomi. Page 25. Binarupa Aksara

31

Page 24: Bab 2 Tinjauan Teori

32

negatif, dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan.

2) Tingkat Bunga Riil (Real Interest rate)

Tingkat bunga merupakan ukuran keuntungan investasi yang dapat

diperoleh investor dan juga merupakan ukuran biaya modal yang harus

dikeluarkan oleh perusahaan untuk menggunakan dana dari pemodal.

Bila suku bunga mengalami penurunan, maka kinerja emiten akan

membaik dalam jangka panjang karena cost of capital yang

relativflebih rendah. Pada gilirannya, kinerja keuangan perusahaan

akan meningkat.

Jika diukur dalam bentuk daya beli, pengembalian atas pinjaman

itu harus diukur dengan suku bunga riil.32 Hasilnya diperoleh dari suku

bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi. Pembayaran dalam

persentase tertentu yang sama dengan inflasi diperlukan sebagai

kompensasi berkurangnya daya beli jumlah uang yang dipinjamkan

sebelum pengembalian yang sebenarnya dihasilkan pada investasi itu.

Masalah pembebanan atas pinjaman harus dinyatakan pada suku bunga

riilnya, dan bukan pada suku bunga nominalnya.

Sakhowi A. (2004), menyatakan bahwa peningkatan interest riil

dapat melalui dua kemungkinan. Pertama peningkatan/penurunan

tingkat bunga nominal (SBI) sementara inflasi stabil (tetap), maka

peningkatan/penurunan tingkat bunga riil akan mengakibatkan

peningkatan/penurunan kinerja perekonomian secara umum sehingga

akan meningkatkan/menurunkan ekspektasi pertumbuhan perusahaan

yang pada akhirnya akan meningkatkan/menurunkan laba bersih

(equity return). Kedua, peningkatan/penurunan tingkat bunga riil

melalui penurunan/peningkatan inflasi sementara tingkat bunga

nominal (SBI) tetap, maka peningkatan/penurunan tingkat bunga riil

akan mendorong meningkatnya aktivitas ekonomi dimasa datang

32 Lipsey, Richard G., op.cit

32

Page 25: Bab 2 Tinjauan Teori

33

sehingga akan meningkatkan ekspektasi return. Berdasarkan teori yang

sudah diuraikan, tingkat suku bunga riil dipergunakan untuk

menghitung pengembalian dari suatu investasi.

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian Tri Ariyono Pinastiko (2006), mengenai Pengaruh Asset

Liability Management Terhadap Profitabilitas pada Bank Umum Swasta

Nasional di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari

semua faktor dalam Asset Liability Management (ALMA), IRR lebih

berpengaruh terhadap ROA dan ROE yang kemudian diikuti oleh CAR

dan LDR. Dengan menggunakan metode Dummy diperoleh hasil jenis

bank tidak berpengaruh terhadap ROA dan ROE dan secara keseluruhan

rata-rata rasio bank non Tbk lebih baik dibandingkan dengan bank Tbk.

Penelitian Rina Rodianingsih (2006), mengenai Dampak Merger dan

Penyertaan Modal terhadap Produktivitas dan Laba Perusahaan pada

Unit INKABA PD. Industri di Bandung. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa : 1) penyertaan modal tidak berpengaruh secara langsung terhadap

produktivitas parsial yaitu produktivitas tenaga kerja, bahan, dan biaya

lain-lain. 2) merger berpengaruh langsung terhadap perubahan

produktivitas bahan dan biaya lain-lain, serta produktivitas bahan dan

produktivitas biaya lain-lain berpengaruh secara langsung terhadap laba

perusahaan. 3) penyertaan modal tidak berpengaruh secara langsung

terhadap laba perusahaan, sedangkan merger berpengaruh langsung

terhadap perubahaan laba perusahaan.

Penelitian Doddy Setiawan (2004), mengenai Analisis Pengaruh

Merger dan Akuisisi terhadap Kinerja Perusahaan Publik 1990-1996.

Hasil penilitian ini menunjukkan bahwa kinerja perusahaan setelah

melakukan merger dan akuisisi tidak mengalami perbaikan dibandingkan

dengan sebelum melaksanakan merger dan akuisisi, dengan melakukan uji

33

Page 26: Bab 2 Tinjauan Teori

34

beda. Jadi, berdasarkan analisis kinerja keuangan perusahaan dari sisi rasio

keuangan merger dan akuisisi tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan.

Dengan kata lain, motif ekonomi bukanlah motif utama perusahaan

melakukan merger dan akuisisi.

Penelitian Cyrillius M. (2002), mengenai Analisis Pengaruh

Profitabilitas Industri, Rasio Leverage, Keuangan Tertimbang, dan

Intensitas Modal Tertimbang serta Pangsa Pasar Terhadap ROA dan

ROE. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ROA industri,

intensitas modal tertimbang, leverage keuangan tertimbang berpengaruh

signifikan terhadap ROA. Demikian juga ROE industri, leverage keuangan

tertimbang, pangsa pasar berpengaruh signifikan terhadap ROE.

34