05 - bab 2 [tinjauan teori]
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium sederhana
dan konseling (Varney, 2006).
Asuhan kebidanan komprehensif mencakup empat kegiatan pemeriksaan
berkesinambungan diantaranya adalah asuhan kebidanan kehamilan (antenatal
care), asuhan kebidanan persalinan (intranatal care), asuhan kebidanan masa
nifas (postnatal care), dan asuhan bayi baru lahir (neonatal care) (Varney, 2006).
A. Antenatal (Kehamilan)
1. Pengertian Kehamilan
Masa kehamilan normal dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan melibatkan perubahan
fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam
keluarga. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter
sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal (Saifuddin, 2002).
2. Antenatal Care
Antenatal care adalah kegiatan pengamatan dan pengawasan
secara seksama sebelum persalinan terutama ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dan rahim, yang dilaksanakan
8
9
oleh tenaga kesehatan. Antenatal care adalah pengawasan intensif
sebelum kelahiran (Mochtar, 2006)
Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
Prenatal care adalah pengawasan intensif sebelum kelahiran
(Mochtar, 2006).
3. Tujuan Antenatal Care
a. Tujuan umum
Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak
selama kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan
anak yang sehat (Saifuddin, 2002)
b. Tujuan khusus
1) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin
dijumpai dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
2) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin
diderita sedini mungkin
3) Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas ibu dan anak
4) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan
keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi
5) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi.
6) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu dan bayi.
7) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan dan komplikasi
yang mungkin terjadi.
10
8) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
9) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
memberikan ASI eksklusif.
10) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal
(Saifuddin, 2002)
4. Jadwal Pemeriksaan Antenatal
a. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika
haidnya terlambat satu bulan
b. Periksa ulang 1x sebulan sampai kehamilan 7 bulan
c. Periksa ulang 2x sebulan sampai kehamilan 9 bulan
d. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan
e. Periksa khusus bila ada keluhan-keluhan (Saifuddin, 2002)
5. Standar Minimal Pelayanan Antenatal “7T”
a. Timbang berat badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Ukur Tinggi badan
d. Pemberian imunisasi TetanusToksoid TT lengkap
e. Pemberian Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama hamil
f. Tes terhadap penyakit menular seksual
g. Temu wicara dalam rangka rujukan (Saifuddin, 2002)
11
Manfaat dari masing-masing pemeriksaan tersebut adalah:
a. Timbang Berat Badan
Pemantauan berat badan sangat penting selama masa
kehamilan. Kenaikan berat badan menunjukan kesehatan dan
petumbuhan janin. Oleh karena itu sebaiknya berat badan selama
hamil jangan terlalu melonjak maupun terlalu minim. Ibu yang berat
badannya terlalu melonjak akan berakibat pada preeklamsi, diabetes
mellitus, jantung dan lain-lain.. Ibu yang memiliki berat badan kurang
maka selama masa kehamilan kenaikan berat badannya harus
mencapai 12-16 kg, ibu yang memiliki berat badan seimbang atau
normal, kenaikan berat badan selama hamil antara 9-12 kg, dan ibu
yang memiliki berat badan berlebih, kenaikan berat badan selama
kehamilan adalah 6-9 kg.
b. Tekanan Darah
Saat kondisi tubuh normal , tekanan darah diastole berkisar
antara 60-80 mmHg dan sistol 90-120 mmHg. Akan tetapi saat hamil
terjadi penurunan tekanan darah. Setalah usia kehamilan 20-32
minggu tekanan darah kembali normal. Peningkatan tekanan darah
harus selalu dilihat selama masa kehamilan untuk menghindari hal-hal
buruk seperti eklamsia, gagal ginjal, penyakit jantung koroner dan
lain-lain. Standar pemeriksaan tekanan darah adalah 4x selama masa
kehamilan, yakni 1x pada trimester pertama, 1x pada trimester kedua
dan 2x pada trimester ketiga.
12
c. Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
Imunisasi ini diberikan untuk memberikan pelindungan untuk
ibu dan janin terhadap penyakit tetanus. Biasanya diberikan secara
berulang dengan selang waktu (interval), diberikan inial 2x pada ibu
hamil.
Tabel 2.1Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid
Antigen Interval Perlindungan Perlindungan %TT 1 ANC 1 0 0TT 2 4 mgg TT1 3 th 80%TT 3 6 bln TT 2 5 th 95%TT 4 1 th TT 3 10 th 99%TT 5 1 th TT 4 25 th 99%
Paling lambat 2 minggu sebelum melahirkan
(Sumber: Saifuddin, 2002)
d. Pemberian Tablet Besi
Tablet besi diberikan minimal 90 tablet selama masa
kehamilan. Setiap tablet mengandung 320 mg FeSO4. Tablet ini
berfungsi untuk pembentukan sel darah merah. Seorang ibu hamil
akan mengalami penambahan volume darah selama kehamilannya,
sehingga darah menjadi lebih encer dan kondisi ini yang dinamakan
anemia kehamilan. Anemia pada kehamilan akan mengakibatkan
kelelahan, asupan oksigen sedikit mengakibatkan kecacatan, atonia
uteri pada saat kelahiran dan perdarahan pasca salin.
e. Ukuran Tinggi Fundus Uteri
Pengukuran fundus uteri selama kehamilan dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan janin di dalam rahim, tinggi fundus juga
untuk menentukan tuanya kehamilan.
13
f. Tes terhadap penyakit menular
Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya bibit
penyakit (virus/mikroorganisme) yang dapat menimbulkan penyakit
dan dapat mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan janin.
g. Temu Wicara dengan ibu dan keluarga
Hal ini dilakukan sebagai perencanaan, antisipasi dan
persiapan dini untuk pengambilan keputusan dalam melakukan
rujukan jika terjadi komplikasi (Saifuddin, 2002)
6. Tanda dan Gejala pada Masa Antenatal
Menurut Wiknjosastro (2005) dalam buku Ilmu Kebidanan bahwa
pada wanita hamil terdapat beberapa tanda atau gejala, antara lain :
a. Amenorhe
Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya
dapat ditentukan tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan
terjadinya.
b. Mual dan Muntah.
Pengaruh dari hormon progesteron, terjadi pengeluaran asam
lambung yang berlebihan sehingga menimbulkan mual dan muntah
yang berlebihan.
c. Ngidam
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi
menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
14
d. Pingsan/Singkope
Terjadi ganguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)
menyebabkan Iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
Singkope. Keadaan ini akan hilang setelah usia kehamilan minggu.
e. Payudara tegang
Pengaruh estrogen dan progesteron dan somatropin deposit
lemak, air, dan garam pada payudara.
f. Anoreksia/ tidak ada nafsu makan
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia, tetapi setelah itu
nafsu makan akan kembali timbul.
g. Sering miksi/ kencing
Oleh karena desakan rahim kedepan sehingga menekan
Vesika Urinaria pada Trimester III
h. Obstipasi
Pengaruh progesteron sehingga menghambat Peristaltik usus
menyebabkan kesulitan untuk buang air besar (BAB)
i. Pigmentasi Kulit
Sekitar pipi : Cloasma Gravidarum penyebab dari Melanophore
Stimulating Hormon (MSH), Dinding perut : Striae livide, Striae Nigra,
Linea Alba semakin hitam dan Sekitar payudara : Hiperpegemntasi
Areola Mamae, puting susu makin menonjol dan kelenjar Montromery
menonjol.
j. Epulsi
Hipertropi gusi disebut dapat terjadi bila hamil.
15
k. Varises/ penekanan pembuluh darah vena
Karena pengaruh dari Estrogen dan Progesteron terjadi
penampakkan pembuluh Vena, terutama bagi mereka yang
mempunyai bakat penampakkan pembuluh darah, dapat terjadi
disekitar genitalia ekterna, kaki, betis dan peyudara. Ini akan hilang
setelah persalinan.
Pada kehamilan muda bisa pula ditemukan :
l. Tanda Hegar
Hipertrofi ishmus mengakibatkan menjadi panjang dan lunak.
m. Tanda Chadwick
Vagina dan vulva merah agak merah agak kebiruan (livide).
n. Tanda Piscaseck
Uterus membesar kesalah satu jurusan.
o. Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus
dalam masa hamil.
7. Pemeriksaan Ibu hamil
Sebelum melakukan pemeriksaan kehamilan hendaknya
pemeriksa melakukan pendataan berdasarkan keluhan umum ibu
sehingga dapat membuat suatu diagnosa adapun langkah-langkah dalam
pemeriksaan ibu hamil adalah sebagai berikut: (Varney, 2006) :
a. Anamnesa
1) Anamnesa identitas istri dan suami: nama, umur, agama,
pekerjaan, alamat dan sebagainya
16
2) Anamnesa umum :
a) Tentang keluhan-keluhan, nafsu makan, tidur, BAK, BAB,
perkawinan dan sebagainya
b) Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir (HPHT)
c) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan
ektopik atau kehamilan mola sebelumnya
b. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan umum meliputi:
2) Keadaan umum
3) Keadaan status gizi
4) Keadaan jantung dan paru-paru
5) Adanya oedema
6) Reflek
7) Berat badan
8) Tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu badan, dan respirasi)
9) Pemeriksaan laboratorium
c. Pemeriksaan status obstetrikus
1) Inspeksi
Pemeriksaan pandang seluruh tubuh meliputi muka, leher, dada,
perut, vulva, ekstremitas atas dan bawah dan sebagainya.
2) Palpasi
a) Pemeriksaan raba untuk menentukan umur kehamilan dengan
mengukur besarnya rahim, menentukan berat janin dan lain-
lain.
17
b) Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu
sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri
di sebelah kanan ibu hamil. Lakukanlah palpasi bimanual
terutama pada pemeriksaan payudara
c) Palpasi perut untuk menentukan :
(1) Besar dan konsistensi rahim
(2) Bagian-bagian janin, letak persentasi
Manuver palpasi menurut leopold :
Leopold I
Pemeriksaan menghadap ke arah muka ibu hamil
Menentukan TFU bagian janin dalam fundus
Konsistensi uterus
Variasi menurut Knebel
Menentukan letak kepala atau bokong satu tangan di
fundus dan tangan lain diatas simfisis
Leopold II
Menentukan batas samping rahim kanan kiri
Menentukan letak punggung janin
Pada letak lintang tentukan dimana kepala janin
Variasi menurut Budin :
Menentukan letak punggung dengan satu tangan
menekan di fundus
Leopold III
Menentukan bagian terbawah janin
18
Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau
masih bisa digoyang
Variasi menurut Ahlfeld:
Menentukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri
diletakan tegak perut
Leopold IV
Pemeriksa menghadap ke arah ibu hamil
Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan
seberapa jauh sudah masuk pintu atas panggul
(3) Gerakan janin
(4) Kontraksi rahim Braxton-Hicks dan his
Tabel 2.2Ukuran Tinggi Fundus Uteri menurut Spiegelberg
Umur kehamilan dalam minggu Tinggi Fundus Uteri dalam cm22-28 minggu 24-25 cm diatas sympisis
28 minggu 26,7 cm diatas sympisis30 minggu 29,5-30 cm diatas sympisis32 minggu 29,5-30 cm diatas sympisis34 minggu 31 cm diatas sympisis36 minggu 32 cm diatas sympisis38 minggu 33 cm diatas sympisis40 minggu 37,7 cm diatas sympisis
Memantau Taksiran Berat Badan Janin (TBBJ)
Taksiran berat badan janin ditentukan berdasarkan rumus
Johnson-Tausak. perhitungan ini penting sebagai dasar
pertimbangan memutuskan rencana persalinan pervaginam
secara spontan.
19
Rumus tersebut :
Keterangan :
N= 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul
N= 12 bila masih berada diatas spina isciadica
N= 11bila sudah berada dibawah spina isciadica
(Tim dokter FK UI, 2001)
3) Auskultasi
Jantung janin merupakan observasi esensial tentang
kesejahteraan janin dan harus diauskultasi pada setiap
pemeriksaan abdomen dan setelah pemeriksaan apapun.
Mengetahui presentasi dan posisi janin berarti mengetahui di
bagian mana alat tersebut diletakkan di abdomen ibu agar dapat
mendengar bunyi jantung janin. Jantung janin dikaji :
keberadaannya, frekuensinya normalnya 120/160 x/menit,
keteraturannya, dan variabilitasnya (Johnson, 2004).
d. Pemeriksaan Laboratorium
Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya
sekurang-kurangnya 2x selama kehamilan, sekali pada permulaan
dan sekali lagi pada akhir kehamilannya.
e. Ultrasonografi
Dibandingkan dengan pemeriksaan roentgen, USG tidak
berbahaya untuk janin, karena memakai prinsip sonar 9 bunyi O. Jadi
boleh dipergunakan pada kehamilan muda.
(TBBJ)= [TFU (cm) - N] x 155
20
8. Nasehat-nasehat untuk Ibu pada Masa Antenatal
a. Nutrisi (Diet) ibu hamil
Wanita hamil yang menyusui harus betul-betul mendapat
perhatian susunan dietnya, terutama mengenai jumlah kalori, protein
yang berguna untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu.
Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan anemia, abortus, partus
prematurus, inertia uteri, perdarahan pascasalin, sepsis puerpuralis
dan lain-lain.. Sedangkan makan berlebihan, karena dianggap untuk
dua orang ibu dan janin, dapat mengakibatkan komplikasi seperti
gemuk, pre eklampsi, janin besar, dan sebagainya. Zat-zat yang
diperlukan dalam pemenuhan gizi ibu hamil antara lain: potein,
karbohidrat, zat lemak, mineral dan bermacam-macam garam,
terutama kalsium, fosfor dan zat besi (Fe), vitamin dan air
Makanan diperlukan antara lain untuk pertumbuhan janin,
plasenta, uterus, buah dada, dan kenaikan metabolisme sebagai
pengawasan kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan
kandungannya dapat diukur berdasarkan kenaikan berat badannya.
Kenaikan berat badan rata-rata 6,5 sampai 16 kg (10-12 kg)
Kenaikan berat badan yang dianjurkan Committee of the
national Academy of Science :
1) Untuk ibu dengan BB di bawah berat seharusnya (underweight)
kenaikan yang dianjurkan 12.5-18 kg
2) Untuk ibu dengan BB normal kenaikan yang dianjurkan adalah
antara 11.5-16 kg
21
3) Untuk ibu dengan BB berlebih (overweight) kenaikan BB yang
dianjurkan antara 7-11.5 kg
Body Mass Index ( BMI )
Mengukur tubuh dengan dengan rumus “Body Mass Index“. Nutrisi
dan kalori yang dibutuhkan selama kehamilan adalah 300 kalori.
Kenaikan berat badan berdasarkan BMI yaitu :
BMI= BB/TB2
Underweight : < 19,8 kg/m2
Normoweight : 19,8-26 kg/m2
Overweight : 26 kg/m2
b. Merokok
Jelas bahwa bayi dari ibu perokok mempunyai berat badan
lebih kecil. Karena itu wanita hamil dilarang merokok.
c. Obat-obatan
Prinsip jika mungkin dihindari pemakaian obat-obatan selama
kehamilan terutama pada triwulan pertama. Perlu dipertanyakan
mana yang lebih besar manfaatnya dibandingkan bahayanya
terhadap janin, oleh karena itu harus dipertimbangkan pemakai obat-
obatan tersebut.
d. Gerakan badan
Gerakan badan atau olahraga ringan sangat berguna bagi ibu
hamil, dimana dapat membantu sirkulasi darah menjadi lebih baik,
nafsu makan bertambah, pencernaan lebih baik, dan tidur lebih
22
nyenyak. Dianjurkan berjalan-jalan pada pagi hari dalam udara yang
masih segar
e. Kerja
Kehamilan bukanlah suatu penyakit yang mengharuskan ibu
untuk istirahat, oleh karena ibu hamil tetap dapat melakukan aktivitas
seperti biasa asalkan ibu hamil beristirahat dengan cukup dan makan
secara teratur serta memeriksakan kehamilan dengan teratur.
f. Bepergian
Wanita hamil tetap dapat bepergian asalkan tidak terlalu
melelahkan dan tidak duduk terlalu lama. Hal ini dikarenakan duduk
lama dapat menyebabkan Vena Staganis yang mana dapat
menyebabkan tromboflebitis dan kaki bengkak.
g. Pakaian
Pakaian wanita hendaknya memakai pakaian yang longgar,
bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Pemakaian
kutang yang dapat menyokong payudara dan memakai pakaian
dalam yang selalu bersih supaya ibu tetap nyaman. Sepatu dengan
tumit yang terlalu tinggi dianjurkan tidak dipergunakan oleh wanita
yang sedang hamil.
h. Istirahat dan rekreasi
Wanita hamil sangat memerlukan istirahat yang lebih, terutama
pada kehamilan trimester ketiga. Waktu tidur pada malam hari
sebaiknya selama 8-9 jam, dan pada minggu berikutnya ditambahkan
tidur siang selama 2 jam dan sebaiknya dilakukan di tempat tidur atau
di kursi panjang yang dapat menyangga kedua kaki
23
i. Mandi
Mandi diperlukan untuk kebersihan. Terutama perawatan kulit,
karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Dianjurkan
menggunakan sabun lembut/ringan
j. Koitus
Koitus tidak dihalangi kecuali ada riwayat:
1) Sering abortus/prematur
2) Perdarahan per vaginam
3) Pada minggu terakhir kehamilan, koitus harus hati-hati
4) Bila ketuban pecah koitus dilarang
5) Dikatakan orgasme pada hamil tua dapat menyebabkan kontraksi
uterus partus prematurus
k. Kesehatan jiwa
Kehamilan dan persalinan adalah suatu hal yang fisiologis,
namun banyak ibu-ibu yang tidak tenang. Merasa kuatir akan hal ini.
Untuk itu bidan harus dapat menanamkan kepercayaan kepada ibu
hamil dan menerangkan apa yang harus diketahuinya karena
kebodohan, rasa takut, dan sebagainya dapat menyebabkan rasa
sakit pada waktu persalinan ini akan mengganggu jalannya partus, ibu
akan menjadi lelah dan kekuatan hilang. Untuk menghilangkan
kecemasan harus ditanamkan kerja sama pasien-penolong
l. Perawatan payudara
Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi
makanan utama bagi bayi, karena itu sebelumnya harus dirawat.
Untuk mencegah puting susu kering dan mudah pecah, maka puting
24
susu dan areola payudara dirawat baik-baik dengan menggunakan air
sabun. Bila puting susu masuk ke dalam, hal ini diperbaiki dengan
jalan menarik-narik keluar atau dengan cara hoffman.
m. Pergerakan Janin
Berkurang atau hilangnya pergerakan janin dapat merupakan
suatu tanda gawat janin yang dapat berakhir dengan kematian janin.
Karena itu sebaiknya ibu mengerti cara menghitung pergerakan janin.
Kepentingan dari menghitung gerakan janin ini adalah agar ibu
terbiasa menyadari jika ada sesuatu yang salah pada janin yang
dikandungnya. Berkurangnya gerakan janin berkaitan dengan
kesejahteraannya dalam rahim, jika ibu merasakan janinnya kurang
bergerak, segera hubungi dokter karena kemungkinan janin ibu
mengalami gangguan yang dapat menyebabkan gawat janin, jika
tidak segera diatasi dapat berakibat kematian janin dalam rahim.
Pemantauan gerakan janin harus sudah dimulai sejak awal,
yakni sejak ibu mulai merasa pergerakan anak, karena ibu sendirilah
yang paling tahu dan mungkin mendeteksi kesehatan janinnya,
biasakan memperhatikan gerakan anak setiap hari. Dianjurkan untuk
memperhatikannya pada malam hari, saat itu janin sedang bangun.
Cara menghitung pergerakan janin ; Ibu berbaring (malam hari)
dan menghitung pergerakan janin selama 20 menit . Janin yang sehat
akan bergerak lebih dari 5x dalam 20 menit. Apabila ini terjadi janin
ibu akan baik selama 24 jam berikutnya, sehingga dengan memantau
gerakan janin ibu dapat memprediksi kesehatan janin setidaknya 24
jam ke depan. Apabila janin bergerak kurang dari 5x dalam 20 menit.
25
Segera hubungi rumah sakit untuk mendapatkan pemantauan yang
lebih akurat dengan cara Non Stres Test. (Wiknjosastro, 2005).
9. Perubahan-perubahan yang Terjadi selama Masa Antenatal
Pada antenatal terjadi perubahan pada seluruh tubuh wanita,
khususnya pada alat genitalia eksterna dan interna dan pada payudara.
Antenatal akan mengakibatkan terjadinya perubahan seluruh sistem
tubuh yang cukup mendasar. Tentunya perubahan ini akan menunjang
proses pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim. Setelah
bayi lahir, perubahan-perubahan tersebut akan kembali keadaan semula
secara perlahan.Pada dasarnya, perubahan sistem tubuh wanita terjadi
karena pengaruh berbagai hormone (Wiknjosastro, 2005).
Berikut ini diuraikan tentang organ-organ yang mengalami
perubahan selama antenatal.
a. Perubahan Fisiologis
1) Sistem reproduksi
a) Uterus
Pada keadaan normal, rahim mempunyai rongga dengan
diameter sekitar 10 ml. Struktur rahim hampir padat yang
beratnya sekitar 70 gram. Selama kehamilan, rahim akan
berubah bentuk menjadi sebuah organ moskuler. Dinding
rahim relatif tipis dengan kapasitas yang cukup untuk
menerima janin, plasenta (ari-ari), dan cairan ketuban.
Terjadinya perubahan rahim ditunjukan oleh otot-otot rahim
yang menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti
pembesaran rahim yang terjadi selama antenatal.
26
Minggu ke-12, bagian atas rahim berada pada posisi 3 jari
di atas tulang sympisis.
Minggu ke-16, tinggi bagian atas rahim pada pertengahan
jarak antara bagian pusat dan garis lengkung bawah pusat
(sympisis).
Minggu ke-20, tinggi bagian atas rahim sekitar 2 jari di
bawah bagian pusat.
Minggu ke-24, posisi atas bagian rahim tepat di tepi atas
bagian pusat.
Minggu ke-28, tinggi bagian atas rahim sekitar 3 jari di
bagian atas pusat.
Minggu ke-32, tinggi bagian atas rahim sekitar 1 jari atau
rahim pada pertengahan jarak antara pusat dan ujung
tulang dada.
Minggu ke-40, tinggi bagian atas rahim turun sekitar 3 jari
di bawah ujung tulang dada (Mochtar, 2006).
b) Serviks uteri
Serviks mengalami perubahan karena hormon estrogen dan
vaskularisasimya meningkat sehingga menimbulkan
konsistensi serviks menjadi lunak disebut tanda goodell.
Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak
cairan mukus. Karena pertambahan dan pelebaran pembuluh
darah, warnanya menjadi livid disebut tanda Chadwick.
(Mochtar, 2006).
27
c) Vagina dan vulva
Karena pengaruh estrogen terjadi perubahan pada vagina dan
vulva. Akibat hipervaskularisasi. Vagina dan vulva terlihat
lebih merah atau kebiruan. Warna lipid pada vagina dan portio
serviks disebut tanda chadwick (Mochtar, 2006).
d) Dinding perut
Pembesaran rahim menimbulkan peregangan dan
menyebabkan robeknya serabut elastic di bawah kulit,
sehingga timbul striae gravidarum. Bila terjadi peregangan
yang hebat, misalnya pada hidramnion dan kehamilan ganda,
dapat terjadi diastasis rekti bahkan hernia. Kulit perut pada
linea alba bertambah pigmentasimya disebut linea nigra
(Mochtar, 2006).
e) Ovarium darah
Pada permulaan antenatal masih terdapat korpus luteum
graviditatis sampai terbentuknya plasenta pada kira-kira
kehamilan 16 minggu.Korpus luteum graviditatis berdiameter
kira-kira 3 cm. Kemudian mengecil setelah plasenta terbentuk.
Korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan
progesterone. Lambat-laun fungsi ini akan di ambil oleh
plasenta (Wiknjosastro, 2005).
2) Volume darah
Selama kehamilan, volume darah semakin meningkat. Jumlah
serum darah besar dari pertumbuhan sel darah sehingga terjadi
semacam pengenceran darah (hemodilusi). Proses ini mencapai
28
puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume
darah) bertambah sebesar 25-30%, sedangkan sel darah
bertambah sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah sekitar
30%. Bertambah pengenceran darah mulai tampak pada usia
kehamilan 16 minggu (Manuaba, 2002).
3) Sistem respirasi
Wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak nafas. Hal ini
disebabkan oleh desakan diafragma karena dorongan rahim yang
membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagian
kompensasi terjadi desakan rahim dan kebutuhan O2 yang
meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai
25% dari biasanya (Mochtar, 2006)
4) Sistem pencernaan
Karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung
meningkat yang dapat menyebabkan :
a) Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi)
b) Daerah lambung terasa panas
c) Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pada pagi hari,
yang disebut morning sickness
d) Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum
e) Muntah berlebihan sehingga mengganggu kehidupan sehari-
hari, disebut hiperemesis gravidarum
f) Progesteron menimbulkan gerak usus semakin berkurang dan
dapat menimbulkan obstipasi (Manuaba, 2002)
29
5) Traktus urinarius
Pada kehamilan ureter membesar untuk dapat menampung
banyaknya pembentukan urin, terutama pada ureter kanan karena
peristaltik ureter terhambat karena pengaruh progesterone,
tertekan rahim yang membesar dan terjadi perputaran ke kanan,
dan terhambat kolon dan sigmoid disebelah kiri yang
menyebabkan perputaran rahim ke kanan. Tekanan rahim pada
ureter kanan dapat menyebabkan infeksi pielonefritis ginjal kanan
(Manuaba, 2002).
6) Payudara
Payudara mengalami perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu
estrogen, progesterone, dan somatomammotropin.
a) Estrogen berfungsi :
Menimbulkan hipertropi system saluran payudara.
Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam
sehingga payudara tampak makin membesar.
Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air dan
menyebabkan rasa sakit pada payudara.
b) Progesterone berfungsi :
Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.
Menambah jumlah sel asinus.
30
c) Somatomammotropin berfungsi :
Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,
laktalbumin, dan laktoglobulin.
Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara.
Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan.
Penampakan payudara pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
Payudara menjadi lebih besar.
Areola payudara semakin hyperpigmentasi
Glandula montgomeri makin tampak.
Puting susu semakin menonjol.
Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin
belum berfungsi karena hambatan dari PIH (Prolaktin
Inhibiting Hormone) untuk mengeluarkan ASI.
Setelah persalinan hambatan prolaktin tidak ada sehingga
pembuatan ASI dapat berlangsung (Manuaba, 2002).
7) Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hipperpigmentasi
karena pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisit
anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpegmentasi ini
terjadi pada striae gravidarum livide atau alba, areola mamae,
linea nigra. Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan
menghilang (Manuaba, 2002).
a) Metabolisme
BMR meningkat hingga 15-20% pada triwulan ke-3
penambahan berat badan wanita hamil dalam triwulan
31
pertama kurang lebih 1 kg, triwulan II kurang lebih 2,2 kg.
Penambahan berat badan yang terjadi selama kehamilan
dibutuhkan untuk bertambahnya berat janin, pertumbuhan
plasenta, cairan ketuban, pembesaran payudara, peningkatan
volume darah ibu dan menyimpan cadangan makanan ibu
(Mochtar, 2006).
b) Berat Badan
Kenaikan berat badan selama hamil cukup bervariasi
tergantung dari kebudayaan dan pola makan. Umumnya,
kenaikan berat badan yang normal 6,5 – 16,5 kg, bahkan ada
juga yang lebih (Mochtar, 2006).
b. Perubahan Psikologis
Menurut Varney (2006) perubahan-perubahan psikologis yang
terjadi pada ibu hamil adalah sebagai berikut:
1) Trimester pertama
Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-
tanda lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap
perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan
dengan seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan
merupakan rahasia seorang ibu mungkin diberitahukan kepada
orang lain atau dirahasiakannya.
Hasrat untuk melakukan hubungan seks, pada wanita pada
trimester pertama ini berbeda-beda. Walaupun beberapa wanita
mengalami kegairahan seks yang lebih tinggi, kebanyakkan
mereka mengalami penurunan libido selama periode ini, keadaan
32
ini menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka
dan jujur dengan suami. Banyak wanita merasa kebutuhan untuk
dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai, namun tanpa seks.
Libido sangat besar dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual,
pembesaran payudara, keprihatinan dan kekhawatiran. Semua ini
merupakan bagian normal dari proses kehamilan pada trimester
pertama.
2) Trimester kedua
Trimester kedua biasanya adalah ibu merasa sehat. Tubuh ibu
terbiasa dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak
nyaman karena hamil pun sudah berkurang, perut ibupun belum
terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai beban. Pada
trimester ini pula dapat dirasakan gerakan bayinya. Dan ibu mulai
merasakan bayinya sebagai seseorang diluar dari dirinya sendiri.
3) Trimester ketiga
Trimester ketiga ini sering kali disebut periode menunggu dan
waspada. Sebab pada trimester ini ibu tidak sabar menunggu
kelahiran bayinya. Trimester ketiga adalah persiapan aktif untuk
kelahiran bayi dan menjadi orang tua, keluarga mungkin
menduga-duga apakah bayinya laki-laki atau perempuan dan
akan mirip siapa?
6. Ketidaknyamanan yang Terjadi pada Ibu Hamil Trimester III
a. Konstipasi (susah buang air besar)
Pencegahannya :
1) Asupan air yang cukup (8 gelas/hari)
33
2) Banyak makan makanan sayuran dan buah-buahan yang
mengandung serat
3) Cukup istirahat
4) Minum air hangat pada pagi hari untuk menstimulasi peristaltik
5) Biasakan buang air besar secara teratur
6) Tidak diperkenankan memberikan obat-obatan yang mengandung
laxan. Gunakan pembentuk bahan padat atau emulsion. Hindari
minyak mineral, perangsang saline.
Tanda bahaya :
1) Rasa nyeri hebat di perut, tidak mengeluarkan gas
2) Rasa nyeri di kuadran kanan bawah
b. Haemorhoid
Pencegahan :
1) Hindari konstipasi, tindakan pencegahan paling efektif
menghalangi ketegangan selama defekasi
2) Mengurangi bengkak dan sakit dengan merendam bokong
dengan air hangat dan gunakan kompres
c. Kram pada kaki
Pencegahan :
1) Massage dan hangatkan otot yang terserang
2) Menghindari tekanan pada jari-jari kaki, pada waktu berjalan
gunakan tumit
3) Latihan (senam)
4) Diet yang mencakup kalsium
34
d. Oedema
Pencegahan:
1) Menghindari pakaian yang ketat
2) Kaki ditinggikan jika tidur
3) Hindari berdiri lama, duduk lama
4) Posisi miring kiri jika berbaring
e. Sering buang air kecil
Pencegahan:
1) Kosongkan saat terasa dorongan untuk berkemih
2) Batasi minum bahan diuretic alami (teh, cola, kafein)
3) Perbanyak minum pada siang hari
4) Jangan mengurangi minum pada malam hari untuk menghindari
nocturia.
f. Pegal pada kaki dan pinggang
Pegal pada kaki dan pinggang merupakan salah satu ketidak
nyamanan pada ibu hamil. Hal ini terjadi karena tekanan yang
disebabkan penyandangan beban yang tidak biasanya pada masa-
masa kehamilan, atau peningkatan distensi abdomen yang yang
membuat pinggul miring ke depan, penurunan tonus otot dan
peningkatan beban berat badan pada akhir kehamilan. Dan kompresi
saraf panggul statis vaskuler, akibat pembesaran uterus dapat
menyebabkan perubahan pada tungkai bawah. (Maria, A. Aros).
g. Tanda-tanda bahaya pada ibu hamil
1) Sakit perut yang hebat atau bertahan lama
2) Perdarahan atau terjadi bercak di vagina
35
3) Muntah Ibu muntah terus-menerus dan tidak mau makan
4) Bengkak di kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala disertai
kejang
5) Demam tinggi
6) Keluar air ketuban sebelum waktunya
7) Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
h. Risiko dan kegawat-daruratan obstetri pada kehamilan
1) Perdarahan pada kehamilan muda
a) Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-
akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia
22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di
luar kandungan.
b) Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan dimana
setelah fertilisasi, implantasi terjadi di luar endometrium kavum
uteri. Hampir 90 persen kehamilan ektopik terjadi di tuba
uterina.
c) Kehamilan Mola adalah suatu kehamilan dimana setelah
fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio
tetapi terjadi proliferasi dari vili korialis disertai dengan
degenerasi hidropik, kavum uteri hanya berisi oleh jaringan
seperti rangkaian buah anggur.
2) Perdarahan pada kehamilan tua
a) Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi pada
segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum
36
b) Solusio Plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada uterus, sebelum janin
dilahirkan (Saifuddin, 2002)
3) Hipertensi, preeklampsia dan eklampsi
a) Hipertensi
Sakit kepala, kaki bengkak dan nyeri ulu hati juga merupakan
tanda terjadinya keracunan kehamilan. Kaki bengkak disini
merupakan kaki bengkak yang disebabkan oleh hipertensi dan
menyebabkan kejang-kejang (Solihah, 2006)
b) Preeklampsia Berat
Kenaikan tekanan diastolik 25 mmHg atau lebih 90 mmHg
dalam dua pengukuran berjarak 1 jam atau tekanan diastolik
sampai 110 mmHg , protein uri lebih sama dengan +2, oliguria
kurang dari 400 ml per 24 jam, nyeri epigastrium, gangguan
penglihatan, nyeri kepala hebat tidak berkurang dengan
analgesik biasa, hiper—efleksia.
c) Eklampsi
Gejala-gejala preeklampsi berat dan kejang
10. Persiapan Persalinan
Sejak awal kehamilan, pasangan suami istri dianjurkan untuk
merencanakan hal-hal yang berhubungan dengan persalinan untuk
mengantisipasi berbagai kesulitan yang mungkin terjadi.
a. Bekerjasama dengan ibu, keluarga, serta masyarkat untuk
mempersiapkan rencana kelahiran, termasuk mengidentifikasi
37
penolong, tempat bersalin, serta perencanaan tabungan untuk
mempersiapkan biaya persalinan.
b. Bekerjasama dengan ibu, keluarga, dan masyarkat untuk
mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi, termasuk :
1) Mengidentifikasi kemana harus pergi dan transportasi untuk
mencapai tempat tersebut.
2) Mempersiapkan donor darah.
3) Mengadakan persiapan financial.
4) Mengidentifikasi pembuatan keputusan kedua jika pembuatan
keputusan pertama tidak ada di tempat.
(Depkes RI, 2004)
11. Promosi Kesehatan
a. Memberikan umunisasi TT
Tabel 2.3Pemberian Imunisasi TT
Antigen Intervensi(selang waktu
minimal)
Lama perlindungan %lindungan
TT1 Pada kunjungan antenatal pertama
- -
TT2 4 minggu setelah TT1 3 tahun 80TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun 95TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun 99TT4 1 tahun setelah TT4 25 tahun/seumur hidup 99
(Sumber : Saifuddin, 2002)
b. Memberikan suplemen zat besi dan menjelaskan bagaimana cara
mengkonsumsi dan memungkinkan efek samping. Tiap tablet
mengandung FeSO4320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 ug,
minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak
38
diminum bersama teh atau kopi, karena akan menggangu
penyerapan.
c. Memberikan tambahan vitamin A jika diperlukan.
B. Intranatal (Persalinan)
1. Pengertian Intranatal
Intranatal atau persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta
dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu, persalinan dianggap normal
jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Depkes RI, 2002).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang
dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Wiknjosastro, 2005)
2. Tujuan Asuhan Persalinan
Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang
memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan
persalinan yang bersih dan aman, dengan mempraktikan aspek sayang
ibu dan sayang bayi (Saifuddin, 2002).
.3. Benang Merah dalam Persalinan
Ada lima benang merah yang penting dan saling terkait dalam
asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut
melekat pada persalinan, baik normal maupun patologis. Lima benang
merah tersebut adalah :
39
a. Membuat keputusan
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
c. Pencegahan infeksi
d. Pencatatan (rekam medik)
e. Rujukan
4. Perubahan-perubahan yang Terjadi dalam Persalinan
a. Tenaga yang mendorong anak keluar
1) His
His adalah kontraksi otot rahim pada persalinan
a) Braxton Hicks (His palsu/His pendahuluan)
His biasanya terjadi bulan terakhir kehamilan sebelum
persalinan dimulai. Kontraksinya pendek dan tidak bertambah
kuat bila dibawa berjalan, maka sering berkurang dan tidak
mempunyai pengaruh pada serviks.
b) His persalinan
c) Kontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis dan bersifat nyeri
yang disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot waktu kontraksi,
gerakan pada ganglia dalam serviks dan segmen bahwa rahim
oleh serabut-serabut otot-otot yang berkontraksi, regangan
dari serviks karena kontraksi atau regangan dan tarikan pada
peritoneum waktu kontraksi.
2) Tenaga Mengedan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga
yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh
kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian
40
tekanan intraabdominal. Tenaga mengedan ini hanya dapat
berhasil, kalau pembukaan sudah lengkap dan paling efektif
sewaktu kontraksi rahim.
b. Perubahan-perubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan
1) Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim pada persalinan
a) Segmen atas rahim
Memegang peranan yang aktif karena berkontraksi dan
dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan dan
mendorong anak keluar.
b) Segmen bawah rahim
Memegang peranan pasif dan makin tipis dengan majunya
persalinan karena direnggang, dan serviks mengadakan
relaksasi dan dilatasi dan menjadi saluran yang tipis dan
teregang yang akan dilalui bayi.
2) Perubahan bentuk rahim
Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang
sedangkan ukuran melintang maupun ukuran muka belakang
berkurang. Pengaruh perubahan bentuk ini ialah :
a) Tulang punggung menjadi lebih lurus dengan demikian kutub
atas anak tertekan pada fundus, sedangkan kutub bawah
ditekan ke dalam pintu atas panggul
b) Karena rahim bertambah panjang, maka otot-otot memanjang
diregang dan menarik segmen bawah dan serviks. Hal ini
merupakan salah satu sebab dari pembukaan serviks.
41
3) Faal ligamentum rotundum dalam persalinan
a) Pada tiap kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada
tulang punggung berpindah kedepan mendesak dinding perut
depan kedepan.
b) Fundus uteri tertambat sehingga waktu kontraksi fundus tidak
dapat naik ke atas.
4) Perubahan pada serviks
Pembukaan serviks ini biasanya di dahului oleh pendataran dari
serviks.
5) Pendataran dari serviks
Adalah pemendekan dari canalis carvicalis, yang semula berupa
sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang
dengan pinggir yang tipis. Pendataran dari serviks ini terjadi dari
atas ke bawah, mula-mula bagian serviks didaerah ostium
internum ditarik keatas dan menjadi lanjutan dari segmen bawah
rahim sedangkan ostium extemum sementara tidak berubah.
6) Pembukaan dari serviks
Pembesaran dari ostium externum yang tadinya berupa suatu
lubang dengan diameter beberapa millimeter menjadi lubang yang
dapat dilalui anak, kira-kira 10 cm.
7) Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Dalam kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina,
setelah ketuban pecah, panggul diregang menajdi saluran dengan
dinding-dinding yang tipis. Waktu kepala sampai di vulva
menghadap kedepan atas. Dari luar peregangan oleh bagian
42
depan nampak pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis
sedangkan anus menjadi terbuka.
5. Fisiologis Persalinan
Persalinan dan kelahiran seorang bayi yang merupakan peristiwa
sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika
persalinan dimulai, peranan seorang ibu adalah untuk melahirkan
bayinya, peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk
mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga
memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika
kontraksi tidak mengakibatkan perubahan pada serviks.
Adapun teori fisiologi persalinan adalah sebagai berikut
a. Penurunan kadar progesterone
Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Dengan menurunya
kadar progesterone pada akhir kehamilan dapat menimbulkan his.
b. Teory oxytosin
Pada akhir kehamilan oxytosin bertambah sehingga timbul kontraksi
otot-otot rahim.
c. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dapat
menimbulkan kontraksi.
43
d. Pengaruh janin
e. Teori prostaglandin
f. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua dapat menimbulkan
kontraksi myometrium.
6. Pembagian Tahap/Fase Persalinan
Tahapan-tahapan dalam persalinan dibagi menjadi 4 (empat) kala
persalinan yaitu:
a. Kala I
Klinis dapat dinyatakan partus mulai bila timbul his dan wanita
tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu darah (Blood show).
Lendir yang bersemu darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis
karena serviks mulai membuka dan mendatar. Sedangkan darahnya
berasal dari pergeseran-pergeseran ketika serviks terbuka.
Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan
menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan
berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu
jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks.
Tanda-tanda inpartu termasuk diantaranya:
1) Penipisan dan pembukaan serviks
2) Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekwensi minimal dua kali dalam 10 menit).
3) Keluarnya lendir bercampur darah melalui vagina
Kala satu persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus
dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap (10
44
cm) persalinan kala satu dibagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan
fase aktif
1) Fase laten persalinan
a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan
dan pembukaan serviks secara bertahap
b) Pembukaan serviks kurang dari 4 cm
c) Biasanya berlangsung dibawah hingga 8 jam
2) Fase aktif persalinan
a) Frekwensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau
lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik
atau lebih)
b) Serviks membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan
kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap
(10 cm)
c) Terjadi penurunan bagian terbawah janin
d) Fase aktif dibagi menjadi tiga fase yaitu:
(1) Fase akselerasi: dalam waktu dua jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm
(2) Fase dilatasi maksimal: dalam waktu dua jam pembukaan
menjadi sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
(3) Fase deselerasi: Pembukaan menjadi lambat kembali
dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap
45
Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada
multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif,
fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Pertama primigravida, ostium uteri internum akan terbuka
terlebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis, baru
kemudian ostium uteri eksterrnum membuka. Sedangkan pada
primigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka. Ostium uteri
internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks
terjadi dalam saat yang sama. Ketuban akan pecah sendiri pada saat
pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban pecah
sebelum pembukaan 5 cm disebut ketuban pecah dini
Tabel 2.4Perbedaan antara Primigravida dan Multigravida
Primigravida MultigravidaServiks mendatar (effacement) dulu baru dilatasi
Mendatar dan membuka bisa bersamaan
Berlangsung 13 -14 jam Berlangsung 6 – 7 jamSumber : Wiknjosastro, 2005
Selama fase laten persalinan semua asuhan, pengamatan dan
pemeriksaan harus dicatat. Hal ini dapat direkam secara terpisah
dalam catatan kemajuan persalinan atau kartu menuju sehat (KMS)
ibu hamil. Tanggal dan waktu dituliskan setiap kali membuat catatan
selama fase laten persalinan. Semua asuhan dan intervensi harus
dicatat.
Kondisi ibu dan bayi harus dicatat dengan seksama yaitu:
a) Denyut jantung janin : selama 30 menit
b) Frekwensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 30 menit
46
c) Nadi: setiap 30 menit
d) Pembukaan serviks : selama 4 jam
e) Tekanan darah dan suhu setiap jam
f) Produksi urine, aseton dan protein: setiap 2-4 jam
Jika ditemui tanda-tanda penyulit, penilaian kondisi ibu dan bayi
harus lebih sering dilakukan. Lakukan tindakan yang sesuai apabila
dalam diagnosis kerja ditetapkan adanya penyulit dalam persalinan.
Jika frekwensi kontraksi berkurang dalam 1 atau 2 jam pertama, nilai
ulang kondisi aktual ibu dan bayi. Bila tidak ada tanda-tanda
kegawatan atau penyulit, ibu dipulangkan dan dipesankan untuk
kembali jika kontraksi menjadi teratur dan lebih sering.
Semua keadaan dalam fase aktif dicatat di dalam partograf.
Adapun partograf dibagi menjad dua halaman yaitu:
a) Halaman depan partograf
Halaman depan partograf mencantumkan bahwa observasi
dimulai pada fase aktif persalinan dan menyediakan lajur dan
kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif
persalinan, termasuk :
(1) Kolom tentang ibu :
(a) Nama dan umur
(b) Gravida, para, abortus
(c) Nomor catatan medis/puskesmas
(d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika di rumah,
tanggal dan waktu persalinan mulai merawat ibu)
(e) Waktu pecahnya selaput ketuban
47
(2) Kondisi janin
(a) DJJ
(b) Warna dan adanya air ketuban
(c) Penyusupan, molase kepala janin
(3) Kemajuan persalinan
(a) Pembukaan serviks
(b) Penurunan bagian terbawah janin atau persentasi janin
(c) Garis waspada dan garis bertindak
(4) Jam dan waktu
(a) Waktu mulai fase aktif persalinan
(b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
(5) Kontraksi uterus
Frekwensi dan lamanya
(6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
(a) Oksitosin
(b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan
(7) Kondisi ibu
(a) Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh
(b) Urin (Volume, aseton dan protein)
(8) Asuhan, pengamatan dan keputusan dan klinik lainnya
(dicatat dalam kolom yang tersedia disisi partograf atau
dicatatan kemajuan persalinan)
b) Halaman belakang partograf
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat
hal-hal yang terjadi selama proses persalinan kala I sampai kala
48
IV (termasuk bayi baru lahir). Itulah sebabnya bagian ini disebut
sebagai catatan persalinan. Nilai dan catatan asuhan yang
diberikan pada ibu dalam masa nifas terutama selama persalinan
kala IV untuk memungkinkan penolong persalinan mencegah
terjadinya penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai.
Dokumentasi ini sangat penting untuk membuat keputusan klinik,
terutama pada pemantauan kala IV (mencegah terjadinya
perdarahan pascasalin). Selain catatan persalinan (yang diisi
dengan lengkap dan tepat) dapat pula digunakan untuk menilai
sejauh mana telah dilakukan asuhan persalinan yang bersih dan
aman.
b. Kala II
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II dikenal
juga dengan kala pengeluaran.
1) Tanda dan gejala kala II
a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
b) Ibu merasakan semakin meningkatnya tekanan pada rektum
dan vagina
c) Perineum kelihatan menonjol
d) Vulva vagina dan spingter ani terlihat membuka
e) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah
49
2) Diagnosis Kala II
Diagnosis kala II dapat ditegakan atas dasar hasil pemeriksaan
dalam yang menunjukan antara lain :
a) Pembukaan serviks telah lengkap
b) Terlihatnya bagian kepala bayi dan introitus vagina atau
kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm
Tabel 2.5Kategori Kala II
Kategori KeretanganKala II berjalan dengan baik Ada kemajuan penurunan kepala bayiKondisi kegawatdaruratan pada kala II
Kondisi kegawat daruratan membutuhkan perubahan dalam penatalaksanaan atau tindakan segera. Contoh kondisi tersebut termasuk eklamsi, kegawatdaruratan bayi, penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu
(Sumber : Saifuddin, 2002)
3) Penanganan
Kala II persalinan merupakan pekerjaan yang sulit bagi ibu. Suhu
tubuh ibu akan meninggi, ia mengedan selama kontraksi dan ia
kelelahan. Petugas harus mendukung ibu atas usahanya untuk
melahirkan bayinya. Berikut tindakan yang harus dilakukan selama
kala II
Tabel 2.6Asuhan Kala II
Tindakan Deskripsi dan keterangan Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu
Kahadiran seseorang untuk ;1. Mendampingi ibu agar merasa nyaman2. Menawarkan minum, mengipasi dan
memijit ibuMenjaga kebersihan diri 1. Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar
dari infeksi. 2. Bila ada darah, lendir atau cairan ketuban
segera dibersihkan.
50
Melakukan masase Menambah kenyamanan bagi ibu
Memberikan dukungan mental
Untuk mengurangi kecemasan dan ketakutam ibu dengan cara : 1. Menjaga privasi ibu2. Penjelasan tentang proses dan kemajuan
persalinan 3. Penjelasan tentang prosedur yang akan
dilakukan dan keterlibatan ibuMengatur posisi yang nyaman buat ibu
Dalam meminpin mengedan dapat dipilih posisi:1. Jongkok menungging2. Tidur miring3. Setengah duduk 4. Posisi tegak ada kaitanya dengan berkurangnya
rasa nyeri, mudah mengedan, kurang trauma vagina dan perineum dan infeksi
Menjaga kandung kemih tetap kosong
Ibu dianjurkan untuk berkemih sesering mungkin
Memimpin mengedan 1. Ibu dipimpin mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil napas
2. Mengedan tanpa diselingi bernapas kemungkinan dapat menurunkan pH pada arteri umbilikalis yang dapat menyebabkan denyut jantung tidak normal dan nilai apgar rendah
Bernapas selama persalinan
Minta ibu untuk bernapas selagi kontraksi ktika kepala akan lahir. Hal ini menjaga agar perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala dan mencegah robekan
Pemantauan denyut jantung janin
Periksa DJJ setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi (<120). Selama mengedan yang lama akan terjadi pengurangan aliran darah dan oksigen ke janin
Melahirkan bayi 1. Menolong kelahiran kepalaa. Letakan satu tangan ke kepala bayi agar
defleksi tidak terlalu cepatb. Menahan perineum dengan satu tangan
lainnya bila diperlukan c. Mengusap muka bayi untuk membersihkan
ari kotoran lendir/ darah 2. Periksa tali pusat
Bila lilitan tali pusat terlalu ketat di klem pada dua tempat kemudian digunting antara dua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi
3. Melahirkan bahu dan anggota seluruhnya a. Tempatkan kedua tangan pada kedua sisi
kepala dan leher bayi b. Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk
melahirkan bahu depan c. Lakukan tarikan lembut keatas untuk
51
melahirkan bahu belakang d. Selipkan satu tangan anda ke bahu dan
lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya
e. Pegang erat bayi agar janin jangan sampai jatuh
Bayi dikeringkan dan dihangatkan dari kepala sampai seluruh tubuh
Setelah bayi lahir segera selimuti dan keringkan dengan menggunakan handuk atau sejenisnya, letakan pada perut ibu dan berikan bayi untuk menetek
Lakukan rangsangan taktil pada bayi
1. Biasanya dengan melakukan pengeringan cukup memberikan rangsangan pada bayi
2. Dilakukan dengan cara mengusap-ngusap pada bagian punggung atau menepuk telapak kaki bayi
(Sumber : Saifuddin, 2002)
c. Kala III
Waktu yang paling kritis untuk mencegah perdarahan post
partum adalah ketika plasenta lahir dan sesegara setelah itu. Ketika
plasenta lepas atau sepenuhnya terlepas tapi tidak keluar, maka
perdarahan terjadi di belakang plasenta sehingga uterus tidak dapat
sepenuhnya berkontraksi karena plasenta masih di dalam. Kontraksi
pada otot uterus merupakan mekanisme fisiologis yang menghentikan
perdarahan.
Kala III batasanya adalah dimulai setelah bayi lahir dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
1) Fisiologi kala III
Pada kala III persalinan, otot uterus berkontraksi mengikuti
berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba telah lahirnya
bayi. Penyusutan rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya
ukuran tempat implantasi plasenta. Karena tempat implantasi
52
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah
maka plasenta akan menekuk. Menebal kemudian dilepaskan dari
dinding uterus. Setelah terlepas plasenta akan turun ke bagian
bawah uterus atau bagian atas vagina.
Tanda-tanda pelepasan plasenta, yaitu:
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus : uterus berbentuk bulat
penuh (diskord) dan tinggi fundus biasanya turun hingga
dibawah pusat. Pada saat berkontraksi uterus menjadi bulat
dan fundus berada diatas pusat
b) Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat keluar memanjang
atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda ahfeld)
c) Semburan darah tiba-tiba. Menandakan bahwa darah yang
terkumpul diantara tempat melekatnya plasenta dan
permukaan maternal plasenta, keluar melalui tepi plasenta
yang terlepas (Depkes RI, 2004)
2) Pimpinan kala uri
a) Memeriksa keadaan ibu tentang : status lokalis obstertik
dengan cara palpasi fundus uteri dan konsistensinya,
memeriksa keadaan vital ibu :TD, nadi, respirasi
b) Mengawasi perdarahan
c) Mencari tanda-tanda pelepasan uri
d) Memberi tekanan pada fundus
3) Manajemen aktif kala tiga
Tujuannya adalah untuk menghasilkan kontraksi uteus yang lebih
efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan
53
dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis.
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala III :
a) Kala III persalinan yang lebih singkat
b) Mengurangi jumlah kehilangan darah
c) Mengurangi kejadian retensio plasenta.
Manajemen aktif kala III terdiri dari tiga langkah utama:
a) Pemberian suntikan oksitosin
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali
c) Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase)
(Depkes RI, 2004).
d. Kala IV
Batasannya adalah dua jam setelah plasenta lahir. Masa post
partum merupakan saat yang paling kritis untuk mencegah kematian
ibu terutama kematian disebabkan karena perdarahan. Selama kala
IV petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama
setelah kelahiran plasenta dan setiap 30 menit pada jam kedua
setelah persalinan. Yang dipantau pada kala IV adalah tekanan
darah, nadi, temperatur, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, kandung
kemih dan perdarahan.
Darah yang keluar harus ditajar sebaik-baiknya. Kehilangan
darah pada persalinan biasa disebabkan oleh luka pada pelepasan uri
dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata dalam batas
normal, jumlah perdarahan adalah 250 cc biasanya 100-300 cc. Bila
perdarahan lebih dari 500 cc ini sudah dianggap abnormal.
54
Sebelum meninggalkan ibu yang baru melahirkan, harus
memperhatikan 7 (tujuh) pokok penting, yaitu:
1) Kontraksi rahim : baik atau tidak dapat diketahui dengan palpasi.
Bila perlu lakukanlah masase dan berikan uterotonika
2) Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa
3) Kandung kencing : harus kosong, kalau penuh ibu disuruh kencing
dan kalau tidak bisa lakukan kateter.
4) Luka -luka : jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak
5) Uri dan selaput ketuban harus lengkap
6) Keadaan umum ibu : Tensi, nadi, pernapasan, rasa sakit
7) Bayi dalam keadaaan baik
7. Posisi ibu dalam Persalinan
Ibu bersalin dapat mengganti posisi secara teratur selama kala II
persalinan karena hal inidapat mempercepat kemajuan persalinan. Posisi
ibu dalam kala II persalinan diantaranya :
a. Posisi duduk atau setengah duduk
Seringkali nyaman bagi ibu dan ibu bisa beristirahat dengan mudah
diantara kontraksi jika merasa lelah. Keuntungan dari kedua posisi ini
adalah memudahkan melahirkan kepala bayi.
b. Posisi jongkok atau berdiri
Dapat membantu mempercepat kemajuan kala II persalinan dan
mengurangi rasa nyeri yang hebat.
c. Posisi merangkak atau berbaring miring ke kiri.
Bisa lebih nyaman dan lebih efektif bagi ibu untuk meneran. Kedua
posisi ini mungkin baik jika ada masalah bayi yang akan berputar
55
posisi oksiput anterior. Merangkak seringkali merupakan posisi yang
baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan.
d. Posisi berbaring miring ke kiri
Merupakan posisi yang baik bagi ibu jika kelelahan karena ibu bisa
beristirahat dengan mudah diantara kontraksi, posisi ini juga bisa
membantu mencegah laserasi perenium.
(Depkes RI, 2002).
8. Tanda Bahaya Persalinan
Tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai pada saat persalinan
diantaranya :
a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak mulai terasa mules.
b. Perdarahan sebelum melahirkan dan setelah lahir.
c. Air ketuban berbau busuk atau berwana keruh.
d. Tali pusat atau anggota badan bayi keluar lebih dulu.
e. Ibu tidak kuat mengedan.
f. Ibu kejang-kejang.
9. Asuhan Sayang Ibu pada Masa Persalinan
Salah satu prinsip dasar sayang ibu adalah dengan mengikut
sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Adapaun asuhan sayang ibu selama persalinan tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Panggil ibu sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai
martabatnya.
56
2) Jelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu
sebelum memulai asuhan tersebut.
3) Jelaskan proses persalinan.
4) Anjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut dan
khawatir.
5) Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
6) Berikan dukungan, berdasarkan hatinya dan tentramkan perasaan ibu
beserta anggota keluarga yang lain.
7) Anjurkan ibu untuk ditemani suami atau keluarga yang lain selama
persalinan dan kelahiran bayinya.
8) Ajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana
mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan
dan kelahiran bayinya.
9) Lakukan praktek-praktek pencegahan infeksi.
10) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, dan
bahan-bahan perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap
melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
C. Postnatal (Masa Nifas)
1. Pengertian
Masa nifas (peurperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2002).
57
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis
b. Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya
c. Memberikan perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana,
menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa
60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50%
kematian masa nifas terjadi dalam jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi, dua
pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60%
kematian bayi baru lahir dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan
pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat
mencegah beberapa kematian ini.
3. Kunjungan pada Masa Nifas
a. Kunjungan I ( 6- 8 jam)
Tujuannya:
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk
bila perdarahan berlanjut.
58
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia
uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
b. Kunjungan 11 (6 hari pasca persalinan)
Tujuan:
1) Memastikan involusi uterus berjalan, uterus berkontraksi, fundus
di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyakit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat dan menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-ari.
c. Kunjungan III (2 minggu pasca persalinan)
Asuhan yang diberikan sama dengan 6 hari post partum.
d. Kunjungan IV (6 minggu pasca persalinan)
1) Menanyakan ibu tentang penyakit yang dialami ibu dan bayi.
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini
e. Kunjungan Rumah
Suatu proses untuk membantu klien atau keluarga mempelajari
dan menemukan kebutuhan kesehatan dengan tujuan untuk
59
membantu menyadari adanya masalah kesehatan, menegakkan
pengertian bersama mempelajari kebutuhan kesehatan
melaksanakan tindakan yang sesuai wewenang, memberikan
keyakinan dukungan dan menurunkan stress. (Saifuddin, 2002)
4. Pembagian Masa Nifas
Masa nifas dibagi menjadi tiga periode, yaitu:
b. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan
c. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu
d. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu–minggu, bulanan, atau tahunan.
5. Perubahan Fisiologi yang terjadi pada masa nifas
Terdapat dua perubahan penting pada masa puerperium, yaitu :
a. Involusi uterus dan pengeluaran lochea
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses
dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya
60 gr. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1) Autolisys
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam
otot uterin, enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot
60
yang telah sempat mengendur hingga sepuluh kali panjangnya
dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan.
2) Terdapat polymorphin phagolitik dan macrophages didalam sistem
vaskuler dan system limphatik.
3) Efek oksitosin
Penyebab kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan
mengkompres pembuluh darah yang akan mengurangi
masukanya darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi tempat implantasi plasenta serta mengurangi
perdarahan.
Tabel 2.7Proses Involusi Uteri
Involusi Tinggi Fundus Berat UterusPlasenta Lahir
7 hari (1 minggu)14 hari (2 minggu)42 hari (6 minggu)56 hari (8 minggu)
SepusatPertengahan pusat simpisis
Tak terabaSebesar hamil 2 minggu
Normal
1000 gram500 gram350 gram50 gram30 gram
(Mochtar.R, 1998)
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas, lochea
mempunyai reaksi biasa yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal, lochea mengalami perubahan karena proses
involusi.
Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan
warnanya, sebagai berikut :
a) Lochea Rubra (Kruenta)
1 sampai 3 hari, berwarna merah hitam.
61
Terdiri dari sel desidua, vemiks caseosa, rambut lanugo,
sisa mekoneuml, sisa darah.
b) Lochea Senginolenta
3 sampai 7 hari
Berwarna putih bercampur darah.
c) Lochea Serosa
7 sampai 14 hari
Berwarna kuning kekuningan
d) Lochea Alba
Setelah hari ke 14
Berwarna putih (Mochtar, 2006).
b. Perubahan Psikis
Tiga tahap perilaku ibu post partum menurut Rubin :
1) Talking in (1-2 hari)
a) Ibu menceritakan pengalaman persalinan membandingkan
dengan yang lain.
b) Membutuhkan bantuan orang lain dan terlihat pasif
c) Susah mengambil keputusan
d) Berfokus pada diri sendiri
e) Depresi
2) Talking hold (3-5 hari)
a) Menerima peran baru dan belajar
b) Merasa lebih nyaman dan tenang mulai pulih kembali
c) Ibu berkeinginan merawat bayinya
d) Letting go (2-4 hari)
62
e) Ibu telah sembuh
f) Ibu menerima peran baru sebagai orang tua
g) Dapat melakukan sehari-hari
h) Merasa tanggung jawab terhadap perawatan bayi.
c. Laktasi/pengeluaran Air Susu Ibu
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu yang
selalu ada dalam keadaan sedih, tertekan, kurang percaya diri dan
berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume
ASI bahkan memungkinkan tidak terjadi produksi ASI.
Terdapat dua refleks yang dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu,
yaitu :
1) Refleks Prolaktin
Pada waktu bayi menghisap payudara ibu, maka ibu menerima
rangsangan nero hormonial pada puting dan aerola, rangsangan
ini melalui nervus vagus diteruskan ke hypophysa lalu ke lobus
anterior, lobus anterior akan mengeluarkan hormone prolaktin dan
masuk melalui peredaran darah sampai pada kelenjar-kelanjar,
pembuatan ASI terangsang untuk memproduksi ASI.
2) Refleks Let Down
Refleks ini mengakibatkan memancarnya ASI keluar, isapan bayi
akan merangsang puting susu dan aerola yang dikirim lobus
posterior melalui nervus vagus dari grandula pituitary posterior
dikeluarkan hormon oksitosin kedalam peredaran darah yang
menyebabkan adanya kontraksi otot-otot myoepitel dari saluran air
63
susu, karena adanya kontraksi ini maka ASI akan terperas ke arah
ampulla.
6. Tindakan yang Baik Selama Asuhan Masa Nifas
a. Kebersihan diri
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 hari sekali.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
b. Istirahat
1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan.
2) Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan rumah tangga secara
perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat pada saat
bayi tidur.
3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
a) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b) Memperlambat proses involusi dan memperbanyak
perdarahan.
c) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
64
c. Latihan
Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu, seperti :
1) Dengan tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot
perut selagi menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas
ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai
5, rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
2) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dasar panggul (latihan
kegel).
3) Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat
dan pinggul dan tahan sampai lima hitungan. Kendurkan dan
ulangi latihan sebanyak lima kali.
Mulai dengan mengerjakan lima kali latihan untuk setiap gerakan.
Setiap minggu naikan jumlah latihan lima kali lebih banyak. Pada
minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap
gerakan sebanyak 30 kali.
d. Gizi
Ibu menyusui harus :
1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari.
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral dan viatamin yang cukup.
3) Minum sedikitnya tiga liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk
minum setiap kali menyusui).
4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
65
5) Minum kapsul viatamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya.
e. Menyusui
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah
dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih
dan siap untuk diminum.
1) Tanda ASI cukup
a) Bayi kencing setidaknya enam kali dalam 24 jam dan
warnanya jernih sampai kuning muda.
b) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan “berbiji”.
c) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan
tidur cukup. Bayi yang selalu tidur bukan pertanda baik.
d) Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.
e) Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai
menyusui.
f) Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali
bayi mulai menyusu.
g) Bayi bertambah berat badannya.
2) ASI tidak cukup
Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar (setidaknya
menyusu 10-12 kali dalam 24 jam) dalam dua minggu pasca
persalinan. Jika bayi dibiarkan tidur lebih dari 3-4 jam atau bayi
diberi jenis makanan lain atau payudara tidak dikosongkan
dengan baik tiap kali menyusui, maka pesan hormonal yang
diterima otak ibu adalah untuk menghasilkan susu lebih sedikit.
66
3) Meningkatkan Produksi ASI
a) Untuk Bayi
Menyusui bayi setiap dua jam siang dan malam hari
dengan menyusi 10-15 menit setiap payudara.
Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan rasa
gerah dan duduklah selama menyusui.
Pastikan bayi menyusu dengan posisi menempel yang baik
dan denganrkan suara menelan yang aktif.
Susui bayi ditempat yang tenang dan nyaman, serta
minumlah setiap kali menyusui.
Tidurlah bersebelahan dengan bayi.
b) Untuk Ibu
Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum.
Petugas kesehatan harus mengamati ibu yang menyusui
bayinya dan mengoreksi setiap kali terdapat masalah pada
posisi penempelan antara mulut bayi dengan puting.
Yakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak
dengan melakukan hal-hal tersebut diatas.
f. Perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu.
2) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
3) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui
tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
67
4) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
5) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tablet
setiap 4-6 jam.
6) Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah
dan hangat selama lima menit.
b) Urut payudara dari arah pangkal munuju puting.
c) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
puting susu menjadi lunak.
d) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan.
e) Letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
g. Keluarga Berencara
1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya dua
tahun sebelum ibu hamil kembali.
2) Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum
ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki (amenore laktasi).
Oleh karena itu metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum
haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan baru.
Resiko cara ini ialah 2% kehamilan.
3) Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid
lagi.
68
4) Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu kepada ibu :
a) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan
efektivitasnya.
b) Kelebihan/keuntungannya.
c) Kekurangannya
d) Efek samping
e) Bagaimana menggunakan metode itu
f) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca
salin yang menyusui.
5) Jika seorang ibu/pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada
baiknya untuk bertemu dengan lagi dalam dua minggu untuk
mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan
itu untuk mengetahui apakah metode tersebut bekerja dengan
baik (Saifuddin, 2002).
7. Tanda Bahaya pada Masa Nifas
Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa post partum
oleh karena itu sangatlah penting untuk membimbing para ibu dan
keluarganya mengenai tanda-tanda bahaya yang mendakan bahwa ia
perlu segera mencari bantuan medis, ibu juga perlu mengetahui kemana
ia mencari bantuan tersebut (Saifuddin, 2002)
Beritahulah ibu jika mengetahui adanya masalah-masalah berikut,
maka ia perlu segera menemui bidan :
69
a. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak
(lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian
pembalut dua kali dalam setengah jam).
b. Pengeluaran vagina yang baunya menusuk.
c. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
d. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati atau masalah
penglihatan.
e. Pembengkakan diwajah atau di tangan.
f. Demam, muntah, rasa sakit pada waktu buang air kecil atau jika
merasa tidak enak badan.
g. Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan atau terasa sakit.
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
i. Rasa sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakan di kaki.
j. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya
atau diri sendiri.
k. Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah (Saifuddin, 2002)
8. Asuhan sayang ibu pada masa Nifas
a. Anjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung).
b. Bantu ibu untuk memulai membiasakan menyusui dan anjurkan
memberikan ASI sesuai permintaan.
c. Anjurkan ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan istirahat yang
cukup setelah melahirkan.
d. Anjurkan suami dan anggota keluarga untuk memeluk bayi dan
mensyukuri kelahiran bayi.
70
e. Ajarkan ibu dan anggota keluarga tentang bahaya dan tanda-tanda
bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka untuk mencari
pertolongan jika terdapat masalah atau kekhawatiran
(Saifuddin, 2002)
9. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas–Program dan Kebijakan
Teknis
Paling sedikit 4 kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi.
Tabel 2.8Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan Waktu Uraian
1 6-8 jam setelah persalinan
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain pada perdarahan, rujuk bila perdarahan
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4. Pemberian ASI awal5. Melakukan hubungan antara ibu dan
BBL6. Menjaga bayi tetap sehat dengan
mencegah hipotermia2 6 hari setelah
persalinan1. Memastikan involusi uterus berjalan
normal : uterus berkontraksi fundus di bawah u8mbilicus, tidak ada perdarahan abnormal.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
5. Memberikan konseling pada ibu
71
mengenai asuhan pada bayi, perawatan tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3 2 minggu setelah
persalinan
Sama seperti kunjungan ke 2 (6 hari setelah persalinan)
4 6 minggu setelah
persalinan
1. Menanyakan ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini
(Sumber : Saifuddin, 2002)
D. Bayi Baru Lahir
1. Definisi
Bayi yang mampu hidup diluar rahim dengan berat badan lebih
dari 2500 gram, asuhan segera pada bayi adalah asuhan yang diberikan
pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kehamilan
(Depkes RI, 2004)
2. Tujuan Asuhan Bayi baru Lahir
a. Membersihkan jalan nafas
b. Memotong dan merawat tali pusat.
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi.
d. Identifikasi.
e. Pencegahan infeksi (Depkes RI, 2004)
3. Perubahan Fisiologis pada Bayi Baru Lahir
a. Sistem Sirkulasi
Setelah bayi lahir bayi akan bernafas, ini akan menjadikan
penurunan pada tekanan arteri pulmonalis, sehingga banyak darah
mengalir ke paru-paru, duktus arterius botali menutup 1-2 menit
72
setelah bayi bernafas. Dengan diguntingnya tali pusat maka akan
terjadi penurunan pada vena cava inferior, sehingga tekanan pada
atrium kanan berkurang sebaliknya tekanan pada atrium kiri
bertambah maka terjadi penutupan foramen ovale (Saifuddin, 2002).
O2 janin lebih rendah dari pada orang dewasa. Untuk
mengimbangi ini peredaran janin lebih cepat, kadar Hb janin tinggi
(18gr%) dan eritoctnya (5,5 juta/mm3) (Saifuddin, 2002)
Perbedaan Hb janin dan orang dewasa :
1) Hb janin dibuat dalam hati, Hb dewasa pada sumsum merah.
2) Hb janin lebih mudah mengambil dan menyerahkan O2 dari pada
orang dewasa.
3) Hb janin baru diganti seluruhnya oleh Hb biasa pada umur 4
bulan atau lebih (Saifuddin, 2002)
b. Sistem Respirasi
Pernafasan bayi baru lahir tidak teratur, kedalamannya,
kecepatannya dan bervariasi 30-60x/menit. Rangsangan gerakan
nafas pertama kali karena tekanan mekanis pada toraks sewaktu
melalui jalan lahir sehingga terjadi kehilangan setengah dari jumlah
cairan yang ada di paru-paru, sehingga sesudah lahir cairan yang
hilang diganti dengan udara, paru-paru berkembang dan rongga
dada kembali ke bentuk semula.
1) Penurunan tekanan oksigen dan kenaikan CO2 merangsang
dengan masuknya darah dari paru-paru kedalam atrium kiri,
menyebabkan foramen ovale menutup, sirkulasi janin berubah
menjadi sirkuit bayi yang hidup diluar badan ibu.
73
2) Kemoreseptor pada sinus karotis rangsangan dingin didaerah
muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan
(Saifuddin, 2002).
c. Suhu Tubuh
Saat lahir suhu bayi sama dengan suhu ibu, tapi bayi memiliki
insulasi lemak, luas permukaan tubuh yang besar, sirkulasi yang
relative buruk serta belum dapat berkeringat dan menggigil maka
suhu lingkungan harus diatur 36,5-37,20C. Untuk mengurangi
kehilangan panas dilakukan pengaturan suhu kamar, membungkus
badan dan kepala bayi, disimpan ditempat tidur hangat
(Saifuddin, 2002).
d. Saluran Pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan pencernaan telah terbentuk dan janin
telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup, absorpsi
air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan. Bila
dibandingkan dengan pencernaan orang dewasa pencernaan
neonatus lebih berat dan lebih panjang. Enzim pencernaan sudah
terdapat pada neonatus kecuali amylase, aktivitas lipase terjadi pada
janin 7-8 bulan (Saifuddin, 2002).
e. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal
Glomerolus mulai dibentuk pada janin umur 8 minggu. Pada
kehamilan 28 minggu jumlahnya sekitar 350.000, ginjal janin mulai
berfungsi pada usia kehamilan 3 bulan. Hingga umur tiga hari ginjal
bayi belum dipengaruhi oleh pemberian air minum, sesudah 5 hari
ginjal mulai memproses air yang didapat dari luar (Saifuddin, 2002).
74
f. Susunan Saraf
Pada trimester akhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-otot
menjadi lebih sempurna, sehingga janin di atas 32 minggu dapat
hidup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan mata janin sangat
sensitif terhadap cahaya (Saifuddin, 2002).
Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi baru lahir :
1) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat
2) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit ibunya
sesegera mungkin segera setelah melahirkan badan bayi.
3) Sambil secara cepat menilai pernafasan, letakan bayi dengan
handuk diatas perut ibu.
4) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah atau lendir
dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang.
Periksa ulang pernafasan bayi (Saifuddin, 2002).
4. Pantalaksanaan Bayi Baru lahir
a. Penilaian Awal
Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan menilai hal-hal
berikut :
1) Bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan.
2) Bayi bergerak dengan aktif atau dalam keadaan lemas.
3) Warna kulit bayi merah muda, pucat atau biru (Varney, 2006).
b. Membersihkan Jalan Nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir.
Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera
membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
75
1) Letakan bayi pada posisi terlentang ditempat yang keras dan
hangat.
2) Gulung sepotong kain dan letakan dibawah bahu sehingga leher
bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk.
3) Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari
tangan yang dibungkus dengan kassa steril.
4) Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit
bayi dengan kain kering dan kasar.
c. Memotong dan Merawat Tali Pusat
1) Klemlah tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan
3 cm dari pangkal pusat bayi (tinggalkan kira-kira 1 cm diantara
klem-klem tersebut).
2) Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi
dari gunting dengan tangan kiri anda.
3) Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat.
4) Periksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih terjadi
perdarahan, lakukan pengikatan ulang yang lebih kuat.
d. Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi
1) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit
bayi dengan kulit ibu.
2) Gantilah handuk/kain yang basah dan bungkus bayi tersebut
dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah
terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.
3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap
15 menit :
76
a) Apabila telapak bayi tetap dingin, periksalah suhu aksila bayi.
b) Apabila suhu bayi kurang dari 36,50C, segera hangatkan bayi
tersebut.
Mekanisme kehilangan panas
c) Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada
tubuh bayi. Kehilangan panas karena menguapnya cairan
ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena
tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
d) Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung
antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
e) Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi
terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin.
f) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi
ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperature tubuh
lebih rendah dari temperatur tubuh bayi (APN, 2002).
e. Memberi Vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi
baru lahir dilaporkan cukup tinggi, untuk mencegah perdarahan
tersebut semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi
vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari sedangkan bayi resiko
tinggi diberi vitamin K perparenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM.
f. Member Obat Tetas/Salep Mata
Di beberapa Negara perawatan mata bayi baru lahir secara
hukum diharuskan untuk memcegah terjadinya oftalmia neonatorum.
Pemberian obat mata eritomisin 0,5 % atau tetraksiklin 1 % dianjurkan
77
untuk mencegah penyakit mata karena penyakit menular seksual
(klamidia).
g. Identifikasi Bayi
Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya
mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang
efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap
ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Ukurlah berat lahir,
panjang bayi, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan catat
dalam rekam medik.
h. Pemantauan Bayi Baru Lahir
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui
aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan
bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong
persalinan serta tindak lanjut kesehatan.
i. Kontak Dini Dengan Ibu
1) Berikan bayi pada ibu secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan
bayi penting untuk:
a) Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi
baru lahir.
b) Ikatan batin dan pemberian ASI.
2) Dorongan ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah “siap”
(dengan menunjukan reflex rooting) (Varney, 2006).
78
5. Pemantauan Pada Bayi Baru Lahir
Yang harus diperhatikan adalah:
a. Suhu badan dan lingkungan
b. Tanda-tanda vital
c. Berat badan
d. Mandi dan perawatan kulit
e. Pakaian
f. Perawatan tali pusat
Dengan mencatat semua hasil pemantauan (Varney, 2006).
6. Asuhan pada Bayi Baru Lahir
a. Asuhan yang diberikan pada periode transisional
1) Periode Pertama Reaktivitas
a) Periode ini berakhir kira-kira 30 menit setelah kelahiran dengan
memantau frekuensi jantung dan pernafasan setiap 30 menit
pada 4 jam pertama.
b) Menjaga kehangatan tubuh bayi (suhu di aksila 36,50 C dan
370 C ), Tempatkan ibu dan bayi bersama-sama.
c) Tunda pemberian tetes mata pada 1 jam pertama untuk
meningkatkan interaksi antara ibu dan bayi.
2) Fase Tidur
a) Dimulai 30 menit setelah periode pertama reaktifitas dan dan
berakhir sampai 2-4 jam
b) Kebutuhan perawatan yang khusus di perlukan selama fase
tidur, bayi tidak berespon terhadap stimulus eksternal namun
ibu dan keluarga dapat memeluk dan menggendongnya
79
3) Periode Kedua Setelah Reaktifitas
a) Periode ini terjadi sekitar 4-6 jam
b) Memantau bayi terhadap kemungkinan tersedak, metode
stimulus segera jika terjadi apneu
c) Kaji keinginan bayi (menelan, menghisap)
b. Asuhan Pasca Tradisional
Perawatan bayi baru lahirnormal yang mencakup :
1) Pengkajian tanda-tanda vital 4 jam dan 8 jam
2) Perawatan tali pusat selama 8 jam
3) Pemberian ASI setap 3-4 jam
4) Mengganti popok bayi jika di perlukan
5) Menimbang berat badan bayi 1 kali setiap 24 jam
c. Rencana Asuhan 2-6 Hari
Melakukan pengkajian dan penyuluhan mengenai :
1) Minum
Kebutuhan cairan bayi diberikan pada hari pertama masuk
sebanyak 60 ml/kg BB dan setiap hari ditambah sehingga pada
hari ke-14 dicapai 200 ml/kg BB sehari. Dalam hari pertama berat
badan akan turun karena pengeluaran mekonium dan masuknya
cairan belum mencapai. Turunnya berat badan tidak lebih dari
10%, berat badan akan naik lagi pada hari ke-10 dan seterusnya.
2) Buang Air Besar
Mekonium akan mulai keluar pada waktu 24 jam berlangsung
sampai hari ke 2-3. Pada hari ke 4-5 warna tinja menjadi coklat
kehijau-hiajuan, defekasi dapat terjadi 3-8 kali/hari.
80
3) Buang Air Kecil
Air kencing dapat keluar dalam 24 jam.
4) Tidur
Siklus tidur bayi erat kaitannya dengan seberapa sering bayi
makan dan penyesuaian dengan lingkungan. Bayi akan tidur 12-
20 jam dalam 24 jam
5) Kebersihan Kulit
Ibu harus sudah mampu memandikan bayi secara mandiri
6) Memandikan Bayi
a) Persiapan alat: pakian bersih, popok, sabun, handuk, selimut,
parnel, klem tali pusat, waslap, bak mandi, selemek, kassa
steril/DDT
b) Cuci tangan
c) Pastikan ruangan dalam keadaan hangat
d) Siapkan air hangat tapi tidak terlalu panas dalam bak mandi
e) Siapkan pernel, handuk dan pakaian bayi siap pakai
f) Lepaskan pakaian bayi
g) Bersihkan tinja daerah pantat sebelum di mandikan agar air
mandi tetap segar
h) Letakkan bayi pada pernel
i) Cuci tali pusat dengan menggunakan air bersih dan sabun,
lakukan pengikatan ulang tali pusat bila terdapat perahan
j) Sanggalah bayi bersihkan bagian kepala bayi lalu keringkan
k) Cuci mukanya terlebih dahulu
l) Basahi dan sabuni badan bayi lalu keringkan
81
m) Jika bayi laki-laki tarik katup (prepesium) ke belakang dan
bersihkan. Bila bayi perempuan bersihkan labia minora dan
mayora
n) Keringkan betul-betul bayi dengan handuk yang hangat dan
kering
o) Tempatkan bayi pada alas dan popok yang hangat dan kering
p) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar
terkena udara dan tutupi dengan kain bersih
q) Lipat popok di bawah tali pusat
r) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja cuci tinja dengan
sabun dan air bersih dan keringkakan betul-betul
s) Yakinkan bahwa ujung atas popok berada di bawah sisa tali
pusat
t) Kenakan pakaian yang bersih dan kering
u) Selimutilah bayi (Wiknjosastro, 2006)
7. Refleks-refleks Pada Bayi Baru Lahir
a. Refleks Moro
Reflek ini adalah salah satu reflek yang didapat oleh bayi,
sebab reflek ini menunjukan status neurologist, ini juga sering disebut
reflek kejutan
b. Refleks Palmar Grap
Refleks ini adalah suatu reflek ketika sebuah benda diletakan
ditelapak tangan noenatus, refleks menggenggam menyebabkan jari
menggenggam benda tersebut, refleks ini dapat terlihat sampai umur
satu tahun.
82
c. Refleks Tonik Neck
Refleks ini dapat diobservasi pada neonatus dalam posisi
terlentang. Refleks ini tidak dapat dilihat pada bayi yang berusia 1
hari, meskipun refleks ini dapat diamati sampai usia bayi 3-4 bulan.
d. Refleks Rooting
Refleks ini ditandai dengan penghisapan secara kuat jari atau
putting susu ketika dimasukan ke dalam mulut.
e. Refleks Menelan
Refleks ini ditandai dengan menelan secara tepat cairan yang
dimasukan ke dalam mulut, reflek ini dapat dengan mudah di
observasi pada saat makan.
f. Refleks Babinski
Refleks ini disebut juga refleks hiperektensi jari kaki, terjadi
ketika bagian lateral dari telapak kaki bayi digores dari tumit ke atas
dan menyilang pada kaki, reflek ini menghilangkan setelah satu tahun.
g. Refleks Menginjak
Bayi dapat membuat gerakan menginjak yang kadang-kadang
disebut gerakan menari. Reflek ini kadang-kadang sulit diperoleh
sebab tidak semua bayi kooperatif, dan menghilang berangsur-angsur
pada usia 4 bulan (Wiknjosastro, 2006)
8. Imunisasi
Pengertian imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi,
anak dengan maksud mengurangi timbulnya kesakitan, menurunkan
angka kematian dan mencegah akibat buruk lebih lanjut.
83
Macam-macam imunisasi :
a. Hepatitis B
Vaksinasi dimaksudkan untuk mendapat kekebalan aktif
terhadap penyakit hepatitis B/lever. Imunisasi ini dilakukan dengan
cara pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali dengan jangka waktu
4 minggu antara suntikan pertama dan ke-2 dan 4 minggu lagi antara
suntikan ke-2 dan ke-3 imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah
imunisasi dasar.
Jadwal pemberian Imunisasi Hepatitis B :
1) Hepatitis B1, bisa di berikan pada usia 0 – 7 hari
2) Hepatitis B2, bisa diberikan 4 minggu setelah Hepatitis B1
3) Hepatitis B3, bisa diberikan 4 minggu setelah Hepatitis B2
4) Kekebalan vaksin Hepatitis B cukup tinggi. Yaitu berkisar antara
94-96%
Reaksi Imunisasi Hepatitis B :
Biasanya berupa nyeri pada tempat suntikan mungkin disertai
dengan pembengkakan/rasa panas yang mungkin juga disertai
dengan demam ringan
b. BCG
Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan aktif
terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Vaksin BCG mengandung
kuman BCG (Bacillus Calmette Geurin) yang masih hidup. Jenis
kuman TBC ini telah dimatikan. Imunisasi ini cukup diberikan satu kali
saja. Sebaiknya dilakukan ketika bayi baru lahir sampai berumur 11
bulan sesuai dengan program pemberiannya satu kali.
84
Jenis Pemberian Imunisasi BCG :
1) Bayi 0 – 11 bulan sebaiknya diberikan pada umur 0 – 2 bulan
dengan dosis 0,01 mg.
2) Vaksin diulang pada umur 5 tahun, dan sebelum divaksin
sebaiknya dilakukan uji mantoux tes dahulu.
c. DPT
Pemberian imunisasi ini untuk memberi kekebalan aktif secara
bersamaan (stimulasi ) terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.
Jadwal pemberian Imunisasi DPT :
1) Pada bayi umur 2-11 bulan sebanyak 2 -3 kali suntikan selang
waktu 4 minggu secara IM atau Sub Cutan.
2) Imunisasi lainnya diberikan setelah bayi umur 1,5 – 2 tahun
3) Diulang kembali dengan vaksi DT pada usia 5-6 tahun (kelas 1
SD)
4) Diulang lagi pada umur 10 tahun ( menjelang tamat SD kelas 4)
Reaksi dari pemberian Imunisasi DPT :
1) Demam ringan
2) Pembengkakan dan rasa nyeri pada tempat penyuntikan 1-2 hari
3) Kadang-kadang reaksi yang lebih berat demam tinggi dan kejang
disebabakan unsur pertusisnya.
d. Polio
Tujuan pemberian vaksin ini untuk mendapatkan kekebalan
terhadap penyakit poliomyelitis (penyakit infeksi akut yang disebabkan
oleh virus polio).
85
Jadwal pemberian imunisasi polio :
Sejak anak baru lahir atau berumur beberapa hari, sebanyak 4 kali
pemberian dengan dosis 2 tetes dengan jarak pemberian 4 minggu.
1) Pemberian ulang pada umur 1,5 – 2 tahun.
2) Vaksin polio diberikan secara bersama-sama dengan vaksin BCG,
Hepatitis B dan DPT.
3) Kekebalan yang diperoleh dari vaksinasi polio 45 – 100 %
e. Campak
Tujuan pemberian vaksin campak untuk mendapat kekebalan
terhadap penyakit campak. Vaksin campak mengandung virus
campak hidup yang telah dilemahkan.
Jadwal pemberian imunisasi campak :
1) Umur 9 bulan.
2) Kekebalan yang diperoleh 96 – 99%.
Reaksi Imunisasi Campak
1) Demam ringan.
a) Sedikit bercak merah pada pipi, dibawah telinga pada hari
ke-7 dan ke-8 setelah penyuntikan.
b) Pembengkakan pada tempat penyuntikan.
2) Kejang-kejang ringan pada hari ke-10 sampai ke-12 tidak
berbahaya.
3) Demam sampai 38°C.
4) Anak mempunyai riwayat kejang diberikan dengan pengawasan
dokter (Mansjoer, 2000)
86
9. Tanda-tanda Bahaya yang Harus Diwaspadi pada Bayi Baru Lahir
a. Pemafasan – sulit atau lebih dari 60 kali per menit
b. Kehangatan – terlalu panas (38 atau terlalu dingin 36 derajat celcius)
c. Warna – kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat,
memar
d. Pemberian makan – hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak
muntah
e. Tali pusat – merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
f. Infeksi - suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau
busuk, pemafasan sulit
g. Tinja/kemih – tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau
tua, ada lendir atau darah pada tinja
h. Aktivitas – menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat mudah
tersinggung lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus,
tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Wiknjosastro, 2006).
E. Serotinus
1. Pengertian
Serotinus adalah suatu keadaan dimana plasenta tidak sanggup
memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai
risiko asfiksia dan bahkan kematian dalam rahim (Manuaba, 2002).
Istilah lain dari serotinus adalah kehamilan postmatur yaitu
kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu, dihitung
berdasarkan rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari
(Mochtar, 2006).
87
Kurangnya sirkulasi darah menuju plasenta dapat mengakibatkan
hal-hal berikut di bawah ini:
a. Pertumbuhan janin semakin lambat
b. Terjadinya perubahan metabolism pada janin
c. Air ketuban berkurang dan semakin lembek
d. Sebagian janin bertambah berat sehingga memerlukan tindakan
operasi persalinan
e. Berkurangnya nutrisi dan oksigen ke janin yang menyebabkan
asfiksia dan kematian dalam rahim
f. Pada saat proses persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia
Kematian janin pada kehamilan serotinus dapat terjadi sekitar 25-
35% dalam rahim dan menyebabkan persalinan dengan tindakan operasi
persalinan (Manuaba, 2002).
2. Etiologi
Etiologi yang pasti masih belum diketahui, Faktor yang
dikemukakan adalah hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun
walaupun kehamilan tidak cukup bulan, sehingga kepekaan uterus
terhadap oksitosin berkurang. Faktor lain adalah factor hereditas, karena
postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.
3. Tanda-tanda
1) Biasanya lebih berat dari bayi matur
2) Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
3) Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
4) Verniks kaseosa di badan kurang
88
5) Kuku – kuku panjang
6) Rambut kepala agak tebal
7) Kulit agak pucat dengan deskuamasiepitel (Mochtar, 2006).
4. Pengaruh terhadap Ibu dan Janin
a. Terhadap ibu
Persalinan postmatur dapat menyebabakan distosia karena
aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan moulding (kepala
kurang). Maka akan sering dijumpai partus lama, kesalahan letak,
inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.
b. Terhadap janin
Jumlah kematian bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih
besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan
menambah bahaya pada janin diantaranya: berat badan janin dapat
bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesuai dengan
kehamilan 42 minggu dan ada pula yang bisa terjadi kematian janin
dalam kandungan.
c. Penatalaksanaan
1) Setelah usia kehamilan lebih dari 40 – 42 minggu yang penting
adalah monitoring janin sebaik – baiknya.
2) Apabila tidak ada tanda – tanda insufisiensi plasenta, persalinan
spontan dan di tunggu dengan pengawasan ketat.
3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks,
kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan
atau tanpa amniotomi.
89
4) Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim,
terdapat hipertensi, pre-eklamsi, dan kehamilan ini adalah anak
pertama karena infertilitas atau pada kehamilan lebih dari 40 – 42
minggu maka ibu dirawat dirumah sakit.
5) Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada
insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,
pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi
tanda gawat janin atau pada pimigravida tua, kematian janin
dalam kandungan, pre-eklamsia, hipertensi menahun, infertilitas,
dan kesalahan letak janin.
6) Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus
lama akan sangat merugikan bayi, janin postmaturus kadang-
kadang besar, dan kemungkinan disproporsi sefalo pelviks dan
distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur
lebih peka terhadap sedative dan narkosa, jadi harus dipakai
anastesi induksi dan jangan lupa perawatan neonatus
postmaturitas perlu dibawah pengawasan dokter anak
(Mochtar, 2006).