bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam proses pengerjaan membuat adonan bangunan membutuhkan
suatu hasil adonan yang merata agar hasil yang didapatkan bisa cukup
memuaskan. Pekerjaan pencampuran adonan antara pasir semen dan air ini bisa
diatasi dengan memanfaatkan bantuan dari mesin molen. Hasil adukan akan
tercampur lebih merata dan lebih sempurna karena sistem kerjanya yang baik.
Selain hasil adukan yang baik kecepatan aduk lebih meningkat dan biaya aduk
lebih murah dibandingkan mengaduk dengan tenaga manusia.
2.1. Molen (Mesin Pengaduk)
Bagian-bagian yang terdapat pada sebuah mesin Molen :
➢ Tabung Aduk (Drum Molen)
Tabung aduk berupa bejana berbentuk silinder dengan bagian bawah
tertutup dan lapisan atas berbentuk kerucut terpancung. Pada ujung atas
kerucut terdapat lubang mulut tabung aduk untuk memasukkan bahan-
bahan susun adukan batako dan untuk menumpahkan adukan batako
setelah selesai dicampur. Di dalam tabung aduk terdapat sirip-sirip yang
membantu mencampur bahan-bahan susunannya.
➢ Motor
Motor gerak yang ditempatkan pada kerangka mesin aduk berguna untuk
menggerakkan tabung aduk hingga tabung aduk dapat berputar.
7
➢ Roda Molen
Roda molen berguna saat memindahkan molen dari satu lokasi ke lokasi
lainnya.
➢ Rangka Mesin (Chassis)
Merupakan tubuh dari mesin yang dilengkapi dengan roda sehingga mesin
dapat dengan mudah dipindah-pindahkan.
2.2. Poros (Shaft)
Poros adalah suatu bagian stationer yang berputar, biasanya
berpenampang bulat di mana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear),
pulley, flywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bisa
menerima beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang
bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya. (Josep
Edward Shigley, 1984)
Persyaratan khusus terhadap desain dan pembuatan adalah sambungan
dari poros dengan poros. Pembuatan poros sampai diameter 150 mm adalah
dari baja bulat (ST 42, ST 50, ST 70 dan SC baja campuran) yang diputar atau
ditarik, dari lebih tebal ditempa menjadi jauh lebih kecil. Poros beralur diakhiri
dengan penggosokan, dalam hal dikehendaki bulatan yang tepat. Tempat
bantalan dan peralihan menurut persyaratan diputar halus digosok, dipoles,
dicetak dan pada pengaretan tinggi kemudian dikeraskan.
8
2.2.1. Pembagian Poros
A. Berdasarkan Pembebanannya
1. Poros Transmisi (transmission shaft)
Poros transmisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan
mengalami beban puntir berulang, beban lentur berganti ataupun
kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat ditransmisikan melalui gear, belt
pulley, sprocket rantai, dll.
2. Poros Gandar
Poros gandar merupakan poros yang dipasang di antara roda-roda
kereta barang. Poros gandar tidak menerima beban puntir dan hanya
mendapat beban lentur.
3. Poros Spindle
Poros spindle merupakan poros transmisi yang relatif pendek,
misalnya pada poros utama mesin perkakas dimana beban utamanya
berupa beban puntiran. Selain beban puntiran, poros spindle juga
menerima beban lentur (axial load). Poros spindle dapat digunakan
secara efektif apabila deformasi yang terjadi pada yang terjadi pada
poros tersebut kecil.
B. Berdasarkan Bentuknya
1. Poros lurus
2. Poros engkol sebagai penggerak utama silinder mesin.
Ditinjau dari segi besarnya transmisi daya yang mampu
ditransmisikan, poros merupakan elemen mesin yang cocok untuk
9
mentransmisikan daya yang kecil, hal ini dimaksudkan agar terdapat
kebebasan bagi perubah arah (arah momen putar). (Sularso, 1991)
2.2.2. Rumus Perhitungan
Maka diameter poros untuk beban puntir dan lentur (Sularso, 1991) :
𝑑𝑠 = [5,1
𝜏𝑎𝐾𝑡 ∙ 𝐶𝑏 ∙ 𝑇]
13⁄
(2.1)
Dimana :
Kt = 1,5 – 3,0
Cb = 1,2 – 2,3
T = Torsi
2.3. Bearing (Bantalan)
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus,
aman dan panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan
poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak
berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh mesin akan menurun atau tidak
dapat bekerja secara semestinya. Jadi bantalan dalam permesinan dapat
disamakan peranannya dengan pondasi pada gedung. (Sularso, 1991 : 103)
• Bantalan Gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang
berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru),
rol jarum dan rol bulat. Bantalan gelinding pada umumnya cocok untuk
beban kecil daripada bantalan luncur, tergantung pada bentuk elemen
gelindingnya. Putaran pada bantalan ini dibatasi oleh gaya sentrifugal yang
10
timbul pada elemen gelinding tersebut. Bantalan gelinding hanya dibuat
oleh pabrik-pabrik tertentu saja karena konstruksinya yang sukar dan
ketelitiannya yang tinggi. Harganya pun pada umumnya relatif mahal jika
dibandingkan dengan bantalan luncur. Sebagai usaha untuk menekan biaya
pembuatan serta memudahkan pemakaian, bantalan gelinding diproduksi
menurut standar dalam berbagai ukuran dan bentuk.
Keunggulan bantalan ini adalah pada gesekannya yang sangat
rendah. Pelumasannya pun sangat sederhana, yaitu cukup dengan
menggunakan grease, bahkan pada macam yang memakai seal sendiri tidak
perlu pelumasan lagi. Meskipun ketelitiannya sangat tinggi, namun karena
adanya gerakan elemen gelinding dan sangkar pada putaran yang tinggi
bantalan ini agak gaduh jika dibandingkan dengan bantalan luncur.
(Sularso, 1991).
Gambar 2.1. Komponen Bantalan Gelinding
Outer Race
Retainer
Balls
Inner Race
Shield
11
Dari beberapa macam jenis bantalan di atas maka dipilih jenis
bantalan gelinding, karena sesuai dengan poros dan bantalan yang
diinginkan dan sesuai dengan kinerja mesin yang digunakan.
2.4. Rangka Mesin (Chassis)
Pada dasarnya chassis dianggap sebagai kerangka kerja untuk
mendukung semua komponen, seperti body, mesin, penerus daya dan bagian
lain yang membentuk kendaraan. Rangka mesin biasanya mencakup sepasang
saluran longitudinal dan beberapa konstruksi melintang, hal ini bertujuan agar
rangka memiliki penampang untuk memperluas ruang penyimpanan
komponen yang diperlukan. Keamanan pada rangka mesin adalah aspek utama
dalam mendesain. Tujuan utama dari rangka itu sendiri adalah untuk
mempertahankan bentuk kendaraan dan berperan untuk mendukung berbagai
beban. Banyak konsep struktural yang berbeda yang tersedia untuk desainer,
hal ini penting bahwa yang terbaik yang akan dipilih untuk memastikan kinerja
struktural sesuai dengan yang diinginkan. Sehingga kendala-kendala seperti
biaya, volume (berat), metode produksi dan banyak lagi dapat disesuaikan,
karena penilaian struktur kendaraan dapat berhubungan dengan kekuatan dan
kekakuan. Sebuah tujuan desain adalah untuk mencapai tingkat kecukupan
yang diinginkan. (repository.usu.ac.id)
2.4.1. Kekuatan
Persyaratan kekuatan chassis menyiratkan bahwa tidak ada bagian
dari chassis yang akan kehilangan fungsinya bila dikenai beban jalan.
Hilangnya fungsi mungkin disebabkan oleh overloads karena kasus beban
12
ekstrim atau kelelahan material. Kegagalan seketika dapat disebabkan oleh
salah satu overstressing (batas elastis), tegangan geser atau dengan
kegagalan dari sambungan. Kekuatan dapat didefinisikan sebagai alternatif
gaya maksimum yang dapat ditahan oleh struktur chassis.
(repository.usu.ac.id)
2.4.2. Kekakuan
Kekakuan struktur berkaitan dengan defleksi yang dihasilkan saat
beban diterapkan. Kekakuan struktur kendaraan memiliki pengaruh yang
sangat besar pada penanganannya. Hal ini penting untuk memastikan bahwa
defleksi karena beban ekstrim tidak akan berpengaruh begitu besar untuk
merusak fungsi kendaraan. Kekakuan yang rendah menyebabkan getaran
tidak dapat diterima oleh chassis dan akhirnya dapat merusak chassis. Jika
kasus beban yang diberikan berbeda maka memerlukan definisi kekakuan
yang berbeda pula, hal ini sering digunakan sebagai tolak ukur kinerja
struktural kendaraan. (repository.usu.ac.id)
2.5. Bahan
Bahan rangka yang berbeda dapat meningkatkan kekuatan kendaraan.
Pemilihan material juga dapat memberikan keuntungan dengan mengurangi
defleksi, mengurangi berat kendaraan untuk power of ratio, meningkatkan
kekuatan rangka mesin dan dapat menentukan jumlah sambungan yang
diperlukan.
13
2.5.1. Stainless Steel
Stainless steel dipilih sebagai bahan rekayasa, karena memiliki
ketahanan korosi yang sangat baik, ketahanan korosi stainless steel karena isi
kromium yang tinggi. Dalam rangka untuk membuat baja stainless setidaknya
harus ada 12% kromium (Cr) dalam baja. Menurut teori klasik kromium
membentuk oksida pada permukaan yang melindungi paduan besi dari korosi.
Proses pengelasan pada material ini dapat menggunakan semua fungsi
umum dan metode perlawanan kecuali pengelasan asetilin, telah terbukti
berhasil. Gunakan AWS E/ER317 atau 317L filler metal untuk hasil terbaik.
Tabel 2.1. Mechanical Properties of Stainless Steel (AISI 317)
Properties Value and unit
Kekuatan tarik (tensile strength)
Density
Modulus elastis
Kekuatan geser (shear strength)
Kekuatan luluh (yield strength 0,2% offset)
Titik lebur (melting point)
Mulur (Elongation)
70 MPa
8,0 g/cm3
200 GPa
152 MPa
205 MPa
1454 °C
35 %
2.5.2. Aluminium
Aluminium adalah bahan dengan ketahanan korosi yang sangat tinggi
dan bahan yang sangat ringan dibandingkan dengan baja. Aluminium tidak
dapat menandingi kekuatan baja, namun untuk perbandingan berat dapat
membuatnya kompetitif dalam dalam aplikasi tegangan tertentu. Aluminium
juga bisa menjadi paduan dan dapat dipanaskan untuk memperbaiki sifat
mekaniknya, yang kemudian membuatnya jauh lebih kompetitif dengan baja.
Alumunium juga merupakan bahan yang cukup mahal harganya tetapi
14
kekuatannya sedang dan membutuhkan penguatan ekstra untuk menghasilkan
chassis yang rigid. Aluminium cukup sulit untuk dibentuk karena
membutuhkan pengelasan yang sangat terampil dan merupakan logam yang
lunak. Pada dasarnya ada beberapa jenis aluminium, salah satunya yaitu
aluminium alloy 6061 yang memiliki sifat khas paduan untuk kekuatan yang
tinggi, ketangguhan yang baik, finishing permukaan yang baik, ketahanan
korosi yang sangat baik pada kondisi atmosfer, workability yang baik dan
tersedia secara luas. Jenis aluminium ini digunakan untuk berbagai macam
produk dan aplikasi dari badan truk dan frame untuk sekrup bagian-bagian
mesin dan struktural komponen.
Tabel 2.2. Mechanical Properties of Aluminium Alloy 6061
Properties Value and unit
Kekuatan tarik (tensile strength)
Density
Modulus elastis
Kekuatan geser (shear strength)
Kekuatan luluh (yield strength 0,2% offset)
Titik lebur (melting point)
Mulur (Elongation)
195 MPa
2,7 g/cm3
69,5 GPa
150 MPa
160 MPa
600 °C
14 %
Tabel 2.3. Mechanical Properties of Stainless Steel (AISI 317)
Element Value
Cr
Fe
Mg
Mn
Si
Ti
0,1
0,35 max
0,45 - 0,9
0,1 max
0,2
0,1 max
15
Cu
Al
Zn
0,1 max
Balance
0,1 max
2.5.3. Iron (besi)
Besi adalah material yang berasal dari biji besi yang banyak
digunakan untuk kehidupan manusia sehari-hari dan juga memiliki nilai
ekonomis yang tinggi. Besi adalah logam yang paling banyak ditemukan di
bumi dan paling beragam kegunaannya.
Hal ini dikarenakan pengolahannya relatif mudah dan murah, akan
tetapi salah satu kelemahan besi adalah mudah mengalami korosi. Korosi
menimbulkan banyak kerugian karena mengurangi umur alat yang terbuat
dari besi, korosi dapat dicegah dengan mengubah besi menjadi baja tahan
karat (stainless steel), akan tetapi proses ini terlalu mahal. Korosi pada besi
membutuhkan oksigen dan air. Berbagai jenis logam contohnya zink dan
magnesium dapat melindungi besi dari korosi. Cara-cara pencegahan korosi
juga bisa dilakukan dengan cara : pengecatan, pelumuran dengan oli,
pembalutan dengan plastik, pelapisan dengan timah, galvanisasi, chromium
plating, dan lain-lain.
Tabel 2.4. Mechanical Properties of Iron, Fe
Properties Value and unit
Kekuatan tarik (tensile strength)
Density
Modulus elastis
Kekuatan geser (shear strength)
Kekuatan luluh (yield strength 0,2% offset)
Titik lebur (melting point)
70 MPa
7,9 g/cm3
211 GPa
45 MPa
53 MPa
1538 °C
16
Nilai batas mulur dan kekuatan tarik baja karbon untuk konstruksi
mesin berdasarkan JIS (Standar Industri Jepang) G 4051 disajikan pada tabel
2.5.
Tabel 2.5. Batas Mulur dan Kekuatan Tarik Baja Karbon untuk Konstruksi
Mesin
Lambang
Batas Mulur
(kg/mm2)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
N H N H
S30C 29 34 48 55
S35C 31 40 52 58
S40C 33 45 55 62
S45C 35 50 58 70
S50C 37 55 62 75
S55C 40 60 66 80
S15CK - 35 - 50
Sumber : Sularso dan Suga (1987)
Keterangan : N = Perlakuan panas : penormalan
H = Perlakuan panas : celup dingin ataupun temper
Nilai kekuatan tarik baja karbon difinis dingin berdasarkan JIS
(Standar Industri Jepang) G 3123 disajikan pada tabel 2.6.
Tabel 2.6. Kekuatan Tarik Batang Baja Karbon Difinis Dingin (Sering
Dipakai untuk Poros)
Lambang Perlakuan
Panas
Diameter
(mm)
Kekuatan Tarik
(kg/mm2)
S35C-D Dilunakkan
20 atau kurang 58 – 79
21 – 80 53 – 69
20 atau kurang 63 – 82
17
Tanpa
Dilunakkan
21 – 80 58 – 72
S45C-D
Dilunakkan 20 atau kurang 65 – 86
21 – 80 60 -76
Tanpa
Dilunakkan
20 atau kurang 71 – 91
21 – 80 66 – 81
S55C-D
Dilunakkan 20 atau kurang 72 -93
21 – 80 67 – 83
Tanpa
Dilunakkan
20 atau kurang 80 – 101
21 – 80 75 – 91
Sumber : Sularso dan Suga (1987)
2.6. Teori Dasar Analisis Perancangan Rangka Kendaraan
Rangka biasanya terbuat dari material Besi, Baja, dan Aluminium yang
mampu mesin. Kemudian dirancang sedemikian rupa sehingga mampu
menahan sebagian besar beban, fungsi utama rangka sebagai berikut :
1. Untuk mendukung gaya berat dari beban alat.
2. Untuk menahan beban kejut yang diakibatkan dari benda lain.
3. Sebagai landasan untuk meletakkan komponen-komponen yang ada di
atasnya.
4. Untuk menahan getaran yang ditimbulkan oleh mesin saat dioperasikan.
Untuk rancangan rangka mesin ini sendiri perlu perencanaan yang
matang agar perancangan sesuai dengan yang diharapkan, maka diperlukan
analisa perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan dalam pembuatan rangka ini
sehingga dapat diketahui apakah rangka ini layak atau tidak untuk digunakan.
Adapun analisa yang diperlukan sebagai berikut :
• Ditinjau dari tegangan bending (Zainun Achmad, 1999. Hal. 16) :
18
𝜎𝑏 =𝑀𝑏𝑚𝑎𝑥
𝑊𝑏, Dimana; 𝑊𝑏 =
𝐼𝑥
𝑒 (2.2)
Dimana :
σb : Momen bending
Mbmax : Momen torsi maksimum
Wb : Momen tahanan bending
Ix total : Momen inersia total
e : Jarak yang terdekat dengan sumbu
• Ditinjau dari defleksi yang terjadi (Daniel Schodek. Dasar-dasar
Perencanaan Struktur) :
∆𝑖𝑗𝑖𝑛 =𝐿
350; (2.3)
L = Jarak sumbu (mm)
2.7. Pengelasan SMAW
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dikenal juga dengan istilah
Manual Metal Arc Welding (MMAW) atau las elektroda terbungkus adalah
suatu proses penyambungan dua keping logam atau lebih, menjadi suatu
sambungan yang tetap dengan menggunakan sumber panas listrik dan bahan
tambah/ pengisi berupa elektroda terbungkus. Pada proses las elektroda
terbungkus, busur api listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan logam
induk/ benda kerja (base metal) akan menghasilkan panas. Panas inilah yang
mencairkan ujung elektroda (kawat las) dan benda kerja secara setempat. Busur
listrik yang ada dibangkitkan oleh mesin las. Elektroda yang dipakai berupa
kawat yang dibungkus oleh pelindung berupa fluks. Dengan adanya pencairan
19
ini maka kampuh las akan terisi oleh logam cair yang berasal dari elektroda
dan logam induk, terbentuklah kawah cair, lalu membeku maka terjadilah
logam lasan (weldment) dan terak (slag), seperti pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Kerja Las
2.7.1. Jenis-jenis Sambungan Las
Sambungan las diklasifikasikan menurut konstruksi lasnya seperti
butt joint, T-joint, corner joint, split joint, lap joint, edge joint dan flange
joint.
➢ Sambungan Buntu (Butt Joint)
Butt joint terdiri dari dua bagian logam yang disusun sejajar. Pada
pengelasan baja, sambungan dengan penetrasi penuh di celah sambungan
disebut juga butt joint walaupun posisi dua logam tidak sejajar.
➢ Sambungan T atau T-joint
Sambungan T atau T-joint terdiri dari dua bagian yang disambungkan
membentuk huruf T. Penambahan sambungan lain pada T-joint sehingga
membentuk palang disebut cruciform joint. Sambungan ini dapat
menggunakan pengelasan fillet weld, groove weld, plug weld, seam weld.
20
➢ Sambungan Sudut (Corner Joint)
Sambungan sudut atau corner joint terdiri dari dua bagian yang
sambungannya membentuk huruf L dan pengelasan dilakukan pada
pinggir sudutnya. Sambungan ini digunakan untuk membuat konstruksi
kotak. Sambungan ini dapat menggunakan tipe pengelasan fillet weld,
groove weld, plug weld, seam weld.
➢ Lap Joint dan Joggled Lap Joint
Sambungan tumpang atau lap joint terdiri dari dua bagian ditumpuk pada
bidang sejajar, kemudian dilas pada kedua ujung masing-masing. Lap
joint di mana tiap sisi bagian yang disambung terletak pada bidang yang
sama disebut joggled lap joint. Sambungan tumpang ini dapat
menggunakan tipe pengelasan fillet weld, groove weld, plug weld, seam
weld.
➢ Sambungan Sisi
Sambungan sisi terdiri dari lebih dari dua bagian yang dilas, bagian
pinggir sambungan dilas dengan ketebalan yang tipis. Sambungan ini
dapat menggunakan tipe las groove weld, flare groove weld, seam weld,
edge weld.
➢ Sambungan Splice (Spliced Joint)
Spliced joint adalah sambungan, di mana dua bagian disusun sejajar dan
bagian lain ditambahkan di atasnya kemudian dilakukan pengelasan.
Jenis sambungan ini terdiri dari double-spliced joint dan single-spliced
joint. Single-spliced joint memiliki eksentrisitas pada sambungan
21
sehingga bersifat lentur. Sambungan ini dapat menggunakan tipe
pengelasan butt weld, groove weld, plug weld, seam weld.
➢ Sambungan Flange (Flange Joint)
Flange joint terdiri dari dua bagian, setidaknya salah satunya memiliki
bentuk tepi bengkok. Hal ini diaplikasikan pada pembuatan roof yang
terbuat dari stainless steel atau paduan titanium dan tangki penyimpanan
LNG. Sambungan ini dapat menggunakan tipe pengelasan filled weld,
flare weld, edge weld.
2.7.2. Posisi-posisi dalam Pengelasan
➢ Sambungan Sudut
Gambar 2.3. Sambungan Sudut
➢ Sambungan Alur
Gambar 2.4. Sambungan Alur
22
Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik memerlukan kawat
las (elektroda) yang terdiri dari satu inti terbuat dari logam yang dilapisi
lapisan dari campuran kimia. Fungsi dari elektroda sebagai pembangkit dan
sebagai bahan tambah. Elektroda terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang
berselaput (fluks) dan tidak berselaput yang merupakan pangkal untuk
menjepitkan tang las. Fungsi dari fluks adalah untuk melindungi logam cair
dari lingkungan udara, menghasilkan gas pelindung, menstabilkan busur.
Dalam pelaksanaan pengelasan memerlukan juru las yang sudah
berpengalaman. Sifat mampu las fluks ini sangat baik maka biasa digunakan
untuk konstruksi yang memerlukan tingkat pengaman tinggi. Berdasarkan
jenis elektroda dan diameter kawat inti elektroda dapat ditentukan arus dalam
ampere dari mesin las seperti pada tabel 2.7 di bawah ini :
Tabel 2.7. Penentuan Elektroda yang Digunakan
Diameter Tipe Elektroda dan Amper yang Digunakan
mm inch E 6010 E 6014 E 7018 E 7024 E 7027 E 7028
2,5 3/32 - 80-125 70-100 70-145 - -
3,2 1/8 80-120 110-160 115-165 140-190 125-185 140-190
4 3/32 120-160 150-210 150-220 180-250 160-240 180-250
5 3/16 150-200 200-275 200-275 230-305 210-300 230-250
5,5 7/32 - 260-340 360-430 275-375 250-350 275-365
6,3 1/4 - 330-415 315-400 335-430 300-420 335-430
8 5/16 - 90-500 375-470 - - -
Pemilihan elektroda berdasarkan :
• Material (base metal) composition
• Posisi pengelasan
• Bentuk desain sambungan
23
• Arus las, AC atau DC polaritas EP/ EN
• Persyaratan penetrasi, Heat Input
• Biaya operasional, deposition rate
• Juru las (welder qualification) untuk spesial proses
2.7.3. Spesifikasi Elektroda menurut AWS
Tabel 2.8. Spesifikasi Elektroda
No. Code Nomor
Elektroda Keterangan
1 A5.1 Elektroda las busur bersalut baja karbon
2 A5.2 Kawat las gas dari besi dan baja
3 A5.3 Elektroda las busur dari aluminium dan
aluminium paduan
4 A5.4 Elektroda bersalut baja kromium dan kromium
nikel tahan karat
5 A5.5 Elektroda las busur bersalut baja paduan rendah
6 A5.6 Elektroda bersalut tembaga dan tembaga paduan
7 A5.7 Elektroda lempengan dan kawat las dari tembaga
dan tembaga paduan
8 A5.8 Logam pengisi brazing
9 A5.9 Kawat las dan elektroda las busur dari lempengan
baja kromium dan kromium nikel tahan karat dan
campuran logam inti dan serat
10 A5.10 Elektroda lempengan dan kawat las dari
aluminium dan aluminium paduan
11 A5.11 Elektroda las bersalut nikel dan nikel paduan
12 A5.12 Elektroda untuk pemotongan dan elektroda las
busur dari tungsten dan tungsten paduan
13 A5.13 Elektroda dan kawat las berlapis
24
14 A5.14 Elektroda lempengan dan kawat las dari nikel dan
nikel paduan
15 A5.15 Kawat las dan elektroda bersalut untuk
pengelasan besi tuang
16 A5.16 Elektroda lempengan dan kawat las dari titanium
dan titanium paduan
17 A5.17 Elektroda lempengan dari baja karbon dan flux
untuk las SAW
18 A5.18 Logam pengisi baja karbon untuk las busur
berpelindung gas
19 A5.19 Elektroda lempengan dan kawat las dari
magnesium paduan
20 A5.20 Elektroda dari baja karbon untuk Flux Cored Arc
Welding (FCAW)
21 A5.21 Elektroda dan kawat las berlapis bahan campuran
22 A5.22 Elektroda flux berinti baja kromium dan kromium
nikel tahan karat
23 A5.23 Elektroda lempengan dan flux dari baja paduan
rendah untuk las SAW
24 A5.24 Elektroda lempengan dan kawat las dari
zirconium dan zirconium paduan
25 A5.25 Consumable dari baja karbon dan baja paduan
rendah berkekuatan tinggi (HSLA) untuk Electro
Slag Welding (ESW)
26 A5.27 Kawat las gas dari tembaga dan tembaga paduan
27 A5.28 Logam pengisi dari baja paduan rendah untuk las
busur berpelindung gas
28 A5.29 Elektroda dari baja paduan rendah untuk Flux
Cored Arc Welding (FCAW)
29 A5.30 Consumable insert
30 A5.34 Elektroda Flux berinti nikel