bab ii tinjauan pustaka, kerangka pemikiran …library.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2/bab...

38
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kompetensi Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998), kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja yang superior. Aspek-aspek pribadi ini termasuk sifat, motif- motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Kompetensi-kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua aspek-aspek pribadi dari seseorang pekerja itu merupakan kompetensi. Hanya aspek-aspek pribadi yang mendorong dirinya untuk mencapai kinerja yang superiorlah yang merupakan kompetensi yang dimilikinya. Selain itu, juga dapat disimpulkan bahwa kompetensi akan selalu terkait dengan kinerja yang superior. Model kompetensi didefinisikan sebagai suatu rangkaian kompetensi yang penting bagi kinerja yang superior dari sebuah pekerjaan atau sekelompok pekerjaan. Model kompetensi ini memberikan sebuah peta yang membantu seseorang memahami cara terbaik mencapai keberhasilan dalam pekerjaan atau

Upload: ledung

Post on 24-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Kompetensi

Menurut Kamus Kompetensi LOMA (1998), kompetensi didefinisikan

sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk

mencapai kinerja yang superior. Aspek-aspek pribadi ini termasuk sifat, motif-

motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Kompetensi-kompetensi

akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan

kinerja.

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua

aspek-aspek pribadi dari seseorang pekerja itu merupakan kompetensi. Hanya

aspek-aspek pribadi yang mendorong dirinya untuk mencapai kinerja yang

superiorlah yang merupakan kompetensi yang dimilikinya. Selain itu, juga dapat

disimpulkan bahwa kompetensi akan selalu terkait dengan kinerja yang superior.

Model kompetensi didefinisikan sebagai suatu rangkaian kompetensi yang

penting bagi kinerja yang superior dari sebuah pekerjaan atau sekelompok

pekerjaan. Model kompetensi ini memberikan sebuah peta yang membantu

seseorang memahami cara terbaik mencapai keberhasilan dalam pekerjaan atau

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

10

memahami cara mengatasi suatu situasi tertentu (LOMA,s Competency

Dictionary, 1998).

Kompetensi adalah karakteristik perilaku yang menggambarkan motif,

sifat, konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki orang

yang berkinerja superior di tempat kerja (R. Palan, 2005), terdapat lima istilah

dalam definisi kompetensi sebagai berikut.

a. Karakter Dasar

Kepribadian seseorang yang cukup dalam dan berlangsung lama. Dalam

definisi ini, karakter dasar mengarah pada motif, karakteristik pribadi, konsep

diri dan nilai-nilai seseorang.

b. Kriteria Referensi

Komptensi dapat diukur berdasarkan standar atau kriteria tertentu. Dapat

diukur faktor-faktor pembentuk terjadinya kinerja karyawan yang beragam

(unggul, biasa, dan rendah). Dari faktor-faktor tersebut kemudian dapat

diprediksi kinerja seseorang. Misalnya angka penjualan yang dilakukan

seorang wiraniaga per satuan waktu.

c. Hubungan Kausal

Keberadaan suatu kompetensi dan pendemonstrasiannya memprediksi atau

menyebabkan suatu kinerja unggul. Kompetensi-kompetensi seperti motif,

sifat dan konsep diri dapat memprediksikan ketrampilan dan tindakan.

Kemudian ketrampilan dan tindakan memprediksi hasil kinerja pekerjaan. Jadi

disitu ada maksud atau motif yang mengakibatkan sebuah tindakan atau

perilaku yang membuahkan hasil. Contohnya, kompetensi pengetahuan selalu

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

11

digerakkan oleh kompetensi motif, karakteristik pribadi, atau konsep diri.

Model kausal ini dapat diperjelas lagi melalui contoh berikut; kalau organisasi

tidak mengakuisisi atau mengembangkan kompetensi inisiatif bagi para

karyawannya, maka dapat diduga pekerjaan yang harus disupervisinya akan

dikerjakan ulang dan biaya untuk memastikan kualitas pelayanan akan

meningkat.

d. Kinerja Unggul

Mengindikasikan tingkat pencapaian, misalnya dari sepuluh persen tertinggi

dalam suatu situasi kerja.

e. Kinerja Efektif

Batas minimum tingkat hasil kerja yang dapat diterima. Ini biasanya

merupakan garis batas dimana karyawan yang hasil kerjanya di bawah garis

ini dianggap tidak kompeten untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Lyle M. Spencer, Jr. dan Signe M. Spencer menulis dalam bukunya

Competence at Work, Models for Superior Performance (1993), kompetensi

adalah karakteristik dasar dari seseorang yang biasanya terkait dengan kinerja

efektif menurut criteria tertentu dan/atau kinerja superior dalam sebuah pekerjaan

atau situasi.

Selanjutnya, Spencer dan Spencer menjelaskan, karakteristik dasar

tersebut mengindikasikan cara berperilaku atau berpikir, berlaku dalam berbagai

situasi dan bertahan hingga batas waktu yang lama.

Berdasarkan definisi kompetensi di atas, komponen-komponen atau karakteristik

yang membentuk sebuah kompetensi menurut Spencer dan Spencer (1993) adalah:

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

12

1. Motives

Konsistensi berpikir mengenai sesuatu yang diinginkan atau dikehendaki oleh

seseorang, sehingga menyebabkan suatu kejadian. Motif tingkah laku seperti

mengendalikan, mengarahkan, membimbing, memilih untuk menghadapi

kejadian atau tujuan tertentu.

2. Traits

Karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau

situasi tertentu.

3. Self Concept

Sikap, nilai, atau imaginasi seseorang.

4. Knowledge

Informasi seseorang dalam lingkup tertentu. Komponen kompetensi ini sangat

kompleks. Nilai dari knowledge test, sering gagal untuk memprediksi kinerja

karena terjadi kegagalan dalam mengukur pengetahuan dan kemampuan

sesungguhnya yang diperlakukan dalam pekerjaan.

5. Skills

Kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau mental tertentu.

Komponen kompetensi motives dan traits disebut hidden competency

karena sulit untuk dikembangkan dan sulit mengukurnya. Komponen kompetensi

knowledge dan skills disebut visible competency yang cenderung terlihat, mudah

dikembangkan dan mudah mengukurnya. Sedangkan komponen kompetensi self

concept berada di antara kedua kriteria kompetensi tersebut.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

13

Ashton H Alisson (1991) menunjukkan bahwa dalam literatur psikologi,

pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk

meningkatkan kompetensi. Ashton juga menjelaskan bahwa ukuran kompetensi

tidak cukup hanya pengalaman tetapi diperlukan pertimbangan-pertimbangan lain

dalam pembuatan keputusan yang baik karena pada dasarnya manusia memiliki

sejumlah unsur lain selain pengalaman.

Menurut Prihadi (2004) menyatakan mengenai kompetensi : A Cluster of

related knowledge, skills, and attitudes that affects a major part of one’s job (role

or responsibility), that correlates with performance on the job, that can be

measured against well-accepted standards, and that can be improved via training

and development, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

sikap yang saling terkait mempengaruhi sebagian besar jabatan (peranan atau

tanggung jawab), berkorelasi dengan kinerja pada jabatan tersebut, dan dapat

diukur dengan standar-standar yang dapat diterima, serta dapat ditingkatkan

melalui upaya-upaya pelatihan dan pengembangan”.

Dalam Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (SA-APIP)

dinyatakan auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi

lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Pimpinan APIP

harus yakin bahwa latar belakang pendidikan dan kompetensi teknis auditor

memadai untuk pekerjaan audit yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu,

pimpinan APIP wajib menciptakan kriteria yang memadai tentang pendidikan dan

pengalaman dalam mengisi posisi auditor di lingkungan APIP.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

14

Lee dan Stone (1995), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang

cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara

objektif.

Pengelompokkan kompetensi terdiri dari pengetahuan (knowledge),

keterampilan (skills), dan kemampuan (abilities). Kompetensi ada yang dapat

dilihat dan tersembunyi (Mathis dan Jackson, 2001).

1. Kompetensi yang terlihat.

Kompetensi yang terlihat contohnya pengetahuan. Pengetahuan dapat

diidentifikasi dengan melihat atau mengamati kecocokan orang dengan

pekerjaan. Kecocokan terhadap pekerjaan memungkinkan seseorang akan

mudah menyesuaikan dengan lingkungan pekerjaan, menikmati pekerjaan

tersebut, tidak mudah mengeluh, dan kualitas pekerjaannya lebih baik.

Seseorang merasa cocok dengan pekerjaan karena berbagai macam alasan

misalnya karena mempunyai pengalaman dengan pekerjaan sejenis, sesuai

dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, cocok dengan sifat yang ada

pada dirinya, dan sebagainya.

2. Kompetensi keterampilan

Kompetensi keterampilan memiliki dua karakteristik, yaitu terlihat dan kurang

teridentifikasi. Keterampilan yang terlihat contohnya seseorang yang dapat

membuat lembar pekerjaan keuangan seperti membuat pembukuan perusahaan,

membuat laporan pajak, membuat neraca keuangan, dan lain-lain.

Keterampilan yang kurang teridentifikasi contohnya keterampilan negosiasi,

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

15

keterampilan meyakinkan dan membujuk konsumen supaya membeli suatu

produk, keterampilan berdebat, dan sebagainya.

3. Kompetensi yang tersembunyi.

Kompetensi yang tersembunyi adalah kecakapan, merupakan kompetensi yang

lebih berharga karena memiliki pengaruh terhadap peningkatan kinerja.

Contohnya kompetensi menyusun rencana strategis perusahaan sehubungan

dengan perubahan lingkungan dan tantangan di masa depan, kompetensi

mengatasi konflik inter personal dalam perusahaan, atau kompetensi membuat

visi, misi, strategi perusahaan untuk memenangkan persaingan. Contoh

kompetensi tersebut sangat sulit untuk diidentifikasi, serta tidak mudah untuk

dinilai/dievaluasi karena sangat tersembunyi.

Pengelompokkan kompetensi menurut Standar Kompetensi Audior

Pendidikan Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009

terdiri dari: kompetensi umum, kompetensi inti dan kompetensi pilihan.

1. Kompetensi Umum

Kompetensi umum pada dasarnya cenderung merupakan kompetensi yang

mendasari atau menjadi kompetensi syarat untuk kompetensi inti dan pilihan.

Pada kompetensi ini, sebagai contoh: kompetensi merencanakan audit,

menyusun instrumen audit dan merumuskan hasil audit ke dalam kertas data

temuan, dibutuhkan untuk semua kegiatan audit, baik audit yang bersifat

substansi akademik pendidikan, maupun pada aspek sumber daya manusia,

sarana dan prasarana, dan keuangan pendidikan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

16

2. Kompetensi Inti

Kompetensi inti merupakan kompetensi utama dalam kegiatan pemeriksaan.

Kompetensi ini erat terkait dengan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan meliputi

kompetensi dalam pemeriksaan substansi akademik, sumber daya manusia,

sarana dan prasarana dan keuangan. Beberapa contoh kompetensi inti adalah:

mengaudit proses belajar mengajar, mengaudit pengadaan kepegawaian,

mengaudit fasilitas pendidikan, dan mengaudit anggaran pendidikan.

3. Kompetensi Pilihan

Kompetensi pilihan merupakan kompetensi yang dibutuhkan oleh auditor

pendidikan dalam mengembangkan kemampuan, sikap dan ketrampilannya

dalam pelaksanaan audit. Dalam melalukan kompetensi ini, cenderung

dibutuhkan pengetahuan khusus yang mendalam pada beberapa bidang,

kemampuan melakukan analisis, memformat ulang, dan mengevaluasi

informasi-informasi yang cakupannya luas, serta merumuskan langkah-

langkah pemecahan yang tepat, baik untuk masalah yang konkrit maupun

abstrak.

Definisi kompetensi mencakup penguasaan terhadap 3 jenis kemampuan,

yaitu: pengetahuan (knowledge, science), keterampilan teknis (skill, teknologi) dan

sikap perilaku (attitude), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi

adalah sebuah pernyataan terhadap apa yang seseorang harus lakukan ditempat

kerja untuk menunjukan pengetahuannya, keterampilannya dan sikap sesuai

dengan standar yang dipersyaratkan.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

17

Meski kalimatnya agak berbeda-beda, komponen kompetensi terdiri dari

pengetahuan, keahlian, kebisaan, dan karakteristik personal. Seluruh komponen

itu bersatu pada diri seseorang saat ia menyelesaikan sebuah pekerjaan/tugas

ataupun menghadapi situasi apa saja. Artinya, orang yang punya pengetahuan

saja, belum bisa dikatakan memiliki kompetensi, kalau ia tidak memiliki keahlian

untuk mewujudkan pengetahuan itu.

Kompetensi audit adalah kemampuan yang ditunjukan untuk menerapkan

pengetahuan dan ketrampilan. Kompetensi merupakan penjabaran perilaku

seseorang dalam menjalankan perannya dengan baik yang ditekan pada dimensi

proses dengan merujuk pada kemampuan untuk melaksanakan tugas secara

kompeten dan juga merujuk pada bagaimana seharusnya orang berperilaku untuk

menjalankan perannya secara kompeten.

2.1.1.1. Pengetahuan

Standar Audit Aparat Pengawasan Interen Pemerintah (SA-APIP) 2008

tentang standar umum, menjelaskan:

1. Auditor harus mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya

yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya. Pimpinan APIP

harus yakin bahwa latar belakang pendidikan dan kompetensi teknis auditor

memadai untuk pekerjaan audit yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu,

pimpinan APIP wajib menciptakan kriteria yang memadai tentang pendidikan

dan pengalaman dalam mengisi posisi auditor di lingkungan APIP.

2. Auditor APIP harus mempunyai tingkat pendidikan formal minimal Strata Satu

(S-1) atau yang setara. Agar tercipta kinerja audit yang baik maka APIP harus

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

18

mempunyai kriteria tertentu dari auditor yang diperlukan untuk merencanakan

audit, mengidentifikasi kebutuhan profesional auditor dan untuk

mengembangkan teknik dan metodologi audit agar sesuai dengan situasi dan

kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh APIP. Untuk itu APIP juga harus

mengidentifikasi keahlian yang belum tersedia dan mengusulkannya sebagai

bagian dari proses rekrutmen. Aturan tentang tingkatan pendidikan formal

minimal dan pelatihan yang diperlukan harus dievaluasi secara periodik guna

menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi unit yang dilayani oleh

APIP.

3. Kompetensi teknis yang harus dimiliki oleh auditor adalah auditing, akuntansi,

administrasi pemerintahan dan komunikasi. Di samping wajib memiliki

keahlian tentang Standar Audit, kebijakan, prosedur dan praktik-praktik audit,

auditor harus memiliki keahlian yang memadai tentang lingkungan

pemerintahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit yang dilayani oleh

APIP. Dalam hal auditor melakukan audit terhadap sistem keuangan, catatan

akuntansi dan laporan keuangan, maka auditor wajib mempunyai keahlian atau

mendapatkan pelatihan di bidang akuntansi sektor publik dan ilmu-ilmu

lainnya yang terkait dengan akuntabilitas auditi. APIP pada dasarnya berfungsi

melakukan audit di bidang pemerintahan, sehingga auditor harus memiliki

pengetahuan yang berkaitan dengan administrasi pemerintahan. Auditor juga

harus memiliki pengetahuan yang memadai di bidang hukum dan pengetahuan

lain yang diperlukan untuk mengidentifikasi indikasi adanya kecurangan

(fraud). Pimpinan APIP dan auditor wajib memiliki keterampilan dalam

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

19

berhubungan dengan orang lain dan mampu berkomunikasi secara efektif,

terutama dengan auditi. Mereka wajib memiliki kemampuan dalam

berkomunikasi secara lisan dan tulisan, sehingga mereka dapat dengan jelas

dan efektif menyampaikan hal-hal seperti tujuan kegiatan, kesimpulan,

rekomendasi dan lain sebagainya. Khusus untuk auditor investigatif diharuskan

memiliki kompetensi tambahan sebagai berikut:

a. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip, praktek-praktek, dan teknik audit

investigatif, termasuk cara-cara untuk memperoleh bukti dari whistleblower.

b. Pengetahuan tentang penerapan hukum, peraturan, dan ketentuan lainnya

yang terkait dengan audit investigatif.

c. Kemampuan memahami konsep kerahasiaan dan perlindungan terhadap

sumber informasi.

d. Kemampuan menggunakan peralatan komputer, perangkat lunak, dan sistem

terkait secara efektif dalam rangka mendukung proses audit investigatif

terkait dengan cybercrime.

Menurut Murtanto dan Gudono (1999) terdapat 2 (dua) pandangan

mengenai keahlian. Pertama, pandangan perilaku terhadap keahlian yang

didasarkan pada paradigma einhorn. Pandangan ini bertujuan untuk menggunakan

lebih banyak kriteria objektif dalam mendefinisikan seorang ahli. Kedua,

pandangan kognitif yang menjelaskan keahlian dari sudut pandang pengetahuan.

Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman langsung (pertimbangan yang

dibuat di masa lalu dan umpan balik terhadap kinerja) dan pengalaman tidak

langsung (pendidikan). Pengetahuan termasuk dalam kompetensi yang terlihat.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

20

Seseorang akan merasa cocok dengan pekerjaannya karena mempunyai

pengalaman dengan pekerjaan sejenis, sesuai dengan latar belakang pendidikan

yang dimiliki. Guna pengembangan tingkat pendidikan diperlukan suatu

pelatihan. Pelatihan sebagai salah satu bentuk pengembangan sumber daya

manusia menjadi semakin penting bagi kesuksesan suatu organisasi. Hal ini

disebabkan oleh adanya perubahan eksternal seperti teknologi yang mendorong

adanya kebutuhan akan pengetahuan dan keterampilan yang dapat digunakan

untuk menghadapi tehnik dan proses pekerjaan yang baru. Selain itu dengan

perkembangan organisasi yang semakin pesat dan pekerjaan yang lebih kompleks,

diperlukan sumber daya manusia yang siap menghadapi tugas-tugas baru yang

lebih berat baik dari segi kuantitas maupun bobotnya.

2.1.1.2. Keahlian (Skills)

Definisi keahlian sampai saat ini masih belum terdapat definisi operasional

yang tepat. Menurut Webster’s nineth New Collegiate Dictionary (1983) dalam

Murtanto dan Gudono (1999) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah

ketrampilan dari seorang yang ahli. Ahli (experts) didefinisikan sebagai seseorang

yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam

subjek tertentu yang diperoleh dari pengalaman atau pelatihan.

Keahlian adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan

pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah

membuat kesalahan (Trotter, 1986 dalam Murtanto dan Gudono, 1999).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

21

Menurut Tan dan Libby (1997), keahlian audit dapat dikelompokkan ke

dalam dua golongan yaitu: keahlian teknis dan keahlian non teknis.

1. Keahlian Teknis (Technical Skills)

Keahlian teknis merupakan kemampuan mendasar seorang auditor berupa

pengetahuan prosedural dan kemampuan klarikal lainnya dalam lingkup

akuntansi secara umum dan auditing.

Yang termasuk dalam keahlian teknis adalah:

a. Komponen pengetahuan dengan faktor-faktornya yang meliputi

pengetahuan umum dan khusus, berpengalaman, mendapat informasi

yang cukup relevan, selalu berusaha untuk tahu dan mempunyai visi.

b. Analisis tugas yang mencakup ketelitian, tegas, professional dalam tugas,

keterampilan teknis, menggunakan metode analisis, kecermatan, loyalitas,

dan idealisme.

2. Keahlian Non Teknis (Non Technical Skills)

Keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seorang auditor

yang banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman.

Keahlian non teknis mencakup:

a. Ciri-ciri psikologis yang meliputi rasa percaya diri, tanggungjawab,

ketekunan, ulet dan enerjik, cerdik dan kreatif, adaptasi, kejujuran, dan

kecekatan.

b. Kemampuan berpikir yang analitis dan logis, cerdas, tanggap dan berusaha

untuk, menyelesaikan masalah, berpikir cepat dan terperinci.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

22

Terdapat 5 kualifikasi yang dibutuhkan oleh pelaksana audit manajemen

(Sylvia Veronica NP Siregar, 2007), yaitu berikut ini.

1. Kemampuan berpikir analitis.

2. Gaya berpikir yang inkuisitif.

3. Kemampuan menerapkan teknik-teknik audit.

4. Kemampuan menggunakan pendekatan multidisipliner.

5. Keterampilan berkomunikasi dengan efektif.

Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang

auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat

profesional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang

melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk

mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan

dan keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi, profesional sejati harus

mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan klien

harus diperoleh dengan cara-cara yang profesional yang diperoleh dengan belajar,

latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing.

Kompetensi mengenai keahlian auditor, telah diatur dalam Standar Umum

yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu Standar Umum Seksi

210 (SPAP, per 1 Januari 2002) yang mengatur tentang Pelatihan dan Keahlian

Auditor Independen. Seksi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:

1. Standar Umum Pertama , paragraph 01-02

01 Standar umum pertama berbunyi:

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

23

“Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan

pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”

02 Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya

kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang

bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan

dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman

memadai dalam bidang auditing.

2. Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen

03 Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat,

auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang

akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan

pendidikan formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman

selanjutnya dalam praktik audit. Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang

professional, auditor harus menjalani pelatihan teknis yang cukup. Pelatihan

ini harus secara memadai mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum.

Asisten yunior, yang baru masuk ke dalam karier auditing harus memperoleh

pengalaman profesionalnya dengan mendapatkan supervisi memadai dan

revieu atas pekerjaannya oleh atasannya yang lebih berpengalaman. Sifat dan

luas supervisi dan revieu terhadap hasil pekerjaan tersebut harus meliputi

keanekaragaman praktek yang luas. Auditor independen yang memikul

tanggungjawab akhir atas suatu perikatan, harus mengunakan pertimbangan

matang dalam setiap tahap pelaksanaan supervisi dan dalam review terhadap

hasil pekerjaan dan pertimbangan-pertimbangan yang dibuat asistennya. Pada

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

24

gilirannya, para asisten tersebut harus juga memenuhi tanggungjawabnya

menurut tingkat dan fungsi pekerjaan mereka masing-masing.

04 Pendidikan formal auditor independen dan pengalaman profesionalnya

saling melengkapi satu sama lain. Setiap auditor independen yang menjadi

penanggung jawab suatu perikatan harus menilai dengan baik kedua

persyaratan profesional ini dalam menentukan luasnya supervisi dan revieu

terhadap hasil kerja para asistennya. Perlu disadari bahwa yang dimaksud

dengan pelatihan seorang professional mencakup pula kesadarannya untuk

secara terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan

profesinya. Ia harus mempelajari, mamahami, dan menerapkan ketentuan-

ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang ditetapkan

oleh Ikatan Akuntan Indonesia

05 Dalam menjalankan prakteknya sehari-hari, auditor independen

menghadapi berbagai pertimbangan yang dilakukan oleh manajemen

perusahaan yang sangat bervariasi, dari yang benar-benar objektif sampai

kadang-kadang secara ekstrim berupa pertimbangan yang disengaja

menyesatkan. Ia diminta untuk melakukan audit dan memberikan pendapat

atas laporan keuangan suatu perusahaan karena, melalui pendidikan, pelatihan,

dan pengalamannya, ia menjadi orang yang ahli dalam bidang akuntansi dan

bidang auditing, serta memiliki kemampuan untuk menilai secara obyektif dan

menggunakan pertimbangan tidak memihak terhadap informasi yang dicatat

dalam pembukuan perusahaan atau imformasi lain yang berhasil diungkapkan

melalui auditnya.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

25

2.1.1.3. Pentingnya Pengalaman dalam Meningkatkan Keahlian Auditor

Pengalaman mempunyai hubungan yang erat dengan keahlian auditor,

pencapaian keahlian seorang auditor selain berasal dari pendidikan formalnya juga

diperluas lagi dengan pengalaman-pengalaman dalam praktik audit. Buku-buku

psikologi tentang keahlian menarik dua kesimpulan umum, Asthon (1991) dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa (1) pemilikan pengetahuan khusus adalah

penentu keahlian, (2) pengetahuan seseorang ahli diperoleh melalui pengalaman

kerja selama bertahun-tahun. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa dalam rangka

pencapaian keahlian seorang auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi

dalam bidang audit, pengetahuan ini biasa didapat dari pendidikan formalnya yang

diperluas dan ditambah antara lain melalui pelatihan auditor dan pengalaman-

pengalaman dalam praktek audit.

Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak

mempunyai pengetahuan cukup dalam menjalankan tugasnya. Kenyataan

menunjukkan semakin lama seseorang bekerja, maka semakin banyak pengalaman

yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya, semakin singkat masa kerja

berarti semakin sedikit pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja

memberikan keahlian dan ketrampilan kerja yang cukup, namun sebaliknya

keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat ketrampilan dan keahlian

yang dimiliki semakin rendah.

Lebih lanjut pula dapat dikatakan bahwa dalam rangka pencapaian

keahlian, Seorang auditor harus mempunyai pengetahuan yang tinggi dalam

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

26

bidang audit. Pengetahuan ini bisa didapat dari pendidikan formal yang diperluas

dan ditambah antara lain melalui pelatihan dan pengalaman-pengalaman dalam

praktek audit.

Sebagaimana yang disebutkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik

(SPAP) bahwa persyaratan yang dituntut dari auditor independen adalah orang

yang memiliki pendidikan dan pengalaman yang memadai yang biasanya

diperoleh dari praktik-praktik dalam bidang auditing sebagai auditor independen.

Setiap auditor dituntut untuk dapat bekerja secara efektif dan efisien, hal

tersebut dimaksudkan agar secara sistematis akan membuat daya saing dalam

organisasi menjadi semakin baik. Salah satu upaya kearah perbaikan itu adalah

melalui pelatihan. Sebagai salah satu bentuk dari program pengembangan Sumber

Daya Manusia, kegiatan ini dilakukan baik bertujuan non karir maupun karir bagi

pegawai yang bersangkutan.

2.1.1.4. Perilaku Auditor

Auditor Pengawasan Interen Pemerintah (APIP) adalah pegawai negeri

yang mendapat tugas untuk melakukan audit. Dalam melaksanakan tugas auditnya

wajib mentaati aturan-aturan perilaku yang berkaitan dengan statusnya sebagai

pegawai negeri dan standar audit aparat pengawasan fungsional pemerintah.

Kode etik adalah produk kesepakatan yang mengatur tingkah laku moral

suatu kelompok tertentu dalam masyarakat untuk diberlakukan dalam suatu masa

tertentu, dengan ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang

teguh oleh seluruh anggota kelompok itu. Kode etik dapat berubah sesuai dengan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

27

perkembangan pemahaman kelompok tersebut tentang moral (Fritzsche, 1997).

Etika adalah merupakan seperangkat prinsip moral atau nilai (Arens dan

Loebbecke, 2003).

Standar perilaku auditor internal menurut Amin Wijaya Tunggal, 2009,

yaitu:

1. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, objektivitas, dan kesungguhan

dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya.

2. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau

terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak boleh

secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau

melanggar hukum.

3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau kegiatan

yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau mendiskreditkan

organisasinya.

4. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang menimbulkan

konflik dengan kepentingan organisasinya; atau kegiatan-kegiatan yang dapat

menimbulkan prasangka, yang meragukan kemampuannya untuk dapat

melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya secara

obyektif.

5. Auditor internal tidak boleh menerima imbalan dalam bentuk apapun dari

karyawan, klien, pelanggan, pemasok, ataupun mitra bisnis organisasinya,

sehingga dapat mempengaruhi pertimbangan profesionalnya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

28

6. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan dengan

menggunakan kompetensi professional yang dimilikinya.

7. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa

memenuhi Standar Profesi Audit Internal.

8. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan

informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya.

9. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus mengungkapkan

semua fakta-fakta penting yang diketahuinya.

10. Auditor internal harus senantiasa harus senantiasa meningkatkan keahlian

serta efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugasnya. Auditor internal wajib

mengikuti pendidikan professional berkelanjutan.

Prinsip-prinsip dan aturan perilaku auditor telah diatur dalam Peraturan

Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

PER/04/M.PAN/03/2008 Tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah, sebagai berikut:

1. Prinsip-Prinsip Perilaku

Auditor wajib mematuhi prinsip-prinsip perilaku berikut ini:

a. Integritas

Auditor harus memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur,

berani, bijaksana dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan

guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang handal.

b. Obyektivitas

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

29

Auditor harus menjunjung tinggi keberpihakan profesional dalam

mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/informasi auditi.

Auditor APIP membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang

relevan dan dipengaruhi oleh kepentingan sendiri atau orang lain dalam

mengambil keputusan.

c. Kerahasian

Auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang

diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi

yang memadai, kecuali diharuskan oleh peraturan perundang-undangan.

d. Kompetensi

Auditor harus memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan

keterampilan yang diharuskan untuk melaksanakan tugas.

2. Aturan Perilaku

Auditor wajib mematuhi aturan perilaku berikut ini:

a. Integritas

1) melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab dan

bersungguh-sungguh;

2) menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan

profesi dan organisasi dalam melaksanakan tugas;

3) mengikuti perkembangan peraturan-peraturan perundang-undangan

dan mengungkapkan segala hal yang ditentukan oleh peraturan

perundang-undangan dan profesi yang berlaku;

4) menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi;

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

30

5) tidak menjadi bagian kegiatan illegal, atau mengikatkan diri pada

tindakan-tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi APIP atau

organisasi;

6) menggalang kerja sama yang sehat diantara sesame auditor dalam

pelaksanaan audit.

7) saling mengingatkan, membimbing dan mengoreksi perilaku sesama

auditor.

b. Obyektivitas

1) mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya yang apabila

tidak diungkapkan mungkin dapat mengubah pelaporan kegiatan-

kegiatan yang diaudit;

2) tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan-hubungan yang

mungkin mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian yang

tidak memihak atau mungkin menyebabkan terjadinya benturan

kepentingan;

3) menolak suatu pemberian dari audit yang terkait dengan keputusan

maupun pertimbagan profesionalnya.

c. Kerahasian

1) secara hati-hati menggunakan dan menjaga segala informasi yang

diperoleh dalam audit.

2) tidak akan menggunakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan

pribadi/golongan di luar kepentingan organisasi atau dengan cara yang

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

31

d. Kompetensi

1) melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan standar audit;

2) terus-menerus meningkatkan kemahiran profesi, keefektivan dan

kualitas hasil pekerjaan;

3) menolak untuk melaksanakan tugas apabila tidk sesuai dengan

pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

PER/05/M.PAN/03/2008 Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah, menyatakan auditor harus mematuhi kode etik yang ditetapkan.

Pelaksanaan audit harus mengacu kepada Standar Audit ini, dan auditor wajib

mematuhi Kode Etik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Standar

Audit ini.

Landasan hukum yang berkaitan dengan kedudukan auditor sebagai

professional adalah aturan perilaku auditor dan kode etik. Aturan perilaku

disusun agar para auditor APIP dalam berperilaku senantiasa mengacu kpada

perilaku yang dapat menumbuhkan dan memelihara citra APIP, serta dengan

diterapkan aturan perilaku auditor ini diharapkan dapat meningkatkan citra APIP

sehingga hasil kerja dapat dipercaya oleh pemerintah dan masyarakat (Kode Etik

dan Standar Audit, Pusdiklatwas BPKP; 2000).

Menurut Buku Kode Etik Auditor Inspektorat Jenderal Departemen

Pendidikan Nasional, 2007, kode etik adalah aturan perilaku yang diberlakukan

dalam suatu kelompok profesi yang harus dipatuhi oleh setiap individu yang

menjalankan profesi tersebut. Kode Etik ini mengatur perilaku auditor Inspektorat

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

32

Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional dalam pelaksanaan audit di

lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.

Aturan perilaku auditor Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan

Nasional adalah sebagai berikut:

1. Perilaku Auditor

a. Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi

dan organisasi dalam melaksanakan tugas.

c. Menghindarkan diri dari kegiatan yang bertentangan dengan kepentingan

Kementerian.

d. Dalam melaksanakan profesi sebagai auditor harus tertanam percaya diri

yang tinggi yang tumbuh dan bertumpu pada internalisasi prinsip-prinsip.

Menghindarkan diri dari kegiatan yang bertentangan dengan kepentingan

Kementerian.

e. Menjunjung tinggi kejujuran dan kesungguhan dalam pelaksanaan tugas

dan tanggung jawab.

f. Menghindarkan diri dari kegiatan yang akan menggangu pelaksanaan

tugas dan tanggung jawabnya secara obyektif menjadi cacat.

g. Bertanggung jawab dan bijaksana dalamm menggunakan setiap

data/iformasi yang diperoleh dalam rangka penugasan.

h. Berani dan bertanggung jawab dalam mengungkapkan seluruh fakta yang

didukung bukti yang diketahui dalam penyusunan laporan.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

33

i. Berusaha secara terus-menerus untuk meningkatkan keahlian dan

efektivitas pelayanan.

j. Menyimpan rahasia jabatan, rahasia negara, rahasia pihak yang diperiksa,

serta hanya dapat mengemukakannya atas perintah pejabat yang

berwenang.

2. Kewajiban

a. Kewajiban Auditor Dalam Menjalankan Tugas

1) Bertanggung jawab kepada atasan sesuai surat penugasan.

2) Mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan pribadi.

3) Berdedikasi tinggi, jujur dan mau bekerja keras.

4) Berani, tidak dapat diintimidasi oleh orang lain dan tidak tunduk

karena tekanan yang dilakukan oleh orang lain untuk mempengaruhi

sikap dan pendapatnya.

5) Bijaksana, selalu menimbang permasalahan dan akibat-akibatnya.

6) Bertanggung jawab dan menyelesaikan setiap tugas sebagaimana

mestinya.

b. Kewajiban Auditor Dalam Menjalankan Fungsinya

1) Auditor harus mempunyai kemauan keras untuk belajar yang

ditunjukkan dengan kesediaan untuk mengikuti program pendidikan

dan pelatihan.

2) Dalam melaksanakan kewajiban profesinya selalu berpegang pada

standar audit, meliputi standar umum, standar koordinasi dan standar

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

34

mutu, standar pelaksanaan audit dan standar serta standar pelaporan

hasil audit.

3) Melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan isi surat tugas.

4) Mematuhi kewajiban masing-masing dalam tim, dan jadwal yang

telah ditetapkan.

5) Mengkomunikasikan segala permasalahan yang timbul dalam tugas

pengawasan dan mendiskusikan potensi temuan dengan tim selama

dalam proses audit.

6) Tim Auditor secara bersama-sama wajib membuat laporan hasil

audit sesuai ketentuan.

7) Auditor senior membimbing auditor junior dalam hal meningkatkan

kemampuan, pengetahuan, ketrampilan dan perilaku auditor dengan

berbagi pengalaman dan pengetahuan.

8) Auditor saling mengingatkan untuk selalu mengacu pada Kode Etik

Auditor pada saat melaksanakan tugas.

c. Kewajiban Auditor Terhadap Auditan

1) Berpakaian sopan, rapi, dan memakai tanda pengenal, serta

menunjukkan surat tugas.

2) Berbicara secara wajar, sopan dan memahami pokok permasalahan.

3) Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

4) Berpedoman pada prosedur audit guna memperoleh informasi sesuai

kepentingan tugas.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

35

5) Memperlakukan auditan sebagai mitra kerja dengan sikap saling

menghormati dan menghargai kesibukan auditan, namun tetap

menjaga kelancaran dan ketepatan tugas audit sesuai jadwal yang

telah disepakati bersama.

6) Menjalin kerjsama yang positif dengan auditan untuk mencapai

tujuan pengawasan.

d. Kewajiban Auditor Terhadap Masyarakat

1) Menampung setiap informasi yang disampaikan masyarakat baik

secara individu maupun kelompok dan menyalurkan kepada pihak

yang berwenang.

2) Memberikan tanggapan secara arif dan bijaksana terjadap informasi

yang disampaikan oleh masyarakat sesuai dengan kewenangannya.

3) Memberikan bimbingan dan bantuan sesuai dengan tanggung jawab

dan kewenangan profesi kepada masyarakat yang membutuhkan.

4) Bersedia menjadi saksi ahli dalam kasus-kasus pengadilan yang

terkait dengan masalah pengawasan.

3. Larangan Bagi Auditor

a. Larangan Auditor Dalam Melaksanakan Tugasnya

1) Melakukan konfirmasi pemeriksaan tanpa sepengetahuan dan

persetujuan tim audit.

2) Melanggar jadwal kegiatan yang telah disepakati dengan auditan,

kecuali atas persetujuan bersama.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

36

3) Berangkat dan pulang tugas tidak sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan tanpa persetujuan atasannya.

4) Meminta imbalan atau menggunakan fasilitas dari auditan untuk

kepentingan pribadi.

5) Mengunjugi tempat-tempat terlarang selama masa bertugas.

6) Merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan lain, dan atau pekerjaan-

pekerjaan lain yang merupakan tugas operasional auditan.

7) Menerima biaya pengawasan dari pihak auditan.

8) Melakukan tindakan asusila.

9) Menemui auditan untuk membicarakan temuan audit demi kepentingan

pribadi.

10) Meringankan rekomendasi audit sebagaimana ketentuan dan aturan

yang ada untuk mencari keuntungan pribadi atau tim audit.

11) Menyelesaikan penyimpangan atau temuan secara diam-diam untuk

menguntungkan auditor ataupun auditan.

12) Merubah dan atau menghilangkan temuan atau bukti untuk kepentingan

pribadi atau kelompok atau tim audit.

b. Larangan Auditor Dalam Melaksanakan Fungsinya

1) Melaksanakan tugas dari unit lain tanpa sepengetahuan pimpinan.

2) Memanfaatkan nama pimpinan untuk kepentingan pribadi.

3) Menolak dan atau meninggalkan penugasan tanpa alasan yang jelas.

4) Menunda-nunda pelaksanaan tugas tanpa alasan yang jelas.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

37

5) Menyalahgunakan wewenang baik secara materiil maupun immaterial

untuk kepentingan pribadi.

6) Menggunakan data/informasi yang sifatnya rahasia untuk kepentingan

pribadi atau golongan yang mungkin akan merusak nama baik yang

diperiksa maupun Departemen, kecuali atas perintah pejabat yang

berwenang untuk kepentingan pengadilan.

c. Larangan Auditor Terhadap Sesama Auditor

1) Mengatasnamankan sesama auditor untuk tujuan-tujuan pribadi.

2) Mempermalukan sesama auditor dihadapan pihak yang diaudit.

3) Berselisih paham di hadapan pihak yang diaudit.

4) Mengabaikan perintah kedinasan dari Ketua Tim, Pengendali Teknis,

Pengendali Mutu dan Penanggung Jawab.

5) Mengambil keputusan sendiri tentang temuan tanpa kesepakatan tim

audit.

d. Larangan Auditor Terhadap Auditan

1) Melakukan pemeriksaan di luar sasaran atau di luar materi yang tertera

dalam surat tugas.

2) Meminta atau mengkondisikan agar diberikan pelayanan di luar

kepentingan pemeriksaan (auditing) dengan memberikan perintah-

perintah yang sifatnya pribadi kepada auditan.

3) Memanfaatkan auditan sebagai sumber untuk memperoleh keuntungan

pribadi, baik dengan menjanjikan sesuatu kepada auditan atau menjadi

perantara untuk menguruskan persoalan auditan, maupun

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

38

mengintimidasi, mengancam atau menakut-nakuti auditan dengan

menggunakan temuan pemeriksaan untuk kepentingan pribadi.

4) Membawa rekanan atau pihak ketiga kepada auditan untuk kepentingan

pribadi.

5) Menjadi konsultan di pihak audita untuk kepentingan pribadi.

6) Memberikan informasi yang menyesatkan kepada auditan.

7) Membicarakan segi-segi negatif auditan dengan pihak-pihak yang tidak

berkepentingan.

8) Bersifat arogan dan membentak-bentak auditan selama proses audit.

9) Mencari-cari kesalahan auditan selama proses pemeriksaan.

10) Menambah atau merubah hasil temuan untuk kepentingan pribadi.

e. Larangan Auditor Terhadap Masyarakat

1) Mengabaikan pengaduan masyarakat/stakeholder.

2) Membocorkan rahasia hasil pemeriksaan kepada pihak lain yang tidak

berkompeten.

2.1.2. Kualitas Hasil Audit

De Angelo (1981) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai

probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya

suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Probabilitas penemuan suatu

pelanggaran tergantung pada kemampuan teknikal auditor dan independensi

auditor tersebut.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

39

Menurut AAA Financial Accounting Standard Committee 2000), Good

quality audits require both competence (expertise) and independence. These

qualities have direct effects on actual audit quality, as well as potential

interactive effects. In addition, financial statement users’ perception of audit

quality are a function of theirperceptions of both auditor indepndence and

expertise. Kualitas audit yang baik mengharuskan kedua kompetensi (keahlian)

dan kemandirian. Sifat-sifat ini memiliki dampak langsung pada kualitas audit

yang sebenarnya, serta efek interaktif potensial. Selain itu, persepsi pengguna

laporan keuangan terhadap kualitas audit adalah fungsi dari persepsi mereka

terhadap independensi dan keahlian auditor.

Tuntutan akan kualitas hasil audit oleh auditor Inspektorat Jenderal, adalah

dalam rangka pemberian pelayanan publik secara ekonomis, efisien dan efektif.

Dan sebagai konsekuensi logis dari adanya pelimpahan wewenang dan tanggung

jawab dalam menggunakan dana, baik yang berasal dari pemerintah pusat maupun

dari pemerintah daerah itu sendiri. Agar pelaksanaan pengelolaan dana

masyarakat yang diamanatkan tersebut transparan dengan memperhatikan value

for money, yaitu menjamin dikelolanya uang rakyat tersebut secara ekonomis,

efisien, efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada kepentingan publik,

maka diperlukan suatu pemeriksaan (audit) oleh auditor yang independen untuk

menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh pemerintah.

Value for money audit menurut Mardiasmo (2000) merupakan ekspresi

pelaksanaan lembaga sektor publik yang mendasarkan pada tiga elemen dasar

yaitu ekonomi, efisiensi dan efektivitas.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

40

1. Ekonomi: pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada

harga yang termurah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan input

value.

2. Efisiensi: tercapainya output yang maksimum dengan input tertentu. Efisiensi

merupakan perbandingan output/input yang dikaitkan dengan standar kinerja

yang telah ditetapkan.

3. Efektivitas: menggambarkan tingkat pencapaian hasil program dengan target

yang ditetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan

outcome dengan output (target/result).

Pada sektor publik berarti kualitas audit adalah probabilitas seorang

auditor atau pemeriksa (dalam hal ini auditor Inspektorat Jenderal Departemen

Pendidikan Nasional) dapat menemukan dan melaporkan suatu penyelewengan

yang terjadi pada suatu instansi atau pemerintah (baik pusat maupun daerah).

Probabilitas dari temuan dan penyelewengan tergantung pada kemampuan

teknikal auditor dan probabilitas pelaporan kesalahan tergantung pada

independensi pemeriksa dan kompetensi pemeriksa tersebut untuk

mengungkapkan penyelewengan. Untuk dapat meningkatkan kualitas audit maka

perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit tersebut.

Probabilitas seorang auditor atau pemeriksa menemukan penyelewengan,

umumnya diasumsikan oleh peneliti adalah positip dan tetap dengan anggapan

bahwa semua auditor mempunyai kemampuan teknis dan independen, dan ini

merupakan kunci dari permasalahan kualitas audit.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

41

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

PER/05/M.PAN/03/2008 Tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Interen

Pemerintah, menyatakan APIP harus mengembangkan program dan

mengendalikan kualitas audit.

Program pengembangan kualitas mencakup seluruh aspek kegiatan audit

di lingkungan APIP. Program tersebut dirancang untuk mendukung kegiatan audit

APIP, memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi

serta memberikan jaminan bahwa kegiatan audit di lingkungan APIP sejalan

dengan Standar Audit dan Kode Etik.

Program dan pengendalian tersebut harus dipantau efektifitasnya secara

terus-menerus, baik oleh internal APIP maupun pihak lain sesuai dengan

kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri yang berwenang untuk merumuskan

kebijakan nasional dan mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional di

bidang pengawasan. Kelemahan-kelemahan yang dijumpai pada program maupun

pelaksanaannya harus senantiasa dikurangi dan dihilangkan.

2.1.3. Pemeriksaan (Audit)

Pemeriksaan atau dengan istilah lain “audit” adalah pengujian kegiatan

objek pemeriksaan (auditan) dengan cara membandingkan keadaan yang terjadi

dengan yang seharusnya. Pengertian Audit menurut Arens, et al. (2003), ”Audit

adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti tentang informasi

ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian informasi ekonomi tersebut dengan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

42

kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, dan melaporkan hasil pemeriksaan

tersebut”.

Sedangkan pengawasan fungsional Inspektorat Jenderal Kementerian

Pendidikan Nasional adalah pelaksanaan tugas dan fungsi pengawasan melalui

pemeriksaan, pengujian, pengusutan dan penilaian yang dilakukan oleh

Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional.

Kegiatan pengawasan yang dilakukan Inspektorat Jenderal Kementerian

Pendidikan Nasional adalah :

1. Pemeriksaan Umum

Adalah kegiatan pengawasan secara berkala terhadap tugas dan fungsi satuan

kerja di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional dan pengawasan

terhadap program yang dibiayai dengan anggaran Kementerian Pendidikan

Nasional.

2. Pemeriksaan Khusus

Adalah pemeriksaan terhadap kasus tertentu atas pengaduan masyarakat,

media massa dan permintaan pimpinan unit kerja.

3. Inspeksi Mendadak

Adalah pemeriksaan secara langsung untuk melihat kesiapsiagaan unit kerja

oleh unsur pimpinan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional.

4. Pemantauan Tematik

Adalah pemeriksaan dan pengendalian terhadap program-program pendidikan

yang menjadi isu nasional yang strategis.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

43

5. Pengawasan Dini

Adalah pemeriksaan terhadap program dan kegiatan pendidikan yang akan dan

atau sedang berjalan.

6. Post Audit

Adalah pemeriksaan terhadap program atau kegiatan pendidikan yang telah

selesai, khususnya pengadaan barang/bangunan dan jasa.

7. Audit Dana Dekonsentrasi dan Dana Alokasi Khusus

Adalah pemeriksaan terhadap program dan anggaran yang didukung dana

dekonsentrasi dan dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan.

8. Audit Kinerja

Adalah pemeriksaan terhadap kinerja suatu instansi atau unit kerja untuk

mengetahui tampilan suatu entitas.

9. Pemeriksaan di belakang meja (Desk Audit)

Adalah pemeriksaan dengan menelaah, meneliti, dan menganalisa data dan

laporan.

10. Pengawasan Represif

Adalah penelaahan peraturan daerah dan kaputusan kepala daerah yang

berkaitan dengan pendidikan.

11. Monitoring

Adalah pemantauan penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan internal,

eksternal, dan pengawasan masyarakat.

12. Pengawasan Masyarakat.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

44

Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional menindak lanjuti

partisipasi masyarakat (pengawasan masyarakat) dalam bentuk pemeriksaan

maupun pemantauan.

13. Pemeriksaan Akhir Jabatan dan Pemberian Pertimbangan.

Adalah pemeriksaan terhadap kinerja pejabat yang akan mengakhiri masa

jabatan. Sedangkan Pemberian Pertimbangan adalah penelitian terhadap

rekam jejak (track record) kinerja seseorang yang diusulkan untuk

menduduki jabatan di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.

14. Reviu Laporan Keuangan

Adalah telaahan terhadap Laporan Keuangan Kementerian Pendidikan

Nasional atas kewajaran penyajiannya sesuai dengan Sistem Akuntabilitas

Instansi (IAI) dan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

15. Evaluasi LAKIP

Adalah evaluasi atas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

(LAKIP) yang disusun oleh Kementerian Pendidikan Nasional.

2.2. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam tesis ini menjelaskan pemahaman variabel-

variabel yang diteliti, penulis akan menuangkan variabel-variabel tersebut dalam

bentuk gambar, dimana variabel ini terdiri dari variabel bebas (independent

variable) yang terdiri dari kompetensi (pengetahuan, keahlian/ketrampilan dan

perilaku) serta satu variabel tidak bebas (dependent variable) yaitu kualitas hasil

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

45

audit sebagai variabel Y pada Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan

Nasional.

Secara umum individu cenderung tidak menyukai kegagalan dalam

menyelesaikan tugas dan pekerjaannya. Untuk itu individu berusaha menghindari

pekerjaan yang dinilai tidak mampu untuk dilakukan. Dengan demikian bekal

kompetensi harus diberikan organisasi untuk memberi penguatan individu agar

memiliki kemampuan yang kuat terhadap semua tugas dan pekerjaan yang

diberikan organisasi.

Dalam melaksanakan penugasan audit secara kompeten dan efektif

seorang auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup serta

harus mempunyai perilaku yang baik. Disamping itu dalam penyusunan laporan

hasil audit, harus menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan

seksama. Hal lain yang diperlukan dan juga sangat penting adalah pengalaman di

lapangan. Jadi kompetensi sangat diperlukan untuk mendapatkan kualitas hasil

audit. Berdasarkan uraian tersebut diduga kompetensi auditor mempengaruhi

kualitas hasil audit.

Pengaruh kompetensi terhadap kualitas hasil audit auditor pada Inspektorat

Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional dapat digambarkan dalam model

sebagai berikut:

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN …library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab 2__10-90.pdf · ... KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. ... membuat lembar pekerjaan

46

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

2.3 Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis yang akan diuji adalah yang berkaitan

dengan ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

H0 merupakan hipotesis yang menunjukkan tidak adanya pengaruh dan HA

merupakan hipotesis atas penelitian yang dilakukan. Adapun perumusan hipotesis

atas pengujian yang dilakukan di sini adalah sebagai berikut:

HA1:β ≠ 0 “Terdapat pengaruh positif dan signifikan pengetahuan auditor

terhadap kualitas hasil audit “

HA2:β ≠ 0 “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan keahlian

auditor terhadap kualitas hasil audit “

HA3:β ≠ 0 “Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan perilaku

auditor terhadap kualitas hasil audit “

Kompetensi Pengetahuan

Kualitas Hasil Audit

Kompetensi Keahlian

Kompetensi Perilaku