bab ii tinjauan pustaka - imissu single sign … 2.1 forward head posture dan normal posture (sumber...

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foward Head Position (FHP) 2.1.1 Definisi Forward Head Position Forward Head Position (FHP) atau posisi kepala mengarah ke depan adalah suatu posisi kepala terhadap tubuh pada bidang sagital yang disebabkan oleh karena kebiasaan sehari-hari. Posisi kepala yang alami adalah tepat di atas bahu dengan leher sebagai penegaknya. Leher yang merupakan bagian paling atas dari kurvatura tulang belakang atau spina vertebra, dan pada bidang sagital membentuk sudut dengan batang tubuh sekitar 49º - 59º. Sudut ini disebut sudut kraniovertebra normal. Semakin kecil sudut kraniovertebra, maka FHP semakin besar (Winarti, 2012). Postur tubuh FHP dapat dikenali dengan posisi telinga yang lebih maju daripada bahu, dimana seharusnya posisi telinga sejajar dengan bahu yang merupakan posisi anatomis. Memperhatikan bagaimana postur leher dan bahu yang benar merupakan langkah awal menuju koreksi yang benar. Langkah yang tepat untuk mengkoreksi postur leher yang salah adalah dengan melalui latihan yang didesain untuk mengontrol otot-otot postural leher yang lemah dan lelah seiring berjalnnya waktu (Winarti, 2012).

Upload: truonghuong

Post on 06-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Foward Head Position (FHP)

2.1.1 Definisi Forward Head Position

Forward Head Position (FHP) atau posisi kepala mengarah ke

depan adalah suatu posisi kepala terhadap tubuh pada bidang sagital yang

disebabkan oleh karena kebiasaan sehari-hari. Posisi kepala yang alami

adalah tepat di atas bahu dengan leher sebagai penegaknya. Leher yang

merupakan bagian paling atas dari kurvatura tulang belakang atau spina

vertebra, dan pada bidang sagital membentuk sudut dengan batang tubuh

sekitar 49º - 59º. Sudut ini disebut sudut kraniovertebra normal. Semakin

kecil sudut kraniovertebra, maka FHP semakin besar (Winarti, 2012).

Postur tubuh FHP dapat dikenali dengan posisi telinga yang lebih

maju daripada bahu, dimana seharusnya posisi telinga sejajar dengan bahu

yang merupakan posisi anatomis. Memperhatikan bagaimana postur leher

dan bahu yang benar merupakan langkah awal menuju koreksi yang benar.

Langkah yang tepat untuk mengkoreksi postur leher yang salah adalah

dengan melalui latihan yang didesain untuk mengontrol otot-otot postural

leher yang lemah dan lelah seiring berjalnnya waktu (Winarti, 2012).

Gambar 2.1 Forward Head Posture dan Normal Posture

(Sumber : Chiropractors’ Association of Australia (National) Limited, 2012)

2.1.2 Anatomi Fisiologi Servikal

Sendi leher (vertebra servikal) merupakan bagian dari kolumna

vertebralis yang terdiri dari tujuh ruas vertebra, yang berfungsi untuk

menyangga kepala, memberikan suatu posisi dan gerakan kepala yang

sesuai sehingga mampu mengontrol penglihatan, keseimbangan vestibular,

dan arah pendengaran. Di antara regio vertebra, servikal mempunyai

mobilitas yang tinggi karena didukung oleh struktur persendian otot-otot,

dan jaringan ikat yang kokoh sebagai stabilisator aktif dan pasif yang besar

dan spesifik. Mobilitas servikal yang tinggi tersebut dihasilkan dari tiga

derajat kebebasan gerak berupa fleksi - ekstensi, fleksi lateral kanan dan

kiri, serta rotasi lateral kanan dan kiri, yang dikenal sebagai gerakan tiga

dimensi leher (Maratis, 2006).

A. Segmental Servikal

Gerakan pada servikal lebih luas, serta sudut facet sendinya

lebih ke arah transversal dibandingkan dengan thorakal atau lumbal.

Servikal terdiri dari ruas dengan ciri-ciri sebagai berikut (Hibsat,

2010) :

1. Korpus vertebra kecil dan pendek berbentuk segi empat

2. Foramen vertebra berbentuk segi tiga dan besar

3. Processus transversus terletak di sebelah processus articularis

4. Pada processus transversus terdapat foramen costo

transversarium yang dilalui oleh arteri dan vena vertebralis

5. Processus transversus mempunyai dua tonjolan, yaitu

tuberculum anterior dan tuberculum posterior, yang dipisahkan

oleh sulcus spinalis dan dilalui oleh nervus spinalis.

Karena susunan anatomis dan fungsi yang berbeda, maka

dapat dipilah dalam segmentasi sebagai berikut (Hibsat, 2010) :

1. Atlanto occypitalis (C0 – C1)

Merupakan sendi sinovial jenis ovoid yang dibentuk

inferior articular face atlas cekung. Gerak utama fleksi-ekstensi

sehingga dikenal sebagai “yes joint”.

2. Atlanto axialis (C1 – C2)

Merupakan sendi sinovial jenis sendi putar, dibentuk

oleh atlas arc dengan dens dimana gerak utamanya rotasi kanan-

kiri, sehingga dikenal sebagai “no joint”.

3. Intervertebral joint (C2 – C7)

Gerakan ke segala arah, dengan gerakan dominan seperti

ekstensi, fleksi, dan lateral fleksi.

4. Facets dan Uncovertebral joint

Mulai dari C2 ke bawah membentuk intervertebral joint

atau facets dimana terletak lebih pada bidang transversal. Facet

dibentuk oleh processus articular inferior dengan processus

articular superior vertebra di bawahnya, dimana arah permukaan

sendi dalam bidang transversal sehingga memungkinkan luasnya

ke segala arah. Sudut kemiringan dan sudut bukaan facet tiap

segmen bervariasi, sehingga memiliki dominasi gerakan yang

bervariasi tiap segmen.

Uncovertebral (uncinate) joint bukan merupakan sendi

yang sebenarnya tetapi merupakan pertemuan tepi lateral korpus

vertebra servikalis, yang berkembang dan degenerasi sesuai

umur. Uncovertebral terdapat pada spine servikal saja, juga

sebagai stabilisasi dan mengarahkan gerak segmental sehingga

lebih dominan fleksi-ekstensi (Hibsat, 2010).

Gambar 2.2 Cervical Vertebrae

(Sumber : Antranik, 2011)

B. Otot-otot Regio Servikal

Otot-otot regio servikal terdiri atas kelompok otot bagian

anterior, posterior dan bagian lateral.

1. Bagian Anterior

Pada bagian anterior, terdapat otot prevertebralis servikal

dan otot hyoid.

a. Otot Prevertebralis Servikal

Otot prevertebralis terdiri atas otot longus colli dan

longus capitis, serta otot rectus capitis anterior dan otot

rectus capitis lateralis. Otot longus colli dan longus capitis

berjalan vertikal ke atas di depan vertebra, longus colli

berasal dari T3 bagian atas sampai pada C1 (atlas) dan

longus capitis berasal dari cervical bawah ke os occipital.

Otot rectus capitis berjalan secara oblique ke atas

dari atlas ke tengkorak, rectus capitis anterior berjalan ke

arah medial dan rectus capitis lateralis berjalan ke arah

lateral. Kecuali otot longus colli, otot-otot tersebut di atas

berperan dalam gerak fleksi kepala dan leher ketika otot-

otot sisi kiri dan sisi kanan bekerja bersama-sama. Pada aksi

yang terpisah, otot-otot tersebut berfungsi dalam gerak

fleksi kepala dan leher ke arah lateral atau rotasi pada sisi

yang berlawanan. Otot longus colli hanya bekerja pada

leher dan bekerja aktif pada fleksi yang ditahan, lateral

fleksi yang ditahan dan rotasi pada sisi yang sama. Otot ini

juga menstabilisasi leher selama batuk, bicara dan menelan

(Hibsat, 2010).

b. Otot Hyoid

Otot ini dikenal juga sebagai otot yang berbentuk

tali. Otot hyoid adalah otot-otot bagian anterior yang kecil

pada regio servikal. Otot ini terdiri atas otot suprahydois

dan 4 otot infrahyidois.

Otot Hyoid berperan di dalam gerak fleksi kepala

dan leher. Otot tersebut merupakan otot-otot utama dalam

fase-fase menelan, tetapi berkontraksi pada fleksi servikal

melawan tahanan (Hibsat, 2010).

Gambar 2.3 Otot Leher Bagian Anterior

(Sumber : Netter, 2013)

2. Bagian Posterior

Pada bagian posterior servikal terdapat otot splenius

capitis dan cervicis, group otot suboccipitalis, erector spine,

serta otot semispinalis cervicis dan capitis.

a. Otot Splenius Capitis dan Cervicis

Kedua otot ini terdiri atas ikatan serabut paralel,

berjalan keluar dan ke atas dari perlekatannya di bawah ke

arah sentral atau medial sampai perlekatannya di atas lebih

ke arah lateral. Otot splenius capitis jauh lebih besar

daripada splenius cervicis.

Ketika sisi kiri dan kanan berkontraksi secara

bersaman, kedua otot tersebut berperan dalam gerak

ekstensi dan hiperekstensi kepala serta leher. Kedua otot ini

juga membantu menopang kepala dan postur tegak.

Jika satu sisi berkontraksi sendiri dapat

menghasilkan fleksi kepala, lateral fleksi leher dan juga

rotasi leher pada sisi yang sama. Otot-otot ini dapat

dipalpasi pada posterior leher tepatnya dibagian lateral dari

upper trapezius dan bagian posterior dari

sternocleidomastoid di atas levator scapula. Otot ini

khususnya berkontraksi jika kepala ekstensi melawan

tahanan dalam posisi tengkurap dan kedua shoulder rileks,

tetapi hal ini sulit diidentifikasi (Hibsat, 2010).

b. Group Otot Suboccipitalis

Group otot ini terdiri dari 4 otot yang pendek yang

terletak pada bagian belakang bawah dari tengkorak (os

occipital) dan 2 vertebra bagian atas. Group otot ini

mencakup obliques capitis superior dan inferior, serta rectus

capitis posterior major dan minor.

Aksi atau kerja otot secara bersamaan pada kedua

sisi menghasilkan ekstensi dan hiperekstensi kepala. Ketika

satu sisi bekerja sendiri maka terjadi lateral fleksi kepala

atau rotasi kepala ke sisi yang sama (Hibsat, 2010).

c. Erector Spine

Otot ini dikenal sebagai massa otot yang besar dan

terbagi ke dalam 3 cabang yaitu otot iliocostalis,

longissimus, dan otot spinalis. Khusus regio cervical hanya

terdapat otot iliocostalis dan otot longissimus. Otot

iliocostalis terdiri dari bagian lumbal, thorakal dan servikal.

Pada regio servikal, otot iliocostalis cervicis melekat pada

processus transversus C4 kemudian bersambung pada regio

thoracal dengan nama iliocostalis thoracal.

Otot longisimus terdiri dari 3 bagian yang berbeda

yaitu longissimus thoracis, longissimus cervicis dan

longissimus capitis. Longissimus cervicis adalah otot yang

kecil dan terletak agak dekat dengan spine; melekat dari

processus transversus vertebra thorakal atas sampai pada

proseccus transversus vertebra servikal bawah. Longissimus

capitis adalah otot yang tipis dan melekat dari vertebra

servikal pada 2/3 bagian bawah servikal, kemudian berjalan

ke luar dan ke atas pada processus mastoideus os

temporalis.

Otot erector spine pada regio cervical jika

berkontraksi secara bersamaan pada kedua sisi akan

menghasilkan gerakan ekstensi kepala. Jika hanya

berkontraksi pada satu sisi, khususnya yang berhubungan

dengan otot bagian lateral dan anterior pada sisi yang sama

maka akan menghasilkan gerakan lateral fleksi (Hibsat,

2010).

d. Otot Semispinalis Cervicis dan Capitis

Otot ini terletak dekat dengan vertebra pada bagian

dalam dari erector spine. Bagian thorakal dan servikal

terdiri dari bundel-bundel serabut otot yang kecil yang

berjalan ke arah medial dan ke atas sampai beberapa

processus vertebra di atasnya. Bagian bawah semispinalis

capitis melekat dari vertebra thorakal bagian atas dan

berjalan sedikit ke medial, tetapi bundel-bundel serabutnya

pada regio servikal berjalan vertikal ke os occipital.

Ketika kedua sisi otot-otot serabut tersebut

berkontraksi secara bersamaan maka akan menghasilkan

ekstensi servikal. Dan ketika hanya satu sisi berkontraksi

maka akan menghasilkan lateral fleksi dan rotasi pada sisi

yang berlawanan (Hibsat, 2010).

Gambar 2.4 Otot Leher Bagian Posterior

(Sumber : Netter, 2013)

3. Bagian Lateral

Pada bagian lateral servikal, terdiri atas otot scalenus

anterior, posterior dan medius, serta otot sternocleidomastoid.

a. Otot Scalenus Anterior, Posterior dan Medius

Ketiga otot ini berjalan diagonal ke atas dari sisi 2

kosta atas sampai processus transversus vertebra servikal.

Aksi ketiga otot secara bersamaan pada kedua sisi akan

menghasilkan fleksi servikal, dan aksi ketiga otot pada satu

sisi akan menghasilkan lateral fleksi leher. Ketiga otot ini

dapat dipalpasi pada sisi leher antara sternocleidomastoid

dan upper trapezius tetapi sulit diidentifikasi (Hibsat, 2010).

b. Otot Sternocleidomastoid

Otot ini terdiri dari 2 caput, satu caput dari puncak

sternum dan satu caput lainnya dari puncak klavikula,

sekitar dua inci ke lateral dari kosta satu. Kedua caput otot

ini menyatu dan melekat pada tulang tengkorak tepat di

bawah dan di belakang telinga.

Aksi otot pada kedua sisi secara bersamaan akan

menghasilkan fleksi kepala dan leher. Aksi otot pada satu

sisi akan menghasilkan fleksi kepala dan lateral fleksi leher,

juga menghasilkan rotasi pada sisi yang berlawanan. Otot

ini mudah dipalpasi pada sisi leher tepat dibawah telinga ke

depan leher pada salah satu sisi dari sternoclavicular joint

(Hibsat, 2010).

Gambar 2.5 Otot Leher Bagian Lateral

(Sumber : Netter, 2013)

2.1.3 Etiologi Forward Head Position

Ada berbagai macam faktor yang mempunyai kontribusi terhadap

terjadinya FHP, diantaranya adalah kebiasaan yang buruk dalam

beraktivitas; postur yang buruk dapat menyebabkan stres yang

berkepanjangan pada otot leher dan bahu, yang berujung pada terjadinya

spasme atau bahkan strain pada otot. Misalnya postur leher saat membaca,

tidur, atau menyetir. Ergonomi kerja yang buruk, yang berlangsung

berulang-ulang dan dalam waktu yang lama, juga akan menimbulkan stres

mekanik yang berkepanjangan, misalnya bekerja di depan komputer

dengan layar yang terlalu rendah atau pengunaan gadget berlebihan dan

tidak mengenal waktu. Selain itu, terdapat proses degeneratif, yaitu

perubahan yang jelas terjadi pada sistem otot pada usia lanjut, dimana

terjadi pengurangan massa otot (Chiropractors’ Association of Australia,

2012).

Gambar 2.6 Berbagai Postur Penyebab FHP

(Sumber : Neck Solutions, 2015)

2.1.4 Patofisiologi Forward Head Position

Postur leher yang salah menyebabkan terjadinya FHP, yang juga

merupakan penyebab utama terjadinya keluhan nyeri pada leher, kepala,

dan bahu. FHP merupakan akibat dari kebiasaan buruk dalam beraktivitas,

seperti posisi leher yang salah saat sedang menyetir, menggunakan

komputer, tidur, membaca, atau bahkan saat sedang bermalas-malasan di

sofa. Kebiasaan buruk yang terus menerus ini dapat juga diperburuk

dengan sprain atau strain pada otot leher yang telah terjadi sebelumnya,

yang menyebabkan otot-otot leher menjadi lemah (Chiropractors’

Association of Australia, 2012).

Gambar 2.7 Fase Terjadinya FHP

(Sumber : Painter, 2015)

Setiap inch (1 inci = 2.54 cm) postur kepala maju ke depan pada

FHP, kepala mendapatkan beban tambahan sekitar 10 pound (4.5 kg)

(Kapandji, 2008). Hal ini menyebabkan otot leher dan punggung atas

bekerja lebih keras untuk menyangga kepala dan tetap mempertahankan

posisi dagu agar tidak jatuh ke dada. Dengan posisi otot terus menerus

berkontraksi seperti ini, tekanan ditambahkan pada saraf yang terdapat

pada bagian bawah kepala yang dapat menyebabkan terjadinya sakit

kepala (Ventura, 2010).

Gambar 2.8 Beban Otot Leher Meningkat karena FHP

(Sumber : Painter, 2015)

Peningkatan terjadinya postur FHP erat kaitannya dengan

penurunan kekuatan otot pernapasan pada pasien, yang dapat

mempengaruhi kemampuan untuk bernapas dan mengurangi kapasitas

paru kurang lebih sebesar 30% (Kapreli, 2009). Postur FHP juga dapat

dikaitkan pada tension-type headaches, yang mana derajat dari FHP

memiliki korelasi langsung dengan durasi dan frekuensi sakit kepala, yang

juga meningkatkan tekanan darah. Postur FHP yang salah dalam jangka

waktu lama menyebabkan strain otot, herniasi diskus, arthritis, penjepitan

saraf, dan instabilitas. Postur leher yang salah juga mempunyai kaitan yang

erat dengan sakit kepala, fungsi abnormal mata dan telinga, serta kelainan

psikologis dan mental (Fernández-de-las-Peñas, C., 2006).

2.2 Pemeriksaan Fisioterapi pada Forward Head Position

Pemeriksaan umum fisioterapi pada kasus FHP dibagi dalam empat

tahapan, yang pertama adalah anamnesis. Anamnesis dibagi menjadi dua,

yaitu anamnesis umum yang mencakup tentang data pribadi dan berbagai

riwayat penyakit yang pernah dialami oleh penderita; dan anamnesis

khusus yang berisi tentang keluhan utama penderita, baik itu nyeri, kaku,

atau rasa tidak nyaman pada leher. Sifat keluhan utama, lamanya keluhan,

apakah nyerinya menjalar atau terlokalisir, serta faktor yang memperberat

dan memperingan keluhan juga termasuk dalam anamnesa khusus

(Suharto, 2009).

Yang kedua adalah inspeksi, yaitu fisioterapis memperhatikan

posisi kepala dan leher penderita pada keadaan statis dan dinamis.

Berikutnya adalah palpasi. Fisioterapis memeriksa keadaan otot leher dan

kepala dengan menggunakan tangan, apakah ada tanda peradangan atau

kekakuan pada otot, serta membandingkan otot pada sisi kanan dan kiri

(Suharto, 2009).

Yang ketiga adalah rangkaian pemeriksaan dan tes fisioterapi. Tes

Orientasi dilakukan untuk melihat kemampuan gerakan kepala dan leher.

Pemeriksaan Sensorik dilakukan untuk mengetahui apakah ada kelainan

sensorik akibat kelainan neurologis yang dialami oleh penderita FHP pada

bagian leher dan bahu. Pemeriksaan fungsi dilakukan untuk mengecek

gerakan aktif, pasif, dan tes isometrik melawan tahanan untuk sendi leher

dan kepala penderita secara global (Suharto, 2009).

Yang terakhir dan terpenting adalah pemeriksaan khusus fisioterapi

untuk kasus FHP, yang dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan postur awal

FHP dengan Forward Head Test dan pemeriksaan lebih lanjut luas gerak

sendi servikal dengan menggunakan goniometer. Forward Head Test

dapat dilakukan dengan cara: 1) Berdiri tegak membelakangi dinding.

Pastikan punggung dan bahu menempel bersandar pada dinding. Beri jarak

antara tumit kaki dan dinding sekitar 2 - 3 inci (sekitar 5 cm) agar pantat

bisa menempel dengan mudah pada dinding dan keseimbangan tubuh tetap

terjaga. Posisi ini disebut postur normal dari tiap subjek. 2) Terapis

mencari dan mempalpasi titik tengah dari bahu, yaitu titik tengah dari

tulang yang disebut humeral head. Beri tanda pada titik tersebut. Ukur

jarak antara titik tersebut dan dinding dengan menggunakan meteran. Catat

hasil pengukuran dengan kode *1. 3) Tetap pada posisi yang sama, terapis

mencari dan mempalpasi titik tengah dari telinga, yaitu titik tengah dari

kanal telinga yang disebut external auditory meatus. Beri tanda pada titik

tersebut. Ukur jarak antara titik tersebut dan dinding dengan menggunakan

meteran. Catat hasil pengukuran dengan kode *2. 4) Hitunglah dengan

rumus (*2 - *1). Hasil yang seharusnya dan tepat adalah 0 (nol), karena

pada posisi anatomis seharusnya telinga dan bahu membentuk garis lurus

simetris saat berdiri. Apabila hasil penghitungan lebih besar daripada 0,

telah teridentifikasi awal kasus FHP (Hall, 2011).

Pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan luas gerak sendi

(Range of Motion atau ROM) untuk menilai luas gerak sendi servikal pada

bidang sagital dengan menggunakan goniometer. Sudut normal

kraniovertebra adalah sekitar 49º - 59º. Jika sudut kraniovertebra lebih

kecil dari 49º, maka penderita positif mengalami FHP. Semakin kecil

sudut kraniovertebra, maka FHP semakin besar (Winarti, 2012).

Gambar 2.9 Forward Head Test

(Sumber : Hall, 2011)

2.3 McKenzie Neck Exercise

2.3.1 Definisi McKenzie Neck Exercise

Terapi latihan untuk leher (neck exercise) dengan metode

McKenzie adalah pendekatan yang di kenalkan oleh Robin Mckenzie,

seorang physical therapist di New Zealand, sekitar tahun 1960. Prinsip

terapinya dikategorikan sebagai gerakan ekstensi, fleksi dan lateral fleksi

sesuai dengan problematika yang muncul. Pada prakteknya, McKenzie

menemukan bahwa latihan untuk mengulur spine dapat meredakan nyeri

pada pasien tertentu dan menyebabkan mereka dapat kembali menjalankan

aktivitasnya (Mooney, 2005).

Pendekatan McKenzie bertujuan untuk mengulur spine, yang dapat

membantu “sentralisasi” nyeri pada pasien dengan memindahkan nyeri

ekstremitas ke punggung. Nyeri punggung seringkali lebih bisa ditoleransi

jika dibandingkan dengan nyeri pada bagian tubuh yang lain, dan inti dari

teorinya adalah sentralisasi nyeri menyebabkan sumber nyeri dapat diatasi

terlebih dahulu daripada gejalanya. Prinsip utama dari metode McKenzie

yaitu self-healing dan self-treatment merupakan hal terpenting untuk

rehabilitasi dan meredakan nyeri pasien. Tidak ada modalitas lain, seperti

panas, dingin, ultrasound, obat, atau jarum, yang diperlukan dalam latihan

(Mooney, 2005).

Tujuan jangka panjang dari metode McKenzie adalah untuk

mengajarkan kepada pasien dengan rasa nyeri pada leher atau punggung

tentang bagaimana caranya berlatih dengan mandiri dan me-manage rasa

nyeri tersebut untuk tetap dapat beraktivitas menggunakan program latihan

dan strategi lainnya. Sedangkan tujuan lainnya meliputi mengurangi nyeri

dengan cepat, mengembalikan fungsional tubuh untuk Activity Daily

Living (ADL), meminimalisir resiko terjadinya nyeri kembali (recurring

pain), dengan menghindari postur dan gerakan yang dapat menyebabkan

nyeri, serta meminimalisir jumlah pasien yang kembali pada spesialis

spine (Mooney, 2005).

2.3.2 Penatalaksanaan dan Efek McKenzie Neck Exercise pada Penderita

Forward Head Position

McKenzie Neck Exercise mempunyai beberapa efek terapeutik pada

penderita FHP, diantaranya adalah untuk mengurangi atau bahkan

menghilangkan limitasi ROM pada sendi servikal (leher), memulihkan

mobilitas dan fungsi servikal dengan menghilangkan stres dan

mengembalikan posisi mobile segment ke posisi normal, dan relaksasi otot

yang spasme dengan mengulur dan memperbaiki postur leher (Medika

Fisioterapi Poltekkes, 2010).

Berikut ini adalah “Six Golden Exercises” dari buku Robin

McKenzie, Treat Your Own Neck. Latihan ini akan meredakan berbagai

keluhan pada leher, dan dapat pula digunakan sebagai cara untuk

mencegah masalah yang lebih serius pada leher (McKenzie, 2011) :

1) Siting Chin Tuck : bertujuan untuk menguatkan otot punggung atas dan

mengatasi masalah FHP.

a. Duduk tegak dengan kepala dan leher tegak lurus menghadap ke

depan

b. Tekuk leher ke bawah; seperti posisi bersendawa

c. Rasakan uluran yang terjadi dan tahan hingga sepuluh hitungan

d. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari

Gambar 2.10 Sitting Chin Tuck

(Sumber : Fulton, 2013)

2) Sitting Neck Extension (Ekstensi Leher) : latihan ini dilakukan

mengikuti latihan pertama.

a. Dimulai dengan posisi latihan yang pertama

b. Angkat dagu ke atas dan tekuk kepala ke arah belakang seperti

melihat ke langit. Pertahankan kepala untuk tidak bergerak

bergeser ke depan (ekstensi leher).

c. Posisikan kepala menekuk ke belakang sejauh mungkin, kemudian

menoleh ke kanan dan kiri secara bergantian. Setiap kali menoleh

ke kanan atau ke kiri, usahakan tetap mempertahankan tekukan

kepala ke belakang.

d. Lakukan sepuluh kali masing-masing ke kanan dan ke kiri,

kemudian kembali ke gerakan menekuk kepala ke depan

e. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari.

f. Usahakan bahu tetap relaks, tekuk kepala menuju ke arah bahu.

Rasakan ulurannya dan tahan hingga sepuluh hitungan.

g. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari

Gambar 2.11 Sitting Neck Extension (Ekstensi Leher)

(Sumber : Fulton, 2013)

3) Side Bending

a. Dimulai dengan posisi latihan yang pertama

b. Tekuk kepala ke samping, pertahankan mata tetap melihat ke

depan, gerakkan telinga hingga menyentuh bahu, dan pertahankan

dagu tetap menekuk ke depan

c. Untuk uluran yang lebih terasa, angkat lengan dan letakkan

melingkar di atas kepala dengan jari menyentuh telinga yang lain;

kemudian tarik kepala menuju ke bahu (gerakan yang sama) lebih

kuat

d. Tahan beberapa detik, dan kembalilah ke posisi awal

e. Ulangi pada sisi yang lain

f. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari

Gambar 2.12 Side Bending

(Sumber : Fulton, 2013)

4) Neck Rotation

a. Dimulai dengan posisi latihan yang pertama

b. Pertahankan bahu tetap relaks dan posisi kepala menekuk ke depan,

gerakkan kepala jauh memutar ke kiri dan rasakan ulurannya.

Tahan selama sepuluh detik.

c. Untuk menambah uluran, letakkan tangan kiri pada dagu dan

tangan kanan pada kepala bagian belakang; untuk mendorong

kepala ke arah rotasi yang lebih jauh, dengan lembut

d. Ulangi ke kanan

e. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari

Gambar 2.13 Neck Rotation

(Sumber : Fulton, 2013)

5) Neck Flexion

a. Dimulai dengan posisi latihan yang pertama

b. Jatuhkan kepala ke depan dan istirahatkan dagu sedekat mungkin

dengan dada

c. Letakkan kedua tangan di belakang kepala dengan posisi jari-jari

saling mengunci (berkaitan)

d. Biarkan lengan relaks sehingga posisi siku mengarah ke lantai;

berat dari kedua lengan akan menambah uluran

e. Untuk uluran yang lebih terasa, dengan lembut tariklah leher lebih

dekat lagi dengan dada

f. Kembali ke posisi awal

g. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari

Gambar 2.14 Neck Flexion

(Sumber : Fulton, 2013)

6) Shoulder Shrugs

a. Dimulai dengan posisi latihan yang pertama

b. Tarik napas dan secara perlahan angkat bagian atas dari bahu

menuju ke arah telinga

c. Tahan selama sepuluh detik dan buang napas perlahan

d. Perlahan, kembali ke posisi awal

e. Lakukan dengan sepuluh repetisi, dua kali sehari

Gambar 2.15 Shoulder Shrugs

(Sumber : Fulton, 2013)

2.3.3 Indikasi dan Kontraindikasi McKenzie Neck Exercise

Indikasi dari terapi latihan untuk FHP dengan metode McKenzie

meliputi beberapa hal. Yang pertama adalah untuk mengurangi spasme

otot dan nyeri melalui efek relaksasi, melalui penguluran spine dan otot

yang dilakukan pada sepanjang gerakan latihan dengan repetisi yang telah

ditentukan sebelumnya. Yang kedua adalah memperbaiki atau

mengkoreksi postur yang salah saat beraktivitas, baik statis maupun

dinamis. Yang ketiga, mengembalikan alignment leher yang normal.

Keempat, membebaskan kekakuan (stiffness) pada intervertebral joints

yang diakibatkan oleh spasme otot yang dibiarkan berkelanjutan akibat

postur tubuh yang salah saat beraktivitas, dan yang terakhir adalah

memberikan efek muscle elongation.

Kontraindikasi dari terapi latihan untuk FHP dengan metode

McKenzie meliputi segala kondisi malignant (keganasan primer atau

sekunder), adanya infeksi ringan atau berat pada daerah cervical atau

vertebra, rheumatoid arthritis, osteoarthritis, atau gout arthritis, Paget

Disease, Vertebral Basiral Ischemia (VBI), sendi cervical yang

hipermobilitas, fraktur dan dislokasi pada cervical, clavicula, atau

vertebra, adanya ruptur ligamen, serta berbagai keluhan atau kondisi

degeneratif, seperti spondylolisthesis, ankylosing spondylitis, osteoporosis,

dan osteomalacia (Medika Fisioterapi Poltekkes, 2010).

2.3.4 Efektifitas McKenzie Neck Exercise dalam Koreksi Forward Head

Position

Tujuan utama dari terapi latihan McKenzie Neck Exercise adalah

untuk mengulur spine; dengan kata lain meningkatkan fleksibilitas

persendian yang terdiri dari otot, tulang, dan ligamen. Fleksibilitas pada

otot yang spasme tidak sama terhadap otot yang normal, otot yang spasme

tidak bisa memanjang dengan sempurna, yang salah satunya disebabkan

oleh pemendekan. Nyeri atau rasa tidak nyaman, juga keterbatasan luas

gerak sendi yang terjadi pada spasme otot dalam kasus FHP dapat

berkurang dengan menggunakan teknik latihan dari McKenzie. Metode

McKenzie melatih kembali fleksibilitas otot agar dapat memanjang dengan

sempurna dan mengembalikan kekuatan otot sehingga mengurangi

terjadinya cedera berulang pada otot dan mencegah otot menjadi semakin

spasme dan secara bertahap mengubah postur leher dan kepala pada FHP

kembali pada postur normal dan anatomis (Suharto, 2009).

Serat otot yang mengalami spasme memiliki struktur yang tidak

teratur, yang jika dalam waktu lama dapat dapat berubah menjadi taut

band atau kontraktur pada otot dan terbentuk nodul yang menyebabkan

iskemik pada pembuluh darah di bawahnya, hal ini membuat metabolisme

di sekitar otot tersebut tidak lancar, sehingga lama kelamaan menimbulkan

rasa tidak nyaman yang berujung pada nyeri. Serabut otot yang

membentuk nodul dapat berkurang dengan adanya penguluran dari badan

otot tersebut. Otot dapat kembali bergerak dan memanjang dengan mudah

sehingga metabolisme di sekitar otot tersebut dapat dengan lancar

menyebarkan enkefalin, endorphin, serotonin, dan noradrenalin yang dapat

menurunkan rasa tidak nyaman, nyeri dan secara tidak langsung juga

mengembalikan keterbatasan luas gerak sendi dan postur tubuh yang salah,

yang diakibatkan oleh spasme otot yang berkelanjutan (Suharto, 2009).