bab ii tinjauan pustaka - repository.untag-sby.ac.idrepository.untag-sby.ac.id/717/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemahaman Umum
2.1.1 Pengertian Judul
“PERANCANGAN PELATIHAN PEMBUATAN KAIN
SONGKET MELAYU RIAU
DI KABUPATEN ROKAN HILIR RIAU”
Penjelasan : Perancangan Pelatihan pembuatan kain songket ini
merupakan fasilitas pelatihan dimana nantinya fasilitas pelatihan
ini untuk menjadi wadah bagi masyarakat Rokan Hilir secara
umum untuk belajar dan meningkatkan keterampilan, baik yang
sudah mengetahui maupun sama sekali tidak mengetahui cara
pembuatan tenun songket.
2.1.2 Pengertian Perancangan
Perancangan merupakan proses penarikan keputusan dari
ketidakpastian yang tampak, dengan tindakan-tindakan
yang tegas bagi kekeliruan yang terjadi (M.Asimow,
1982).
Perancangan juga dapat di artikan sebagai usulan pokok
yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu
yang lebih baik, melalui tiga proses: mengidentifikasi
masalah-masalah, mengidentifikasi metoda untuk
pemecahan masalah, dan pelaksanaan pemecahan
masalah. Dengan kata lain adalah pemograman,
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 13
penyusunan rancangan, dan pelaksanaan rancangan (John
Wade, 1997).
2.1.3 Pengertian Fasilitas
Fasilitas adalah sebuah sarana untuk melancarkan
pelaksanaan fungsi; kemudahan. Seperti Fasilitas Sosial yang di
sediakan oleh pemerintah atau swasta seperti contohnya Sekolah,
Klinik, tempat ibadah dll. Ada juga fasilitas umum yang di
sediakan untuk kepentingan umum seperti jalan, jembatan lampu
penerangan jalan dll. (kamus besar Bahasa Indonesia).
2.1.4 Pengertian Pelatihan Dan Manfaat Pelatihan
Pelatihan didefinisikan sebagai berbagai usaha
pengenalan untuk mengembangkan kinerja tenaga kerja pada
pekerjaan yang dipikulnya atau juga sesuatu berkaitan dengan
pekerjaannya. Hal ini biasanya berarti melakukan perubahan
perilaku, sikap, keahlian, dan pengetahuan yang khusus atau
spesifik. Dan agar pelatihan menjadi efektif maka di dalam
pelatihan harus mencakup suatu pembelajaraan atas pengalaman-
pengalaman, pelatihan harus menjadi kegiatan keorganisasian
yang direncanakan dan dirancang didalam menanggapi
kebutuhan-kebutuhan yang teridentifikasi. Bernardin dan Russell
(1998:172)
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 14
Beberapa manfaat pelatihan yang diselenggarakan oleh
perusahaan yang dikemukakan oleh Noe, Hollenbeck, Gerhart,
Wright (2003), yaitu:
Meningkatkan pengetahuan para karyawan atas budaya
dan para pesaing luar,
Membantu para karyawan yang mempunyai keahlian
untuk bekerja dengan teknologi baru,
Membantu para karyawan untuk memahami bagaimana
bekerja secara efektif dalam tim untuk menghasilkan jasa
dan produk yang berkualitas,
Memastikan bahwa budaya perusahaan menekankan pada
inovasi, kreativitas dan pembelajaran,
Menjamin keselamatan dengan memberikan cara-cara
baru bagi para karyawan untuk memberikan kontribusi
bagi perusahaan pada saat pekerjaan dan kepentingan
mereka berubah atau pada saat keahlian mereka menjadi
absolut,
Mempersiapkan para karyawan untuk dapat menerima dan
bekerja secara lebih efektif satu sama lainnya, terutama
dengan kaum minoritas dan para wanita.
2.1.5 Pengertian Songket Melayu Riau
Songket melayu Riau merupakan kain tenunan tradisional
melayu Riau yang di tenun dengan tangan dengan menggunakan
benang emas dan benang perak. Kain hasil tenunan Songket
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 15
Melayu memiliki banyak keunikan dan kaya dengan nilai
keindahan atau estetika sebagai bentuk gabungan dari unsur-
unsur budaya yang biasanya melambangkan corak, pandangan
dan pemikiran masyarakat Melayu. Ragam dari motif/corak kain
tenunan Songket sangatlah erat hubungannya antara manusia
dengan alam sekitar, baik hewan maupun tumbuhan. Ragam
tersebut sekaligus juga mencerminkan cara dan pandangan hidup
umat manusia.
2.1.6 Kabupaten Rokan Hilir
Kabupaten Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di
provinsi Riau dengan Ibu kotanya terletak di Bagansiapiapi,
Kabupaten Rokan Hilir merupakan kabupaten hasil pemekaran
dari kabupaten Bengkalis, sesuai dengan undang-undang no 53
tahun 1999. Kabupaten Rokan Hilir memiliki Luas 8.941 km²
dan penduduk sejumlah 349.771 jiwa.
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Rokan Hilir Sumber : Rokan Hilir Dalam Angka 2017
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 16
Letak geografis Kabupaten Rokan Hilir terletak di batas-batas
wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Rokan
Hulu dan Kabupaten Bengkalis
Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi Sumatra Utara
Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Dumai
Di Kabupaten Rokan Hilir, terdapat beragam etnis seperti
Melayu, Tionghoa, Batak, Bugis, Minangkabau, dll. Mayoritas
Penduduk Rokan Hilir beretnis Melayu dan Agama yang dianut
oleh masyarakat Melayu yaitu Islam.
Per 2017 Kabupaten Rokan Hilir memiliki 18 kecamatan,
pemekaran kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir terbilang sangat
cepat terjadi, salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu dari segi
wilayah kabupaten Rokan Hilir yang sangat Luas.
Dari segi Pariwisata Kabupaten Rokan Hilir memiliki
beberapa sektor pariwisata unggulan seperti pariwisata pulau
Jemur, danau Napangga, Pariwisata pulau Dilan, Pariwisata Pulau
Arwah, Pariwisata Desa Rantau Bais dan pariwisata keagamaan
masyarakat Tionghoa yaitu upacara Bakar Tongkang yang
dilakukan setiap bulan Juni. Dari semua pariwisata yang
disebutkan diatas, hanya Upacara bakar tongkang lah yang paling
ramai dan banyak di kunjungi oleh wisatawan, sedangkan untuk
pariwisata lainnya sangat sedikit, hal ini disebabkan oleh akses
untuk menuju pariwisata tersebut sangat susah untuk di tempuh,
dan juga belum banyaknya prasarana yang ada sehingga
menyulitkan wisatawan untuk datang berkunjung.
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 17
2.2 Studi Pustaka / Literatur
2.2.1 Sejarah Songket
Penenunan songket secara sejarah dikaitkan dengan
kawasan permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sebagian
orang teknik ini diperkenalkan oleh pedagang India dan
Arab. Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain songket
adalah dari perdagangan zaman dahulu di
antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang
sutera sedangkan orang India menyumbang benang emas dan
perak; maka, jadilah songket. Pola-pola rumit diciptakan dengan
memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan
penggunaan sehelai jarum leper.
Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket
berasal, menurut tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal
dari utara, yakni kawasan Kamboja dan Siam yang kemudian
berkembang ke selatan di Pattani (thailand), dan akhirnya
mencapai Kelantan dan Terengganu (malaysia) sekitar tahun
1500-an. Industri kecil rumahan tenun songket kini masih
bertahan di pinggiran Kota Bahru dan Terengganu. Akan tetapi
menurut penenun Terengganu, justru para pedagang Indialah
yang memperkenalkan teknik menenun ini pertama kali di
Palembang yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya
(abad ke-7 sampai ke-11). (wikipedia : Songket)
Di Indonesia, pusat kerajinan tangan tenun songket dapat
ditemukandi Sumatera, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok dan
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 18
Sumbawa. Tiap-tiap daerah memiliki Masing masing Nama yang
berbeda beda, misalnya songket Aceh dari Provinsi Nangro Aceh
Darusalam, Songket Batubara Dari Provinsi Sumatra Utara,
Songket Melayu Riau Dari Provinsi Riau, Songket Pandai Sikek
dari Provinsi Sumatra Barat, Songket Palembang Dari Sumatra
Selatan dan Masih Banyak Lagi Ragam Macam Jenis Songket
Lainnya Di Indonesia.
Teknik pembuatan pun hampir serupa dari tiap-tiap daerah,
yang membedakan nya biasanya terletak dari motif dan ragam
coraknya. Namun ada beberapa corak dan motif tadi yang hampir
sama di tiap daerahnya, tidak hanya motif dan corak, penamaanya
pun hampir sama seperti, Motif Pucuk Rebung, Siku
keluang,Tampuk manggis, semut beriring, itik pulang petang dan
lain-lain
2.2.2 Sejarah Songket Melayu Riau
Orang yang pertama memperkenalkan tenun ini adalah
wanita bernama Wan siti Binti Wan Karim, seorang pengrajin
yang di datangkan dari kerajaan Trengganu Malaysia pada masa
kesultanan Melayu di Riau yaitu kesultanan Siak Sri Indrapura
(sekarang menjadi kabupaten siak) yang di perintah oleh sultan
Sayid Ali (1784-1810) pada masa itu. Wan Siti adalah seorang
Wanita yang cakap dan terampil dalam bertenun dan beliau
mengajarkan bagaimana bertenun kain songket, bagi sultan dan
kaum bangsawan Siak, tenunan ini menjadi simbol keagungan
dan kewibawaan, sedangkan bagi pengerajinnya merupakan
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 19
simbol pengabdian kepada sultan dan keluarganya. Karena pada
saat itu hubungan kenegerian Kesultanan Siak dengan negeri-
negeri melayu di semenanjung sangat lah erat, terutama juga
dalam hal seni dan budaya melayu yang satu.
Pada awalnya kain tenun siak ini dibuat terbatas bagi
kalangan bangsawan saja terutama Sultan dan para keluarga serta
para pembesar kerajaan di kalangan Istana Siak, kemudian
menyebar di sekitar keraton kesultanan Siak dan menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat Siak.
Tokoh Wanita Melayu Riau yang sangat berperan dalam
mengembangkan kerajinan kain tenun songket melayu Siak di
Riau adalah Tengku Maharatu. Tengku Maharatu adalah
permaisuri Sultan Syarif Kasim II (sultan syarif kasim II
merupakan pahlawan Nasional dari provinsi Riau pada masa
Indonesia memulai kemerdekaaan) yang kedua, setelah
Gambar 2.2 : Sultan Siak berserta Dewan Menterinya pada tahun 1888.
Sumber Gambar : Google
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 20
permaisuri pertama, Tengku Agung meninggal dunia. Dia
melanjutkan perjuangan kakaknya dalam meningkatkan
kedudukan kaum perempuan di Siak dan sekitarnya, yaitu dengan
mengajarkan cara bertenun yang kemudian dikenal dengan nama
tenun Siak. Tenun Siak yang merupakan hasil karya kaum
perempuan telah menjadi pakaian adat Melayu Riau yang
dipergunakan dalam pakaian adat pernikahan dan upacara
lainnya.
2.2.3 Alat Serta Bahan Yang Di Gunakan
Pada awalnya tenun yang diajarkan adalah merupakan
tenun tumpu dan kemudian bertukar ganti dengan menggunakan
alat yang dinamakan dengan "Kik".alat tenun Kik adalah alat
tenun yang cukup sederhana dari bahan kayu berukuran sekitar 1
x 2 meter. Sesuai dengan ukuran alatnya, maka lebar kain yang
dihasilkan tidaklah lebar sehingga tidak cukup untuk satu kain
sarung, maka haruslah di sambung dua yang disebut dengan kain
"Berkampuh". Akibatnya untuk mendapatkan sehelai kain,
Gambar 2.3 : Potret Sultan Siak, Sultan Syarif Kasim II Dan Istrinya Sumber Gambar : Google
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 21
terpaksa harus ditenun dua kali dan kemudian hasilnya
disambung untuk bagian atas dan bagian bawah yang sudah
barang tentu memakan waktu yang lama. Seiring berkembangnya
waktu penggunaan alat tenun “Kik” yang kurang efisien kini di
ganti dengan alat yang baru yang bernama Alat tenun bukan
mesin (ATBM) hingga kini. Kekurangan kekurangan pada alat
tenunn “Kik” Tadi di sempurnakan oleh ATBM sehingga untuk
membuat selembar sarung songket tidak perlu di sambung dua
kali.
Gambar 2.4 : Kiri, alat tenun “Kik”, tengah dan kanan merupakan alat
tenun bukan mesin
Sumber gambar : The treasure of Malay Handicrafts dan dokumen
pribadi
Dalam bertenun songket memerlukan bahan baku benang,
untuk benang dasar nya sendiri disebut benang
lungsi/Lusi/Lungsin yang terbuat dari sutera ataupun katun
berwarna yang kemudian dipadukan dengan benang emas dan
perak sebagai ornamen/motif atau hiasan yang biasa di sebut
benang pakan. Dikarenakan benang sutera sudah susah didapat,
maka lama kelamaan orang hanya menggunakan benang katun.
Dan hinggakini kain tenun songket siak dikembangkan
pembuatannnya melalui benang katun tersebut.
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 22
2.2.4 Ragam Jenis Songket Melayu Riau
Kabupaten Rokan Hilir sendiri saat ini belum mempunyai
Ragam atau ciri khas motif, secara keseluruhan di provinsi Riau
Terdapat beberapa Ragam tenun Songket antara lain ; Tenun
Songket Melayu Siak, Tenun Songket Melayu Pekanbaru, dan
Tenun Songket Indragiri. Ketiga-tiganya masuk dalam Songket
melayu Riau.
Seperti yang sudah di ketahui, tenun songket melayu Siak
merupakan yang pertama masuk ke wilayah Riau, melalui
trengganu (malaysia) kemudian menyebar ke kesultanan Siak Sri
Indrapura. Songket berkembang sangat pesat di kesultanan Siak,
dari songket melayu Siak inilah yang menjadi cikal bakal dari
songket melayu pekanbaru.
Dari Asal usul tenun Songket melayu pekanbaru ini
bermula pada saat Kesultanan Siak memindahkan pusat
pemerintahan sekaligus ibukota kerajaan dari mempura (Siak) ke
Kampung Bukit, Senapelan (Pekanbaru). dari kawasan yang
berada di tepian sungai Siak Itulah bermula negeri yang bernama
Pekanbaru, kemudian Songket serta merta menyebar kewilayah
sekitar tersebut.
Songket Indragiri telah ada sejak puluhan tahun yang lalu di
Kerajaan Indragiri (sekarang terdapat 2 kabupaten bernama kabupaten
Indragiri hilir dan indragiri hulu). Asal mula kain tenun Indragiri
dibawa oleh orang-orang perehu atau disebut dengan orang dagang
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 23
yang menetap di Indragiri yang berpusat di Kota Rengat. Pada masa
tertentu sesudah berakhirnya masa Kerajaan Indragiri, tenun ini
sempat menghilang dan sulit dicari. Kain hasil tenunan lama
tersebut hanya dimiliki orang – orang tertentu, yaitu keluarga raja
atau pembesar kerajaan yang menyimpannya dengan hati-hati
sekali. Barulah pada sekitar tahun 1992, Pemerintah Daerah
Kabupaten Indragiri Hulu kembali mengkaji dan mengangkat
tenun ini dan menumbuhkan kembali tenun songket indragiri.
Dikabupaten Indragiri Hilir , khususnya di Kecamatan
Khairiah Mandah, masyarakat Melayu juga membuat kerajinan
tenun songket dengan alat tenun tumpu. Motif-motif yang dipakai
tidak menggunakan benang emas. Tenun ini banyak memiliki
kesamaan dengan tenun Bugis. Kerajaan tenun songket di daerah
Indraggiri Hilir juga dikembangkan oleh masyarakat pendatang
dari Sulawesi Selatan (suku bugis) yang merantau ke Indragiri
Hilir untuk berkebun kelapa dan membuka lahan pertanian.
Keterampilan bertenun yang telah mereka miliki didaerah asalnya
mereka kembangkan di tempat yang baru. Saat ini, industri
kerajinan tenun Songket Indragiri Hilir telah menyebar ke
beberapa wilayah di Kabupaten Indragiri Hilir.
2.2.5 Proses Pembuatan Songket Melayu Riau
Proses pembuatan kali ini yaitu proses yang menggunakan
alat tenun bukan mesin (ATBM) yang terbagi atas beberapa
tahapan diantaranya :
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 24
1. Tahap persiapan
Yang perlu di lakukan pada tahap persiapan ini yaitu :
• Persiapan membuat motif tenunan. Ini merupakan tahap
paling awal yang perlu di lakukan dalam proses menenun.
Umumnya motif yang di buat yaitu motif yang sudah ada
dan menjadi ciri khas dari songket Riau. Namun perlu
kreatifitas dari para penenun nantinya dalam menciptakan
ide-ide baru serta motif baru, sehingga menambah motif
songket melayu Riau ini.
• Mempersiapkan bahan-bahan, seperti benang, warna apa
yang di inginkan, dan juga jumlah yang di perlukan dalam
menenun nantinya.
• mempersiapkan peralatan yang di perlukan, karena
keberadaan peralatan sangat menentukan kelancaran proses
pembuatan tenunan. biasanya peralatan menun (ATBM)
sudah tersedia tinggal mengecek apa ada masalah pada alat
tersebut.
2. Tahap Perendaman
• Untuk bahan benang menggunakan benang katun yang
banyak di jual di pasaran.
• Benang di rendam terlebih dahulu dan di beri cairan
pemutih pada benang yaitu water glass, alkali, H2O2
diaduk satu persatu hingga merata dalam satu bak pemutih
dicampur dengan air.
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 25
• Lama perendaman memakan waktu 1 hari 1 malam.
3. Tahap Pewarnaan dan penjemuran
• Benang yang di rendam di atas kemudian diangkat tahap
berikutnya yaitu penjemuran benang menggunakan
bambu atau kayu sebagai pengait. Penjemuran benang
tidak boleh mengenai sinar matahari langsung.
penjemuran memakan waktu 1 jam, jika di rasa sudah
cukup benang diangkat dan masuk tahap selanjutnya.
• Pewarnaan benang di warnai sesuai dengan warna kain
yang hendak di buat.
• Pewarna menggunakan pewarna buatan yang lebih mudah
di jumpai oleh peserta pelatihan. Zaman dulu untuk
membuat pewarna kain songket masih menggunakan
pewarna alami seperti dari serat kulit pohon angsana,
pohon sepang, kulit kayu tinggi, buah kesumba dan lain-
lain. Namun bahan bahan seperti itu sangat susah di
jumpai zaman sekarang. Jadi pewarnaan yang di gunakan
pada pelatihan menggunakan pewarnaan buatan yang
lebih mudah di jumpai.
• Setelah benang diwarnai tahapan selanjutnya yaitu
penjemuran benang. Penjemuran tidak boleh di lakukan di
bawah sinar matahari langsung. Tujuannya agar benang
yang sudah di warnai tidak mudah rusak dan warna tidak
cepat pudar.
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 26
Gambar 2.5 : Tahap pembersihan benang yang di beli dari toko, Proses
pewarnaan , dan Proses penjemuran
Sumber Gaambar : The Treasure of Malay Handricrafts
Gambar 2.6 : Proses penjemuran benang
Sumber Gambar : Google
4. Tahap mengelos
• Tahapan ini yaitu benang yang sebelumnya di jemur
kemudian diangkat dan selanjutnya benang di kelos
menggunakan alat yang bernama kincir. (masing masing
daerah berbeda-berbeda terkait penamaan alat dan tahapan ini)
• Tujuan mengelos yaitu benang dapat di jadikan bonbin.
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 27
Gambar 2.7 : Alat untuk mengelos/menggulung benang
yang di namakan kincir(kiri) dan bobin (kanan)sebagai hasil benang
yang sudah di elos menggunnakan kinncir.
Sumber Gambar : Google
5. Tahap menghani
Proses penghanian benang (hani boom) merupkan proses
pembuatan benang rentang yang merupakan bahan baku utama
pada proses pembuatan kain tenun songket. Proses penghanian
benang meliputi :
• Benang bobin yang sebelumnya telah jadi kemudian di
kumpulan dan selanjutnya di susun di rak-rak hani
Gambar 2.8 : Rak besi berisi bonbin
Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 28
• Proses penghanian selanjutnya yaitu dimulai dengan
pengelosan benang ke bobin terus dipasang di rak hani
supaya mudah tidak kusut dan putus, dan benang yang ada
di bobin dimasukkan ke mata gun yang jumlah nya tidak
terlalu banyak, baru dimasukkan ke sisir yang yang
pendek. Kemudian benangnya ditarik tidak terlalu panjang
untuk diikat di mesin hani yang besar, lalu digulung
dengan hitungan meter sesuai berapa panjang yang
hendak kita hanikan. Penghanian ke mesin hani, dilakukan
berkali-kali, karena jumlah bobin yang digunakan tidak
terlalu banyak, sekitar 1000 bobin. Setelah siap digulung
benang tersebut kemudian ditarik sekitar 1 m, lalu diikat
di kayu hani boom tersebut sebanyak benang yang sudah
kita gulung tadi. Penggulungan di kayu hani boom hampir
sama dengan penggulungan di mesin hani boom.
Melakukannya juga berkali-kali, dengan lebar sesuai yang
kita kehendaki. Biasanya sesuai takaran yang sering
dipergunakan sekarang adalah sekitar 120 cm. Baru
kemudian gulungan benang tersebut siap untuk
dipergunakan pada menin tenun ATBM sebagai benang
rentang.
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 29
Gambar 2.9 : Proses mengani benang dalam proses pembuatan
Songket melayu Riau
Sumber Gambar: The treasure of malay Handricrafts
6. pencucukan Benang
• benang yang sudah diani di rentangkan menjadi benang
longsi, dan di tarik ke pangkal dengan terlebih dahulu
disisipkan menggunakan gun (karap), dan sisir besi.
• proses awal pembuatan yaitu menyusun benang dan
menyusunya pada ujung ATBM, proses ini disebut dengan
(mengani). kemudian benang yang diani di rentangkan
menjadi benang longsi, dan di tarik ke pangkal dengan
terlebih dahulu disisipkan menggunakan gun (karap), dan
sisir besi.
7. Proses pembuatan kain tenun
• Setelah proses pemasukan benang ke Gun dan Sisir sudah
selesai, maka benang Hani Boom yang ada diatas mesin di
turunkan dan di rentangkan untuk kemudian di Stel dan
diikat.
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 30
• Tahap berikutnya yaitu proses menenun songket melayu
Riau. pangkal gabungan tadi kemudian di ikatkan pada
paku penggulung, selanjutnya benang pakan di masukan
dari sisi kiri dan kanan melalui sebuah torak (teropong),
yang di dalamnya terdapat pleting (gulungan benang).
lalu, sisir besi kemudian di hentakan kearah penenun
(disebut melantak), sehingga terbentuk garis kain baru
dari hasil persilangan dua benang longsen dan benang
pakan. begitu seterusnya hingga menjadi selembar sarung
songket. bersamaaan dengan itu kemudian penenun
menyisipkan benang emas atau perak diantara benang
longsen yang ada. proses ini di sebut memungut. semakin
banyak motif yang di beri, maka semakin lama pula
pengerjaan dalam membuat sehelai songket.
Gambar 2.10 : Proses membuat motif (memungut)
Sumber Gambar: The treasure of malay Handricrafts
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 31
2.2.6 Motif Dan Corak Songket Melayu Riau
Songket melayu riau mempunyai banyak sekali corak
serta motif dan variasi. Songket melayu Riau banyak mengambil
motif di awan seperti dari tumbuhan serta hewan, juga beberapa
benda luar angkasa seprti bulan dan bintang. Di Masing masing
motif serta variasi tersebut terdapat filosofi yang terkandung di
dalamnya. Proses stilirisasi terhadap apa yang di lihat di
lingkungan sekitar menunjukkan betapa perajin songket
dahulunya tidak hanya memiliki pemahaman yang mendalam
terhadap alam di sekitarnya, tetapi juga memiliki imajinasi yang
tinggi kemudian di lukiskan dalam selembar tenun songket.
Berikut beberapa motif dan corak dalam songket melayu Riau,
diantaranya :
No Songket Motif Filosofi
1.
Pucuk rebung
bersiku keluang
Pucuk rebung bersiku keluang
Dipakai untuk tenun dan tekat
Laba beruntung muka belakang
Sampailah pinta terkabul niat Variant
Tampuk manggis
2. Pucuk rebung
berpetak wajit
Pucuk rebung berpetak wajit
Didalamnya ada kuntum
bercabang
Kasih bersambung nasib pun baik
Hidup sejahtera dadapun lapang
Variant
Tampuk manggis
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 32
3.
Pucuk rebung daun
melambai
Pucuk rebung daun melambai
Di puncaknya mahligai putri
Tuah sekampung hidup damai
Dimana tegak bertambah rezeki Variant
-
4. Wajik petak tabur Hiasan wajik petaak tabur
Walau bertabur serasi juga
Sanggam duduk bermanis tutur
Tahu bersyukur budinya mulia Variant
-
5.
Pucuk Rebung
berkawan
Hiasan pucuk rebung berkawan
Tanda hidup mengandung iman
Tanda berkaum menjaga teman
Tanda sayang tak berkesudahan Variant
6.
Tampuk manggis
bersilang
Hiasan tampuk manggis bersilang
Tidak berisi kiri kananya
Nama elok hidup terpandang
Tiada umpat kejinya Variant
-
7.
Wajit laksamana
raja
Memakai wajit laksemana raja
Besar bertuah kecilnya manja
Akan menjadi seberang kerja
Akan tertegak adat lembaga Variant
Tampuk manggis
tersamar
8.
Kaluk paku bersela
kuntum
Kaluk paku bersela kuntum
Tangkainya rapat hiasan indah
Niat sampai mulut tersenyum
Kasih berlebih sayang bertambah Variant
-
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 33
9. Mumbung nipah
berpadi tabur
Hiasan bernama mumbung nipah
Berpadu dengan buah padi
Hidup rukun rezeki berlimpah
Dunia akhirat tuah berdiri
Variant
-
10
.
Tampuk manggis
berpetak wajit
Tampuk manggis berpetak wajit
Boleh tunggal boleh berpadu
Laku buruk orang kan jijik
Hidup menyesal karena malu
Variant
-
Tabel 2.1 : motif, corak. Serta filosofi didalam tenun songket melayu
Riau
Sumber : The treasure of malay Handricrafts
2.3 Study Banding
2.3.1 Dekranasda Provinsi Riau
Jl. Sisingamangaraja, sekip, limapuluh, kota pekanbaru,
riau 28114, indonesia
Gambar 2.11 : Dekranasda Provinsi Riau
Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 34
Gedung Dekranasda Riau disini menjadi gedung
serbaguna yang juga dijadikan sebagai pelatihan meneun kain
songket melayu Riau. Juga dijadikan Oleh-oleh khas Pekanbaru,
souvenir, sampai dengan kerajinan tangan dijualdisini.
Dekranasda Provinsi riau di Kota pekanbaru terdiri dari 2
Bangunan berlantai 2.
Berikut keterangan yang berhasil penulis himpun dari
wawancara dengan pengelola dekranasda Provinsi Riau di kota
pekanbaru.
Lingkup pelatihan : Skala provinsi, dimana sering diadakan
pelatihan dari 12 kabupaten dan kota di seluruh provinsi Riau.
Jumlah Instruktur : Jumlah instruktur/pengajar berjumlah 5
orang.
Jumlah peserta` : Jumlah peserta saat ini 76 ( November
2017) orang yang
melakukan pelatihan.
Lama Pelatihan : 1-2 Bulan
Gambar 2.12 : Fasilitas di Dekranasda Provinsi Riau di kota Pekanbaru
Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 35
Fasilitas :
a. Ruang pelatihan.
1. Ruang pelatihan dan
persiapan sebelum
bertenun
2. Ruang pewarnaan
benang.
3. Ruang penjemuran.
4. Ruang
penggulungan.
5. Ruang Alat
b. Asrama
c. Ruang pengelola.
1. Ruang Kepala
Dekranasda
2. Ruang pengelola
3. Ruang
Instruktur/pengajar
d. Ruang penyimpanan songket
e. Fasilitas lainya
1. Mini galery
2. Perpustakaan mini
3. Ruang Tamu
4. Mushola
5. Parkir
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 36
2.3.2 UPT pelatihan Kerja/BLK Surabaya
JL. Dukuh Menanggal 3, 29, Surabaya, Jawa Timur.
Gambar 2.13 : Balai Latihan Kerja Surabaya
Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
BLK surabaya merupakan balai Latihan kerja berbasis
kompetensi yang ada di surabaya. Peserta pelatihan yang ada
disini berasal dari berbagai daerah di surabaya. Terdapat 21
bidang pelatihan di BLK surabaya seperti di bidang jasa, bidang
Pelatihan otomotif motor, Mobil, bidang perhotelan, pariwisata,
disain grafis, dan bidang lainya.
Beberapa Fasilitas penunjang yang menunjang pelatihan yang
tersedia di BLK surabaya selain tentunya Fasilitas pelatiihan
diantaranya yaitu :
1. R. Karyawan
2. Workshop
3. Ruang rapat peserta dan pegawai
4. Gedung untuk pegawai
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 37
5. Workshop khusus karyawan
6. Workshop Bid. Kejuruan
7. Aula makan siang bagi karyawan
8. Kantin
9. Perpustakaan
10. Mushola
11. Masjid
12. Perumahan dinas
13. Asrama
2.14 Fasilitas Di dalam BLK Surabaya
Sumber Gambar : Dokumen Pribadi
Asrama Ruang Workshop
Sirkulasi Asrama Sirkulasi Ruang-Ruang Pengelola
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 38
2.4 Pemahaman Khusus
2.4.1 Pengertian
Fasilitas Pelatihan Pembuatan kain Songket Melayu Riau
Adalah :
Sebuah bangunan yang di khusus kan untuk pelatihan
membuat tenun songket. Sedangkan Tenun songket melayu Riau
sendiri yaitu tenun Songket yang berasal dari Provinsi Riau di
pulau Sumatra.
Di beberapa daerah di Provinsi Riau seperti kabupaten
Siak, kabupaten Indragiri, dan kota Pekanbaru pelatihan rutin di
lakukan di gedung dekranasda msing masing kabupaten dan kota
mereka. Pelatihan juga Rutin di lakukan di rumah-rumah tenun
yang memproduksi songket.
2.4.2 Program Kegiatan Dalam Pelatihan
Pelatihan di lakukan kurun waktu selama 2 bulan, di
laksanakan senin-sabtu di mulai dari pukul 09.00 wib-15.00 wib.
Adapun materi yang akan di bahas di dalam pelatihan tersebut
yaitu :
1. Proses Pengenalan
Proses ini merupakan proses yang penting yang harus
dilakukan. didalam proses ini materinya yaitu :
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 39
• pemberian materi ceramah dan tanya jawab seputar kain
songket,
• pentingnya kain songket sebagai budaya daerah
• Nilai ekonomis kain songket
Kegiatan ini juga bertujuan untuk membuka mata dan
pikiran masyarakat untuk melihat peluang dari kain songket
sendiri. Yang lebih penting kegiatan ini untuk memotivasi para
calon peserta pelatihan agar memiliki semangat, kerja keras dan
berpikiran kedepan apa yang mereka kerjakan tidaklah sia sia.
waktu yang di butuhkan pada proses ini yaitu 2 Hari.
Program ini dilakukan oleh peserta di dalam sebuah workshop
Disana di tayangkan berbagai macam dokumentasi terkait
songket, kemudian Mengundang tamu acara mereka para perajin
yang sudah sukses menekuni usaha tenun songket.
2. Kegiatan Pelatihan
Kegiatan pelatihan Terdiri atas beberapa tahapan :
a. Pengenalan alat menenun
Alat menenun disini yang di maksud yaitu alat tenun
bukan mesin (ATBM). Disini peserta di kenalkan dengan alat
tenun yang di gunakan untuk menenun, fungsi alat tenun itu
sendiri. Waktu yang di butuhkan dalam tahapan ini sekitar 2 hari.
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 40
b. Pengenalan motif
kegiatan ini dilakukan untuk mengenal motif Songket melayu Riau
yang sudah ada dari dulu yaitu motif Songket melayu Siak, Motif
songket melayu Pekanbaru, motif Songket Indragiri, sejarah dan
makna motif serta filosofi masing masing Songket itu sendiri.
Kegiatan ini hanya sebagai pengenalan agar para peserta
mengetahui seluk beluk motif kain songket melayu di Provinsi
Riau. Waktu yang di butuhkan tidak terlalu lama yaitu 1 Hari.
Pada tahapan pengenalan motif, peserta hanya di tuntut untuk
paham dengan motif-motif tersebut.
c. Praktek langsung pembuatan kain songket
Kegiatan ini merupakan tahapan yang paling penting
dalam proses pelatihan. Kegiatan proses cara pembuatan kain
songket terdiri dari berbagai poin dan aktivitas.
Kegiatan ini di pimpin langsung oleh instruktur untuk dan
di ikuti oleh peserta. Waktu yang di butuhkan dalam tahapan ini
yaitu sekitar 1 bulan.
d. Pengenalan Motif baru
Setelah para peserta mengetahui cara membuat kain
songket, tahapan selanjutnya yaitu bagaimana agar para peserta
dapat membuat motif baru dari motif yang sudah ada
sebelumnya. Hal ini penting untuk dilakukan agar masyarakat
konsumen dan para pecinta kain songket di luar sana tidak bosan
dengan kain songket yang mempunyai motif itu-itu saja.
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 41
Pada Tahapan inilah kreatiifitas masing masing peserta di
butuhkan, tetapi tetap di bimbing oleh instruktur pelatihan. Waktu
yang di butuhkan proses ini yaitu sekitar 15 hari.
e. Penyulapan
Setelah peserta dapat membuat selembar kain songket,
tahapan selanjutnya yaitu bagaimana peserta di bina untuk
berkreasi dengan merubah kain songket yang sebelumnya berupa
kain sarung, songket pada kegiatan ini di proses menjadi
berbagai macam produk dari kain songket yang di hasilkan tadi,
seperti tas, sepatu, ikat kepala, dompet dan lain lain. Tujuan dari
tahapan ini yaitu agar penggunaan songket tidak sebatas di pakai
untuk pakaian adat ataupun acara pernikahan, tapi bisa di sulap
menjadi produk lain yang mempunyai nilai ekonomis tentunya.
Beberapa daerah sudah melakukan kreatifitas ini dan hasilnya
tidak mngecewakan. Pemasukan para perajin pun meningkat
pesat mengingat konsumen sangat tertarik dengan produksi
songket yang jadikan berbagai kerajinan dan souvenir. Untuk
waktu yang di butuhkan proses ini yaitu 1 minggu (7 hari).
3. Pemasaran
Ini merupakan tahapan terakhir bagi peserta pelatihan. Di
tahapan ini peserta di bina bagaimana memasarkan produk kain
songket. Ini penting di lakukan agar ketika mereka mempunyai
usaha tenun sendiri, nantinya mereka dapat memasarkan produk
mereka secara mandiri. Mereka tidak kebingungan akan di bawa
kemana tenun songket mereka.
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 42
Program pelatihan hanya berupa seminar dan diskusi dengan
Instruktuur pelatihan. Waktu yang di butuhkan proses ini yaitu 3
hari.
NO JENIS KEGIATAN WAKTU YANG DI
BUTUHKAN
1. Proses pengenalan 2 Hari
2. Kegiatan pelatihan
a. Pengenalan alat Menenun 2 Hari
b. Pengenalan motif 1 Hari
c. praktek langsung pembuatan
kain songket 30 Hari
d. pengenalan motif baru 15 Hari
e. penyulapan 7 Hari
3. Pemasaran 3 Hari
Total 60 hari
Tabel 2.2 : jenis kegiatan dan waktu yang di butuhkan dalam
pelatihan pembuatan kain songket melayu Riau
Sumber : jurnal dengan judul “Program pelatihan Usaha tenun pada
masyarakat Desa Bukit Batu Kabupaten Bengkalis/hasbullah/fakultas
ushuluddin UIN SUSKA Riau,
Dan Analisa Penulis
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 43
2.4.3 Karakter Obyek
Karakter objek didapat dari pemahaman umum, literatur dan studi
banding, sehingga proyek ini punya identitas yang jelas. maka
karakter objek yang di dapat yaitu :
• Edukatif
- Didalamnya terdapat sarana Belajar.
Sarana belajar yang di maksud yaitu tahapan-tahapan / proses
pembuatan kain songket melayu Riau.
• Ikonik
- Karena memuat unsur Budaya yang Berciri khaskan
Budaya Melayu.
Karena Songket Melayu Riau Hanya dapat di temukan di
Provinsi Riau dan sekitarnya. Banyak motif-motif dan corak dari
songket melayu Riau di buat dengan dengan motif khas dari
Provinsi Riau.
• Kreatif
- Menciptakan Motif baru agar tidak terkesan Monoton.
Para peserta pelatihan di tuntut untuk memiliki jiwa kreatif yang
tinggi agar para peserta dapat terus mengembangkan motif dan
corak songket yang baru.
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 44
2.4.4 Karakter Pelaku
Karakter pelaku merupakan para Wanita yang beraktivitas di
dalam kawasan / wilayah obyek. Karakter pelaku wanita itu
sendiri mempunyai beberapa karakter yaitu :
• Mempunyai Jiwa Seni
Tidak hanya di tuntut bisa menguasai proses demi proses dalam
menenun kain songket, para perajin kain songket haruslah juga
memiliki bakat seni di dalam diri mereka.
• Tekun
Karena di dalam Proses ,menenun kain songket butuh kesabaran.
• Kreatif
Para Perajin peserta pelatihan juga di tuntut kreatif
mengembangkan kreasinya dalam menenun
2.4.5 Karakter Lokasi
Lokasinya yaitu berada di kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau.
Beberapa karakter dari Rokan Hilir sednri diantaranya :
• Kabupaten berjuluk NEGERI SERIBU KUBAH dimana
rata2 gedung pemerintahan disana menggunakan atap
kubah.
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA 45
• kabupaten yang sedang mencari jati diri baru setelah
sebelumnya jati diri sebagi kota penghasil ikan terbesar di
indonesia.
• Karakter Iklim : Panas,
2.4.6 Konsep Dasar
Konsep dasar di dapat dari 3 diatas, yaitu karakter Obyek,
Karakter pelaku dan Karakter Lokasi, maka di terbentuklah
konsep dasar yang akan menjadi pijakan dalam mendisain
kedepanya. Konsep dasar dari “Perancangan Fasilitas Pelatihan
pembuatan Kain songket melayu Riau”, yaitu :
“Khazanah Songket Melayu Dalam Balutan Identitas Modern”
Khazanah sendiri merupakan budaya suatu bangsa, dalam artian
lain Khazanah merupakan budaya melayu yang sudah ada sejak
lama di Rokan Hilir, dan kini Rokan Hilir mempunyai identitas
baru yaitu negeri 1000 kubah dengan balutan arsitektur nya yang
modern. Jadi makna dari “Khazanah Songket melayu dalam
balutan identitas modern yaitu penggabungan antara arsitektur
Tradisional melayu dan arsitektur modern yang kini menjadi
Identitas Baru Rokan Hilir Sebagai Julukan Negeri 1000 Kubah.