bab ii tinjauan pustaka ii.1 kebijakan ii.1.1 definisi ... · pdf filebab ii tinjauan pustaka...

38
II- 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kebijakan II.1.1 Definisi Kebijakan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990), definisi kebijakan adalah 1) kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan; 2) rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dan sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Sedangkan definisi kebijaksanaan adalah kepandaian menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuan). Wikipedia Indonesia (2007) mendefinisikan kebijakan publik adalah keputusan- keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik . Sebagai keputusan yang mengikat publik maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik , yakni mereka yang menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak. Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang di jalankan oleh birokrasi pemerintah. Fokus utama kebijakan publik dalam negara modern adalah pelayanan publik , yang merupakan segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak. Menyeimbangkan peran negara yang mempunyai kewajiban menyediakan pelayan publik dengan hak untuk menarik pajak dan retribusi ; dan pada sisi lain menyeimbangkan berbagai kelompok dalam masyarakat dengan berbagai kepentingan serta mencapai amanat konstitusi.

Upload: buinhu

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kebijakan

II.1.1 Definisi Kebijakan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990), definisi kebijakan adalah 1)

kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan; 2) rangkaian konsep dan asas yang

menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,

kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dan

sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis

pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Sedangkan definisi

kebijaksanaan adalah kepandaian menggunakan akal budinya (pengalaman dan

pengetahuan).

Wikipedia Indonesia (2007) mendefinisikan kebijakan publik adalah keputusan-

keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat

garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang

mengikat publik maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik,

yakni mereka yang menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya

melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak.

Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang di

jalankan oleh birokrasi pemerintah. Fokus utama kebijakan publik dalam negara

modern adalah pelayanan publik, yang merupakan segala sesuatu yang bisa

dilakukan oleh negara untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas

kehidupan orang banyak. Menyeimbangkan peran negara yang mempunyai

kewajiban menyediakan pelayan publik dengan hak untuk menarik pajak dan

retribusi; dan pada sisi lain menyeimbangkan berbagai kelompok dalam

masyarakat dengan berbagai kepentingan serta mencapai amanat konstitusi.

II-2

Siklus kebijakan publik sendiri bisa dikaitkan dengan pembuatan kebijakan,

pelaksanaan kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Kebijakan publik menunjuk pada

keinginan penguasa atau pemerintah yang idealnya dalam masyarakat demokratis

merupakan cerminan pendapat umum (opini publik). Untuk mewujudkan

keinginan tersebut dan menjadikan kebijakan tersebut efektif, maka diperlukan

sejumlah hal: pertama, adanya perangkat hukum berupa peraturan perundang-

undangan sehingga dapat diketahui publik apa yang telah diputuskan; kedua,

kebijakan ini juga harus jelas struktur pelaksana dan pembiayaannya; ketiga,

diperlukan adanya kontrol publik, yakni mekanisme yang memungkinkan publik

mengetahui apakah kebijakan ini dalam pelaksanaannya mengalami

penyimpangan atau tidak.

II.1.2 Kebijakan Perdagangan dalam Industri Otomotif

Krugman (1991) menguraikan insentif-insentif industri otomotif yang sudah

banyak digunakan di negara-negara berkembang pada umumnya, termasuk

Indonesia. Insentif-insentif tersebut meliputi:

1. Tarif

2. Pelarangan/kuota impor kendaraan jadi (completely build-up, CBU)

3. Pembatasan ekspor sukarela (voluntary exsport restraint, VER)

4. Persyaratan kandungan lokal (local requirement)

5. Subsidi ekspor dan subsidi kredit ekspor

6. Kompensasi ekspor

7. Pengadaan pemerintah (national procurement)

8. Hambatan-hambatan birokrasi (red-tape barriers)

II.1.2.1 Tarif

Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara

tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah. Tarif dapat

dikenakan secara spesifik (specific tariffs) sebagai beban tetap atas unit barang

yang diimpor, misalnya tarif sebesar $3 untuk setiap barel minyak impor. Tarif

II-3

juga dapat dikenakan secara ad valorem (ad valorem tariffs) atau tarif yang

dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang yang diimpor,

misalnya tarif sebesar 25% atas nilai mobil yang diimpor.

Dari sisi barang, tarif berperan seperti biaya pengangkutan. Tinjau dari

perekonomian Domestik dan Asing. Diasumsikan domestik adalah negara besar

yang pangsa impornya dalam perdagangan internasional cukup besar sehingga

mampu mempengaruhi harga dunia. Misalnya Domestik mengenakan pajak

sebesar $50 untuk setiap mobil yang diimpor, pengirim tak akan bersedia

mengangkut mobil kecuali kalau perbedaan harga di kedua pasar paling sedikit

$50. Tarif meningkatkan harga di domestik dan menurunkan harga di asing.

Pengenaan tarif dalam industri otomotif dilaksanakan dengan berbagai variasi di

tiap negara. Beberapa model pengenaan tarif adalah sebagai berikut:

a. Tarif bea masuk (BM) dan bea masuk tambahan (BMT) yang dikenakan

terhadap impor kendaraan jadi (CBU).

b. Tarif bea masuk terhadap komponen impor yang akan digunakan untuk

perakitan kendaraan di dalam negeri.

II.1.2.2 Pelarangan/Kuota Impor Kendaraan Jadi (completely build up, CBU)

Pembatasan impor (import quota) merupakan pembatasan langsung atas jumlah

barang yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya dilakukan dengan

memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan. Jika

impor dibatasi, akibat langsungnya adalah bahwa pada tingkat harga semula

(sebelum ada pembatasan) permintaan untuk barang yang bersangkutan lebih

besar dari penawaran domestik plus impor. Keadaan ini menyebabkan harga lebih

tinggi sampai kesetimbangan baru tercapai. Akhirnya, pembatasan impor akan

meningkatkan harga di dalam negeri yang besarnya sama dengan tarif yang

menurunkan impor ke tingkatan yang sama (kecuali dalam kasus monopoli di

dalam negeri, di mana pembatasan menyebabkan kenaikan harga yang lebih besar

lagi).

II-4

Perbedaan dampak dari kuota dan tarif adalah bahwa dengan kuota pemerintah

tak memperoleh pendapatan. Pemegang lisensi dapat mengimpor dan menjualnya

di dalam negeri dengan harga yang lebih tinggi. Keuntungan yang diperoleh

pemegang lisensi dikenal sebagai rente pembatasan (quota rente). Dalam

menghitung biaya dan manfaat dari pembatasan impor, masalah utamanya adalah

menentukan siapa yang memperoleh keuntungan. Jika hak menjual di pasaran di

dalam negeri diberikan kepada pemerintah negara pengekspor, seperti sering

terjadi, alih keuntungan ke luar negeri menyebabkan biaya kuota secara nyata

lebih besar dibandingkan dengan kasus tarif yang sepadan.

Ada dua catatan mengenai kebijakan otomotif di Indonesia. Catatan pertama

adalah, di Indonesia kebijakan kuota impor pernah dikombinasikan dengan tarif.

Dampak dari pengkombinasian ini adalah keuntungan (rents) yang berkaitan

dengan kuota lebih kecil dibandingkan dengan tanpa kombinasi atau dengan kata

lain, memungkinkan pemerintah Indonesia menyerap sebagian dari

keuntungannya. Catatan kedua adalah hak menjual lisensi impor di Indonesia

dialokasikan kepada beberapa perusahaan dagang milik negara. Dengan demikian

keuntungan yang tak diserap tarif jatuh secara tidak langsung kepada pemerintah

Indonesia.

II.1.2.3 Pembatasan Ekspor Sukarela (voluntary export restraint, VER)

VER adalah suatu pembatasan (kuota) atas perdagangan yang dikenakan oleh

pihak negara pengekspor dan bukan pengimpor. Contoh yang paling klasik adalah

pembatasan atas ekspor mobil ke Amerika Serikat yang dilakukan oleh Jepang.

VER pada umumnya dilaksanakan atas permintaan negara pengimpor dan

disepakati oleh negara pengekspor untuk mencegah pembatasan-pembatasan

perdagangan lainnya. VER mempunyai keuntungan-keuntungan politik dan legal

yang membuatnya menjadi perangkat kebijakan perdagangan yang lebih disukai

dalam beberapa tahun belakangan. Namun, dari sudut pandang ekonomi, VER

II-5

serupa dengan kuota impor di mana lisensi diberikan kepada pemerintah asing dan

karena itu sangat mahal bagi negara pengimpor.

VER selalu lebih mahal bagi negara pengimpor dibandingkan dengan tarif yang

membatasi impor dengan jumlah yang sama. Bedanya, apa yang menjadi

pendapatan pemerintah dalam tarif menjadi rent yang diperoleh pihak asing dalam

VER, sehingga VER nyata-nyata mengakibatkan kerugian. Perjanjian VER paling

tersohor di luar otomotif adalah Multifibre Arrangement, suatu kesepakatan untuk

membatasi ekspor tekstil ke Amerika Serikat dari 22 negara. Kesepakatan-

kesepakatan VER itu juga dikenal dengan Orderly Marketing Agreements (OMA).

II.1.2.4 Persyaratan Kandungan Lokal

Ketentuan kandungan lokal telah digunakan secara luas oleh negara-negara

berkembang yang berikhtiar mengalihkan basis manufaktur otomotifnya dari

perakitan kepada pengolahan bahan-bahan antara (intermediate goods) seperti

industri komponen.

Dari sisi pandang sebagian produsen domestik, peraturan-peraturan kandungan

lokal memberikan perlindungan dalam bentuk yang sama dengan kuota impor.

Namun dari sisi pandang perusahaan yang harus membeli di pasaran lokal,

dampaknya agak berbeda. Kandungan lokal tidak menetapkan suatu pembatasan

ketat atas impor. Peraturan ini membolehkan perusahaan-perusahaan mengimpor

lebih banyak, menyebabkan mereka juga harus membeli lebih banyak di pasar

domestik. Ini berarti, bagi perusahaan harga efektif dari input adalah rata-rata dari

harga input yang diimpor dan yang diproduksi di dalam negeri.

Misalkan biaya impor suku cadang mobil Timor sebesar $6.000. Misalkan juga

harga suku cadang dalam negeri $10.000, tetapi Kia Timor Motor hanya

diharuskan menggunakan 50% suku cadang domestik. Dengan demikian

perusahaan-perusahaan perakitan akan menanggung biaya rata-rata suku cadang

II-6

sebesar 0,5 x $6.000 + 0,5 x $10.000 = $8.000, yang akan tercermin dalam harga

akhir mobil.

Hal yang penting bahwa persyaratan kandungan lokal tidak menciptakan baik

pendapatan pemerintah atau rente kuota; melainkan perbedaan antara harga impor

dan harga barang domestik mengakibatkan harga rata-rata barang akhirnya lebih

tinggi dibandingkan dengan harga impor, dan ini dibebankan kepada konsumen.

Suatu temuan menarik dari peraturan kandungan lokal adalah dimungkinkannya

peluang untuk berkelit dari ketentuan ini dengan tidak menggunakan suku cadang

lokal dan kemudian tidak menjual produk akhirnya di dalam negeri melainkan

mengekspornya.

Di Indonesia, program kandungan lokal ini dimulai sejak akhir 1970-an ketika

Departemen Perindustrian memperkenalkan program “lokalisasi” atau program

“penanggalan” (deletionn program). Berdasarkan program ini, ditetapkanlah

jadwal penghapusan (deletion schedule) atas dasar barang-per barang (on an item-

by-item basis), yakni perusahaan perwakilan lokal diharuskan secara progresif

menggunakan bagian dan komponen buatan lokal yang semakin lama semakin

banyak dalam perakitan barang akhir (final goods) sebagaimana ditetapkan oleh

jadwal penghapusan untuk industri tertentu itu.

II.1.2.5 Subsidi Ekspor dan Subsidi Kredit Ekspor

Subsidi ekspor adalah pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan atau

perseorangan yang menjual ke luar negeri. Seperti tarif, subsidi ekspor dapat

berbentuk spesifik (nilai tertentu per unit barang) atau ad valorem (persentase dari

nilai yang diekspor). Jika pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim akan

mengeskpor barang sampai batas di mana selisih harga domestik dan harga luar

negeri sama dengan nilai subsidi.

II-7

Subsidi kredit ekspor hampir serupa dengan subsidi ekspor, hanya saja wujudnya

dalam pinjaman yang disubsidi kepada pembeli. Amerika Serikat seperti juga

kebanyakan negara, memiliki suatu lembaga pemerintah, Export-Import Bank,

yang diarahkan untuk paling tidak memberikan pinjaman-pinjaman yang disubsidi

untuk membantu ekspor.

II.1.2.6 Kompensasi Ekspor (export requirement)

Kebijakan kompensasi ekspor adalah persyaratan yang mengharuskan perakitan-

perakitan otomotif domestik untuk mengekspor hasil produksi industri kendaraan

bermotor sesuai dengan nilai komponen yang diimpor.

Kebijakan kompensasi ekspor di Filipina dikombinasikan dengan kebijakan-

kebijakan lain menjadikan Filipina sebagai salah satu negara yang memiliki

industri otomotif yang cukup proteksionis. Kebijakan-kebijakan tersebut adalah

pengenaan bea masuk impor komponen yang tinggi, persyaratan menggunakan

kandungan lokal, dan pelarangan impor kendaraan jadi.

Model proteksi yang dibuat adalah untuk menilai pengaruh larangan impor

kendaraan jadi, persyaratan kandungan lokal, juga persyaratan ekspor dan

interaksi di antara kebijakan-kebijakan tersebut. Model proteksi ini menggunakan

analisis penawaran dan permintaan pada pasar persaingan sempurna. Dengan

adanya kebijakan tersebut, maka harga kendaraan rakitan domestik menjadi:

)(*)(1(*)1(

SA

A QVPcPcPcPcXktkPcP

……………………………………(II.1)

AP : harga kendaraan dalam negeri

CP : harga komponen dalam negeri

*CP : harga komponen impor

tk : tarif bea masuk komponen impor

Xk : nilai persyaratan ekspor komponen

II-8

: jenis komponen yang dipakai

: fraksi kandungan komponen lokal

II.1.2.7 Pengadaan Pemerintah (national procurement)

Pembelian-pembelian oleh pemerintah atau perusahaan-perusahaan yang diatur

secara ketat dapat diarahkan pada barang-barang yang diproduksi di dalam negeri

meskipun barang-barang tersebut lebih mahal daripada yang diimpor. Contoh

klasik adalah surat edaran pemerintah yanpg mewajibkan pembelian sedan Timor

sebagai replika KIA Sephia terhadap seluruh instansi pemerintah dari pusat

sampai daerah pada pertengahan 1990-an.

II.1.2.8 Hambatan-Hambatan Birokrasi (red-tape barriers)

Sejalan dengan berlakunya perdagangan bebas, pemerintah suatu negara yang

tetap berusaha melindungi industri otomotif domestiknya akan melakukannya

secara informal. Berbagai macam hal bisa dilakukan untuk membelitkan standar

kesehatan, keamanan, kualitas, lingkungan, hak-hak pekerja dan prosedur pabean

sedemikian rupa sehingga merupakan perintang dalam perdagangan. Misalkan

pemerintah mensyaratkan perlindungan hak pekerja dan audit lingkungan bagi

setiap industri kendaraan bermotor yang ingin mengekspor produknya ke

Indonesia. Atau pemerintah mengharuskan bongkar muat mobil impor hanya bisa

dilakukan di pelabuhan Sabang yang hanya memiliki fasilitas kepabeanan yang

minim sehingga menghambat kelancaran sekaligus mengurangi jumlah kendaraan

impor.

II.2 Sistem

II.2.1 Pengertian Sistem

Forrester (1968) mendefinisikan sistem sebagai sekelompok komponen yang

beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Law & Kelton

II-9

(2000) mendefinisikan sistem sebagai sekumpulan entities yang bertindak dan

berinteraksi bersama-sama untuk memenuhi tujuan akhir yang logis. Daellenbach

(1995) mengemukakan bahwa sistem merupakan sekumpulan entities (barang

maupun orang) yang berhubungan satu sama lain menurut cara tertentu dan

diorganisasikan untuk suatu tujuan.

Dari ketiga definisi mengenai sistem di atas, terlihat adanya persamaan tentang

pengertian sistem. Sistem terbentuk atas berbagai komponen yang membentuk

suatu interaksi yang khas untuk mencapai tujuan tertentu. Dikatakan khas karena

interaksi terjadi menurut suatu cara tertentu sehingga dapat dibedakan dengan

interaksi-interaksi lain di luar sistem yang dimaksud. Untuk tujuan yang berbeda,

komponen-komponen yang sama mungkin akan bereaksi dengan cara berbeda.

Keadaan sistem, selain dipengaruhi oleh perubahan di dalam sistem juga

dipengaruhi oleh perubahan di luar sistem. Lingkungan sistem merupakan istilah

yang digunakan untuk menggambarkan suatu lingkungan tempat aktivitas terjadi

dan dapat mempengaruhi kondisi sistem tersebut. Aktivitas yang terjadi di dalam

sistem itu sendiri disebut aktivitas endogen dan aktivitas yang terjadi di luar

sistem disebut aktivitas eksogen (Sushil, 1993).

II.2.2 Sistem Terbuka dan Sistem Tertutup

Sushil (1993) mengklasifikasikan sistem menjadi dua, yaitu sistem terbuka (open

loop system) dan sistem tertutup atau sistem dengan umpan balik (feed back loop

systems).

Sistem terbuka memiliki karakteristik bahwa output yang dihasilkan merupakan

tanggapan atas input yang diberikan, tetapi output ini terisolasi dan tidak memiliki

pengaruh terhadap input selanjutnya. Dalam sistem terbuka, kejadian masa lalu

tidak memiliki kendali terhadap kejadian yang akan datang sehingga sistem

terbuka tidak memiliki fungsi observasi terhadap performansi yang telah dicapai.

Sedangkan dalam sistem tertutup, perilaku sistem dipengaruhi oleh output yang

II-10

telah dikeluarkan sebelumnya. Sistem tertutup mempunyai struktur loop tertutup

yang membawa informasi kejadian masa lalu dan digunakan untuk

mengendalikan kejadian yang akan datang. Suatu sistem tertutup dapat

menghasilkan dinamika yang dihasilkan oleh tanggapan sistem terhadap perilaku

eksternal. Dinamika dalam sistem tertutup ini dihasilkan oleh suatu usaha sistem

untuk mengendalikan kondisinya dalam menghadapi variasi eksternal. Gambaran

perbandingan pemecahan masalah dengan pendekatan sistem terbuka (open loop

systems) dan sistem tertutup (feed back loop systems) dapat dilihat pada Gambar

II.1.

Gambar II.1. Pendekatan sistem terbuka dan sistem tertutup

(Richardson & Pugh, 1983)

Pemecahan masalah dengan pendekatan sistem terbuka dilakukan dengan urutan

problem – plan – action. Hal yang sering terlupakan dalam pemecahan masalah

ialah bahwa tindakan koreksi yang kita lakukan akan mengubah kondisi sistem

dan memunculkan permasalahan baru. Pendekatan ini disebut sebagai pendekatan

sistem tertutup (feed back loop) seperti ditunjukkan dengan adanya garis putus-

putus pada Gambar II.1 di atas. Sebuah loop umpan balik yang akan mengatur

suatu sistem, membutuhkan dua faktor untuk menjalankan operasinya, yaitu:

Perbedaan antara hasil aktual dan hasil yang diinginkan; dan

Kebijakan yang menentukan aksi yang dilakukan pada suatu perbedaan

II.3 Model

Suatu sistem dipelajari karena adanya kebutuhan untuk mengkaji hubungan antar

berbagai komponen atau memprediksi performansi sistem tersebut pada berbagai

kondisi yang berbeda. Gambar II.2. menggambarkan cara mempelajari sistem.

II-11

Gambar II.2. Cara mempelajari suatu sistem (Law & Kelton, 2000)

Jika pengubahan sistem secara fisik dan pengoperasiannya dalam kondisi-kondisi

baru dimungkinkan cukup murah, maka eksperimen dengan sistem nyata

merupakan cara terbaik, karena tidak terdapat keraguan mengenai masalah

relevansi. Namun hal ini jarang sekali dapat dilakukan karena eksperimen

semacam ini terlalu mahal dan dapat menganggu sistem yang bersangkutan. Atau

terkadang sistem yang dipelajari itu sendiri belum ada (not exist), sehingga

diperlukan suatu model yang dapat merepresentasikan sistem nyata. Dalam

penggunaan model, selalu timbul pertanyaan mengenai validitas model, yaitu

apakah model tersebut telah dapat merefleksikan sistem secara akurat atau tidak.

II.3.1 Model Fisik dan Model Matematik

Model fisik atau model ikonik jarang digunakan dalam penelitian operasional dan

analisis sistem. Namun model fisik cukup berguna untuk mempelajari sistem

rekayasa atau manajemen. Model yang banyak digunakan adalah model

matematik. Model ini merepresentasikan suatu sistem dalam relasi-relasi logis dan

kuantitatif yang kemudian dimanipulasi dan diubah untuk melihat reaksi dari

model tersebut. Dengan demikian dapat diperkirakan bagaimana sistem nyata dari

model itu bereaksi jika model matematik dari sistem tersebut merupakan model

yang valid.

II-12

II.3.2 Simulasi

Model simulasi telah banyak digunakan dalam berbagai bidang, namun suatu

metodologi tidak pernah ada yang ideal. Law & Kelton (2000) menguraikan

beberapa kelebihan dan kelemahan metode simulasi untuk digunakan dalam

memodelkan dan merepresentasikan sistem nyata. Kelebihan sistem simulasi

dalam merepresentasikan sistem nyata antara lain:

Kebanyakan sistem kompleks yang ditemui dalam dunia nyata memiliki

elemen-elemen stokastik yang tidak dapat direpresentasikan dengan model

matematik dan dievaluasi secara analitik, sehingga simulasi menjadi salah satu

alternatif untuk mempelajari sistem ini.

Melalui simulasi dapat didiagnosa permasalahan, karena dengan simulasi kita

dapat memahami dengan baik interaksi antar variabel yang membentuk sistem

kompleks. Hal ini akan meningkatkan pemahaman kita pada dampak yang

ditimbulkan oleh setiap variabel terhadap performansi sistem secara

keseluruhan.

Simulasi dapat digunakan untuk mengestimasi performansi suatu sistem pada

berbagai kondisi operasi yang diinginkan dengan menerapkan kebijakan,

prosedur atau metode baru tanpa menganggu sistem nyatanya.

Kita dapat membandingkan beberapa rancangan alternatif sekaligus melalui

model simulasi untuk memilih rancangan terbaik sesuai dengan persyaratan

yang diinginkan.

Simulasi menyediakan pembuat kebijakan suatu tool untuk bekerja di

lingkungan maya dimana mereka dapat menganalisis efek dari kebijakan yang

mereka susun di masa depan.

Dalam simulasi dimungkinkan untuk melakukan kontrol yang lebih baik

terhadap kondisi eksperimen dibandingkan bila eksperimen dilakukan

langsung terhadap sistem nyatanya.

Simulasi memungkinkan kita untuk mempelajari suatu sistem atau fenomena

yang belum pernah ada sebelumnya.

II-13

Simulasi dapat digunakan secara sarana untuk training bagi tim kerja dalam

rangka memperkenalkan metode atau kebijakan baru yang akan diterapkan

pada suatu sistem.

Sedangkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki metode simulasi antara lain:

Untuk membangun model simulasi yang valid dan dapat merepresentasikan

sistem nyata, diperlukan latihan khusus bagi pembuat model.

Hasil simulasi kemungkinan sulit untuk diintepretasikan, karena sebagian

besar output simulasi merupakan variabel random (karena didasarkan pada

input yang random pula) sehingga sulit untuk menentukan apakah observasi

merupakan hasil dari hubungan dalam sistem atau karena efek random.

Untuk membangun dan menganalisis model simulasi, terkadang mahal dan

diperlukan waktu yang panjang.

Banyaknya output yang dihasilkan dari studi simulasi atau dampak persuasif

dari animasi realistik seringkali menimbulkan tendensi untuk memberikan

kepercayaan yang terlalu besar pada hasil studi dibandingkan dengan hasil

justifikasi yang didasarkan pada pengalaman.

II.4 Sistem Dinamis

Forrester (1961) mendefinisikan dinamika industri sebagai berikut: ”Dinamika

industri adalah penelitian tentang karakter informasi umpan balik pada sistem

industri dan menggunakan model untuk merancang bentuk organisasi yang lebih

baik dalam penentuan kebijakan”.

Forrester (1961) menjelaskan konsep dasar dinamika sistem secara detail dalam

bentuk yang lebih teknis dengan menguraikan teori matematika dalam sistem

umpan balik. Awalnya, penggunaan pendekatan sistem dinamis dipusatkan pada

permasalahan yang timbul di dalam perusahaan. Akan tetapi tingkat perubahan

dalam sistem menjadi lebih cepat dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi

para pengambil keputusan pun makin meningkat. Sehingga pada perkembangan

selanjutnya, digunakan istilah System Dynamics untuk memberi arti yang lebih

II-14

umum yaitu pemakaian sistem dinamis pada berbagai bidang, baik dalam

pengetahuan alam maupun sosial.

Metode sistem dinamis telah diaplikasikan pada berbagai permasalahan baik

dalam sektor publik maupun swasta. Perusahaan-perusahaan besar dan sektor

pemerintah menggunakan sistem dinamis dalam perancangan kebijakan dan

strategi serta pengambilan keputusan taktis dan operasional. Permasalahan yang

dapat diaplikasikan pada sistem dinamis minimal memiliki dua sifat umum, yaitu

permasalahan tersebut bersifat dinamis, artinya masalah-masalah yang melibatkan

kuantitas yang berubah sepanjang waktu seperti pertumbuhan penduduk,

pertumbuhan ekonomi nasional dan fluktuasi harga; serta masalah yang

melibatkan ide umpan balik yang ditandai dengan adanya pengiriman dan

pengembalian informasi.

Meadows, et al (1982) di dalam Sterman (2000) mengungkapkan bahwa prinsip

sentral dari sistem dinamis adalah untuk memeriksa permasalahan dengan

perspektif yang berbeda dengan memperluas batasan dari mental model dari para

pengambil kebijakan. Dengan demikian diharapkan pengambil kebijakan dapat

mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dan efek samping dari aksi yang

dilakukan, termasuk implikasinya terhadap lingkungan, budaya dan moral.

Metode sistem dinamis menyediakan sarana untuk memperbaiki performansi.

Pendekatan ini tidak hanya mempermasalahkan pengalokasian sumber, tetapi juga

memahami perilaku yang terjadi. Selanjutnya berdasarkan pemahaman perilaku

tersebut, dilakukan perancangan kebijakan untuk memperbaiki perilaku yang

tidak dikehendaki.

II.4.1 Dasar Metodologi Sistem Dinamis

Metodologi dinamika sistem dibangun atas dasar tiga latar belakang disiplin yaitu

manajemen tradisonal, cybernetics, dan simulasi komputer (Sushil, 1993). Prinsip

dan konsep dari ketiga disiplin ini dipadukan untuk membangun sebuah

metodologi untuk memecahkan permasalahan manajerial secara holistik,

II-15

menghilangkan kelemahan dari masing-masing disiplin dan menggunakan

kekuatan setiap disiplin untuk membentuk suatu sinergi. Dasar metodologi

dinamika sistem dan input yang diberikan terhadap model dinamika sistem dapat

dilihat pada Gambar II.3.

Gambar II.3. Dasar metodologi dinamika sistem (Sushil, 1993)

Manajemen Tradisional

Manajemen tradisional adalah dunia nyata dari para praktisi manajerial yang

mengandalkan pengalaman dan penilaian dari para manajer. Dasar utama dari

manajemen tradisional adalah basis data mental dan model mental dengan

kekuatan utama pada kekayaan informasi kualitatif yang didapat dari pengamatan

dan pengalaman para manajer.

Cybernetics

Cybernetics adalah ilmu mengenai komunikasi dan kontrol yang didasari oleh

teori umpan balik. Kekayaan informasi yang terkandung dalam basis data mental

tidak dapat digunakan secara efektif tanpa adanya prinsip pemilihan informasi

yang relevan dan strukturisasi informasi. Dengan adanya cybernetics, informasi

yang ada dapat difiltrasi dan dihubungkan satu sama lain untuk membentuk

struktur kausal dan umpan balik di dalam sistem.

II-16

Simulasi Komputer

Simulasi komputer digunakan untuk mempelajari konsekuensi yang dihasilkan

oleh perilaku dinamis dari suatu sistem. Perkembangan yang pesat dalam dunia

komputer membuat simulasi dapat dilakukan dengan biaya yang rendah.

II.4.2 Struktur dan Perilaku Sistem Dinamis

Perilaku dinamis yang fundamental dalam sistem dinamis meliputi exponential

growth, goal seeking dan oscillation (Sterman, 2000). Exponential growth timbul

dari feedback positif (self inforcing feedback). Pada perilaku exponential growth,

kuantitas yang lebih besar (kecil) akan mengakibatkan net change yang besar

(kecil) pula. Namun tidak ada kuantitas real yang dapat tumbuh selamanya.

Karena itu, loop negatif dibutuhkan untuk membatasi pertumbuhan kuantitas ini.

Loop negatif meliputi proses perbandingan antara kondisi aktual dengan kondisi

yang diinginkan untuk kemudian diambil tindakan koreksi. Dalam konteks ini,

sistem memiliki perilaku goal seeking yaitu perilaku yang timbul karena adanya

feedback negatif (self controlling feedback). Perilaku ini menggambarkan suatu

sistem yang berusaha mencapai kondisi equilibrium. Sementara oscillation

muncul dari feedback negatif dengan time delay yang signifikan. Selama time

delay, dalam mengidentifikasi efek dari aksi yang kita ambil, tindakan koreksi

terus dilakukan untuk mengembalikan sistem ke kondisi equilibrium atau keadaan

yang diinginkan (goal) dari sistem bahkan setelah dicapainya kondisi equilibrium.

Sementara itu, interaksi non linear antar struktur umpan balik akan

membangkitkan pola perilaku sistem yang lebih komplek (Sterman, 2000).

Perilaku sistem yang ditimbulkan oleh interaksi non linear ini meliputi S-shaped

growth, S-shaped growth with overshoot dan overshoot and collapse. Struktur dan

perilaku dinamis suatu sistem dapat dilihat pada Gambar II.4.

II-17

Gambar II.4. Struktur dan perilaku sistem dinamis (Sterman, 2000)

II-18

II.4.3 Proses Pemodelan Sistem Dinamis

Dalam kerangka berpikir sistem dinamis, permasalahan dalam suatu sistem dilihat

tidak disebabkan oleh pengaruh luar (exogenous explaination) namun dianggap

disebabkan oleh struktur internal sistem (endogenous explaination). Fokus utama

dari metodologi dinamika sistem adalah memperoleh pemahaman atas suatu

sistem (Gambar II.5).

Gambar II.5. Kerangka berpikir sistem dinamis (Sushil, 1993)

Model akan sangat efektif jika dirancang untuk permasalahan atau bagian kecil

dari sebuah sistem daripada untuk pemodelan seluruh sistem itu sendiri. Sterman

(2000) mengungkapkan ”always models are problem, never model a system”.

Dalam pemodelan dinamika sistem, pemecahan masalah meliputi enam langkah

(Sushil, 1993; Sterman, 2000):

1. Identifikasi dan definisi masalah

2. Konseptualisasi sistem

3. Formulasi model

4. Simulasi dan validasi model

II-19

5. Analisis kebijakan dan perbaikan

6. Implementasi kebijakan

Pemahaman atas sistem melahirkan identifikasi dan definisi atas permasalahan

yang terjadi dalam sistem tersebut. Pada tahapan ini, penting bagi pembuat model

untuk mengidentifikasi tujuan pemodelan dengan jelas. Identifikasi tujuan yang

jelas berdasarkan permasalahan di dalam sistem membantu dalam membuat

kerangka model. Konseptualisasi sistem kemudian dilakukan atas dasar

permasalahan yang didefinisikan. Ini akan menimbulkan pemahaman yang lebih

mendalam atas sistem yang selanjutnya mungkin akan menimbulkan redefinisi

masalah sampai konseptualisasi sistem dapat dinyatakan diterima. Didasari atas

konseptualisasi sistem ini, selanjutnya model diformulasikan secara detail dalam

persamaan matematik. Formulasi terus berlangsung dengan tujuan mendapatkan

model logis yang dapat merepresentasikan sistem nyata. Kemudian model

disimulasikan dan dilakukan validasi yang juga akan menimbulkan umpan balik

tentang pemahaman sistem. Hasil validasi kemudian akan menimbulkan proses

perbaikan dan reformulasi model. Akhirnya dilakukan analisis kebijakan pada

model yang telah valid dan ini akan menambah pemahaman atas sistem.

Kebijakan menimbulkan perbaikan selanjutnya diimplementasikan dan feed back

dari sistem nyata diperoleh, yang pada akhirnya juga akan menambah pemahaman

atas sistem. Seluruh langkah ini dan alat-alat operasional yang digunakan dapat

dilihat pada Gambar II.6.

II-20

Analisis situasi

Pernyataan atassituasi permasalahn

Diagram hubungankausal

Diagram sub sistem

Diagram strukturkebijakan

Diagram alir

Persamaanmatematis

Simulasi dan validasi

Analisis kebijakan danpengembangan

skenario

Perbaikan kebijakan

Implementasikebijakan baru

Kua

litat

ifK

uan

titat

ifK

ualit

atif

+K

uan

titat

if

Langkah 1:Identifikasi dan definisi

masalah

Langkah 2:Konseptualisasi sistem

Langkah 3:Formulasi model

Langkah 4:Simulasi dan validasi

Langkah 5:Analisis kebijakan dan

perbaikan

Langkah 6:Implementasi

Gambar II.6. Langkah-langkah dalam metodologi dinamika sistem

(Sushil, 1993)

Sama halnya dengan bentuk model yang lain, model sistem dinamis digunakan

untuk merepresentasikan sistem nyata yang akan digunakan untuk memperoleh

perilaku sistem pada berbagai kondisi yang berbeda-beda. Model ini

menggunakan tiga cara berkomunikasi dalam merepresentasikan suatu sistem dan

mengikuti urutan yang logis, yang dapat dilihat pada Gambar II.7.

II-21

Gambar II.7. Cara merepresentasikan sistem nyata (Sushil, 1993)

II.4.4 Diagram dalam Model Sistem Dinamis

Berbagai jenis variabel saling berhubungan dan membentuk struktur umpan balik

dalam sistem. Hubungan-hubungan ini direpresentasikan dalam bentuk diagram

untuk melihat struktur sistem. Diagram-diagram yang tersedia dalam model

dinamika sistem digunakan untuk membantu pengertian atas struktur

permasalahan yang terjadi. Berbagai bentuk diagram yang digunakan adalah:

Diagram sub sistem (sub system diagram)

Diagram kausal (causal loop diagram)

Diagram struktur kebijakan (policy structure diagram)

Diagram alir (flow diagram)

II.4.4.1 Diagram Sub Sistem

Diagram sub sistem menunjukkan arsitektur model secara keseluruhan. Diagram

sub sistem dibuat dengan tujuan untuk merepresentasikan hubungan alir antara

sub sistem-sub sistem dari suatu situasi permasalahan pada tingkat agregat.

Representasi yang dilakukan meliputi struktur suatu sistem dalam bentuk sub

sistem yang terlibat dan hubungan di dalam sistem berupa aliran sumber seperti

II-22

material, tenaga kerja, order, uang, informasi dan sebagainya. Diagram sub sistem

memberikan gambaran luas atas struktur aliran yang terjadi dalam suatu sistem

dan usaha yang dikeluarkan untuk membangunnya relatif mudah. Gambar II.8.

menjelaskan simbol-simbol yang dipergunakan dalam diagram sub sistem.

Dalam diagram sub sistem, jika terdapat dua, tiga atau lebih sub sistem yang

bergabung dan membentuk sub sistem yang lain, maka dapat digunakan persegi

panjang yang lebih besar untuk merepresentasikan sub sistem tersebut gambaran

tipikal diagram sub sistem dengan tiga sub sistem A, B dan C dimana sub sistem

A dan B membentuk sub sistem D dapat dilihat pada gambar II.9.

Gambar II.8. Simbol dalam diagram sub sistem (Sushil, 1993)

Gambar II.9. Tipikal diagram sub sistem (Sushil, 1993)

Representasi yang dilakukan pada diagram sub sistem memiliki beberapa

kelemahan utama, yaitu:

II-23

Diagram sub sistem tidak memberikan gambaran umpan balik yang terjadi

dalam sistem,

Jenis variabel yang tidak terlihat,

Tidak menggambarkan struktur keputusan atau kebijakan.

II.4.4.2 Diagram Hubungan Kausal

Diagram hubungan kausal merepresentasikan cara kerja suatu sistem. Tujuan

utama diagram hubungan kausal adalah untuk menggambarkan hipotesis kausal

dalam pengembangan model dimana struktur sistem direpresentasikan ke dalam

bentuk agregat. Diagram ini digunakan untuk membantu pembuat model dalam

mengkomunikasikan struktur umpan balik serta asumsi-asumsi yang mendasari

pengembangan model.

Melalui diagram hubungan kausal, kita dapat melihat pengaruh suatu variabel atas

variabel lainnya. Pengaruh ini dapat berupa hubungan positif atau negatif.

Hubungan pengaruh (sebab dan akibat) ini ditandai dengan notasi ”+” (positif)

atau ”-” (negatif) pada ujung panah diagram hubungan kausal. Goodman (1984) di

dalam Sushil (1993) menjelaskan aturan untuk menentukan notasi dalam diagram

hubungan kausal:

Tanpa memperhatikan variabel-variabel lainnya jika perubahan pada satu

variabel mempengaruhi variabel lainnya dengan arah perubahan yang sama,

maka hubungan antar variabel ini dinyatakan dengan tanda ”+” (positif)

Dengan tetap tidak memperhatikan variabel yang lain, jika perubahan pada

satu variabel mempengaruhi variabel lainnya dengan arah perubahan yang

berbeda, maka hubungan antar variabel ini dinyatakan dengan tanda ”-”

(negatif)

Jika beberapa hubungan kausal digabungkan dan ditemukan bahwa terdapat suatu

alur yang berawal dan berakhir pada variabel yang sama, maka kita dapat

mengidentifikasikan sebuah loop umpan balik sebab akibat. Loop umpan balik ini

II-24

memiliki polaritas yang ditentukan oleh hubungan-hubungan kausal di dalamnya.

Polaritas dalam diagram hubungan kausal mendeskripsikan struktur sistem dan

bukan perilaku dari variabel-variabel yang terlibat. Loop memiliki polaritas positif

jika jumlah hubungan kausal negatif dalam loop tersebut adalah nol atau genap.

Sebaliknya, loop memiliki polaritas nagatif bila jumlah hubungan kausal negatif

yang terjadi adalah ganjil. Suatu situasi permasalahan biasanya akan terdiri dari

beberapa loop umpan balik yang saling berhubungan dan hal ini dikenal dengan

istilah sistem umpan balik. Pada Gambar II.10 dapat dilihat contoh sistem umpan

balik dalam diagram hubungan kausal.

PopulasiTingkat kelahiran Tingkat kematian

Fraksi tingkatkelahiran

Fraksi tingkatkelahiran

+

++ ++

-

+ -

Gambar II.10. Contoh diagram hubungan kausal (Sterman, 2000)

Diagram hubungan kausal memiliki beberapa kelemahan (Sushil, 1993), yaitu:

Tidak membedakan antara sub sistem fisik dan sub sistem informasi

Tidak membedakan antara level dan rate

Tidak menggambarkan keterangan rinci tentang jenis dari setiap variabel

Diagram ini sulit digunakan untuk menggambarkan keputusan yang akan

diambil atau kebijakan yang terlibat

II.4.4.3 Diagram Struktur Kebijakan

Diagram struktur kebijakan digunakan untuk menggambarkan struktur

keseluruhan dari kebijakan-kebijakan yang terdapat dalam sistem,

menggambarkan keputusan-keputusan yang diatur oleh kebijakan tersebut dan

elemen-elemen informasi yang mengatur kebijakan. Morecroft (1982) dalam

Sushil (1993) menyatakan bahwa diagram struktur kebijakan dan diagram sub

II-25

sistem relatif baru dikembangkan untuk dijadikan kerangka keputusan inheren

dalam situasi manajerial. Diagram struktur kebijakan untuk seluruh sub sistem

biasanya dibangun secara terpisah dan hubungan antar sub sistem ditunjukkan

dalam diagram. Kemudian diagram-diagram tersebut disatukan untuk membentuk

diagram struktur kebijakan untuk seluruh sistem.

II.4.4.4 Diagram Alir

Tujuan utama diagram alir adalah untuk merepresentasikan struktur aliran secara

rinci dari sistem dalam bentuk struktur kebijakan yang baik sehingga dapat

digunakan untuk menyusun model matematik. Diagram ini memiliki tingkat

ketelitian yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis diagram-diagram yang

lain (Sterman, 2000). Struktur umum diagram alir dapat dilihat pada gambar II.11.

Diagram alir memiliki kelebihan antara lain (Sushil, 1993); Sterman (2000):

Telah membedakan antara sub sistem fisik dan sub sistem informasi,

Telah membedakan setiap jenis variabel yang digunakan yaitu level atau

stock, rate dan auxiliary dengan simbol yang berbeda,

Memiliki hubungan satu-satu dengan persamaan matematik,

Mengindikasikan adanya delay dalam sistem,

Menunjukkan adanya smoothing terhadap beberapa variabel,

Menunjukkan dengan jelas jenis fungsi-fungsi khusus yang digunakan dalam

persamaan matematik.

Gambar II.11. Struktur umum diagram alir (Sterman, 2000)

II-26

II.4.5 Variabel dalam Model Sistem Dinamis

Terdapat tiga jenis variabel utama dalam metode sistem dinamis yang harus

diperlihatkan oleh pembuat model. Ketiga variabel utama tersebut adalah level

atau stock, rate dan auxiliary. Stock (level) dan rate merupakan variabel sentral

dalam dinamika sistem, sedangkan auxiliary merupakan variabel pelengkap

secara teoritis yang menjelaskan secara lebih rinci pada variabel yang lain. Di

samping ketiga variabel di atas, variabel lain yang digunakan dalam persamaan

model sistem dinamis adalah konstanta, yaitu nilai yang tidak berubah atau

mengalami perubahan yang sangat lambat selama kurun waktu simulasi. Ketiga

jenis variabel utama dan aliran yang terjadi antar variabel dapat dilihat pada

Gambar II.12.

Gambar II.12. Jenis variabel dalam model sistem dinamis (Sushil, 1993)

II.4.5.1 Variabel Level atau Stock

Variabel level atau stock merepresentasikan akumulasi atau integrasi suatu aliran

dari waktu ke waktu. Aliran tersebut dapat berupa aliran fisik seperti aliran

material, uang dan orang maupun aliran yang sifatnya intangible seperti aliran

informasi. Stock menyatakan state dari sistem yang menyediakan informasi bagi

pengambilan keputusan untuk melakukan suatu tindakan. Stock hanya dapat

II-27

berubah melalui variabel rate. Stock merupakan akumulasi aliran masuk (inflow)

dikurang aliran keluar (outflow) stock berada pada kondisi equilibrium ketika

tidak terjadi pada perubahan stock yang berarti total inflow sama dengan total

outflow.

II.4.5.2 Variabel Rate

Jika stock menyatakan state dari suatu sistem, maka variabel rate pada dasarnya

merupakan variabel keputusan yang diatur oleh satu atau lebih struktur kebijakan.

Rate merupakan satu-satunya variabel yang dapat mengubah stock dan

menentukan aliran masuk atau keluar, baik dari dan menuju stock. Rate tidak

dapat diukur secara langsung pada suatu titik waktu tertentu melainkan diukur

melalu selang waktu.

II.4.5.3 Variabel Auxiliary

Variabel auxiliary adalah persamaan derivatif yang merupakan fungsi dari

variabel lain, baik berupa konstanta maupun variabel eksogen. Dengan auxiliary,

kita dapat merepresentasikan suatu struktur kebijakan secara lebih baik dan jelas.

Jika variabel auxiliary dihilangkan maka detail dari struktur kebijakan tidak dapat

tergambar di dalam model.

II.4.6 Persamaan Matematik untuk Stock (Level) dan Rate

Stock (level) mengakumulasi atau merupakan integrasi dari rate. Net flow ke stock

menyatakan tingkat perubahan dari stock. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan

dalam persamaan integral di bawah ini:

)()()()( 0

0

tStockdssOutflowsInflowtStockt

t

..........................................(II.2)

II-28

Persamaan integral di atas ekivalen dengan persamaan diferensial yang

menyatakan bahwa nat rate perubahan dari stock adalah inflow dikurangi outflow.

)()()( tOutflowtInflowdt

Stockd ....................................................................(II.3)

II.4.7 Pengujian Model Sistem Dinamis

Validasi model sistem dinamis pada dasarnya adalah suatu proses membangun

kepercayaan pada kegunaan model sebagai alat perancang kebijakan. Model

merupakan penyederhanaan dari sistem nyata dengan beberapa batasan dan

asumsi yang menyertai. Greenberger, et. al 1976 dalam Sterman (2000)

menyatakan: ”tidak ada dan tidak akan pernah ada sebuah model yang valid

secara keseluruhan, namun kegunaan, imaji atau kepercayaan lebih tepat

digunakan untuk mendeskripsikan sebuah model dibandingkan dengan validitas”.

Pertanyaan atas validitas suatu model sebaiknya ditinjau dari segi kecocokkan dan

konsistensi model tersebut. Menurut Richardson & Pugh (1983)(dari Ida Giyanti,

2004), pertanyaan tentang validitas model akan lebih bermanfaat bila ditinjau dari

dua pertanyaan berikut:

Apakah model sesuai dengan tujuan dari permasalahan dari masalah yang

akan dipecahkan?

Apakah model konsisten dalam menggambarkan realita yang ingin

ditampilkan?

Pengujian terhadap model sistem dinamis secara umum dapat dibagi menjadi tiga

kategori utama, yaitu: validasi struktur, validasi perilaku dan analisis sensitivitas

(Sushil, 1993; Sterman, 2000).

II-29

II.4.7.1 Validasi Struktur

Pengujian yang dapat dilakukan untuk menilai validitas struktur model antara lain

(Sushil, 1993; Sterman, 2000):

1. Uji kecukupan batasan

Uji kecukupan batasan digunakan untuk menilai:

Apakah variabel-variabel penting yang menggambarkan permasalahan

yang ingin dipecahkan telah diformulasikan secara endogen?

Apakah variabel eksogen dan variabel yang tidak dicakup dalam model

dapat diterima dan tidak bertentangan dengan pengetahuan sistem nyata?

Dengan pembatasan tersebut apakah model telah dapat digunakan untuk

memecahkan masalah dengan tujuan pemodelan yang dilakukan?

2. Uji kesesuaian struktur

Uji kesesuaian struktur dilakukan dengan menguji:

Apakah struktur model tidak berlawanan dengan pengetahuan yang ada

tentang struktur dari sistem nyata?

Apakah struktur-struktur utama dari sistem nyata telah dimodelkan?

Apakah level agregasi dalam pemodelan dapat diterima?

Tingkat kepercayaan atas ketepatan struktur model akan meningkat jika hasil

pengujian menunjukkan bahwa struktur model tidak berlawanan dengan

pengetahuan tentang struktur sistem nyata dan juga jika struktur-struktur

utama dalam sistem telah dimodelkan.

3. Uji konsistensi dimensi

Uji ini dilakukan untuk memeriksa keseimbangan dimensi peubah pada kedua

sisi persamaan. Model harus menjamin keseimbangan dimensi antara peubah

bebas dan peubah terikat yang membentuknya.

4. Uji kesesuaian parameter

Uji kesesuaian parameter digunakan untuk memverifikasi apakah variabel dan

parameter yang terlibat dalam model memiliki konsep yang berarti dalam

sistem nyata.

II-30

II.4.7.2 Validasi Perilaku

Pengujian yang dapat dilakukan untuk menilai validitas perilaku model antara lain

(Sushil, 1993; Sterman, 2000):

1. Uji pada kondisi ekstrim

Dalam uji ini, model dicoba pada kondisi ekstrim. Ketika model dicoba pada

kondisi yang ekstrim, model harus mampu menunjukkan robustness-nya,

dimana perilaku model mengikuti perilaku alami suatu kejadian.

2. Uji kesalahan integrasi

Uji kesalahan integrasi digunakan untuk memeriksa sensitivitas model

terhadap pemilihan time step dan metode integrasi dalam simulasi. Model

harus disimulasikan dengan beberapa time step dengan metode integrasi yang

berbeda. Ada dua metode integrasi yang digunakan dalam simulasi sistem

dinamis, yaitu metode Euler dan Runge-Kutta. Idealnya, output simulasi tidak

sensitif terhadap pemilihan time step, yang berarti model memberikan perlaku

yang sama untuk time step yang berbeda. Pemilihan metode Euler dalam

integrasi dapat diterima jika model tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan jika disimulasikan dengan metode Runge-Kutta.

3. Uji reproduksi perilaku

Uji reproduksi perilaku digunakan untuk membandingkan perilaku model

dengan perilaku sistem nyata. Untuk menilai kesesuaian perilaku model

dengan sistem nyata, dapat diuji statistik.

4. Uji prediksi perilaku

Uji prediksi perilaku dilakukan dengan test prediksi kejadian (event prediction

test) yang memfokuskan pada dinamika alami suatu kejadian. Uji ini

digunakan untuk melihat respon perilaku model ketika dilakukan perubahan

secara tiba-tiba pada suatu peubah.

II-31

II.4.7.3 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sensitivitas numerik, perilaku dan

implikasi kebijakan ketika asumsi tentang parameter, batasan model dan level

agregasi diubah pada range yang masuk akal. Karena dalam melakukan

pemodelan, kita selalu berhadapan dengan ketidakpastian (uncertainty).

II.4.8 Kelebihan dan Kelemahan Sistem Dinamis

Sushil (1993) mengemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan pemodelan

sistem dengan metode sistem dinamis.

Kelebihan metode sistem dinamis

1. Input utama diambil dari basis data mental dari para manajer sehingga model

yang dibuat akan menjadi kaya informasi dan mudah digunakan dengan

menggunakan pemikiran manajemen tradisional.

2. Memanfaatkan kelebihan pemikiran manusia dan mampu mengatasi

kelemahan yang ada dengan mengikuti kelebihan penugasan antara human

mind dan teknologi.

3. Dapat menyaring dan menstrukturkan basis data mental dari para manajer

dengan menggunakan prinsip teori umpan balik dan cybernetics.

4. Didasarkan pada konsep bounded rationality sehingga menjadi model yang

praktis.

5. Memberikan umpan balik dalam sistem sosial untuk memberi perlindungan

terhadap perilaku yang berlawanan dengan intuisi (counterintuitif).

6. Memiliki fleksibilitas dalam konsep dan dalam pendekatan praktis untuk

menghadapi situasi permasalahan yang berbeda.

7. Dapat digunakan dalam model dinamika sistem non linier.

8. Memberikan respon waktu dari variabel penting dalam sistem sehingga

perilaku dinamik dapat dinilai dan diperbaiki.

II-32

9. Dapat mengidentifikasi penyebab gejala permasalahan sehingga langkah yang

diambil dapat digunakan untuk mendesain ulang kebijakan dan mengoreksi

dan memperbaiki perilaku sistem.

10. Dapat digunakan dalam eksperimen kebijakan dengan mensimulasikan

lingkungan yang biasanya tidak mungkin digunakan dalam sistem sebenarnya

atau akan memerlukan biaya yang sangat mahal.

11. Menyediakan lingkungan studi atau lingkup kajian (microworlds) untuk

pembahasan kebijakan yang efektif.

12. Memiliki alat bantu berupa diagram untuk mengembangkan struktur sebab

akibat. Masukan dari grafik dapat digunakan untuk konseptualisasi maupun

komunikasi.

13. Mendukung berbagai variasi fungsi matematika dan logika dalam kerangka

kerja pemodelan.

14. Dapat memodelkan selang waktu (delay) aliran sumber daya dengan sangat

efektif.

15. Didukung oleh perangkat lunak interaktif yang khusus dengan fasilitas grafik

sehingga kemampuan pemograman untuk simulasi sebagai bagian dari

pembuat model tidak begitu diperlukan.

Kelemahan Metode Sistem Dinamis

1. Metodologi sistem dinamis bersifat deterministik. Jika model stokastik

memiliki orde yang sangat tinggi maka model harus dikembangkan untuk

perlakuan stokastik.

2. Mengasumsikan bahwa peubah keputusan sebagai peubah kontinu walaupun

tidak diperlukan dalam sistem nyata.

3. Memerlukan banyak input data mental dan peranan manajerial yang intensif.

Selain itu, model-model yang efektif hanya dapat dirancang oleh pembuat

model yang telah berpengalaman.

4. Model diperluas secara eksponensial dengan menggunakan lebih banyak

faktor endogen, dan hal tersebut menimbulkan kesulitan dalam menjaga agar

model tetap sederhana.

II-33

5. Model-model yang kompleks sulit untuk dikomunikasikan.

6. Validasi yang ekstensif dan analisis sensitivitas dapat mengacu pada analisis

yang berlebihan, yang tidak diperlukan pada situasi yang diberikan.

7. Seringkali sangat sulit untuk mengenali struktur kebijakan pada peubah rate

dan level, karena hanya mungkin mendefinisikannya secara kualitatif.

8. Perilaku dinamis hanya menunjukkan perkiraan yang tidak pasti. Hal tersebut

tidak dapat digunakan untuk peramalan.

9. Tidaklah mungkin untuk mencapai solusi yang optimal.

10. Dapat menghasilkan model-model dengan bias manajerial.

11. Memiliki kekurangan dalam kekakuan sains.

12. Model-model yang dihasilkan menjadi satu kesatuan dan sulit untuk

menangani keragaman pendapat manajerial.

II.5 Teori Ekonomi Makro

Analisis makro melihat kegiatan ekonomi sosial secara menyeluruh dimana pasar-

pasar produk tidak lagi dilihat secara terpisah. Di sini pasar dilihat sebagai satu

pasar besar. Dalam perekonomian nasional yang dilihat sebagai satu sistem terdiri

dari empat pasar besar yang saling berkaitan, yaitu:

Pasar barang

Pasar uang

Pasar tenaga kerja

Pasar luar negeri

Seperti halnya pengertian pasar dalam ekonomi mikro, yaitu suatu mekanisme

dimana pembeli dan penjual berinteraksi untuk menentukan tingkat harga barang

dan jumlah barang yang diperjualbelikan (Sukirno, 1999), maka suatu pasar besar

dalam ekonomi makro dapat dibayangkan sebagai tempat bertemunya permintaan

dan penawaran. Di pasar barang, permintaan agregat masyarakat akan barang dan

jasa bertemu dengan seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh

produsen dalam masyarakat, yang dikenal dengan penawaran agregat dalam suatu

II-34

periode. Di pasar uang, permintaan masyarakat akan uang (karta dan giral) akan

bertemu dengan sejumlah uang karta dan giral yang beredar. Sementara di pasar

tenaga kerja, permintaan total akan tenaga kerja dari sektor dunia usaha dan

pemerintah bertemu dengan jumlah angkatan kerja yang tersedia. Dan di pasar

luar negeri, permintaan internasional akan hasil ekspor suatu negara akan bertemu

dengan penawaran yang disediakan oleh eksportir. Di sisi lain kebutuhan negara

akan barang impor bertemu dengan penawaran barang-barang impor dari luar

negeri.

II.5.1 Pelaku Ekonomi dalam Perekonomian Terbuka

Dalam perekonomian terbuka, seperti ditunjukkan pada Gambar II.13, sektor-

sektor ekonomi dibedakan menjadi empat golongan: perusahaan, rumah tangga,

pemerintah dan luar negeri.

Gambar II.13. Aliran pendapatan dalam perekonomian terbuka (Sukirno, 1999)

Penggunaan faktor-faktor produksi oleh sektor perusahaan akan mewujudkan

aliran pendapatan ke sektor rumah tangga yang berupa gaji dan upah, sewa,

bunga, dan keuntungan – yaitu seperti ditunjukkan oleh aliran 1. Aliran

II-35

pendapatan ini telah dikurangi oleh pajak keuntungan perusahaan (aliran 2), tetapi

belum dikurangi oleh pajak pendapatan rumah tangga (aliran 3). Rumah tangga

dalam perekonomian akan menggunakan pendapatan mereka untuk transaksi

berikut ini:

1. Membeli barang dan jasa yang diproduksi sektor perusahaan dan pengeluaran

konsumsi ini dinamakan sebagai konsumsi barang dan jasa yang

diproduksikan di dalam negeri atau Cdn (aliran 4).

2. Membayar pajak pendapatan kepada pemerintah, yaitu seperti ditunjukkan

oleh aliran 3.

3. Mengimpor, yaitu membeli barang-barang yang diproduksi negara lain, yang

ditunjukkan oleh aliran 5.

4. Menabung sisa pendapatan yang diperoleh ke lembaga keuangan dan ini

digambarkan oleh aliran 6.

Di samping oleh adanya aliran uang ke luar untuk membayar impor,

perekonomian terbuka mewujudkan pula aliran pengeluaran ke sektor perusahaan

yaitu aliran yang diakibatkan oleh pembayaran ekspor sektor perusahaan. Aliran

pengeluaran yang diperoleh dari negara-negara luar ditunjukkan oleh aliran 10.

Aliran 8 adalah pembelanjaan (pengeluaran) penanam modal (investor) untuk

membeli barang modal dan peralatan modal dari sektor perusahaan. Sedangkan

aliran 9 adalah pengeluaran pemerintah ke sektor perusahaan untuk membeli

barang-barang kebutuhan administrasi pemerintah dan barang modal untuk

investasi pemerintah.

II.5.2. Keseimbangan Pendapatan Nasional

Dari aliran pengeluaran ke berbagai sektor atas sektor perusahaan seperti yang

ditunjukkan oleh gambar 2, dapatlah disimpulkan bahwa dalam perekonomian

terbuka komponen pengeluaran agregat dalam pendapatan nasional terdiri dari:

II-36

1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas barang konsumsi dan jasa yang

diproduksi di dalam negeri (Cdn).

2. Investasi perusahaan, yaitu perbelanjaan penanam modal atas barang-barang

modal yang diproduksi di dalam negeri.

3. Pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumsi dan investasi pemerintah).

4. Ekspor, yaitu pengeluaran negara-negara lain atas barangg dan jasa yang

dihasilkan sektor perusahaan.

Perekonomian akan mencapai keseimbangan apabila penawaran agregat sama

dengan pengeluaran agregat. Dalam perekonomian terbuka, keadaan yang

mewujudkan keseimbangan tersebut adalah:

XGICMY ……………………………………………………….(II.4)

MY adalah penawaran agregat, dan XGIC adalah pengeluaran

agregat. Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi:

)( MXGICY ..……………………………………………………(II.5)

Y : pendapatan nasional

C : konsumsi

I : investasi

G : pengeluaran pemerintah

X : ekspor

M : impor

II.5.3 Pengali dalam Perekonomian Terbuka

Nilai pengali (multiplier) dalam perekonomian terbuka akan menjadi lebih kecil

dari multiplier perekonomian tertutup. Multiplier yang semakin kecil tersebut

disebabkan oleh pemisalan bahwa impor adalah proporsional nilainya dengan

pendapatan nasional, sedangkan ekspor bersifat pengeluaran otonomi (Sukirno,

1999). Semakin tinggi pendapatan nasional suatu negara (Y), semakin besar

pengeluaran warga negara untuk menhkonsumsi barang-barang impor.

II-37

Untuk menerangkan perhitungan multiplier dalam perekonomian terbuka secara

aljabar, digunakan pemisalan-pemisalan berikut:

Fungsi konsumsi adalah dcYaC …………………………………………(II.6)

a : konstanta

c : marginal propensity to consume

Yd : pendapatan disposible

Pajak proporsional adalah tYT …………………………………………….(II.7)

t : tingkat pajak

Investasi perusahaan adalah I0

Pengeluaran pemerintah adalah G0

Ekspor adalah X0

Impor adalah mYM ………………………………………………………..(II.8)

m : tingkat impor

Berdasarkan pemisalan-pemisalan di atas, pendapatan nasional dapat ditentukan

dengan menyelesaikan persamaan:

MXGICY …………………………………………………….(II.9)

oood XGIcYaY ………………………………………………....(II.10)

mYXGItYYcaY ooo ..…………………………………….(II.11)

ooo XGIamYctYcYY …..…………………………………..(II.12)

ooo XGIamctcY )1( ……..…………………………………..(II.13)

000)1(1 XGIa

mctcY

……...…………………………………(II.14)

Jadi bila salah satu unsur permintaan berubah sebesar satu unit maka nilai

permintaan agregat akan berubah sebesar nilai pengali (multiplier) dikalikan

dengan perubahan tersebut, yaitu:

II-38

)()1(

1 Imctc

Y

……...……………………………………………(II.15)

)()1(

1G

mctcY

……..……………………………………………(II.16)

)()1(

1X

mctcY

…..………………………………………………(II.17)

II.6 Powersim Constructor dan Kegunaannya

Powersim merupakan singkatan yang berasal dari kata Powerful Simulation.

Powersim merupakan paket simulasi yang dirancang untuk memberikan

kemampuan membuat struktur bisnis yang kompleks berdasarkan metode

pemodelan yang disebut system dynamics. Powersim merupakan alat (tool) untuk

mempermudah simulasi model system dynamics. Menggunakan software

Powersim tidak berarti dengan sendirinya menggunakan metodologi system

dynamics (Avianto, 2006). System dynamics dapat disimulasikan dengan berbagai

jenis software, termasuk software spreadsheet, misalnya Excel. Software-software

yang didesain untuk membuat simulasi model system dynamics, sampai saat ini

yang tersedia di pasar adalah : Dynamo, Vensim, Stella, I-think, Powersim.

Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah Powersim Constructor

Version 2.5d(4002).