bab ii tinjauan pustaka ii.1 kebijakan ii.1.1 definisi ... · pdf filebab ii tinjauan pustaka...
TRANSCRIPT
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kebijakan
II.1.1 Definisi Kebijakan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990), definisi kebijakan adalah 1)
kepandaian, kemahiran, kebijaksanaan; 2) rangkaian konsep dan asas yang
menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dan
sebagainya); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis
pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Sedangkan definisi
kebijaksanaan adalah kepandaian menggunakan akal budinya (pengalaman dan
pengetahuan).
Wikipedia Indonesia (2007) mendefinisikan kebijakan publik adalah keputusan-
keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat
garis besar yang dibuat oleh pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang
mengikat publik maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik,
yakni mereka yang menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya
melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak.
Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang di
jalankan oleh birokrasi pemerintah. Fokus utama kebijakan publik dalam negara
modern adalah pelayanan publik, yang merupakan segala sesuatu yang bisa
dilakukan oleh negara untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas
kehidupan orang banyak. Menyeimbangkan peran negara yang mempunyai
kewajiban menyediakan pelayan publik dengan hak untuk menarik pajak dan
retribusi; dan pada sisi lain menyeimbangkan berbagai kelompok dalam
masyarakat dengan berbagai kepentingan serta mencapai amanat konstitusi.
II-2
Siklus kebijakan publik sendiri bisa dikaitkan dengan pembuatan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, dan evaluasi kebijakan. Kebijakan publik menunjuk pada
keinginan penguasa atau pemerintah yang idealnya dalam masyarakat demokratis
merupakan cerminan pendapat umum (opini publik). Untuk mewujudkan
keinginan tersebut dan menjadikan kebijakan tersebut efektif, maka diperlukan
sejumlah hal: pertama, adanya perangkat hukum berupa peraturan perundang-
undangan sehingga dapat diketahui publik apa yang telah diputuskan; kedua,
kebijakan ini juga harus jelas struktur pelaksana dan pembiayaannya; ketiga,
diperlukan adanya kontrol publik, yakni mekanisme yang memungkinkan publik
mengetahui apakah kebijakan ini dalam pelaksanaannya mengalami
penyimpangan atau tidak.
II.1.2 Kebijakan Perdagangan dalam Industri Otomotif
Krugman (1991) menguraikan insentif-insentif industri otomotif yang sudah
banyak digunakan di negara-negara berkembang pada umumnya, termasuk
Indonesia. Insentif-insentif tersebut meliputi:
1. Tarif
2. Pelarangan/kuota impor kendaraan jadi (completely build-up, CBU)
3. Pembatasan ekspor sukarela (voluntary exsport restraint, VER)
4. Persyaratan kandungan lokal (local requirement)
5. Subsidi ekspor dan subsidi kredit ekspor
6. Kompensasi ekspor
7. Pengadaan pemerintah (national procurement)
8. Hambatan-hambatan birokrasi (red-tape barriers)
II.1.2.1 Tarif
Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara
tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah. Tarif dapat
dikenakan secara spesifik (specific tariffs) sebagai beban tetap atas unit barang
yang diimpor, misalnya tarif sebesar $3 untuk setiap barel minyak impor. Tarif
II-3
juga dapat dikenakan secara ad valorem (ad valorem tariffs) atau tarif yang
dikenakan berdasarkan persentase tertentu dari nilai barang yang diimpor,
misalnya tarif sebesar 25% atas nilai mobil yang diimpor.
Dari sisi barang, tarif berperan seperti biaya pengangkutan. Tinjau dari
perekonomian Domestik dan Asing. Diasumsikan domestik adalah negara besar
yang pangsa impornya dalam perdagangan internasional cukup besar sehingga
mampu mempengaruhi harga dunia. Misalnya Domestik mengenakan pajak
sebesar $50 untuk setiap mobil yang diimpor, pengirim tak akan bersedia
mengangkut mobil kecuali kalau perbedaan harga di kedua pasar paling sedikit
$50. Tarif meningkatkan harga di domestik dan menurunkan harga di asing.
Pengenaan tarif dalam industri otomotif dilaksanakan dengan berbagai variasi di
tiap negara. Beberapa model pengenaan tarif adalah sebagai berikut:
a. Tarif bea masuk (BM) dan bea masuk tambahan (BMT) yang dikenakan
terhadap impor kendaraan jadi (CBU).
b. Tarif bea masuk terhadap komponen impor yang akan digunakan untuk
perakitan kendaraan di dalam negeri.
II.1.2.2 Pelarangan/Kuota Impor Kendaraan Jadi (completely build up, CBU)
Pembatasan impor (import quota) merupakan pembatasan langsung atas jumlah
barang yang boleh diimpor. Pembatasan ini biasanya dilakukan dengan
memberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan. Jika
impor dibatasi, akibat langsungnya adalah bahwa pada tingkat harga semula
(sebelum ada pembatasan) permintaan untuk barang yang bersangkutan lebih
besar dari penawaran domestik plus impor. Keadaan ini menyebabkan harga lebih
tinggi sampai kesetimbangan baru tercapai. Akhirnya, pembatasan impor akan
meningkatkan harga di dalam negeri yang besarnya sama dengan tarif yang
menurunkan impor ke tingkatan yang sama (kecuali dalam kasus monopoli di
dalam negeri, di mana pembatasan menyebabkan kenaikan harga yang lebih besar
lagi).
II-4
Perbedaan dampak dari kuota dan tarif adalah bahwa dengan kuota pemerintah
tak memperoleh pendapatan. Pemegang lisensi dapat mengimpor dan menjualnya
di dalam negeri dengan harga yang lebih tinggi. Keuntungan yang diperoleh
pemegang lisensi dikenal sebagai rente pembatasan (quota rente). Dalam
menghitung biaya dan manfaat dari pembatasan impor, masalah utamanya adalah
menentukan siapa yang memperoleh keuntungan. Jika hak menjual di pasaran di
dalam negeri diberikan kepada pemerintah negara pengekspor, seperti sering
terjadi, alih keuntungan ke luar negeri menyebabkan biaya kuota secara nyata
lebih besar dibandingkan dengan kasus tarif yang sepadan.
Ada dua catatan mengenai kebijakan otomotif di Indonesia. Catatan pertama
adalah, di Indonesia kebijakan kuota impor pernah dikombinasikan dengan tarif.
Dampak dari pengkombinasian ini adalah keuntungan (rents) yang berkaitan
dengan kuota lebih kecil dibandingkan dengan tanpa kombinasi atau dengan kata
lain, memungkinkan pemerintah Indonesia menyerap sebagian dari
keuntungannya. Catatan kedua adalah hak menjual lisensi impor di Indonesia
dialokasikan kepada beberapa perusahaan dagang milik negara. Dengan demikian
keuntungan yang tak diserap tarif jatuh secara tidak langsung kepada pemerintah
Indonesia.
II.1.2.3 Pembatasan Ekspor Sukarela (voluntary export restraint, VER)
VER adalah suatu pembatasan (kuota) atas perdagangan yang dikenakan oleh
pihak negara pengekspor dan bukan pengimpor. Contoh yang paling klasik adalah
pembatasan atas ekspor mobil ke Amerika Serikat yang dilakukan oleh Jepang.
VER pada umumnya dilaksanakan atas permintaan negara pengimpor dan
disepakati oleh negara pengekspor untuk mencegah pembatasan-pembatasan
perdagangan lainnya. VER mempunyai keuntungan-keuntungan politik dan legal
yang membuatnya menjadi perangkat kebijakan perdagangan yang lebih disukai
dalam beberapa tahun belakangan. Namun, dari sudut pandang ekonomi, VER
II-5
serupa dengan kuota impor di mana lisensi diberikan kepada pemerintah asing dan
karena itu sangat mahal bagi negara pengimpor.
VER selalu lebih mahal bagi negara pengimpor dibandingkan dengan tarif yang
membatasi impor dengan jumlah yang sama. Bedanya, apa yang menjadi
pendapatan pemerintah dalam tarif menjadi rent yang diperoleh pihak asing dalam
VER, sehingga VER nyata-nyata mengakibatkan kerugian. Perjanjian VER paling
tersohor di luar otomotif adalah Multifibre Arrangement, suatu kesepakatan untuk
membatasi ekspor tekstil ke Amerika Serikat dari 22 negara. Kesepakatan-
kesepakatan VER itu juga dikenal dengan Orderly Marketing Agreements (OMA).
II.1.2.4 Persyaratan Kandungan Lokal
Ketentuan kandungan lokal telah digunakan secara luas oleh negara-negara
berkembang yang berikhtiar mengalihkan basis manufaktur otomotifnya dari
perakitan kepada pengolahan bahan-bahan antara (intermediate goods) seperti
industri komponen.
Dari sisi pandang sebagian produsen domestik, peraturan-peraturan kandungan
lokal memberikan perlindungan dalam bentuk yang sama dengan kuota impor.
Namun dari sisi pandang perusahaan yang harus membeli di pasaran lokal,
dampaknya agak berbeda. Kandungan lokal tidak menetapkan suatu pembatasan
ketat atas impor. Peraturan ini membolehkan perusahaan-perusahaan mengimpor
lebih banyak, menyebabkan mereka juga harus membeli lebih banyak di pasar
domestik. Ini berarti, bagi perusahaan harga efektif dari input adalah rata-rata dari
harga input yang diimpor dan yang diproduksi di dalam negeri.
Misalkan biaya impor suku cadang mobil Timor sebesar $6.000. Misalkan juga
harga suku cadang dalam negeri $10.000, tetapi Kia Timor Motor hanya
diharuskan menggunakan 50% suku cadang domestik. Dengan demikian
perusahaan-perusahaan perakitan akan menanggung biaya rata-rata suku cadang
II-6
sebesar 0,5 x $6.000 + 0,5 x $10.000 = $8.000, yang akan tercermin dalam harga
akhir mobil.
Hal yang penting bahwa persyaratan kandungan lokal tidak menciptakan baik
pendapatan pemerintah atau rente kuota; melainkan perbedaan antara harga impor
dan harga barang domestik mengakibatkan harga rata-rata barang akhirnya lebih
tinggi dibandingkan dengan harga impor, dan ini dibebankan kepada konsumen.
Suatu temuan menarik dari peraturan kandungan lokal adalah dimungkinkannya
peluang untuk berkelit dari ketentuan ini dengan tidak menggunakan suku cadang
lokal dan kemudian tidak menjual produk akhirnya di dalam negeri melainkan
mengekspornya.
Di Indonesia, program kandungan lokal ini dimulai sejak akhir 1970-an ketika
Departemen Perindustrian memperkenalkan program “lokalisasi” atau program
“penanggalan” (deletionn program). Berdasarkan program ini, ditetapkanlah
jadwal penghapusan (deletion schedule) atas dasar barang-per barang (on an item-
by-item basis), yakni perusahaan perwakilan lokal diharuskan secara progresif
menggunakan bagian dan komponen buatan lokal yang semakin lama semakin
banyak dalam perakitan barang akhir (final goods) sebagaimana ditetapkan oleh
jadwal penghapusan untuk industri tertentu itu.
II.1.2.5 Subsidi Ekspor dan Subsidi Kredit Ekspor
Subsidi ekspor adalah pembayaran sejumlah tertentu kepada perusahaan atau
perseorangan yang menjual ke luar negeri. Seperti tarif, subsidi ekspor dapat
berbentuk spesifik (nilai tertentu per unit barang) atau ad valorem (persentase dari
nilai yang diekspor). Jika pemerintah memberikan subsidi ekspor, pengirim akan
mengeskpor barang sampai batas di mana selisih harga domestik dan harga luar
negeri sama dengan nilai subsidi.
II-7
Subsidi kredit ekspor hampir serupa dengan subsidi ekspor, hanya saja wujudnya
dalam pinjaman yang disubsidi kepada pembeli. Amerika Serikat seperti juga
kebanyakan negara, memiliki suatu lembaga pemerintah, Export-Import Bank,
yang diarahkan untuk paling tidak memberikan pinjaman-pinjaman yang disubsidi
untuk membantu ekspor.
II.1.2.6 Kompensasi Ekspor (export requirement)
Kebijakan kompensasi ekspor adalah persyaratan yang mengharuskan perakitan-
perakitan otomotif domestik untuk mengekspor hasil produksi industri kendaraan
bermotor sesuai dengan nilai komponen yang diimpor.
Kebijakan kompensasi ekspor di Filipina dikombinasikan dengan kebijakan-
kebijakan lain menjadikan Filipina sebagai salah satu negara yang memiliki
industri otomotif yang cukup proteksionis. Kebijakan-kebijakan tersebut adalah
pengenaan bea masuk impor komponen yang tinggi, persyaratan menggunakan
kandungan lokal, dan pelarangan impor kendaraan jadi.
Model proteksi yang dibuat adalah untuk menilai pengaruh larangan impor
kendaraan jadi, persyaratan kandungan lokal, juga persyaratan ekspor dan
interaksi di antara kebijakan-kebijakan tersebut. Model proteksi ini menggunakan
analisis penawaran dan permintaan pada pasar persaingan sempurna. Dengan
adanya kebijakan tersebut, maka harga kendaraan rakitan domestik menjadi:
)(*)(1(*)1(
SA
A QVPcPcPcPcXktkPcP
……………………………………(II.1)
AP : harga kendaraan dalam negeri
CP : harga komponen dalam negeri
*CP : harga komponen impor
tk : tarif bea masuk komponen impor
Xk : nilai persyaratan ekspor komponen
II-8
: jenis komponen yang dipakai
: fraksi kandungan komponen lokal
II.1.2.7 Pengadaan Pemerintah (national procurement)
Pembelian-pembelian oleh pemerintah atau perusahaan-perusahaan yang diatur
secara ketat dapat diarahkan pada barang-barang yang diproduksi di dalam negeri
meskipun barang-barang tersebut lebih mahal daripada yang diimpor. Contoh
klasik adalah surat edaran pemerintah yanpg mewajibkan pembelian sedan Timor
sebagai replika KIA Sephia terhadap seluruh instansi pemerintah dari pusat
sampai daerah pada pertengahan 1990-an.
II.1.2.8 Hambatan-Hambatan Birokrasi (red-tape barriers)
Sejalan dengan berlakunya perdagangan bebas, pemerintah suatu negara yang
tetap berusaha melindungi industri otomotif domestiknya akan melakukannya
secara informal. Berbagai macam hal bisa dilakukan untuk membelitkan standar
kesehatan, keamanan, kualitas, lingkungan, hak-hak pekerja dan prosedur pabean
sedemikian rupa sehingga merupakan perintang dalam perdagangan. Misalkan
pemerintah mensyaratkan perlindungan hak pekerja dan audit lingkungan bagi
setiap industri kendaraan bermotor yang ingin mengekspor produknya ke
Indonesia. Atau pemerintah mengharuskan bongkar muat mobil impor hanya bisa
dilakukan di pelabuhan Sabang yang hanya memiliki fasilitas kepabeanan yang
minim sehingga menghambat kelancaran sekaligus mengurangi jumlah kendaraan
impor.
II.2 Sistem
II.2.1 Pengertian Sistem
Forrester (1968) mendefinisikan sistem sebagai sekelompok komponen yang
beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Law & Kelton
II-9
(2000) mendefinisikan sistem sebagai sekumpulan entities yang bertindak dan
berinteraksi bersama-sama untuk memenuhi tujuan akhir yang logis. Daellenbach
(1995) mengemukakan bahwa sistem merupakan sekumpulan entities (barang
maupun orang) yang berhubungan satu sama lain menurut cara tertentu dan
diorganisasikan untuk suatu tujuan.
Dari ketiga definisi mengenai sistem di atas, terlihat adanya persamaan tentang
pengertian sistem. Sistem terbentuk atas berbagai komponen yang membentuk
suatu interaksi yang khas untuk mencapai tujuan tertentu. Dikatakan khas karena
interaksi terjadi menurut suatu cara tertentu sehingga dapat dibedakan dengan
interaksi-interaksi lain di luar sistem yang dimaksud. Untuk tujuan yang berbeda,
komponen-komponen yang sama mungkin akan bereaksi dengan cara berbeda.
Keadaan sistem, selain dipengaruhi oleh perubahan di dalam sistem juga
dipengaruhi oleh perubahan di luar sistem. Lingkungan sistem merupakan istilah
yang digunakan untuk menggambarkan suatu lingkungan tempat aktivitas terjadi
dan dapat mempengaruhi kondisi sistem tersebut. Aktivitas yang terjadi di dalam
sistem itu sendiri disebut aktivitas endogen dan aktivitas yang terjadi di luar
sistem disebut aktivitas eksogen (Sushil, 1993).
II.2.2 Sistem Terbuka dan Sistem Tertutup
Sushil (1993) mengklasifikasikan sistem menjadi dua, yaitu sistem terbuka (open
loop system) dan sistem tertutup atau sistem dengan umpan balik (feed back loop
systems).
Sistem terbuka memiliki karakteristik bahwa output yang dihasilkan merupakan
tanggapan atas input yang diberikan, tetapi output ini terisolasi dan tidak memiliki
pengaruh terhadap input selanjutnya. Dalam sistem terbuka, kejadian masa lalu
tidak memiliki kendali terhadap kejadian yang akan datang sehingga sistem
terbuka tidak memiliki fungsi observasi terhadap performansi yang telah dicapai.
Sedangkan dalam sistem tertutup, perilaku sistem dipengaruhi oleh output yang
II-10
telah dikeluarkan sebelumnya. Sistem tertutup mempunyai struktur loop tertutup
yang membawa informasi kejadian masa lalu dan digunakan untuk
mengendalikan kejadian yang akan datang. Suatu sistem tertutup dapat
menghasilkan dinamika yang dihasilkan oleh tanggapan sistem terhadap perilaku
eksternal. Dinamika dalam sistem tertutup ini dihasilkan oleh suatu usaha sistem
untuk mengendalikan kondisinya dalam menghadapi variasi eksternal. Gambaran
perbandingan pemecahan masalah dengan pendekatan sistem terbuka (open loop
systems) dan sistem tertutup (feed back loop systems) dapat dilihat pada Gambar
II.1.
Gambar II.1. Pendekatan sistem terbuka dan sistem tertutup
(Richardson & Pugh, 1983)
Pemecahan masalah dengan pendekatan sistem terbuka dilakukan dengan urutan
problem – plan – action. Hal yang sering terlupakan dalam pemecahan masalah
ialah bahwa tindakan koreksi yang kita lakukan akan mengubah kondisi sistem
dan memunculkan permasalahan baru. Pendekatan ini disebut sebagai pendekatan
sistem tertutup (feed back loop) seperti ditunjukkan dengan adanya garis putus-
putus pada Gambar II.1 di atas. Sebuah loop umpan balik yang akan mengatur
suatu sistem, membutuhkan dua faktor untuk menjalankan operasinya, yaitu:
Perbedaan antara hasil aktual dan hasil yang diinginkan; dan
Kebijakan yang menentukan aksi yang dilakukan pada suatu perbedaan
II.3 Model
Suatu sistem dipelajari karena adanya kebutuhan untuk mengkaji hubungan antar
berbagai komponen atau memprediksi performansi sistem tersebut pada berbagai
kondisi yang berbeda. Gambar II.2. menggambarkan cara mempelajari sistem.
II-11
Gambar II.2. Cara mempelajari suatu sistem (Law & Kelton, 2000)
Jika pengubahan sistem secara fisik dan pengoperasiannya dalam kondisi-kondisi
baru dimungkinkan cukup murah, maka eksperimen dengan sistem nyata
merupakan cara terbaik, karena tidak terdapat keraguan mengenai masalah
relevansi. Namun hal ini jarang sekali dapat dilakukan karena eksperimen
semacam ini terlalu mahal dan dapat menganggu sistem yang bersangkutan. Atau
terkadang sistem yang dipelajari itu sendiri belum ada (not exist), sehingga
diperlukan suatu model yang dapat merepresentasikan sistem nyata. Dalam
penggunaan model, selalu timbul pertanyaan mengenai validitas model, yaitu
apakah model tersebut telah dapat merefleksikan sistem secara akurat atau tidak.
II.3.1 Model Fisik dan Model Matematik
Model fisik atau model ikonik jarang digunakan dalam penelitian operasional dan
analisis sistem. Namun model fisik cukup berguna untuk mempelajari sistem
rekayasa atau manajemen. Model yang banyak digunakan adalah model
matematik. Model ini merepresentasikan suatu sistem dalam relasi-relasi logis dan
kuantitatif yang kemudian dimanipulasi dan diubah untuk melihat reaksi dari
model tersebut. Dengan demikian dapat diperkirakan bagaimana sistem nyata dari
model itu bereaksi jika model matematik dari sistem tersebut merupakan model
yang valid.
II-12
II.3.2 Simulasi
Model simulasi telah banyak digunakan dalam berbagai bidang, namun suatu
metodologi tidak pernah ada yang ideal. Law & Kelton (2000) menguraikan
beberapa kelebihan dan kelemahan metode simulasi untuk digunakan dalam
memodelkan dan merepresentasikan sistem nyata. Kelebihan sistem simulasi
dalam merepresentasikan sistem nyata antara lain:
Kebanyakan sistem kompleks yang ditemui dalam dunia nyata memiliki
elemen-elemen stokastik yang tidak dapat direpresentasikan dengan model
matematik dan dievaluasi secara analitik, sehingga simulasi menjadi salah satu
alternatif untuk mempelajari sistem ini.
Melalui simulasi dapat didiagnosa permasalahan, karena dengan simulasi kita
dapat memahami dengan baik interaksi antar variabel yang membentuk sistem
kompleks. Hal ini akan meningkatkan pemahaman kita pada dampak yang
ditimbulkan oleh setiap variabel terhadap performansi sistem secara
keseluruhan.
Simulasi dapat digunakan untuk mengestimasi performansi suatu sistem pada
berbagai kondisi operasi yang diinginkan dengan menerapkan kebijakan,
prosedur atau metode baru tanpa menganggu sistem nyatanya.
Kita dapat membandingkan beberapa rancangan alternatif sekaligus melalui
model simulasi untuk memilih rancangan terbaik sesuai dengan persyaratan
yang diinginkan.
Simulasi menyediakan pembuat kebijakan suatu tool untuk bekerja di
lingkungan maya dimana mereka dapat menganalisis efek dari kebijakan yang
mereka susun di masa depan.
Dalam simulasi dimungkinkan untuk melakukan kontrol yang lebih baik
terhadap kondisi eksperimen dibandingkan bila eksperimen dilakukan
langsung terhadap sistem nyatanya.
Simulasi memungkinkan kita untuk mempelajari suatu sistem atau fenomena
yang belum pernah ada sebelumnya.
II-13
Simulasi dapat digunakan secara sarana untuk training bagi tim kerja dalam
rangka memperkenalkan metode atau kebijakan baru yang akan diterapkan
pada suatu sistem.
Sedangkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki metode simulasi antara lain:
Untuk membangun model simulasi yang valid dan dapat merepresentasikan
sistem nyata, diperlukan latihan khusus bagi pembuat model.
Hasil simulasi kemungkinan sulit untuk diintepretasikan, karena sebagian
besar output simulasi merupakan variabel random (karena didasarkan pada
input yang random pula) sehingga sulit untuk menentukan apakah observasi
merupakan hasil dari hubungan dalam sistem atau karena efek random.
Untuk membangun dan menganalisis model simulasi, terkadang mahal dan
diperlukan waktu yang panjang.
Banyaknya output yang dihasilkan dari studi simulasi atau dampak persuasif
dari animasi realistik seringkali menimbulkan tendensi untuk memberikan
kepercayaan yang terlalu besar pada hasil studi dibandingkan dengan hasil
justifikasi yang didasarkan pada pengalaman.
II.4 Sistem Dinamis
Forrester (1961) mendefinisikan dinamika industri sebagai berikut: ”Dinamika
industri adalah penelitian tentang karakter informasi umpan balik pada sistem
industri dan menggunakan model untuk merancang bentuk organisasi yang lebih
baik dalam penentuan kebijakan”.
Forrester (1961) menjelaskan konsep dasar dinamika sistem secara detail dalam
bentuk yang lebih teknis dengan menguraikan teori matematika dalam sistem
umpan balik. Awalnya, penggunaan pendekatan sistem dinamis dipusatkan pada
permasalahan yang timbul di dalam perusahaan. Akan tetapi tingkat perubahan
dalam sistem menjadi lebih cepat dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi
para pengambil keputusan pun makin meningkat. Sehingga pada perkembangan
selanjutnya, digunakan istilah System Dynamics untuk memberi arti yang lebih
II-14
umum yaitu pemakaian sistem dinamis pada berbagai bidang, baik dalam
pengetahuan alam maupun sosial.
Metode sistem dinamis telah diaplikasikan pada berbagai permasalahan baik
dalam sektor publik maupun swasta. Perusahaan-perusahaan besar dan sektor
pemerintah menggunakan sistem dinamis dalam perancangan kebijakan dan
strategi serta pengambilan keputusan taktis dan operasional. Permasalahan yang
dapat diaplikasikan pada sistem dinamis minimal memiliki dua sifat umum, yaitu
permasalahan tersebut bersifat dinamis, artinya masalah-masalah yang melibatkan
kuantitas yang berubah sepanjang waktu seperti pertumbuhan penduduk,
pertumbuhan ekonomi nasional dan fluktuasi harga; serta masalah yang
melibatkan ide umpan balik yang ditandai dengan adanya pengiriman dan
pengembalian informasi.
Meadows, et al (1982) di dalam Sterman (2000) mengungkapkan bahwa prinsip
sentral dari sistem dinamis adalah untuk memeriksa permasalahan dengan
perspektif yang berbeda dengan memperluas batasan dari mental model dari para
pengambil kebijakan. Dengan demikian diharapkan pengambil kebijakan dapat
mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dan efek samping dari aksi yang
dilakukan, termasuk implikasinya terhadap lingkungan, budaya dan moral.
Metode sistem dinamis menyediakan sarana untuk memperbaiki performansi.
Pendekatan ini tidak hanya mempermasalahkan pengalokasian sumber, tetapi juga
memahami perilaku yang terjadi. Selanjutnya berdasarkan pemahaman perilaku
tersebut, dilakukan perancangan kebijakan untuk memperbaiki perilaku yang
tidak dikehendaki.
II.4.1 Dasar Metodologi Sistem Dinamis
Metodologi dinamika sistem dibangun atas dasar tiga latar belakang disiplin yaitu
manajemen tradisonal, cybernetics, dan simulasi komputer (Sushil, 1993). Prinsip
dan konsep dari ketiga disiplin ini dipadukan untuk membangun sebuah
metodologi untuk memecahkan permasalahan manajerial secara holistik,
II-15
menghilangkan kelemahan dari masing-masing disiplin dan menggunakan
kekuatan setiap disiplin untuk membentuk suatu sinergi. Dasar metodologi
dinamika sistem dan input yang diberikan terhadap model dinamika sistem dapat
dilihat pada Gambar II.3.
Gambar II.3. Dasar metodologi dinamika sistem (Sushil, 1993)
Manajemen Tradisional
Manajemen tradisional adalah dunia nyata dari para praktisi manajerial yang
mengandalkan pengalaman dan penilaian dari para manajer. Dasar utama dari
manajemen tradisional adalah basis data mental dan model mental dengan
kekuatan utama pada kekayaan informasi kualitatif yang didapat dari pengamatan
dan pengalaman para manajer.
Cybernetics
Cybernetics adalah ilmu mengenai komunikasi dan kontrol yang didasari oleh
teori umpan balik. Kekayaan informasi yang terkandung dalam basis data mental
tidak dapat digunakan secara efektif tanpa adanya prinsip pemilihan informasi
yang relevan dan strukturisasi informasi. Dengan adanya cybernetics, informasi
yang ada dapat difiltrasi dan dihubungkan satu sama lain untuk membentuk
struktur kausal dan umpan balik di dalam sistem.
II-16
Simulasi Komputer
Simulasi komputer digunakan untuk mempelajari konsekuensi yang dihasilkan
oleh perilaku dinamis dari suatu sistem. Perkembangan yang pesat dalam dunia
komputer membuat simulasi dapat dilakukan dengan biaya yang rendah.
II.4.2 Struktur dan Perilaku Sistem Dinamis
Perilaku dinamis yang fundamental dalam sistem dinamis meliputi exponential
growth, goal seeking dan oscillation (Sterman, 2000). Exponential growth timbul
dari feedback positif (self inforcing feedback). Pada perilaku exponential growth,
kuantitas yang lebih besar (kecil) akan mengakibatkan net change yang besar
(kecil) pula. Namun tidak ada kuantitas real yang dapat tumbuh selamanya.
Karena itu, loop negatif dibutuhkan untuk membatasi pertumbuhan kuantitas ini.
Loop negatif meliputi proses perbandingan antara kondisi aktual dengan kondisi
yang diinginkan untuk kemudian diambil tindakan koreksi. Dalam konteks ini,
sistem memiliki perilaku goal seeking yaitu perilaku yang timbul karena adanya
feedback negatif (self controlling feedback). Perilaku ini menggambarkan suatu
sistem yang berusaha mencapai kondisi equilibrium. Sementara oscillation
muncul dari feedback negatif dengan time delay yang signifikan. Selama time
delay, dalam mengidentifikasi efek dari aksi yang kita ambil, tindakan koreksi
terus dilakukan untuk mengembalikan sistem ke kondisi equilibrium atau keadaan
yang diinginkan (goal) dari sistem bahkan setelah dicapainya kondisi equilibrium.
Sementara itu, interaksi non linear antar struktur umpan balik akan
membangkitkan pola perilaku sistem yang lebih komplek (Sterman, 2000).
Perilaku sistem yang ditimbulkan oleh interaksi non linear ini meliputi S-shaped
growth, S-shaped growth with overshoot dan overshoot and collapse. Struktur dan
perilaku dinamis suatu sistem dapat dilihat pada Gambar II.4.
II-18
II.4.3 Proses Pemodelan Sistem Dinamis
Dalam kerangka berpikir sistem dinamis, permasalahan dalam suatu sistem dilihat
tidak disebabkan oleh pengaruh luar (exogenous explaination) namun dianggap
disebabkan oleh struktur internal sistem (endogenous explaination). Fokus utama
dari metodologi dinamika sistem adalah memperoleh pemahaman atas suatu
sistem (Gambar II.5).
Gambar II.5. Kerangka berpikir sistem dinamis (Sushil, 1993)
Model akan sangat efektif jika dirancang untuk permasalahan atau bagian kecil
dari sebuah sistem daripada untuk pemodelan seluruh sistem itu sendiri. Sterman
(2000) mengungkapkan ”always models are problem, never model a system”.
Dalam pemodelan dinamika sistem, pemecahan masalah meliputi enam langkah
(Sushil, 1993; Sterman, 2000):
1. Identifikasi dan definisi masalah
2. Konseptualisasi sistem
3. Formulasi model
4. Simulasi dan validasi model
II-19
5. Analisis kebijakan dan perbaikan
6. Implementasi kebijakan
Pemahaman atas sistem melahirkan identifikasi dan definisi atas permasalahan
yang terjadi dalam sistem tersebut. Pada tahapan ini, penting bagi pembuat model
untuk mengidentifikasi tujuan pemodelan dengan jelas. Identifikasi tujuan yang
jelas berdasarkan permasalahan di dalam sistem membantu dalam membuat
kerangka model. Konseptualisasi sistem kemudian dilakukan atas dasar
permasalahan yang didefinisikan. Ini akan menimbulkan pemahaman yang lebih
mendalam atas sistem yang selanjutnya mungkin akan menimbulkan redefinisi
masalah sampai konseptualisasi sistem dapat dinyatakan diterima. Didasari atas
konseptualisasi sistem ini, selanjutnya model diformulasikan secara detail dalam
persamaan matematik. Formulasi terus berlangsung dengan tujuan mendapatkan
model logis yang dapat merepresentasikan sistem nyata. Kemudian model
disimulasikan dan dilakukan validasi yang juga akan menimbulkan umpan balik
tentang pemahaman sistem. Hasil validasi kemudian akan menimbulkan proses
perbaikan dan reformulasi model. Akhirnya dilakukan analisis kebijakan pada
model yang telah valid dan ini akan menambah pemahaman atas sistem.
Kebijakan menimbulkan perbaikan selanjutnya diimplementasikan dan feed back
dari sistem nyata diperoleh, yang pada akhirnya juga akan menambah pemahaman
atas sistem. Seluruh langkah ini dan alat-alat operasional yang digunakan dapat
dilihat pada Gambar II.6.
II-20
Analisis situasi
Pernyataan atassituasi permasalahn
Diagram hubungankausal
Diagram sub sistem
Diagram strukturkebijakan
Diagram alir
Persamaanmatematis
Simulasi dan validasi
Analisis kebijakan danpengembangan
skenario
Perbaikan kebijakan
Implementasikebijakan baru
Kua
litat
ifK
uan
titat
ifK
ualit
atif
+K
uan
titat
if
Langkah 1:Identifikasi dan definisi
masalah
Langkah 2:Konseptualisasi sistem
Langkah 3:Formulasi model
Langkah 4:Simulasi dan validasi
Langkah 5:Analisis kebijakan dan
perbaikan
Langkah 6:Implementasi
Gambar II.6. Langkah-langkah dalam metodologi dinamika sistem
(Sushil, 1993)
Sama halnya dengan bentuk model yang lain, model sistem dinamis digunakan
untuk merepresentasikan sistem nyata yang akan digunakan untuk memperoleh
perilaku sistem pada berbagai kondisi yang berbeda-beda. Model ini
menggunakan tiga cara berkomunikasi dalam merepresentasikan suatu sistem dan
mengikuti urutan yang logis, yang dapat dilihat pada Gambar II.7.
II-21
Gambar II.7. Cara merepresentasikan sistem nyata (Sushil, 1993)
II.4.4 Diagram dalam Model Sistem Dinamis
Berbagai jenis variabel saling berhubungan dan membentuk struktur umpan balik
dalam sistem. Hubungan-hubungan ini direpresentasikan dalam bentuk diagram
untuk melihat struktur sistem. Diagram-diagram yang tersedia dalam model
dinamika sistem digunakan untuk membantu pengertian atas struktur
permasalahan yang terjadi. Berbagai bentuk diagram yang digunakan adalah:
Diagram sub sistem (sub system diagram)
Diagram kausal (causal loop diagram)
Diagram struktur kebijakan (policy structure diagram)
Diagram alir (flow diagram)
II.4.4.1 Diagram Sub Sistem
Diagram sub sistem menunjukkan arsitektur model secara keseluruhan. Diagram
sub sistem dibuat dengan tujuan untuk merepresentasikan hubungan alir antara
sub sistem-sub sistem dari suatu situasi permasalahan pada tingkat agregat.
Representasi yang dilakukan meliputi struktur suatu sistem dalam bentuk sub
sistem yang terlibat dan hubungan di dalam sistem berupa aliran sumber seperti
II-22
material, tenaga kerja, order, uang, informasi dan sebagainya. Diagram sub sistem
memberikan gambaran luas atas struktur aliran yang terjadi dalam suatu sistem
dan usaha yang dikeluarkan untuk membangunnya relatif mudah. Gambar II.8.
menjelaskan simbol-simbol yang dipergunakan dalam diagram sub sistem.
Dalam diagram sub sistem, jika terdapat dua, tiga atau lebih sub sistem yang
bergabung dan membentuk sub sistem yang lain, maka dapat digunakan persegi
panjang yang lebih besar untuk merepresentasikan sub sistem tersebut gambaran
tipikal diagram sub sistem dengan tiga sub sistem A, B dan C dimana sub sistem
A dan B membentuk sub sistem D dapat dilihat pada gambar II.9.
Gambar II.8. Simbol dalam diagram sub sistem (Sushil, 1993)
Gambar II.9. Tipikal diagram sub sistem (Sushil, 1993)
Representasi yang dilakukan pada diagram sub sistem memiliki beberapa
kelemahan utama, yaitu:
II-23
Diagram sub sistem tidak memberikan gambaran umpan balik yang terjadi
dalam sistem,
Jenis variabel yang tidak terlihat,
Tidak menggambarkan struktur keputusan atau kebijakan.
II.4.4.2 Diagram Hubungan Kausal
Diagram hubungan kausal merepresentasikan cara kerja suatu sistem. Tujuan
utama diagram hubungan kausal adalah untuk menggambarkan hipotesis kausal
dalam pengembangan model dimana struktur sistem direpresentasikan ke dalam
bentuk agregat. Diagram ini digunakan untuk membantu pembuat model dalam
mengkomunikasikan struktur umpan balik serta asumsi-asumsi yang mendasari
pengembangan model.
Melalui diagram hubungan kausal, kita dapat melihat pengaruh suatu variabel atas
variabel lainnya. Pengaruh ini dapat berupa hubungan positif atau negatif.
Hubungan pengaruh (sebab dan akibat) ini ditandai dengan notasi ”+” (positif)
atau ”-” (negatif) pada ujung panah diagram hubungan kausal. Goodman (1984) di
dalam Sushil (1993) menjelaskan aturan untuk menentukan notasi dalam diagram
hubungan kausal:
Tanpa memperhatikan variabel-variabel lainnya jika perubahan pada satu
variabel mempengaruhi variabel lainnya dengan arah perubahan yang sama,
maka hubungan antar variabel ini dinyatakan dengan tanda ”+” (positif)
Dengan tetap tidak memperhatikan variabel yang lain, jika perubahan pada
satu variabel mempengaruhi variabel lainnya dengan arah perubahan yang
berbeda, maka hubungan antar variabel ini dinyatakan dengan tanda ”-”
(negatif)
Jika beberapa hubungan kausal digabungkan dan ditemukan bahwa terdapat suatu
alur yang berawal dan berakhir pada variabel yang sama, maka kita dapat
mengidentifikasikan sebuah loop umpan balik sebab akibat. Loop umpan balik ini
II-24
memiliki polaritas yang ditentukan oleh hubungan-hubungan kausal di dalamnya.
Polaritas dalam diagram hubungan kausal mendeskripsikan struktur sistem dan
bukan perilaku dari variabel-variabel yang terlibat. Loop memiliki polaritas positif
jika jumlah hubungan kausal negatif dalam loop tersebut adalah nol atau genap.
Sebaliknya, loop memiliki polaritas nagatif bila jumlah hubungan kausal negatif
yang terjadi adalah ganjil. Suatu situasi permasalahan biasanya akan terdiri dari
beberapa loop umpan balik yang saling berhubungan dan hal ini dikenal dengan
istilah sistem umpan balik. Pada Gambar II.10 dapat dilihat contoh sistem umpan
balik dalam diagram hubungan kausal.
PopulasiTingkat kelahiran Tingkat kematian
Fraksi tingkatkelahiran
Fraksi tingkatkelahiran
+
++ ++
-
+ -
Gambar II.10. Contoh diagram hubungan kausal (Sterman, 2000)
Diagram hubungan kausal memiliki beberapa kelemahan (Sushil, 1993), yaitu:
Tidak membedakan antara sub sistem fisik dan sub sistem informasi
Tidak membedakan antara level dan rate
Tidak menggambarkan keterangan rinci tentang jenis dari setiap variabel
Diagram ini sulit digunakan untuk menggambarkan keputusan yang akan
diambil atau kebijakan yang terlibat
II.4.4.3 Diagram Struktur Kebijakan
Diagram struktur kebijakan digunakan untuk menggambarkan struktur
keseluruhan dari kebijakan-kebijakan yang terdapat dalam sistem,
menggambarkan keputusan-keputusan yang diatur oleh kebijakan tersebut dan
elemen-elemen informasi yang mengatur kebijakan. Morecroft (1982) dalam
Sushil (1993) menyatakan bahwa diagram struktur kebijakan dan diagram sub
II-25
sistem relatif baru dikembangkan untuk dijadikan kerangka keputusan inheren
dalam situasi manajerial. Diagram struktur kebijakan untuk seluruh sub sistem
biasanya dibangun secara terpisah dan hubungan antar sub sistem ditunjukkan
dalam diagram. Kemudian diagram-diagram tersebut disatukan untuk membentuk
diagram struktur kebijakan untuk seluruh sistem.
II.4.4.4 Diagram Alir
Tujuan utama diagram alir adalah untuk merepresentasikan struktur aliran secara
rinci dari sistem dalam bentuk struktur kebijakan yang baik sehingga dapat
digunakan untuk menyusun model matematik. Diagram ini memiliki tingkat
ketelitian yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis diagram-diagram yang
lain (Sterman, 2000). Struktur umum diagram alir dapat dilihat pada gambar II.11.
Diagram alir memiliki kelebihan antara lain (Sushil, 1993); Sterman (2000):
Telah membedakan antara sub sistem fisik dan sub sistem informasi,
Telah membedakan setiap jenis variabel yang digunakan yaitu level atau
stock, rate dan auxiliary dengan simbol yang berbeda,
Memiliki hubungan satu-satu dengan persamaan matematik,
Mengindikasikan adanya delay dalam sistem,
Menunjukkan adanya smoothing terhadap beberapa variabel,
Menunjukkan dengan jelas jenis fungsi-fungsi khusus yang digunakan dalam
persamaan matematik.
Gambar II.11. Struktur umum diagram alir (Sterman, 2000)
II-26
II.4.5 Variabel dalam Model Sistem Dinamis
Terdapat tiga jenis variabel utama dalam metode sistem dinamis yang harus
diperlihatkan oleh pembuat model. Ketiga variabel utama tersebut adalah level
atau stock, rate dan auxiliary. Stock (level) dan rate merupakan variabel sentral
dalam dinamika sistem, sedangkan auxiliary merupakan variabel pelengkap
secara teoritis yang menjelaskan secara lebih rinci pada variabel yang lain. Di
samping ketiga variabel di atas, variabel lain yang digunakan dalam persamaan
model sistem dinamis adalah konstanta, yaitu nilai yang tidak berubah atau
mengalami perubahan yang sangat lambat selama kurun waktu simulasi. Ketiga
jenis variabel utama dan aliran yang terjadi antar variabel dapat dilihat pada
Gambar II.12.
Gambar II.12. Jenis variabel dalam model sistem dinamis (Sushil, 1993)
II.4.5.1 Variabel Level atau Stock
Variabel level atau stock merepresentasikan akumulasi atau integrasi suatu aliran
dari waktu ke waktu. Aliran tersebut dapat berupa aliran fisik seperti aliran
material, uang dan orang maupun aliran yang sifatnya intangible seperti aliran
informasi. Stock menyatakan state dari sistem yang menyediakan informasi bagi
pengambilan keputusan untuk melakukan suatu tindakan. Stock hanya dapat
II-27
berubah melalui variabel rate. Stock merupakan akumulasi aliran masuk (inflow)
dikurang aliran keluar (outflow) stock berada pada kondisi equilibrium ketika
tidak terjadi pada perubahan stock yang berarti total inflow sama dengan total
outflow.
II.4.5.2 Variabel Rate
Jika stock menyatakan state dari suatu sistem, maka variabel rate pada dasarnya
merupakan variabel keputusan yang diatur oleh satu atau lebih struktur kebijakan.
Rate merupakan satu-satunya variabel yang dapat mengubah stock dan
menentukan aliran masuk atau keluar, baik dari dan menuju stock. Rate tidak
dapat diukur secara langsung pada suatu titik waktu tertentu melainkan diukur
melalu selang waktu.
II.4.5.3 Variabel Auxiliary
Variabel auxiliary adalah persamaan derivatif yang merupakan fungsi dari
variabel lain, baik berupa konstanta maupun variabel eksogen. Dengan auxiliary,
kita dapat merepresentasikan suatu struktur kebijakan secara lebih baik dan jelas.
Jika variabel auxiliary dihilangkan maka detail dari struktur kebijakan tidak dapat
tergambar di dalam model.
II.4.6 Persamaan Matematik untuk Stock (Level) dan Rate
Stock (level) mengakumulasi atau merupakan integrasi dari rate. Net flow ke stock
menyatakan tingkat perubahan dari stock. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan
dalam persamaan integral di bawah ini:
)()()()( 0
0
tStockdssOutflowsInflowtStockt
t
..........................................(II.2)
II-28
Persamaan integral di atas ekivalen dengan persamaan diferensial yang
menyatakan bahwa nat rate perubahan dari stock adalah inflow dikurangi outflow.
)()()( tOutflowtInflowdt
Stockd ....................................................................(II.3)
II.4.7 Pengujian Model Sistem Dinamis
Validasi model sistem dinamis pada dasarnya adalah suatu proses membangun
kepercayaan pada kegunaan model sebagai alat perancang kebijakan. Model
merupakan penyederhanaan dari sistem nyata dengan beberapa batasan dan
asumsi yang menyertai. Greenberger, et. al 1976 dalam Sterman (2000)
menyatakan: ”tidak ada dan tidak akan pernah ada sebuah model yang valid
secara keseluruhan, namun kegunaan, imaji atau kepercayaan lebih tepat
digunakan untuk mendeskripsikan sebuah model dibandingkan dengan validitas”.
Pertanyaan atas validitas suatu model sebaiknya ditinjau dari segi kecocokkan dan
konsistensi model tersebut. Menurut Richardson & Pugh (1983)(dari Ida Giyanti,
2004), pertanyaan tentang validitas model akan lebih bermanfaat bila ditinjau dari
dua pertanyaan berikut:
Apakah model sesuai dengan tujuan dari permasalahan dari masalah yang
akan dipecahkan?
Apakah model konsisten dalam menggambarkan realita yang ingin
ditampilkan?
Pengujian terhadap model sistem dinamis secara umum dapat dibagi menjadi tiga
kategori utama, yaitu: validasi struktur, validasi perilaku dan analisis sensitivitas
(Sushil, 1993; Sterman, 2000).
II-29
II.4.7.1 Validasi Struktur
Pengujian yang dapat dilakukan untuk menilai validitas struktur model antara lain
(Sushil, 1993; Sterman, 2000):
1. Uji kecukupan batasan
Uji kecukupan batasan digunakan untuk menilai:
Apakah variabel-variabel penting yang menggambarkan permasalahan
yang ingin dipecahkan telah diformulasikan secara endogen?
Apakah variabel eksogen dan variabel yang tidak dicakup dalam model
dapat diterima dan tidak bertentangan dengan pengetahuan sistem nyata?
Dengan pembatasan tersebut apakah model telah dapat digunakan untuk
memecahkan masalah dengan tujuan pemodelan yang dilakukan?
2. Uji kesesuaian struktur
Uji kesesuaian struktur dilakukan dengan menguji:
Apakah struktur model tidak berlawanan dengan pengetahuan yang ada
tentang struktur dari sistem nyata?
Apakah struktur-struktur utama dari sistem nyata telah dimodelkan?
Apakah level agregasi dalam pemodelan dapat diterima?
Tingkat kepercayaan atas ketepatan struktur model akan meningkat jika hasil
pengujian menunjukkan bahwa struktur model tidak berlawanan dengan
pengetahuan tentang struktur sistem nyata dan juga jika struktur-struktur
utama dalam sistem telah dimodelkan.
3. Uji konsistensi dimensi
Uji ini dilakukan untuk memeriksa keseimbangan dimensi peubah pada kedua
sisi persamaan. Model harus menjamin keseimbangan dimensi antara peubah
bebas dan peubah terikat yang membentuknya.
4. Uji kesesuaian parameter
Uji kesesuaian parameter digunakan untuk memverifikasi apakah variabel dan
parameter yang terlibat dalam model memiliki konsep yang berarti dalam
sistem nyata.
II-30
II.4.7.2 Validasi Perilaku
Pengujian yang dapat dilakukan untuk menilai validitas perilaku model antara lain
(Sushil, 1993; Sterman, 2000):
1. Uji pada kondisi ekstrim
Dalam uji ini, model dicoba pada kondisi ekstrim. Ketika model dicoba pada
kondisi yang ekstrim, model harus mampu menunjukkan robustness-nya,
dimana perilaku model mengikuti perilaku alami suatu kejadian.
2. Uji kesalahan integrasi
Uji kesalahan integrasi digunakan untuk memeriksa sensitivitas model
terhadap pemilihan time step dan metode integrasi dalam simulasi. Model
harus disimulasikan dengan beberapa time step dengan metode integrasi yang
berbeda. Ada dua metode integrasi yang digunakan dalam simulasi sistem
dinamis, yaitu metode Euler dan Runge-Kutta. Idealnya, output simulasi tidak
sensitif terhadap pemilihan time step, yang berarti model memberikan perlaku
yang sama untuk time step yang berbeda. Pemilihan metode Euler dalam
integrasi dapat diterima jika model tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan jika disimulasikan dengan metode Runge-Kutta.
3. Uji reproduksi perilaku
Uji reproduksi perilaku digunakan untuk membandingkan perilaku model
dengan perilaku sistem nyata. Untuk menilai kesesuaian perilaku model
dengan sistem nyata, dapat diuji statistik.
4. Uji prediksi perilaku
Uji prediksi perilaku dilakukan dengan test prediksi kejadian (event prediction
test) yang memfokuskan pada dinamika alami suatu kejadian. Uji ini
digunakan untuk melihat respon perilaku model ketika dilakukan perubahan
secara tiba-tiba pada suatu peubah.
II-31
II.4.7.3 Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat sensitivitas numerik, perilaku dan
implikasi kebijakan ketika asumsi tentang parameter, batasan model dan level
agregasi diubah pada range yang masuk akal. Karena dalam melakukan
pemodelan, kita selalu berhadapan dengan ketidakpastian (uncertainty).
II.4.8 Kelebihan dan Kelemahan Sistem Dinamis
Sushil (1993) mengemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan pemodelan
sistem dengan metode sistem dinamis.
Kelebihan metode sistem dinamis
1. Input utama diambil dari basis data mental dari para manajer sehingga model
yang dibuat akan menjadi kaya informasi dan mudah digunakan dengan
menggunakan pemikiran manajemen tradisional.
2. Memanfaatkan kelebihan pemikiran manusia dan mampu mengatasi
kelemahan yang ada dengan mengikuti kelebihan penugasan antara human
mind dan teknologi.
3. Dapat menyaring dan menstrukturkan basis data mental dari para manajer
dengan menggunakan prinsip teori umpan balik dan cybernetics.
4. Didasarkan pada konsep bounded rationality sehingga menjadi model yang
praktis.
5. Memberikan umpan balik dalam sistem sosial untuk memberi perlindungan
terhadap perilaku yang berlawanan dengan intuisi (counterintuitif).
6. Memiliki fleksibilitas dalam konsep dan dalam pendekatan praktis untuk
menghadapi situasi permasalahan yang berbeda.
7. Dapat digunakan dalam model dinamika sistem non linier.
8. Memberikan respon waktu dari variabel penting dalam sistem sehingga
perilaku dinamik dapat dinilai dan diperbaiki.
II-32
9. Dapat mengidentifikasi penyebab gejala permasalahan sehingga langkah yang
diambil dapat digunakan untuk mendesain ulang kebijakan dan mengoreksi
dan memperbaiki perilaku sistem.
10. Dapat digunakan dalam eksperimen kebijakan dengan mensimulasikan
lingkungan yang biasanya tidak mungkin digunakan dalam sistem sebenarnya
atau akan memerlukan biaya yang sangat mahal.
11. Menyediakan lingkungan studi atau lingkup kajian (microworlds) untuk
pembahasan kebijakan yang efektif.
12. Memiliki alat bantu berupa diagram untuk mengembangkan struktur sebab
akibat. Masukan dari grafik dapat digunakan untuk konseptualisasi maupun
komunikasi.
13. Mendukung berbagai variasi fungsi matematika dan logika dalam kerangka
kerja pemodelan.
14. Dapat memodelkan selang waktu (delay) aliran sumber daya dengan sangat
efektif.
15. Didukung oleh perangkat lunak interaktif yang khusus dengan fasilitas grafik
sehingga kemampuan pemograman untuk simulasi sebagai bagian dari
pembuat model tidak begitu diperlukan.
Kelemahan Metode Sistem Dinamis
1. Metodologi sistem dinamis bersifat deterministik. Jika model stokastik
memiliki orde yang sangat tinggi maka model harus dikembangkan untuk
perlakuan stokastik.
2. Mengasumsikan bahwa peubah keputusan sebagai peubah kontinu walaupun
tidak diperlukan dalam sistem nyata.
3. Memerlukan banyak input data mental dan peranan manajerial yang intensif.
Selain itu, model-model yang efektif hanya dapat dirancang oleh pembuat
model yang telah berpengalaman.
4. Model diperluas secara eksponensial dengan menggunakan lebih banyak
faktor endogen, dan hal tersebut menimbulkan kesulitan dalam menjaga agar
model tetap sederhana.
II-33
5. Model-model yang kompleks sulit untuk dikomunikasikan.
6. Validasi yang ekstensif dan analisis sensitivitas dapat mengacu pada analisis
yang berlebihan, yang tidak diperlukan pada situasi yang diberikan.
7. Seringkali sangat sulit untuk mengenali struktur kebijakan pada peubah rate
dan level, karena hanya mungkin mendefinisikannya secara kualitatif.
8. Perilaku dinamis hanya menunjukkan perkiraan yang tidak pasti. Hal tersebut
tidak dapat digunakan untuk peramalan.
9. Tidaklah mungkin untuk mencapai solusi yang optimal.
10. Dapat menghasilkan model-model dengan bias manajerial.
11. Memiliki kekurangan dalam kekakuan sains.
12. Model-model yang dihasilkan menjadi satu kesatuan dan sulit untuk
menangani keragaman pendapat manajerial.
II.5 Teori Ekonomi Makro
Analisis makro melihat kegiatan ekonomi sosial secara menyeluruh dimana pasar-
pasar produk tidak lagi dilihat secara terpisah. Di sini pasar dilihat sebagai satu
pasar besar. Dalam perekonomian nasional yang dilihat sebagai satu sistem terdiri
dari empat pasar besar yang saling berkaitan, yaitu:
Pasar barang
Pasar uang
Pasar tenaga kerja
Pasar luar negeri
Seperti halnya pengertian pasar dalam ekonomi mikro, yaitu suatu mekanisme
dimana pembeli dan penjual berinteraksi untuk menentukan tingkat harga barang
dan jumlah barang yang diperjualbelikan (Sukirno, 1999), maka suatu pasar besar
dalam ekonomi makro dapat dibayangkan sebagai tempat bertemunya permintaan
dan penawaran. Di pasar barang, permintaan agregat masyarakat akan barang dan
jasa bertemu dengan seluruh barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh
produsen dalam masyarakat, yang dikenal dengan penawaran agregat dalam suatu
II-34
periode. Di pasar uang, permintaan masyarakat akan uang (karta dan giral) akan
bertemu dengan sejumlah uang karta dan giral yang beredar. Sementara di pasar
tenaga kerja, permintaan total akan tenaga kerja dari sektor dunia usaha dan
pemerintah bertemu dengan jumlah angkatan kerja yang tersedia. Dan di pasar
luar negeri, permintaan internasional akan hasil ekspor suatu negara akan bertemu
dengan penawaran yang disediakan oleh eksportir. Di sisi lain kebutuhan negara
akan barang impor bertemu dengan penawaran barang-barang impor dari luar
negeri.
II.5.1 Pelaku Ekonomi dalam Perekonomian Terbuka
Dalam perekonomian terbuka, seperti ditunjukkan pada Gambar II.13, sektor-
sektor ekonomi dibedakan menjadi empat golongan: perusahaan, rumah tangga,
pemerintah dan luar negeri.
Gambar II.13. Aliran pendapatan dalam perekonomian terbuka (Sukirno, 1999)
Penggunaan faktor-faktor produksi oleh sektor perusahaan akan mewujudkan
aliran pendapatan ke sektor rumah tangga yang berupa gaji dan upah, sewa,
bunga, dan keuntungan – yaitu seperti ditunjukkan oleh aliran 1. Aliran
II-35
pendapatan ini telah dikurangi oleh pajak keuntungan perusahaan (aliran 2), tetapi
belum dikurangi oleh pajak pendapatan rumah tangga (aliran 3). Rumah tangga
dalam perekonomian akan menggunakan pendapatan mereka untuk transaksi
berikut ini:
1. Membeli barang dan jasa yang diproduksi sektor perusahaan dan pengeluaran
konsumsi ini dinamakan sebagai konsumsi barang dan jasa yang
diproduksikan di dalam negeri atau Cdn (aliran 4).
2. Membayar pajak pendapatan kepada pemerintah, yaitu seperti ditunjukkan
oleh aliran 3.
3. Mengimpor, yaitu membeli barang-barang yang diproduksi negara lain, yang
ditunjukkan oleh aliran 5.
4. Menabung sisa pendapatan yang diperoleh ke lembaga keuangan dan ini
digambarkan oleh aliran 6.
Di samping oleh adanya aliran uang ke luar untuk membayar impor,
perekonomian terbuka mewujudkan pula aliran pengeluaran ke sektor perusahaan
yaitu aliran yang diakibatkan oleh pembayaran ekspor sektor perusahaan. Aliran
pengeluaran yang diperoleh dari negara-negara luar ditunjukkan oleh aliran 10.
Aliran 8 adalah pembelanjaan (pengeluaran) penanam modal (investor) untuk
membeli barang modal dan peralatan modal dari sektor perusahaan. Sedangkan
aliran 9 adalah pengeluaran pemerintah ke sektor perusahaan untuk membeli
barang-barang kebutuhan administrasi pemerintah dan barang modal untuk
investasi pemerintah.
II.5.2. Keseimbangan Pendapatan Nasional
Dari aliran pengeluaran ke berbagai sektor atas sektor perusahaan seperti yang
ditunjukkan oleh gambar 2, dapatlah disimpulkan bahwa dalam perekonomian
terbuka komponen pengeluaran agregat dalam pendapatan nasional terdiri dari:
II-36
1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga atas barang konsumsi dan jasa yang
diproduksi di dalam negeri (Cdn).
2. Investasi perusahaan, yaitu perbelanjaan penanam modal atas barang-barang
modal yang diproduksi di dalam negeri.
3. Pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumsi dan investasi pemerintah).
4. Ekspor, yaitu pengeluaran negara-negara lain atas barangg dan jasa yang
dihasilkan sektor perusahaan.
Perekonomian akan mencapai keseimbangan apabila penawaran agregat sama
dengan pengeluaran agregat. Dalam perekonomian terbuka, keadaan yang
mewujudkan keseimbangan tersebut adalah:
XGICMY ……………………………………………………….(II.4)
MY adalah penawaran agregat, dan XGIC adalah pengeluaran
agregat. Persamaan di atas dapat disederhanakan menjadi:
)( MXGICY ..……………………………………………………(II.5)
Y : pendapatan nasional
C : konsumsi
I : investasi
G : pengeluaran pemerintah
X : ekspor
M : impor
II.5.3 Pengali dalam Perekonomian Terbuka
Nilai pengali (multiplier) dalam perekonomian terbuka akan menjadi lebih kecil
dari multiplier perekonomian tertutup. Multiplier yang semakin kecil tersebut
disebabkan oleh pemisalan bahwa impor adalah proporsional nilainya dengan
pendapatan nasional, sedangkan ekspor bersifat pengeluaran otonomi (Sukirno,
1999). Semakin tinggi pendapatan nasional suatu negara (Y), semakin besar
pengeluaran warga negara untuk menhkonsumsi barang-barang impor.
II-37
Untuk menerangkan perhitungan multiplier dalam perekonomian terbuka secara
aljabar, digunakan pemisalan-pemisalan berikut:
Fungsi konsumsi adalah dcYaC …………………………………………(II.6)
a : konstanta
c : marginal propensity to consume
Yd : pendapatan disposible
Pajak proporsional adalah tYT …………………………………………….(II.7)
t : tingkat pajak
Investasi perusahaan adalah I0
Pengeluaran pemerintah adalah G0
Ekspor adalah X0
Impor adalah mYM ………………………………………………………..(II.8)
m : tingkat impor
Berdasarkan pemisalan-pemisalan di atas, pendapatan nasional dapat ditentukan
dengan menyelesaikan persamaan:
MXGICY …………………………………………………….(II.9)
oood XGIcYaY ………………………………………………....(II.10)
mYXGItYYcaY ooo ..…………………………………….(II.11)
ooo XGIamYctYcYY …..…………………………………..(II.12)
ooo XGIamctcY )1( ……..…………………………………..(II.13)
000)1(1 XGIa
mctcY
……...…………………………………(II.14)
Jadi bila salah satu unsur permintaan berubah sebesar satu unit maka nilai
permintaan agregat akan berubah sebesar nilai pengali (multiplier) dikalikan
dengan perubahan tersebut, yaitu:
II-38
)()1(
1 Imctc
Y
……...……………………………………………(II.15)
)()1(
1G
mctcY
……..……………………………………………(II.16)
)()1(
1X
mctcY
…..………………………………………………(II.17)
II.6 Powersim Constructor dan Kegunaannya
Powersim merupakan singkatan yang berasal dari kata Powerful Simulation.
Powersim merupakan paket simulasi yang dirancang untuk memberikan
kemampuan membuat struktur bisnis yang kompleks berdasarkan metode
pemodelan yang disebut system dynamics. Powersim merupakan alat (tool) untuk
mempermudah simulasi model system dynamics. Menggunakan software
Powersim tidak berarti dengan sendirinya menggunakan metodologi system
dynamics (Avianto, 2006). System dynamics dapat disimulasikan dengan berbagai
jenis software, termasuk software spreadsheet, misalnya Excel. Software-software
yang didesain untuk membuat simulasi model system dynamics, sampai saat ini
yang tersedia di pasar adalah : Dynamo, Vensim, Stella, I-think, Powersim.
Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah Powersim Constructor
Version 2.5d(4002).