bab ii tinjauan pustaka - eprints.umm.ac.ideprints.umm.ac.id/41055/3/bab ii .pdf · bab ii tinjauan...
TRANSCRIPT
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Boiler
Boiler merupakan mesin kalor (thermal engineering) yang mentransfer
energi-energi kimia atau energi otomis menjadi kerja / usaha (Muin : 28). Boiler
atauketel uap adalah suatu alat berbentuk bejana tertutup yang digunakan untuk
menghasilkan steam. Steam diperoleh dengan memanaskan bejana yang berisi air
dengan bahan bakar, (Yohana dan Askhabul 2009 : 13). Boiler mengubah energi-
energi kimia menjadi bentuk energi yang lain untuk menghasilkan kerja. Boiler
dirancang untuk melakukan atau memindahkan kalor dari suatu sumber
pembakaran, yang biasanya berupa pembakaran bahan bakar. Boiler berfungsi
sebagai pesawat konversi energi yang mengkonfersikan energi kimia (potensial)
dari bahan bakar menjadi energi panas. Boiler terdiri dari 2 komponen utama, yaitu:
1. Dapur sebagai alat untuk mengubah energi kimia menjadi energi panas.
2. Alat penguap (evaporator) yang mengubah energi pembakaran (energi
panas)menjadi energi potensial uap (energi panas).
Boiler pada dasarnya terdiri dari bumbungan (drum) yang tertutup pada ujung
pangkalnya, dan dalam perkembangannya dilengkapi dalam pipa api maupun pipa
air. Banyak orang mengklasifikasikan ketel uap tergantung kepada sudut pandang
masing-masing (Muin 1988 : 8). Boiler berguna untuk menghasilkan uap yang akan
digunakan untuk memasak (merebus) bubur kedelai. Tujuan perebusan adalah
untuk mendenaturasi protein dari kedelai sehingga protein mudah terkoagulasi saat
penambahan asam.
Pada perancangan boiler ini akan dirancang boiler yang cocok untuk industry
tahu. Yakni boiler bertipe pipa api.
5
2.2 Uap Atau Steam
Uap air adalah sejenis fluida yang merupakan face gas dari air, bila mengalami
pemanasan sampai temperatur didih dibawah tekanan tertentu. Uap air tidak
berwarna, bahkan tidak terlihat bila dalam keadaan murni kering. Uap air dipakai
pertama sekali sebagai fluida kerja adalah oleh James Watt yang terkenal sebagai
penemu Mesin Uap Torak.
Uap air tidak mengikuti hukum-hukum gas sempurna, sampai dia benar-benar
kering (kadar uap 100%). Bila uap adi kering dipanaskan lebih lanjut maka dia
menjadi uap adi panas (panas lanjut) dan selanjutnya dapat dianggap sebagai gas
sempurna. Uap air terbentuk dalam 3 jenis, yaitu :
1. Uap saturasi basah
2. Uap saturasi kering
3. Uap adi panas (muin,1988 : 109)
Uap yang digunakan untuk pemasakan bubur kedelai padapada perancangan
ketel industri tahu ialah uap saturasi kering,akan tetapi lebih efisien lagi jika dalam
pemasakan kedelai menggunakan uap adi panas. Maka dari itu perlu merancang
ketel dengan efisiensi yang tinggi agar menunjang dalam proses produksi tahu.
Ketel yang akan dirancang ialah ketel pipa api karena mempunyai efektivitas dan
efisiensi produksi uap yang tinggi.
2.3 Pemanasan Sistem Uap Pada Produksi Tahu
Tahu merupakan salah satu makanan tradisional yang populer. Bahan makanan
ini diolah dari kacang kedelai. Pada proses pembuatan tahu ini bahan bakunya yaitu
kacang kedelai, air, garam, dan bumbu yang lainnya. Proses pembuatan tahu
umumnya terdiri dari beberapa tahap yaitu :
1. Perendaman
2. Pencucian kedelai
3. Penggilingan
6
4. Perebusan/pemasakan
5. Penyaringan
6. Pengendapan dan penambahan bumbu
7. Pencetakan dan pengepresan
Proses perebusan bubur kedelai pada industri tahu umumnya masih dilakukan
dengan alat konfensional. Proses perebusan dilakukan yaitu dengan menggunakan
dandang yang dipanaskan diatas api dengan bahan bakar kayu. Proses perebusan
kedelai juga dapat dilakukan dengan menggunakan pemanasan sistem uap. Proses
perebusan ini dilakukan disebuah bak berbentuk bundar yang dibuat dari semen
atau dari logam yang dibagian bawahnya terdapat pemanas uap.
Uap panas berasal dari ketel uap atau boiler yang dialirkan melalui pipa besi.
Bahan bakar yang digunakan sebagai sumber panas adalah kayu bakar. Tujuan
perebusan adalah untuk mendenaturasi protein dari kedelai sehingga protein mudah
terkoagulasi saat penambahan bumbu. Titik akhir perebusan ditandai dengan
timbulnya gelembung-gelembung panas dan mengentalnya larutan/bubur kedelai
(purba,2017).
Pada perancangan boiler pipa api yang akan dirancang untuk industri tahu ini
, sistem pemanasan uapnya sama dengan pabrik tahu pada umumnya. Akan tetapi
yang membedakan ialah pemakaian bahan bakar. Pada industri umumnya
menggunakan bahan bakar kayu, dengan kelangkaan kayu saat ini maka
perancangan ini menggunakan bahan bakar alternative yakni bahan bakar pirolisis
sampah plastik
2.4 Bahan Bakar Cair
Bahan bakar cair berasal dari minyak bumi. Minyak bumi didapat dari dalam
tanah dengan jalan mengebornya di ladang-ladang minyak, dan memompanya
sampai ke atas permukaan bumi, untuk selanjutnya diolah lebih lanjut menjadi
berbagai jenis minyak bakar.
7
Umumnya dari minyak bumi (crude oil), dapat dipisah-pisahkan beberapa
macam bahan bakar cair, antara lain berbagai jenis bensin, minyak tanah, kerosin,
berbagai minyak solar serta berbagai jenis minyak bakar untuk ketel uap.
Pemisahan-pemisahan menjadi beberapa jenis bahan bakar tersebut dilakukan
dengan jalan distilasi bertingkat, melalui berbagai tingkatan temperatur
(Djokosetyardjo, 1989).
2.4.1 Minyak Pirolisis Plastik
Penggunaan plastik didalam kehidupan masyarakat sangat luas.Hal ini karena
plastik memiliki banyak kelebihan dibandingkan bahan lainnya.Sebagian besar
plastik yang digunakan masyarakat merupakan jenis plastik polietilena.Ada dua
jenis polietilena, yaitu high density polyethylene (HDPE) danlow density
polyethylene (LDPE).HDPE banyak digunakan sebagai botol plastik minuman,
sedangkan LDPE untuk kantong plastik.Sehingga tidak mengherankan jikalau
limbah plastik sangat banyak dan sulit untuk ditanggulangi, sehingga diharapkan
limbah plastic ini dapat didaur ulang menjadi bahan yang lebih bermanfaat.
Salah satu perusahaan di Indonesia yaitu PT. Artha Teknindo – Artech
mengatakan bahwa limbah plastik dapat menjadi BBM.Dalam mengolah limbah
plastik menjadi BBM, limbah plastik tidak diperlukan perlakuan pre‐sortir dan tidak
pula diperlukan kondisi yang harus bersih dari kotoran seperti pasir, abu, kaca,
logam, tekstil, air, minyak bekas dll.Setiap satuan berat plastik, dapat
menghasilkan70% Minyak, 16% Gas, 6% Carbon Solid dan 8% Air. Adapun
karakteritik dari minyak plastic yaitu antara lain massa jenis 0,73 kg/L dengan nilai
kalor sebesar 10498 kJ/kg.Menurut penelitian Joko Santoso, 2010, masa jenis
minyak plastik dengan suhu reaktor pada antara 350 oC sampai 450 oC,
menghasilkan massa jenis rata-rata sebesar 0,74 kg/L, viskositas 0,51 m2/s dan nilai
kalor sebesar 43,33 MJ/kg (Irawan,2015). Maka dari itu minyak dari sampah plastik
ini digunakan untuk bahan bakar ketel sebagai bahan bakar alternative juga
berperan mengurangi sampah plastic yang menumpuk.
8
Oleh alasan yang terperinci diatas, pada perancangan ketel pipa api untuk
industry tahu ini akan menggunakan bahan bakar pirolisis dari sampah plastik guna
mengurangi sampah plastic yang menumpuk serta mengurangi polusi yang
diakibatkan oleh pembakaran langsung dari sampah plastik ini.
2.5 Instrumen Boiler Penunjang Perancangan
Adapun instrument penyusun ketel adalah sebagai berikut
1. Pressure Gauge
Pressure Gauge berfungsi sebagai alat untuk menunjukkan besarnya
tekanan uap di dalam boiler. Pada pemasangan manometer ini digunakan
pipa angsa (symphon pipe) untuk menghindari kesalahan pengukuran
karena tekanan dan temperatur tinggi langsung dihubungkan dengan
manometer.
Gambar 2.1 Pressure Gauge
Perlu diketahui juga berapa kisaran dari kerja suatu Pressure Gauge
hal tersebut diperlukan untuk mengetahui tekanan maksimum yang
diijinkan pada perancangan ini di mana sistem atau peralatan dirancang
untuk beroperasi dengan aman. Pressure gauge yang digunakan ialah
pressure gauge tipe analog dengan tekanan yang tinggi. Pemilihan rentang
ukur pressure gauge biasanya mengacu pada tekanan normal pada saat
sistem bekerja. Standar ASME B40.1 merekomendasikan tekanan normal
9
pada saat sistem bekerja pada 25% sampai dengan 75% dari rentang ukur
pressure gauge. Namun, jika tekanan yang akan diukur ternyata gampang
berubah, ada baiknya tidak melebihi 50% dari rentang ukur pressure gauge.
2. Thermometer
Thermometer berfungsi untuk mengukur temperatur yang
beroperasi di dalam boiler. Thermometer yang digunakan harus melebihi
temperatur maksimal yang digunakan, yaitu harus lebih dari 1500 0C.
Gambar 2.2 Thermometer
Thermometer yang dipakai pada perancangan ini ialah thermometer
tipe bimetal, yang sistem kerjanya menggunakan logam sebagai bahan
untuk menunjukkan adanya perubahan suhu dengan prinsip logam yang
memuai jika dipanaskan dan menyusut jika didinginkan.
3. Water level gauge
Pada pengoperasian boiler sebagai peralatan utamanya harus ada
alat pengukur ketinggian air (water level gauge). Level air harus dijaga agar
tetap berada pada standar level air, untuk itu harus dapat mengetahui tentang
level air secara benar.
10
Gambar 2.3 Water Level Gauge
Jenis water level gauge yang digunakan pada perancangan ini yaitu
reflex glass dengan mengetahui level air dari tabung kaca.
4. Safety valve
Safety valve berfungsi sebagai pengaman yang akan bekerja bila
terdapat tekanan lebih pada ketel uap atau tekanan pada ketel uap melebihi
batas tekanan yang diijinkan.
Gambar 2.4 Safety Valve
Safety valve yang digunakan pada perancangan ini ialah safety
valve yang umum digunakan pada ketel yang mengacu pada standart
ASME.
11
5. Main steam valve
Katub ini berfungsi sebagai pembuka dan penutup jalur utama
steam yang akan digunakan untuk proses produksi tahu. Main steam valve
yang digunakan pada perancangan ketel ini ialah yang sudah tertera pada
standart ASME ketel uap.
6. Blowdown valve
Berfungsi untuk membuang air maupun kotoran yang ada di dalam
boiler. Air dalam boiler akan menjadi kondesat dan di dalamnya juga
terdapat padatan-padatan dan dapat menjadi kerak. Blowdown valve ini
juga digunakan untuk memasukkan air pengisian (purba,2017).
Gambar 2.5 Blowdown Valve.
Blowdown yang digunakan pada perancangan ini ialah blowdown
yang mempunyai standart ASME yang telah dikeluarkan dan dikembangkan
dipasaran.
7. Burner
Di dalam pembakaran dari bahan bakar cair, diperlukan suatu proses
penguapan atau proses atomisasi bahan bakar. hal ini diperlukan untuk
mendapatkan pencampuran yang baik dengan udara pembakaran. Minyak
12
bakar distilat bisa terbakar dengan api yang biru jika secara sempurna bahan
bakar ini diuapkan dan tercampur merata (homogenous) dengan udara
sebelum terbakar. Burner yang digunakan untuk membakar bahan bakar
dalam bentuk uap atau bentuk atom-atom (spray-doplet) sebelum terbakar
berbeda konstruksi dasarnya, yaitu vaporizing burner dan atomizing burner.
Gambar 2.6 Burner Bahan Bakar Cair.
Instrument diatas dipasang pada perancangan ketel pipa api pada industry
pembuatan tahu karena diperlukan untuk pengontrolan uap yang keluar dari dalam
ketel menuju bak pemasakan tahu. Instrument diatas juga berguna untuk
mengatasi human error pada pengoperasiannya, sehingga dapat terhindar dari
kecelakaan yang diakibatkan oleh boiler.
2.6 Klasifikasi Ketel Uap
Ketel Uap banyak sekali macamnya, dan perkembangannya dapat
mengikuti kemajuan teknologi masa kini. Dari sekian banyak macam ketel perlu
dikelompokkan menjadi beberapa bagian. sesuai kegunaannya, konstruksinya dan
lain-iain. Di bawah ini akan diuraikan pengelompokan tersebut secara garis besar:
Ketel dibuat untuk menghasilkan uap dengan jalan memanasi air yang
ada di dalamnya oleh gas panas hasil pembakaran bahan bakar. Ketel harus
bekerja seefisien mungkin; artinya harus dapat menghasilkan uap sebanyak-
banyaknya dengan pemakaian bahan bakar yang seminimal mungkin. Oleh
karena itu konstruksi ketel harus sedemikian sehingga panas dari bahan bakar
harus sebanyak-banyaknya dapat diserap oleh air ketel guna menghasilkan uap.
13
Untuk mencapai hal tersebut maka konstruksi ketel dibuat dari susunan pipa-
pipa yang memisahkan antara air dan gas-gas panas yang memanaskan air
tersebut.
2.6.1 Dilihat dari zat yang mengalir di dalam pipanya, ketel dibagi menjadi
tiga golongan yaitu :
1. Ketel-ketel lorong api dan ketel-ketel pipa api
Yaitu ketel-ketel api dan gas asap yang digunakan untuk memanasi air
dan uap, akan melalui silinder api, lorong-lorong api dan pipa-pipa ataupun
tabung-tabung api (fire cylinder, fire duct, fire pipes and fire tubes), yang
dibagian luarnya terdapat air atau uap.
Jenis ketel-ketel uap yang tergolong dalam ketel lorong api atau ketel
pipa api adlah ketel-ketel uap kecil serta sederhana, yang hanya mampu
memproduksi uap maksimum sebanyak 10 ton uap per jam, dengan tekanan
maksimum 24 kg/cm2. Jadi tergolong ketel-ketel untuk tekanan rendah.
Ketel-ketel ini merupakan awal dari pembuatan ketel-ketel
selanjutnya. Ketel-ketel ini umumnya mempunyai isi air yang cukup besar,
sehingga merupakan tangki.
Yang termasuk dalam golongan ini ialah ketel-ketel :
a) Ketel cornwell dan ketel Lancashire
Gambar 2.7 Ketel Lancashire.
b) Ketel schots dan ketel schots kembar
14
Gambar 2.8 Ketel Schots.
c) Ketel kombinasi antara silinder api, lorong api, dan pipa-pipa api,
serta pipa uap, beserta beberapa varian
Gambar 2.9 Ketel Kombinasi.
d) Ketel lokomotif dan lokomobil
Gambar 2.10 Ketel Lokomotif.
e) Ketel-ketel tegak, ketel Cochran dan variannya
15
Gambar 2.11 Ketel Cochran.
2. Ketel-ketel pipa air biasa
Yaitu ketel-ketel air atau uap di dalam pipa-pipa atau tabung-tabung,
yang dipanasi olehapi atau asap di bagian luarnya. Ketel-ketel pipa air ini
umumnya bertekanan sedang yaitu antara 45 kg/cm2 sampai dengan 140
kg/cm2, dengan produksi uap mencapai 1000 ton uap setiap jamnya. Jenis-
jenis ketel ini mempunyai efisiensi total yang lebih besar dari ketel-ketelm
pipa api. Peralatan –peralatan pada ketel ini umumnya sudah tidak lagi
dilayani dengan tangan (manusia).
Yang termasuk dalam golongan ketel-ketel pipa air biasa ialah :
a) Ketel seksi (section boiler) dan beberapa variannya
Gambar 2.12 Ketel Seksi.
b) Ketel yarrow dan ketel-ketel berpipa terjal serta beberapa variannya
Gambar 2.13 Ketel Yarrow.
c) Ketel-D (D-boiler) atau ketel dengan dua drum.
16
Gambar 2.14 Ketel-D.
d) Ketel pancaran dan beberapa variannya
Gambar 2.15 Ketel Pancaran.
3. Ketel-ketel pipa air dengan perencanaan khusus
Ketel-ketel pipa air jenis ini direncanakan dengan berbagai maksud, antara
lain :
-digunakan untuk tekanan-tekanan tinggi dan tekanan superkritis,melebihi
225 kg/cm2
-untuk dapat menggunakan bahan bakar nuklir
-untuk menggunakan air dengan kualitas yang agak rendah
17
-untuk memperbesar beban tungkun ketel atau untuk memperbesar angka
perpindahan panasnya
-dan untukmaksud-maksud lain
Yang termasuk dalam golongan ketel-ketel pipa air dengan perencanaan
khusus ialah :
a. Ketel siklus ganda atau Binaire cycle boiler, dengan variannya
berupa ketel/reactornuklir.
Gambar 2.16 Reaktor Nuklir.
b. Ketel-ketel untuk tekanan super kritis, yaitu ketel Benson, ketel
Sulzer dan ketel Universal pressure boiler.
Gambar 2.17 Ketel Sulzer.
c. Ketel Loffler atau ketel siklus uap (circulating steam boiler) yang
memungkinkan pengguna air dengan kualitas agak rendah.
18
Gambar 2.18 Ketel Loffler.
d. Ketel Velox dan ketel-ketel dengan tungku bertekanan dengan
maksud memperbesar beban tungku serta memperbesar angka
perpindahan panasnya.
Gambar 2.19 Ketel Velox.
e. Ketel Merkuri, yang menggunakan air raksa dan uapnya
Ketel-ketel jenis ini didesain dengan maksud untuk penyempurnaan
ketel-ketel pipa air yang telah ada sebelumnya atau ketel-ketel pipa
air yang biasa.
19
Gambar 2.20 Ketel Merkuri.
2.6.2 Dilihat dari Letak Dapur (Furnace Position), ketel dibagi menjadi :
1. Ketel dengan pembakaran di dalam (internally fired steam boiler).
Dalam hai ini dapur berada (pembakaran terjadi )di bagian dalam ketel .
kebanyakan ketel pipa api memakai system ini.
Gambar 2.21 Ketel Pembakaran Dalam.
2. Ketel dengan pembakaran di luar (outernally fired steam boiler).
Dalam hai ini dapur berada (pembakaran terjadi )di bagian dalam ketel .
kebanyakan ketel pipa air memakai system ini.
Gambar 2.22 Ketel Pembakaran Luar.
20
2.6.3 Dilihat dari Porosnya Tutup Drum (Shell), ketel dibagi menjadi :
1. Ketel tegak (vertikal steam boiler), seperti ketel cocharn, ketel clarkson dll.
Gambar 2.23 Ketel Tegak.
2. Ketel mendatar (horizontal steam boiler), seperti ketel cornish,
lancashire, scotch dll.
Gambar 2.24 Ketel Mendatar.
2.6.4 Dilihat dari Bentuk dan Letak Pipa, ketel dibagi menjadi :
1. Ketel dengan pipa lurus, bengok dan berllekak-lekuk ( stright, bent
and sinous tubeler heating surface )
Gambar 2.25 Ketel Pipa Lurus.
21
2. Ketel dengan pipa miring datar dan miring tegak (horizontal, inclined
or vertical tubeler heating surface )
Gambar 2.26 Ketel Pipa Miring.
2.6.5 Dilihat dari Peredaran Air Ketel (water circulation), ketel dibagi
menjadi:
Gambar 2.27 Ketel Peredaran.
1. Ketel dengan peredaran alam (natural circulation steam boiler). Pada
natural circulation boiler, peredaran air dalam ketel terjadi secara alami
yaitu air yang ringan naik, sedangkan terjadilah aliran aliran conveksi
alami. Umumnya ketel beroperasi secara aliran alami, seperti ketel
lancashire, babcock & Wilcox.
2. Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler). Pada
ketel dengan aliran paksa, aliran peksa diperoleh dari sebuah pompa
centrifugal yang digerakkan dengan elektric motor misalnya la-mont
boiler, benson boiler, loeffer boiler dan velcan boiler.
Dari uraian macam-macam ketel diatas, diambil ketel jenis pipa api
untuk diterapkan dalam perancangan ketel pada industri tahu. Ketel pipa api
merupakan ketel yang memiliki efisiensi tinggi dari tipe-tipe sederhana
22
lainnya seperti ketel pipa air. Ketel pipa api sendiri memiliki beberapa
bentukan (tipe) antara lain Lanchashire, Schots, Lokomotif, Kombinasi, dan
ketel tegak (Cochran). Dari semua tipe tersebut yang paling cocok dan
efektif untuk perindustrian tahu ialah ketel Schots.
2.7 Ketel Schots dan Ketel Schots Kembar
Jenis ketel yang dibicarakan berikut ini direncanakan agar api atau gas
asap selalu bersinggungan dengan dinding-dinding yang berbatasan dengan
air atau uap.
Ketel ini, seperti halnya pada ketel Lancashire, mempunyai dua atau
tiga buah silinder api, namun silinder-silinder api tersebut bermuara pada
kotak api (Flame Case). Kotak api tersebut seluruhnya terendam di dalam
air yang ada di dalam drum ketel.
Api dan gas asap mengalir dari rangka bakar yang terdapat di dalam
silinder api, melalui silinder-silinder api sampai ke kotak api sampai ke
kotak api, dan dari kotak api melalui ppa-pipa api dan mencapai cerobong
asap dan keluar melaluinya.
Nampak perbedaannya dengan ketel cornwell atau ketel Lancashire,
bahwa drum ketel atau tangki ketel tidak terlalu panjang, serta adanya
perbedaan bahwa tidak ada tembokan-tembokan ketel, kecuali beberapa
batu tahan api penunjang rangka bakar.
Perbedaan memuai antara silinder api dan pipa-pipa api tidak terlalu
besar, yang antara lain disebabkan pendeknya ketel. Bila masih terdapat
perbedaan pemuaian antara silinder api dan pipa-pipa api, maka hal ini
diatasi dengan membuat silinder api bergelombang yang dengan demikian
mudah memegas, dan mencegah melengkungnya front yang atar dari kotak
api dan front belakang tangki ketel. Dengan demikian ketel ini tidak mudah
bocor akibat pemuaian.
Pipa-pipa api dipasang pada lubang-lubang yang terdapat pada front
belakang drum ketel, dan pada front kotak api dengan cara dilindis atau
dirol.
23
Bila ada pipa api yang bocor pada tempat pelindisannya, dapat
diperbaiki dengan melindis kembali pipa yang bocor tersebut. Ulangan
pelindisan hanya dapat dilakukan beberapa kali saja, sesudah itu pipa
menjadi mat terlindis, dan lindisan berikutnya tidak ada faedahnya lagi,
sehingga pipa harus diganti.
Front-front dari drum ketel, baik yang di depan maupun yang di
belakang, merupakan bidang datar yang luas. Front-front datar semacam ini
tidak tahan tekanan uap. Front-front harus ditunjang dengan baut-baut
penunjang yang terbentang antara dua bidang bidang front yang datar yang
berhadapan, yaitu antara front belakang dengan dinding kotak api, atau
antara front depan dengan dinding kotak api lainnya.
Kadang-kadang ada diantara pipa-pipa api yang menghubungkan
antara kotak api dan front belakang digunakan sebagai pipa-pipa penunjang.
Dalam hal ini hubungan pipa dengan front datar dan dinding kotak api
bukannya dilindis melainkan dengan hubungan ulir.
Atap kotak api juga berupa bidang datar yang perlu ditunjang dengan
jembatan penunjang dan baut-baut penunjang.
Sambungan antara silinder api an kotak api yang dikeling, kepala-
kepala kelingan hendaknya di daerah aliran api. Silinder api harus dapat
dibongkar pasang tanpa membuka front belakang.
Untuk menghasilkan produksi uap yang besar, ketel Schots dapat
dibuat kembar, yang kadang-kadang ada yang membuat dengan dua buah
silinder api yang bermuara bersama-sama pada sebuah kotak api saja.
Tekanan maksimal pada ketel Schots yang pernah dibuat ialah 18
kg/cm2 atau 1,8 N/mm2.
Keberatan-keberatan dari ketel Schots ialah karena besarnya drum
ketel, lebih-lebih bila menggunakan tiga buah silinder api. Drum ketel yang
besar memerlukan dinding yang lebih tebal pula, sehingga untuk kapasitas
yang agak besar, ketel Schots ini menjadi mahal.
24
Gambar 2.28 Ketel Schots.
Ketel schots dipilih menjadi ketel yang akan didesain. Karena Ketel
schots memiliki beberapa keunggulan yang cocok untuk industri tahu,
yakni :
Efisiensinya tinggi
Proses pembuatan uap cepat, dikarenakan terdapat tambahan pipa-
pipa api kecil di dalamnya.
Produksi uap dari ketel tipe schots banyak (gemuk).
2.8 Neraca Kalor
Neraca kalor adalah perimbangan antara “energi masuk” (input)
dengan “energi berguna” (output) dan “kehilangan energi (losses).
Sebagai energi masuk atau suplai energi adalah jumlah energy hasil
pembakaran bahan bakar :
Jadi suplai energy :
Qia = Wf x (LHv) kkal/jam.
Atau Qin = (LHv) kkal/kg.b.b.
“Energi berguna” adalah energy yang diserap oleh air sampai terbentuk uap
dalam ketel.
Jadi Qout = Ws (Hsat - Ha) kkal/jam.
Atau Qout = We (Hsat - Ha) kkal/kg.b.b.
We = 𝑊𝑠
𝑊𝑓 kg/kg.b.b.
(disebut kelipatan penguapan).
Hsat = enthalpi uap saturasi kkal/kg.
Ha = enthalpi air pemula.
25
“Kehilangan energy panas” adalah semua kehilangan panas yang
disebabkan oleh kondisi pembakaran dan peralatan ketel. Jadi secara
sederhana dapat dinyatakan sebagai berikut ini.
Gambar 2.29 Diagram Neraca Kalor pada Ketel.
Pada perancangan neraca kalor digunakan untuk mengetahui jumlah
kalor yang masuk serta kalor yang keluar pada sistem kalor ketel.
2.9 Daya Guna (Efisiensi) Ketel
Daya guna (efisiensi) ketel adalah perbandingan antara konsumsi panas
dengan suplai panas.
Jadi : 𝜂k = 𝑊𝑠 (𝐻𝑠𝑎𝑡)−𝐻𝑎)
𝑊𝑓 (𝐿𝐻𝑣) ………………………(1.23a).
𝜂k = We (𝐻𝑠𝑎𝑡)−𝐻𝑎)
(𝐿𝐻𝑣) …………………....(1.23b).
Sedang persentase kerugian panas adalah perbandingan antara jumlah
kerugian panas dengan jumlah suplai panas.
Jadi : (1 – 𝜂k) = 𝑄𝑙𝑜𝑠𝑡
𝑊𝑓 (𝐿𝐻𝑣)
Ada dua cara untuk menghitung efisiensi ketel, yaitu dengan cara
metode langsung dan metode tak langsung. Pada metode langsung,
perhitungan efisiensi ketel ialah dengan cara menjumlahkan panas total
dengan fluida kerja dalam ekonomiser, evaporator, pemanas lanjut, dan
26
pemanas ulang dievaluasi dan besaran ini dibagi dengan energy masukan
bahan bakar, jadi :
Efisiensi ketel : 𝜂k = 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑖𝑡𝑎𝑚𝑏𝑎ℎ𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝜂k = 𝑊𝑠 (ℎ𝑠𝑢𝑝−ℎ1)+𝑊𝑟 (ℎ𝑟2−ℎ𝑟1)
𝑊𝑓 (𝐻𝐻𝑉)
Wf adalah suplai bahan bakar,
Wr adalah jumlah aliran uap dari pemanas ulang,
Ws ialah jumlah aliran uap dari pemanas lanjut,
H1 ialah entalpi air pengisian ketel yang masuk,
Hsup ialah entalpi uap meninggalkan pemanas lanjut,
Hr1 ialah entalpi uap memasuki pemanas ulang, dan
Hr2 ialah entalpi uap meninggalkan pemanas ulang.
Oleh karena sangat sulit untuk mengukur jumlah bahan bakar dan
fluida dengan ketelitian lebih dari sekitar 5 persen, metode langsung
pengevaluasian efisiensi generator uap ini tidak terlalu akurat dan tidak
digunakan dalam praktek.
Kebanyakan perhitungan efisiensi ketel dibuat berdasarkan metode
tak langsung. Pada system ini, dianggap bahwa energy masukan bahan
bakar total dipindahkan ke fluida kerja ataupun hilang dengan berbagai cara
, tetapi kerugian ini dapat diketahui. Secara total ada 6 maacam kerugian
panas pada ketel dan semuanya dihitung dalam bentuk kerugian energy
persatuan berat bahan bakar kkal/jam atau kkal/kg. dengan menggunakan
sistem ini, efisiensi generator uap menjadi :
𝜂k = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟−𝑘𝑒𝑟𝑢𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
𝜂k =[1 - 𝑘𝑒𝑟𝑢𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
(𝐻𝐻𝑉)𝑏.𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟] (muin,1988 : 223-225).
27
Perhitungan nilai efisiensi ini diperuntukan untuk mendesain ketel,
sehingga kita mendapatkan hasil rancangan yang sesuai dengan efisiensi
yang kita akan desain.
2.10 Nilai Dan Kemampuan Kerja Ketel Daya Kuda Ketel
Di awal abad kedua puluh telah dilakukan usaha untuk
menghubungkan kapasitas ketel dengan kapasitas penggerak mula uap,
yaitu mesin uap torak (reciprocating steam engine). Ini menghasilkan satuan
kapasitas ketel yang disebut daya kuda ketel (boiler horsepower), yaitu satu
daya kuda ketel menghasilkan satu daya kuda energy mekanis yang setara.
Menurut The America Society of Mechanical Engineers (ASME), satu daya
kuda ketel setara dengan energi penguapan 15,653 kg air tiap jam pada suhu
1000C. Selain istilah daya kuda ketel, sebuah istilah lain, disebut nilai ketel
(boiler rating). Ketel dengan nilai 100 persen diharapkan dapat
menghasilkan satu daya kuda ketel untuk setiap 10 sqft (± 1 m2 ), luas BP
evaporatif/tidak termasuk luas BP ekonomiser dan BP pemanas lanjut.
Kedua istilah tersebut, yakni daya kuda ketel dan nilai ketel adalah
harga kadaluarsa karena kebanyakan pembangkit uap modern mempunyai
nilai lebih dari 400 persen. Kadang-kadang dapat ditemui ketel-ketel tua
atau kecil yang dinilai dengan istilah daya kuda ketel.
Kebanyakan pembangkit uap modern dinilai dengan besaran kapasitas
uap (steam capacity) biasanya dengan satuan kkal/jam atau kkal/kg pada
tekanan dan temperature uap tertentu. Sekarang kelihatannya belum ada
usaha untuk menghubungkan kapasitas turbin atau generator dengan
kapasitas ketel. Penilai yang terakhir ini disebut juga spesifikasi katel.
Daya guna ketel yang dapat menunjukkan prestasi kerja ketel atau
generator uap ialah daya guna (efisiensi) (𝜂k). Besaran ini didefinisikan
sebagai angka perbandingan energy yang dipindahkan ke atau diserap oleh
fluida kerja di dalam ketel berkisar antara 70 hingga 90 persen dan
umumnya paling tinggi pada beban ketel yang rendah.
28
Daya kuda ketel dapat ditentukan sebagai berikut ini :
Boiler horse power = 𝑊𝑠 (𝐻𝑠𝑎𝑡−ℎ1)
539,2 𝑥 15,653 hp ………………..(1.24)
Selain yang disebutkan diatas ada lagi penilaian terhadap ketel uap
yang disebut tara penguapan (equivalent eraporation), yaitu jumlah air ketel
yang menguap pada 1000C dan 1 atm normal menjadi uap saturasi kering
pada 1000C dan 1 atm normal.
Ini sering kali disebut sebagai tara penguapan dari dan pada 1000C, dan
diberi notasi E.
Jadi : E = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑝𝑎𝑛
539,2
Jumlah panas penguapan adalah jumlah panas yang diperlukan untuk
membentuk uap dari air pengisi ketel (feed water).
Jadi : E = 𝑊𝑠 (𝐻𝑠𝑎𝑡−ℎ1)
539,2 (kg) ………………………………..(1.25)
Harga (𝐻𝑠𝑎𝑡−ℎ1)
539,2 dikenal sebagai factor evaporasi (Fe), jadi :
Fe = (𝐻𝑠𝑎𝑡−ℎ1)
539,2 kg …………………………………….(1.26)
Jadi : E = Ws x Fe kg ……………………………………..(1.27)
Disamping itu ada cara lain untuk menilai ketel yaitu dengan
menentukan harga kelipatan penguapan standar, yaitu perbandingan antara
jumlah panas untuk membentuk uap dengan enthalpi uap saturasi pada suhu
1000C dan tekanan 1 atm std.
Jadi : (We)std = 𝑊𝑠 (𝐻𝑠𝑎𝑡−ℎ1)
639,2 …………………………………(1.28).
Angka 639,2 adalah enthalpi uap saturasi pada suhu 1000C dan tekan 1 atm
abs (std).
Sedangkan perbandingan antara produksi uap (kapasitas ketel) dengan
suplai bahan bakar disebut kelipatan penguapan (We), jadi :
29
(We)std = 𝑊𝑠
𝑊𝑓 kg/kg ………………………………………..(1.29).
(muin,1988 : 225-227).
Besaran ini didefinisikan sebagai angka perbandingan energy yang
dipindahkan ke atau diserap oleh fluida kerja di dalam ketel. Sehingga di
dapatkan ukuran kerja ketel yang akan kita desain, atau disebut dengan daya
ketel.
2.11 Perhitungan Mengenai Kekuatan Dinding Ketel
2.11.1 Drum ketel atau tangki ketel
Drum ketel atau tangki ketel, diperhitungkan terhadap dua kemungkinan
pecah yaitu :
2.11.1.1 Tebal drum dihitung berdasarkan kemungkinan belah :
D = diameter dalam drum ketel.
t= tebal drum ketel dalam meter.
Ϭt = tegangan tarik yang sebenarnya di dalam dinding drum ketel dalam
newton/meter persegi.
Ϭ’t = tegangan tarik yang di izinkan (newton/m2).
L = panjang drum sebelah dalam (meter).
p= tekanan di dalam drum ketel (newton/m2).
Besarnya Gaya untuk membelah drum = P Newton =
P = L x D x p (newton)
Gaya sebesar P Newton tersebut ditahan oleh dinding drum ketel yang luas
irisannya F (m2).
F = [2 x L x t + 2 x t x (D + 2.t)] (m2)
= (2.L.t + 2.t.D + 4.t2) (m2)
Dengan tegangan di dalam dinding drum sebesar N/m2 sehingga :
30
P = L.D.p = F. Ϭt = (2.L.t + 2.t.D + 4.t2) . Ϭt
Bila 4.t2 diabaikan, karena dianggap kecil terhadap 2.t.D ; maka didapat :
P = (2.L.t + 2.t.D) x Ϭt atau t = 𝐿 𝑥 𝐷 𝑥 𝑝
2 𝑥 Ϭt x (L x D) (meter)
Bila pembilang dan penyebut dibagi dengan L menjadi
t = 𝐷 𝑥 𝑝
2 𝑥 Ϭt x (1 xD
L ) (meter)
agar drum tidak belah, maka haruslah :
tb ≥ 𝐷 𝑥 𝑝
2 𝑥 Ϭ′t x (1 xD
L ) (meter)
2.11.1.2 Drum Ketel Diperhitungkan Terhadap Kemungkinan Putus
Gaya yang akan memutuskan drum = K Newton =
K = ∏
4 x D2 x p (Newton)
Gaya tersebut akan ditaham oleh dinding dengan luas
F = ∏
4 x (D + 2t)2 – D2 (m2)
= ∏
4 x (D2 + 4.D.t + 4t)2 – D2 (m2)
= ∏
4 x ( 4.D.t + 4t2) (m2)
Bila harga 4t2 diabaikan karena dianggap kecil terhadap 4.D.t., maka
tegangan Ϭt yang timbul.
Ϭt = 𝐾
𝐹 =
∏
4 x D2 x p
∏
4 x 4.D.t
Ϭt = 𝐷 𝑥 𝑝
4.𝑡 (Newton/m2)
Atau 𝑡 = 𝐷 𝑥 𝑝
4 𝑥 Ϭt (meter)
Agar drum tidak putus, maka :
31
𝑡 ≥ 𝐷 𝑥 𝑝
4 𝑥 Ϭ′t (meter)
Karena untuk D/L < 1 maka berlaku
2 x (1 + D/L) < 4 atau 1
2 𝑥 (1+𝐷
𝐿) >
1
4
Sehingga :
𝐷 𝑥 𝑝
2 𝑥 (1+𝐷
𝐿) 𝑥 Ϭ′t
> 𝐷 𝑥 𝑝
4 .Ϭ′t atau berarti :
tb > tp
32
Jadi : Tebal drum bila dihitung berdasarkan kemungkinan belah (= tb) adalah
lebih besar atau lebih tebal dibanding dengan bila dihitung
berdasarkan kemungkinan putus (=tp).
Dengan demikian, untuk perhitungan-perhitungan tebal drum ketel,
selanjutnya hanya dihitung terhadap kemungkinan belah karena lebih aman
atau lebih tebal.
Adapun harga-harga Ϭt tidak hanya tergantung terhadap macamnya
bahan drum ketel, namun juga tergantung dari temperatur kerja dinding
drum.
Mengingat bahwa pada umumnya drum ketel banyak dilubangi, antara
lain untuk sambungan pipa-pipa dan tabung-tabung, demikian pula pada
ujung-ujung drum sering pula terdapat lubang orang atau man-hole, maka
dengan demikian kekuatan dinding drum menjadi berkurang, sehingga
dengan demikian digunakan rumus-rumus pengalaman untuk menentukan
tebalnya dinding drum sebagai berikut :
Di = diameter sebelah dalam drum ketel dalam meter.
D0 = diameter sebelah luar drum ketel dalam meter.
Dengan D0 ≤ 1,2 Di
v = (s – D) / s = factor pelemahan.
s = jarak antara masing-masing garis tengah lubang pipa-pipa atau
tabung-tabung dalam meter.
k = factor keamanan,
untuk baja tuang k = 2,0
untuk baja biasa k = 1,5
j = Faktor Konversi, menjadi :
j = 100 bila p dan Ϭ’t dinyatakan dalam kg/mm2
j = 1 bila p dan Ϭ’t dinyatakan dalam newton/m2
33
maka harga untuk t didapat sebagai berikut :
t = 𝐷𝑖 𝑥 𝑝
(2.𝑗.𝑣.Ϭ’t)
𝑘−𝑝
(meter)
2.11.1.3 Tebal ujung drum atau tebal front (=tu) :
2.11.2 Tebal pipa-pipa penguap dan pipa-pipa pemanas lanjut :
Bila d0 = diameter luar pipa, kurang dari 0,20 meter
t = 𝐷0 𝑥 𝑝
(2.𝑗.𝑣.Ϭ’t)
𝑘+𝑝
(meter)
dengan v ≤ 0,9
k = 1,5
2.11.3 Header
2.11.3.1. Header dengan irisan empat persegi panjang :
Dengan v = ( s – d ) / s
k untuk baja tuang = 1,8
k untuk baja biasa = 1,3 sampai 1,4
34
2.11.3.2. header dengan irisan bundar dan bujur sangkar :
Bila ujungnya berlubang :
Bila ujungnya tidak berlubang :
35
2.11.4 Sambungan-sambungan keling pada drum ketel :
Dalam merencanakan tebalnya dinding drum ketel, dari rumus-rumus
perhitungan yang terdahulu, perlu diperhitungkan prosentase kekuatan
dinding ɸ1 seperti tersebut dalam table.
2.11.5 Sambungan-sambungan las pada ketel uap :
36
(Djokosetyardjo, 1932 : 173-181)
Perhitungan tebal dinding ketel diperuntukan untuk pendesainan. Dalam
proses pendesaianan diperlukan ukuran-ukuran kritis material sebelum mencapai
titik kritis. Titik kritis tersebut sangat berbahaya jika tidak di ketahui yang
kemudian akan menyebabkan ledakan pada ketel. Perhitungan tebal ini berguna
untuk mendesain tebal ideal yang cocok untuk desain yang akan kita buat, sehingga
dapat menghindarkan dari kecelakan-kecelakaan yang disebabkan oleh meledaknya
ketel.