bab ii tinjauan pustaka -...

38
http://digilib.unimus.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis A.1. Definisi 1,6-9 TB (Tuberkulosis) merupakan penyakit menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman ini menyerang paru (TB paru), dan dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan lain-lain. TB dapat disembuhkan dengan berobat secara tepat dan teratur minimal 6 bulan. Kuman TB menular dari seorang pasien TB menular (BTA positif) yang batuk dan bakteri tersebut menyebar melalui udara yang terhirup orang sehat. A.2. Etiologi 10,11 Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent) dan lingkungan (environment) yang digambarkan sebagai segitiga. Perubahan dari sektor lingkungan akan mempengaruhi host, sehingga akan timbul penyakit secara individu maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut. Pada prinsipnya secara umum kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga epidemiologi menggambarkan hubungan tiga komponen penyebab penyakit, yaitu penjamu, agen dan lingkunan seperti gambar berikut:

Upload: vanngoc

Post on 30-Jan-2018

231 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis

A.1. Definisi 1,6-9

TB (Tuberkulosis) merupakan penyakit menular yang

disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar

kuman ini menyerang paru (TB paru), dan dapat juga mengenai

organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe,

tulang, dan lain-lain. TB dapat disembuhkan dengan berobat secara

tepat dan teratur minimal 6 bulan. Kuman TB menular dari seorang

pasien TB menular (BTA positif) yang batuk dan bakteri tersebut

menyebar melalui udara yang terhirup orang sehat.

A.2. Etiologi 10,11

Teori segitiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya

penyakit disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host),

penyebab (agent) dan lingkungan (environment) yang digambarkan

sebagai segitiga. Perubahan dari sektor lingkungan akan

mempengaruhi host, sehingga akan timbul penyakit secara individu

maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan tersebut.

Pada prinsipnya secara umum kejadian penyakit yang

digambarkan sebagai segitiga epidemiologi menggambarkan

hubungan tiga komponen penyebab penyakit, yaitu penjamu, agen

dan lingkunan seperti gambar berikut:

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

Gambar 2.1. Segitiga epidemiologi penyebab penyakit

Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan

perlunya analisis dan pemahaman masing-masing komponen.

Perubahan pada satu komponen akan mengubah ketiga komponen

lainnya, dengan akibat menaikkan atau menurunkan kejadian

penyakit TB paru. Komponen untuk terjadinya penyakit TB paru

yaitu:

a. Agent

Agent penyebab penyakit Tuberkulosis adalah kuman TB

(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

menyerang paru (TB paru), tetapi dapat juga mengenai organ

tubuh lainnya.

b. Host (Pejamu)

Pejamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh

pengaruh agent. Dalam penelitian ini yang diteliti dari faktor

penjamu adalah faktor Manusia.

c. Environment (Lingkungan)

Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang

bukan bagian dari agent maupun pejamu, tetapi mampu

menginteraksikan agent dan pejamu.

Agent

Host Environment

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

A.3. Patogenesis 1

A.3.1. Tuberkulosis Primer

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas

akan bersarang di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu

sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek primer.

Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam

paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer

akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus

(limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh

pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis

regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis

regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer

ini akan mengalami salah satu nasib sebagai berikut:

1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali

(restitution ad integrum)

2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain

sarang ghon, garis fibrotik, sarang perkapuran di hilus)

3. Menyebar dengan cara:

a. Perkontinuitatum (menyebar ke sekitamya)

Salah satu contoh adalah epituberkulosis, yaitu

suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus

lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar

sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas

bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman

tuberkulosis akan menjalar sepanjang bronkus yang

tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan

menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis

tersebut, yang dikenal sebagai epituberkulosis.

b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru

bersangkutan maupun ke paru sebelahnya atau tertelan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen.

Penyebaran ini berkaitan dengan daya tahan tubuh,

jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan

dapat sembuh secara spontan, akan tetapi bila tidak

terdapat imunitas yang adekuat, penyebaran ini akan

menimbulkan keadaan cukup gawat seperti

tuberkulosis milier, meningitis tuberkulosis,

typhobacillosis landouzy. Penyebaran ini juga dapat

menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya,

misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia dan

sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin

berakhir dengan:

a. Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya

pertumbuhan terbelakang pada anak setelah

mendapat meningoensefalitis, tuberkuloma) atau

b. Meninggal

A.3.2. Tuberkulosis Post-primer (Sekunder)

Tuberkulosis post-primer akan muncul bertahun-tahun

kemudian setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada

usia 15-40 tahun. Tuberkulosis post-primer mempunyai nama

yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa,

localized tuberculosis, tuberkulosis menahun, dan

sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi

masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber

penularan. Tuberkulosis post-primer dimulai dengan sarang

dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior

maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk

suatu sarang pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan

mengikuti salah satu jalan sebagai berikut:

1. Direabsorpsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan

cacat.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses

penyembuhan dengan membentuk jaringan fibrosis.

Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh

dalam bentuk perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi

aktif kembali dengan membentuk jaringan keju dan

menimbulkan kaviti, bila jaringan keju dibatukkan keluar.

3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju

(jaringan kaseosa). Kaviti akan muncul dengan

dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya

berdinding tipis, kemudian dindingnya akan menjadi tebal

(kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi:

a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni

baru. Sarang pneumoni ini akan mengikuti pola

perjalanan seperti yang disebutkan di atas.

b. Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan

disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan

menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali,

mencair lagi dan menjadi kaviti lagi.

c. Bersih dan menyembuh yang disebut open healed

cavity, atau kaviti menyembuh dengan membungkus

diri dan akhimya mengecil. Kemungkinan berakhir

sebagai kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga

kelihatan seperti bintang (stellate shaped).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

Gambar 2.2. Skema perkembangan sarang tuberkulosis post-primer dan

perjalanan penyembuhannya

A.4. Klasifikasi 1,7,8

A.4.1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak BTA (bakteri tahan asam),

TB paru dibagi atas:

a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:

Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak

menunjukkan hasil BTA positif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan

BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan

gambaran tuberkulosis aktif

Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan

BTA positif dan biakan positif

b. Tuberkulosis paru BTA (-)

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA

negatif, gambaran klinis dan kelainan radiologi

menunjukkan tuberkulosis aktif

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA

negatif

A.4.2. Berdasarkan tipe pasien

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:

a. Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah mendapat

pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT

kurang dari satu bulan.

b. Kasus kambuh (relaps)

Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya

pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah

dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian

kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak

BTA positif atau biakan positif. Bila BTA negatif atau

biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi

aktif/perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus

dipikirkan beberapa kemungkinan:

Lesi non-tuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis,

jamur, keganasan, dll)

TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter

spesialis yang berkompeten menangani kasus

tuberkulosis

c. Kasus defaulted atau drop out (putus berobat)

Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1

bulan dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut

atau lebih sebelum masa pengobatannya selesai.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

d. Kasus gagal

Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif

atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu

bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.

e. Kasus kronik

Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih

positif setelah selesai pengobatan ulang dengan

pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.

A.5. Diagnosis

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala

klinis, pemeriksaan fisik atau jasmani, pemeriksaan bakteriologi,

radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya, yaitu:1

a. Gejala klinik 1

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan,

yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena

adalah paru maka gejala lokal iaiah gejala respiratori (gejala

lokal sesuai organ yang terlibat):

1. Gejala respiratorik

Batuk > 2 minggu

Batuk produktif (berdahak dan atau disertai darah)

Sesak napas

Nyeri dada

Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai

tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung

dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical

check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit,

maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang

pertama tetjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk

diperlukan untuk membuang dahak ke luar.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

2. Gejala Sistemik

Demam

Gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam,

anoreksia dan berat badan menurun

3. Gejala Tuberkulosis Ekstra-paru

Gejala tuberkulosis ekstra-paru tergantung dari organ

yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan

terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar

getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat

gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis

terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi

yang rongga pleuranya terdapat cairan.

b. Pemeriksaan Jasmani 1

Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung

luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal)

perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali)

menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di

daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen

posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Pada pemeriksaan

jasmani dapat ditemukan antara lain suara nafas bronkial,

amforik, suara nafas melemah, ronki basah.

Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisik

tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi

ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah

sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.

Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar

getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan

metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran

kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

c. Pemeriksaan Bakteriologik

Pemeriksaan bakteriologi fungsinya untuk menemukan

kuman tuberkulosis.1 Pemeriksaan ini mempunyai arti yang

sangat penting dalam menegakkan diagnosis.1 Bahan untuk

pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan

pleura, liquor-cerebro-spinal (LCS), bilasan bronkus, kurasan

bronkoalveolar, urin, dan jaringan biopsi.1 Di indonesia sendiri

untuk menegakkan tuberkulosis paru sering menggunakan

spesimen dahak, yaitu mengumpulkan 3 spesimen dahak yang

dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-

Sewaktu (SPS): 7,8

S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB

datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek

membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak

pagi pada hari kedua.

P (pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari

kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan

diserahkan sendiri kepada petugas di UPK (unit pelayanan

kesehatan).

S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua,

saat menyerahkan dahak pagi.

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan

ditemukannya kuman TB (BTA) setelah pemeriksaan dahak

mikroskopis tersangka TB paru.7,8

Pada program TB nasional,

penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis

merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto

toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai

penunjang diagnosis, sepanjang sesuai dengan indikasinya.7,8

Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan

pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu

memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

sering terjadi overdiagnosis.7,8

Selain itu, gambaran kelainan

radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.

Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek

TB paru berikut: 7,8

Gambar 2.3. Alur diagnosis TB Paru.7,8

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

d. Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan standar ialah foto toraks AP (anteroposterior).1

Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral, top-lordotik,

oblik, CT-Scan.1 Pada pemeriksaan foto toraks, tuberikulosis

dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk

(multiform).1 Ada 2 gambaran radiologi yang dicurigai sebagai

lesi TB paru, yaitu: 1

1. Aktif, apabila:

Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan

posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus

bawah

Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan

opak berawan atau nodular

Bayangan bercak miller

Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)

2. Inaktif, apabila:

Fibrotik

Kalsifikasi

Schwarte atau penebalan pleura

Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama

ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan

tidak memerlukan foto toraks. Namun pada kondisi tertentu

pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi

sebagai berikut: 7,8

Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.

Pada kasus ini pemeriksaan foto toraks dada diperlukan

untuk mendukung diagnosis TB paru BTA positif. (lihat

bagan alur).

Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3

spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah

pemberian antibiotika non-OAT (lihat bagan alur).

Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak

nafas berat yang memerlukan penanganan khusus

(seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa, efusi

perikarditis atau efusi pleura) dan pasien yang mengalami

hemoptisis berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau

aspergiloma).

A.6. Pengobatan TB Paru

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai

penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

Oleh karena itu pemerintah menerapkan strategi DOTS (Directly

Observed Treatment Shortcourse). Strategi DOTS sendiri diartikan

sebagai berikut: 1,12

1. D (Directly), yaitu dilakukan pemeriksaan dengan mikroskop

untuk menentukan apakah ada kuman TB atau tidak. Agar

kasus penderita TB dapat disembuhkan, maka prioritas utama

dari setiap program TB harus langsung pada sumber penyakit.

Jadi, penderita dengan pemeriksaan sputum BTA positif

langsung diobati sampai sembuh.

2. O (Observed), yaitu ada observer atau PMO yang mengamati

pasien dalam minum obat. Yang diamati yaitu saat minum obat

dan dosis obat. Observer dapat berupa seorang tenaga kesehatan

atau kader terlatih.

3. T (Treatment), yaitu Pasien disediakan pengobatan lengkap

serta dimonitor. Pasien harus diyakinkan bahwa mereka akan

sembuh setelah pengobatan selesai. Alat monitor berupa buku

laporan yang merupakan bagian dari sistem dokumen kemajuan

dalam penyembuhan.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

4. S (Shortcourse), yaitu Pengobatan TB dengan kombinasi dan

dosis yang benar. Obat- obat anti TB dikenal dengan shortcourse

chemotheraphy. Pengobatan harus dilakukan dalam jangka

waktu yang benar selama 6 bulan.

Tujuan dari pelaksanaan DOTS adalah menjamin kesembuhan

bagi penderita, mencegah penularan, mencegah resistensi obat,

mencegah putus berobat dan segera mengatasi efek samping obat

jika timbul, yang pada akhirnya dapat menurunkan angka kesakitan

dan kematian akibat tuberkulosis di dunia. 1,12

Selama lebih dari satu dekade Strategi DOTS merupakan

elemen yang sangat penting untuk pengendalian TB. Strategi ini

terdiri dari 5 komponen, yaitu: 1,12

1. Peningkatan Komitmen Politis dengan adanya Rencana

Jangka Panjang Penanggulangan TB yang didukung oleh

penganggaran yang tetap dan memadai sesuai dengan target

World Health Assembly 2005 dan Millenium Development

Goals (MDGs) 2015, yaitu Komitmen politik pemerintah

dalam mendukung pengawasan tuberkulosis adalah penting

terhadap keempat unsur lainnya untuk dijalankan dengan baik.

Komitmen ini seyogyanya dimulai dengan keputusan

pemerintah untuk menjadikan tuberkulosis sebagai perioritas

penting/utama dalam program kesehatan. Untuk mendapatkan

dampak yang memadai maka harus dibuat program nasional

yang menyeluruh yang diikuti dengan pembuatan buku petunjuk

(guideline) yang menjelaskan bagaimana DOTS dapat

diimplementasikan dalam program/sistem kesehatan umum

yang ada. Begitu dasar-dasar ini telah diletakkan maka

diperlukan dukungan pendanaan serta tenaga pelaksana yang

terlatih untuk dapat mewujudkan program menjadi kegiatan

nyata di masyarakat.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

2. Penegakkan diagnosis dengan mikroskopis dahak dan serta

penguatan jejaring laboratorium mikroskopis TB, yaitu

pemeriksaan mikroskopis sputum adalah metode yang paling

efektif untuk penyaringan terhadap tersangka tuberkulosis

paru. WHO merekomendasikan strategi pengawasan

tuberkulosis, dilengkapi dengan laboratorium yang berfungsi

baik untuk mendeteksi dari mulai awal, tindak lanjutan dan

menetapkan pengobatannya. Secara umum pemeriksaan

mikroskop merupakan cara yang paling cost effective dalam

menemukan kasus tuberkulosis. Dalam hal ini, pada keadaan

tertentu dapat dilakukan pemeriksaan foto toraks, dengan

kriteria-kriteria yang jelas yang dapat diterapkan di

masyarakat.

3. Pengobatan TB standart dengan PMO (Pengawas

Menelan Obat) dalam upaya mengurangi risiko

terjadinya MDR dan peningkatan kesembuhan penderita,

yaitu pemberian obat yang diawasi secara langsung, atau dikenal

dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment

Shortcourse), pasien diawasi secara langsung ketika menelan

obatnya, dimana obat yang diberikan harus sesuai standart.

Dalam aturan pengobatan tuberkulosis jangka pendek yang

berlangsung selama 6-8 bulan dengan menggunakan kombinasi

obat anti TB yang adekuat. Pemberian obat harus berdasarkan

apakah pasien diklasifikasikan sebagai kasus baru atau kasus

lanjutan/kambuh, dan seyogyanya diberikan secara gratis

kepada seluruh pasien tuberkulosis. Pengawasan pengobatan

secara langsung adalah penting setidaknya selama tahap

pengobatan intensif (2 bulan pertama) untuk meyakinkan bahwa

obat dimakan dengan kombinasi yang benar dan jangka waktu

yang tepat. Dengan pengawasan pengobatan secara langsung,

pasien tidak memikul sendiri tanggung jawab akan kepatuhan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

penggunaan obat. Para petugas pelayanan kesehatan, petugas

kesehatan masyarakat, pemerintah dan masyarakat semua

harus berbagi tanggung jawab dan memberi banyak dukungan

kepada pasien untuk melanjutkan dan menyelesaikan

pengobatannya. Pengawas pengobatan bisa jadi siapa saja yang

berkeinginan, terlatih, bertanggung jawab, dapat diterima oleh

pasien dan bertanggung jawab terhadap pelayanan

pengawasan pengobatan tuberkulosis.

4. Jaminan ketersediaan dan sistim pengelolaan OAT yang

efektif, yaitu jaminan tersedianya obat secara teratur,

menyeluruh dan tepat waktu, sangat diperlukan guna keteraturan

pengobatan. Masalah utama dalam hal ini adalah perencanaan

dan pemeliharaan stok obat pada berbagai tingkat daerah. Untuk

ini diperlukan pencatatan dan pelaporan penggunaan obat

yang baik, seperti misalnya jumlah kasus pada setiap kategori

pengobatan, kasus yang ditangani pada waktu lalu (untuk

memperkirakan kebutuhan), data akurat stok masing-masing

gudang yang ada, dan lain-lain.

5. Sistim Pencatatan dan Pelaporan baku untuk TB, yaitu

sistem pencatatan dan pelaporan digunakan untuk sistematika

evaluasi kemajuan pasien dan hasil pengobatan. Sistem ini

terdiri dari daftar laboratorium yang berisi catatan dari semua

pasien yang diperiksa sputumnya, kartu pengobatan pasien yang

merinci penggunaan obat dan pemeriksaan sputum lanjutan.

Setiap pasien tuberkulosis yang diobati harus mempunyai kartu

identitas penderita yang telah tercatat di catatan tuberkulosis

yang ada di kabupaten. Kemanapun pasien ini pergi, dia harus

menggunakan kartu yang sama sehingga dapat melanjutkan

pemgobatannya dan tidak sampai tercatat dua kali. Di luar lima

komponen penting ini, tentu juga ada beberapa kegiatan lain

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

yang penting, seperti pelatihan, supervisi, jaringan laboratorium,

proses jaga mutu (quality control).

Perlu diketahui bahwa rekomendasi Program Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia sesuai strategi DOTS

adalah menggunakan kombinasi dari obat-obat: isoniazid (H),

rifampisin (R), pyrazinamid (Z), streptomycin (S), dan ethambutol

(E) dengan prinsip-prinsip: 1,6-9

a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis

obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori

pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi).

Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih

menguntungkan dan sangat dianjurkan.

b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan

pengawasan langsung oleh seorang Pengawas Menelan Obat

(PMO).

c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan

lanjutan:

Tahap awal (intensif):

Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap

hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah

terjadinya resistensi obat.

Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara

tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular

dalam kurun waktu 2 minggu.

Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA

negatif (konversi) dalam 2 bulan.

Tahap Lanjutan:

Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih

sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama

minimal 4 bulan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman

persisten sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

Berdasarakan sasaran pengobatan sesuai Program Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia, maka ditetapkan 2

kategori OAT kombinasi pengobatan TB, yaitu: 1,6-9

a. Kategori 1 (6 bulan): 2(RHZE)/4(HR)3, artinya untuk 2

bulan pertama pasien harus minum isoniazid (H), rifampisin

(R), pyrazinamid (Z), ethambutol (E) yang tiap hari dan 4

bulan selanjutnya pasien minum isoniazid (H), rifampisin (R)

setiap harinya atau 3 kali seminggu.

Paduan OAT kategori 1 ini diberikan untuk:

Pasien baru TB paru BTA positif.

Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif

Pasien TB ekstra paru.

b. Kategori 2 (8 bulan): 2(RHZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.

Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif

yang telah diobati sebelumnya:

Pasien kambuh

Pasien gagal

Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat

(default).

Khusus untuk TB pada anak adalah: 2RHZ/4HR.

Untuk sediannya, paduan OAT kategori-1 dan kategori-2

disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi dosis

tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini

disediakan dalam bentuk OAT kombipak.6-8

Paket Kombipak

adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin,

Pirazinamid, dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.6-

8 Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT-KDT.6-8

Tablet OAT-KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat

dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan

pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.6-8

Tujuan dibuatnya paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

disediakan dalam bentuk paket untuk memudahkan pemberian

obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan

sampai selesai.6-8

B. Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

B.1. Definisi Kepatuhan 6

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin

dan taat. Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai

dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.

Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia, patuh adalah suka

menurut (perintah, dan sebagainya), taat (pada perintah, aturan dan

sebagainya). Kepatuhan atau ketaatan (compliance atau adherance)

adalah sebagai tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan

perilaku yang sesuai dengan yang disarankan oleh dokter atau

petugas kesehatan lainnya.

B.2. Konsep perilaku patuh berobat

Konsep perilaku dinyatakan sebagai bentuk respon atau

reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme

(orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada

faktor-faktor berikut:13

1. Faktor predisposisi (predisposing factor), yaitu umur,

pengetahuan, pendidikan, penghasilan, dan agama

2. Faktor pendukung (enabling factor), yaitu ketersediaan

obat, dukungan keluarga

3. Faktor pendorong (reinforcing factor), yaitu adanya

pengawasan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

Selain tiga faktor di atas, terdapat pula faktor komorbid (faktor

pengikut) yang dapat memperburuk penyakit TB paru sehingga

pengobatan bisa bertambah lama dan mempengaruhi kepatuhan

minum OAT. Faktor-faktor komorbid tersebut antara lain: diabetes

melitus, HIV, hamil, menyusui, dan gagal ginjal.1

Dari macam-macam faktor tersebut, maka meskipun

stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap

orang berbeda. Sehingga ketiga faktor tersebut mempunyai andil

yang besar dalam menjadikan berperilaku patuh.

B.3. Penjaminan kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru 6

Cara menjamin kepatuhan agar pasien tidak putus berobat

dilakukan dengan cara:

1. Konseling pada awal pengobatan yang berisi:

a. Tentang penyakit yang diderita

b. Jenis dan jumlah OAT serta lamanya pengobatan

c. Kemungkinan efek samping obat

d. Akibat ketidakteraturan pengobatan

e. Kesepakatan waktu pengambilan obat dan pemeriksaan dahak.

2. Penetapan Pengawas Menelan Obat (PMO) dengan

memberdayakan petugas K3 atau karyawan atau keluarga pasien

yang ditunjuk untuk mengawasi secara langsung pasien saat

menelan obat.

3. Mendekatkan tempat pelayanan kepada pasien dengan

memanfaatkan unit pelayanan kesehatan (UPK) di tempat kerja

atau unit pelayanan kesehatan terdekat lainnya.

4. Mengidentifikasi kemungkinan munculnya permasalahan yang

menyebabkan pasien putus berobat.

5. Pada akhir fase awal pengobatan, pasien perlu menyepakati

kembali rencana pengobatan fase lanjutan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

6. Membuat kesepakatan jadwal waktu untuk pengambilan OAT ke

UPK antara pasien dan petugas.

7. Apabila pasien terlambat mengambil OAT paling lama 2 hari dari

jadwal, maka petugas kesehatan harus melacak pasien tersebut.

C. Faktor-faktor Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis

C.1. Umur

Menurut kamus besar bahasa indonesia, umur atau usia

didefinisikan sebagai lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan

atau diadakan). Banyaknya umur sangat berhubungan dengan tingkat

kematangan dan pengetahuan seseorang, sedangkan tingkat

pengetahuan seseorang juga ikut andil dalam mengadopsi perilaku

baru.14

Atas dasar tersebut maka secara tidak langsung banyaknya

umur berhubungan dengan perilaku seseorang, yang dalam hal ini

adalah perilaku patuh minum obat anti tuberkulosis yang nantinya

menentukan kesembuhan penyakit tuberkulosis.14

Menurut penelitian Hutabarat (2008), anak-anak mempunyai

tingkat kepatuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja,

meskipun anak-anak mendapatkan informasi yang kurang.15

Untuk

penderita lanjut usia kepatuhan minum obat dapat dipengaruhi oleh

daya ingat yang berkurang, ditambah lagi apabila penderita lanjut

usia tinggal sendiri sedangkan orang dewasa cenderung patuh

minum obat karena mengikuti semua anjuran dokter.15

Akhir-akhir ini usia produktif mempunyai pengaruh terhadap

kepatuhan dalam pengobatan.3 Definisi usia produktif sendiri

menurut kamus besar bahasa indonesia adalah usia ketika seseorang

masih mampu bekerja dan menghasilkan sesuatu.16 Sehingga jika

telah memasuki usia produktif maka diharapkan bisa memenuhi

minimal kebutuhannya sendiri.15

Oleh karena itu mereka harus bisa

bertanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri untuk tetap

produktif.15

Pernyataan lain juga menyebutkan bahwa bila tubuh

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

sakit maka dirinya tidak bisa bekerja, oleh karena itu mereka akan

segera berobat berharap segera sembuh dan mampu bekerja lagi.15

Secara tidak langsung untuk sembuh mereka harus mematuhi

anjuran petugas kesehatan.15

Merujuk dari pernyataan diatas

menerangkan maka usia produktif punya andil besar dalam

memenuhi kepatuhan pengobatan dikarenakan mereka harus

secepatnya bisa beraktifitas kembali.15

C.2. Pendidikan 14

Di banyak negara pendidikan sampai jenjang tertentu

dinyatakan gratis apabila bersekolah pada fasilitas pendidikan yang

disediakan pemerintah. Di Indonesia pendidikan hingga SD (6 tahun)

dinyatakan gratis dan ada gagasan membuat ini gratis hingga tingkat

SLTP (9 tahun). Di banyak negara yang sudah maju pendidikan

hingga tingkat SMU (12 tahun) dinyatakan gratis. Dari kenyataan

tersebut di atas tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan memang

sangat diperlukan dan berguna bagi anggota masyarakat. Pendidikan

sebenarnya bukan hanya terkait dengan kemampuan untuk

memperoleh tingkat pendapatan yang lebih baik tapi juga

berpengaruh terhadap sikap dan perilaku sehingga terkait dengan

kehidupan sehari-hari.

Sebelum membahas kaitan antara tingkat pendidikan dengan

perilaku yang dalam hal ini adalah kepatuhan minum obat, ada

baiknya dikemukakan terlebih dahulu arti dari pendidikan. Menurut

Robinson (2006) Pendidikan adalah

a. Merupakan sembarang proses yang dipakai individu untuk

memperoleh pengetahuan atau wawasan, atau mengembangkan

sikap-sikap ataupun keterampilan-keterampilan.

b. Proses sosial di mana seseorang dipengaruhi oleh suatu

lingkungan yang terpimpin (misalnya sekolah) sehingga ia

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

dapat mencapai kecakapan sosial dan mengembangkan

pribadinya.

Dari uraian kedua definisi tersebut kita mengetahui bahwa

pendidikan dapat bersifat formal dan tidak formal. Bersifat formal

apabila peningkatan kecakapan itu dilakukan dalam lingkungan

khusus (misalnya: sekolah) dan tidak formal apabila kecakapan itu

diperoleh lewat pengalaman kehidupan atau belajar sendiri dari

lingkungan. Namun apabila dihubungkan dengan fenomena lain

(misalnya perilaku kepatuhan minum obat) maka yang digunakan

adalah tingkat pendidikan formal sebab yang diperoleh lewat

pengalaman kehidupan atau lingkungan susah ditentukan besarannya

kecuali dijadikan variabel tersendiri berupa pengalaman.

Tujuan dari pendidikan sebenarnya dari definisi di atas juga

telah tersirat di dalam pendidikan tersebut yaitu meningkatkan

kecakapan seseorang. Namun tujuan pendidikan itu dapat

menciptakan integritas atau kesempurnaan pribadi. Integritas itu

menyangkut jasmaniah, intelektual, emosional, dan etis. Dalam

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab II Pasal 3 menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Hal ini

berarti tujuan pendidikan itu sangat luas karena menyangkut

perbaikan sikap dan perilaku anak didik. Manfaatnya terkait dengan

seluruh kehidupan manusia itu sendiri baik sebagai pribadi maupun

sebagai anggota masyarakat. Namun salah satu manfaat yang tidak

dapat diabaikan adalah adanya harapan bahwa peningkatan

pendidikan akan menghasilkan perubahan perilaku di kemudian hari.

Pendidikan itu sendiri apabila disertai dengan karakter yang baik

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

semestinya selain menciptakan berbagai manfaat sosial lainnya juga

mampu menjadi faktor perubahan perilaku.

C.3. Pengetahuan

C.3.1. Definisi 10,11,17

Berasal dari kata "tahu" dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu,

penginderaan terjadi melalui panca indra manusia. Tetapi

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari atau

melalui mata dan telinga. Sebelum orang mengadopsi

perilaku baru dalam diri seseorang akan terjadi proses yang

berturut-turut yaitu:

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yaitu orang tertarik pada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

C.3.2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari

pengalaman yang berasal dari sumber, misalnya media

massa, media cetak, media elektronik, petugas kesehatan,

media poster, kerabat dekat, dan sebagainya.10,11

Menurut

Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa banyak cara yang

digunakan untuk memperoleh pengetahuan, namun

sepanjang sejarah cara mendapatkan pengetahuan antara

lain :

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

1. Trial and error 18

Cara ini dipakai sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu bila

seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya

yang dilakukan hanya dengan mencoba-coba saja. Cara

coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan

yang lain sampai berhasil. Oleh karena itu, cara ini disebut

dengan metode Trial (mencoba) dan Error

(gagal/salah) atau metode coba salah/coba-coba. Metode

ini telah banyak jasanya, terutama dalam meletakkan

dasar-dasar menemukan teori-teori dalam berbagai ilmu

pengetahuan. Hal ini juga merupakan pencerminan

dari upaya memperoleh pengetahuan, walaupun dalam

taraf yang masih primitif. Disamping itu, pengalaman

yang diperoleh melalui penggunakan metode ini banyak

membantu perkembangan berpikir dalam kebudayaan

manusia ke arah yang lebih sempurna.

2. Kekuasaan atau Otoritas 18

Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali

kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa

melalui perantara, apakah yang dilakukan itu baik/tidak.

Kebiasaan ini tidak hanya terjadi pada masyarakat

tradisional saja melainkan juga terjadi pada masyarakat

modern. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima

oleh sumbernya berbagai kebenaran yang mutlak. Sumber

pengetahuan dapat berupa pemimpin-pemimpin

masyarakat baik formal maupun non-formal, ahli agama,

pemegang pemerintah dan sebagainya. Dengan kata lain

pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

otoritas/kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemimpin agama,

maupun ahli pengetahuan.

3. Berdasarkan Pengalaman Pribadi 18

Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah

guru terbaik”. Pepatah ini mengandung bahwa

pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh

kebenaran jalan pikiran sejalan dengan perkembangan

kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut

berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan perasaannya dalam memperoleh

pengetahuan. Manusia telah menjalankan jalan pikirannya,

baik melalui induksi atau deduksi. Induksi dan deduksi

pada dasarnya adalah cara melairkan pemikiran secara

tidak langsung pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan,

kemudian dicari hubungan sehingga dapat dibuat suatu

kesimpulan.

Apabila proses pembuatan kesimpulan itu

melalui pertanyaan-pertanyaan khusus kepada yang

umum dinamakan induksi, sedangkan deduksi adalah

pembuatan kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan umum

kepada khusus.

4. Cara Ilmiah 18

Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih

sistematik, logis ilmiah. Cara ini disebut metode

penelititan ilmiah atau lebih populer disebut metodologi

penelitian (Research Methodology).

C.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 17

Menurut Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan, yaitu :

C.3.3.1. Umur

Semakin cukup umur, maka tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih

dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang

belum cukup tinggi dewasanya. Hal ini sebagai

akibat dari kematangan, pengetahuan, dan

pengalaman.

C.3.3.2. Tingkat Pendidikan

Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses

belajar yang berarti bahwa dalam pendidikan itu

telah terjadi proses pertumbuhan, perkembangan,

dan perubahan ke arah yang dewasa, lebih baik dan

lebih matang dalam diri individu, kelompok dan

masyarakat. Makin tinggi pendidikan maka makin

mudah menerima informasi sehingga makin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki, sebaliknya

pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai bagi

yang dikenakan.

C.3.3.3. Pengalaman

Pengetahuan dapat dipengaruhi pengalaman

sendiri atau dari pengalaman orang lain, sebagai

contoh seorang anak memperoleh pengetahuan

bahwa api itu panas adalah setelah memperoleh

pengetahuan dimana tangan atau kakinya terkena

api dan terasa panas.

C.3.4. Komponen pengetahuan 10,11

1. Tahu

Pengetahuan berkenan dengan bahan yang dipelajari

sebelumnya disebut juga istilah recall (mengingat lagi)

namun apa yang yang telah diketahui hanya sekedar

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

informasi yang diingat saja. Oleh sebab itu ini

merupakan tongkat pengetahuan yang rendah.

2. Pemahaman

Adalah kemampuan mengetahui arti sesuatu bahan

yang telah dipakai dipelajari seperti menafsirkan.

Menjelaskan dan meringkas tentang sesuatu

kemampuan. Ini lebih tinggi dari sekedar tahu.

3. Penerapan

Adalah kemampuan menggunakan suatu bahan yang

telah dipelajari dalam sesuatu yang baru atau konkrit.

4. Analisa

Adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi

atau suatu bahan obyek kedalam komponen-komponen

tetapi masih didalam stuktur organisasi tersebut dan

masih ada kaitannya sama lain.

5. Sintesa

Kemampuan untuk menghimpun bagian dalam

keseluruhan sehingga menciptakan suatu pemikiran baru.

6. Evaluasi

Adalah berkenan dengan kemampuan menggunakan

pengetahuan untuk membantu penelitian terhadap

sesuatu berdasarkan maksud atau kriteria tertentu.

C.4. Penghasilan

Beragamnya pekerjaan setiap orang menuntut perbedaan dalam

memperoleh uang yang sering kita sebut dengan penghasilan atau

pendapatan.19

Ada yang menjadi karyawan swasta, PNS (pegawai

negeri sipil), dan atau pengusaha.19

Pembayaran pun ada yang

berskala harian, bulanan, bahkan tahunan.19

Sehingga untuk

mengukur tingkat kebutuhan maka pemerintah menetapkan yang

disebut UMR (upah minimum regional).19

UMR ini tidak semua

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

daerah sama, dikarenakan perbedaan kondisi demografi, sosial, dan

ekonomi.19

Oleh karena itu penetapan UMR di suatu daerah itu

sangat diperlukan.19

Untuk UMR ini paling banyak dipakai adalah

jangka bulanan, jadi pemberian uang atau gaji diberikan per bulan.19

Adapun penghasilan disini adalah penghasilan pokok sehingga dapat

ditentukan kisaran nilainya untuk memenuhi minimal kebutuhan

pokoknya.19

Pada pasien TB paru selain penghasilannya untuk memenuhi

kebutuhan pokok sehari-hari, mereka masih harus mengeluarkan

biaya untuk berobat di Puskesmas.22

Hal ini yang menyebabkan

penderita tidak patuh dalam pengobatan.20

Menurut Hutabarat (2008), Penghasilan keluarga setiap

bulannya digunakan untuk membiayai keluarga sehari-hari.15

Adanya berbagai keresahan dibidang sosial dan ekonomi keluarga,

khususnya masyarakat yang pendapatannya kecil.16

Dengan

penghasilan yang kecil, mengeluarkan biaya untuk ongkos berobat

terasa berat bagi masyarakat datang ke pelayanan kesehatan atau

puskesmas, dengan tidak datangnya mereka ke puskesmas membuat

penderita tidak akan teratur meminum obat.15

C.5. PMO (Pengawas Menelan Obat) 7,8

Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan

OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung. Untuk

menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO.

a. Persyaratan PMO

Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh

petugas kesehatan maupun pasien, dan kalau perlu disegani

dan dihormati oleh pasien.

Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.

Bersedia membantu pasien dengan sukarela.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-

sama dengan pasien.

b. Siapa yang bisa menjadi PMO

Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya

bidan di desa, perawat, pekarya, sanitarian, juru immunisasi,

dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang

memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru,

anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau

anggota keluarga.

c. Tugas seorang PMO

Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur

sampai selesai pengobatan.

Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.

Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada

waktu yang telah ditentukan

Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB

yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk

segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.

Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti

kewajiban pasien mengambil obat dari unit pelayanan

kesehatan, tetapi sebagai pengawas secara langsung dan

memastikan pasien menelan obat.

d. Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk

disampaikan kepada pasien dan keluarganya:

TB dapat disembuhkan dengan berobat teratur

TB bukan penyakit keturunan atau kutukan

Cara penularan TB, gejala-gejala yang mencurigakan dan

cara pencegahannya

Cara pemberian pengobatan pasien (tahap intensif dan

lanjutan)

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

Pentingnya pengawasan supaya pasien berobat secara

teratur

Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan perlunya

segera meminta pertolongan ke UPK.

C.6. Dukungan Keluarga 20

C.6.1. Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah dukungan-dukungan yang

dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat

diadakan untuk keluarga dimana dukungan tersebut bisa atau

tidak digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa

orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga

dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari

suami/istri, dukungan dari saudara kandung, dukungan dari anak

dan dukungan keluarga eksternal, seperti dukungan dari sahabat,

tetangga, sekolah, keluarga besar, tempat ibadah, praktisi

kesehatan. Dukungan keluarga juga didefinisikan suatu proses

hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya.

Dukungan keluarga tersebut bersifat reprokasitas (timbal balik),

umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi), dan keterlibatan

emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam

hubungan sosial. Dukungan keluarga merupakan sebuah proses

yang terjadi sepanjang kehidupan, dimana dalam semua tahap

siklus kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu

berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk

meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam kehidupan.

C.6.2 Komponen-Komponen Dukungan Keluarga

Menurut Martia Dewi (2009), dukungan keluarga

mempunyai beberapa komponen, yaitu:

a. Dukungan Pengharapan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada

individu untuk memahami kejadian gangguan jiwa dengan

baik, sumber gangguan jiwa dan strategi koping yang dapat

digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan

pengharapan yang diberikan berdasarkan kondisi sebenarnya

dari penderita. Sehingga dukungan yang diberikan dapat

membantu meningkatkan strategi koping individu dengan

strategi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang

berfokus pada aspek-aspek yang positif. Dalam dukungan

pengharapan, kelompok dukungan dapat mempengaruhi

persepsi individu akan ancaman dengan mengikutsertakan

individu untuk membandingkan diri mereka sendiri dengan

orang lain yang mengalami hal yang lebih buruk. Dukungan

keluarga membantu individu dalam melawan keadaan

gangguan jiwa yang dialami individu dengan membantu

mendefenisikan kembali situasi tersebut sebagai ancaman

kecil. Pada dukungan pengharapan keluarga bertindak sebagai

pembimbing seperti membimbing pasien untuk minum obat

dan membina hubungan yang baik dengan pasien-pasien lain

dengan memberikan umpan balik yaitu pertolongan yang

diberikan oleh keluarga yang memahami permasalahan yang

dihadapi oleh anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa sekaligus memberikan pilihan respon yang tepat untuk

menyelesaikan masalah. Jenis dukungan ini membuat individu

mampu membangun harga dirinya, kompetensi dan bernilai.

b. Dukungan Nyata

Dukungan nyata meliputi penyediaan dukungan

jasmaniah seperti pelayanan, bantuan financial, material

berupa bantuan nyata, dimana benda atau jasa yang diberikan

akan membantu memecahkan masalah, seperti saat seseorang

memberi atau meminjamkan uang, menyediakan transportasi,

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

menjaga dan merawat saat sakit, menyediakan peralatan yang

dibutuhkan oleh penderita gangguan jiwa dan menyediakan

obat-obatan yang dibutuhkan. Dukungan nyata paling efektif

bila dihargai oleh penerima dengan tepat. Pada dukungan

nyata keluarga merupakan sumber untuk mencapai tujuan

praktis dan konkrit.

c. Dukungan Informasi

Dukungan informasi meliputi pemberian solusi dari

masalah, pemberian nasehat, pengarahan, saran, ide-ide, dan

umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh pasien

gangguan jiwa. Keluarga dapat menyediakan informasi

dengan menyarankan tentang terapi yang baik dan tindakan

yang spesifik bagi pasien gangguan jiwa untuk melawan

stressor. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai

penghimpun informasi dan pemberi informasi.

d. Dukungan Emosional

Selama individu mengalami gangguan jiwa, individu

sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan

kehilangan harga diri. Dukungan emosional yang diberikan

oleh keluarga atau orang lain dapat membuat individu

merasa tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada

keluarga atau orang lain yang memperhatikan, mau

mendengar segala keluhannya, dan empati terhadap persoalan

yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan

masalah yang dihadapinya. Dukungan emosional dapat berupa

dukungan simpati, empati, cinta, kepercayaan, dan

penghargaan. Pada dukungan emosional keluarga sebagai

sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta memberikan semangat dan membantu

penguasaan terhadap emosi.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

C.7. Agama

C.7.1. Definisi

Menurut kamus besar bahasa indonesia, agama

didefinisikan sebagai ajaran atau sistem yang mengatur tata

keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang

Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.16

Kata

keimanan terbentuk dari kata iman berasal dari bahasa arab

„amana‟, yang berarti membenarkan secara mutlak.21

Sedangkan

dalam bentuk lain, „amanun‟ berarti aman, bebas dari ketakutan.21

Jadi agama adalah suatu bentuk ajaran yang diimani, dipercayai

atau diyakini benar yang membawa keselamatan dunia dan

akhirat.21

C.7.2. Hubungan iman dengan kepatuhan 21

Dalam Islam, kepercayaan sering disebut dengan iman atau

aqidah, sedangkan kepatuhan disebut dengan amal yang dalam

perilakunya disebut juga amal saleh, keduanya saling

berhubungan. Didalam hadist disebutkan bahwa ada 3 syarat

seorang manusia sudah dikatakan beriman atau memiliki iman,

yaitu:

1. Iman harus diikrarkan dengan ucapan

Seseorang dikatakan belum beriman terhadap sesuatu

sampai dia mengucapkan dengan lisannya apa yang dia imani

tersebut. Karenanya barang siapa yang mengimani sesuatu

dengan hatinya akan tetapi dia tidak mengucapkannya maka

dia belumlah beriman, selama dia sanggup untuk

mengucapkannya dengan lisannya.

2. Dibenarkan dalam hati

Tidak ada iman tanpa keyakinan hati, karenanya Allah

Ta‟ala mempersyaratkan tidak adanya keragu-raguan dalam

keimanan yang dibuktikan dengan amalan saleh. Allah Ta‟ala

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

menyatakan, “Tidak ada orang-orang yang beriman kecuali

orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya

kemudian mereka tidak ragu-ragu, lalu mereka berjihad

dengan harta-harta dan jiwa-jiwa mereka di jalan Allah.

Merekalah orang-orang yang jujur keimanannya”. Jadi jika

seseorang masih ada keraguan, maka belum disebut beriman

3. Diamalkan dalam bentuk tindakan yang nyata

Ini termasuk permasalahan yang butuh dipahami

dengan baik, yaitu amalan adalah bagian dari definisi iman,

bukan penyempurnanya dan bukan pula sekedar suatu

kewajiban dari iman, bahkan dia adalah keimanan itu sendiri.

Tidak ada amalan tanpa iman dan tidak ada juga iman tanpa

amalan, singkatnya adalah iman selalu terkait dan tak

terpisahkan dengan amal sholeh sehingga iman yang haqiqi

menyangkut dimensi: kognitif, afektif, dan psikomotor.

Didalam dunia kedokteran, untuk saat ini ada beberapa

penyakit yang belum diketahui obatnya, namun dalam hadist

disebutkan “Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali ada

obatnya”. Hadits Nabi tersebut bersifat umum, termasuk

penyakit yang mematikan dan penyakit yang tidak dapat

disembuhkan dengan perantara dokter, maka dapat disimpulkan

bahwa setiap penyakit ada obatnya, apapun penyakitnya apabila

obat telah mengenai penyakit yang sesuai, maka penyakitnya

akan sembuh dengan izin Allah SWT. Tentunya dengan dasar,

orang yang bersangkutan meyakini bahwa penyakit itu berasal

dari Allah dan obat tidak dapat menghilangkan penyakitnya

kecuali Allah menghendakinya. Sehingga tugas manusia adalah

senantiasa berikhtiar (berobat) dan berdoa dengan harapan

mendapatkan kesembuhan.

Didalam islam “Berobat adalah kewajiban”. Pernyataan

tersebut bermakna bahwa berobat pada dasarnya diwajibkan

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

dalam agama islam sebab berobat termasuk upaya memelihara

jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syari‟at islam

ditegakkan, jika seorang manusia apabila sedang sakit dan

mampu untuk berobat tapi tidak segera berobat maka

sesungguhnya dia telah melakukan dosa karena termasuk

perbuatan menganiaya diri sendiri.

Kewajiban berikutnya adalah “Islam melarang berobat yang

bukan pada ahlinya”, yaitu Islam mengajarkan bahwa dalam

berobat hendaklakh mencari obat atau dokter yang lebih baik dan

bukan pada dukun atau sejenisnya yang mana akan

menjerumuskan pada hal syirik. Dalam etika kedokteran Islam

diajarkan bila ada 2 obat yang kualitasnya sama maka

pertimbangan kedua yang harus diambil adalah yang lebih efektif

dan tidak memiliki efek merusak bagi pasien. Itulah sebabnya

Rasulullah menganjurkan kita untuk berobat pada ahlinya. Sabda

beliau “Barang siapa yang melakukan pengobatan, sedang

pengobatannya tidak dikenal sebelum itu, maka dia bertanggung

jawab (atas perbuatannya)”, oleh karena itu, tidak dibenarkan bagi

orang yang sakit mendatangi dukun-dukun yang mengaku dirinya

mengetahui hal-hal yang ghaib, untuk mengetahui penyakit yang

dideritanya. Tidak diperbolehkan pula mempercayai atau

membenarkan apa yang mereka katakan, karena sesuatu yang

mereka katakan mengenai hal-hal yang ghaib itu hanya

didasarkan atas perkiraan belaka, atau dengan cara mendatangkan

jin, dan meminta tolong kepada jin-jin itu tentang sesuatu yang

mereka inginkan. Dengan cara demikian dukun-dukun tersebut

telah melakukan perbuatan kufur dan kesesatan. Garis besarnya

adalah Allah menyuruh berobat pada ahlinya yaitu orang-orang

yang berkompeten di bidang kesehatan sesuai dengan penyakit

pasien, dalam hal ini adalah tenaga medis.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

Implikasinya, ada keterlibatan antara kepatuhan minum obat

dengan penyakit, karena iman selalu terkait dan tak terpisahkan

dengan amal sholeh yang secara tidak langsung sudah patuh

menjalankan perintah. Jadi iman dan kepatuhan merupakan suatu

rangkaian yang tidak terpisahkan, maka perilaku manusia sangat

tergantung pada imannya. Oleh karena itu, iman berhubungan

signifikan dengan kepatuhan.

D. Kerangka Teori

E. Kerangka Konsep

Patuh

Tidak Patuh

Kepatuhan

Minum Obat

Anti

Tuberkulosis

Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan minum obat

anti tuberkulosis (OAT):

1. Umur

2. Pendidikan

3. Pengetahuan

4. Penghasilan

5. PMO

6. Dukungan Keluarga

7. Agama

Kepatuhan Minum

Obat Anti Tuberkulosis

Faktor-faktor yang berhubungan

dengan kepatuhan minum obat

anti tuberkulosis (OAT):

1. Umur

2. Pendidikan

3. Pengetahuan

4. Penghasilan

5. PMO

6. Dukungan Keluarga

7. Agama

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-juhanbaido... · BTA positif dan kelainan radiologi menunjukkan ... foto lateral,

http://digilib.unimus.ac.id

F. Hipotesis

a. Terdapat hubungan umur dengan kepatuhan minum obat anti

tuberkulosis (OAT) pada pasien tuberkulosis paru di puskesmas

karangdoro dan banget ayu kota semarang periode januari - juni 2012.

b. Terdapat hubungan pendidikan dengan kepatuhan minum obat anti

tuberkulosis (OAT) pada pasien tuberkulosis paru di puskesmas

karangdoro dan banget ayu kota semarang periode januari - juni 2012.

c. Terdapat hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum obat anti

tuberkulosis (OAT) pada pasien tuberkulosis paru di puskesmas

karangdoro dan banget ayu kota semarang periode januari - juni 2012.

d. Terdapat hubungan penghasilan dengan kepatuhan minum obat anti

tuberkulosis (OAT) pada pasien tuberkulosis paru di puskesmas

karangdoro dan banget ayu kota semarang periode januari - juni 2012.

e. Terdapat hubungan pengawas minum obat (PMO) dengan kepatuhan

minum obat anti tuberkulosis (OAT) pada pasien tuberkulosis paru di

puskesmas karangdoro dan banget ayu kota semarang periode januari -

juni 2012.

f. Terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat

anti tuberkulosis (OAT) pada pasien tuberkulosis paru di puskesmas

karangdoro dan banget ayu kota semarang periode januari - juni 2012.

g. Terdapat hubungan agama dengan kepatuhan minum obat anti

tuberkulosis (OAT) pada pasien tuberkulosis paru di puskesmas

karangdoro dan banget ayu kota semarang periode januari - juni 2012

h. Terdapat faktor yang paling berpengaruh terhadap kepatuhan minum

obat anti tuberkulosis (OAT) pada pasien tuberkulosis paru di

puskesmas karangdoro dan banget ayu kota semarang periode januari -

juni 2012.