bab ii tinjauan pustaka dan perumusan hipotesis ...eprints.umm.ac.id/40122/3/bab ii.pdfcontoh (biaya...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Hadi (2013) menyatakan bahwa
analisis varians menunjukkan, total varians biaya produksi mengalami total
selisih yang tidak menguntungkan pada tahun 2010 dan 2011. selisih ini
terjadi pada varians biaya bahan baku yang bersifat menguntungkan,
sedangkan pada varians tenaga kerja langsung dan varians biaya overhead
pabrik mengalami selisih yang tidak menguntungkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Farid (2013) menyatakan bahwa pada
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik, dimana
selisih biaya yang terjadi tersebut digunakan untuk pengendalian biaya
produksi. Selain itu. Hasil perhitungan dan analisis biaya standar pada tahun
2011 dan 2012 menunjukkan total selisih yang menguntungkan pada biaya
bahan baku dan biaya overhead pabrik dan selisih yang tidak
menguntungkan pada biaya tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa biaya
standar sebagai alat pengendalian dapat diterapkan pada biaya bahan baku
dan biaya overhead pabrik, karena selisih yang terjadi adalah
menguntungkan dimana biaya standarnya lebih besar dari biaya yang
sesungguhnya terjadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Maslicha (2014) menyatakan bahwa
pengendalian biaya produksi pada PT. Malindo Intitama Raya menggunakan
biaya standar sudah dapat dinilai secara efektif dan efisien. Tetapi, untuk
7
penetapan standar harga bahan baku yang dinilai belum efisien perlu
pengkajian ulang dalam menetapkan standar harga bahan baku tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf (2016) menyatakan bahwa
perusahaan kurang akurat dalam menentukan biaya standar yang nantinya
akan mempengaruhi tingkat efisiensi perusahaan dalam mengeluarkan biaya
produksi. Terbukti dalam penetapan standar harga bahan baku langsung
kripik pisang hanya sebatas harga beli bahan baku tanpa memasukkan biaya
pengiriman. Selain itu tidak ada pemisahan pada tarif listrik antara
pemakaian untuk rumah tangga dan pabrik. Namun untuk penentuan standar
biaya tenaga kerja sudah cukup akurat, hal ini dikarenakan antara biaya
yang distandarkan sama dengan biaya sesungguhnya tidak mengalami
selisih.
Berdasarkan penelitian terdahulu diatas, rata-rata menjelaskan bahwa
banyak terjadi penyimpangan dan pengendalian biaya produksinya yang
kurang efisien. Terdapat juga perbedaan yang dilakukan penulis, yaitu
obyek dan data yang digunakan untuk penelitian. Selain itu, terdapat juga
persamaan yaitu membahas tentang pengendalian komponen-komponen
biaya produksi dengan biaya standar dan dalam analisisnya menggunakan
analisis varians atau selisih biaya produksi. Oleh sebab itu, peneliti
melakukan penelitian yang sama dengan objek yang berbeda, yaitu di Nizar
& Faiza Bordir.
8
B. Tinjauan Pustaka
1. Perilaku Biaya
Menurut Kholmi dan Yuningsih (2009:54) pola perilaku biaya dapat
diartikan sebagai hubungan antara total biaya dengan perubahan volume
aktivitas, biaya dapat dibagi menjadi tiga yaitu biaya tetap, biaya variabel,
dan biaya semi variabel.
a. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah secara totalnya tetap dalam
rentang aktivitas yang relevan tertentu dan selama aktivitas perusahaan
belum full capacity. Biaya tetap per satuan berubah secara proporsional
dengan adanya perubahan volume aktivitas. Contoh beban penyusutan,
supervisi, asuransi, biaya mandor, dan lain-lain.
b. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah secara totalnya berubah
secara proporsional (sebanding) dengan adanya perubahan volume
aktivitas. Biaya variabel per satuan tetap dengan adanya perubahan
volume aktivitas. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung,
biaya tenaga kerja langsung, biaya iklan, dan biaya lain-lain.
c. Biaya semi variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang didalamnya mempunyai
unsur tetap dan variabel. Unsur biaya yang bersifat tetap merupakan
jumlah minimum untuk menyediakan jasa, sedangkan unsur variabel
merupakan bagian dari biaya variabel yang dipengaruhi oleh perubahan
9
volume aktivitas. Contoh biaya listrik, biaya air, biaya pemeliharaan,
biaya perjalanan dinas, biaya kesejahteraan karyawan.
2. Biaya Produksi
2.1. Pengertian Biaya Produksi
Menurut Mulyadi (2016:14) biaya produksi merupakan biaya-biaya
yang terjadi untuk mengelola bahan baku menjadi produk jadi yang siap
untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan equipment, biaya
bahan baku; biaya bahan penolong; biaya gaji karyawan yang bekerja dalam
bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung
berhubungan dengan proses produksi. Menurut objek pengeluarannya,
secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead
cost). Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula
dengan istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya
konversi (conversion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi
(mengubah) bahan baku menjadi produk jadi.
2.2. Unsur-Unsur Biaya Produksi
Kholmi dan Yuningsih (2009:26) biaya produksi yang berkaitan
dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi dapat
10
diklasifikasikan lebih lanjut sebagai bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
a. Biaya bahan baku langsung
Bahan baku langsung merupakan bahan yang sebagian besar
membentuk produk setengah jadi (barang jadi) atau menjadi bagian
wujud dari suatu produk yang dapat ditelusuri ke produk tersebut. Dan
biaya bahan ini dapat langsung dibebankan ke produk. Contoh kayu
(misalnya jati, kamper, meranti, dan lain-lain) merupakan bahan baku
langsung dari produk mebel.
b. Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang mengubah
(konversi) bahan baku menjadi produk setengah jadi (barang jadi) atau
menjadikan jasa kepada pelanggan. Tenaga kerja dapat ditelusuri pada
barang atau jasa yang sedang di produksi, pengamatan fisik dapat
digunakan dalam mengukur kuantitas karyawan yang digerakkan dalam
memproduksi suatu produk atau jasa. Contoh perusahaan mebel yang
termasuk tenaga kerja langsung (karyawan) yaitu bagian merancang,
memotong kayu, menggosok, merakit, mengecat). Biaya tenaga kerja
langsung adalah harga atau nilai yang dibebankan untuk penggunaan
tenaga kerja manusia tersebut.
c. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung atau semua biaya produk tak
11
langsung. Contoh (biaya bahan baku tidak langsung, upah tak langsung,
beban listrik dan air pabrik, beban telepon pabrik, beban sewa gedung
pabrik, beban reparasi dan pemeliharaan mesin, kendaraan pabrik, beban
pajak bumi dan bangunan pabrik, beban penyusutan bangunan, mesin,
dan peralatan pabrik).
3. Konsep Biaya Standar
3.1. Pengertian Biaya Standar
Mulyadi (2016:387) Biaya standar adalah biaya yang ditentukan
dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di
bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu.
Biaya standar menurut Mursyidi (2010), biaya ditentukan di muka
untuk suatu produk yang bersifat homogen dan relatif stabil. Kalkulasi biaya
standar mempunyai dua elemen, yaitu standar fisik (standar input untuk satu
unit output), dan standar harga (biaya standar atau tarif per unit input).
Mursyidi (2010) menjelaskan bahwa sistem biaya standar dalam suatu
perencanaan dan pengendalian dapat digunakan sebagai bahan pijakan
dalam pengambilan keputusan mengenai biaya dan perencanaan laba. Untuk
itu, biaya standar digunakan dalam rangka :
a. Penetapan anggaran.
b. Pengendalian biaya.
c. Penyederhanaan prosedur dan pelaporan biaya.
12
d. Penetapan harga pokok bahan, barang dalam proses dan barang jadi.
e. Dasar untuk melakukan kontrak dan penetapan harga.
3.2. Manfaat Sistem Biaya Standar Dalam Pengendalian Biaya
Menurut Mulyadi (2016:388) sistem biaya standar dirancang untuk
mengendalikan biaya. Biaya standar merupakan alat yang penting di dalam
menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika biaya
standar ditentukan dengan realistis, hal ini akan merangsang pelaksana
dalam melaksanakan pekerjaannya dengan efektif, karena pelaksana telah
mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan, dan pada tingkat
biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya dilaksanakan.
Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen berapa
biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan tertentu sehingga
memungkinkan mereka melakukan pengurangan biaya dengan cara
perbaikan metode produksi, pemilihan tenaga kerja, dan kegiatan yang lain.
Sistem biaya standar yang menyajikan analisis penyimpangan biaya
sesungguhnya dari biaya standar memungkinkan manajemen melaksanakan
pengelolaan mereka dengan “prinsip kelainan” (exception principles).
Dengan memusatkan perhatian mereka terhadap keadaan-keadaan yang
menyimpang dari keadaan yang seharusnya, manajemen dilengkapi dengan
alat yang efektif untuk mengendalikan kegiatan perusahaan.
13
3.3. Kelemahan Biaya Standar
Mulyadi (2016:389) Tingkat ketaatan atau kelonggaran standar tidak
dapat dihitung dengan tepat. Meskipun telah ditetapkan dengan jelas jenis
standar apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, tetapi tidak ada jaminan
bahwa standar telah ditetapkan dalam perusahaan secara keseluruhan
dengan keketatan atau kelonggaran yang relatif sama.
Seringkali standar cenderung untuk menjadi kaku atau tidak fleksibel,
meskipun dalam jangka waktu pendek. Keadaan produksi selalu mengalami
perubahan, sedangkan perbaikan standar jarang sekali dilakukan. Perubahan
standar menimbulkan masalah persediaan. Sebagai contoh, suatu perubahan
dalam harga baku memerlukan penyesuaian terhadap persediaan, tidak saja
persediaan bahan baku tetapi juga persediaan produk dalam proses dan
produk jadi yang berisi bahan baku tersebut. Jika standar sering diperbaiki,
hal ini menyebabkan kurang efektifnya standar tersebut sebagai alat
pengukur pelaksana. Tetapi jika tidak diadakan perbaikan standar, padahal
telah terjadi perubahan yang berarti dalam produksi, maka akan terjadi
pengukuran pelaksanaan yang tidak tepat dan tidak realistis.
3.4. Jenis-Jenis Standar
Mulyadi (2016:394) standar dapat digolongkan atas dasar tingkat
keketatan atau kelonggaran sebagai berikut:
a. Standar Teoretis. Standar teoretis disebut pula dengan standar ideal,
yaitu standar yang ideal yang dalam pelaksanaannya sulit untuk dapat
dicapai.
14
b. Rata-rata Biaya Waktu yang Lalu. Jika biaya standar ditentukan dengan
menghitung rata-rata biaya periode yang telah lampau, standar ini
cenderung merupakan standar yang longgar sifatnya.
c. Standar Normal. Standar normal didasarkan atas taksiran biaya di masa
yang akan datang di bawah asumsi keadaan ekonomi dan kegiatan yang
normal.
d. Pelaksanaan Terbaik yang Dapat Dicapai (Attainable High
Performance). Standar jenis ini banyak digunakan dan merupakan
kriteria yang paling baik untuk menilai pelaksanaan. Standar ini
didasarkan pada tingkat pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai dengan
memperhitungkan ketidakefisienan kegiatan yang tidak dapat dihindari
terjadinya.
3.5. Prosedur Penentuan Biaya Standar
Menurut Mulyadi (2016:390) prosedur penentuan biaya standar yang
dibagi ke dalam tiga bagian: biaya bahan baku standar, biaya tenaga kerja
standar, dan biaya overhead pabrik standar.
1. Biaya bahan baku standar terdiri dari:
a. Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah
keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan nama kuantitas
standar.
b. Harga per satuan masukan fisik tersebut, atau disebut pula harga
standar.
15
Penentuan kuantitas standar bahan baku dimulai dari penetapan
spesifikasi produk, baik mengenai ukuran, bentuk, warna, karakteristik
pengolahan produk, maupun mutunya.
2. Biaya tenaga kerja standar terdiri atas:
Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara:
a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu
pekerjaan dari kartu harga pokok (cost sheet) periode yang lalu.
b. Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal yang
diharapkan.
c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja
karyawan di bawah keadaan nyata yang diharapkan.
d. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman
dan pengetahuan operasi produksi dan produk.
Jam tenaga kerja standar ditentukan dengan memperhitungkan
kelonggaran waktu istirahat, penundaan kerja yang tidak bisa dihindari
(menunggu bahan baku, reparasi, dan pemeliharaan mesin), dan faktor-
faktor kelelahan kerja. Tidaklah mungkin seorang pekerja memiliki
tingkat kecepatan yang sama dalam setiap menit selama 7 jam kerja.
Penentuan tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai
kegiatan yang dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang
diperlukan dan rata-rata tarif upah per jam yang diperkirakan akan
dibayar.
a. Perjanjian dengan organisasi karyawan.
16
b. Data upah masa lalu. Yang dapat digunakan sebagai tarif upah
standar adalah: rata-rata hitung, rata-rata tertimbang, atau median
dari upah karyawan masa lalu.
c. Perhitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.
3. Biaya overhead pabrik standar
Prosedur penentuan tarif overhead standar dihitung dengan
membagi jumlah biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas
normal dengan kapasitas normal.
4. Analisis Pengendalian Biaya Produksi atas Dasar Biaya Standar
4.1. Analisis Varians
4.1.1. Pengertian Analisis Varians
Varians atau selisih menurut Horngren (2006:262) adalah perbedaan
antara jumlah yang didasarkan pada hasil aktual dan jumlah yang
dianggarkan, yakni jumlah aktual dan jumlah yang diperkirakan
berdasarkan anggaran. Jumlah yang dianggarkan merupakan acuan
untuk melakukan perbandingan. Dimana perbedaan yang terjadi adalah
antara biaya standar dengan biaya sebenarnya yang mungkin
menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Menurut Simamora (2003:344) varians adalah perbedaan antara
biaya standar dan biaya aktual. Dimana selisih biaya dikatakan
menguntungkan (favorable) apabila biaya sesungguhnya lebih kecil dari
pada biaya standarnya. Selisih biaya dikatakan tidak menguntungkan
17
(unfavorable) apabila biaya sesungguhnya melampaui standarnya. Varians
ini berasal dari biaya standar bahan baku, tenaga kerja langsung, dan
overhead pabrik. Dengan membandingkan biaya standar dan biaya aktual,
manajemen diharapkan dapat memperhatikan varians-varians yang terjadi
dan dapat mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Oleh karena itu
setiap varians merupakan suatu sinyal yang sebaiknya diidentifikasikan
dan dianalisis. Analisis varians sebagai alat pengendalian manajemen,
yang dimaksud sebagai alat pengendalian manajemen adalah bahwa
varians mengendalikan dalam penentuan anggaran yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan, varians juga mengendalikan dalam penentuan harga
bahan baku langsung, penentuan tarif tenaga kerja, serta pengendalian
varians overhead pabrik.
4.1.2. Jenis Varians
Menurut Horngren (2006:263) varians ada dua jenis, yaitu:
1. Varians statis yang menguntungkan (favorable), adalah varians yang
memiliki pengaruh meningkatkan laba operasi relatif terhadap jumlah
yang dianggarkan.
2. Varians yang tidak menguntungkan (unfavorable), adalah varians yang
memiliki pengaruh menurunkan laba operasi relatif terhadap jumlah
yang dianggarkan.
18
4.2. Analisis Selisih Biaya Produksi
Simamora (2003:344) mengemukakan bahwa kegunaan biaya standar
yang paling bernilai adalah dalam mengendalikan kegiatan operasi
perusahaan. Perusahaan yang mempunyai sistem penentuan biaya standar
dapat menganalisis dengan analisis selisih guna menentukan apakah
kegiatan dilakukan secara efisien. Analisis selisih terbagi atas selisih bahan
baku, selisih tenaga kerja langsung, dan selisih overhead pabrik.
4.2.1. Analisis Selisih Bahan Baku
Menurut Kholmi dan Yuningsih (2009:168) selisih biaya bahan baku
adalah perbedaan antara bahan baku menurut standar dengan biaya bahan
baku sesungguhnya dikeluarkan. Dalam analisa ini terdapat tiga model
analisis selisih biaya bahan baku, yaitu :
1. Model analisa satu selisih (The one way model)
• Selisih biaya bahan baku
Mulyadi (2005:396) mengemukakan bahwa dalam model ini,
selisih antara biaya bahan baku sesungguhnya dengan biaya bahan
baku standar tidak dipecah ke dalam selisih harga dan selisih
kuantitas, tetapi hanya ada satu macam selisih yang merupakan
gabungan antara selisih harga dengan selisih kuantitas, yang
disebut selisih total biaya bahan baku. Secara matematis selisih
biaya bahan baku dapat dirumuskan sebagai berikut:
St = (Hst x Kst) - (Hss x Kss)
Dimana:
19
St = Total selisih.
Hst = Harga standar.
Hss = Harga sesungguhnya.
Kst = Kuantitas standar.
Kss = Kuantitas sesungguhnya.
Apabila biaya bahan baku sesungguhnya lebih besar dari
biaya bahan baku standar selisihnya bersifat tidak menguntungkan
(unfavorable), sebaliknya apabila biaya bahan baku sesungguhnya
lebih kecil dari biaya bahan baku standar selisih yang timbul
bersifat menguntungkan (favorable).
2. Model analisa dua selisih (The two way model)
a. Selisih harga bahan baku
Simamora (2003:346) mengemukakan selisih harga bahan
baku adalah selisih antara harga standar dengan harga
sesungguhnya per unit bahan baku dikali pemakaian aktual bahan
baku yang dipakai. Secara matematis, Kholmi dan Yuningsih
(2003:169) selisih harga bahan baku dapat dirumuskan sebagai
berikut:
SHB = (Hss x Kss) – (Hst x Kss)
= (Hst – Hss) x Kss
Dimana:
SHB = Selisih harga bahan baku yang dibeli.
Hss = Harga beli bahan baku sesungguhnya.
Hst = Harga bahan baku standar yang dibeli.
Kss = Kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli.
Tolok ukur, apabila:
20
Hss > Hst, selisih bersifat tidak menguntungkan (unfavorable).
Hss < Hst, selisih bersifat menguntungkan (favorable).
b. Selisih kuantitas bahan baku
Simamora (2003:347) mengemukakan selisih kuantitas bahan
baku adalah selisih antara pemakaian standar untuk jumlah unit
yang diolah dan pemakaian sesungguhnya bahan baku yang dipakai
dikali harga standar bahan baku. Secara matematis, Kholmi dan
Yuningsih (2003:169) selisih kuantitas bahan baku dapat
dirumuskan sebagai berikut:
SKB = (Kss x Hst) – (Kst x Hst)
= (Kst – Kss) x Hst
Dimana:
SKB = Selisih kuantitas bahan baku.
Kss = Kuantitas bahan baku sesungguhnya yang dipakai.
Kst = Kuantitas bahan baku standar yang dipakai.
Hst = Harga bahan baku standar yang dipakai.
Tolok ukur, apabila:
Kss > Kst, selisih bersifat tidak menguntungkan (unfavorable).
Kss < Kst, selisih bersifat menguntungkan (favorable).
3. Model analisa tiga selisih (The three way model)
Mulyadi (2005:397) mengemukakan model analisis tiga selisih
adalah perluasan dari model analisis dua selisih, dimana selisih harga
bahan baku dipisahkan menjadi harga dan selisih campuran. Sehingga
pada model analisis tiga selisih, selisih biaya bahan baku menjadi:
a. Selisih harga
b. Selisih kuantitas
21
c. Selisih harga kuantitas (selisih campuran)
Secara matematis, selisih biaya menurut model analisis tiga
selisih dapat dirumuskan sebagai berikut:
SH = (Hst - Hss) x Kst
SK = (Kst - Kss) x Hst
SHK = (Hst - Hss) x (Kst - Kss)
Dimana:
SH = Selisih harga bahan baku.
SK = Selisih kuantitas bahan baku.
SHK = Selisih harga kuantitas bahan baku.
Hss = Harga beli bahan baku sesungguhnya.
Hst = Harga bahan baku standar.
Kss = Kuantitas bahan baku sesungguhnya yang dipakai.
Kst = Kuantitas bahan baku standar.
Tolok ukur, apabila:
Hss > Hst, selisih bersifat tidak menguntungkan (unfavorable).
Hss < Hst, selisih bersifat menguntungkan (favorable).
Kss > Kst, selisih bersifat tidak menguntungkan (unfavorable).
Kss < Kst, selisih bersifat menguntungkan (favorable).
4.2.2. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
Menurut Mulyadi (2005:396) selisih biaya tenaga kerja langsung
adalah selisih yang disebabkan adanya perbedaan biaya tenaga kerja
langsung yang sesungguhnya dengan biaya tenaga kerja langsung standar.
Selisih biaya tenaga kerja langsung juga dapat dianalisis dengan tiga cara,
yaitu:
1. Model analisa satu selisih (The one way model)
• Selisih upah langsung
22
Kholmi dan Yuningsih (2009:170) mengemukakan selisih
upah langsung adalah selisih tarif upah langsung yang timbul
karena perusahaan telah membayar upah langsung dengan tarif
lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan tarif upah
langsung standar. Secara matematis selisih upah langsung dapat
dirumuskan sebagai berikut:
SUL = (Tss x JKss) – (Tst x JKst)
Dimana:
SUL = Selisih upah langsung.
Tss = Tarif upah sesungguhnya.
Tst = Tarif upah standar.
JKss = Jam kerja sesungguhnya.
JKst = Jam kerja standar.
Apabila biaya tenaga kerja langsung yang sesungguhnya
lebih besar dari biaya tenaga kerja standar selisih yang timbul
adalah bersifat tidak menguntungkan, sebaliknya apabila biaya
tenaga kerja langsung sesungguhnya lebih kecil dari biaya standar
selisihnya adalah bersifat menguntungkan.
2. Model analisa dua selisih (The two way model)
a. Selisih tarif upah
Simamora (2003:350) mengemukakan selisih tarif upah
langsung adalah selisih biaya yang disebabkan oleh adanya
perbedaan tarif upah langsung yang sesungguhnya dibayarkan
dengan tarif upah langsung standar. Selisih tarif upah langsung
dapat dihitung dengan mengalikan selisih tarif upah per jam
23
dengan jam kerja langsung sesungguhnya. Apabila sistem
pengupahan menggunakan dasar lain, maka selisih tarif upah dapat
dihitung dengan mengalikan selisih tarif upah per dasar
pengupahan dengan kapasitas sesungguhnya yang digunakan
sebagai dasar pengupahan. Secara matematis, Kholmi dan
Yuningsih (2003:171) selisih tarif upah dapat dirumuskan sebagai
berikut:
STU = (Tss x JKss) – (Tst x JKss)
= (Tst - Tss) x JKss
Dimana:
STU = Selisih tarif upah.
Tss = Tarif upah langsung per jam sesungguhnya.
Tst = Tarif upah langsung per jam standar.
JKss = Jam kerja sesungguhnya.
Tolok ukur, apabila:
Tss > Tst, selisih bersifat tidak menguntungkan (unfavorable).
Tss < Tst, selisih bersifat menguntungkan (favorable).
b. Selisih efisiensi upah langsung
Simamora (2003:351) mengemukakan selisih efisiensi upah
langsung adalah selisih biaya yang disebabkan oleh adanya
perbedaan antara jam kerja sesungguhnya yang dipakai dengan jam
kerja standar. Selisih efisiensi upah langsung dapat dihitung
dengan mengalikan selisih jam kerja langsung yang dipakai dengan
tarif upah standar. Secara matematis selisih tarif upah langsung
dapat dirumuskan sebagai berikut:
24
SEU = (Tst x JKss) – (Tst x JKst)
SEU = (JKst - JKss) x Tst
Dimana:
SEU = Selisih efisiensi upah langsung.
JKss = Jam kerja sesungguhnya.
JKst = Jam kerja standar.
Tst = Tarif upah langsung standar per jam.
Tolok ukur, apabila:
JKss > JKst, selisih bersifat tidak menguntungkan (unfavorable).
JKss < JKst, selisih bersifat menguntungkan (favorable).
3. Model analisa tiga selisih (The three way model)
Mulyadi (2005:398) mengemukakan model analisis tiga selisih
merupakan perluasan dari model analisis dua selisih, dimana selisih
tarif upah langsung dipisahkan menjadi dua, yaitu selisih tarif dan
selisih tarif efisiensi. Sehingga pada model analisa tiga selisih, selisih
biaya tenaga kerja langsung menjadi:
a. Selisih tarif
b. Selisih efisiensi
c. Selisih tarif efisiensi atau selisih campuran
Secara matematis selisih biaya menurut model analisis tiga
selisih dapat dirumuskan sebagai berikut:
St = (Tss – Tst) x JKst
Sef = (JKss – JKst) x Tst
Ste = (Tss – Tst) x (JKss – JKst)
Dimana:
St = Selisih tarif upah langsung.
Sef = Selisih efisiensi upah langsung.
25
Ste = Selisih tarif efisiensi upah langsung (selisih campuran).
Tss = Tarif upah langsung sesungguhnya.
Tst = Tarif upah langsung standar.
JKss = Jam kerja sesungguhnya.
JKst = Jam kerja standar.
Dari ketiga model analisis biaya tenaga kerja langsung yang
umumnya digunakan adalah model analisis dua selisih, sehingga yang
umum dikenal adalah selisih tarif dan selisih efisiensi.
4.2.3. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik
Menurut Welsch dkk (2000:504) selisih biaya overhead pabrik
adalah selisih biaya yang disebabkan adanya perbedaan antara biaya
overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dengan biaya overhead pabrik
standar. Kholmi dan Yuningsih (2003:185) menjelaskan ada beberapa
model analisis selisih biaya overhead pabrik yang dapat digunakan, yaitu:
1. Model analisa dua selisih (The two way model)
a. Selisih terkendalikan (Controllable variance)
Simamora (2003:353) mengemukakan selisih terkendalikan
(controllable variance) adalah selisih biaya yang disebabkan oleh
perbedaan antara biaya overhead yang sesungguhnya terjadi
dengan biaya overhead yang dianggarkan pada kapasitas standar
(anggaran fleksibel pada kapasitas standar). Selisih ini umumnya
disebabkan oleh elemen biaya variabel yang sifatnya dapat
dikendalikan oleh kepala bagian dimana selisih tersebut terjadi.
26
Secara matematis, Kholmi dan Yuningsih (2003:185) selisih
terkendalikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
ST = BOPss – BOPKst
ST = BOPss – [BTA + (Kpst x TVst)]
ST = BOPss – [(KN x TTst) + (Kpst x TVst)]
Dimana:
ST = Selisih terkendalikan.
BOPss = Biaya overhead pabrik sesungguhnya.
BOPKst = BOP yang dianggarkan pada kapasitas standar.
BTA = Biaya overhead pabrik tetap yang dianggarkan.
Kpst = Kapasitas atau jam standar.
KN = Kapasitas normal yaitu kapasitas yang dipakai
dasar menghitung tarif standar.
TVst = Tarif variabel standar.
TTst = Tarif tetap standar.
Tolok ukur, apabila:
BOPss > BOPKst, selisih bersifat tidak menguntungkan
(unfavorable).
BOPss < BOPKst, selisih bersifat menguntungkan (favorable).
b. Selisih volume (Volume variance)
Simamora (2003:352) mengemukakan selisih volume
(volume variance) adalah selisih biaya yang disebabkan oleh
adanya perbedaan antara biaya overhead yang dianggarkan pada
kapasitas standar dengan biaya overhead pabrik yang dibebankan
kepada produk. Selisih biaya ini timbul karena kapasitas standar
lebih kecil atau lebih besar dari pada kapasitas normal, yang pada
umumnya disebabkan oleh faktor eksternal. Secara matematis,
27
Kholmi dan Yuningsih (2003:186) selisih volume dapat
dirumuskan sebagai berikut:
SV = BOPKst – BOPst
SV = [(KN x TTst) + (Kpst x TVst)] – [Kpst x Tst]
SV = [(KN x TTst) + (Kpst x TVst)] – [(Kpst x TTst) +
(Kpst x TVst)]
SV = (KN x TTst) – (Kpst x TTst)
SV = (KN – Kpst) x TTst
Dimana:
SV = Selisih volume.
BOPKst = Biaya overhead pabrik dianggarkan pada
kapasitas standar.
BOPst = Biaya overhead standar atau BOP dibebankan
kepada produk melalui rekening barang dalam proses.
KN = Kapasitas normal.
Kpst = Kapasitas standar.
Tst = Tarif total standar.
TTst = Tarif tetap standar.
TVst = Tarif variabel standar.
Tolok ukur, apabila:
KN > Kpst, selisih bersifat tidak menguntungkan (unfavorable).
KN < Kpst, selisih bersifat menguntungkan (favorable).
2. Model analisa tiga selisih (The three way model)
a. Selisih anggaran (Spending variance)
Mulyadi (2005: 409) mengemukakan selisih anggaran atau
selisih pembelanjaan (spending variance) adalah selisih biaya yang
disebabkan oleh adanya perbedaan antara biaya overhead pabrik
sesungguhnya dibandingkan dengan biaya overhead pada kapasitas
28
sesungguhnya. Selisih biaya ini umumnya disebabkan oleh biaya
overhead pabrik variabel, yang umumnya dapat dikendalikan oleh
kepala bagian dimana selisih tersebut terjadi. Secara matematis,
Kholmi dan Yuningsih (2003:186) selisih anggaran dapat
dirumuskan sebagai berikut:
SA = BOPss – BOPKss
SA = BOPss – [BTA + (Kpss x TVst)]
SA = BOPss – [(KN x TTst) + (Kpss x TVst)]
Dimana:
SA = Selisih anggaran.
BOPss = Biaya overhead pabrik sesungguhnya.
BOPKss = Biaya overhead pabrik.
BTA = Biaya overhead pabrik tetap dianggarkan.
KN = Kapasitas normal.
Kpst = Kapasitas sesungguhnya.
TTst = Tarif tetap standar.
TVst = Tarif variabel standar.
Tolok ukur, apabila:
BOPss > BOPKss, selisih bersifat tidak menguntungkan
(unfavorable).
BOPss < BOPKss, selisih bersifat menguntungkan (favorable).
b. Selisih kapasitas (Capacity variance)
Mulyadi (2005: 409) mengemukakan selisih kapasitas
(capacity variance) adalah selisih antara biaya overhead pabrik
pada kapasitas sesungguhnya dengan biaya produksi pabrik
dibebankan. Selisih biaya ini berhubungan dengan biaya overhead
pabrik tetap yang disebabkan kapasitas sesungguhnya lebih kecil
29
atau lebih besar dari kapasitas normal, yang umumnya disebabkan
oleh faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh kepala
bagian dimana selisih tersebut terjadi. Secara matematis, Kholmi
dan Yuningsih (2003:187) selisih kapasitas dapat dirumuskan
sebagai berikut:
SK = BOPKss – BOPB
SK = [(KN x TTst) + (Kpss x TVst))] – [(Kpss x Tst)]
SK = [(KN x TTst) + (Kpss x TVst))] – [(Kpss x TTst)]
+ (Kpss x TVst)]
SK = (KN x TTst) - (Kpss x TVst)
SK = (KN - Kpss) x TTst
Dimana:
SK = Selisih kapasitas.
BOPKss = Biaya overhead pabrik pada kapasitas
sesungguhnya.
BOPB = Biaya overhead pabrik dibebankan.
KN = Kapasitas normal.
Kpss = Kapasitas sesungguhnya.
Tst = Tarif total standar.
TTst = Tarif tetap standar.
TVst = Tarif variabel standar.
Tolok ukur, apabila:
KN > Kpss, selisih bersifat tidak menguntungkan (unfavorable).
KN < Kpss, selisih bersifat menguntungkan (favorable).
c. Selisih efisiensi (Efficiency variance)
Mulyadi (2005:409) mengemukakan selisih efisiensi
(efficiency variance) adalah selisih antara biaya overhead pabrik
dibebankan dengan biaya overhead pabrik standar. Selisih ini
30
berhubungan dengan biaya overhead pabrik variabel dan biaya
overhead tetap yang menunjukkan bagian tertentu telah bekerja
secara efisien atau bekerja secara tidak efisien, yang mencerminkan
oleh adanya perbedaan antara kapasitas sesungguhnya yang dipakai
dengan kapasitas standar. Secara matematis, Kholmi dan
Yuningsih (2003:188) selisih efisiensi dapat dirumuskan sebagai
berikut:
SE = BOPB – BOPst
SE = (Kpss x Tst) – (Kpst x Tst)
SE = (Kpss – Kpst) x Tst
Dimana:
SE = Selisih efisiensi.
BOPB = Biaya overhead pabrik dibebankan.
BOPst = Biaya overhead pabrik standar.
Kpss = Kapasitas sesungguhnya.
Kpst = Kapasitas standar.
Tst = Tarif total standar.
Tolok ukur, apabila:
Kpss > Kpst, selisih bersifat tidak menguntungkan (unfavorable).
Kpss < Kpst, selisih bersifat menguntungkan (favorable).
3. Model analisa empat selisih (The four way model)
Mulyadi (2005:409) mengemukakan model selisih empat selisih
merupakan perluasan dari model analisis tiga selisih, dimana selisih
efisiensi dipisahkan menjadi selisih efisiensi variabel dan selisih
efisiensi tetap. Sehingga pada analisis empat selisih, selisih biaya
overhead pabrik menjadi:
31
a. Selisih anggaran
b. Selisih kapasitas
c. Selisih efisiensi variabel
d. Selisih efisiensi tetap
Secara matematis, Kholmi dan Yuningsih (2003:189) selisih
biaya menurut model empat selisih dapat dirumuskan sebagai berikut:
SA = BOPss – (KN x TTst) + (Kpss x TVst)
SK = (KN – Kpss) x TTst
SEV = (Kpss – Kpst) x TVst
SET = (Kpss – Kpst) x TTst
Dimana:
SA = Selisih anggaran.
SK = Selisih kapasitas.
SEV = Selisih efisiensi variabel.
SET = Selisih efisiensi tetap.
BOPss = Biaya overhead pabrik sesungguhnya.
KN = Kapasitas normal.
Kpss = Kapasitas sesungguhnya.
Kpst = Kapasitas standar.
TVst = Tarif variabel standar.
TTst = Tarif tetap standar.