dampak di indonesia,saatnya perubahan kebijakan di eropa · mereka diambil tanpa izin.di...

24
Bahan bakar nabati: Dampak di Indonesia, saatnya perubahan kebijakan di Eropa Buletin DTE Edisi Khusus No 96-97, Desember 2013

Upload: others

Post on 02-Jan-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Bahan bakar nabati:Dampak di Indonesia, saatnya perubahankebijakan di Eropa

Buletin DTE Edisi KhususNo 96-97, Desember 2013

DTE kantor publikasi: 5 Tree Terrace,Tree Rd, Brampton, Cumbria CA81TY, Inggris, email: [email protected] web: www.downtoearth-indonesia.org

Daftar Isi

OMS minta UE untuk menghent-ikan perampasan tanah Indonesiauntuk bahan bakar nabati

Petisi Masyarakat Sipil Indonesia

Wawancara dengan BondanAndriyanu, Sawit Watch

AMAN menuduh perusahaankelapa sawit dan pulp

Presiden SBY dituntut oleh parapenduduk desa di Riau,WALHI

Kenapa jangan Wilmar?

Perkebunan, stasiun pengisianbahan bakar dan pembangkitlistrik

Halaman depan: perkebunan sawit di hutan yang dibuka di Papua Barat;Paling atas:: perkebunan sawit Asiatic Persada di Jambi, Sumatera;Atas: para aktivis dari Indonesia dan Eropa menyerahkan petisi OMS yang ditandatangani 243.998orang kepada anggota parlemen Eropa kunci termasuk Corrine Lepage, di Parlemen Eropa diStrasbourg, 11 September 2013

1

4

7

12

12

13

20

Perbaiki kebijakan!Bahan bakar hayati – yang pernah digadang-gadang sebagai obat mujarabbagi perubahan iklim – ternyata terbukti sebagai salah satu kekeliruankebijakan terbesar Uni Eropa

Permintaan minyak sawit untuk biodiesel yang luar biasa besar dari UniEropa mendorong ekspansi secara besar-besaran perkebunan industri skalabesar, mendorong hilangnya hutan dan keanekaragaman hayati danmeningkatkan emisi karbon, perampasan dan konflik tanah, serta pelecehanhak asasi manusia di Indonesia. Hilangnya hutan dan lahan pertanianmengancam kedaulatan pangan dari jutaan masyarakat lokal dan adat yangbergantung pada hutan dan tanah untuk memasok makanan.

Pada 2013, DTE dan para ornop sejawat meningkatkan kampanye untukmendorong para pembuat keputusan agar memperbaiki kebijakan danmenghentikan dampak-dampak menghancurkan terhadap Indonesia.Adabeberapa tanda kemajuan, beberapa kemunduran, dan beberapa keputusankontroversial dari Parlemen Eropa — tetapi perdebatannya belum berakhir.Saat laporan ini ditulis, para pembuat keputusan Uni Eropa (UE) berada ditengah-tengah negosiasi yang genting yang dapat mengubah kebijakan kesalah satu arah sehingga kita masih harus terus melakukan tekanan.

Buletin ini menyoroti perkembangan yang paling penting di tahun ini dalampembuatan kebijakan bahan bakar hayati di UE dan mencermati apa yangterbentang di hadapan kita, serta menyoroti tanggung jawab industri minyaksawit untuk membereskan bisnis mereka di Indonesia.

Terima kasih atas semua dukungan Anda sejauh ini! Tahun 2014 akanmenjadi sangat penting untuk menentukan arah demi masa depan kebijakanbahan bakar hayati. Silakan lanjutkan membaca untuk mengetahui lebihbanyak mengenai kampanye bahan bakar hayati dan bagaimana Anda bisamembantu.

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Emisi karbon yang meroket; hutan-hutan yangterbakar atau dibuldoser dan habitat alam liaryang rusak; mata pencaharian masyarakat yangbergantung pada hutan hancur, tanah leluhurmereka diambil tanpa izin. Di Indonesia, bebankehancuran dari revolusi bahan bakar hayatiUni Eropa tersebut jelas sekali dan sudahsaatnya Eropa bertanggung jawab.Ini adalah pesan yang disampaikan selamakampanye bersama antara OMS Indonesiadan internasional - termasuk Down to Earth- di Eropa pada September 2013, saat paraAnggota Parlemen Eropa berkumpul untukpemungutan suara mengenai amendementerhadap Panduan Energi Terbarukan(Renewable Energy Directive, RED) danPanduan Kualitas Bahan Bakar (Fuel QualityDirective, FQD) dari UE (lihat kotak).

Nur Hidayati dari Walhi dan BondanAndriyanu dari Sawit Watch - didukung olehDTE dan kelompok-kelompok Eropa lainnya -menyajikan kepada para pembuat keputusandi Parlemen tersebut gambaran mengenaiseperti apa kehidupan masyarakat lokalIndonesia yang terkena dampak dari ekspansiminyak sawit untuk bahan bakar nabati.Mereka juga menyoroti fakta bahwamenggunakan minyak sawit untuk bahan bakarhayati bersifat kontraproduktif dalam kaitandengan penanganan perubahan iklim. Sebuahpernyataan yang ditandatangani oleh 59 OMSIndonesia menghimbau seluruh 766 Anggota

Parlemen Eropa untuk tidak mengabaikandampak-dampak yang menghancurkan dariproduksi bahan bakar nabati di negara-negaraprodusen seperti Indonesia (lihat petisi OMS,hal.4).

Indonesia sedang berencana untuklebih melipatgandakan luas kebun kelapa sawithingga mencapai sekitar 11 juta hektare saatini. Menurut Sawit Watch, pemerintah telahmenerbitkan konsesi awal, atau izin lokasiyang mencakup 26,7 juta hektare lahan untukpengembangan minyak sawit, yang sepertiga diantaranya berada di lahan gambut.1

Persiapan menujupemungutan suara SeptemberKembali ke Oktober 2012, Komisi Eropa (KE)mengusulkan amendemen kebijakan terhadapRED dan FQD yang telah lama ditunggu-tunggu.2 Usulan itu berupaya membatasidampak-dampak dari kebutuhan Eropa akanbahan bakar nabati dengan memasukkan duaamendemen kritis terhadap Panduan-panduantersebut: 1) penetapan batas atas sebesar 5%3

atas jumlah bahan bakar hayati berbasistanaman pangan yang diizinkan dalam targetenergi terbarukan 10% untuk bahan bakartransportasi, pada 2020; dan 2) pelaporan –tetapi bukan penghitungan – emisi-emisi yangdisebabkan oleh perubahan penggunaan tanahsecara tak langsung (Indirect Land UseChange – ILUC) (lihat info terkini bahanbakar nabati April 2013 dari DTE untuk latarbelakang lebih jauh).4 Usulan tersebut bersifatpositif dalam arti itulah pertama kalinyaKomisi Eropa secara formal telah mengakuibahaya dari penggunaan pangan untuk bahanbakar dan dampak dari ILUC. Namun, DTEdan para ornop lainnya berpendapat bahwaamendemen-amendemen tersebut tidakberanjak cukup jauh untuk menanganidampak-dampak nyata dari bahan bakar nabatiterhadap masyarakat dan lingkungan hidup dinegara-negara produsen seperti Indonesia,dan juga tidak mengurangi emisi GRK.5

OMS minta UE untuk 'menghentikan perampasantanah Indonesia untuk bahan bakar hayati'

Sebuah pemungutan suara yang menentukan tentang bahan bakar hayati di Parlemen Eropa pada 11 September2013 telah gagal memperbaiki kebijakan yang cacat yang mendorong deforestasi, perampasan lahan dan

pelecehan hak-hak asasi manusia, seraya menggerogoti kedaulatan pangan masyarakat di negara-negara produsenseperti Indonesia.

Para aktivis di luar gedung Parlemen Eropa, Strasbourg, September 2013

RED dan FQDRED dan FQD adalah panduan kebijakanpenting yang ditujukan untuk meningkatkanporsi energi terbarukan dalam campuranenergi UE dan mengurangi emisi gas rumahkaca Eropa. Panduan-panduan itu juga telahberdampak meningkatkan permintaanminyak sawit dari Indonesia, produsen sawitterbesar dunia, serta produsen-produsenminyak sawit lainnya. UE adalah tujuanutama bagi minyak sawit Indonesia, danpengimpor paling tinggi terhadap biodieselsawit yang diproduksi di Indonesia.

1

Sebuah proses panjangDibutuhkan beberapa tahap negosiasi lanjutansebelum amendemen-amendemen tersebutdapat disetujui dan berlaku menjadi undang-undang. Pertama, usulan itu harusdinegosiasikan oleh tujuh komite kunci dariParlemen Eropa yang akan mengedepankanposisi mereka sendiri terhadap amendemenkebijakan tersebut. Usulan itu kemudian akanberlanjut untuk pemungutan suara plenopenuh oleh Parlemen Eropa pada 11September 2013, yang berarti bahwa seluruh766 Anggota Parlemen Eropa akanmenyampaikan pendapatnya tentangamendemen mana yang akan diterima ataudiubah.

Pada Juli 2013, Komite LingkunganHidup (Environment Committee, ENVI), yangditugaskan untuk memimpin proses tersebut,menyampaikan posisi akhir mereka kepadapara Anggota Parlemen Eropa. Posisi akhirtersebut mengandung sejumlah perubahankritis terhadap usulan awal KE, termasukpenghitungan wajib (ketimbang hanyapelaporan) terhadap emisi ILUC baik padaRED maupun FQD, yang berlaku segera. Posisiakhir itu juga mengusulkan peningkatan batasatas pada bahan bakar nabati menjadi 5,5%(0,5% lebih tinggi dari usulan KE) tetapi yangpenting, batas atas ini mencakup tidak hanyatanaman pangan tetapi juga seluruh tanamanberbasis lahan dan akan diterapkan padakeduanya, FGD dan RED – suatu amendemenpenting yang akan memiliki dampak positiflebih banyak dalam hal membatasi PerubahanPenggunaan Tanah secara Tak Langsung secarakeseluruhan. Secara umum, posisi ENVI adalahsuatu perbaikan terhadap usulan KE, tetapiberbagai LSM mendesak para AnggotaParlemen Eropa untuk memperkuatamendemen-amendemen tersebut lebihlanjut dengan memperketat batas atas padaseluruh tanaman berbasis lahan menjadi 5%sebagai sebuah cara membatasi penggunaanbahan bakar berbasis lahan hingga hanya diatas tingkat penggunaan saat ini yang 4,7%.Tuntutan LSM untuk sebuah batas atas 5%adalah suatu usulan sementara pembatasankerusakan, sebagai langkah menujupengurangan konsumsi hingga nol secepatmungkin.

Terlepas dari kepemimpinan ENVIdalam proses tersebut, komite-komite lainnyamemiliki kekuasaan untuk mempengaruhibagaimana para Anggota Parlemen Eropamemberikan suara. Komite Industri, Penelitiandan Energi (Industry, Research and EnergyCommittee, ITRE), yang lebih terbuka dalammenerima tuntutan industri bahan bakarhayati, menekan agar melemahkan usulan KEdan ENVI. ITRE menuntut batas atas sebesar6,5%, bukti ilmiah yang lebih banyak sebelummempertimbangkan pelaporan ILUC, danmenolak opsi-opsi untuk penghitungan ILUCsecara keseluruhan.

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Pembahasan tentang istilah berikut iniberupaya untuk menunjukkan beberapaperbedaan dan tumpang-tindih antara berbagaimacam istilah yang digunakan dalamperdebatan mengenai bahan bakar nabati.

Bahan bakar hayati (biofuel) vs bahanbakar nabati (agrofuel):UE mendefinisikan biofuel (bahan bakarhayati) sebagai bahan bakar cair yang secarabiologis berasal dari non-fosil dan suatusumber energi terbarukan, untuk dibedakandengan bahan bakar fosil, dan terdiri daridua kategori: bensin hayati (biogasoline) danbiodiesel.[6]

Tanaman yang digunakan untuk membuatbahan bakar hayati umumnya bersifat kayaakan gula (seperti tebu), tepung (sepertijagung) atau minyak (kelapa sawit). Bahanbakar hayati dapat dihasilkan dari sejumlahbesar tanaman, termasuk kacang kedelai, bitgula, minyak rapa, kanola, jatropha, padi dangandum, serta jagung/maizena, tebu dankelapa sawit.

Istilah agrofuel (bahan bakar nabati)bukanlah bagian dari glosarium UE, tetapiumum dipakai untuk merujuk ke bahanbakar hayati yang dihasilkan dari tanamanyang ditanam dalam skala besar, danseringkali bersifat monokultur. DTE lebihmemilih menggunakan istilah agrofuel inikarena monokultur berskala besar inilahyang menyebabkan dampak-dampak burukbagi masyarakat dan lingkungan hidup.

Sisa tanaman hutan dan pertanian, sepertibatang dan daun, juga digunakan untukmembuat bahan bakar hayati/bahan bakarnabati.

Biodiesel vs bioetanolBioetanol dan biodiesel adalah bahan bakarhayati yang umum dipakai dalamtransportasi. Biodiesel dibuat dari produkberminyak seperti minyak sayur atau lemakhewan. Ini adalah bahan bakar hayati yangpaling umum di Eropa dan biasanyadiproduksi dengan mengekstrak minyak-minyak tersebut dari tanaman sepertiminyak sawit dari Indonesia. Bioetanoldibuat dari tanaman tepung atau gula sepertigandum atau tebu, yang ditanam secarabesar-besaran di Amerika Selatan dan Afrika.

Bahan bakar hayati berbasis tanamanpangan dihasilkan dari tanaman, yangsebenarnya bisa juga dimanfaatkan sebagaipangan – sehingga menimbulkan persainganbagi produksi pangan.

Bahan bakar hayati berbasis lahandihasilkan dari tanaman pangan ataunonpangan, yang membutuhkan lahan untuktumbuh. Minyak sawit dan jatropha adalahsama-sama berjenis bahan baku bahan bakarhayati berbasis lahan. Tanaman energiadalah tanaman yang digunakan untukmemproduksi bahan bakar atau bentuk-bentuk energi yang lain, dan mencakup

tanaman pangan dan nonpangan. Jatrophadan rumput-rumputan khusus adalah contohdari tanaman energi nonpangan.

Bahan bakar hayati dapat diklasifikasikansebagai generasi ke-1, ke-2 atau ke-3,tergantung pada jenis bahan baku danproses produksinya. Suatu bahan baku(feedstock) adalah bahan mentah yangdigunakan untuk membuat suatu jenis bahanbakar hayati. Minyak sawit, gandum, sisapertanian dan alga adalah seluruhnya jenis-jenis bahan baku.

Bahan bakar hayati generasi ke-1(‘konvensional’) menggunakan teknologikonvensional untuk mengubah minyak,tepung atau gula yang ditemukan dalamtanaman pangan menjadi bahan bakar.Minyak sawit, gandum dan maizena adalahbeberapa dari tanaman bahan bakar hayatigenerasi ke-1 yang paling luas digunakan.Karena tanaman tersebut biasanya ditanamsemata-mata hanya untuk tujuan bahanbakar hayati, mereka dianggap bersaingdengan pangan. Saat ini, hampir semua bahanbakar hayati di UE terbuat dari bahan bakugenerasi ke-1.

Bahan bakar hayati generasi ke-2biasanya dibuat dari limbah atau sisapertanian dan kehutanan seperti selulosa,hemiselulosa, lignin atau pektin (yakni bagianyang terbuang ketika tanaman dipanen untukproduk utamanya, seperti produk panganatau kayu). Mereka juga dapat mencakuptanaman nonpangan yang ditanam dengansengaja seperti rumput-rumputan energiatau jatropha.

Bahan bakar hayati generasi ke-3 masihdalam masa-masa awal pengembangan.Algaadalah sumber bahan bakar hayati yangpaling maju dan padat energi, dan tidakmembutuhkan tanah yang baik untukditanami, sehingga menjadikannya opsi yangsemakin menjanjikan. Namun, biaya produksiyang tinggi saat ini berarti bahwa biayanyaakan terlalu mahal di pompa tersebut,sehingga membatasi kelayakannya sebagaisuatu bahan bakar komersial.

Istilah ‘bahan bakar hayati maju’seringkali digunakan untuk bahan bakarhayati yang dibuat dari bahan baku generasike-2 atau ke-3 dan mengindikasikan proses-proses teknologi yang lebih maju yangdipakai untuk memproduksi bahan bakartersebut.

Tetapi istilah tersebut harus diperlakukandengan hati-hati! Bahan bakar hayati generasike-2 tidak selalu lebih berkelanjutanketimbang generasi ke-1. Masalah-masalahyang berkaitan dengan pemanfaatan lahan,persaingan dengan tanaman pangan danjumlah energi yang digunakan dalam prosesproduksi perlu dipertimbangkan saat menilaikeberlanjutan yang sejati dari bahan bakarhayati.

Menguraikan jargon

(bersambung ke hal 3)

3

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Kunjungan keliling tentangbahan bakar nabatiSaat pemungutan suara bulan September diParlemen Eropa di Strasbourg semakin dekat,kegiatan lobi semakin intensif dari kedua pihakyang berdebat itu. Dirasakan penting agarpara ornop dan masyarakat tersebutdimobilisasi untuk melawan tuntutan-tuntutandari lobi industri bahan bakar hayati generasipertama dan untuk mendesak seluruhAnggota Parlemen Eropa untuk memberisuara untuk mendukung (atau memperkuat)usulan ENVI tersebut. Sebuah tim kampanyeyang terdiri dari DTE, Watch Indonesia, FoEEropa, Misereor, Sawit Watch dan WALHI,mengadakan kunjungan berkeliling selama duaminggu di Parlemen Eropa di Brussels danStrasbourg untuk memastikan bahwa paraAnggota Parlemen Eropa mendengar secaralangsung tentang dampak-dampak darikebijakan UE di lapangan di negara-negaraprodusen secara langsung dari paraperwakilan OMS Indonesia. Melaluipertemuan-pertemuan publik, presentasi,wawancara media, dan diskusi dengan paraAnggota Parlemen Eropa, kelompok-kelompok tersebut menyoroti empat masalahutama terkait bahan bakar nabati:

Bahan bakar nabati buruk bagi iklimJika dampak-dampak dari perubahanpenggunaan tanah secara tak langsung(ILUC) diperhitungkan, sebagian besarbahan bakar nabati berarti emisi karbonlebih banyak, bukan lebih sedikit. Jika lahangambut dipertimbangkan, minyak sawitdari Indonesia menjadi salah satu bahanbakar terkotor dari yang ada, karbonnyajauh lebih intensif daripada solar dari fosil.Kebijakan bahan bakar nabati yang saat iniberlaku mengabaikan hal ini.

Bahan bakar nabati mempromosikanperampasan lahan, pelecehan hak asasimanusia, konflik

Jutaan hektare lahan dirampas darimasyarakat di negara-negara sepertiIndonesia untuk memenuhi permintaanbahan bakar nabati yang terus meningkatdari Eropa. Hak masyarakat adat atasPerizinan Atas Dasar Informasi Awal danTanpa Paksaan tidak dihormati. Pasukankeamanan dibawa masuk untuk menanganiperlawanan masyarakat terhadapperampasan lahan oleh perusahaan-perusahaan besar, yang mengarah padakonflik-konflik kekerasan dan pelanggaranhak-hak asasi manusia.

Bahan bakar nabati buruk untukkeanekaragaman hayati dan lingkunganhidup

Hutan dan keanekaragaman Indonesia yangberharga berada dalam ancaman yangserius dari ekspansi besar-besaran minyaksawit – yang sebagian didorong olehpermintaan bahan bakar nabati dari Eropa.Orangutan yang terancam punahkehilangan habitatnya saat hutan dikonversi

menjadi minyak sawit. Pembakaran ilegalmenciptakan asbut (asap kabut) yangmencekik Indonesia dan negara-negaratetangganya. Pertanian intensif danpenggunaan bahan kimia di perkebunanmenyebabkan polusi sungai, kelangkaan air,degradasi lapisan tanah dan masalah-masalah kesehatan bagi para pekerjakebun.

Bahan bakar nabati tidak masuk akalsecara bisnis atau pembangunan

Subsidi industri bahan bakar nabati yangsangat besar yang dibayar oleh parapembayar pajak di Eropa hanyamenciptakan 3600 lapangan kerja langsungdi seluruh Eropa pada tahun 2011, serayamenyebabkan kerusakan hutan dan emisiGRK yang lebih tinggi. Ini bertentangandengan upaya ekonomi dan politik UE yangbertujuan mengurangi deforestasi diIndonesia. Kepedulian masyarakat yangmeningkat terhadap dampak-dampaknegatif membuat bahan bakar nabatimenjadi sebuah investasi bisnis yangberisiko dan menggerogoti kewajiban UEutuk melakukan “pembangunan yangbertanggung jawab”.

Kelompok ornop tersebut menyerukan paraAnggota Parlemen Eropa untuk memberisuara mendukung:

1. Penghitungan penuh terhadap seluruhemisi CO2 yang dihasilkan dari tanamanbahan bakar nabati yang meningkat (yangdisebut ‘perubahan penggunaan tanahsecara tak langsung’ / ILUC), melaluifaktor-faktor ILUC dengan tanaman

tertentu – untuk FQD serta RED. Inilahopsi kebijakan terbaik yang saat initersedia untuk tidak memberi motivasibagi bahan bakar nabati yang bersifatkontraproduktif dalam mengurangi emisikarbon (khususnya minyak sawit).

2. Penghentian pertumbuhan bahan bakarnabati yang bersaing dengan tanamanpangan yang vital, dengan suatu batas atasyang sejati dan sehat (yakni 5% atau kurangyang berlaku bagi FQD dan RED) terhadappenggunaan bahan bakar nabati. Pilih batasatas yang serendah mungkin.

Dan, sebagai langkah-langkah selanjutnya:Suatu penilaian dampak sosial danlingkungan hidup yang independenmengenai kebijakan bahan bakar nabati UEdi negara-negara seperti Indonesia –dengan maksud untuk membuat kriteria

Protes di BerlinHampir seratus orang menghadiri sebuahpertemuan untuk mendiskusikan bahanbakar nabati dan berbagai dampaknya padapertemuan yang diselenggarakan olehkelompok ornop di Berlin. Presentasi diantaranya diberikan oleh Bondan Andriyanudari Sawit Watch.Acara itu dijadwalkanbertepatan dengan peluncuran RSPO Eropayang bertujuan untuk mempromosikanpenggunaan minyak sawit berkelanjutan disalah satu pasar utamanya.WatchIndonesia! dan lembaga-lembaga lainnyamengadakan aksi-aksi jalanan untukmenyoroti dampak-dampak negatif dariminyak sawit.

Para aktivis dari WALHI dan Sawit Watch di depan gedung Parlemen Uni Eropa, September 2013

(bersambung ke hal 5)

4

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Jakarta, Indonesia September, 2013

Pada tanggal 11 September 2013, ParlemenUni Eropa akan bersidang untukmemutuskan perubahan penting terhadapkebijakan bahan bakar nabati (biofuels) UniEropa. Jika tidak dilakukan tindakan untukmembatasi permintaan atas biofuels, makakebijakan ini akan mengakibatkan dampaknegatif yang sangat besar bagi masyarakatdan lingkungan hidup di negara-negaraprodusen seperti Indonesia yang menanamkomoditas biofuel untuk pasar Eropa.

Minyak kelapa sawit yangdiproduksi di Indonesia dan Malaysia terusmengalami peningkatan untuk memenuhikebutuhan biodiesel demi pencapaian targetUni Eropa. Pada saat yang sama, biofuel jugamenjadi bagianyang penting dalam rencanapemerintah mengembangkan industri kelapasawit, dengan perkiraan peningkatan luasperkebunan kelapa sawit dari 11 juta hektarmenjadi 28 juta hektar di tahun 2020.

Kami, masyarakat sipil Indonesia,menyerukan kepada Parlemen Eropa untuktidak menutup mata terhadap berbagaidampak buruk dari produksi komoditasbiofuel di negara-negara produsen sepertiIndonesia.Target yang ditetapkan melaluikebijakan biofuel ini akan mendorong terusterjadinya ekspansi industri perkebunanmonokultur skala besar, seperti kelapa sawit,yang berarti terus berlanjutnya berbagaimasalah lingkungan hidup, sosial dan eknomibagi jutaan masyarakat Indonesia.

Industri perkebunan kelapa sawitskala besar telah menimbulkan berbagaimasalah serisu bagi komunitas-komunitas danlingkungan hidup di Indonesia, juga di negara-negara produsen lainnya. Beberapa masalahutama adalah:

Perkebunan kelapa sawit skalabesar merupakan salah satu kontributor

terbesar pelepasan gas rumah kaca Indonesiaakibat penggundulan hutan, pembakaranlahan dan pengeringan lahan gambut. Olehkarenanya, biofuel yang berasal dari minyaksawit tidak akan bisa menurunkan emisi gasrumah kaca, sebaliknya, malah akanmeningkatkan emisi gas rumah kaca.

Pembangunan perkebunan kelapasawit skala besar juga telah mengakibatkanperampasan lahan masyarakat adat danmasyarakat lokal, konflik, serta pelanggaranHAM oleh aparat negara.Tidak diakuinya hakmasyarakat adat dan masyarakat lokal atastanah telah menimbulkan berbagai konflikantara masyarakat dan perusahaan, yangseringkali berakhir pada tindak kekerasanaparat pemerintah yang mendukungperusahaan.

Sistem perkebunan kelapa sawitskala besar tidak menghormati hak-hakpekerja, menimbulkan ketidakadilan gender,serta sering melibatkan anak-anak dalamproses produksinya yang mengakibatkananak-anak kehilangan haknya untuk sekolah.80 persen pekerja di perkebunan kelapasawit skala besar –laki-laki dan perempuan,adalah buruh harian lepas (BHL) yang tidakmendapatkan jaminan keselamatan dankeamanan kerja, dan dibayar dengan upahyang sangat murah yang tidak dapatmencukupi kebutuhan hidupnya.

Pembangunan perkebunan kelapasawit skala besar menyebabkan hilangnyakedaulatan pangan masyarakat-masyarakatadat dan masyarakat lokal yang bergantungpada hutan sebagai sumber pangan danpenghidupannya. Banyak perusahaan kelapasawit skala besar menghancurkan lahan,hutan serta wilayah pesisir yang subur danmenggantinya dengan tanaman monokulturkelapa sawit.

Kami, masyarakat sipil Indonesia,sangat khawatir dengan adanya kebijakan

biofuel dalam Uni Eropa yang akanmengakibatkan dampak negatif yang sangatbesat terhadap jutaan masyarakat Indonesiadan gagal menurunkan emisi gas rumah kacapenyebab perubahan iklim.

Oleh karenanya, kami, masyarakatsipil Indonesia, menyerukan kepada UniEropa untuk:

1.Tidak menggunakan biofuel yang berasaldari perkebunan monokultur skala besar

2.Tidak menggunakan biofuel yang berasaldari pembukaan hutan alam dan lahangambut

3.Tidak menggunakan biofuel yang berasaldari lahan-lahan yang berkonflik denganmasyarakat lokal

4.Tidak menggunakan biofuel yang berasaldari perusahaan yang terlibat praktikpelanggaran HAM, termasuk pelanggaranhak pekerja, hak perempuan, dan di dalamproses produksinya terdapat keterlibatananak-anak.

5. Mengurangi konsumsi minyak sawit Eropadan segera menghentikan penggunaanminyak sawit untuk biofuel.

Kami yang bertanda tangan di bawah ini,

1.WALHI (WahanaLingkunganHidupIndonesia) – Friends of the Earth Indonesia

2. SawitWatch (Oil Palm Watch)

Dan 57 CSO lainnya (Lihat Lampiran)

Sumber:http://sawitwatch.or.id/2013/09/petisi-masyarakat-sipil-indonesia-kepada-parlemen-uni-eropa-tentang-kebijakan-biofuel-eropa/#sthash.vpHAh8MB.dpuf

Petisi Masyarakat Sipil Indonesia Kepada Parlemen UniEropa Tentang Kebijakan Biofuel Eropa

buah kelapa sawit

5

keberlanjutan yang bersifat wajib, untuktidak memasukkan bahan bakar nabati ataubahan baku bahan bakar nabati yangdiimpor ke dalam UE yang tidak memenuhistandar lingkungan hidup dan hak asasimanusia, dan prinsip-prinsip perdaganganyang adil.Langkah-langkah kebijakan menujupenghapusan bertahap terhadap seluruhbahan bakar nabati berbasis lahan, danpenghapusan bertahap terhadap berbagaisubsidi, untuk menurunkan konsumsimereka hingga nol secepat mungkin.Penerapan berbagai insentif kebijakan yangmenjadikan transportasi kita ramahlingkungan yang sejati. Secara keseluruhan,berbagai kebijakan yang memusatkanperhatian pada pengurangan gas rumahkaca, penghematan energi besar-besaran,dan pengalihan moda transportasi akanmenjadi cara yang lebih efektif terhadapmitigasi perubahan iklim, tanpa biaya-biayasosial dan lingkungan hidup dari bahanbakar nabati.7

Sebagai seorang panelis bersama denganPelapor ENVI Corinne Lepage pada DebatAkbar Bahan Bakar Hayati Parlemen, NurHidayati dari Walhi menyampaikankeprihatinan dari OMS Indonesia kepadapeserta dari 180 perwakilan industri, politik,media dan ornop. Protes jalanan yangberwarna-warni di Parlemen Eropa diBrussels dan Strasbourg memperlihatkan paraaktivis berpakaian tongkol jagung denganmenuntut ‘Pangan Tidak untuk Bahan Bakar’dan meminta UE untuk “hentikan perampasanlahan Indonesia untuk bahan bakar hayati”.Pada hari pemungutan suara, para ornopmenyerahkan petisi dengan 243.998 tandatangan kepada para Anggota Parlemen Eropayang utama, termasuk Pelapor ENVI.

DTE, dengan didukung olehBiofuelwatch juga menyerukan para warga UEuntuk menulis surat kepada para AnggotaParlemen Eropa mereka dan mendesakmereka untuk memilih memastikanamendemen-amendemen ini.8

Hasil utama pemungutan suaraPara Anggota Parlemen Eropa memilih untukmenetapkan batas atas 6% terhadappenggunaan ‘bahan bakar hayati berbasislahan’ (juga dikenal sebagai generasi pertama)untuk memenuhi permintaan bahan bakarEropa. Karena bahan bakar hayati generasipertama telah memenuhi porsi 4,7% daripasar bahan bakar transportasi UE, paraornop menekan para Anggota ParlemenEropa untuk membuat batas atas menjadi 5%untuk membatasi penggunaan saat ini, dankerusakan yang disebabkannya, hingga hanyadi atas level saat ini. Meski hanya lebih tinggi1%, batas atas 6% tersebut yang dipilih olehpara Anggota Parlemen Eropa akan memilikidampak besar bagi keamanan pangan dankedaulatan pangan di beberapa negaratermiskin dunia dan, menurut ornopinternasional Actionaid, “akan membuattanaman yang alih-alih berpotensi memberimakan bagi lebih dari 20 juta orang justrudibakar setiap tahun sebagai bahan bakar didalam mobil.”9

Para Anggota Parlemen Eropamemang memilih mendukung penghitunganemisi ILUC dalam Panduan Kualitas BahanBakar, tetapi ini tidak akan diberlakukan hingga2020 dan tidak akan diberlakukan terhadapRED. Keputusan ini betul-betul tidakbertanggung jawab, sehingga masyarakatEropa masih akan membayar subsidi yangtinggi dalam tujuh ke depan untuk mendukungbiodiesel yang memiliki jejak karbon yanglebih besar ketimbang bahan bakar fosil.

Para Anggota Parlemen Eropamenyokong target 2,5% untuk bahan bakarhayati generasi kedua, yang dibuat darisumber-sumber nonpangan seperti limbah

pertanian, kotoran dan alga. Mereka jugamemilih mendukung ‘penghitungan berganda’terhadap bahan bakar hayati maju – yangberarti bahwa bahan bakar maju tertentudapat dihitung 2 atau 4 kali terhadap target-target energi terbarukan. Perubahan-perubahan ini mengirimkan sebuah sinyalpositif kepada industri untuk berpindah daribahan bakar hayati generasi ke-1 dan menujugenerasi ke-2.

Keputusan penting lainnya adalahsebuah target 7,5% terhadap porsi bioetanoldi dalam bahan bakar hayati – yang memberisinyal sebuah peralihan dari biodiesel kebioetanol. Sementara peralihan dari biodieseltersebut akan menjadi sebuah langkah positifbagi negara-negara seperti Indonesia, yangmenyediakan minyak sawit untuk biodiesel, halitu menjadi berita buruk bagi negara-negarayang menderita akibat dampak lingkunganhidup dan hak-hak asasi manusia dariperkebunan untuk tanaman bioetanol.

Berbalik arah Pemungutan suara itu sangat tipis hasilnya danbanyak Anggota Parlemen Eropa mengakuidan bertindak berdasarkan keprihatinan SawitWatch dan WALHI, tetapi sebuah kelompokinti Anggota Parlemen Eropa yang kuatmempengaruhi hasil tersebut hinggamendukung reformasi yang lebih lemah. Hasilini tidak akan membawa keringanan bagimasyarakat yang menderita akibat dampak-dampak dari kebijakan bahan bakar nabati UEdi lapangan – sebuah tindakan berbalik arahyang mengecewakan terhadap janji-janji UEuntuk memperbaiki kebijakannya yang gagal.

“Para Anggota Parlemen Eropatelah mengabaikan keprihatinan jutaan orangIndonesia mengenai dampak-dampak darikebijakan bahan bakar nabati UE terhadaptanah dan penghidupan mereka. Pemungutansuara ini akan memperburuk deforestasi,perampasan lahan dan pelecehan hak-hakasasi manusia di Indonesia,” kata Nur Hidayatidari WALHI.10 UE telah kehilangankesempatan penting untuk memperbaikiaspek-aspek yang paling merusak darikebijakan bahan bakar hayatinya dan sekalilagi, telah memprioritaskan industri danperdagangan di atas masyarakat danlingkungan hidup.

Reaksi IndonesiaKampanye tersebut menghasilkan reaksi-reaksi yang keras di Indonesia, dengantuduhan-tuduhan negatif terhadap para ornoplokal maupun luar negeri karena menyuarakankeprihatinan mereka tentang industri-industripulp dan kertas dan minyak sawit. Beberapahari setelah pemungutan suara pada 11September tersebut, Wakil Ketua KamarDagang dan Industri Indonesia menyerukanpemerintah untuk memainkan peran pentingdalam mengusir LSM, khususnya dari luarnegeri, yang menyerang industri-industri pulpdan kertas dan minyak sawit. Dia mendesakindustri-industri ini untuk melawan citranegatif tersebut dengan bersikap lebih

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Amendemen yangmengusulkan PADIATAPASatu hasil yang berpotensi positif adalahdicantumkannya prinsip Persetujuan AtasDasar Informasi Awal dan Tanpa Paksaan(PADIATAPA) dalam amendemen-amendemen yang diusulkan oleh paraAnggota Parlemen Eropa dalampemungutan suara kebijakan bahan bakarnabati pada September 2013.

Susunan katanya adalah sebagai berikut,baik pada FQD maupun RED:

‘4a. Bahan bakar hayati dan cairan hayatiyang dipertimbangkan untuk tujuan yangdimaksud dalam paragraf 1 tidak dibuat daribahan baku berbasis lahan kecuali apabilahak-hak hukum pihak ketiga menyangkutpenggunaan dan penguasaan lahan tersebutdihormati, di antaranya dengan memperolehpersetujuan atas dasar informasi awal dantanpa paksaan dari pihak ketiga tersebut,11

dengan keterlibatan dari lembaga-lembagaperwakilan mereka.’12

kedaulatan pangan Kedaulatan pangan mengacu pada hak-hakmasyarakat untuk mendefinisikan sistempangan mereka sendiri dan menjadi pusatdari keputusan tentang sistem dan kebijakanpangan.

Perubahan penggunaan tanahsecara tak langsung yang disebabkan olehekspansi perkebunan minyak sawit untukbahan bakar hayati menghancurkan hutanyang digunakan oleh jutaan masyarakat lokaldan adat untuk berburu, mengumpulkan danbercocok tanam.

Dengan mengalokasikan ulanglahan untuk memelihara tanaman bahanbakar hayati ketimbang memberi makanuntuk masyarakat, kebijakan-kebijakanbahan bakar hayati dari UE tersebutmerampas hak-hak masyarakat Indonesiaterhadap kedaulatan pangan.

6

proaktif dalam mempromosikanpengoperasian mereka yang lebih ramahlingkungan. Menteri Lingkungan Hidup setujubahwa para ornop – khususnya yang dari luarnegeri – dengan sengaja membesar-besarkanmasalah lingkungan hidup dengan tujuanmencegah pembangunan industri-industripulp dan kertas dan minyak sawit Indonesia,dan seharusnya tidak diizinkan untuk terusmelakukan hal ini.13

Reaksi ini, dan perdebatan diIndonesia tentang bahan bakar hayati dandampak-dampaknya terhadap kebijakan UE,adalah sebuah sinyal bahwa pesan-pesan SawitWatch dan WALHI tersebut disuarakansecara efektif di Eropa. Selain itu, diskusi-diskusi tentang bagaimana memperbaikisistem penyelesaian sengketa dari Forum MejaBundar tentang Kelapa Sawit Berkelanjutan(Roundtable on Sustainable Palm Oil) telahmendapat dorongan ekstra oleh kampanyeEropa tersebut. Sebuah resolusi yangdirancang oleh Sawit Watch, yang juga anggotaRSPO, baru-baru ini disetujui pada pertemuanterakhir organisasi itu di Medan.

Apa yang terjadi selanjutnya?Hasil-hasil dari pemungutan suara ParlemenEropa (‘pembahasan pertama’) harusdisampaikan ke Dewan Menteri (yakni NegaraAnggota) untuk peninjauan lebih lanjutsebelum ditetapkan menjadi peraturan. Untukmempercepat proses tersebut, PelaporCorinne Lepage meminta mandat dariParlemen untuk segera maju bernegosiasidengan Dewan tersebut – tetapi usulannyaditolak oleh satu suara. Sebagai gantinya,sebuah kelompok Anggota Parlemen Eropamembuat usulan tandingan untukmengembalikan amendemen-amendementersebut ke Parlemen Eropa untuk‘pembahasan kedua’, menyusul peninjauanDewan tersebut – dan dimenangkan oleh duasuara. Ini adalah momen kritis dalam prosestersebut, yang dapat menyebabkan penundaantanpa batas dalam memperbaiki kebijakantersebut.

Penundaan lebih lamaBola sekarang (Desember 2013) ada di tanganDewan UE karena mereka menyelesaikanpembahasan pertama dari amendemen-amendemen kebijakan tersebut. Dewantersebut memiliki kesempatan untukmemperkuat amendemen-amendementersebut, tetapi posisi Parlemen Eropa telahmembelah negara-negara Anggota. Parapemain kunci seperti Inggris, Belanda, Belgiadan Finlandia dilaporkan ingin sekali melihatbatas atas tersebut dikurangi, tetapi hanyauntuk tanaman pangan. Yang lainnya, sepertiJerman, menolak bersuara lantang secaraterbuka tentang posisi mereka atau menekanagar batas atas tersebut ditingkatkan menjadi7% atau bahkan 8%. Beberapa negara anggotamendorong untuk tidak memasukkan faktor-faktor ILUC dari kebijakan tersebut secarabersama-sama.

Debat yang masih berlangsung ituberarti bahwa Dewan tidak akanmenyelesaikan posisi mereka dan menyetujuiuntuk mengembalikan ini ke Parlemen Eropauntuk peninjauan akhir (pembahasan kedua)hingga pertengahan Desember 2013. Denganpemilihan Parlemen yang ditetapkan padaApril tahun depan dan para Komisioner baruakan menempati kursi-kursi mereka,tampaknya tidak mungkin dihasilkan sebuahpersetujuan sebelum 2015.

Jadi apa arti semua ini? Secarasingkat, UE telah berhasil mengeremkemajuan positif terhadap perbaikan kebijakanbahan bakar hayati selama sedikitnya satutahun lagi, dengan mengabaikan bukti ilmiahakan dampak-dampak yang menghancurkandari kebijakan tersebut. Penundaan lebih lamamemungkinkan lebih banyak waktu bagi lobiindustri untuk membangun tekanan terhadappara pembuat kebijakan untuk melemahkanatau meniadakan amendemen-amendementersebut. Penundaan tersebut jugamenciptakan ketidakpastian lebih lanjut bagiinvestasi dalam alternatif-alternatif energiterbarukan yang lebih inovatif, termasukbahan bakar maju yang berkelanjutan. Masihlebih buruk, hal itu meningkatkan risiko hargapangan yang lebih tinggi, emisi karbon yanglebih banyak dan konflik-konflik lahan dinegara-negara produsen seperti Indonesia.

Informasi lebih lanjut: Clare [email protected].

Catatan:1 FPP, CIRAD, ILC Palm oil dan masyarakat adat

di Asia Tenggara, Januari 2011, hal. 21; NormanJiwan ‘Deforestation Moratorium is notPanacea?’, Jakarta Post, 1 Juli 2010 dihttp://www.thejakartapost.com/news/2010/07/01/deforestation-moratorium-not-panacea.html

2. Lihat www.downtoearth-indonesia.org/id/story/analisis-dte-tentang-perkembangan-penting-dalam-kebijakan-agrofuel-eropa-latar-belakang

3. Untuk informasi lebih lanjut lihathttp://ec.europa.eu/commission_2010-2014/oettinger/headlines/news/2012/10/2012

1017_biofuel_en.htm4. www.downtoearth-

indonesia.org/id/story/analisis-dte-tentang-perkembangan-penting-dalam-kebijakan-agrofuel-eropa-latar-belakang

5. Lihat analisis DTE April 2013 dihttp://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/analisis-dte-terhadap-proposal-oktober-2012-dari-komisi-eropa.

6. http://epp.eurostat.ec.europa.eu/statistics_explained/index.php/Category:Energy_glossary

7. Lihat ‘Menangani dampak dari kebijakan bahanbakar nabati UE terhadap Indonesia', Laporanbersama oleh DTE, 11.11.11. Sawit Watch,WALHI, Friends of the Earth Europe, WatchIndonesia! dan Misereor, 2 September 2013

8. Lihat http://www.downtoearth-indonesia.org/simplenews/urgent-agrofuels-action-write-your-meps

9. ‘Food should be used to fill people, not cars’Lucy Hurn, Actionaid, 24 September 2013.

10. Lihat ‘Pemungutan suara tentang agrofuel diEropa mengorbankan ketahanan pangan, hak-hak dan iklim' Pernyataan bersama oleh DTE,11.11.11, Watch Indonesia! dan WALHI, 13September 2013.

11 Catatan: FPIC (PADIATAPA) adalah bagiandari hukum internasional yang telahberkembang terkait dengan masyarakat adat,dan dengan demikian ‘pihak ketiga’sebagaimana ditetapkan dalam amendemenyang diusulkan, meski mencakup masyarakatadat, adalah kategori yang agak terlalu luas.Untuk diskusi lebih lanjut mengenai ini, lihatThe Rights of Non-Indigenous ‘ForestPeoples’ with a focus on Land and RelatedRights - Existing International LegalMechanisms and Strategic Options [Hak-hakdari ‘Masyarakat Hutan’ Bukan-adat denganfokus pada Tanah dan Hak-hak Terkait,Mekanisme Hukum Internasional yangBerlaku dan Opsi-opsi Strategis], KertasDiskusi FPP, 18 September 2013.

12. P7_TA-PROV(2013)0357, Fuel qualitydirective and renewable energy ***I,European Parliament legislative resolution of11 September 2013 on the proposal for adirective of the European Parliament and ofthe Council amending Directive 98/70/ECrelating to the quality of petrol and dieselfuels and amending Directive 2009/28/EC onthe promotion of the use of energy fromrenewable sources (COM(2012)0595 – C7-0337/2012 – 2012/0288(COD)) [Panduankualitas bahan bakar dan energi terbarukan***I, Resolusi legislasi Parlemen Eropa pada11 September 2013 terhadap usulan untuksuatu panduan dari Parlemen Eropa dan dariDewan yang mengamendemen Panduan98/70/EC yang berkaitan dengan kualitasbahan bakar bensin dan solar dan yangmengamendemen Panduan 2009/28/ECterhadap promosi penggunaan energi darisumber-sumber terbarukan], dapat diperolehdi http://www.europarl.europa.eu/RegData/seance_pleniere/textes_adoptes/provisoire/2013/09-11/0357/P7_TA-PROV(2013)0357_EN.pdf

13. Antara, 18 September 2013.http://id.berita.yahoo.com/kadin-peran-pemerintah-halau-ngo-170123499--finance.html

Pekerja perkebunan sawit, Riau. (Foto: DTE)

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

7

Impor bahan bakar nabati Eropa: memeriksarealitas di lapangan di Indonesia

Bondan Andriyanu dari Sawit Watch berkunjung ke Berlin, Brussels dan Strasbourg pada September 2013.Tujuannya adalah untuk menyampaikan kepada para pembuat kebijakan Eropa mengenai kebutuhan yang

mendesak untuk mereformasi kebijakan Uni Eropa (UE) tentang bahan bakar nabati karena dampak-dampaknyayang merugikan di Indonesia. Sebelum kunjungan Bondan ke Eropa tersebut, DTE mewawancarainya tentang

organisasinya dan tujuannya ke Eropa.

DTE: Bisakah Anda memberikan kami sedikittambahan informasi tentang organisasi Anda?Apa fokus kerja-kerja Anda saat ini?

Bondan Andriyanu: Sawit Watch adalahorganisasi non pemerintah (ornop) dengankeanggotaan secara individu dan kelompokyang bekerja untuk praktik yang lebih baikdalam pengembangan perkebunan kelapasawit. Kami memiliki 140 anggota di seluruhIndonesia dari berbagai latar belakang: petanikecil, buruh, masyarakat adat, aktivis ornop,anggota pemerintah, dan lain-lain. Sawit Watchsedang bekerja untuk perubahan sosial bagipara petani kecil, buruh, dan masyarakat adatuntuk mencapai keadilan ekologis. Kerja-kerjauntuk keadilan ekologis bagi kelompok-kelompok ini di antaranya mencakup inisiatif-inisiatif untuk:

Menyiapkan, mengelola dan menyediakandata dan informasi;Meningkatkan kapasitas para petani kecil,buruh dan masyarakat adat, sesuai dengankebutuhan mereka;Memfasilitasi penyelesaian konflik antaraperusahaan dan para petani kecil, buruhdan masyarakat adat dalam perkebunankelapa sawit skala besar;Membentuk sinergi antara para petanikecil, buruh dan masyarakat adat;Mendorong pengadopsian kebijakannegara yang melindungi kepentingan parapetani kecil, buruh dan masyarakat adat.

DTE: Apa yang Anda harapkan dapat dicapaisaat berada di Eropa?

BA: Sawit Watch berharap agar kami dapatmemperoleh kesempatan untuk memberikaninformasi kepada publik secara tatap mukatentang fakta-fakta dan realitas akan apa yangsedang terjadi dalam industri perkebunankelapa sawit.

Pertemuan-pertemuan yangberbeda akan memberikan kesempatan yangberbeda bagi kami:- Pada Pertemuan GIZ RSPO (PertemuanOrganisasi Masyarakat Sipil atau OMS) diBerlin, tujuan kami adalah untukmenyampaikan tentang banyaknya kelemahandari Forum Meja Bundar tentang Kelapa Sawit

Berkelanjutan (Roundtable on SustainablePalm Oil, RSPO) yang terbukti ada selain daridampak positif yang dimiliki RSPO tersebutsejak Sawit Watch menjadi anggota RSPOpada 2004. Sawit Watch akan berbagiinformasi yang didapat dari kunjunganlapangan kami ke perkebunan kelapa sawit.Kami berharap agar informasi ini akandipertimbangkan oleh kelompok OMS Eropayang menghadiri pertemuan itu, dalamkampanye mereka tentang perkebunan kelapasawit dan perdagangan minyak sawitinternasional.- Di Pertemuan Puncak RSPO Eropa, jugadi Berlin, Sawit Watch tidak berharap banyakdari RSPO itu sendiri. Jelas sekali bahwa acaraini akan memusatkan perhatian padapeningkatan Minyak Sawit BersertifikatBerkelanjutan (Certified Sustainable Palm Oil,CSPO) di pasar Eropa, sementara, dalampandangan kami pusat perhatian tersebutseharusnya ada pada praktik-praktik dilapangan dari para anggota RSPO itu sendiri.Masih banyak kasus-kasus konflik yangmelibatkan masyarakat dan para anggotaRSPO, yang pada saat yang sama, sedang

mencoba memperoleh sertifikasi. Salah satudari masalah-masalah utama tersebut adalahmelacak minyak sawit mentah (crude palm oil,CPO) dalam perjalanannya dari para petaniatau penanam, melalui pemrosesan, hinggasaat diperdagangkan di pasar internasional.Kami dapat berbicara tentang ini.- Di Lokakarya Jurnalis tentang KebijakanBahan Bakar Hayati UE, tujuan utama kamiadalah memberikan para jurnalis informasitentang praktik-praktik dari perusahaankelapa sawit yang memproduksi CPO untukbahan bakar nabati. Ada banyak masalah yangakan diangkat: dampak lingkungan hidup dansosial, dan pelanggaran hak asasi manusia yangdiakibatkan oleh praktik-praktik industrikelapa sawit.- Dalam kesempatan untuk aksi publikapapun, Sawit Watch bermaksud inginmenyoroti bahaya lingkungan hidup,kehancuran sosial, dan pelanggaran hak-hakasasi manusia yang terkait dengan pembuatanbahan bakar nabati dari minyak sawit danuntuk menyampaikan pesan ini ke publik diEropa. Dengan demikian mereka dapatmemikirkan kembali penggunaan bahan bakarnabati yang bersumber dari perkebunankelapa sawit.- Di Parlemen Eropa, kami inginmengangkat fakta bahwa kebijakan-kebijakanbahan bakar nabati masih memiliki banyakdampak negatif. Mungkin saja ada peraturan-peraturan yang baik dan kebijakan-kebijakanyang bagus, tetapi kenyataannya di lapanganadalah bahwa praktik-praktiknya buruk.Dengan demikian kami ingin menyorotiperlunya sistem yang memonitor dan melacakkondisi-kondisi di tingkat perkebunan, tenpatditanamnya tanaman bahan bakar nabati –memeriksa dampak-dampaknya terhadap parapetani, tanah-tanah masyarakat adat danmasyarakat lokal.

DTE: Apa informasi penting yang harusdiketahui masyarakat di Eropa tentang imporminyak sawit dari Indonesia?

BA: Sawit Watch meyakini bahwapengembangan perkebunan kelapa sawit diIndonesia bergantung pada permintaan pasar.Tidak ada kriteria impor di Eropa yangmensyaratkan penilaian dampak sosial bagi

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Bondan Andriyanu dari Sawit Watch diStrasbourg, September 2013.Wawancarasingkat DTE dengan Bondan dan Nur Hidayatidari WALHI, tersedia di: http://www.downtoearth-indonesia.org/story/agrofuels-message-europes-meps-walhi-and-sawit-watch

8

perkebunan yang minyak sawitnya memasukiEropa. Dengan pasar yang begitu terbukalebar, pasar itu mendorong negara-negaraprodusen di Selatan, seperti Indonesia, untukmembuat peraturan yang makin memudahkanbisnis untuk memperluas operasi perkebunankelapa sawit mereka. Tidak ada nilai tambahbagi produsen skala kecil dalam jenis pasarterbuka ini karena tidak ada persyaratan awaluntuk melindungi kepentingan mereka.

Ada tiga aktor utama dalamproduksi minyak sawit Indonesia: para petanikecil, sektor swasta dan negara. Perkebunanyang dioperasikan oleh sektor swasta danBUMN cenderung bersifat merusak secarasosial dan lingkungan hidup, sedangkanperkebunan milik para petani skala keciltercatat tingkat konflik atau deforestasinyanihil. Dampak-dampak tersebut munculkarena didorong oleh target pemerintahIndonesia untuk memperluas wilayah lahanperkebunan kelapa sawit hingga lebih dari 24juta hektare dengan target produksi lebih dari40 juta ton setahun pada 2020.

Sawit Watch akan memberikaninformasi, yang diperoleh dari investigasilapangan kami, tentang apa yang terjadi padaberbagai tahap dalam proses pengembanganperkebunan kelapa sawit. Hal ini mencakupproses memperoleh izin perkebunan;pembabatan lahan; proses ‘kemitraan’ diantara perusahaan; proses sertifikasi dankebijakan-kebijakan yang mendukung investasiskala besar di Indonesia.

DTE: Apa dampak-dampak dari perluasanminyak sawit di Indonesia?

BA: Hak-hak asasi manusia: Masyarakatlokal dan masyarakat adat kehilangan hak-hakmereka. Masyarakat adat sedang kehilanganwilayah mereka. Jumlah kasus di manamasyarakat adat dan penanam kelapa sawitdikriminalkan makin bertambah setiap tahun.Menurut data Sawit Watch, ada 643komunitas yang berkonflik dengan perusahaanpada 2012. Dan kriminalisasi para petani jugaterus meningkat. Pada 2010 ada 141 korbankriminalisasi dari pihak petani, dan pada 2012ada 156 korban.

Sawit Watch menemukan bahwapara investor membayar militer dan polisiuntuk menangani protes-protes masyarakatyang ingin memastikan pembayaran dariperusahaan perkebunan kelapa sawit untuktanah mereka. Dalam banyak kasus,masyarakat kalah dalam gugatan mereka dipengadilan karena para hakim telah dibayaroleh perusahaan tersebut.Lingkungan hidup: Berbagai kasusmencakup kebakaran hutan yang disebabkanketika perusahaan besar menggunakanpembakaran untuk membabat lahan – adabanyak kebakaran pada Mei dan Juni 2013.Kami mengidentifikasi 925 ‘titik panas’ (yangmengindikasikan kebakaran) di lahan yangdisewakan pada perusahaan perkebunan

kelapa sawit. Para petani dan pekerja menjadikorban dalam kasus-kasus ini karena merekadituduh membakar dengan sengaja. Faktanyaadalah bahwa mereka dibayar olehperusahaan untuk melakukan pembakaran.

Sementara itu, banyak sungai yangpenuh dengan limbah dari pabrik pengolahanminyak sawit. Sungai-sungai yang sama itulahyang masih digunakan oleh masyarakat lokaluntuk minum, memasak dan mencuci pakaian.

Para petani tidak pernah diberdayakan olehpemerintah: dalam skema-skema yangdirencanakan oleh perusahaan danpemerintah, mereka tidak pernah menjadipengambil keputusan, hanya menjadi sasaran.Pemerintah dan industri kelapa sawit, denganmengontrol ketersediaan penggilingan danharga yang mereka bayarkan ke petani untuktandan buah segar (TBS) yang mereka panen,menciptakan situasi di mana para petanimenumpuk utang yang berlebihan. Banyaktanah plasma dalam skema-skema yangdijalankan perusahaan disiapkan dengan buruk

jika merujuk standar Praktik-praktikPertanian yang Baik, sementara beberapaperusahaan sama sekali tidak membangunlahan-lahan plasma apapun, meskipunmasyarakat telah melepaskan lahan merekauntuk kelapa sawit.

Para penanam kelapa sawit skalakecil terbagi menjadi dua jenis utama:

Pertama, para petani ‘plasma’(penanam di luar lahan) adalah peserta dalamsuatu skema yang dijalankan perusahaan dimana perusahaan tersebut mengembangkansuatu perkebunan terpusat atau ‘inti’ dan parapetani ‘plasma’ mendapat alokasi lahan-lahantempat mereka menanam kelapa sawit,dengan seluruh buahnya diproses olehpenggilingan terpusat yang dioperasikan olehperusahaan tersebut. Skema itu diatur secaraeksklusif oleh pemerintah. Hal itu telahdikembangkan di Indonesia sejak 1979 melaluiberbagai model kemitraan, termasuk modelPIR-transmigrasi, KKPA (Koperasi KreditPrimer Anggota) dan model Revitbun

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Pernyataan Sikap Aliansi SerikatBuruh Indonesia Hentikan Eksploitasi Terhadap Buruh Perkebunan dan Industri

Hentikan Ekspansi Perkebunan Besar Kelapa sawit

Di November 2013, Serbundo menuntut kepada RSPO lewat Sidang Tahunan ke-11 di Medanagar:

Membentuk Kelompok kerja perburuhan di RSPO dan menjamin keterwakilan Buruh dalamKelompok kerja tersebut;Menjamin keadilan, transparansi, dan keseimbangan dalam mekanisme pengaduan RSPOMelibatkan Buruh dan Masyarakat sekitar dalam proses sertifikasi;Mencabut sertifikat RSPO bagi perkebunan yang melanggar hak-hak buruh, petani danmasyarakat sekitar.Menuntut RSPO agar mewajibkan perusahaan perkebunan anggota RSPO memberikanupah yang layak bagi buruh.Menuntut RSPO agar mewajibkan perusahan perkebunan anggota RSPO agar tidakmemberlakukan outsorsing, buruh harian lepas, buruh borongan, buruh kontrak, dalampekerjaan pemanen, penyemprot, pemupuk, perawatan dan pekerjan-pekerjaan,beruhubungan dengan zat kimia dan rentan dengan kesehatan dan keselamatan kerja .Menuntut RSPO untuk mewajibkan perusahaan perkebunan anggota RSPO agar tidakmenghalang-halangi kebebasan berserikat di perkebunan.

Pernyataan lengkap tersedia di: http://sawitwatch.or.id/2013/11/1486/

9

(Revitalisasi Perkebunan), yang semuanyamasih terus dipakai. Kelompok ini umumnyamemenuhi kriteria berikut:

Total area yang dialokasikan bagi parapetani plasma adalah 1,3 juta ha.Masing-masing rumah tangga memperolehrata-rata sekitar 0,5 ha – 2 ha.Produktivitas perkebunan adalah di bawah16 ton per hektare per tahun.Secara teori, para petani plasma inimemperoleh harga yang lebih baik sesuaidengan ketentuan standar pemerintah(harga tersebut ditetapkan oleh sebuahtim yang mencakup baik perwakilanperusahaan maupun para petani plasma,sesuai dengan Peraturan Menteri PertanianNo. 17 Tahun 2010) karena mereka dapatmenjual secara langsung kepada pabrikperusahaan mitra tersebut. Namun dalampraktiknya, para petani tidak memperolehharga yang lebih tinggi.

Kedua, para petani swadaya atau petani kecilmandiri: ini adalah para petani yang menanamkelapa sawit secara swadaya dan tidak dibatasiselama mereka mengelola area sebesarkurang dari 25 ha. Total area yang ditanamioleh kelompok ini adalah kira-kira 2,8 juta ha.Mereka disebut swadaya karena para petanimengelola lahan kelapa sawit mereka mulaidari menginvestasikan modal tersebut hinggamenyemai benih, menanam dan memanennya.

Sayangnya, para petani ini masihbergantung pada perusahaan besar karenapanen mereka masih perlu diproses dipenggilingan yang dimiliki oleh perusahaan.Para petani swadaya seringkali mengalami hal-hal berikut:

Produksi TBS (tandan buah segar) merekamasih rendah di bawah 15 ton per hektareper tahun;Mereka memiliki pengetahuan yang burukdan implementasi yang rendah tentang

standar Praktik-praktik Pertanian yangBaik dan tentang prinsip-prinsip konservasidan keberlanjutan;Mereka masih harus berhubungan dengan

para perantara (mereka tidak memilikihubungan langsung dengan pabrik pengolahanperusahaan perkebunan), sehingga harga jualTBS tersebut masih di bawah harga yangditetapkan oleh pemerintah.

Perubahan Iklim: Sawit Watch telahmenemukan bahwa dari total areaperkebunan kelapa sawit sekitar 12,3 jutahektare di Indonesia, hampir 11 juta hektareditanam di lahan gambut. Emisi karbon daripengairan lahan gambut adalah salah satukontributor terbesar terhadap perubahaniklim.

Tenaga kerja: Penelitian baru-baru ini olehSawit Watch menemukan bahwa sebuahperusahaan perkebunan yang beroperasi diKalimantan Timur tidak mampu membayarpara tenaga kerjanya selama dua tahun.Banyak dari para tenaga kerja ini yangmeninggalkan kebun tersebut karena merekadiperlakukan dengan buruk di sana.

DTE: Di mana kasus-kasus seperti inididokumentasikan?

BA: Kami memiliki banyak informasi tentangkasus-kasus tertentu di dalam publikasi-publikasi kami, termasuk:

Penelitian terhadap kondisi tenaga kerja diKalimantan TimurPenelitian tentang perjanjian sewa lahanperusahaanMasalah-masalah Perampasan LahanGas Rumah Kaca dan Perkebunan KelapaSawit‘Raja Limbung’ Seabad perjalanan sawit diIndonesiaTanah yang DijanjikanHantu di Tanah Kami SendiriPetani Sawit Swadaya (IndependentSmallholders)Hilangnya Tempat Berpijak

DTE: Apa yang menjadi akar dari masalah-masalah ini menurut pandangan Anda?Perubahan seperti apa yang dibutuhkan diIndonesia dan secara internasional untukmengatasi dampak-dampak ini?

BA: Dari sudut pandang Sawit Watch, akardari masalah-masalah dengan perkebunankelapa sawit ini adalah ekspansi besar-besaranyang berlangsung di sektor ini danketidakpedulian total terhadap hak-hakmasyarakat lokal dan masyarakat adat.Ekspansi ini didukung dengan berbagai cara diIndonesia. Perubahan-perubahan yang perluterjadi di Indonesia di antaranya:

Kebijakan yang mengatur perkebunankelapa sawit harus membawa keuntunganbagi para petani, masyarakat lokal dan

masyarakat adat;Perusahaan perkebunan kelapa sawit harusdiwajibkan secara hukum untukmenghormati hak-hak masyarakat lokaldan masyarakat adat terhadap tanahmereka.Kami membutuhkan perencanaan ruangyang diterapkan dengan baik di tingkatlokal dan nasional, untuk memastikan tidakada lagi tumpang-tindih penggunaan lahandan konflik kepentingan;Mengoptimalkan perkebunan kelapa sawityang sudah ada di Indonesia, denganmemperbaiki sistem dan manajemennyasehingga tidak ada dampak-dampaknegatifnya;

Perubahan-perubahan yang diperlukan daritingkat internasional di antaranya:

regulasi pasar dalam bentuk kriteriakeberlanjutan untuk tidak memasukkanperdagangan minyak sawit apapun yangtidak memenuhi standar lingkungan hidupdan sosial.pengecualian dan sanksi bagi perusahaanyang terus melakukan praktik-praktiksosial dan lingkungan hidup yang burukdalam rantai pasokan minyak sawit.

DTE: Adakah dampak-dampak positif darilonjakan minyak sawit? Misalnya, apakahsebagian petani kecil dan swadaya memperolehmanfaatnya?

BA: Satu-satunya pihak yang memperolehkeuntungan adalah mereka yangmemanfaatkan sistem yang lemah dan praktik-praktik buruk dari pengoperasian kelapa sawitdemi keuntungan mereka sendiri, seperti parakepala daerah, dan para kepala adat yang maumenerima suap dari perusahaan untuk ditukardengan lahan rakyatnya. Juga, banyak orangpintar yang mengambil keuntungan dariperkebunan kelapa sawit di desa mereka,misalnya pemilik truk yang menyewakankendaraannya ke perusahaan dan pemilikusaha warung makan yang dibangun di dalamkebun kelapa sawit, yang biasanya adalah paratransmigran dari Jawa.

Permintaan minyak sawit yang tinggidi pasar nasional dan internasional tidakmenghasilkan nilai positif bagi para petaniswadaya. Karena para penanam ini tidakmemiliki akses langsung ke pabrik pengolahan,mereka harus mengandalkan makelar yangbekerja sama dengan perusahaan swasta danpabrik pengolahan.

DTE: Bagaimana seharusnya Eropa mengubahkebijakannya?

BA: Eropa harus mendukung danmemprioritaskan produksi minyak sawit daripara petani skala kecil karena mereka bertanisecara berkelanjutan, dengan tingkat masalahsosial dan lingkungan hidup yang rendah,sementara perkebunan besar membawa risikososial dan lingkungan hidup yang tinggi.

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Buah sawit

10

Eropa harus membuat sebuahperencanaan untuk menghentikan penggunaanminyak sawit yang diproduksi olehperusahaan-perusahaan besar yangmempromosikan produk-produk merekasebagai ‘hijau’ (ramah lingkungan).

Eropa harus mengakui bahwaseluruh produk kelapa sawit ‘hijau’ yangdiperoleh dari produksi industri skala besarsama sekali tidak hijau.

DTE: Haruskah para konsumen di Eropamenghindari membeli minyak sawit, baik untukbahan bakar atau bukan bahan bakar?

BA: Mereka harus memiliki sistem pelacakanyang memastikan bahwa minyak sawit yangmasuk ke Eropa tidak terkait dengandegradasi sosial dan lingkungan hidup.Alangkah baiknya bila dipromosikan kerjasama antara Indonesia dan UE dalammelindungi para petani mereka. Ini lebihpenting ketimbang mempromosikankepentingan para perusahaan yangmenciptakan degradasi sosial dan lingkunganhidup.

DTE: Bagaimana seharusnya para konsumenminyak sawit di Eropa menanggapi klaim dariperusahaan bahwa mereka hanya menggunakan‘minyak sawit berkelanjutan’ atau bahwa produk-produk mereka disertifikasi berkelanjutan olehRSPO?

BA: Ada banyak perusahaan yang menjadianggota RSPO dan yang pengoperasiannyasudah disertifikasi, tetapi mereka masihbermasalah. Perkebunan Sinar Mas di Labuandi Sumatera Utara misalnya, di manaperusahaan tersebut masih berkonflik denganratusan masyarakat di Kabupaten PadangHalaban. Ada begitu banyak contohperusahaan perkebunan kelapa sawit yangtelah mendapatkan sertifikasi RSPO, tetapimasih merusak lingkungan hidup danmemperlakukan masyarakat lokal dengan

buruk. Ini berarti bahwa sertifikasi RSPObukanlah jaminan bahwa perkebunan itudalam praktiknya berkelanjutan secara sosialdan lingkungan hidup.

Sawit Watch ingin melihat parakonsumen di Eropa berpihak danmempertanyakan apa yang terjadi di lapangandi perkebunan kelapa sawit. Kami juga inginmelihat mereka mendorong akuntabilitaskembali secara keseluruhan melalui rantaipasokan ke perkebunan di mana minyak sawitditanam.

DTE: Bagaimana caranya warga Eropa yangpeduli dapat menunjukkan solidaritas terhadapmasyarakat yang terkena dampak perluasankelapa sawit?

BA: Anda dapat membangun kerja samastrategis yang, dalam jangka waktu pendek,akan memonitor dan menilai keterlacakanminyak sawit yang dijual di Eropa, mengungkapklaim-klaim palsu terhadap keberlanjutanminyak sawit yang diperoleh dari perkebunanyang dibangun dengan mengorbankan tanahmasyarakat untuk menanam pangan. Tujuanjangka panjang dari kerja sama ini dapatberupa memperkuat posisi para petani kelapasawit mandiri berskala kecil, sehingga produk-produk mereka dapat dijual secara langsungke pasar secara swadaya. Anda juga dapatmembangun rencana jangka panjang yangditujukan untuk mengubah pasar tersebut.

DTE: Perusahaan minyak sawit mengklaimmereka mengurangi kemiskinan, menyediakanlapangan kerja dan menciptakan pendapatanuntuk pembangunan Indonesia; haruskah kamimempercayai mereka?

BA: Mengurangi kemiskinan? Tidak juga. Enampuluh persen pekerja di sektor minyak sawitadalah buruh harian. Upah dari para pekerjapertanian bahkan tidak cukup untukmemenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.Buruh anak juga digunakan dan para

perempuan juga dipaksa bekerja diperkebunan karena itulah satu-satunya jalanuntuk memperoleh cukup uang untukbertahan hidup.

Berbicara mengenai kemiskinan, kitasebaiknya membuat sebuah perbandingan‘sebelum dan sesudahnya’ terhadap daerahyang ditanami kelapa sawit. Sebelumnya,masyarakat lokal tidak perlu membeli beras,cabe, sayur-mayur, dan pangan lokal lainnyauntuk keperluan sehari-hari. Setelahnya,mereka perlu membeli semua bahan makananini. Ya, pendapatan mereka meningkat, tetapibegitu juga kebutuhan uang tunai mereka.

Menciptakan pendapatan untukpembangunan Indonesia? - kita perlu memilikidata yang lebih banyak tentang ini, karenatidak ada catatan tentang pendapatan riil ditingkat lokal yang menunjukkan angka-angkapasti yang dihasilkan dari perkebunan kelapasawit.

Perkebunan kelapa sawitseharusnya tidak dibangun di hutan-hutan –kita tidak bisa menyebutnya pembangunan jikahal ini terjadi.

Para penanam kelapa sawit yangmenjadi ‘mitra’ dalam skema-skemaperusahaan tidak menjadi lebih baik; beberapaalasannya adalah:

Dari harga TBS yang terutang ke parapetani, perusahaan menguranginya denganjumlah biaya operasional dari perkebunan(sekitar 300-400 rupiah per kg)Proses menyortir buah sawit dilakukansecara sepihak oleh perusahaan dan tidaktransparan.Biaya transportasi – karena infrastrukturyang tidak baik – ditanggung oleh parapetaniBerdasarkan skema baru yang disebut“Manajemen Satu Atap”, keseluruhan biayapemeliharaan daerah perkebunan ‘plasma’dikurangi oleh perusahaan (sekitar 50 %dari harga TBS). Selanjutnya 30% lagidikurangi untuk membayar utang parapetani, sehingga berarti hanya 20% yangmasuk ke para petani.Banyak petani kecil memperoleh alokasilahan kurang dari yang mereka serahkan keperusahaan. Misalnya, dalam kasus PT MASII dan BKP di Kabupaten Kapuas Hulu,Kalimantan Barat, sekitar 21% dari parapetani kelapa sawit memiliki lahan kurangdari 2 ha, meskipun mereka menyerahkanlebih dari 2 ha lahan mereka ke perusahaantersebut.

DTE: Bagaimana dengan situasi energiterbarukan di Indonesia? Haruskah minyak sawitIndonesia digunakan untuk pangan dan energi diIndonesia ketimbang diekspor ke Eropa dannegara-negara lainnya?

BA: Penggunaan energi terbarukan diIndonesia telah diisyaratkan oleh pemerintahSusilo Bambang Yudhoyono, denganmempromosikan pengembangan perkebunan

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Pemuatan buah sawit, Riau (foto: DTE)

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Dukung Petisi 35!AMAN sedang mengumpulkan tanda tangan dari kelompok dan individu untuk mendukung sebuah petisi untuk percepatanimplementasi keputusan Mahkamah Konstitusi No. 35, 2013.

Ini adalah keputusan yang menegaskan kembali bahwa hutan adat adalah hutan yang terletak di dalam wilayah adat danseharusnya tidak bisa lagi dianggap sebagai hutan negara

Tanda tangan untuk mendukung petisi ini di http://www.aman.or.id/bahasa-indonesia/

11

yang menanam tanaman untuk energi, sepertijatropha dan kelapa sawit. Mereka menyadaribahwa bahan bakar fosil di Indonesia hanyaakan bertahan hingga 12 tahun lagi, menurutDaulay Mustafa, Sekretaris Jenderal AsosiasiPengusaha Oleokimia Indonesia (APOLIN).Satu-satunya masalah adalah, denganmembangun sebuah industri energiterbarukan yang berbasis di perkebunankelapa sawit berarti kita memiliki masalahlingkungan hidup dan sosial yang sama.

Berdasarkan penggunaan kelapasawit itu sendiri, pemerintah tidakmenetapkan persentase atau membuatpemisahan apapun antara penggunaan akhiruntuk pangan dan energi.

Sawit Watch merasa kita pertama-tama perlu menetapkan sistem yang telahdiperbaiki dan praktik-praktik yang baik diindustri kelapa sawit sebelum kitamempertimbangkan untuk memilih antarapenggunaan pangan atau energi. Kita perlumemprioritaskan untuk memastikanperbaikan dalam sistem dan praktik tersebutsehingga tidak ada konflik lingkungan hidupatau sosial. Adalah salah bila mulai berbicaratentang pilihan-pilihan ini sebelum menanganimasalah-masalah utamanya dan pada saat adabegitu banyak kasus tak terselesaikan darikonflik di sektor ini. Mengenai ekspor minyaksawit ke Eropa dan negara-negara lainnya,Sawit Watch merasa bahwa Indonesiasebaiknya pertama-tama menghitung siapayang paling banyak memperoleh keuntungandari ekspor tersebut. Jika satu-satunya pihakyang memperoleh keuntungan adalahperusahaan-perusahaan besar, sementara para

petani dan penanam kecil tidak memperolehapa-apa, akan lebih baik untuk berpikir duakali untuk mengekspor minyak sawitIndonesia.

DTE: Bagaimana masyarakat di Eropamenanggapi pesan-pesan ini sejauh ini?

BA: Hingga saat ini,Eropa hanya memandangbahan bakar nabati sebagai suatu alat untukmengurangi emisi kabon; masyarakat belummelihat gambaran secara keseluruhan:bagaimana bahan bakar nabati diproduksi.Eropa sebaiknya lebih terbuka untukmencermati apa yang terjadi di perkebunankelapa sawit di Indonesia dan negara-negaralainnya. Dan, di skala global, banyak pemangkukepentingan tidak sepenuhnya menyadarimengenai kondisi para pekerja perkebunan,para petani (kecil) dan masyarakat adat diIndonesia.Ada sejenis egoisme, atau kompetisidi antara sektor lingkungan hidup dan sosial:kadang-kadang pertimbangan lingkunganhidup diperhatikan tetapi masalah-masalahsosial diabaikan. Namun, dalam kasusperkebunan kelapa sawit di Indonesia,masalah-masalah yang lebih menekan adalahmasalah sosial, yang terkait dengan kondisibagi masyarakat di dalam dan di sekitarperkebunan tersebut.

DTE: Apakah Anda punya pesan lainnya untukpemerintah, perusahaan atau masyarakat sipilEropa?

BA: Menggunakan energi terbarukan adalahsebuah gagasan yang cemerlang dan mulia

dalam kaitan untuk menyelamatkan dunia daribencana iklim global, tetapi kita perlumempertimbangkan bagaimana energiterbarukan itu dibuat dan dari mana iaberasal. Tanyakan apakah energi terbarukanitu berasal dari tanaman yang secara langsungatau tak langsung menggusur hutan, lahangambut, atau mengambil alih tanah masyarakatadat. Cari tahu apakah energi terbarukan ataubahan bakar nabati yang sedang Anda pakaidan kebijakan-kebijakan yangmempromosikan impor dari negara-negaraseperti Indonesia hanyalah sekadar melayanikepentingan bisnis besar dengan cara yangbaru dan kreatif, sambil mengabaikan hak-hakmasyarakat adat dan bencana global.

www.sawitwatch.or.id

12

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Meskipun ada kemajuan dalam kebijakaninternasional dan kerangka pengaturannya,meskipun ada komitmen-komitmen dari parapemimpin politik, keuangan dan industri, bisnisini bertanggung jawab atas kerusakan hutanyang merajalela untuk perkebunan kelapasawit dan kayu, mencuri dari masyarakat adat,menyerobot tanah dan sumber daya mereka,dan menghancurkan budaya dan identitasmereka.

Inilah pesan yang didengar oleh paraperwakilan bisnis dan pemerintah yangmenghadiri sebuah lokakarya di Jakarta padabulan Juni, untuk MempromosikanKeberlanjutan dan Produktivitas SektorKelapa Sawit dan Pulp & Kertas. Pesantersebut disampaikan oleh Abdon Nababan,Sekretaris Jenderal AMAN, aliansi masyarakatadat Indonesia.

Dengan mengutip secara langsungseorang pemimpin adat masyarakat Muara TaeDayak Benuaq di Kalimantan Timur, Nababanmengingatkan mereka yang menghadirilokakarya bulan Juni tersebut bahwa tingkatdeforestasi Indonesia masih lebih dari 1,5 jutahektare per tahun. Ini, katanya, berhubungandengan 74% emisi CO2 negara Indonesia,meskipun Presiden Susilo BambangYudhoyono telah berjanji untuk mengurangiemisi Indonesia menjadi 26%. Pemusnahanhutan-hutan adat dan mengubahnya menjadiperkebunan-perkebunan kelapa sawit, denganpelanggaran sepenuhnya terhadap standar-standar hak asasi manusia internasional,termasuk Deklarasi PBB mengenai Hak-hakMasyarakat Adat, dan hukum pidana Indonesiasendiri, tengah terjadi saat ini di Muara Tae diKalimantan Timur, katanya, dan di banyaktempat lainnya di Indonesia. Sementara itukorupsi dan tindak pidana kehutanan semakinburuk saja, dan kebakaran-kebakaran hutanterus mencekik sebagian besar wilayahSumatera, Malaysia dan Singapura setiaptahun.

Dengan mengacu pada sebuah ‘fajarbagi hutan adat di Indonesia’ yang baru berkatkeputusan Mahkamah Konstitusi untukmengeluarkan hutan adat dari hutan negara,1

Nababan mengatakan akan menjadi tugasmasyarakat adat untuk ‘mengalahkan kinerja’lembaga-lembaga negara dalam mencegahdeforestasi serta membagikan ‘pengetahuanmereka yang telah berusia ratusan tahuntentang bagaimana memelihara danmelindungi hutan-hutan kita.’

“Tugas kalian, Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang terhormat, adalah untukmemperoleh persetujuan dari masyarakatadat terhadap kegiatan-kegiatan investasi danpembangunan yang akan dilaksanakan dalamwilayah kami. Ini akan membutuhkankesabaran, niat baik Anda, dan sebuahkerangka kerja untuk persetujuan yang sejatiyang didasari pada informasi yang lengkap,transparansi dan pada akhirnya penerimaan,baik dari pemerintah maupun sektor swasta,terhadap hak masyarakat adat untukmengatakan TIDAK pada model-modelpembangunan yang merusak yang merugikankita semua dan ibu pertiwi.”

(Sumber: Aliansi Hutan Tropis 2020 (TropicalForest Alliance 2020): LokakaryaMempromosikan Keberlanjutan danProduktivitas Sektor Kelapa Sawit dan Pulp &Kertas, Jakarta 27 Juni 2013. Pernyataan dariAbdon Nababan, Sekretaris Jenderal AliansiMasyarakat Adat Nusantara (AMAN).

Catatan:1. Untuk latar belakang, lihat 'A turning point

for Indonesia's indigenous peoples, DTEupdate, 7/Jun/2013,http://www.downtoearth-indonesia.org/story/turning-point-indonesia-s-indigenous-peoples

2. 'Indonesian villagers sue president overclimate change', Diane Parker, Mongabay-Indonesia, 11/Sep/2013.http://news.mongabay.com/2013/0911-dparker-villagers-sue-indonesian-president.html

3. '‘Mengabaikan Lingkungan Hidup danMelupakan Rakyat,WALHI Gugat Presidendan 18 Jajarannya’ WALHI, 9 Oktober 2013,http://www.elsam.or.id/article.php?id=2694&lang=en

Presiden SBY dituntut olehpara penduduk desa di Riau,WALHI

Pada hari yang sama ketika para AnggotaParlemen Eropa memberikan suaramengenai amendemen bahan bakar nabati diEropa, delapan penduduk desa dari Riau —salah satu pusat kelapa sawit Indonesia dansebuah wilayah yang telah menderita akibatkebakaran hutan yang mencekik —menuntut Presiden Susilo BambangYudhoyono (SBY). Mongabay melaporkanbahwa pada tanggal 11 September parapenduduk desa menuntut Presiden dansejumlah pejabat lainnya atas dampak-dampak perubahan iklim dan kerusakanlingkungan di provinsi tersebut.

Mereka mengatakan mereka telahmengalami masalah kesehatan, mengalamikerugian keuangan, dan menyaksikanmerosotnya kualitas hidup mereka karenapembabatan hutan dan lahan gambut.Mereka menyalahkan perusahaan-perusahaan kayu dan perkebunan ataskerusakan hutan dan lahan gambut Riau.

Tuntutan hukum para pendudukdesa yang didukung oleh ornop lokalJikalahari, Telapak Riau dan IndonesianCenter for Environmental Law (PusatPengembangan Hukum LingkunganIndonesia atau ICEL) juga menuntut MenteriKehutanan dan Menteri Lingkungan HidupIndonesia, serta Gubernur provinsi Riau.2

Bulan berikutnya, WALHI(Wahana Lingkungan Indonesia) jugamengumumkan bahwa mereka sedangmenuntut Presiden SBY. Sebuah pernyataanyang dikeluarkan pada 9 Oktobermenyatakan bahwa kelompok tersebutmemasukkan gugatan terhadap SBY dan 19pembantunya terkait kebakaran hutan yangterus menerus terjadi di Sumatera.

Abetnego Tarigan, DirekturEksekutif Nasional WALHI, mengatakankelompoknya mengambil tindakan initerhadap Presiden “untuk mengingatkanbeliau dan jajaran pemerintahannya akankewajiban konstitusi mereka untukmelindungi lingkungan hidup Indonesia danhak-hak rakyatnya akan lingkungan hidupyang sehat sebagai bagian dari hak asasimanusia”.

WALHI juga menunjukperkebunan – khususnya perkebunan kelapasawit dan kayu pulp – sebagai penyumbangutama terhadap situasi lingkungan hidupyang memburuk di Sumatera. Musim yangtelah sekian lama menjadi rujukan bagipertanian dan tradisi masyarakat telahberganti menjadi musim-musim malapetakadengan banjir, kabut asap dan krisis pangandan air menjadi sebuah peristiwa tahunan,dengan membawa penderitaan padamasyarakat, katanya.3

AMAN menuduh perusahaan kelapasawit dan pulp atas deforestasi yangmerajalela

13

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Wilmar Internasional adalah sebuahperusahaan global yang terlibat dalampenanaman, penggilingan, penyulingan danperdagangan kelapa sawit dan berbagai jenisproduknya.2 Wilmar merupakan pedagangkelapa sawit terbesar dunia yang memasoksebanyak 45% dari minyak sawit yangdiperdagangkan di dunia.3 Perusahaantersebut juga merupakan salah satu pemilikperkebunan terbesar di Indonesia danMalaysia. Total wilayah yang ditanami kelapasawit Wilmar adalah sekitar 255.648 hektare,di mana sekitar 73% terletak di Indonesia,23% di Sabah dan Sarawak di Malaysia dan 4%di Afrika. Ditambah 41.407 ha perkebunankelapa sawit di Indonesia dikelola Wilmarberdasarkan skema ‘plasma’ Indonesia yangbanyak menuai kritik.4 Area ini akanbertambah luas: perusahaan tersebutdilaporkan telah memiliki simpanan lahandengan luas lebih dari 600.000 hektare,khususnya di Malaysia, Sumatera danKalimantan.5

Selain menjadi pemain yangdominan di sisi penawaran dari industriminyak sawit, perusahaan tersebut jugamemainkan peran penting di bagian hilir usahaini yakni dalam penyulingan danpengolahannya. Di Eropa, perusahaantersebut mengoperasikan penyulingan diBelanda dan Jerman, yang tercatat dalamlaporan tahunan terakhirnya sebanyak empatpabrik penyulingan dan satu pabrik khususlemak di Eropa.6

Wilmar dikuasai oleh pengusahaIndonesia dan Singapura, dengan perwakilan didewan direksinya oleh Archer DanielsMidland (ADM) salah satu perusahaanperdagangan komoditas terbaik dunia, yangjuga tercatat di antara duapuluh besarpemegang saham terbesar Wilmar. ADM danWilmar telah membentuk sebuah kerjasamastrategis, termasuk penyulingan minyak tropisdi Eropa (dijual dan dipasarkan melaluiOlenex. C.V. yang berbasis di Swiss).7

Besar dalam biodieselWilmar juga merupakan pembuat biodieselterbesar di Indonesia dan produsen biodieselterbesar dunia yang dibuat dari kelapa sawit.Pada 2012, kapasitas produksinya mencapai 2juta ton per tahun, dari 7 penyulingan di

Indonesia dan satu di Malaysia,8 walaupunproduksinya diperkirakan di bawah kapasitas.9

Dalam laporan publiknya Wilmartidak menyatakan di mana biodieselnya dijual,tapi jelas dari langkah-langkah anti-dumpingyang diambil Uni Eropa terhadap parapengekspor biodiesel Indonesia dan Argentinabahwa sejumlah besar produksi Wilmar dijualdi Eropa. Dalam bulan Mei tahun ini, UEmengumumkan hukuman pajak akandikenakan pada impor dari lima perusahaanIndonesia termasuk dua produsen biodieselWilmar, PT Wilmar Nabati Indonesia dan PTWilmar Bioenergi. Perusahaan-perusahaantersebut dituduh menjual biodiesel yangdisubsidi di pasar Eropa, dan Wilmarmenerima kewajiban yang bersifat hukumanitu tertinggi di antara perusahaan-perusahaanIndonesia lainnya, yakni 9.6%.10

Di Indonesia, tindakan anti-dumpingUE disambut dengan cemas, khususnya karenaitu berarti ketidakpastian lebih lanjut untukpara produsen biodiesel Indonesia(permintaan domestik terhadap biodieseltetap kecil). UE adalah tujuan ekspor utamauntuk biodiesel Indonesia – mencakup hampir90% dari volume ekspor sejauh ini, menurutkepala asosiasi biodiesel Indonesia, Aprobi.11

Industri dan para pejabat pemerintah sama-sama setuju bahwa permintaan terkaitlangsung dengan mandat-mandat energiterbarukan dan bahan bakar.12

Indonesia juga merupakan pemainbesar dalam kaitan dengan jumlah imporbiodiesel ke UE. Menurut penelitian yangditerbitkan oleh UFP/Ecofys,13 negara-negaraUE secara keseluruhan mengimpor sekitar2,27 juta ton biodiesel pada 2011 dimana 90%dari impor tersebut berasal hanya dari duanegara saja: Argentina dan Indonesia. PorsiIndonesia berjumlah 895.000 ton.14

Ketika angka-angka ini dibandingkandengan angka produksi dan eksporpemerintah Indonesia menjadi jelas jugabahwa kebanyakan biodiesel yang diproduksiIndonesia, apalagi sebagian besar produkuntuk ekspor, dijual di Eropa. Pada 2011,misalnya, Indonesia memproduksi sedikit dibawah 1,6 juta ton (1.812.000 kl) biodieselyang mana 80% atau 1,28 juta tonnya(1.453.000 kl) diekspor.15 Porsi Indonesia dariimpor UE – 895.000 ton – mewakili 70% dariekspor, atau di atas setengah dari totalproduksi tahun itu.

Dengan mempertimbangkan faktabahwa:

UE merupakan tujuan utama bagi eksporbiodiesel Indonesia,Wilmar merupakan produsen biodieselterbesar Indonesia,Wilmar, bersama tiga pengekspor utamaIndonesia lainnya memasok hingga 95%ekspor biodiesel Indonesia,16

Kenapa jangan Wilmar?Nama Wilmar tampak besar dalam urusan bahan bakar nabati Eropa-Indonesia. Perusahaan yang berbasis di

Singapura ini menjual biodiesel buatan Indonesia ke Eropa serta menjual bahan baku kelapa sawit untuk membuatbiodiesel di Eropa.Wilmar adalah sebuah perusahaan yang terkait dengan serangkaian permasalahan HAM dan

lingkungan paling tidak sejak 2005.1 Yang paling akhir, empat orang penduduk desa dilukai oleh penjagakeamanan di salah satu konsesi Wilmar di Kalimantan Tengah, dalam sebuah konflik lahan yang berkepanjangan

yang melibatkan perusahaan. Catatan buruk Wilmar menyoroti alasan mengapa Eropa seharusnya tidakbergantung pada minyak sawit Indonesia untuk memenuhi komitmen bahan bakar dan energi terbarukannya.

Perkebunan Asiatic Persada, Jambi, dulu milik Wilmar; sekarang sudah dijual meskipun sengketadengan masyarakat belum terselesaikan.

14

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Wilmar memiliki basis operasional diEropa,

tampaknya cukup beralasan untukmengasumsikan bahwa sejumlah besarbiodiesel yang diproduksi oleh Wilmardikonsumsi di negara-negara Eropa.

Bahan baku BiodieselSelain itu, Wilmar disebut-sebut dalampenelitian yang dilakukan oleh Proforestsebagai pemasok utama bahan mentah bagipembuatan biodiesel berbasis minyak sawit didalam UE.17 Sekali lagi, tidak ada angka yangmemerinci tingkat kontribusi Wilmarterhadap bahan baku kelapa sawit yangdigunakan untuk membuat biodiesel oleh paraprodusen UE, tapi mengingat kemasyhuranWilmar dalam perdagangan minyak kelapasawit, dan kehadirannya di Eropa, dan faktabahwa penelitian memperlihatkan tingkatketergantungan yang tinggi terhadap minyakimpor minyak sawit untuk biodiesel secaraumum di UE, adalah beralasan untukmengasumsikan Wilmar memainkan sebuahperan sangat penting di Eropa juga.

Menurut penelitian dari Institutuntuk Pembangunan yang Berkelanjutan(IISD) yang berbasis di Jenewa untuk Friendsof the Earth Eropa, impor minyak sawit UEpada 2012 mencapai 5,6 juta – 6,3 juta ton.18

Jumlah total yang digunakan untuk membuatbiodiesel adalah 1,9 juta ton,19 sementara 0,6juta ton lainnya digunakan untuk pembangkitlistrik dan pemanas.20

IISD menemukan bahwa imporminyak sawit untuk memproduksi biodieseltelah meningkat dengan tajam yakni 365%antara tahun 2006 sampai 2012, dari 240.000ton pada 2006 menjadi 1,9 juta ton pada2012. Dari total peningkatan impor minyaksawit selama periode itu (sekitar 1,9 juta ton)

Wilmar dan para pemegang sahamnyaWilmar didirikan pada tahun 1991 dengan simpanan tanah seluas 7.100 hektare di Sumatera.Sejak itu Wilmar telah berkembang pesat menjadi pedagang kelapa sawit terbesar dunia.Sebagai pemain utama di bursa saham Singapura, perusahaan tersebut memasarkan dirinyasebagai grup agrobisnis Asia terdepan. Dewan direksi yang semuanya pria itu terdiri dari parapebisnis Singapura dan Indonesia, serta Juan Luciano dari ADM. Martua Sitorus, anggotadewan dari Indonesia, dan pemegang saham utama Wilmar, merupakan orang terkaya ketujuhIndonesia, dengan perkiraan kekayaan 2 milyar dolar AS. Dia juga berada di peringkat 736dalam daftar orang terkaya dunia yang dikeluarkan Forbes.25

Berdasarkan informasi di lamannya, www.wilmar-international.com, perusahaan itu sekarangadalah:

Pemroses dan pembuat minyak sawit dan laurat terbesar dunia, serta terbesar dalampenyulingan dan fraksionasi minyak yang dapat dimakan, oleokimia, lemak khusus danbiodiesel sawitPembuat minyak kemasan terbesar di seluruh duniaSalah satu pemilik perkebunan kelapa sawit terbesar dan penyuling minyak sawit terbesardi Indonesia dan MalaysiaSalah satu penghancur biji minyak, penyuling minyak yang dapat dimakan, pembuat lemakkhusus dan oleokimia, dan penggiling tepung dan beras terbesar di CinaSalah satu di antara 10 produsen gula mentah utama dunia serta produsen dan penyulinggula mentah terbesar, dan pembuat terkemuka merk dagang gula dan pasar pemanistambahan di AustraliaProdusen minyak kemasan dengan merek terkemuka, penghancur biji minyak dan penyulingminyak yang dapat dimakan yang terkemuka di IndiaPengimpor terkemuka minyak yang dapat dimakan ke Afrika Timur dan Afrika SelatanSalah satu penyuling minyak yang dapat dimakan yang terbesar di Ukraina.26

Bank-bank besar di antara para pendana WilmarPenelitian oleh Friends of the Earth International telah menyoroti para pemberi dana Wilmardari AS dan Eropa, termasuk para pemegang saham dan bank yang memberi pinjaman kepadaperusahaan tersebut. Mereka ini di antaranya adalah bank-bank besar Inggris Barclays danHSBC, PNB Parisbas dan Credit Agricole (Perancis), Deutsche Bank (Jerman),APB danRabobank (Belanda) dan Bank of America, J Morgan, Goldman Sachs, Citigroup dan lain-laindi AS, serta lembaga-lembaga Kanada, Swiss dan Belgia.27

FoE juga mencatat bahwa Norwegian Pension Fund (GPFG) menarik kembali investasinya diWilmar pada 2012, juga dari 22 perusahaan minyak sawit lainnya, karena mereka meyakinipara perusahaan itu memproduksi minyak sawit secara tidak berkelanjutan dan secara seriusmenyebabkan dampak-dampak hak asasi manusia yang buruk.28

Di Eropa

Kemana biodiesel ini berlabuh? Dengan mencermati bisnis akhirnya di Eropa, penelitian IISDmemperlihatkan bahwa di antara negara anggota UE, Belanda, Jerman, Italia, Spanyol, Finlandiadan Perancis semuanya merupakan konsumen besar dari produksi biodiesel pada 2012 (lihattabel) dan ketiga negara pertama juga menggunakan minyak sawit untuk pembangkit listrik danpemanas. Konsumsi Inggris, di sisi lain, sebenarnya telah berkurang menjadi 37% sejak 2006.

Belanda merupakan pengimpor minyak sawit terbesar Eropa, memang sebagian besar imporUE terhadap semua jenis minyak yang dapat dimakan, lemak dan oleokimia memasuki Eropamelalui pelabuhan Rotterdam di Belanda,22 di mana di sana juga terdapat beberapa penyulinganbesar, termasuk penyulingan berkapasitas 750.000 ton/tahun yang dioperasikan oleh Wilmar.23

Pemakaian akhir minyak sawit 2006-2012 (metrik ton)24

Negara Produksi biodiesel Pembangkit listrik dan pemanasBelanda 480.000 250.000Jerman 300.000 150.000Italia 220.000 190.000Spanyol 200.000 -Finlandia 200.000 -Inggris 38.000 -

Tangki penyimpanan minyak sawit (Foto: DTE)

(bersambung ke hal 15)

15

80% dapat dikaitkan dengan pertumbuhanproduksi biodiesel, sementara 10%selanjutnya tercakup dalam pertumbuhanimpor minyak sawit untuk pemanas danpembangkit listrik. Sisa 10% dicakup dalamsektor lain, terutama sektor pangan. Inimengindikasikan bahwa insentif-insentif bahanbakar nabati Eropa, sebagaimanadikhawatirkan, mempromosikan peningkatandalam pemakaian minyak sawit. Dan jalanmeningkat ini boleh jadi akan berlanjut kecualibila panduan-panduan bahan bakar hayati UEdiamandemen secara efektif.21

Permintaan lebih banyak di Eropaakan bahan bakar terbarukan, jelas, berartilebih banyak lagi impor minyak sawit dariIndonesia, yang pada akhirnya mendorongproduksi biodiesel dan minyak sawit diIndonesia, dan mempromosikan ekspansisektor kelapa sawit di Indonesia. Wilmaradalah salah satu dari perusahaan yangberekspansi dengan pesat tersebut — tahunlalu saja perusahaan itu memperluas area yangditanami yang dikelola langsung olehperusahaan tersebut sebesar 8.567 hektaredan menambah 3.386 hektare lagi untuk areaperkebunan plasmanya, dengan sebagian besarekspansi tersebut berada di Indonesia. Danminyak sawit dari kebun perusahaan sendirihanyalah berjumlah kecil dibandingkan volumeyang dibeli Wilmar dari perusahaan-

perusahaan lain. Bagian ini dari bisnisperusahaan tersebut (pembelian bahan dariperusahaan lain) telah berkembang denganpesat sehingga sekarang mencakup hampirsetengah dari seluruh minyak sawit yangdiperdagangkan secara global. Jadipertanyaannya, kenapa bukan Wilmar? Apasaja implikasi yang ditimbulkan dariperkebunan perusahaan ini yang meluasdengan pesat maupun pembelian minyak sawitterhadap masyarakat Indonesia dan lahanserta mata pencaharian mereka?

Kinerja WilmarPengoperasian Wilmar beserta dampak-dampak negatifnya yang meluas terhadapkomunitas-komunitas lokal di Indonesia,sumber daya mereka dan lingkungan hidup diIndonesia telah menjadi subyek penyelidikandan perlawanan yang terus-menerus dari paraornop Indonesia dan internasional selamabertahun-tahun. Berbagai komunitas dan OMStelah menyampaikan keprihatinan mereka keForum Meja Bundar tentang Kelapa SawitBerkelanjutan (Roundtable on SustainablePalm Oil, RSPO), di mana Wilmar adalahanggota terkemukanya. Tujuannya adalahmemastikan bahwa perusahaan tersebutmemikul tanggung jawab terhadap kegagalanmereka memenuhi komitmennya untukmemenuhi syarat sertifikasi rantai pasokan

‘minyak sawit berkelanjutan’ dari RSPO.Wilmar International memiliki 9 sertifikasiyang berlaku yang tercatat di laman RSPO,sementara 14 sertifikasi berikutnya tercatatsudah tidak berlaku (termasuk dua untuk PTWilmar Bioenergi Indonesia).29 Sementaraitu, serangkaian pengaduan formal, yangdiajukan oleh Forest Peoples Programme(FPP) dan Sawit Watch, ditujukan kepadasayap sektor swasta dari Bank Dunia,Korporasi Keuangan Internasional(International Finance Corporation - IFC),dari mana Wilmar menerima dukungankeuangan yang substansial.30 Dalam hal ini,IFC dituduh melanggar prinsip-prinsipinvestasinya dengan memberikan pendanaanbagi Wilmar.

Pengaduan-pengaduan yangditujukan pada CAO/IFC mencakup kasus-kasus tertentu berikut:Tiga anak perusahaan Wilmar di KalimantanBarat dan satu Sumatera Barat(pengaduan bertanggal 18 Juli 2007).31

Perusahaan tersebut ditemukan terlibat dalam

melakukan pembakaran secara ilegal untukmembersihkan lahan,pembabatan hutan primer,pembabatan wilayah dengan nilaikonservasi tinggi,pengambilalihan tanah adat dari

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Sumber: Development of Bioenergy Utilization inIndonesia, presentasi powerpoint oleh Dadan

Kusdiana, Direktorat Bioenergi, 27 Maret 2013

16

masyarakat adat tanpa proses yang adil,kegagalan untuk melaksanakan konsultasiatas dasar informasi awal dan tanpapaksaan dengan masyarakat adat,kegagalan untuk bernegosiasi dengankomunitas atau mematuhi perjanjian yangtelah dirundingkan,kegagalan untuk membentuk wilayah-wilayah plasma yang telah disetujui,konflik-konflik sosial yang memicu aksi-aksirepresif oleh perusahaan dan pasukankeamanankegagalan untuk melaksanakan ataumenunggu persetujuan dari dampaklingkungan hidup yang diwajibkan secarahukumpembabatan gambut dan hutan tropistanpa izin yang diwajibkan secara hukum.

Anak-anak perusahaan di Kalimantan Barat,PT Wilmar Sambas Plantation (WSP), BuluhCawang Plantation (BCP) dan Agro NusaInvestama (ANI) melanggar kebijakantanggung jawab sosial korporat dari Wilmarsendiri, hukum Indonesia dan Prinsip-prinsipdan Kriteria dari RSPO, di mana Wilmar sudahmenjadi anggotanya sejak 2005. Komunitaslokal yang terkena dampak dari perkebunanWilmar menuntut agar perusahaanmenghentikan operasi di lapangan sementaradilakukan AMDAL yang sesuai danmenyeluruh dan agar ada proses konsultasiyang transparan untuk memperolehpersetujuan dari komunitas tersebut untukmemperoleh lahan.

Meskipun ada keluhan yang diangkatoleh para ornop mengenai operasi Wilmar,IFC melakukan tiga investasi pada kelompoktersebut dan membantunya memperolehdana melalui Fasilitas Lingkungan HidupGlobal (Global Environmental Facility).Tindakan tersebut menunjukkan bahwa IFCtidak melaksanakan uji tuntas (due diligence)dan tidak mempedulikan Standar Kinerja IFCsambil dengan keliru menyatakan bahwaWilmar memenuhi standar-standar RSPO.Kementerian Lingkungan Hidup telahmengeluarkan instruksi pada April 2007kepada PT WSP dan BCP untuk menghentikanseluruh operasi hingga AMDAL tuntasdilakukan dan disetujui, tetapi hal ini diabaikan.PT ANI terus mengoperasikan pabrikpemrosesan dan memperluas perkebunannyatanpa adanya AMDAL.32

Berdasarkan pengaduan itu,dilakukan prosedur penyelesaian sengketadengan hanya dua dari komunitas-komunitasyang terkena dampaknya, Senujuh danSaginang Kecil di Sambas, dengan mediasi olehCAO, yang menetapkan beberapa presedenyang baik, meskipun beberapa masalah masihditangani di lapangan.33

Riau dan Jambi: pengaduan keduadisampaikan pada 19 December 2008 ketikapara ornop mengetahui bahwa IFCmemberikan dukungan lebih lanjut untukWilmar tanpa uji tuntas. Pengaduan itumencatat 19 operasi Wilmar lainnya yang

bermasalah dan mendesak CAO/IFCmengatasi masalah-masalah sistemik dalamrantai pasokan Wilmar. Namun CAO/IFCsebaliknya memilih untuk menangani hanyabeberapa kasus tertentu.Ada kemajuan dalamsatu dari dua kasus yang diangkat, di manaCAO menetapkan proses mediasi, yakni PTCitra Riau, terkait dengan masyarakatPangean di Riau. Sayangnya, dalam kasus yanglain, PT Asiatic Persada, di Jambi, masalahyang serius tetap ada antara masyarakat BatinSembilan dan perusahaan. Perusahaantersebut, yang dulu dimiliki oleh sayapinvestasi sektor swasta dari lembaga bantuanluar negeri Inggris (CDC),34 diidentifikasitelah menyebabkan konflik yang paling lamaterjadi pada perusahaan kelapa sawit yang

beroperasi di provinsi Jambi.35 Pada Agustus2011, upaya-upaya untuk menggusurmasyarakat lokal dari wilayah mereka diSungai Beruang membuat 80 rumahdihancurkan oleh Brimob dan satu orang lokalditembak dengan peluru karet.36 Ini adalahsubyek dari pengaduan ketiga kepada CAO.37

Pada Oktober 2013, sejumlah masyarakatadat Batin Sembilan yang terkena dampak darioperasi Asiatic Persada meminta Gubernurprovinsi Jambi untuk segera mencabut HGU(hak guna usaha) perusahaan tersebut karenakesulitan terus-menerus yang mereka alamidan tidak adanya manfaat sama sekali darikehadiran perusahaan tersebut. Upaya-upayamediasi yang difasilitasi oleh CAO telah macetmenyusul penjualan Asiatic Persada oleh

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Ketiga produsen biodiesel lainnya yang mengekspor ke Eropa Ketiga produsen biodiesel selain Wilmar yang muncul dalam investigasi anti-dumping UE.

Sumber: http://www.musimmas.com/corp_prof.html; German Banks in the palm oil sector, PlatformSustainable Biomass, Profundo, 2009, Jan Willem van Gelder, Profundo, www.profundo.nl,April 2009;http://www.permatagroup.com/index.php?option=com_frontpage&Itemid=1

17

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

Wilmar kepada PT Agro Mandiri Semesta dariGanda Group, tanpa konsultasi sebelumnyadengan masyarakat yang terkena dampaknya,dan pada saat mediasi sedang berlangsung.38

Jumlah konflik dengan masyarakatdan rutinitas munculnya masalah tersebutmenunjukkan adanya masalah sistemik yangterkait pada operasi Wilmar, sebagaimanadisoroti dalam sebuah surat kepadaOmbudsman Penasihat Ketaatan (CAO) dariIFC pada bulan Maret tahun lalu yangditandatangani oleh FPP, Sawit Watch dandelapan OMS Indonesia dan internasionallainnya. Surat itu mencatat laporan-laporandengan masalah serius pada banyak operasiWilmar – sebagai tambahan terhadap kasus-kasus tertentu yang mulai dikaitkan dengandaftar CAO di bawah ini. Ini mencakupsengketa lahan atau keluhan masyarakat lokallainnya di seluruh anak perusahaan Wilmaryang tercatat sejak 2007. Surat itu mencatatpermohonan sebelumnya, pada 2011, yangmendesak CAO untuk melaksanakanpeninjauan kembali yang lebih luas terhadapoperasi Wilmar karena berkaitan denganperolehan lahan dan penyelesaian sengketa,dan untuk memastikan bahwa perusahaantersebut mengadopsi langkah-langkah yangefektif untuk menangani secara sistematiskonflik-konflik lahan di wilayah konsesinyasesuai dengan standar-standar hak asasimanusia internasional, Standar Kinerja IFCdan Prinsip-prinsip dan Kriteria RSPO.

Surat pada 2012 itu juga mencatatbahwa Wilmar diwajibkan menerapkanstandar IFC terhadap rantai pasokankeseluruhannya, termasuk para pemasok yangbukan anak perusahaan Wilmar, yangmerupakan sumber dari setidaknya 70% dankemungkinan sebanyak 90% dari minyaksawitnya.39

FPP mencatat bahwa serangkaianpengaduan terhadap Wilmar memicudilakukannya audit oleh CAO yangmengindikasikan adanya kesalahan terhadappendanaan Wilmar oleh IFC, yangmenegaskan masalah-masalah yang diangkatdalam pengaduan para OMS pada 2007.AuditCAO itu lalu menyebabkan Presiden BankDunia menangguhkan seluruh pendanaanKelompok Bank Dunia terhadap kelapa sawitdi seluruh dunia selama hampir dua tahunsementara Bank Dunia melakukan konsultasidan mengadopsi suatu kerangka strategiinvestasi di sektor minyak sawit. “Sejak 2011,investasi IFC di perusahaan minyak sawitbesar telah nyaris berhenti (meskipun IFCsedang mempertimbangkan tigapermohonan)” lapor FPP pada April tahun ini,“dan upaya-upaya IFC telah difokuskan padabagaimana menyalurkan dana ke sektortersebut melalui perantara finansial sambilmemastikan penyediaan yang adil bagiplasma.”40

“Sementara itu, di lapangan, kebanyakansengketa antara anak perusahaan Wilmar danmasyarakat tetap tidak terselesaikan danmemang terus bertambah banyak, baik di

Indonesia dan sekarang di Nigeria.”41

Kasus-kasus pengaduan lainnya terhadapWilmar yang dibawa di Indonesia serta diNigeria dan Uganda dicatat oleh Friends ofthe Earth.42

Laporan-laporan konflik yangterkait dengan Wilmar terus mencapai media,yang paling akhir di Kalimantan Tengah. Disini, empat penduduk desa terluka oleh parasatpam di perkebunan PT Bumi SawitKencana milik Wilmar di kabupatenKotawaringin Timur pada Juli 2013. Satpam-satpam tersebut diduga memukul beberapapenduduk desa Pantap dan merusak motormereka. Para penduduk desa telahmemprotes penggalian parit oleh perusahaandi lahan yang diklaim oleh para penduduk desatersebut. Mongabay Indonesia melaporkanbahwa setelah insiden ini para pemrotesmenyelamatkan diri ke desa mereka, mengaduke para penduduk dan kemudian kembali kelokasi tersebut, di mana mereka menemukanpara satpam yang mempersenjatai diri merekadengan senapan rakitan. Para pendudukmembakar dua pos keamanan perusahaan dan

merusak dua truk dan satu mobil milikperusahaan. Empat orang terluka dalambentrokan ini dan sebuah motor milikseorang penduduk desa hancur. Laporan itumenyatakan bahwa kedua pihak sejak itu telahmenyetujui perjanjian damai, tapi masih adarasa takut bahwa konflik itu akan terusberlanjut jika akar masalah yang telah lamaada itu tidak diselesaikan. Menurut WALHIKalimantan Tengah, konflik itu hanyalah satudari banyaknya kasus di wilayah itu yangterkait dengan lahan masyarakat yang diambilalih untuk konsesi, di mana tak satu pun kasusitu yang telah terselesaikan.43

Mongabay Indonesia telah mencatatdaftar nama delapan belas anak perusahaanWilmar di provinsi Kalimantan Tengah, yangmencakup total wilayah 276.920 hektare,termasuk daerah yang ditanami serta daerahsimpanan lahan yang belum ditanami.44

Proses perolehan lahan yang diikutioleh anak perusahaan Wilmar lainnya, PTMustika Sembuluh, telah diinvestigasisecara detail oleh sebuah konsorsium OMS.Konsesi ini di Kalimantan Tengah adalah salahsatu yang pertama menerima sertifikasi RSPOsetelah sebuah penilaian oleh PT TUVRheinland pada 2009. Kajian pada 2012 olehOMS tentang Persetujuan Atas DasarInformasi Awal dan Tanpa Paksaan dalamkonsesi PT Mustika Sembuluh, berupayamenentukan apakah beberapa dari masalah-masalah yang diangkat dalam penilaiantersebut telah ditangani oleh perusahaantersebut. Ini termasuk sengketa lahan yangsedang berlangsung terhadap pemakamanyang hancur, kurangnya identifikasi danperjanjian yang terdokumentasi antaraperusahaan dan masyarakat lokal menyangkuthak-hak tradisional mereka dan penggunaanlahan tersebut, kurangnya pemonitoran danpengawasan wilayah yang bernilai konservasitinggi (High Conservation Value, HCV), dankurangnya pemonitoran berkala danmanajemen dampak-dampak sosial; yangsemuanya diwajibkan berdasarkan kriteriasertifikasi RSPO. Kajian itu menemukanbahwa banyak dari masalah yang dihadapimasyarakat berlangsung lebih dari dua tahunsetelah perkebunan itu disertifikasi sebagaiberkelanjutan dan tanpa terpengaruh olehpenutupan PT TUV terhadap masalah-masalahketidaktaatan utama setelah diverifikasi padaDesember 2009. Ini berkaitan dengan lahankantong, polusi dari sungai-sungai lokal, nilaikonservasi tinggi dan penyelesaian konflik danmediasi. Ada pula masalah-masalah denganmasyarakat yang dijanjikan lahan kebun‘plasma’ dan tidak menerima apapun sepertipembagian lahan minimum yang diwajibkansecara hukum, ditambah penanaman sawitsecara ilegal di dekat sungai, danau dan anaksungai, yang menghambat akses masyarakat kesumber daya ini.45

Di Papua: Wilmar juga terlibatdalam proyek MIFEE yang banyak dikritik diPapua.46 Walau tidak di sektor kelapa sawit,47

investasi ini telah mengangkat keprihatinan

Penyingkapan baruGreenpeace ‘Licence to Kill'('Izin untuk Membunuh’)mengaitkan Wilmar denganhilangnya habitat harimau,perkebunan ilegalPara pembuat produk-produk konsumsiterkenal seperti biskuit Oreo, produkcukur Gillette dan Clearasil yangmemperoleh minyak sawit mereka melaluiWilmar menjadikan para konsumen sebagaikaki tangan yang tak disengaja dalamperusakan hutan Indonesia, dan mendorongspesies yang amat sangat langka sepertiharimau Sumatera ke jurang kepunahan,menurut Greenpeace. Laporan organisasitersebut, Izin untuk Membunuh, yangdipublikasikan di bulan Oktober,melaporkan hasil-hasil investigasi padaperkebunan-perkebunan yang terkaitdengan Wilmar di Sumatera, yangmenemukan perusahaan tersebut terkaitdengan kebakaran lahan gambut di konsesi-konsesi kelapa sawit; perusakan hutan hujansecara besar-besaran dan pembuatankebun-kebun kelapa sawit ilegal di dalamwilayah Taman Nasional Tesso Nilo; danpembabatan secara luas habitat harimaumaupun orangutan. Greenpeacemenyatakan Wilmar yang diketahuimemiliki, mempunyai porsi yang signifikan,atau berdagang dengan sebagian besarprodusen yang telah didokumentasikannyaterlibat dalam kegiatan-kegiatan takbertanggung jawab atau ilegal. Laporan itudapat diperoleh dari Greenpeace di:http://www.greenpeace.org/international/Global/international/publications/forests/2013/LicenceToKill_ENG_LOWRES.pdf

18

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

yang sama tentang proses perolehan lahandan potensi dampaknya pada masyarakat.Anak perusahaan Wilmar PT AnugrahRejeki Nusantara (ARN) berupayamemperoleh lahan untuk perkebunan tebu didesa Baad, Merauke. Di sini masyarakat lokalmenghadapi tekanan untuk menyerahkantanah adat mereka dengan ganti rugi minimaldan prospek yang sangat buruk untukmemperoleh keuntungan. Setelah melihatdampak yang merusak dari MIFEE di desatetangga, Zanegi, di mana kelaparan dankemiskinan terjadi akibat perolehan lahanoleh Medco Group untuk perkebunan kayuindustri, para penduduk desa di Baad sedangberpikir dua kali untuk melepaskan tanahmereka. Hal ini didokumentasikan oleh stafornop FPP dan Pusaka yang mengunjungiwilayah ini awal tahun ini.48

Tanggung gugat gabunganSebagaimana diperlihatkan dalam konflikterakhir di Kalimantan Tengah, sistempengaman yang ada untuk mencegahperlakuan buruk korporasi terhadapmasyarakat di Indonesia tidak berjalan. UniEropa juga tidak dapat meyakinkan warganegaranya bahwa biodiesel yang menjadibahan bakar transportasi, atau menghasilkanpanas dan listrik di negara mereka betul-betuldihasilkan dengan cara yang berkelanjutansecara lingkungan hidup dan sosial.Perusahaan seperti Wilmar mengambil labadari kebijakan yang ditujukan untukmengurangi emisi karbon Eropa denganmengorbankan masyarakat dan iklim. Ilmupengetahuan telah menginformasikan kitabahwa kebijakan tersebut tidak sesuai dengantujuannya, dan organisasi masyarakat sipil diIndonesia menyerukan UE untuk menolakbiodiesel dari minyak sawit. Semakin tinggibatas atas terhadap penggunaan minyak sawit,semakin besar masalah di lapangan diIndonesia, kata mereka.49 UE perlumengambil tanggung jawab terhadapkerusakan yang terjadi, dan memotong minyaksawit, bersama dengan seluruh bahan bakubahan bakar hayati berbasis lahan yangmerusak lainnya dari bahan bakar transportasidan campuran energi.

Catatan1. Rujukan buletin pertama DTE terhadap

Wilmar adalah pada tahun 2005 ketika Wilmardisebut-sebut di antara perusahaan yangkonsesinya telah diidentifikasi sebagai tuanrumah ‘titik panas’, atau kebakaran hutan. Lihathttp://www.downtoearth-indonesia.org/story/forest-fires-Sumatera. DTEjuga telah mempublikasikan informasi tentangWilmar dan anak perusahaannya, mulai daripengalaman seorang perempuan sebagaipekerja kebun yang terkait denganpenyemprotan zat kimia (lihat DTE 78,Agustus2008 http://www.downtoearth-indonesia.org/story/working-oil-palm-plantation-snapshot-one-womans-life) hinggakemunculan Wilmar dalam penelitian danapensiun oleh Grain, lihat DTE 93-94:http://www.downtoearth-indonesia.org/story/international-landgrabbing-picture-update

2. Perusahaan itu memperdagangkan minyaksawit dari anak-anak perusahaannya sendiri,tetapi lebih dari dua pertiga dari jumlah minyaksawit yang dijualnya, bersumber dariperusahaan lain. Lihat 'Addressing systemicproblems with Wilmar International', suratyang ditandatangani oleh FPP, Sawit Watch dan8 OMS lainnya, dialamatkan kepada Meg Taylor,CAO/IFC,Washington DC,AS, 7 Maret 2012

3 . Hurowitz, Glenn, 2012, ReducingDeforestation and Peatland Conversion fromPalm Oil Expansion, cited in Conflict orConsent?Oil palm expansion and communityrights, Marcus Colchester, Norman Jiwan danSophie Chao, Forest Peoples Programme,Konferensi Tahunan Bank Dunia tentang Tanahdan Kemiskinan 2013,http://www.conftool.com/landandpoverty2013/index.php?page=browseSessions&form_session=36&presentations=show

4. Angka-angka tersebut dikutip dari lamanWilmar pada bulan Desember 2012http://www.wilmar-international.com/our-business/plantations-palm-oil-mills/. Skemaplasma juga dikenal sebagai skema PerkebunanInti Rakyat (PIR) sudah ada sejak tahun1980an, yang menjadi bagian dari programtransmigrasi. Skema tersebut melibatkan petanikecil – termasuk pemilik tanah yangmenyerahkan tanah untuk skema tersebut –yang digusur dari tanah mereka yang kemudiandijadikan kebun (dalam hal ini kelapa sawit)yang hasilnya kemudian dijual ke perusahaan.Skema yang dipromosikan sebagai kemitraantersebut kerapkali berarti pengadaan buruhmurah bagi perusahaan, sedangkan bagi petani

kecil situasi terburuk yang mungkin adalahmereka menjadi budak karena hutang. Lihat,misalnya, 'Hantu di Tanah Kami Sendiri’, olehFPP dan Sawit Watch, 2006.

5. Wilmar International,http://www.forestpeoples.org/tags/wilmar-international [tanpa tanggal] diakses pada 9Okt 2013

6. Wilmar International Limited, Investing for thefuture, Laporan Tahunan, 2012

7. Wilmar International Limited, Investing for thefuture, 2012

8. Wilmar International Limited, Investing for thefuture, 2012

9. Ini tampak jelas dari fakta bahwa totalproduksi biodiesel Indonesia untuk 2012adalah hanya 1,9 juta ton (2,21 juta kl),menurut data pemerintah Indonesia. LihatDevelopment of Bioenergy Utilization inIndonesia , presentasi Powerpoint oleh DadanKusdiana, Direktorat Bioenergi, 27 Maret 2013.

10. Perusahaan lainnya adalah: PT CiliandraPerkasa, PT Musim Mas Medan dan PT PelitaAgung Agrindustri. Lihat tabel.

11. Sampai Agustus, ekspor biofuel 492.000 KL.Kontan, 20 September 2013.

12. Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthidikutip oleh kelompok media Tempomengatakan bahwa Eropa adalah target eksporterbesar Indonesia karena negara-negara UEtelah mewajibkan para warga negaranya untukmenggunakan biodiesel untuk kendaraanmereka. (‘EU to drop charges against RIBiofuel Subsidy' , 16 Agustus 2013). PTCiliandra, satu dari empat pengekspor utamabiodiesel ke UE, misalnya, menyatakan dalamlaporan keberlanjutan 2011 bahwa REDmemberikan kesempatan untuk memproduksibiodiesel yang bersertifikasi.

13. International Biodiesel Markets: Developmentsin production and trade. Patrick Lamers,UFP/Ecofys, 2011.

14. Angka yang lebih tinggi yakni 1,09 juta tonuntuk jumlah impor ke Eropa disebutkandalam The Jakarta Post, dengan mengutip dataEurostat: lihat Jakarta Post ‘Anti-dumping tariffsseverly hurts exports’, 1 Juni 2013.

15. Development of Bioenergy Utilization inIndonesia, presentasi Powerpoint oleh DadanKusdiana, Direktorat Bioenergi, 27 Maret 2013,dengan mengutip data KESDM. Konversi dari klke ton dihitung oleh DTE dengan dasar 1 kl =0,88 ton.

16. Jambiekspres ‘RI Bebas Tuduhan DumpingBiofuel’ 19/Aug/2013, menyatakan keempatperusahaan itu memasok 90% ekspor biodieselIndonesia, sementara The Jakarta Post

Tersedia dalam Bahasa Indonesian dan Bahasa Inggris di situs web DTE: http://www.downtoearth-indonesia.org/id/

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

19

1/Jun/2013 menulis angka itu sebesar 95%17. Mapping and Understanding the UK palm oil

supply chain, Proforest, DEFRA,April 2011.18. The EU Biofuel Policy and Palm Oil: Cutting

subsidies or cutting rainforest? IvettaGerasimchuk & Peng Yam Koh, September2013. Laporan Penelitian GSI/IISD untuk FoEEurope (2012/2013, dua sumber berbeda yangdikutip). Di sini, ‘minyak sawit’ berarti minyaksawit mentah (CPO) dan tidak mencakupminyak inti sawit (PKO).

19. The EU Biofuel Policy and Palm Oil: Cuttingsubsidies or cutting rainforest? IvettaGerasimchuk & Peng Yam Koh, September2013. Laporan Penelitian GSI/IISD untuk FoEEurope

20. The EU Biofuel Policy and Palm Oil: Cuttingsubsidies or cutting rainforest? September 2013.

21. Berdasarkan skenario bisnis-seperti-biasa, IISDmenunjukkan impor minyak sawit untukmembuat biodiesel naik menjadi 2,3-2,9 jutaton pada 2020. The EU Biofuel Policy and PalmOil: Cutting subsidies or cutting rainforest?September 2013.

22. The EU Biofuel Policy and Palm Oil: Cuttingsubsidies or cutting rainforest? September 2013.

23. Penyuling dioperasikan oleh Cargill, IOI LodersCroklaan, MaasRefinery, Sime Darby Unimillsdan Wilmar, sebagaimana tercatat dalamMapping and Understanding the UK palm oilsupply chain, Proforest, DEFRA,April 2011.Sebuah penyulingan lebih lanjut telah dibangunoleh Neste Oil yang berbasis di Finlandia. LihatThe EU Biofuel Policy and Palm Oil: Cuttingsubsidies or cutting rainforest? September 2013.

24. Lihat The EU Biofuel Policy and Palm Oil: Cuttingsubsidies or cutting rainforest? September 2013.

25. ‘25 Orang Terkaya di Indonesia versi Forbes’,Bisnis Indonesia http://www.bisnis.com/25-orang-terkaya-indonesia-versi-forbes 10 Juli2013

26. http://www.wilmar-international.com, diaksespada 11 Oktober 2013

27. Lihat Friends of the Earth, Landgrabs, forests &finance Issue Brief #4, Wilmar International andits Financiers, Commitments and Contradictions,http://libcloud.s3.amazonaws.com/93/47/8/3077/Issue_Brief_4__Wilmar_International_and_its_financiers_-_commitments_and_contradictions.pdf

28. Lihat Friends of the Earth, Landgrabs, forests &finance Issue Brief #4, Wilmar International andits Financiers, Commitments and Contradictions

29. http://www.rspo.org/en/current_list_of__supply_chain_certification, diperiksa pada11/Okt/2013.

30 Lihat www.forestpeoples.org31 Lihat Procedural irregularities and standards

violations in IFC support for Wilmar Trading,surat ornop untuk CAO/IFC, bertanggal 18 Juli2007,http://www.forestpeoples.org/sites/fpp/files/publication/2010/08/ifcwilmarfppletjul07eng.pdf

32 Masyarakat mendesak Wilmar mengatasipraktik kotor, DTE 76-77, Mei 2008,http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/masyarakat-mendesak-wilmar-untuk-menghapus-praktik-kotor

33. Addressing systemic problems with WilmarInternational, surat yang ditandatangani olehFPP, Sawit Watch dan 8 OMS lainnya,dialamatkan kepada Meg Taylor, CAO/IFC,Washington DC,AS, 7 Maret 2012

34. Perusahaan itu dijual ke Cargill pada 2005,Lihat http://www.downtoearth-indonesia.org/story/brief-dte-67-november-2005 yang kemudian menjualnya ke Wilmar.

35. Indonesia: the Governor of Jambi Province musttake action to tackle unscrupulous conduct ofpalm oil plantation PT Asiatic Persada, 7Oktober 2013, Siaran Pers oleh Setara Jambi,Sawit Watch, FPP, Perkumpulan Hijau, CAPPA.

36. Indonesia: the Governor of Jambi Province musttake action to tackle unscrupulous conduct ofpalm oil plantation PT Asiatic Persada, 7Oktober 2013, Siaran Pers oleh Setara Jambi,Sawit Watch, FPP, Perkumpulan Hijau, CAPPA.

37. Addressing systemic problems with WilmarInternational, surat yang ditandatangani olehFPP, Sawit Watch dan 8 OMS lainnya,dialamatkan kepada Meg Taylor, CAO/IFC,Washington DC,AS, 7 Maret 2012

38. Indonesia: the Governor of Jambi Province musttake action to tackle unscrupulous conduct ofpalm oil plantation PT Asiatic Persada, 7Oktober 2013, Siaran Pers oleh Setara Jambi,Sawit Watch, FPP, Perkumpulan Hijau, CAPPA.

39.Addressing systemic problems with WilmarInternational, surat yang ditandatangani olehFPP, Sawit Watch dan 8 OMS lainnya,

dialamatkan kepada Meg Taylor, CAO/IFC,Washington DC,AS, 7 Maret 2012

40. The World Bank’s Palm Oil Policy, FPP 29 April2013,http://www.forestpeoples.org/topics/palm-oil-rspo/news/2013/04/world-bank-s-palm-oil-policy

41. The World Bank’s Palm Oil Policy, FPP 29 April2013,http://www.forestpeoples.org/topics/palm-oil-rspo/news/2013/04/world-bank-s-palm-oil-policy

42. Lihat Friends of the Earth, Landgrabs, forests &finance Issue Brief #4, Wilmar International andits Financiers, Commitments and Contradictions,http://libcloud.s3.amazonaws.com/93/47/8/3077/Issue_Brief_4_-_Wilmar_International_and_its_financiers_-_commitments_and_contradictions.pdf

43. ‘Palm oil company guards injure four villagersin Indonesian Borneo clash’, Diane Parker,Mongabay Indonesia 29 Juli 2013

44. ‘Bentrok Warga Pantap vs Satpam WilmarBuntut Konflik Lahan Berlarut’, Sapariah Saturi,Mongabay Indonesia, 28 Juli 2013.

45. Untuk detailnya, lihat Conflict of Consent? ThePalm Oil Sector at the Crossroads, A study on theright to Free, Prior and Informed Consent in PTMustika Sembulu, Central Kalimantan, olehSophie Chao,Agustinus Karlo Lumban Raja,Fandy Achmad Chalifah dan RatriKusumohartono, FPP,WALHI, Sawit Watch,November 2012.

46. Lihat http://www.downtoearth-indonesia.org/id/campaign/mifee

47. Sebelumnya di tahun ini perusahaan tersebutmengumumkan sebuah usaha patungan untukmembangun perkebunan kelapa sawit di Papuadengan Noble Group, tetapi rencana itudibatalkan beberapa bulan setelahpengumuman itu karena tidak mendapatpersetujuan. 'Wilmar says plan stalled as notapproved by authorities', Reuters 23 Juli 2013.

48. Lihat Kelaparan dan kemiskinan di Indonesia:organisasi masyarakat sipil meminta penangguhanproyek MIFEE di Papua menunggu ganti rugi bagimasyarakat lokal, Siaran Pers oleh FPP, Pusakadan DTE, 2 September 2013,http://www.downtoearth-indonesia.org/id/story/kelaparan-dan-kemiskinan-di-indonesia-organisasi-masyarakat-sipil-menyerukan-penghentian-proye. KetikaPusaka dan FPP berupaya mengatur suatupertemuan dengan PT ARN pada April 2013,untuk mengetahui lebih jauh tentang konsultasidengan masyarakat yang sedang berlangsung dikonsesi Papua tersebut, manajer cabangperusahaan itu menolak berkomunikasi yanglayak dengan kelompok ornop tersebut, suatuperilaku yang bertentangan dengan komitmendan nilai-nilai inti Wilmar. Ini disoroti dalamsebuah pengaduan oleh kelompok ornoptersebut yang disampaikan ke kepala tanggungjawab sosial perusahaanWilmar. Lihat suratFPP, Pusaka, Sawit Watch letter, bertanggal 19April 2013,http://www.forestpeoples.org/topics/palm-oil-rspo/publication/2013/international-and-indonesian-civil-society-organisations-compl

49. Lihat ‘An agrofuels message to Europe’s MEPsfrom WALHI and Sawit Watch’ (‘Sebuah pesanbahan bakar nabati untuk MEP Eropa dariWALHI dan Sawit Watch’). DTE video, 11September 2013, http://www.downtoearth-indonesia.org/story/agrofuels-message-europes-meps-walhi-and-sawit-watch

Mengumpulkan buah kelapa sawit, Riau (Foto: DTE)

20

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

nformasi berikut ini umumnya diambil dariMapping and understanding the UK palmoil supply chain (Memetakan danmemahami rantai pasokan minyak sawitInggris), laporan Proforest, bulan April 2011untuk pemerintah Inggris.

Dari perkebunan ke kilangMinyak sawit berasal dari buah pohon kelapasawit (Elais guineensis) yang tumbuh diperkebunan di Asia, Afrika dan AmerikaSelatan. Buah tersebut, yang disebut TandanBuah Segar (TBS) dalam industri tersebut,dipanen sepanjang tahun dan dihancurkan dikilang, biasanya terletak di dalam atau dekatperkebunan, untuk mengekstrak minyak sawitmentah (CPO) dari bagian daging buahtersebut. Inti sawit juga dipisahkan daribuahnya, diekstraksi dari biji sawit (palm nuts)dan dihancurkan untuk mengekstrak minyakinti sawit (palm kernel oil – PKO). Selain itu,bungkil inti sawit (palm kernel expeller ormeal, PKE or PKM) juga diproduksi dariproses penghancuran inti. Residu lainnya(cangkang sawit, serabut sawit dan tandanbuah kosong (TBK)), juga dimanfaatkan, yang

beberapa di antaranya dapat digunakan untukmembangkitkan listrik di kilang tersebut.Serabut dan tandan buah kosong tidak dijualdi pasar komoditas.

Dari kilang ke stasiunpengisian bahan bakar:biodiesel untuk bahan bakartransportasiProduk-produk utama yang dapat dipasarkandari kilang adalah: minyak – minyak sawitmentah (Crude palm oil, CPO) dan minyakinti sawit (palm kernel oil, PKO) dan bungkilinti sawit (palm kernel meal (PKE/PKM).Semua ini menjadi bahan mentah bagiberbagai jenis produk di sektor pangan,kosmetika, pembersih, pakan hewan danindustri serta menjadi bahan baku untukbahan bakar pembangkit listrik dantransportasi di Eropa.

Proses utama dalam pemrosesanproduk-produk di kilang yang digunakandalam transportasi di Eropa adalah sebagai digambar.

Untuk menjadikan biodiesel layakuntuk pasar Uni Eropa, minyak sawit (CPOdan PKO) diangkut ke suatu penyulingan dimana minyak sawit itu akan diproses (melaluisebuah proses yang disebut transesterifikasi)menjadi metil ester minyak sawit (PalmMethyl Ester, PME). Ini terjadi baik di Eropa,dengan menggunakan minyak sawit impor,ataupun di Asia Tenggara. PME itu kemudiandicampur dengan produk-produk serupa yangterbuat dari minyak lainnya (misalnya biji rapadan kedelai). Di titik ini, produk campurantersebut dinamakan FAME (Fatty Acid MethylEster, metil ester asam lemak). FAMEdicampur dengan solar berbahan bakar fosil disuatu penyulingan minyak untuk membuatproduk akhir. Di Inggris, FAME mencapaihingga 7% dari bahan bakar akhir(sebagaimana dilaporkan pada 2011).

PME dibuat baik di Indonesiamaupun di Eropa, sedangkan FAME danproduk akhirnya (biodiesel dan campuransolar dari fosil) kebanyakan dicampur diEropa.

Di Inggris campuran biodieseltersebut didistribusikan melalui pipa-pipa

Perkebunan, stasiun pengisian bahanbakar dan pembangkit listrik

Bagaimana kelapa sawit yang diproduksi di Indonesia mencapai sistem transportasi dan listrik Eropa

Sumber: Proforest 2011

(bersambung ke hal 21)

DOWN TO EARTH No. 96-97, Desember 2013

bawah tanah dari penyulingan di pesisir keterminal-terminal di daerah Midlands(Inggris tengah). Ada juga jaringan terminalpesisir yang terpisah yang mendistribusikanbahan bakar. Campuran biodiesel itukemudian diangkut dari berbagai terminalatau depo ini ke stasiun pengisian bahanbakar dan para konsumen sektor swasta danpublik.

Dari kilang ke stasiunpembangkit listrik: produkminyak sawit untukmembangkitkan listrikMinyak sawit (CPO dan PKO) serta bungkilinti sawit (PKM) dapat digunakan sebagaibahan baku untuk stasiun pembangkit listriksecara langsung, yakni dengan dikapalkansecara langsung ke Eropa dan diangkut kestasiun pembangkit listrik yangmembutuhkannya. Minyak sawit diistilahkansebagai cairan hayati, sedangkan PKMdinamakan biomassa padat.

Minyak sawit juga diprosesmenjadi produk-produk lain, termasuk PalmFatty Acid Distillate (PFAD), stearin danolein di penyulingan-penyulingan di Eropasebelum didistribusikan untuk dipakai distasiun pembangkit listrik.

Tautan berguna untukinformasi bahan bakar nabati,prekebunan, tanah dan hak:

www.forestpeoples.orgwww.foeeurope.orgwww.sawitwatch.or.idwww.walhi.or.idwww.aman.or.idwww.biofuelwatch.orghttp://www.rightsandresources.org/www.landcoalition.org/http://www.huma.or.id/http://www.kpa.or.id/http://www.actionaid.org.uk/food-not-fuel/the-biofuels-debate

Semua publikasi DTEdalam Bahasa Indonesiadapat diakses di www.downtoearth-indonesia.org/id/

Publikasi dalam BahasaInggris tersedia di www.downtoearth-indonesia.org

Sumber: Proforest 2011

(bersambung dari hal 20)

Foto: anak dengan buah sawit, Sumatra. (DTE/Betty Tiominar)

Alamat baru: untuk publikasi DTE alamat mel baru: 5 Tree Terrace,Tree Road, Brampton,Cumbria CA81TY, UK

Buku DTE (2012). Kompilasi artikel buletinDTE tentang keadilan iklim.Tersedia di situsweb www.downtoearth-indonesia.org/id/

Edisi Bahasa Indonesia buku AMAN-DTEbook.Tersedia di situs webwww.downtoearth-indonesia.org/id/