bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1. masa...

24
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Masa nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga puereperium yang berasal dari bahasa latin dari kata “puer” yang artinya bayi dan “paraous” berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang tertahan tidak bisa keluar dari rahim dikarenakan hamil. Maka ketika melahirkan, darah tersebut keluar sedikit demi sedikit. Darah yang keluar sebelum melahirkan disertai tanda-tanda kelahiran, maka itu termasuk darah nifas juga (Yetti Anggraini, 2010). Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah 40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai tanda-tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah tidak berhenti-henti atau tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila keluarnya disaat ‘adah (kebiasaan) haidh, maka itu darah haidh. Akan tetapi jika darah keluar terus dan tidak pada masa-masa (‘adah) haidhnya

Upload: vodiep

Post on 06-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Masa nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,

namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas

atau post partum disebut juga puereperium yang berasal dari bahasa latin

dari kata “puer” yang artinya bayi dan “paraous” berarti melahirkan.

Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau

setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang tertahan tidak bisa keluar

dari rahim dikarenakan hamil. Maka ketika melahirkan, darah tersebut

keluar sedikit demi sedikit. Darah yang keluar sebelum melahirkan disertai

tanda-tanda kelahiran, maka itu termasuk darah nifas juga (Yetti

Anggraini, 2010).

Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah

40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai

tanda-tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah

tidak berhenti-henti atau tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila

keluarnya disaat ‘adah (kebiasaan) haidh, maka itu darah haidh. Akan

tetapi jika darah keluar terus dan tidak pada masa-masa (‘adah) haidhnya

9

dan darah itu terus dan tidak berhenti mengalir, perlu diperiksakan

kebidan atau dokter (Yetti Anggraini, 2010).

Tujuan asuhan masa nifas :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini,

nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan

bayi sehat

d. Memberikan pelayanan KB

e. Mendapatkan kesehatan emosi (Yetti Anggraini, 2010).

Kebijakan Program Nasional Masa Nifas :

Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, juga telah memberikan

kebijakan dalam hal ini, sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada

masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas (Yetti

Anggraini, 2010).

Tujuan kebijakan tersebut ialah :

a. Untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir.

b. Pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan

kesehatan ibu nifas dan bayinya.

c. Mendeteksi adanya kejadian-kejadian pada masa nifas.

10

d. Menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan

ibu maupun bayinya pada masa nifas (Yetti Anggraini, 2010).

Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan tersebut

dipaparkan sebagai berikut :

a. Kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah persalinan.

Tujuan :

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan atonia uteri.

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila

perdarahan berlanjut.

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah pedarahan masa nifas karena atonia uteri.

4) Pemberian ASI awal.

5) Memberi supervisi kepada ibu bagaimana tekhnik melakukan

hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

6) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

Bila ada bidan atau petugas lain yang membantu melahirkan, maka

petugas atau bidan itu harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir

untuk 2 jam pertama(Yetti Anggraini, 2010).

b. Kunjungan Kedua, waktu: enam hari setelah persalinan.

Tujuan :

1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal.

2) Evaluasi adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnomal.

11

3) Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda

adanya penyulit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan

dengan asuhan pada bayi (Yetti Anggraini, 2010).

c. Kunjungan Ketiga, waktu : dua minggu setelah persalinan.

Tujuan:

Sama seperti kunjungan hari keenam.

d. Kunjungan Keempat, waktu: enam minggu setelah persalinan.

1) Menanyakan penyulit-penyulit yang ada.

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Yetti Anggraini,

2010).

2. Bayi baru lahir

Bayi baru lahir adalah bayi yang dilahirkan baik dalam kondisi

cukup bulan atau hampir cukup bulan. Bayi adalah anak usia 0-12 bulan

(Saifuddin 2002). Bayi baru lahir memiliki kompetensi perilaku dan

kesiapan interaksi sosial atau pada periode neonatal sejak bayi lahir

sampai usia 28 hari, yang merupakan waktu berlangsungnya perubahan

fisik pada bayi baru lahir. Seorang bayi baru lahir memiliki banyak reflek

yang akan muncul dan menghilang, dimana menunjukkan kematangan dan

perkembangan saraf yang baik di kemudian hari. Hal ini perlu dilakukan

perawatan yang baik khususnya pada bayi yang baru lahir agar tidak

terjadi kesalahan (Jensen, 2004).

12

Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sejak bayi dilahirkan,

dimana melalui pelayanan kesehatan yang diberikan untuk ibu hamil.

Penanganan pertama yang dilakukan pada bayi baru lahir adalah

membersihkan jalan nafas, memotong dan merawat tali pusat,

mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan mencegah adanya

infeksi. Hal ini harus rutin dilakukan kecuali bayi dalam keadaan krisis

dan memerlukan perawatan khusus. Penanganan yang kurang baik pada

bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang

dapat menyebabkan cacat seumur hidup bahkan kematian (Saifuddin,

2002).

Masa kelahiran minggu pertama bayi merupakan masa yang sangat

kritis, termasuk perawatan tali pusat. Tali pusat pada umumnya lepas pada

usia lima hari, tujuh hari, bahkan dua minggu. Pada masa ini perawatan

tali pusat harus benar sehingga tidak menyebabkan infeksi atau bahkan

tetanus karena salah dalam memberikan perawatan (Hasselquist, 2006).

3. Tali pusat

a. Pengertian

Tali pusat dalam istilah medisnya umbilical cord. Merupakan

suatu tali yang menghubungkan janin dengan uri atau plasenta. Sebab

semasa dalam rahim, tali inilah yang menyalurkan oksigen dan

makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Begitu janin

dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena

sudah dapat bernapas sendiri melalui hidungnya. Oleh kerena itu sudah

13

tidak diperlukan lagi, maka saluran ini harus segera dipotong dan

dijepit atau diikat (Baety, 2011).

b. Fisiologi lepasnya tali pusat

Pada saat tali pusat terpotong maka suplai darah dari ibu

terhenti. Tali pusat yang masih menempel pada pusat bayi lama

kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali

pusat sangat dipengaruhi oleh jelly Wharton atau aliran udara yang

mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat

koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan kotor

(Hamilton, 2005).

Pada sisa potongan tali pusat inilah yang menjadi sebab

utama terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat

dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan bersih. Tali pusat

dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar.

Penyakit tetanus ini diderita oleh bayi baru lahir yang disebabkan basil

clostridium tetani yang dapat mengeluarkan toksin yang dapat

menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan

“Tetanospasmin” yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan

ketegangan dan spasme otot (Jitowijoyo dan Kristiyanasari, 2010).

c. Perawatan Tali Pusat

1) Pengertian

Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat,

pemeliharaan, penyelenggaraan. Hal yang paling terpenting dalam

14

membersihkan tali pusat adalah memastikan tali pusat dan area

disekelilingnya selalu bersih dan kering, selalu mencuci tangan

dengan menggunakanair bersih dan sabun sebelum membersihkan

tali pusat. Selama tali pusat belum puput, sebaiknya bayi tidak

dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup diusap

saja dengan kain yang direndam air hangat (Sinsin, 2008).

2) Tujuan Perawatan Tali Pusat

Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah

terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir. Penyakit ini

disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh

melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril, pemakaian obat-

obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat

sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Wiknjosastro, 2006).

Menyatakan bahwa tujuan merawat tali pusat adalah untuk

mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir,

sehingga tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk

sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit tetanus

ini disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu kuman yang

mengeluarkan toksin (racun), yang masuk melalui luka tali pusat

karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih (Saifuddin,

2002).

15

3) Cara Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat merupakan salah satu perawatan neonatus

terutama pada dua minggu pertama kehidupan. Ibu harus menjaga

tali pusat tetap bersih dan kering sampai akhirnya terlepas (Shelov,

2004).

Cara perawatan tali pusat menurut JKPK-KR (2008) adalah :

a) Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau

mengoleskan cairan atau bahan apapun ke putung tali pusat.

b) Mengoleskan alkohol atau betadin (terutama jika pemotongan

tali pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan

tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan basah atau

lembab.

c) Lipat popok dibawah putung tali pusat.

d) Jika putung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air

DTT/steril dan sabun kemudian segera keringkan secara

seksama dengan menggunakan kain bersih.

e) Segera mencari bantuan jika tali pusat menjadi merah,

bernanah/berdarah, atau berbau.

4) Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Merawat Tali Pusat

Pada dasarnya merawat tali pusat adalah tindakan

sederhana. Walaupun sederhana, harus memperhatikan prinsip-

prinsip seperti selalu mencuci tangan dengan air bersih dan

menggunakan sabun, menjaga agar daerah sekitar tali pusat tetap

16

kering serta tali pusat tidak lembab, dan tidak membubuhkan

apapun pada sekitar daerah tali pusat. Karena bila hal-hal tersebut

tidak diperhatikan dapat mengakibatkan infeksi, dan bila terjadi

infeksi masalahnya tidak menjadi sederhana lagi (Sodikin, 2009).

Metode yang sekarang digunakan untuk membersihkan tali

pusat adalah dengan air matang atau air bersih tanpa diberi obat-

obatan seperti betadine atau alkohol (JNPK-KR, 2008). Selama tali

pusatnya belum puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan

cara dicelupkan ke dalam air, cukup dilap saja dengan air hangat.

Alasannya untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang

harus dibersihkan adalah pangkal tali pusat bukan atasnya. Untuk

membersihkan pangkal ini harus sedikit mengangkat (bukan

menarik tali pusat). Sisa air yang menempel pada tali pusat dapat

dikeringkan dengan kain kassa steril atau kapas, setelah itu tali

pusat dikeringkan (Sinsin, 2008).

Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam

sehari. Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena

akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat

puputnya tali pusat juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun

terpaksa ditutup tutuplah dengan longgar pada bagian atas tali pusat

dengan kain kassa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat

terkena udara dengan leluasa. Intinya adalah membiarkan tali pusat

terkena udara agar dapat mengering dan lepas (Ellen, 2008).

17

Sebaiknya tali pusat tidak perlu diberi apa-apa, seperti obat

luka. Akan tetapi jika tidak yakin, bisa ditutupi dengan kain kassa

steril. Namun jangan lupa untuk menggantinya setiap kali usai

mandi, si kecil berkeringat, terkena kotoran, dan basah. Hindari

hal-hal yang aneh dan berbau mistis seperti menaruh koin di atas

tali pusat bayi, diberi kopi, minyak, daun-daunan, kunyit (Ellen,

2008).

5) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat

Lepasnya tali pusat menurut (Wawan, 2010) dipengaruhi oleh

beberapa hal diantaranya adalah :

a) Cara perawatan tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali

pusat yang dibersihkan dengan air, sabun dan di tutup dengan

kassa steril cenderung lebih cepat puput (lepas) dari pada tali

pusat yang dibersihkan dengan alkohol.

b) Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat

dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab.

Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan

resiko infeksi.

c) Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus, Spora C. Tetani

yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau

perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.

d) Timbulnya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau

perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya

18

pemotongan tali pusat dengan bambu/gunting yang tidak

steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah,

minyak daun-daunan, kopi dan sebagainya.

6) Gangguan-gangguan Pada Tali Pusat

Tali pusat basah, berbau, dan menunjukkan tanda-tanda radang

yang jika tidak segera dibantu akan menyebabkan sepsis,

meningitis, dan lain-lain (Wiknjosastro, 2005). Pada pangkal tali

pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, ada cairan berbau,

darah yang keluar terus menerus (JKPK-KR, 2008).

Selain perawatan tali pusat, menurut (Wiknjosastro, 2006)

masih ada perawatan pada bayi sehari-hari lainnya antara lain :

a) Memandikan bayi

b) Membungkus atau membedong bayi

c) Merawat kuku dan rambut bayi

d) Pijat bayi

4. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang yang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun

19

pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan

(Notoatmodjo, 2007).

Dalam pengertian lain pengetahuan adalah sebagai yang ditemui

dan diperoleh melalui suatu pengamatan. Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan indera atau akal pikirannya untuk

mengendalikan benda atau peristiwa tertentu yang belum pernah

dilihat atau dirasakan sebelumnya (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa seseorang mengambil

perilaku yang baru dalam dirinya, orang tersebut melakukan beberapa

proses adopsi perilaku yaitu:

1) Kesadaran (Awareness)

Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih

dahulu terhadap stimulasi.

2) Merasa tertarik (Interest)

Seseorang tersebut merasa tertarik terhadap benda atau obyek

yang dilihatnya.

3) Menimbang-nimbang (Evaluation)

Menimbang-nimbang terhadap baik buruknya objek atau benda

tersebut bagi dirinya.

4) Mencoba (Trial)

Mulai mencoba perilaku yang baru setelah orang tersebut

menerimanya.

20

5) Beradaptasi

Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran terhadap benda atau obyek yang ia terima.

Berdasarkan beberapa definisi diatas bisa diambil kesimpulan

bahwa pengetahuan yang luas dapat diperoleh dari aktifitas manusia

berupa pengalaman mendengar dan membaca (Notoatmodjo, 2007).

b. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang sedangkan perilaku akan

bersifat langgeng apabila didasari oleh pengetahuan dan kesadaran.

Secara terinci perilaku manusia merupakan reflkesi dari gejala

kejiwaan yang salah satunya adalah pengetahuan. Menurut

Notoatmodjo, 2007 tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6 (enam)

yaitu:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh karena itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur apakah orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

21

2) Memahami (Comprehension)

Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi, harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi atau yang

sebenarnya. Aplikasi ini bisa diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi

obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitannya

satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata-kata kerja. Dapat menggunakan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan dan

sebagainya.

5) Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

dan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

22

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-

formulasi yang ada. Misalnya dapat menyesuaikan dan sebagainya

terhadap suatu teori-teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian terhadap

suatu evaluasi didasari suatu kinerja yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Pengetahuan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain :

1) Faktor Internal

a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita

tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Pendidikan dapat memepengaruhi seseorang termasuk juga

perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi

untuk berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya

makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi (Wawan & Dewi, 2010)

23

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan

tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang

membosankan berulang dan banyak tantangan (Wawan &

Dewi, 2010)

c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Semakin cukup umurtingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi, 2010)

d) Sosial ekonomi (pendapatan)

Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun sekunder

keluarga, status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi

dibanding orang dengan status ekonomi rendah, semakin tinggi

status sosial ekonomi seseorang semakin mudah dalam

mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih

berkualitas (Notoatmodjo, 2003).

e) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan

dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa

24

yang lalu. Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal

biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses

pengembangan misalnya sering mengikuti organisasi

(Notoatmodjo, 2003).

2) Faktor Eksternal

a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (Wawan &

Dewi, 2010)

b) Faktor Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

memepengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan

& Dewi, 2010)

c) Paparan media massa

Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik

maka berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat

sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa

akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki

(Notoatmodjo, 2003).

25

d. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau

lewat angket yang menanyakan tentang suatu materi yang ingin di ukur

dari subjek penelitian atau responden (Arikunto, 2002). Pengukuran

dapat di kategorikan menjadi 3 yaitu :

1) Tingkat pengetahuan baik jika jawaban responden dari kesioner

yang benar 76 – 100%.

2) Tingkat pengetahuan cukup jika jawaban responden dari kesioner

yang benar 60 – 75%.

3) Tingkat pengetahuan kurang jika jawaban responden dari

kesioner yang benar <60% (Nursalam , 2008).

5. Sikap

a. Pengertian

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007).

Sikap disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap

obyek itu. Jadi sikap senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal atau

suatu obyek (Gerungan, 2004).

26

1) Berorientasi kepada respon

Sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan

mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak

mendukung (Unfavourable) pada suatu objek.

2) Berorientasi kepada kesiapan respon

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek

dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatun stimulus

yang menghendaki adanya respon.

3) Berorientasi kepada skema triadik

Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif

dan konatif saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan

berperilaku terhadap suatu objek dilingkungan sekitarnya.

b. Komponen sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai

tiga komponen pokok,yaitu:

1) Kepercayaan (Keyakinan) ide dan konsep suatu objek

2) Kehidupan emosional dan evaluasi emosional terhadap suatu

objek

3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to believe)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan

penting.

27

c. Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan

yaitu:

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek ).

2) Merespon (responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan

3) Menghargai (valuning)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

dengan orang lain terhadap suatu masalah.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap (Saifuddin,

2010) :

1) Faktor internal:

a) Pengalaman pribadi

Dasar pembentukan sikap yaitu pengalaman pribadi harus

meninggalkan kesan yang kuat. Sikap mudah terbentuk jika

melibatkan faktor emosional.

28

b) Faktor Emosional

Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya

sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. Dapat bersifat sementara ataupun

menetap (persisten/tahan lama). Contoh: Prasangka (sikap tidak

toleran, tidak fair)

c) Pengetahuan

Pengetahuan memegang peranan penting dalam

membentuk sikap. Pengetahuan membuat orang mempunyai

sikap tertentu terhadap objek (Notoadmodjo, 2007).

d) Pikiran dan keyakinan

Apabila pikiran dan keyakinan seseorang mengenai apa

yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap sudah

berakar sejak lama, maka orang tersebut akan mempunyai sikap

yang lebih didasarkan pada predikat yang dilekatkan oleh pola

pikirannya dan bukan didasarkan pada objek sikap tertentu.

Sikap didasari pola pikiran dan kenyakinan semacam ini

biasanya sangat sulit untuk menerima perubahan (Azwar,

2011).

29

2) Faktor eksternal:

a) Kebudayaan

Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat

individu tersebut dibesarkan. Contoh pada sikap orang kota dan

orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan.

b) Orang lain yang dianggap penting (significant otihers)

Yaitu orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi

setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin

dikecewakan, dan yang berrti khusus. Misalnya : orang tua,

pacar, suami/istri, teman dekat, guru, maupun pemimpin.

c) Media massa

Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam

penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan

sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita. Jika pesan

sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi

dasar efektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk

sikap tertentu.

d) Institusi / Lembaga pendidikan dan Agama

Institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan

konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk.

Salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan

seseorang, hingga ikut berperan dalam menetukan sikap

seseorang.

30

e. Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan secara

tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara

tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan

hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo,

2003).

B. Kerangka teori

Gambar 2.1 : Kerangka Teori

Sumber : Wawan, 2010; Notoatmodjo, 2003

Faktor eksternal : 1. Kebudayaan 2. Media massa 3. Orang yang

dianggap penting 4. Lembaga pendidikan

dan agama

Sikap

Faktor internal : 1. Pengalaman pribadi 2. Emosional 3. Pengetahuan 4. Keyakinan dan

pikiran

31

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah hubungan antara

konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui proses penelitian yang

akan dilakukan (Notoatmodjo 2005).

Dalam penelitian ini konsep-konsep yang ingin diamati adalah

pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang perawatan tali pusat.

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap ibu nifas

terhadap perawatan tali pusat.

Pengetahuan tentang perawatan tali pusat

Sikap ibu nifas