bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori 1. masa...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Masa nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,
namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas
atau post partum disebut juga puereperium yang berasal dari bahasa latin
dari kata “puer” yang artinya bayi dan “paraous” berarti melahirkan.
Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau
setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang tertahan tidak bisa keluar
dari rahim dikarenakan hamil. Maka ketika melahirkan, darah tersebut
keluar sedikit demi sedikit. Darah yang keluar sebelum melahirkan disertai
tanda-tanda kelahiran, maka itu termasuk darah nifas juga (Yetti
Anggraini, 2010).
Waktu masa nifas yang paling lama pada wanita umumnya adalah
40 hari, dimulai sejak melahirkan atau sebelum melahirkan (yang disertai
tanda-tanda kelahiran). Jika sudah selesai masa 40 hari akan tetapi darah
tidak berhenti-henti atau tetap keluar darah, maka perhatikanlah bila
keluarnya disaat ‘adah (kebiasaan) haidh, maka itu darah haidh. Akan
tetapi jika darah keluar terus dan tidak pada masa-masa (‘adah) haidhnya
9
dan darah itu terus dan tidak berhenti mengalir, perlu diperiksakan
kebidan atau dokter (Yetti Anggraini, 2010).
Tujuan asuhan masa nifas :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini,
nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan
bayi sehat
d. Memberikan pelayanan KB
e. Mendapatkan kesehatan emosi (Yetti Anggraini, 2010).
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas :
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, juga telah memberikan
kebijakan dalam hal ini, sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada
masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas (Yetti
Anggraini, 2010).
Tujuan kebijakan tersebut ialah :
a. Untuk menilai kesehatan ibu dan kesehatan bayi baru lahir.
b. Pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan
kesehatan ibu nifas dan bayinya.
c. Mendeteksi adanya kejadian-kejadian pada masa nifas.
10
d. Menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan
ibu maupun bayinya pada masa nifas (Yetti Anggraini, 2010).
Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan tersebut
dipaparkan sebagai berikut :
a. Kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah persalinan.
Tujuan :
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila
perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah pedarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal.
5) Memberi supervisi kepada ibu bagaimana tekhnik melakukan
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
Bila ada bidan atau petugas lain yang membantu melahirkan, maka
petugas atau bidan itu harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
untuk 2 jam pertama(Yetti Anggraini, 2010).
b. Kunjungan Kedua, waktu: enam hari setelah persalinan.
Tujuan :
1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal.
2) Evaluasi adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnomal.
11
3) Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-tanda
adanya penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan
dengan asuhan pada bayi (Yetti Anggraini, 2010).
c. Kunjungan Ketiga, waktu : dua minggu setelah persalinan.
Tujuan:
Sama seperti kunjungan hari keenam.
d. Kunjungan Keempat, waktu: enam minggu setelah persalinan.
1) Menanyakan penyulit-penyulit yang ada.
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini (Yetti Anggraini,
2010).
2. Bayi baru lahir
Bayi baru lahir adalah bayi yang dilahirkan baik dalam kondisi
cukup bulan atau hampir cukup bulan. Bayi adalah anak usia 0-12 bulan
(Saifuddin 2002). Bayi baru lahir memiliki kompetensi perilaku dan
kesiapan interaksi sosial atau pada periode neonatal sejak bayi lahir
sampai usia 28 hari, yang merupakan waktu berlangsungnya perubahan
fisik pada bayi baru lahir. Seorang bayi baru lahir memiliki banyak reflek
yang akan muncul dan menghilang, dimana menunjukkan kematangan dan
perkembangan saraf yang baik di kemudian hari. Hal ini perlu dilakukan
perawatan yang baik khususnya pada bayi yang baru lahir agar tidak
terjadi kesalahan (Jensen, 2004).
12
Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sejak bayi dilahirkan,
dimana melalui pelayanan kesehatan yang diberikan untuk ibu hamil.
Penanganan pertama yang dilakukan pada bayi baru lahir adalah
membersihkan jalan nafas, memotong dan merawat tali pusat,
mempertahankan suhu tubuh bayi, identifikasi, dan mencegah adanya
infeksi. Hal ini harus rutin dilakukan kecuali bayi dalam keadaan krisis
dan memerlukan perawatan khusus. Penanganan yang kurang baik pada
bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang
dapat menyebabkan cacat seumur hidup bahkan kematian (Saifuddin,
2002).
Masa kelahiran minggu pertama bayi merupakan masa yang sangat
kritis, termasuk perawatan tali pusat. Tali pusat pada umumnya lepas pada
usia lima hari, tujuh hari, bahkan dua minggu. Pada masa ini perawatan
tali pusat harus benar sehingga tidak menyebabkan infeksi atau bahkan
tetanus karena salah dalam memberikan perawatan (Hasselquist, 2006).
3. Tali pusat
a. Pengertian
Tali pusat dalam istilah medisnya umbilical cord. Merupakan
suatu tali yang menghubungkan janin dengan uri atau plasenta. Sebab
semasa dalam rahim, tali inilah yang menyalurkan oksigen dan
makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Begitu janin
dilahirkan, ia tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena
sudah dapat bernapas sendiri melalui hidungnya. Oleh kerena itu sudah
13
tidak diperlukan lagi, maka saluran ini harus segera dipotong dan
dijepit atau diikat (Baety, 2011).
b. Fisiologi lepasnya tali pusat
Pada saat tali pusat terpotong maka suplai darah dari ibu
terhenti. Tali pusat yang masih menempel pada pusat bayi lama
kelamaan akan kering dan terlepas. Pengeringan dan pemisahan tali
pusat sangat dipengaruhi oleh jelly Wharton atau aliran udara yang
mengenainya. Jaringan pada sisa tali pusat dapat dijadikan tempat
koloni oleh bakteri terutama jika dibiarkan lembab dan kotor
(Hamilton, 2005).
Pada sisa potongan tali pusat inilah yang menjadi sebab
utama terjadinya infeksi pada bayi baru lahir. Kondisi ini dapat
dicegah dengan membiarkan tali pusat kering dan bersih. Tali pusat
dijadikan tempat koloni bakteri yang berasal dari lingkungan sekitar.
Penyakit tetanus ini diderita oleh bayi baru lahir yang disebabkan basil
clostridium tetani yang dapat mengeluarkan toksin yang dapat
menghancurkan sel darah merah, merusak leukosit dan merupakan
“Tetanospasmin” yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan
ketegangan dan spasme otot (Jitowijoyo dan Kristiyanasari, 2010).
c. Perawatan Tali Pusat
1) Pengertian
Perawatan adalah proses perbuatan, cara merawat,
pemeliharaan, penyelenggaraan. Hal yang paling terpenting dalam
14
membersihkan tali pusat adalah memastikan tali pusat dan area
disekelilingnya selalu bersih dan kering, selalu mencuci tangan
dengan menggunakanair bersih dan sabun sebelum membersihkan
tali pusat. Selama tali pusat belum puput, sebaiknya bayi tidak
dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air. Cukup diusap
saja dengan kain yang direndam air hangat (Sinsin, 2008).
2) Tujuan Perawatan Tali Pusat
Tujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah
terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir. Penyakit ini
disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh
melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril, pemakaian obat-
obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat
sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Wiknjosastro, 2006).
Menyatakan bahwa tujuan merawat tali pusat adalah untuk
mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi baru lahir,
sehingga tali pusat tetap bersih, kuman-kuman tidak masuk
sehingga tidak terjadi infeksi pada tali pusat bayi. Penyakit tetanus
ini disebabkan oleh Clostridium tetani yaitu kuman yang
mengeluarkan toksin (racun), yang masuk melalui luka tali pusat
karena perawatan atau tindakan yang kurang bersih (Saifuddin,
2002).
15
3) Cara Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat merupakan salah satu perawatan neonatus
terutama pada dua minggu pertama kehidupan. Ibu harus menjaga
tali pusat tetap bersih dan kering sampai akhirnya terlepas (Shelov,
2004).
Cara perawatan tali pusat menurut JKPK-KR (2008) adalah :
a) Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau
mengoleskan cairan atau bahan apapun ke putung tali pusat.
b) Mengoleskan alkohol atau betadin (terutama jika pemotongan
tali pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan
tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan basah atau
lembab.
c) Lipat popok dibawah putung tali pusat.
d) Jika putung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air
DTT/steril dan sabun kemudian segera keringkan secara
seksama dengan menggunakan kain bersih.
e) Segera mencari bantuan jika tali pusat menjadi merah,
bernanah/berdarah, atau berbau.
4) Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Merawat Tali Pusat
Pada dasarnya merawat tali pusat adalah tindakan
sederhana. Walaupun sederhana, harus memperhatikan prinsip-
prinsip seperti selalu mencuci tangan dengan air bersih dan
menggunakan sabun, menjaga agar daerah sekitar tali pusat tetap
16
kering serta tali pusat tidak lembab, dan tidak membubuhkan
apapun pada sekitar daerah tali pusat. Karena bila hal-hal tersebut
tidak diperhatikan dapat mengakibatkan infeksi, dan bila terjadi
infeksi masalahnya tidak menjadi sederhana lagi (Sodikin, 2009).
Metode yang sekarang digunakan untuk membersihkan tali
pusat adalah dengan air matang atau air bersih tanpa diberi obat-
obatan seperti betadine atau alkohol (JNPK-KR, 2008). Selama tali
pusatnya belum puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan
cara dicelupkan ke dalam air, cukup dilap saja dengan air hangat.
Alasannya untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang
harus dibersihkan adalah pangkal tali pusat bukan atasnya. Untuk
membersihkan pangkal ini harus sedikit mengangkat (bukan
menarik tali pusat). Sisa air yang menempel pada tali pusat dapat
dikeringkan dengan kain kassa steril atau kapas, setelah itu tali
pusat dikeringkan (Sinsin, 2008).
Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam
sehari. Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena
akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat
puputnya tali pusat juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun
terpaksa ditutup tutuplah dengan longgar pada bagian atas tali pusat
dengan kain kassa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat
terkena udara dengan leluasa. Intinya adalah membiarkan tali pusat
terkena udara agar dapat mengering dan lepas (Ellen, 2008).
17
Sebaiknya tali pusat tidak perlu diberi apa-apa, seperti obat
luka. Akan tetapi jika tidak yakin, bisa ditutupi dengan kain kassa
steril. Namun jangan lupa untuk menggantinya setiap kali usai
mandi, si kecil berkeringat, terkena kotoran, dan basah. Hindari
hal-hal yang aneh dan berbau mistis seperti menaruh koin di atas
tali pusat bayi, diberi kopi, minyak, daun-daunan, kunyit (Ellen,
2008).
5) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat
Lepasnya tali pusat menurut (Wawan, 2010) dipengaruhi oleh
beberapa hal diantaranya adalah :
a) Cara perawatan tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali
pusat yang dibersihkan dengan air, sabun dan di tutup dengan
kassa steril cenderung lebih cepat puput (lepas) dari pada tali
pusat yang dibersihkan dengan alkohol.
b) Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat
dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab.
Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan
resiko infeksi.
c) Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus, Spora C. Tetani
yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau
perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.
d) Timbulnya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau
perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya
18
pemotongan tali pusat dengan bambu/gunting yang tidak
steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah,
minyak daun-daunan, kopi dan sebagainya.
6) Gangguan-gangguan Pada Tali Pusat
Tali pusat basah, berbau, dan menunjukkan tanda-tanda radang
yang jika tidak segera dibantu akan menyebabkan sepsis,
meningitis, dan lain-lain (Wiknjosastro, 2005). Pada pangkal tali
pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, ada cairan berbau,
darah yang keluar terus menerus (JKPK-KR, 2008).
Selain perawatan tali pusat, menurut (Wiknjosastro, 2006)
masih ada perawatan pada bayi sehari-hari lainnya antara lain :
a) Memandikan bayi
b) Membungkus atau membedong bayi
c) Merawat kuku dan rambut bayi
d) Pijat bayi
4. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang yang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun
19
pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan
(Notoatmodjo, 2007).
Dalam pengertian lain pengetahuan adalah sebagai yang ditemui
dan diperoleh melalui suatu pengamatan. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan indera atau akal pikirannya untuk
mengendalikan benda atau peristiwa tertentu yang belum pernah
dilihat atau dirasakan sebelumnya (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2007), bahwa seseorang mengambil
perilaku yang baru dalam dirinya, orang tersebut melakukan beberapa
proses adopsi perilaku yaitu:
1) Kesadaran (Awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulasi.
2) Merasa tertarik (Interest)
Seseorang tersebut merasa tertarik terhadap benda atau obyek
yang dilihatnya.
3) Menimbang-nimbang (Evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik buruknya objek atau benda
tersebut bagi dirinya.
4) Mencoba (Trial)
Mulai mencoba perilaku yang baru setelah orang tersebut
menerimanya.
20
5) Beradaptasi
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran terhadap benda atau obyek yang ia terima.
Berdasarkan beberapa definisi diatas bisa diambil kesimpulan
bahwa pengetahuan yang luas dapat diperoleh dari aktifitas manusia
berupa pengalaman mendengar dan membaca (Notoatmodjo, 2007).
b. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang sedangkan perilaku akan
bersifat langgeng apabila didasari oleh pengetahuan dan kesadaran.
Secara terinci perilaku manusia merupakan reflkesi dari gejala
kejiwaan yang salah satunya adalah pengetahuan. Menurut
Notoatmodjo, 2007 tingkatan pengetahuan dibagi menjadi 6 (enam)
yaitu:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh karena itu “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur apakah orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
21
2) Memahami (Comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap objek atau materi, harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap
objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi atau yang
sebenarnya. Aplikasi ini bisa diartikan sebagai aplikasi atau
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi
obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih ada kaitannya
satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata-kata kerja. Dapat menggunakan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan dan
sebagainya.
5) Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
dan menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
22
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formula baru dari formulasi-
formulasi yang ada. Misalnya dapat menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori-teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian terhadap
suatu evaluasi didasari suatu kinerja yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain :
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Pendidikan dapat memepengaruhi seseorang termasuk juga
perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi
untuk berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi (Wawan & Dewi, 2010)
23
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupan. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan
tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang
membosankan berulang dan banyak tantangan (Wawan &
Dewi, 2010)
c) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umurtingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja (Wawan & Dewi, 2010)
d) Sosial ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan primer, maupun sekunder
keluarga, status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi
dibanding orang dengan status ekonomi rendah, semakin tinggi
status sosial ekonomi seseorang semakin mudah dalam
mendapatkan pengetahuan, sehingga menjadikan hidup lebih
berkualitas (Notoatmodjo, 2003).
e) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu sumber pengetahuan atau suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa
24
yang lalu. Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal
biasanya diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses
pengembangan misalnya sering mengikuti organisasi
(Notoatmodjo, 2003).
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (Wawan &
Dewi, 2010)
b) Faktor Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
memepengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan
& Dewi, 2010)
c) Paparan media massa
Melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik
maka berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat
sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa
akan memperoleh informasi yang lebih banyak dan dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki
(Notoatmodjo, 2003).
25
d. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari
subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau
lewat angket yang menanyakan tentang suatu materi yang ingin di ukur
dari subjek penelitian atau responden (Arikunto, 2002). Pengukuran
dapat di kategorikan menjadi 3 yaitu :
1) Tingkat pengetahuan baik jika jawaban responden dari kesioner
yang benar 76 – 100%.
2) Tingkat pengetahuan cukup jika jawaban responden dari kesioner
yang benar 60 – 75%.
3) Tingkat pengetahuan kurang jika jawaban responden dari
kesioner yang benar <60% (Nursalam , 2008).
5. Sikap
a. Pengertian
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007).
Sikap disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap
obyek itu. Jadi sikap senantiasa terarahkan kepada sesuatu hal atau
suatu obyek (Gerungan, 2004).
26
1) Berorientasi kepada respon
Sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan
mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak
mendukung (Unfavourable) pada suatu objek.
2) Berorientasi kepada kesiapan respon
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek
dengan cara-cara tertentu, apabila dihadapkan pada suatun stimulus
yang menghendaki adanya respon.
3) Berorientasi kepada skema triadik
Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif
dan konatif saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu objek dilingkungan sekitarnya.
b. Komponen sikap
Menurut Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa sikap mempunyai
tiga komponen pokok,yaitu:
1) Kepercayaan (Keyakinan) ide dan konsep suatu objek
2) Kehidupan emosional dan evaluasi emosional terhadap suatu
objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (trend to believe)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,
pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan
penting.
27
c. Tingkatan sikap
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan
yaitu:
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek ).
2) Merespon (responding)
Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan
3) Menghargai (valuning)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap (Saifuddin,
2010) :
1) Faktor internal:
a) Pengalaman pribadi
Dasar pembentukan sikap yaitu pengalaman pribadi harus
meninggalkan kesan yang kuat. Sikap mudah terbentuk jika
melibatkan faktor emosional.
28
b) Faktor Emosional
Suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Dapat bersifat sementara ataupun
menetap (persisten/tahan lama). Contoh: Prasangka (sikap tidak
toleran, tidak fair)
c) Pengetahuan
Pengetahuan memegang peranan penting dalam
membentuk sikap. Pengetahuan membuat orang mempunyai
sikap tertentu terhadap objek (Notoadmodjo, 2007).
d) Pikiran dan keyakinan
Apabila pikiran dan keyakinan seseorang mengenai apa
yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap sudah
berakar sejak lama, maka orang tersebut akan mempunyai sikap
yang lebih didasarkan pada predikat yang dilekatkan oleh pola
pikirannya dan bukan didasarkan pada objek sikap tertentu.
Sikap didasari pola pikiran dan kenyakinan semacam ini
biasanya sangat sulit untuk menerima perubahan (Azwar,
2011).
29
2) Faktor eksternal:
a) Kebudayaan
Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat
individu tersebut dibesarkan. Contoh pada sikap orang kota dan
orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan.
b) Orang lain yang dianggap penting (significant otihers)
Yaitu orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi
setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin
dikecewakan, dan yang berrti khusus. Misalnya : orang tua,
pacar, suami/istri, teman dekat, guru, maupun pemimpin.
c) Media massa
Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam
penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan
sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita. Jika pesan
sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi
dasar efektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk
sikap tertentu.
d) Institusi / Lembaga pendidikan dan Agama
Institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu. Pemahaman baik dan buruk.
Salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan
seseorang, hingga ikut berperan dalam menetukan sikap
seseorang.
30
e. Pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan secara
tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana
pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara
tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan
hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo,
2003).
B. Kerangka teori
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
Sumber : Wawan, 2010; Notoatmodjo, 2003
Faktor eksternal : 1. Kebudayaan 2. Media massa 3. Orang yang
dianggap penting 4. Lembaga pendidikan
dan agama
Sikap
Faktor internal : 1. Pengalaman pribadi 2. Emosional 3. Pengetahuan 4. Keyakinan dan
pikiran
31
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui proses penelitian yang
akan dilakukan (Notoatmodjo 2005).
Dalam penelitian ini konsep-konsep yang ingin diamati adalah
pengetahuan dan sikap ibu nifas tentang perawatan tali pusat.
Variabel Independent Variabel Dependent
Gambar 2.2 Skema Kerangka Konsep
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap ibu nifas
terhadap perawatan tali pusat.
Pengetahuan tentang perawatan tali pusat
Sikap ibu nifas