bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan mengenai tenaga kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/bab ii.pdfdibuat...

20
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerja A.1. Pengertian Tenaga Kerja Meurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Menurut Rusli yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan kata lain, pekerja atau buruh adalah tenaga kerja yang sedang dalam ikatan hubungan kerja. 1 Dapat penulis simpulkan yang dapat dikatakan sebagai pekerja adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maupun masyarakat. Pekerja ini bekerja dengan menerima imbalan dari orang yang mempekerjakannya. Pekerja tersebut diikat oleh pemberi kerja dalam suatu hubungan kerja, yang biasanya dibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga kerja diatur dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Adapun hak dan kewajiban tersebut akan penulis sebutkan sebagai berikut: A.2.1 Hak Tenaga Kerja - Pasal 5 Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan; - Pasal 6 Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha; 1 Hardijan Rusli. 2003. Hukum Ketenagakerjaan. Jakarta:Ghalia Indonesia. Hal 12-13

Upload: others

Post on 17-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerja

A.1. Pengertian Tenaga Kerja

Meurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap

orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau

jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Menurut Rusli yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang

yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Dengan

kata lain, pekerja atau buruh adalah tenaga kerja yang sedang dalam ikatan

hubungan kerja.1

Dapat penulis simpulkan yang dapat dikatakan sebagai pekerja adalah

setiap orang yang melakukan pekerjaan untuk menghasilkan barang atau jasa

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maupun masyarakat. Pekerja ini bekerja

dengan menerima imbalan dari orang yang mempekerjakannya. Pekerja

tersebut diikat oleh pemberi kerja dalam suatu hubungan kerja, yang biasanya

dibuat dalam perjanjian kerja.

A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja

Hak dan kewajiban tenaga kerja diatur dalam Undang-undang Nomor 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Adapun hak dan kewajiban tersebut

akan penulis sebutkan sebagai berikut:

A.2.1 Hak Tenaga Kerja

- Pasal 5 Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa

diskriminasi untuk memperoleh pekerjaan;

- Pasal 6 Setiap pekerja berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa

diskriminasi dari pengusaha;

1 Hardijan Rusli. 2003. Hukum Ketenagakerjaan. Jakarta:Ghalia Indonesia. Hal 12-13

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

13

- Pasal 11 Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan/atau

meningkatkan dan/atau meng embangkan kompetensi kerja sesuai

dengan bakat, minat dan kemampuannya melalui pelatihan kerja.;

- Pasal 12 ayat (3) Setiap pekerja memiliki kesempatan yang sama untuk

mengikuti pelatihan kerja sesuai dengan bidang tugasnya.;

- Pasal 18 ayat (1) Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan

kompetensi kerja setelah mengikuti pelatihan kerja yang

diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga

pelatihan kerja swasta atau pelatihan ditempat kerja;

- Pasal 23 Tenaga kerja yang telah mengikuti program pemagangan

berhak atas pengakuan kualifikasi kompetensi kerja dari perusahaan

atau lembaga sertifikasi;

- Pasal 31 Setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan yang

sama untuk memilih, mendapatkan atau pindah pekerjaan dan

memperoleh penghasilan yang layak didalam atau diluar negeri.;

- Pasal 67 Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang

cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat

kecacatannya;

- Pasal 78 ayat (2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja melebihi

waktu kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 78 ayat (1) wajib

membayar upah kerja lembur;

- Pasal 79 ayat (1) Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti

kepada pekerja;

- Pasal 80 Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya

kepada pekerja untuk melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh

agamanya;

- Pasal 82 Pekerja perempuan berhak memperoleh istirahat selam 1,5

(satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (Satu

setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter

kandungan atau bidan;

- 84 Setiap pekerja yang menggunakan hak waktu istirahat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 79 ayat (2) huruf b, c dan d, Pasal 80 dan Pasal

82 berhak mendapatkan upah penuh;

- Pasal 85 ayat (1) Pekerja tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi;

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

14

- Pasal 86 ayat (1) Setiap pekerja mempunyai Hak untuk memperoleh

perlindungan atas: a. Keselamatan dan kesehatan kerja b. Moral dan

kesusilaan dan c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat

manusia serta nilai-nilai agama;

- Pasal 88 Setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang

memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan;

- Pasal 90 Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah

minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89;

- Pasal 99 ayat (1) Setiap pekerja dan keluarganya berHak untuk

memperoleh jaminan sosial tenaga kerja;

- Pasal 104 ayat (1) Setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi

anggota serikat pekerja;

- Pasal 137 Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja dan serikat pekerja

dilakukan secara sah, tertib dan damai sebagai akibat gagalnya

perundingan;

- Pasal 156 ayat (1) Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja,

pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan uang

penghargaan masa kerja serta uang pengganti hak yang seharusnya

diterima.

A.2.2 Kewajiban Tenaga Kerja

- Pasal 102 ayat (2) Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja

dan serikat pekerja mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai

dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan

produksi, menyalurkan aspirasi secara demokrasi, mengembangkan

keterampilan dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan

memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya;

- Pasal 126 ayat (1) Pengusaha, serikat pekerja dan pekerja wajib

melaksanakan ketentuan yang ada dalam perjanjian kerja bersama.

Pengusaha dan serikat pekerja wajib memberitahukan isi perjanjian

kerja bersama atau perubahannya kepada seluruh pekerja;

- Pasal 136 ayat (1) Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib

dilaksanakan oleh pengusaha dan pekerja atau serikat pekerja secara

musyawarah untuk mufakat;

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

15

- Pasal 140 ayat (1) Sekurang kurangnya dalam waktu 7 (Tujuh) hari

kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan, pekerja dan serikat pekerja

wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi

yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan setempat.

A.3 Waktu Kerja

Berdasarkan ketentuan Pasal 77 ayat (2) dan Pasal 78 ayat (1) dan (2)

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan maka waktu

kerja bagi pekerja / buruh adalah sebagai berikut.

Pasal 77 ayat (2)

“Waktu kerja sebagaimana dimaskud dalam ayat (1) meliputi: a. 7 (tujuh)

jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6

(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau b. 8 (delapan) jam 1 (satu)

hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja

dalam 1 (satu) mingu.”

Pasal 78 ayat (1) dan (2)

“(1) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat: a.

ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan; dan b. waktu kerja

lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu)

hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu;

(2) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib membayar upah kerja

lembur.”

Menurut ketentuan tersebut maka waktu kerja pekerja / buruh adalah

maksimal 40 (empat puluh) jam dalam satu minggu dan waktu lembur

maksimal selama 14 (empat belas) jam dalam satu minggu. Dengan jumlah

hari kerja 5 (lima) hari dalam 1 (satu) minggu atau 6 (enam) hari dalam 1

(satu) minggu. Kelebihan waktu kerja tersebt harus diganti oleh pemberi kerja

dengan memberikan upah lembur kepada pekerja / buruh. Hal demikian

sifatnya wajb sebagai perintah dari undang-undang ketenagakerjaan.

Ketentuan undang-undang tersebut tidak boleh dilanggar, dan memiliki

sanksi yang diatur dalam Pasal 187 Undang-undang Ketenagakerjaan bagi

yang melanggarnya. Pasal 187 tersebut mengatur bahwa pemberi kerja yang

mempekerjakan pekerja / buruh melebihi waktu 40 (empat puluh) jam dalam 1

(satu) minggu dan tidak memberikan pekera / buruh uang lembur maka

diancam dengan pidana kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

16

lama 12 (dua belas) bulan dan / atau denda paling sedikit Rp 10.000.000, 00

(sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 100.000.000, 00 (seratus juta

rupiah).

Pengaturan mengenai waktu kerja ini tentunya merupakan upaya

pemerintah menjamin hak-hak dari pekerja / buruh agar tenaga mereka tidak

dieksploitasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Pengaturan ini

tidak hanya menguntungkan pekerja / buruh namun pemberi kerja juga

diuntungkan. Apabila pekerja / buruh memiliki waktu istirahat yang seimbang

maka pekerja / buruh dapat bekerja dengan optimal.

B. Tinjauan Mengenai Tempat Kerja

Menurut Husni, yang dikatakan sebagai tempat kerja adalah setiap

tempat yang didalamnya terdapat 3 (tiga) unsur, yaitu:2

1. Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun sosial;

2. Adanya sumber bahaya;

3. Adanya tenaga kerja.

Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja, yang dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan,

tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau

yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan di mana

terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya.3 Yang termasuk dalam tempat

kerja dijabarkan dalam pasal 2 undang - undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan Kerja yaitu semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya

yang merupakan bagian-bagian yang dengan tempat kerja tersebut.4

Ruang lingkup yang termasuk dalam tempat kerja menurut pasal 2 ayat

2 (2) undang - undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

adalah sebagai berikut:

Pasal 2 ayat (2)

2 Lalu Husni. 2004. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Jakarta:Rajawali Press. Hal 138 3 Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 4 Ibid. Pasal 2

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

17

(2) Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat

kerja di mana:

a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat

perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat

menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;

b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau

disimpan bahan atau barang yang : dapat meledak, mudah terbakar,

menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;

c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau

pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk

bangunan perairan, saluran, atau terowongan di bawah tanah dan

sebagainya atau di mana dilakukan pekerjaan persiapan;

d. dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan

hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan

dan lapangan kesehatan;

e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam

atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral

lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar

perairan;

f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di

daratan, melalui terowongan, di permukaan air, dalam air maupun di

udara;

g. dikerjakan bongkar-muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,

dok, stasiun atau gudang;

h. dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di

dalam air;

i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau

perairan;

j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau

rendah;

k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,

kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut

atau terpelanting;

l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

18

m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap,

gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran

n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau timah;

o. dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar,

televisi, atau telepon;

p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset

(penelitian) yang menggunakan alat tehnis;

q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau

disalurkan listrik, gas, minyak atau air;

r. diputar pilem, dipertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi

lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

C. Tinjauan Mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja

C.1 Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Menurut Agus serta menurut Maltis dan Jackson dalam Catarina Cori

dan Andi Wijayanto Keselamatan kerja adalah membuat kondisi kerja yang

aman dengan dilengkapi alat-alat pengaman, penerangan yang baik, menjaga

lantai dan tangga bebas dari air, minyak, nyamuk dan memelihara fasilitas air

yang baik. Keselamatan kerja menunjuk pada perlindungan kesejahteraan fisik

dengan tujuan mencegah terjadinya kecelakaan atau cedera terkait dengan

pekerjaan.5

Menurut Suma’mur kesehatan kerja adalah

“spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya

yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh

derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun

social, dengan usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-

penyakit, gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor

pekerjaan dan lingkungan keja, serta terhadap penyakit-penyakit

umum”.6

5 Catarina Cori dan Andi Wijayanto. Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap

Prestasi Kerja Karyawan Pada PT. PLN (Persero) APJ Semarang. Jurnal Administrasi Bisnis Volume

I Nomor 1 September 2012. Hal 2 6 Dr.Suma’mur P.K.,M.Sc. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta:PT. Toko

Gunung Agung. Hal 1

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

19

Sedangkan Manulang berpendapat bahwa kesehatan kerja adalah

bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja meperoleh

keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik, mental maupun social sehingga

memungkinkan dapat bekerja secara optimal.7

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesehatan kerja adalah bagian dari

ilmu kesehatan yang bertujuan agar pekerja mendapatkan kondisi yang

optimal dalam bekerja. Kondisi ini baik kondisi fisik maupun kondisi mental

pekerja itu sendiri. Hal ini bertujuan agar pekerja dapat bekerja secara optimal

dan menghasilkan pekerjaan sesuai target yang diharapkan.

Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi merupakan suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada

umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.

Pelaksanaan kesehatan kerja oleh pengusaha juga memiliki tujuan dan

sasaran. Menurut Suma’mur sasaran pelaksanaan kesehatan kerja yaitu: 1)

Mencegah dan memberantas penyakit akibat kerja; 2) Memelihara dan

meningkatkan kesehatan kerja dan gizi pekerja; 3) Memberantas kelelahan

kerja; dan 4) Perlindungan bagi masyarakat sekitar terhadap bahaya yang

ditimbulkan.8

Peningkatan keselamatan dan kesehatan dalam pekerjaan adalah

sebuah fungsi penting dari manajemen yang baik. Peningkatan keselamatan

dan kesehatan kerja bukan hanya sebuah fungsi dari manajemen yang baik,

tetapi harus menjadi suatu fungsi normal. Efektivitas fungsi ini, seperti fungsi

lain, tergantung pada teknik yang diterapkan.9

C.2 Dasar Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja

7 Sendjun H . Manulang. 2001. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia.

Jakarta:Rineka Cipta. Hal 89 8 Dr.Suma’mur P.K.,M.Sc. Op.Cit . Hal 2

9 Dameyanti Sihombing D. R. O. Walangitan, Pingkan A. K. Pratasis. Implementasi

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pasa proyek di Kota Bitung (Studi Kasus Proyek

Pembangunan Pabrik Minyak PT. MNS). Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.3, Maret 2014 (124-130) ISSN:

2337-6732. Hal 125

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

20

Abad ke-17, masalah keselamatan dalam perusahaan mulai terasa

terutama untuk melindungi modal yang ditanam. Pada tahun 1907, diadakan

pengaturan tentang pengangkutan obat, senjata, petasan, peluru dan bahan-

bahan yang dapat meledak bagi kepentingan angkatan bersenjata dengan

angkutan kereta api. Lebih banyak lagi industri-industri yang relatif besar

didirikan, sehingga perlu dikeluarkan “Veiligheids reglement” pada tahun

1910, pada tahun 1916 dibuat Undang-undang pengawasan tambang yang

berisi keselamatan dan kesehatan tambang, kemudian pada tahun 1927 lahir

Undang-undang gangguan yang berisi tentang pendirian perusahaan yang

membahayakan, kerugian perusahaan dan gangguan. Tiga belas tahun

kemudian, tepatnya pada tahun 1940, keluar pengaturan tentang biaya

pemeriksaan keselamatan kerja di perusahaan.10

Keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam Undang-undang Nomor

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-undang Nomor 1 Tahun

1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004

tentang Sistem Jaminan Sosial.

Dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan telah diatur dengan jelas mengenai hak pekerja atas

kesehatan dan keselamatan kerja dalam pasal 86. Dalam pasal 86 tersebut

diatur jelas bahwa pekerja berhak untuk mendapatkan keselamatan dan

kesehatan kerja guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal. Hak

tersebut harus dipenuhi oleh pemberi kerja agar pekerja dapat bekerja dengan

optimal yang pada akhirnya akan menguntungan pemberi kerja itu sendiri.

Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

kerja diatur bahwa setiap pekerja wajib dan berhak untuk memakai alat-alat

perlindungan diri. Alat-alat ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan

keselamatan kerja bagi pekerja. Diharapkannya dengan memakai alat-alat

perlindungan diri dapat meminimalisir resiko-resiko pekerjaan yang dapat

menimpa pekerja. Apabila alat-alat tersebut tidak tersedia maka pekerja

berhak untuk meminta kepada pemberi kerja agar menyediakannya.

Dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial diatur bahwa pemberi kerja wajib mendaftarkan dirinya beserta

10 Ibid. Hal 126

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

21

pekerjaannya sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara Jamina Sosial.

Dengan demikian untuk tercapainya perlindungan dan pemeliharaan kesehatan

dan keselamatan kerja bagi pekerja, maka pemerintah mewajibkan pemberi

kerja untuk mendaftarkan dirinya dan pekerjanya menjadi peserta jaminan

sosial.

C.3 Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja termasuk dalam perlindungan teknis , yaitu

perlindungan terhadap pekerja agar selamat dari bahaya yang dapat

ditimbulkan oleh alat kerja atau bahan yang dikerjakan. Keselamatan kerja

tidak hanya memberikan perlindungan kepada pekerja, tetapi juga kepada

pengusaha dan pemerintah.11

a. Bagi pekerja, adanya jaminan perlindungan keselamatan kerja akan

menimbulkan suasana kerja yang tentram sehingga pekerja akan dapat

memusatkan perhatiannya pada pekerjaannya semaksimal mungkin tanpa

khawatir sewaktu-waktu tertimpa kecelakaan kerja;

b. Bagi pengusaha, adanya pengaturan keselamatan kerja di perusahaannya

dapat mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang dapat mengakibatkan

pengusaha harus memberikan jaminan sosial;

c. Bagi pemerintah dan masyarakat, dengan adanya dan ditaatinya peraturan

keselamtan kerja, maka apa yang direncanakan pemerintah untuk

mensejahterakan masyarakat akan tercapai dengan meningkatnya produksi

perusahaan baik kualitas maupun kuantitas.

Berdasarkan penjelasan Zaeni diatas dapat penulis simpulkan bahwa

dengan adanya keselamatan kerja maka akan menguntungkan semua pihak

yang terkait dengan pekerjaan tersebut. Pekerja, pemberi kerja, serta

pemerintah dan masyarakat akan mendapat keuntungannya masing-masing

sesuai dengan kapasitasnya.

D. Tinjauan Mengenai Kecelakaan Kerja

D.1 Tinjauan Umum Kecelakaan Kerja

11 Zaeni Ashyhadie I. 2008. Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Jakarta:PT.

Rajawali. Hal 94-95

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

22

Kecelakaan didefinisikan sebagai suatu kejadian yang tidak terduga ,

semula tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari

suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik bagi manusia atau harta

benda, sedangkan kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan

tidak diharapkan dan tidak terencana yang mengakibatkan luka, sakit,

kerugian baik bagi manusia, barang, maupun lingkungan.12

Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak

diharapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat

unsur kesengajaan. Tidak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai

kerugian material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai ke yang

paling berat. 13

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki

dan seringkali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik

waktu, harta benda, atau properti maupun korban jiwa yang terjadi didalam

proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. 14

Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaan kerja

adalah keadaan dimana suatu kejadian yang tidak diharapkan terjadi, sehingga

menimbulkan kerugian berupa kerugian waktu, harta benda, dan korban jiwa.

Kejadian tersebut dapat menimbulkan penderitaan bagi korbannya secara lahir

maupun batin. Dimana penderitaan tersebut terjadi dari yang paling ringan

sampai paling berat.

Kecelakaan kerja merupakan sebuah peristiwa yang tidak dikehendaki

oleh semua pihak, baik pemberi pekerja dan pekerja itu sendiri. Peristiwa

tersebut terjadi diluar kendali para pihak, dapat terjadi karena kesalahan dari

pekerja sendiri (huma eror) maupun terjadi karena tidak amannya lokasi kerja

tersebut. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut diperlukan

kehati-hatian dari pekerja dalam bekerja.

D.2 Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja

Menurut pendapat Zaeni terdapat 3 (tiga) jenis kecelakaan kerja, yaitu:15

12 http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertianfaktor- kecelakaan-kerja.html

diakses pada 15 Desember 2017 13 http://fauzalenviron.blogspot.co.id/p/kecelakaan-kerja.html. diakses pada 15 Desember 2017 14 Ibid

15 Zaeni Ashyhadie I. Op.cit. Hal 131

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

23

a. Golongan pertama, yang mengartikan kecelakaan kerja secara

sempit yaitu golongan yang hanya meliputi kecelakaan kerja yang

terjadi di perusahaan saja;

b. Golongan kedua, yang mengartikan kecelakaan kerja yang bukann

hanya terjadi diperusahaan saja, tetapi juga penyakit yang timbul

akibat hubungan kerja di perusahaan tempat bekerja;

c. Golongan ketiga, yang mengartikan kecelakaan kerja secara luas,

yaitu jenis kecelakaan kerja yang meliputi golongan pertama dan

golongan kedua ditambah keceelakan (lalu lintas) yang terjadi pada

saat pulang dan pergi ke tempat kerja, dengan melaui rute yang

biasa dilalui.

Menurut pendapat Manulang, yang dapat dikatakan kecelakaan kerja adalah

sebagai berikut:16

a. Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja atau lingkungan

tempat kerja;

b. Kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dan

pulang dari tempat kerja, sepanjang melalui perjalanan yang

wajar dan biasa dilewati setiap hari;

c. Kecelakaan terjadi ditempat lain dalam rangka tugas atau

secara langsung bersangkt paut dengan penugasan dan tidak

ada unsur kepentingan pribadi;

d. Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja.

Dari dua pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa yang

dikatakan sebagai kecelakaan kerja tidak hanya kecelakaan yang terjadi pada

jam kerja saja. Namun dapat juga terjadi diluar jam kerja, selama masih

berkaitan dengan pekerjaan pekerja tersebut. Kecelakaan yang terjadi pada

saat perjalanan menuju tempat kerja serta perjalanan pulang dari tempat kerja

juga dapat dikatakan sebagai kecelakaan kerja sepanjang melalui jalur yang

wajar dan biasa digunakan.

16 Sendjun H . Manulang. Op.cit. Hal 115

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

24

Tidak hanya itu, penyakit yang timbul akibat pekerjaan juga dapat

dikatakan kecelakaan kerja. Semisal seorang yang bekeja pada lingkungan

dengan tingkat radiasi yang tinggi, lalu menderita sakit yang diakibatkan oleh

radiasi tersebut maka ia dikatakan mengalami kecelakaan kerja. Hal ini

haruslah dibuktikan adanya hubungan langsung antara sakit yang dideritanya

dengan pekerjaan yang dilakukannya.

Menurut Ervianto dalam Salomi Wawuru dan Ferida Yuamita

mengatakan bahwa elemen-elemen yang patut dipertimbangkan dalam

mengembangkan dan mengimplementasikan program Kesehatan dan

Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut:

1. Komitmen perusahaan untuk mengembangkan program yang

mudah dilaksanakan;

2. Kebijakan pimpinan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

3. Ketentuan penciptaan lingkungan kerja yang menjamin terciptanya

K3 dalam bekerja;

4. Ketentuan pengawasan selama proyek berlangsung;

5. Pendelegasian wewenang yang cukup selama proyek berlangsung;

6. Ketentuan penyelenggaraan pelatihan dan pendidikan;

7. Pemeriksaan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja;

8. Melakukan penelusuran penyebab utama terjadinya kecelakaan

kerja;

9. Mengukur kinerja program keselamatan dan kesehatan kerja;

10. Pendokumentasian yang memadai dan pencacatan kecelakaan kerja

secara kontinu.17

Berdasar pada pendapat Ervianto tersebut maka penulis menyimpulkan

bahwa untuk dapat mengimplementasikan program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja maka diperlukan komitmen yang besar dalam perusahaan

untuk melaksanakannya. Hal ini dibuktikan dengan dibentuknya tim khusus

yang menangani Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada perusahaan tersebut.

17 Salomi Wawuru dan Ferida Yuamita. Analisis Faktor Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

yang Signifikan Mempengaruhi Kecelakaan Kerja Pada Proyek Pembangunan Apartemen Student

Castle. Jurnal Spektrum Industri. 2016. Vol. 14. No. 1. 1 – 108. Hal 64

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

25

Hal tersebut bertujuan agar pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

dapat berjalan sebagaimana mestinya guna menjamin hak-hak pekerja / buruh.

D.3 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja, yaitu

faktor teknis, faktor non teknis, dan faktor alam. Adapun penjelasan dari

faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:18

a. Faktor Teknis

1) Tempat Kerja

Tempat kerja harus memenuhi syarat keselamatan kerja, seperti

ukuran, ruangan tempat kerja, penerangan, ventilasi udara, suhu

tempat kerja, lantai dan kebersihan ruangan, kelistrikan ruangan,

pewarnaan, gudang dan lain sebagainya.

2) Kondisi Peralatan

Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung

bahaya dan menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya

karena mesin atau peralatan yagn berputar, bergerak, bergesekan,

bergeral bolak-balik, sabuk yang berjalan, roda gigi yang bergerak,

transmisi serta peralatan lainnya.

3) Bahan-Bahan dan Peralatan yang Bergerak

Pemindahan barang-barang yang berat atau berbahaya dari satu

tempat ketempat lain sangat memungkinkan terjadinya kecelakaan

kerja.

4) Transportasi

Kecelakaan kerja yang diakibatkan dari penggunaan alat

transportasi juga cukup banyak. Dari penggunaan alat yang tidak

tepat, beban yang berlebihan, jalan yang tidak baik, kecepatan

kendaraan yang berlebihan, penempatan beban yang tidak baik,

semuanya dapat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja.

b. Faktor Non Teknis

1) Ketidaktahuan;

18 http://www.definisi-pengertian.com. Loc.cit.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

26

2) Kemampuan yang kurang;

3) Keterampilan yang kurang;

4) Bermain-main;

5) Bekerja tanpa peralatan keselamatan.

c. Faktor Alam

1) Gempa Bumi;

2) Banjir;

3) Tsunami;

4) Putting Beliung.

Faktor-faktor yang telah disebutkan diatas merupakan faktor-faktor

yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Faktor-faktor tersebut

dapat berupa faktor teknis, faktor non teknis, dan faktor alam. Faktor teknis

merupakan faktor yang terkait langsung dengan pekerjaan yang dilakukan oleh

pekerja. Sedangkan faktor non teknis merupakan faktor yang bersumber dari

diri pekerja itu sendiri. Faktor alam adalah faktor yang diakibatkan oleh

bencana alam itu sendiri.

Faktor teknis dan faktor non teknis menurut penulis adalah faktor yang

dapat dihindari. Pekerja harus memiliki pemahaman yang memadai terkait

resiko-resiko dari pekerjaannya, sehingga dapat mencegah agar resiko tersebut

tidak terjadi. Dalam bekerja pekerja juga harus berhati-hati sehingga

meminimalisir resiko yang dapat timbul dari pekerjaannya tersebut.

D.4 Kerugian yang Ditimbulkan oleh Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja dapat menyebabkan kerugian. Kerugian-kerugian

tersebut terdiri atas:19

1) Kerusakan, merupakan kerugian yang berdampak pada peralatan atau

mesin yang digunaka dalam kerja atau pada hasil produksi;

2) Kekacauan organisasi, merupakan kerugian yang berdampak karena

adanya keterlambatan proses, pengantian alat atau tenaga kerja baru;

19 Salomi Wawuru dan Ferida Yuamita. Op.Cit. Hal 66

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

27

3) Keluhan dan kesedihan, merupakan kerugian non material yang

diderita oleh tenaga kerja namu lebih cenderung pada kerugian yang

bersifat psikis;

4) Kelainan dan cacat, merupaka kerugian yang diderita tenaga kerja

secara fisik, bisa berupa sakit yang terobati atau yang lebih fatal adalah

kelainan dan cacat;

5) Kematian, merupakan kerugian yang menduduki posisi puncak

terhadap fisik dan psikis tenaga kerja.

D.5 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yakni

sebagai berikut:20

1) Peraturan Perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan,

konstruksi, perawatan/pemeliharaan, pengawasan, pengujian dan

cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh,

latihan, supervisi medis, PPPK, dan pemeliharaan kesehatan;

2) Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi

atau tidak resmi, misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat

keselamatan jenis peralaan industri tertentu, praktik keselamatan,

atau peralatan perlindugan diri;

3) Pengawasan, tentang dipatuhinya ketentun perundangan yang

diwajibkan;

4) Penelitian bersifat teknis, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan

yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian

alat perlindungan diri;

5) Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek

fisiologis dan patologis faktor lingkungan, teknologis, dan keadaan

fisik yang mengakibatkan kecelakaan;

6) Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola kejiwaan

yang meyebabkan terjadinya kecelakaan;

20 Ibid. Hal 64

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

28

7) Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis kecelakaan yang

terjadi, dalam pekerjaan apa dan sebab-sebabnya;

8) Pendidikan, yang menyangkut tentang pendidikan keselamatan

dalam kurikulum teknik sekolah perniagaan atau kursus

pertukangan;

9) Pengarahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau

pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat;

10) Asuransi, yaitu insentif financial untuk mningkatkan pencegahan

kecelakaan kerja, misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang

dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan

sangat baik;

11) Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan

ukura utama efektif tidaknya peneraapan keselamatan kerja. Pada

perusahaan kecelakaan terjadi, sedangkan pola kecelakaan pada

suatu perusahaan sangat tergantung pada tingkat kesadaran atau

keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.

Dengan memperhatikan faktor-faktor yang dapat mencegah terjadinya

kecelakan kerja tersebut tentunya diharapkan tidak ada kecelakan kerja yang

terjadi. Faktor-faktor diatas melibatkan diri para pekerja sendiri dan

lingkungan sekitarnya. Dimana pendidikan dan pengarahan terkait resiko

pekerjaan yang dijalani sangat berperan. Apabila pekerja telah memahi dengan

benar pekerjaan yang dilakukannya dan resikonya melalui pendidikan dan

pengarahan dari yang berkompeten pada bidang tersebut tentunya dapat

menekan angka kecelakaan kerja yang terjadi.

E. Tinjauan Mengenai Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat keselamatan yang

digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari

kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya lingkungan kerja terhadap

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 21

21 http://belajark3.com/alat-pelindung-diri/, diakses pada 15 Desember 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

29

Berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi dari kontak dengan potensi

bahaya, terdapat beberapa macam alat pelindung diri, antara lain:22

a. Alat Pelindung Kepala

Pemakaian alat ini bertujuan untuk melindungi kepala dari terbentur

dan terpukul yang dapat menyebabkan luka juga melindungi kepala

dari panas, radiasi, api dan bahan-bahan kimia berbahaya serta

melindungi agar rambut tidak terjerat dalam mesin yang berputar.

b. Alat Pelindung Mata

Kaca mata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari

kemungkinan kontak bahaya karena percikan atau kemasukan debu,

gas, uap, cairan korosif, partikel melayang, atau terkena radiasi

gelombang elektromagnetik.

c. Alat Pelindung Telinga

Selain berguna untuk melindungi pemakainya dari bahaya percikan api

atau logam panas, alat ini juga bekerja untuk mengurangi intensitas

suara yang masuk kedalam telinga.

d. Alat Pelindung Pernafasam

Alat yang berfungsi untuk melindungi pernafasan terhadap gas, uap,

debu, atau udara yang terkontaminasi di tempat kerja yang bersifat

racun, korosi maupun rangsangan.

e. Alat Pelindung Kaki

Alat ini beerguna untuk melinndungi kaki dari benda-benda tajam,

larutan kimia, benda panas dan konta listrik.

f. Pakaian Pelindung

Alat pelindung ini berguna untuk melindungi seluruh tubuh dari

percikan api, panas, dingin, cairan kimia dan oli. Pakaian pelindung

dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh pemakainya

yaitu mulai dari daerah dada sampai lutut, atau overall yaitu menutupi

seluruh tubuh. Aprin dapat terbuat dari kain drill, kulit, plastik, PVC,

karet, asbes, atau kain yang dilapisi aluminium. Apron tidak boleh

digunakan ditempat kerja dimana terdapat mesin yang berputar.

g. Sabuk Pengaman

22 Ibid

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

30

Alat pelindungi ini digunakan untuk melindungi tubuh dari

kemungkinan jatuh dari ketinggian, seperti pekerjaan mendaki,

memanjat pada pekerjaan konstruksi bangunan.

Berdasarkan pedoman penerapan SMK3 Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Republik Indonesia Nomor: PER.05/MEN/1996 Sistem Manajemen K3

didalam suatu perusahaan diarahkan kepada kemandirian perusahaan dan

sangat bergantung dari rasa tanggung jawab manajemen dan tenaga kerja

terhadap tugas dan kewajiban masingmasing serta upaya-upaya untuk

menciptakan cara kerja dan kondisi kerja yang selamat. Mekanisme operasi

rutin dibuat sedemikian rupa telah diatur melalui sesuatu mekanisme yang

konsisten, maka tenaga kerja akan berlaku sebagaimana aturan yang telah

dibuat dan peluang penyimpangan dapat diperkecil, peluang penyimpangan

sangat berarti bagi pengendalian kemungkinan kecelakaan kerja oleh faktor

manusia.

Alat pelindung Diri (APD) Alat pelindung diri terdiri dari beberapa

jenis berdasarkan fungsinya, antara lain:

a. Topi Pelindung (Safety Helmet)

Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindug kepala, dan

sudah merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk

mengunakannya dengar benar sesuai peraturan;

b. Pelindung Mata (safety Glasses)

Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu,

batu, atau serpih besi yang beterbangan di tiup angin.Mengingat

partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak

terlihat oleh mata;

c. Masker Pelindung (safety Mask)

Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi

mengingat kondisi lokasi proyek itu sediri.Berbagai material konstruksi

berukuran besar sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu

kegiatan, misalnya serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong,

mengampelas, mengerut kayu;

d. Penutup Telinga Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari

bunyi-bunyi yang dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Tenaga Kerjaeprints.umm.ac.id/39543/3/BAB II.pdfdibuat dalam perjanjian kerja. A.2. Hak dan Kewajiban Tenaga Kerja Hak dan kewajiban tenaga

31

yang cukup keras dan bising.Terkadang efeknya buat jangka panjang,

bila setiap hari mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini;

e. Sarung Tangan

Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan.

Tujuan utama penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan

dari benda-benda keras dab tajam selama menjalankan kegiatannya;

f. Jas Hujan (Rain Coat

Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja

pada waktu hujan atau sedang mencuci alat).;

g. Tali Pengaman (Safety Harness)

Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada

ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib

mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama talai

penganman ini dalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja

pada saat bekerja;

h. Sepatu kerja (safety shoes)

Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap

kaki.Setiap pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang

tebal supaya bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh

benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah;

i. Pakaian kerja

Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia

terhadap pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai

badan.23

Alat-alat pelindung diri tersebut haruslah dipergunakan oleh pekerja

sesuai dengan kebutuhannya pada tempat kerja. Pekerja maupun pemberi kerja

haruslah memperhatikan keselamatan dalam bekerja sehingga tidak timbul

kecelakaan kerja. Apabila pemberi kerja memberikan fasilitas berupa alat-alat

pelindung diri serta pekerja patuh untuk menggunakannya, tentunya resiko

akan kecelakaan kerja dapat diminimalisir.

23 Dameyanti Sihombing D. R. O. Walangitan, Pingkan A. K. Pratasis. Op.Cit. Hal 127