bab ii tinjauan pustaka a. teori dan konsep terkait 1...

29
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1. Praktek Perawatan Payudara Menurut Purwanto (1999), perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Perilaku sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri seseorang dan tidak dapat diamati secara langsung oleh orang lain. Perilaku hanya sebatas sikap, belum ada tindakan nyata. Menurut Yetty Zein (2005), menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu : a. Faktor Predisposisi Termasuk didalamnya adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai budaya, dan motivasi. 1) Pengetahuan Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pada umumnya ibu yang hamil atau pernah hamil menganggap bahwa perawatan payudara selama tidak perlu dilakukan atau tidak boleh dilakukan, karena mereka menganggap bahwa jika bayi lahir maka ASI akan keluar dengan sendirinya. Dan 9

Upload: lynhi

Post on 04-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori dan Konsep Terkait

1. Praktek Perawatan Payudara

Menurut Purwanto (1999), perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari

manusia yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya. Perilaku sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri seseorang dan

tidak dapat diamati secara langsung oleh orang lain. Perilaku hanya sebatas

sikap, belum ada tindakan nyata.

Menurut Yetty Zein (2005), menyatakan bahwa perilaku kesehatan

dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu :

a. Faktor Predisposisi

Termasuk didalamnya adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, nilai

budaya, dan motivasi.

1) Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain.

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang. Pada umumnya ibu yang hamil atau

pernah hamil menganggap bahwa perawatan payudara selama tidak

perlu dilakukan atau tidak boleh dilakukan, karena mereka menganggap

bahwa jika bayi lahir maka ASI akan keluar dengan sendirinya. Dan

9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

apabila ada masalah sehubungan dengan laktasi, pada awal masa

menyusui, maka hal tersebut adalah wajar dan perlu dikhawatirkan dan

diantisipasi.

2) Sikap

Mempengaruhi perilaku karena sikap merupakan kesiapan

berespon atau bertindak. Bila ibu bersikap kurang baik sehubungan

dengan perawatan payudara selama hamil maka hal tersebut dapat

berpengaruh terhadap perilaku yang muncul. Untuk itu sikap ibu

sehubungan dengan perawatan payudara selama hamil harus

diperhatikan oleh petugas kesehatan.

3) Nilai Budaya

Individu lahir diantara kelompok, yaitu keluarga dan masyarakat.

Hal ini membuat kemungkinan adanya suatu norma atau aturan yang

diharapkan akan memunculkan perilaku yang normatif atau sesuai

dengan ketentuan yang telah dibuat.

4) Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, nenek.

Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa

adanya pembuktian terlebih dahulu. Masyarakat yang mempercayai

suatu keyakinan tertentu, maka dalam menghadapi suatu perilaku

kesehatan akan berpengaruh terhadap status kesehatannya.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

5) Motivasi

Mempengaruhi perilaku karena motivasi aadalah dorongan dalam

diri seseorang untuk melakukaan kegiatan tertentu. Setiap perilaku pada

hakekatnya mempunyai motif tertentu.

b. Faktor Pendukung (Enabling Factors)

Faktor pendukung disini adalah ketersediaan sumber-sumber dan

fasilitas yang memadai. Sumber-sumber dan fasilitas tersebut sebagian

harus digali dan dikembangkan dari masyarakat itu sendiri. Faktor

pendukung ada dua macam yaitu fasilitas fisik dan fasilitas umum. Fasilitas

fisik yaitu fasilitas-fasilitas atau sarana kesehatan, misalnya puskesmas,

obat-obatan, alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. Sedangkan fasilitas

umum yaitu media informasi, misalnya TV, koran, majalah.

c. Faktor Penguat

Meliputi sikap dan perilaku petugas. Semua petugas kesehatan, baik

dilihat dari jenis dan tingkatnya pada dasarnya adalah pendidikan kesehatan.

Petugas kesehatan harus memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan

nilai-nilai kesehatan.

Perilaku erat hubungannya dengan kesehatan. Tingkat kesehatan,

keselamatan, serta kehidupan seseorang banyak ditentukan oleh faktor

perilaku. Perilaku mempunyai andil nomor dua setelah lingkungan, terhadap

status kesehatan. Sedangkan perilaku kesehatan juga dipengaruhi beberapa

faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor penguat.

Strategi pendekatan yang digunakan untuk mengkondisikan faktor

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

predisposisi adalah komunikasi dan dinamika kelompok. Dinamika

kelompok adalah salah satu metode pendidikan kesehatan yang efektif

untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada sasaran pendidikan.

Faktor pendorong meliputi sikap dan perilaku petugas. Selain itu petugas -

petugas lain atau tokoh masyarakat merupakan panutan perilaku termasuk

perilaku kesehatan

Perawatan payudara selama hamil (Prenatal BreastCare) adalah perlakuan

yang diberikan kepada payudara untuk persiapan menyusui dengan tujuan untuk

memudahkan bayi menghisap ASI, untuk menjaga kesehatan payudara, sehingga

mencegah gangguan yang bisa timbul selama menyusui, dan yang dilakukan

setelah 6 bulan usia kehamilan (Manuaba, 1998).

Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian penting

yang harus ibu perhatikan sebagai persiapan untuk menyusui nantinya. Saat

kehamilan payudara akan membesar dan daerah sekitar putting susu akan lebih

gelap warnanya dan juga sensitive. Semua ini terjadi untuk persiapan tubuh ibu

hamil untuk memberikan makanan pada bayinya kelak. Perawatan payudara

selama kehamilan sebaiknya dilakukan mulai umur kehamilan 6 bulan, karena

dapat mengetahui kelainan yang terdapat pada payudara.

Menurut Ilyas (1995), tujuan dilakukannya perawatan payudara selama

hamil, antara lain:

a. Memelihara kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

b. Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi

untuk menyusu.

c. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak dan

lancar.

d. Mengeluarkan puting susu yang masuk ke dalam ( Retracted Nipple ).

e. Mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan melakukan upaya

untuk mengatasinya.

f. Mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui.

Perawatan payudara sebelum melahirkan mempunyai banyak manfaat

untuk ibu. Perawatan payudara sangat penting dilakukan karena payudara

merupakan satu – satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi

yang baru lahir. Ibu juga harus dipersiapkan secara fisik maupun psikologis

untuk menyusui. Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan

sangat berarti, karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus sudah ada

pada saat kehamilan.

Berikut ini perawatan payudara yang bisa dilakukan pada ibu hamil, yaitu

(Anwar, 2005, Perawatan Payudara selama hamil, ¶5,

http://www.asysyariah.com, diperoleh tanggal 18 September 2006 ).

a. Umur kehamilan 3 Bulan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

Periksa puting susu untuk mengetahui apakah puting susu datar atau

masuk ke dalam dengan cara memijat dasar puting susu secara perlahan.

Puting susu yang normal akan menonjol keluar.

b. Umur Kehamilan 6-9 Bulan

Teknik perawatan payudara selama hamil, antara lain :

1) Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa atau baby oil.

2) Puting susu sampai areola mammae (daerah sekitar putting dengan cara

lebih gelap) dikompres dengan menempelkan kapas yang dibasahi

minyak kelapa selama 2-3 menit. Tujuannya untuk memperlunak

kotoran atau kerak yang menempel pada putting susu sehingga mudah

dibersihkan. Jangan membersihkan putting dengan alcohol, sabun atau

yang lainnya yang bersifat iritasi, karena dapat menyebabkan putting

susu lecet.

3) Kedua putting susu dipegang lalu ditarik, diputar ke arah dalam dan ke

arah luar (searah dan berlawanan jarum jam).

4) Pangkal payudara dipegang dengan kedua tangan, lalu diurat ke arah

putting susu sebanyak 20-30 kali.

5) Pijat daerah areola mammae sehingga keluar cairan 1-2 tetes untuk

memastikan putting susu tidak tersumbat

6) Bersihkan putting susu dan sekitarnya dengan handuk yang kering dan

bersih.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

7) Pakailah BH yang tidak ketat dan bersifat menopang payudara, jangan

memakai BH yang ketat dan menekan payudara.

8) Jika putting susu datar atau tertarik ke dalam, cara merawatnya adalah

sebagai berikut :

a) Letakkan kedua ibu jari diatas dan di bawah putting susu.

b) Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua ibu jari ke

arah bawah sebanyak 20 kali.

c) Letakkan kedua ibu jari di samping kiri dan disamping kanan

putting.

d) Regangkan daerah areola dengan menggerakkan kedua ibu jari ke

arah kiri dan kanan sebanyak 20 kali.

Lakukan 2 kali sehari sejak usia kehamilan 3 bulan. Selain dengan cara

menarik putting ke arah kiri dan kanan, putting yang mendelep juga dapat diatasi

dengan penyedot payudara.

Menurut King (1991), hal-hal yang perlu diperhatikan dan selama

melakukan perawatan payudara selama hamil :

a. Kuku tidak boleh panjang dan tajam, karena akan mengakibatkan luka pada

payudara bila ibu kurang hati-hati

b. Tangan dan jari tangan harus bersih

c. Dalam melakukan perawatan harus dalam suasana santai, misal setelah

mandi sore / malam hari sebelum tidur

d. Jangan melakukan perawatan payudara secara berlebihan. Jika ditemukan

kelainan, segera periksa ke dokter.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

e. Lakukan perawatan payudara secara rutin. Perawatan payudara selama

hamil dilakukan sehari satu kali sebelum mandi.

2. Pengetahuan ( knowledge )

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris

khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa

arti atau manfaat perilaku bagi dirinya atau keluarganya. Misalnya, seorang ibu

akan melakukan perawatan payudara selama hamil apabila ia tahu apa tujuan

dan manfaatnya bagi kesehatan atau bayinya, dan apa akibatnya bila tidak

melakukan perawatan payudara selama hamil. Pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior).

Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng.

Menurut Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi

proses yang berurutan, yakni :

a) Awareness ( kesadaran ), yaitu individu menyadari adanya stimulus

b) Interest (terarah, individu mulai tertarik pada stimulus)

c) Evaluation (menimbang-nimbang), individu menimbang-nimbang tentang

baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya. Hal ini berarti sikap respon sudah

lebih baik lagi.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

d) Trial (mencoba), individu sudah mulai mencoba perilaku baru.

e) Adaption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap

dan kesadarannya terhadap stimulus.

Perubahan perilaku pada seseorang tidak selalu melewati tahap-tahap

diatas, sehingga umumnya perilaku baru tersebut tidak langgeng. Apabila

perubahan perilaku baru pada seseorang melalui tahap-tahap diatas, dan didasari

oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku baru

tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari

oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Contohnya,

ibu-ibu melakukan perawatan payudara sebelum melahirkan karena diperintah

oleh petugas kesehatan tanpa mengetahui makna dan tujuan dari perawatan

payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan hal

tersebut lagi setelah beberapa saat perintah tersebut diterima.

Menurut Sunaryo (2004), tingkatan pengetahuan di dalam domain

kognitif, mencakup 6 tingkatan :

a) Tahu (Know)

Tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu artinya

dapat mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Ukuran bahwa ia tahu dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan dan menyatakan.

Contoh : Dapat menyebutkan 3 manfaat perawatan payudara saat hamil,

dapat menguraikan bahan yang digunakan pada pelaksanaan perawatan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

payudara saat hamil, dapat mendefinisikan arti perawatan payudara selama

hamil, dapat menyatakan tujuan dilakukan perawatan payudara.

b) Memahami (Comprehension)

Memahami artinya kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang

yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberi

contoh, dan menyimpulkan.

Contoh : Jelaskan manfaat mengompres putting dengan minyak, berikan

contoh hal-hal yang mengganggu proses menyusui, ibu-ibu dapat

menyimpulkan hasil pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara

selama hamil.

c) Aplikasi (Aplication)

Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum,

rumus, metode dalam situasi nyata.

Contoh : Ibu-ibu dapat mempraktekan cara perawatan payudara selama

hamil dengan baik.

d) Analisis (Analysis)

Analisis artinya kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam

bagian-bagian lebih kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek

tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia

dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

e) Sintesis (Synthesis)

Yaitu suatu kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian di

dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran

kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan

menyesuaikan suatu teori yang telah ada. Contoh : Ibu-ibu dapat

merencanakan perawatan payudara selama hamil.

f) Evaluasi (Evaluation)

Yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu obyek.

Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun sendiri.

Contoh : seorang ibu dapat membedakan perawatan payudara yang baik dan

benar pada saat hamil.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara langsung

atau dengan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

responden atau subjek penelitian. Kedalaman pengetahuan responden yang ingin

kita ketahui atau kita ukur, dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan

diatas.

Menurut Warijan, pengukuran tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi 3

macam yaitu :

Kategori baik (80-100 %) dari total nilai jawaban yang benar

Kategori cukup (65-79 %) dari total jawaban yang benar

Kategori kurang (< 65 %) dari total jawaban yang benar

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

3. Sikap ( Attitude )

Menurut Sunaryo (2004), sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap

stimulus atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga

manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat langsung

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap masih merupakan

reaksi yang tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang

terbuka. Sikap merupakan kesiapan seseorang untuk bereaksi atau berespon

terhadap objek atau stimulus. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya

dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Suatu

sikap pada diri individu belum tentu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Agar

sikap terwujud dalam suatu perilaku nyata, diperlukan faktor pendukung dan

fasilitas. Contoh : Sikap ibu yang positif terhadap perawatan payudara selama

hamil harus mendapatkan dukungan dari suaminya dan tersedianya fasilitas yang

mudah didapat, sehingga ibu bersedia melakukan perawatan payudara sebelum

melahirkan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

Menurut Yetty Zein (2005), sikap mempunyai 3 komponen yang

membentuk struktur sikap dan ketiganya saling menunjang, yaitu :

a. Komponen kognitif ( komponen perceptual )

Berisi kepercayaan, yang berhubungan dengan hal-hal bagaimana

individu mempersepsikan terhadap objek sikap, dengan apa yang dilihat dan

diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman

pribadi.

b. Komponen afektif ( komponen emosional )

Komponen ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu

atau evaluasi terhadap objek sikap, baik yang positif maupun negatif.

c. Komponen konatif ( komponen perilaku )

Yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau

kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Ketiga

komponen tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi menunjukkan manusia

merupakan suatu sistem kognitif. Ini berarti bahwa yang dipikirkan

seseorang tidak akan terlepas dari perasaannya. Pengetahuan dan perasaan

merupakan bagian dari sikap yang akan menghasilkan tingkah laku tertentu.

Komponen afeksi memiliki penilaian emosional yang dapat bersifat positif

atau negatif. Berdasarkan penilaian ini maka terjadilah kecenderungan untuk

bertingkah laku hati-hati. Misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

perawatan payudara selama hamil (manfaatnya, caranya, dan sebagainya),

pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha untuk

melakukan perawatan payudara.

Menurut Notoatmodjo (1997), sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan,

yaitu :

a. Menerima ( receiving )

Menerima diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus yang

diberikan. Contoh : Sikap ibu terhadap perawatan payudara selama hamil

dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian ibu terhadap pendidikan

kesehatan tentang perawatan payudara selama hamil.

b. Merespons ( responding )

Memberikan jawaban apabila datanya, mengerjakan dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang

menerima ide tersebut.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

c. Menghargai ( valuing )

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya : seorang ibu yang

mengajak ibu yang lain untuk melakukan perawatan payudara selama hamil,

adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif

terhadap perawatan payudara selama hamil.

d. Bertanggung jawab ( responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misal : seorang ibu mau

melakukan perawatan payudara selama hamil, meskipun ditentang oleh

suaminya.

Setelah individu mendapat stimulus dari lingkungannya, maka individu

tersebut akan bereaksi atau berespon terhadap objek tersebut. Sebelum individu

tersebut bersikap terhadap objek tertentu, maka akan melalui tahapan-tahapan

diatas. Tindakan yang diawali dengan melalui proses yang cukup kompleks akan

bersifat langgeng. Semua proses ini sifatnya tertutup sebagai dasar pembentukan

suatu sikap yang akhirnya akan terjadi tindakan yang terbuka, dan inilah yang

disebut tingkah laku.

Menurut Sunaryo (2004), ada empat hal penting yang menjadi determinan

( faktor penentu ) sikap individu, yaitu :

a. Faktor Fisiologis

Faktor yang penting adalah umur dan kesehatan, yang menentukan sikap

individu. Contoh : orang muda umumnya bersikap kurang perhitungan

dengan akal dibandingkan dengan orang tua yang penuh kehati-hatian.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

b. Faktor pengalaman langsung terhadap objek sikap

Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap,

berpengaruh terhadap sikap individu terhadap obyek sikap tersebut.

Misal : pasien yang pernah dirawat dengan baik oleh seorang perawat, akan

menaruh sikap positif terhadap perawat.

c. Faktor kerangka acuan

Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap, akan menimbulkan

sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut. Misal individu yang

meyakini bahwa hubungan seksual dengan pacar sebelum nikah adakah

tidak sesuai dengan norma masyarakat dan agama. Oleh karena itu, individu

tersebut tidak akan melakukan hal tersebut sebelum melaksanakan

perkawinan (bersikap negatif).

d. Faktor komunikasi sosial

Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan perubahan sikap

pada diri individu tersebut. Misalnya ibu mendengar informasi dari TV

tentang perawatan payudara selama hamil sangat bermanfaat, maka sikap

ibu terhadap perawatan payudara selama hamil positif.

Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dapat dipelajari dan dibentuk

berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam

hubungan dengan objek. Faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar

individu, dapat mempengaruhi pembentukan sikap individu. Faktor yang berasal

dari dalam individu antara lain umur, kesehatan, dan pengalaman langsung dari

individu. Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu antara lain informasi,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

kerangka acuan. Kedua faktor tersebut dapat menjadi faktor penentu sikap

individu terhadap objek atau stimulus.

Menurut Sunaryo (2004), faktor yang mempengaruhi pembentukan dan

pengubahan sikap, yaitu :

a. Faktor Internal

Faktor ini berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu

menerima, mengolah dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar,

serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Faktor

individu merupakan faktor penentu pembentukan sikap. Faktor intern ini

menyangkut motif dan sikap yang bekerja dalam diri individu pada saat

sakit, serta yang mengarahkan minat dan perhatian (faktor psikologis), juga

perasaan sakit, lapar dan haus (faktor fisiologis).

b. Faktor Eksternal

Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membentuk dan

mengubah sikap. Stimulus dapat bersifat langsung, misal individu dengan

individu atau dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu

melalui perantara, seperti alat komunikasi dan media massa. Contoh :

pengalaman yang diperoleh individu, situasi yang dihadapi individu, norma

dalam masyarakat, hambatan dan pendorong yang dihadapi individu dalam

masyarakat.

Sikap dapat berubah – ubah dalam situasi yang memenuhi syarat,

sehingga dapat dipelajari. Sebagaimana telah diketahui bahwa sikap tidak

dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman

individu sepanjang perkembangan selama hidupnya. Pada manusia sebagai

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

makhluk sosial, pembentukan sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia

satu dengan yang lain (eksternal). Faktor yang berasal dari luar individu antara

lain : pengalaman individu, situasi yang dihadapi, norma dalam masyarakat,

hambatan dan pendorong yang dihadapi individu. Disamping itu, manusia juga

sebagai makhluk individual sehingga apa yang datang dari dalam dirinya

(internal), juga mempengaruhi pembentukan sikap. Faktor yang berasal dari

dalam individu yaitu fisiologis, psikologis, dan motif yang ada dalam diri

individu.

Menurut Sunaryo (2004), pengukuran sikap dibedakan menjadi 2 macam

cara yaitu :

a. Secara langsung

Dengan cara ini, subjek secara langsung dinilai pendapat bagaimana

sikapnya terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapkan kepadanya. Jenis

pengukuran sikap secara langsung yaitu :

1) Langsung berstruktur

Cara ini mengukur sikap dengan menggunakan pertanyaan yang telah

disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan

langsung diberikan kepad subjek yang diteliti.

2) Langsung tidak berstruktur

Cara ini merupakan pengukuran sikap yang sederhana dan tidak

diperlukan persiapan yang mendalam, misal pengamatan langsung atau

survei, mengukur sikap dengan wawancara bebas / free interview.

b. Secara tidak langsung

Cara pengukuran sikap dengan menggunakan tes.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

4. Motivasi

Menurut Monica (1998), motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri

seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan

tertentu guna mencapai suatu tujuan. Setiap perilaku manusia pada hakekatnya

mempunyai motif tertentu, termasuk perilaku secara refleks dan yang

berlangsung secara otomatis, mempunyai maksud tertentu walaupun maksud itu

tidak selalu disadari oleh manusia dengan lebih sempurna. Motif manusia

merupakan dorongan, keinginan, dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari

dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif memberi arah dan tujuan

kepada perilaku manusia, juga kegiatan yang dilakukan setiap hari. Motif timbul

karena adanya ketidakseimbangan dalam diri individu. Akibat

ketidakseimbangan itu, akan menimbulkan kebutuhan untuk segera dipenuhi

sehingga terjadi keseimbangan atau homeostasis. Dan cara untuk memenuhi

keseimbangan itu adalah manusia harus berperilaku.

Motivasi sendiri bukan merupakan suatu kekuatan netral, atau kekuatan

yang kebal terhadap pengaruh faktor-faktor lain, misalnya pengalamam masa

lampau, taraf intelegensi, kemampuan fisik, situasi lingkungan, cita – cita hidup,

dan sebagainya. Makin intelegensi dan berpendidikan seseorang, akan semakin

baik perbuatannya dan secara sadar pula melakukan perbuatan untuk memenuhi

kebutuhan tersebut.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

Menurut Notoatmodjo (2003), motivasi dibedakan menjadi 3 macam yaitu

:

a. Motivasi intrinsik

Yaitu motivasi yang datangnya dari dalam diri individu dan

dipengaruhi sesuatu, seperti : kepribadian, sikap, pengalaman, pendidikan,

dan cita-cita.

b. Motivasi ekstrinsik

Yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu dan dipengaruhi

segala sesuatu / pendorong dari luar, seperti orang tua, saudara dan

lingkungan sekitar.

c. Motivasi terdesak

Yaitu muncul dari kondisi terjepit dan munculnya serentak serta

menghentak dan cepat sekali. Misalnya : motivasi untuk melepaskan diri

dari bahaya, untuk melawan, mengatasi rintangan.

Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu atau datang dari

lingkungan. Motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang dari dalam diri

sendiri (motivasi intrinsik), bukan pengaruh lingkungan (motivasi ekstrinsik).

Perilaku yang dilakukan dengan motivasi ekstrinsik penuh dengan kekhawatiran,

kesangsian apabila tidak tercapai. Motivasi juga dapat timbul pada saat individu

dalam kondisi terjepit dan munculnya secara tiba-tiba. Setelah kondisi tersebut

dapat diatasi, motivasi yang sudah terpenuhi tidak akan muncul lagi. Motivasi /

upaya untuk memenuhi kebutuhan pada seseorang dapat dipakai sebagai alat

untuk mengarahkan seseorang untuk giat melakukan tugas kewajibannya tanpa

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

harus diperintah dan diawasi. Kesulitannya, adalah untuk mengenali dan

memahami pada jenjang kebutuhan yang mana ia berada, sebab kebutuhan yang

sudah terpenuhi tidak lagi menjadi motivasinya.

Menurut Sunaryo (2004), secara umum motif terbagi menjadi 2 macam

yaitu :

a. Motif primer atau motif dasar

Yaitu motif yang tidak dapat dipelajari karena berbentuk insting dan

untuk mempertahankan hidup serta mengembangkan keturunan. Motif ini

sering disebut drive.

Contoh : Dorongan umum, seperti takut, ingin tahu, dan kasih sayang.

b. Motif sekunder

Yaitu motif yang dapat dimodifikasi, dikembangkan, dan dipelajari

seiring dengan pengalaman yang diperoleh individu.

Contoh : Motif menjadi perawat yang profesional, motif mencapai sukses,

belajar, berprestasi, dan bekerja.

Ada dua motif dasar yang menggerakkan seseorang untuk berperilaku

yaitu motif primer dan sekunder. Motif primer biasanya berhubungan dengan

keperluan, kebutuhan untuk mempertahankan hidup dengan kepuasan yang

tercapai berkaitan dengan azas – azas biologis. Motif primer bercorak universal

dan kurang terikat dengan lingkungan. Sedangkan motif sekunder adalah moif

yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungan dimana individu tersebut

tinggal. Motif sekunder tidak berkembang dengan sendirinya, tetapi berdasarkan

interaksi sosial dengan orang lain.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

Agar seseorang mau dan bersedia melakukan seperti yang diharapkan,

kadangkala perlu disediakan perangsang (incentive). Menurut Notoatmodjo

(1997), untuk meningkatkan motivasi berperilaku individu dapat dilakukan

dengan 4 cara sebagai berikut :

a. Memberi hadiah dalam bentuk penghargaan, pujian, piagam, hadiah, promosi

pendidikan, dan jabatan.

b. Kompetisi atau persaingan yang sehat.

c. Memperjelas tujuan atau menciptakan tujuan antara (pace making).

d. Memberi informasi keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan, untuk

mendorong agar lebih berhasil.

Manusia sifatnya unik, sehingga untuk memotivasi satu dengan yang

lainnya tidak sama. Melalui pemahaman tentang hierarki kebutuhan Maslow,

kita dapat mengetahui jenis – jenis motivator. Individu memiliki hierarki

kebutuhan yang menentukan tindakannya. Sekali kebutuhan paling dasar

dipuaskan, individu akan termotivasi untuk mencapai kebutuhan berikutnya.

Dengan diberikan perangsang (incentive), akan dapat meningkatkan motivasi

pada individu untuk berperilaku.

Menurut Sunaryo (2004), ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk

memotivasi seseorang, yaitu :

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

a. Memotivasi dengan kekerasan ( motivating by force )

Yaitu cara memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman, agar

individu yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan.

Contohnya seorang komandan mengancam akn memberikan hukuman pada

anak buahnya apabila tidak disiplin.

b. Memotivasi dengan bujukan ( motivating by enticement )

Yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar

melakukan sesuatu sesuai harapan yang memberikan motivasi. Contohnya

mahasiswa yang berprestasi akan diberikan hadiah oleh pendidikan berupa

bebas membayar SPP selama 2 semester.

c. Memotivasi dengan identifikasi

Yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran sehingga individu

berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya

sendiri dalam mencapai sesuatu. Contohnya seorang mahasiswa belajar giat

karena termotivasi ingin mendapatkan nilai yang bagus dan yang memetik

hasilnya adalah diri sendiri.

Selain dengan memberikan perangsang atau incentive untuk meningkatkan

motivasi seseorang, motivasi juga dapat ditingkatkan dengan cara kekerasan,

dengan bujukan, dan identifikasi. Memotivasi dengan kekerasan adalah cara

yang kurang efektif karena dengan cara ini, individu akan berperilaku sesuai

yang diinginkan oleh yang memberi motivasi. Tapi setelah ancaman itu tidak

ada maka motivasi akan menurun. Memotivasi dengan bujukan adalah cara yang

cukup efektif karena dengan diberi hadiah, seseorang termotivasi untuk

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

berperilaku. Tapi cara ini kelemahannya adalah jika tidak ada imbalan hadiah

maka motivasi seseorang menurun. Sedangkan memotivasi dengan identifikasi

merupakan cara yang paling efektif. Dalam hal ini individu telah mempunyai

kesadaran yang timbul dari dalam dirinya, sehingga untuk mencapai sesuatu

individu tidak perlu perangsang.

Menurut Purwanto (1999), pada umumnya ada dua cara untuk mengukur

motivasi, yaitu :

a. Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan dorongan

dalam diri seseorang.

b. Mengukur aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi ungkapan

dari motif tertentu.

Ada tidaknya motivasi dalam diri seseorang dapat juga disimpulkan dari

tingkah lakunya, misalnya kekuatan tenaga yang ia keluarkan (usahanya),

frekuensinya, kecepatan reaksinya, tema pembicaraannya, impian-impiannya.

Motivasi merupakan tenaga penggerak dan kadang dilakukan dengan

mengesampingkan hal – hal yang dianggap kurang bermanfaat dalam mencapai

tujuan. Dengan motivasi manusia akan lebih cepat dan bersungguh-sungguh

dalam melakukan kegiatan. Suatu motivasi murni adalah motivasi yang disadari

akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan sebagai suatu kebutuhan.

Menurut Monica (1998), terdapat faktor – faktor untuk memahami

motivasi, yaitu :

a. Motif

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

Motif adalah suatu kekuatan dasar yang terdapat dalam diri

organisme, yang menyebabkan organisme tersebut berbuat untuk memenuhi

kebutuhan agar tercapai keseimbangan atau homeostasis. Pada umumnya

motif digunakan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Motif merupakan

kebutuhan, keinginan, rangsangan atau impuls dalam diri seseorang yang

menimbulkan perilaku. Setiap perilaku manusia pada dasarnya mempunyai

motif tertentu, termasuk perilaku secara refleks dan yang berlangsung secara

otomatis.

b. Kekuatan motif

Adalah suatu cara untuk mengkategorisasikan kekuatan suatu motif

atau kebutuhan, karena orang umumnya memiliki berbagai motif yang

kesemuanya bersaing untuk dipenuhi. Maka motif yang berkekuatan paling

tinggilah yang dipuaskan terlebih dahulu melalui perilaku. Seringkali

setelah kebutuhan dapat terpenuhi, maka kekuatan motif akan menurun dan

kebutuhan pada prioritas berikutnya akan mendapat perhatian.

c. Tujuan

Merupakan harapan untuk mendapatkan hadiah, insentif, dan

keinginan eksternal. Tujuan adalah sesuatu diluar diri seseorang, dan apa

yang seseorang ingin capai.

d. Perilaku

Merupakan apa yang seseorang lakukan dan apa yang orang lain

terima atau rasakan.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

B. Kerangka Teori Penelitian

Terbentuknya perilaku, yaitu praktek perawatan payudara selama hamil

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan,

sikap, nilai, kepercayaan, dan motivasi. Faktor pendukung terdiri dari sumber-sumber

dan fasilitas yang memadai. Fasilitas meliputi fasilitas fisik dan umum. Fasilitas fisik

terdirri daari fasilitas kesehatan misal puskesmas, obat, alat kontrasepsi. Fasilitas

umum meliputi media informasi, misal TV, koran, majalah, leaflet. Faktor penguat

terdiri dari sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan.

Kerangka Teori

Faktor predisposisi :

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Nilai

4. Kepercayaan

5. Motivasi

Faktor pendukung :

1. Fasilitas fisik :

fasilitas

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian : Terbentuknya Perilaku

C. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independent Variabel Dependent

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

Gambar 2.2 Kerangka konsep Penelitian

Tingkat pengetahuan Ibu tentang perawatan payudara selama hamil

Sikap Ibu terhadap perawatan payudara selama hamil

Motivasi Ibu untuk melakukan perawatan payudara selama hamil

Praktek perawatan payudara selama hamil

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terbagi menjadi 3 macam yaitu:

1. Variabel Independent (bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel dependen. Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah

tingkat pengetahuan ibu dalam perawatan payudara selama hamil, sikap Ibu

dalam perawatan payudara selama hamil, motivasi ibu untuk melakukan

perawatan payudara selama hamil. Tingkat pengetahuan meliputi: pengertian

perawatan payudara selama hamil, tujuan perawatan payudara selama hamil, dan

cara perawatan payudara selama hamil.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori dan Konsep Terkait 1 ...digilib.unimus.ac.id/files/disk1/6/jtptunimus-gdl-s1-2008... · payudara sebelum melahirkan, sehingga mereka tidak akan melakukan

2. Variabel Dependent (terikat)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel terikatnya

adalah praktek ibu mengenai cara perawatan payudara selama hamil.

E. Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dalam perawatan payudara selama

hamil dengan praktek perawatan payudara selama hamil.

2. Ada hubungan antara sikap ibu dalam perawatan payudara selama hamil dengan

praktek perawatan payudara selama hamil.

3. Ada hubungan antara motivasi ibu untuk melakukan perawatan payudara selama

hamil dengan praktek perawatan payudara selama hamil.