bab ii tinjauan pustaka a. stres -...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres
1. Definisi stres
Stres adalah suatu keadaan yang dihasilkan oleh perubahan-perubahan
lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam
atau merusak terhadap keseimbangan atau ekuilibrium dinamis seseorang.
(Smeltzer & Bare, 2002). Sedangkan menurut WHO (2003) dalam Sriati
(2008) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap stressor psikososial
(tekanan mental atau beban kehidupan).
Stres adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap
tuntunan kebutuhan yang ada dalam dirinya (Pusdikakes Depkes. RI dalam
Sunaryo 2004). Stres dewasa ini digunakan secara bergantian utuk
menjelaskan berbagai stimulus dengan intensitas berlebihan yang tidak
disukai berupa respons fisiologis, perilaku dan subjektif terhadap stres.
Konteks yang menjembatani pertemuan antara individu dengan stimulus
yang membuat stres sebagai sistem.
2. Sumber stres atau stressor
Menurut Warner stresor dapat didefinisikan sebagai kejadian, kondisi,
situasi dan atau kunci internal atau eksternal yang berpotensi untuk
membawa atau sebenarnya untuk mengaktifkan reaksi fisik dan
psikososial yang bermakna. (Smeltzer & Bare, 2002) . Adapun sumber
dasar pemicu stres :
a. Lingkungan
Lingkungan dapat mempengaruhi dan menuntut kita untuk
menyesuaikan diri. Contoh stres lingkungan termasuk cuaca,
kebisingan, polusi udara, lalu lintas, perumahan yang tidak aman dan
lancar, serta kejahatan.
7
8
b. Stresor sosial
Stres bisa timbul dari beberapa tuntutan sosial yang kita tempati, seperti
orangtua, pasangan, pengasuh, dan karyawan. Beberapa contoh stres
sosial termasuk masalah keuangan, wawancara kerja, presentasi,
perbedaan pendapat, tuntutan waktu dan perhatian atu kehilangann
orang yang dicintai.
c. Fisiologis
Situasi dan kondisi yang mempengaruhi tubuh kita dapat dialami
sebagai stres fisiologis. Contoh stres fisiologis termasuk pertumbuhan
yang cepat, menopause, sakit, penuan, melahirkan, kecelakaan, kurang
olahraga, gizi buruk, dan gangguan tidur.
d. Pikiran
Otak dapat menafsirkan dan merasakan situsai seperti stres, kesulitan,
sakit, atau menyenangkan. Beberapa situasi dalam hidup stres sebagi
pemicu tetapi pikiran yang menentukan masalah yang muncul. (Klinic
Community Health Centre, 2010)
3. Penggolongan stres
Apabila ditinjau dari penyebab stres, menurut Kusmiati dan Desminiarti
(1990) dalam Sunaryo (2004) dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi
atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat
arus listrik.
b. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam basa kuat, obat-obatan, zat
beracun, hormon, atau gas.
c. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
d. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan,
organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e. Stres proses pertumbuhan da perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua
9
f. Stres psikis/emisional, disebabkan oleh gangguan hubungan
interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.
Adapun menurut Grand (2000) dalam Sunaryo (2004), stres ditinjau dari
penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a. Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan,
seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
b. Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti
pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan
dimakan, dan antri.
4. Faktor yang mempengaruhi stres
a. Faktor biologis atau herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik,
neurofisiologik, dan neurohormonal.
b. Faktor psikoedukatif atau sosiokultural, perkembangan kepribadian,
pengalaman, dan kondisi lai yang mempengaruhi. (Sunaryo,2004)
5. Tahapan stres
Menurut Amberg (1979) seperti yang dikemukakan Hawari (2008) bahwa
tahapan stres sebagai berikut :
a. Sres tahap I
Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan
biasanya disertai dengan perasaan-perasaan berikut :
1) Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting).
2) Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasannya.
3) Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya ;
namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai
rasa gugup yang berlebihan pula.
4) Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah
semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin
menipis.
10
b. Stres tahap II
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang
berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut :
1) Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar
2) Merasa mudah lelah sesudah makan siang
3) Lekas merasa capai menjelang sore hari
4) Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel
discomfort)
5) Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
6) Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang
7) Tidak bisa santai.
c. Stres tahap III
Pada tahap III keluhan semakin meningkat dan mengganggu yaitu :
1) Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan
maag (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).
2) Ketegangan otot-otot semakin terasa.
3) Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin
meningkat.
4) Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai masuk
tidur (early imsomnia), atau terbangun tengah malam dan sukar
kembali tidur (middle imsomnia), atau bangun terlau pagi atau dini
hari dan tidak dapat kembali tidur (late imsomnia).
5) Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa mau pingsan).
Kesempatan untuk beristrirahat guna menambah suplai energi yang
mengalami defisit.
d. Stres tahapan IV
1) Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
2) Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
3) Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan
kemampuan untuk merespons secara memadai (adequate).
11
4) Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
5) Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan
6) Seringkali menolak ajakan (negativesm) kerena tidak semangat dan
kegairahan.
7) Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.
8) Timbul perasaan ketakuatan dan kecemasan yang tidak dapat
dijelaskan apa penyebabnya.
e. Stres tahap V
Bila keadaan berlanjut maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap
V yang ditandai dengan hal-hal berikut :
1) Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and
psychological ex-haution).
2) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sahari-hari yang
ringan dan sederhana.
3) Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal
disorder)
4) Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin
meningkat, mudah bingung dan panik.
f. Stres tahap VI
1) Debaran jantung teramat keras
2) Susah bernafas (sesak dan megap-megap)
3) Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
4) Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
5) Pingsan dan kolaps (collapse)
Bila dikaji maka keluhan atau gejala-gejala sebagaimana digambarkan
di atas lebih didominasi oleh keluhan-keluhan fisik yang disebabkan
oleh gangguan faal (fungsional) organ tubuh sebagai akibat stresor
psikososial yang melebihi kemampuan seseorang untuk mengatasinya.
12
6. Reaksi tubuh (sistem pencernaan) terhadap stres
Orang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan pada sistem
pencernaan. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedih, hal
ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hyperacidity).
Dalam istilah kedokteran tersebut sebagai gastritis atau dalam istilah
awam dikenal dengan sebutan penyakit maag.
7. Upaya peningkatan kekebalan stres
a. Makanan
Makan dan minum hendaknya yang halus dan yang baik serta tidak
berlebihan. Jadwal makan hendaknya teratur pagi, siang dan malam dan
diusahakan jangan sampai telat.
b. Tidur
Tidur adalah alamiah yang dapat memulihkan segala keletihan fisik dan
mental. Tidur adalah kebutuhan mutlak bagi kehidupan makhluk hidup,
terutama manusia; oleh karena itu jadwal tidur hendaknya teratur.
Lamanya tidur yang baik adalah antara 7-8 jam dalam semalam.
c. Olah raga
Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan baik fisik maupun
mental, olah raga adalah salah satu caranya.
d. Menghindari merokok
Tidak merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan
ketahanan serta kekebalan tubuh.
e. Menghindari minuman keras
Tidak meminum keras (minuman yang mengandung alcohol) adalah
kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan ketahanan serta
kekebalan tubuh (Hawari, 2008).
13
B. Gastritis
1. Pengertian gastritis
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut atau lambung dan itis yang berarti inflamasi atau
peradangan. Dengan demikian gastritis adalah inflamasi atau peradangan
pada mukosa lambung (Price & Wilson,2003:Setiawan 2008; Bethesda
2004; dalam Asminarsih Prio 2009). Gastritis adalah suatu kondisi medis
dimana lapisan perut meradang, biasanya terjadi secara singkat dan
mendadak. (Emergency department factsheet,2008).
Gastritis adalah suatu kondisi di mana mukosa lambung meradang. Lapisan
perut mengandung sel-sel khusus yang menghasilkan asam dan enzim yang
membantu memecah makanan untuk pencernaan dan lendir yang melindungi
lapisan perut dari asam. Ketika lapisan perut meradang menghasilkan lebih
sedikit asam enzim dan lendir. (NIH publication,2010). Gastritis atau istilah
yang sering dikenal oleh masyarakat sebagai maag atau penyakit lambung
adalah kumpulan gejala yang dirasakan sebagai nyeri terutama di ulu hati,
orang yang terserang penyakit ini biasanya sering mual, muntah, rasa penuh,
dan rasa tidak nyaman. (Misnadiarly, 2009).
2. Klasifikasi
Gastritis dapat bersifat akut atau kronis :
a. Gastritis akut
1) Pengertian
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial.
(Mutaqin,2011).Gastritis akut yaitu peradangan akut pada dindig
lambung dan pada umumnya dibagian antrum (Misnadiarly,2009).
Sedangkan menurut Deden, 2010 Gastritis akut adalah suatu
peradangan permukaan mukosa lambug yang akut dengan kerusakan-
kerusakan erosi.
14
2) Etiologi gastritis akut
Menurut Mutaqin (2011) banyak faktor yang menyebabkan gastritis
akut, seperti beberapa jenis obat, alkohol, bakteri, virus, jamur, stres
akut, radiasi, alergi atau intoksikasi dari bahan makanan dan
minuman, garam empedu, iskemia, dan trauma langsung.
b. Gastritis kronis
1) Pengertian
Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang bersifat menahun (Mutaqin,2011). Gastritis kronis
adalah peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
berlangsung lama disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung atau oleh bakteri Helicobacter pylory. (Smeltzer & Bare,
2002).
2) Etiologi gastritis kronis
Menurut Smeltzer & Bare (2002) penyebab penyakit gastritis antara
lain yaitu :
a) Obat analgetik anti inflamasi
b) Bahan-bahan kimia
c) Alkohol
d) Merokok
e) Endotoksin
f) Refluks usus ke lambung
g) Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma,
pembedahan, gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan
saraf pusat.
3. Gejala klinis
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, dan muntah
merupakn salah satu keluhan yag sering muncul. Ditemukan juga
15
perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian
disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya jika
dilakukan anamnesa lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-
obatan atau bahan kimia tertentu. Pasien dengan gastritis juga disertai
dengan pusing, kelemahan dan rasa tidak nyaman pada abdomen.
(Mansjoer, 1999).
4. Patofisiologi gastritis
Mukosa barier lambung umumnya melindungi lambung dari pencernaan
terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses auto digesti acid,
prostaglandin yang memberikan perlindungan ini. Ketika mukosa barier
ini rusak maka timbul gastritis. Setelah barier ini rusak terjadilah
perlukaan mukosa dan diperburuk oleh histamine dan stimulasi saraf
cholinergic. Kemudian asam lambung dapat berdifusi balik ke dalam
mukus dan meyebabkan luka pada pembuluh yang kecil, yang
mengakibatkan terjadinya bengkak, perdarahan, dan erosi pada lambung.
Alkohol, aspirin, dan refluk isi duodenal diketahui sebagai penghambat
difusi barier.
Perubahan-perubahan patologi yang terjadi pada gastritis temasuk kongesti
vaskuler, edema, peradangan sel supervisial. Manifestasi patologi awal
dari gastritis adalah penebalan, kemerahan pada membran mukosa dengan
adanya tonjolan / terlipat, Sejalan dengan perkembangan penyakit dinding
dan saluran lambung menipis dan mengecil, atropi gastric progresif karena
perlukaan mukosa kronik menyebabkan fungsi sel utama dan parietal
memburuk. Ketika fungsi sel sekresi asam memburuk, sumber-sumber
faktor intrinsik hilang. Vitamin B12 tidak dapat terbentuk lebih lama, dan
penumpukan vitamin B12 dalam badan menipis secara merata yang
mengakibatkan anemi berat. Degenerasi mungkin ditemukan pada sel
utama dan parietal sekresi lambung menurun secara berangsur, baik
jumlah maupun konsentrasi asamnya sampai hanya tinggal mukus dengan
16
air. Resiko teradinya kanker gastrik yang berkembang dikatakan
meningkat setelah 10 tahun gastritis kronik. Perdarahan mungkin terjadi
setelah satu episode gastritis akut atau dengan luka yang disebabkan oleh
gastritis kronis (Deden,2010).
5. Komplikasi
a. Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan
medis; terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian.
b. Ulkus, jika prosesnya hebat
c. Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat (Iin
Inayah,2004).
6. Kekambuhan Gastritis
Kekambuhan gastritis merupakan timbul kembali gejala yang dirasakan
sebagai nyeri terutama di ulu hati, orang yang terserang penyakit ini
biasanya sering mual, muntah, rasa penuh, dan rasa tidak nyaman. Pada
umumnya ada beberapa hal yang berpengaruh pada timbulnya
kekambuhan gastritis antara lain :
a. Infeksi Helicobacter pylori
Helicobacter pylori sejenis bakteri yang hidup di dalam lambung,
dalam jumlah kecil. Ketika asam lambung yang dihasilkan lebih banyak
kemudian pertahanan dinding lambung menjadi lemah, bakteri ini bisa
bertambah banyak jumlahnya, apalagi disertai kebersihan makanan
yang kurang. (Misnadiarly,2009)
b. Konsumsi Obat-obatan Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs (NSAIDs)
Obat-obatan yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit gastritis
antara lain adalah pemakaian obat Nonsteroidal Antiinflammatory
Drugs (NSAIDs) antara lain seperti Aspirin Ibuprofen, Naproxen dan
Piroxicam dapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
17
Jika pemakaianya sekali kemungkinan terjadinya masalah lambung
akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus atau
pemakaiannya berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic
ulcer.
c. Pola makan
Perubahan pola makan meliputi tidak teraturnya waktu makan,
frekuensi makan, jenis makanan dan porsi makanan yang dikonsumsi
dapat mempengaruhi kekambuhan gastritis. (Misnadiarly,2009)
d. Minuman beralkohol dan merokok
Gaya hidup seperti konsumsi alkohol, merokok dan konsumsi kafein
mempengaruhi terjadinya gastritis. Alkohol dan zat nikotin dalam rokok
dapat mengiritasi mukosa lambung. Alkohol dapat mengganggu
absorbsi vitamin B kompleks dan vitamin C sehingga dapat
menyebabkan gangguan pemenuhan nutrisi sehingga dapat meyebabkan
penurunan daya tahan tubuh dan menyebabkan individu rentan untuk
mengalami infeksi, termasuk infeksi kuman helicobacter pylori yang
dapat menyebabkan gastritis (Smeltzer & Bare, 2002).
e. Stres
Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap
saluran pencernaan sehingga berisiko untuk mengalami gastritis. Efek
stres pada saluran pencernaan menyebabkan penurunan aliran darah
pada sel epitel lambung dan mempengaruhi fungsi sel epitel dalam
melindungi mukosa lambung (Greenberg (2002) dalam Prio (2009) ).
7. Penatalaksanaan
a. Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk
menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien
mampu makan melalui mulut, diet mangandung gizi dianjurkan. Bila
gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan
terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang
dilakukan untuk hemoragi saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis
18
diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali,
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisiran agen penyebab.
b. Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan
istirahat, mengurangi stres, dan memulai farmakoterapi. Helicobacter
Pylori dapat diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin dan amoksilin)
dan garam bismut (Pepto-Bismol). (Smeltzer & Bare, 2002).
C. Hubungan antara stres dan kekambuhan gastritis
Respon mual dan muntah yang dirasakan pada saat individu mengalami stres
menunjukan bahwa stres berefek pada saluran pecernaan. Wolf (1965) dalam
Greenberg (2002) melakukan penelitian mengenai efek stres pada saluran
pencernaan antara lain menurunkan saliva sehingga mulut menjadi kering,
menyebabkan kontraksi yang tidak terkontrol pada otot esophagus sehingga
menyebabkan sulit untuk menelan. Peningkatan asam lambung, kontriksi
pembuluh darah di saluran pencernaan dan penurunan produksi mukus yang
melindungi dinding saluran pencernaan sehingga menyebabkan sulit untuk
menelan, peningkatan asam lambung. Kontriksi pembuluh darah di saluran
pencernaan dan penurunan produksi mucus yang melindungi dinding saluran
pencernaan sehingga menyebabkan iritasi luka pada dinding lambung dan
perubahan motilitas usus yang dapat meningkat sehingga menyebabkan
konstipasi. Konstipasi biasanya teradi pada individu yang mengalami depresi
sedangkan diare biasanya terjadi pada individu yang berada pada kondisi
panik. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa stres memiliki pengaruh
yang negative terhadap saluran pencernaan antara lain dapat menyebkan
individu mengalami luka (ulcer) pada saluran pencernaan termasuk pada
lambung yang disebut dengan peyakit gastritis.
Mekanisme terjadinya ulcer atau luka pada lambung akibat stres adalah
melalui penurunan produksi mukus pada dinding lambung. Mukus yang
diproduksi di dindig lambung merupakan lapisan pelindung dinding lambung
dari faktor yang dapat merusak dinding lambung antara lain asam lambung,
19
pepsin, asam empedu, enzim pankreas, infeksi helicobacter pylori, obat anti
inflamasi non steroid (OAINS), alkohol, dan radikal bebas. (Greenberg, 2002
dalam Prio, 2009).
D. Kerangka teori
Skema 2.1 hubungan antara stres dengan kekambuhan gastritis
(Sumber : Clinic Community Health Centre ( 2010), Grenberg (2002)
dalam Prio (2009)
Stres Kekambuhan gastritis
Faktor Kekambuhan gastritis :
a. Stres
b. Pola makan
c. Minuman beralkohol
d. Merokok
e. Infeksi Helicobacter pylori
f. Obat-obatan Nonsteroidal
Antiinflammatory Drugs
Sumber stres atau stresor :
a. Lingkungan
b. Stres sosial
c. Fisiologis
d. Pikiran
Penggolongan stres :
a. Stres fisik
b. Stres kimiawi
c. Stres mikrobiologik
d. Stres fisiologik
e. Stres proses pertumbuhan
dan perkembangan
f. Stres psikis
20
E. Kerangka konsep
Skema 2.2 Kerangka Konsep Penelitian (Sugiyono,2011)
F. Variabel penelitian
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah veriabel bebas dan variabel
terikat yaitu :
1. Variabel independen atau variabel bebas
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor,
antecedent. Variabel independen adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
veriabel dependen (terikat). Variabel independen dari penelitian ini adalah
stres. (Sugiyono, 2011).
2. Variabel dependen atau veraiabel terikat
Varibel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Variabel dependen merupakan variabel yang dipegaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam peneltian
ini adalah kekambuhan penyakit gastritis. (Sugiyono, 2011)
G. Hipotesis
Berdasarkan teori yang telah diuraikan diatas, maka rumusan penelitian ini
adalah Ada hubungan antara stres dengan terjadinya kekambuhan penyakit
gastritis pada pasien gastritis di Puskesmas Tlogosari Kulon Semarang.
Variabel independen
Stres
Variabel dependen
Kekambuhan
Penyakit Gastritis