bab ii tinjauan pustaka a....

21
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, dkk, 2005). Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap suatu yang berbahaya (Stuart & Sundeen, 2002). Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 2002). Perasaan yang tidak menentu ini pada umumnya tidak menyenangkan dan menimbulkan atau disertai disertasi perubahan fisiologis (misal gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat) dan psikologis (misalnya panik, tegang, bingung, tidak bisa berkonsentrasi). Menurut Carpenito (2000) menyebutkan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan di mana individu atau kelompok mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespons terhadap ketidakjelasan, ancaman yang tidak spesifik.

Upload: lytuong

Post on 07-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara

subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan

adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan

penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu

dan tidak berdaya (Suliswati, dkk, 2005).

Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya,

keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami

secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal.

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian

intelektual terhadap suatu yang berbahaya (Stuart & Sundeen, 2002).

Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa

gelisah, ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman

sumber aktual yang tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens,

2002).

Perasaan yang tidak menentu ini pada umumnya tidak menyenangkan dan

menimbulkan atau disertai disertasi perubahan fisiologis (misal gemetar,

berkeringat, detak jantung meningkat) dan psikologis (misalnya panik,

tegang, bingung, tidak bisa berkonsentrasi). Menurut Carpenito (2000)

menyebutkan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan di mana individu atau

kelompok mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem

saraf otonom dalam berespons terhadap ketidakjelasan, ancaman yang tidak

spesifik.

7

Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan

adalah suatu perasaan subyektif mengenai ketegangan mental yang

menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi

suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu

tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan

menimbulkan atau disertai disertasi perubahan fisiologis (misal gemetar,

berkeringat, detak jantung meningkat) dan psikologis (misal panik, tegang,

bingung, tidak bisa berkonsentrasi).

2. Gejala-gejala yang timbul

Gejala-gejala yang timbul akibat kecemasan adalah (Carpenito, 2000):

a. Fisiologis

Beberapa gejala fisiologis yang timbul seperti peningkatan frekuensi

nadi, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi napas,

diaforesis, gemetar, palpitasi, diare, insomnia, kelelahan dan kelemahan,

gelisah, mulut kering dan sebagainya.

b. Emosional

Individu menyatakan bahwa dirinya merasa ketakutan, tidak berdaya,

gugup, kehilangan percaya diri, kehilangan kontrol, tegang, tidak dapat

rileks dan sebagainya.

c. Kognitif

Gejala yang timbul seperti tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya

orientasi lingkungan, pelupa, termenung, orientasi pada masa lampau

saat ini dan akan datang, perhatian yang berlebihan dan sebagainya.

3. Teori Kecemasan

Menurut Stuart dan Sundeen, (2002) ada beberapa teori yang menjelaskan

mengenai kecemasan, antara lain :

a. Teori psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi

anatra dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id meewakili

dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego

8

mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya

seseorang. Ego atau aku berfungsi mengahi tuntutan dari dua elemen

yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah

mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

b. Teori interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap

ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan

kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan

harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.

c. Teori perilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi, yaitu segala

sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap

kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan

keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.

d. Teori keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya

terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih

antara gangguan kecemasan dan depresi.

e. Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator

inhibisi asam gama-aminobitirat (GABA), yang berperan penting

dalam biologis yang berhubungan dengan kecemasan

4. Penyebab Kecemasan

Menurut Suliswati, dkk. (2005) ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan

yaitu :

a. Faktor predisposisi yang meliputi :

1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan

berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis

perkembangan atau situasional.

9

2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan

dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan

dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan

individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan

kecemasan.

4) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil

keputusan yang berdampak terhadap ego.

5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan

ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri

individu.

6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani

kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap

konflik yang dialami karena mekanisme koping individu banyak

dipelajari dalam keluarga.

7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi

respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi

kecemasannya.

8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah

pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiapine

dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid

(GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang

bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

b. Faktor presipitasi meliputi :

1) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam

integritas fisik meliputi :

a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi

system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.

b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan

bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,

tidak adekuatnya tempat tinggal.

10

2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan

eksternal.

a) Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan

interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian

terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik

juga dapat mengancam harga diri.

b) Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai,

perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,

sosial budaya.

5. Rentang Respon Kecemasan

Stuart dan Sundeen (2002) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu :

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa

kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan

individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk

belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

1) Respon Fisiologis

Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala

ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.

2) Respon Kognitif

Lapang persegi meluas, mampu menerima rangsangan

kompleks, konsentrasi pada masalah dan menyelesaikan masalah

secara efektif.

11

3) Respon perilaku

Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan dan

suara kadang-kadang meninggi.

b. Kecemasan sedang

Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun,

sindividu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan

mengesampingkan hal lain.

1) Respon Fisiologis

Sering nafas pendek, nadi ekstra sistolik dan tekanan darah naik,

mulut kering, anoreksia, diare atau konstipasi, gelisah.

2) Respon Kognitif

Lapang persepsi menyempit, rangsang luar tidak mampu

diterima, dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.

3) Respon Perilaku

Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan), berbicara

banyak dan lebih cepat, dan perasaan tidak nyaman.

c. Kecemasan Berat

Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu

cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal

yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan

banyak pengarahan/tuntutan.

1) Respon Fisiologis

Sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,

berkeringant dan sakit kepala, penglihatan kabur.

2) Respon Kognitif

Lapang persepsi sangat menyempit dan tidak mampu

menyelesaikan masalah.

3) Respon Prilaku

Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat dan blocking.

12

d. Panik

Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah

tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa

walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan.

1) Respon Fisiologis

Nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, dan

rendahnya koordanasi motorik.

2) Respon Kognitif

Lapang persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, tidak

dapat berfikir logis, dan kemampuan mengalami distorsi.

3) Respon Prilaku

Agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak,

bocking, presepsi kacau, kecemasan yang timbul dapat

diidentifikasi melalui respon yang dapat berupa respon fisik,

emosional dan kognitif atau intelektual.

6. Proses Adaptasi Kecemasan

Proses adaptasi kecemasan menurut Suliswati, dkk. (2005) meliputi :

a. Mekanisme koping

1) Strategi pemecahan masalah.

Strategi pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau

menanggulangi masalah atau ancaman yang ada dengan

kemampuan realistis. Strategi pemecahan masalah ini secarah

ringkas dpat digunakan dengan metode STOP yaitu Source, Trial

and Error, Others, serta Pray and Patient. Source berarti mencari

dan mengidentifikasi apa yang menjadi sumber masalah. Trial and

error mencoba berbagi rencana pemecahan masalah yang disusun.

Bila satu tidak berhasil maka mencoba lagi dengan metode yang

lain. Begitu selanjutnya, others berarti meminta bantuan orang lain

bila diri sendiri tidak mampu. Sedangkan pray and patient yaitu

13

berdoa kepada Tuhan. Hal yang perlu dihindari adalah adanya rasa

keputusasaan yang terhadap kegagalan yang dialami.

2) Task oriented (berorentasi pada tugas)

a. Dipikirkan untuk memecahkan masalah, konflik, memenuhi

kebutuhan.

b. Realistis memenuhi tuntunan situasi stress.

c. Disadari dan berorentasi pada tindakan.

d. Berupa reaksi melawan (mengatasi rintangan untuk

memuaskan kebutuhan), menarik diri (mengindari sumber

ancaman fisik atau psikologis), kompromi (mengubah cara,

tujuan untuk memuaskan kebutuhan).

3) Ego oriented

Dalam teori ini, ego oriented berguna untuk melindungi diri

dengan perasaan yang tidak adekuat seperti inadequacy dan

perasaan buruk berupa penggunaan mekanismme pertahanan diri

(defens mechanism). Jenis mekanisme pertahan diri yaitu,

a) Denial

Menghindar atau menolak untuk melihat kenyataan yang tidak

diinginkan dengan cara mengabaikan dan menolak kenyataan

tersebut.

b) Proyeksi

Menyalahkan orang lain mengenai ketidakmampuan

pribadinya atas kesalahan yang diperbuatnya. Mekanisme ini

digunakan untuk mengindari celaan atau hukuman yang

mungkin akan ditimpakan pada dirinya.

c) Represi

Menekan ke dalam tidak sadar dan sengaja melupakan

terhadap pikiran, perasaan, dan pengalaman yang

menyakitkan.

14

d) Regresi

Kemunduran dalam hal tingkah laku yang dilakukan individu

dalam menghadapi stress.

e) Rasionalisasi

Berusahah memberikan memberikan alasan yang masuk akal

terhadap perbuatan yang dilakukanya.

f) Fantasi

Keinginan yang tidak tercapai dipuaskan dengan imajinasi

yang diciptakan sendiri dan merupakan situasi yang berkhyal.

g) Displacement

Memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan diri atau

objek ke orang atau objek lain yang biasannya lebih kurang

berbahaya dari pada semula.

h) Undoing

Tindakan atau komunikasi tertentu yang bertujuan

menghapuskan atau meniadakan tindakan sebelumnya.

i) Kompensasi

Menutupi kekurangan dengan meningkatkan kelebihan yang

ada pada dirinya.

B. Dukungan perawat

1. Perawat

a. Pengertian Perawat

Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti

merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah

seseorang (seorang profesional) yang mempunyai kemampuan,

tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan

keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan.

Sedangkan perawat menurut Wardhono (2001) adalah orang yang

15

telah menyelesaikan pendidikan professional keperawatan, dan diberi

kewenangan untuk melaksanakan peran serta fungsinya.

b. Peran utama perawat profesional

Peran utama perawat professional adalah memberikan asuhan

keperawatan kepada manusia (sebagai objek utama kajian filsafat ilmu

keperawatan: ontologism) yang meliputi (Nursalam, 2008) :

a. Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan dan

kebutuhan klien

b. Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi

masalah keperawatan, mulai dari pemeriksaan fisik, psikis dan

spiritual

c. Memberikan asuhan keperawatan kepada klien (klien, keluarga,

dan masyarakat) mulai dari yang sederhana sampai yang

kompleks.

Pelayanan yang diberikan oleh perawat harus dapat mengatasi

masalah-masalah fisik, psikis dan social spiritual pada klien dengan

fokus utama merubah perilaku klien (pengetahuan, sikap dan

ketrampilannya) dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga klien

dapat mandiri (Nursalam, 2008).

c. Proses keperawatan

Model ilmu keperawatan dari adaptasi Roy memberikan pedoman

kepada perawat dalam mengembangkan asuhan keperawatan. Unsur

proses keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosis

keperawatan, intervensi dan evaluasi (Nursalam, 2008).

a. Pengkajian

Pengkajian pertama meliputi pengumpulan data tentang perilaku

klien sebagai suatu system adaptif yang berhubungan dengan

masing-masing model adaptasi: adaptasi, fisiologis, konsep diri,

fungsi peran, dan ketergantungan. Oleh karena itu, pengkajian

16

pertama diartikan sebagai pengkajian perilaku, yaitu pengkajian

klien terhadap masing-masing model adaptasi secara sistematik

dan holistic. Pelaksanaan pengkajian dan pencatatan pada empat

model adaptif akan memberikan gambaran keadaan klien kepada

tim kesehatan yang lain.

b. Perumusan diagnosis keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah respons individu terhadap

rangsangan yang timbul dari diri sendiri maupun dari luar. Sifat

diagnisis keperawatan adalah berorientasi pada kebutuhan dasar

manusia, menggambarkan respons individu terhadap proses

kondisi dan situasi sakit dan berubah bila respons individu juga

berubah.

c. Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan

merubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan

residual. Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien

dalam menggunakan koping secara luas, supaya stimulasi secara

keseluruhan dapat terjadi pada klien.

Tujuan intervensi keperawatan adalah mencapai kondisi yang

optimal dengan menggunakan koping yang konstruktif. Tujuan

jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah

adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi kebutuhan

tersebut. Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku

klien setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.

d. Evaluasi

Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan pada tujuan

keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu

asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan perilaku dari

17

criteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada

individu.

2. Dukungan

a. Pengertian

Terdapat banyak definisi tentang dukungan yang dikemukakan oleh

para ahli. Sheridan dan Radmacher menekankan pengertian dukungan

sosial sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan

orang lain. “ Social support is the resources provided to us through

our interaction with other people”. (Sheridan dan Radmacher, 2002).

Pendapat lain dikemukakan oleh Siegel yang menyatakan bahwa

dukungan sosial adalah informasi dari orang lain bahwa dirinya

dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta

merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama.

“Social support is information from others that one is loved and cared

for, esteemed and valued, and part of a network of communication and

mutual obligation “ (Siegel dalam Taylor, 1999).

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang

memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat

pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai

oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok

yang berdasarkan kepentingan bersama.

b. Sumber Dukungan Sosial

Berdasarkan definisi diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa sumber

dari dukungan sosial ini adalah orang lain yang akan berinteraksi

dengan individu sehingga individu tersebut dapat merasakan

kenyamanan secara fisik dan psikologis. Orang lain ini terdiri dari

18

pasangan hidup, orang tua, saudara, anak, kerabat, teman, rekan kerja,

staf medis serta anggota dalam kelompok kemasyarakatan.

c. Bentuk Dukungan

Sheridan dan Radmacher (2002), dan Taylor (2000) membagi

dukungan sosial kedalam lima bentuk, yaitu :

1) Dukungan instrumental (tangible assisstance)

Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat

memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang,

pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan

ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung

memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.

Dukungan instumental sangat diperlukan terutama dalam

mengatasi masalah dengan lebih mudah.

2) Dukungan informasional

Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran

atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, Jenis

informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali

dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.

3) Dukungan emosional

Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan

nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan

sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan

lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi

keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.

4) Dukungan pada harga diri

Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu,

pemberian semangat, persetujuan pada pendapat induividu,

perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk

dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri

dan kompetensi.

19

5) Dukungan dari kelompok sosial

Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota

dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan

aktifitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa

memiliki teman senasib.

d. Dampak Dukungan Sosial

Bagaimana dukungan sosial dapat memberikan kenyamanan fisik

dan psikologis kepada individu dapat dilihat dari bagaimana

dukungan sosial mempengaruhi kejadian dan efek dari stress.

Lieberman (1986 dalam Sarafino, 2000) mengemukakan bahwa

secara teoritis dukungan sosial dapat menurunkan kecenderungan

munculnya kejadian yang dapat mengakibatkan stress dan

kecemasan. Apabila kejadian tersebut muncul, interaksi dengan

orang lain dapat memodifikasi atau mengubah persepsi individu pada

kejadian tersebut dan oleh karena itu akan mengurangi potensi

munculnya stress.

Dukungan sosial juga dapat mengubah hubungan antara respon

individu pada kejadian yang dapat menimbulkan stres dan stres itu

sendiri, mempengaruhi strategi untuk mengatasi stres dan dengan

begitu memodifikasi hubungan antara kejadian yang menimbulkan

stres mengganggu kepercayaan diri, dukungan sosial dapat

memodifikasi efek itu.

Dukungan sosial ternyata tidak hanya memberikan efek positif

dalam memepengaruhi kejadian dan efek stres. Safarino (2000)

menyebutkan beberapa contoh efek negatif yang timbul dari

dukungan sosial, antara lain :

1. Dukungan yang tersedia tidak dianggap sebagai sesuatu yang

membantu. Hal ini dapat terjadi karena dukungan yang

diberikan tidak cukup, individu merasa tidak perlu dibantu atau

20

terlalu khawatir secra emosional sehingga tidak memperhatikan

dukungan yang diberikan.

2. Dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang

dibutuhkan individu.

3. Sumber dukungan memberikan contoh buruk pada individu,

seperti melakukan atau menyarankan perilaku tidak sehat.

4. Terlalu menjaga atau tidak mendukung individu dalam

melakukan sesuatu yang diinginkannya. Keadaan ini dapat

mengganggu program rehabilitasi yang seharusnya dilakukan

oleh individu dan menyebabkan individu menjadi tergantung

pada orang lain.

3. Dukungan perawat

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada

integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis

maupun psikologis. Oleh karena itu perlu adanya dukungan dari berbagai

pihak termasuk perawat.

Dukungan perawat merupakan ketersediaan sumber daya perawat yang

memberikan pelayanan profesional sebagai bagian integral dari pelayanan

kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk

pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang komprehensif, yang bertujuan

untuk memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang didapat lewat

pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai oleh

perawat berkaitan dengan tindakan asuhan yang diberikan.

Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan

dengan berbagai cara (Long, 1976 dalam Robby, 2009):

a. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami

pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang

waktu operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses

21

operasi, menunjukkan tempat kamar operasi, dan lain-lain.

Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka

diharapkan pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun

demikian ada keluarga yang tidak menghendaki pasien mengetahui

tentang berbagai hal yang terkait dengan operasi yang akan dialami

pasien.

b. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan

persiapan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan

bahasa yang sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa,

perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan,

manfaatnya untuk apa, dan jika diambil darahnya, pasien perlu

diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan,

dan lain-lain. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap,

kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan dan

mempersiapkan mental pasien dengan baik.

c. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan

tentang segala prosedur yang ada, serta memberi kesempatan pada

pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien

diantar ke kamar operasi.

d. Mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan

hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan

kecemasan pada pasien.

4. Dukungan perawat dalam mencegah kecemasan

Caplan (1964 dalam Friedman 1998) menjelaskan bahwa terdapat

beberapa jenis dukungan yaitu:

a. Dukungan informasional

Dukungan informasional menjelaskan tentang pemberian saran,

sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya

22

suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat menyumbangkan

aksi sugesti yang khusus pada individu. Contohnya adalah

memberikan petunjuk dan pemberian informasi mengenai operasi

yang berlangsung aman.

b. Dukungan penilaian

Perawat bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan

validator, contohnya memberikan support, penghargaan, perhatian.

c. Dukungan instrumental

Perawat merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit

terhadap kesehatan penderita, contohnya menangani keluhan,

membantu mencukupi kebutuhan fisik pasien seperti pakaian operasi

dan sebagainya.

d. Dukungan emosional

Perawat sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Contoh

dukungan ini adalah kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan

didengarkan.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Saho (2010) yang meneliti tentang

hubungan keprcayaan pasien dengan tingkat kecemasan pasien yang

menjalani perawatan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan.

Penelitian ini menggunakan analisis Rank Spearman yang didapatkan nilai

p sebesar 0,000. Berdasarkan kedua penelitian tersebut di atas

menunjukkan bahwa kecemasan pasien dapat ditekan apabila pasien

mendapat dukungan yang baik dari keluarga dan tenaga kesehatan

termasuk perawat.

23

C. Pra Operasi

1. Pengertian

Fase pra operasi dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi dibuat

dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi. Menurut Long

(1976 dalam Wijayanti, 2009) tindakan pembedahan dapat

diklasifikasikan dalam beberapa cara.

a. Menurut lokasinya tindakan pembedahan dapat dilaksanakan eksternal/internal, selain itu juga dapat diklasifikasi sesuai dengan lokasi sistem tubuh seperti bedah kardiovaskuler, thorak, abdomen.

b. Menurut luas jangkauannya, tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan sebagai bedah minor (kecil)/ mayor (besar).

c. Menurut tujuannya, tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan sebagai bedah dignostik, kuratif, restoratif, peliatif serta kosmetik.

d. Menurut prosedur pembedahan, kebanyakan prosedur bedah diklasifikasikan dengan memberi kata-kata akhiran pada lokasi pembedahan sesuai dengan tipe-tipe pembedahan antara lain: ektomi (pengangkatan organ), rhapy (penjahitan), ostomi (membuat lobang), plasti (perbaikan menurut bedah plastik).

2. Persiapan yang baik selama periode pra operasi menurunkan resiko operasi dan meningkatkan pemulihan pasca bedah. Tujuan tindakan keperawatan pre operasi dimaksudkan untuk kebaikan bagi pasien dan keluarganya yang meliputi ( Luckman and Sorensens , 2000 ) : a. Menunjukkan rasa takut dan cemasnya hilang atau berkurang (baik

ungkapan secara verbal maupun ekspresi muka). b. Dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan mobilisasi yang akan

dijalankan setelah operasi (latihan nafas dan batuk). c. Terpelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan nutrisi. d. Tidak terjadi aspirasi karena vomitus selama pasien dalam pengaruh

anestesi. e. Tidak ada atau berkurangnya kemungkinan terjadinya infeksi setelah

operasi. f. Mendapatkan istirahat yang cukup.

24

g. Menjelaskan pengertian tentang prosedur operasi yang akan dijalankan termasuk jadwal operasi dan menandatangi surat persejuan operasi.

h. Kondisi fisiknya dapat dideteksi selama operasi berlangsung. 3. Faktor - faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien operasi yang

didapatkan di rumah sakit (Brunner & Sunddarth, 2001). a. Takut nyeri setelah pembedahan. b. Takut keganasan. c. Takut menghadapi ruangan operasi. d. Takut operasi gagal.

Pengaruh pembedahan yang dialami oleh pasien pada fase pre operasi dibedakan menjadi dua macam antara lain. ( Smeltzer, 2002 )

a. Respon fisiologis Operasi besar merupakan stressor dan memicu respon neuroendocrine. Respon ini terdiri dari sistem saraf simpati dan respon hormonal yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cedera, gejala fisik kecemasan terdiri dari kenaikan kecepatan nadi pernafasan, telapak tangan menjadi basah, gerakan tangan yang terus- menerus (tremor), kegiatan motorik verbal dan gelisah, sehingga salah satu yang sangat dikehendaki sebelum operasi bedah adalah mencegah kecemasan ( Nithingale, 2003 )

b. Respon psikologis Orang berbeda-beda dalam menanggapi operasi atau pembedahan sehingga responnya berbeda-beda, namun sesungguhnya selalu terjadi ketakutan dan penghayatan yang umum. Sebagaian ketakutan pra bedah adalah keingingan untuk mengelak dan orang tidak ingin mengetahui penyebabnya. Takut yang belum diketahui penyebabnya adalah umum, bila diagnosis belum pasti, takut hasil pemeriksaan keganasan, takut anesthesia dan takut tidak bangun lagi, takut nyeri, berubah bentuk, kurang pengetahuan atau salah persepsi. (Nithingale, 2003).

25

D. Kerangka teori

Kerangka Teori 2.1 Sumber : Stuart dan Sundeen (1998) dan Suliswati (2005)

Faktor Presdidsposisi: 1. Teori Psikoanalitik 2. Teori Interpersoal 3. Teori Perilaku 4. Teori Eksistensial 5. Teori Keluarga 6 Teori Biologis

Faktor Presipitasi: 1. Ancaman Terhadap Integritas fisik

a. Takut nyeri setelah pembedahan. b. Takut keganasan. c. Takut menghadapi ruangan operasi. d. Takut operasi gagal.

2. Ancaman Terhadap Harga Diri : Hubungan interpersonal antara pasien dengan perawat dukungan perawat

Kecemasan

Faktor Gabungan: 1. Genetik 2. Perkembangan 3. Stresor Psikososial 4. Gabuangan Antara

Genetik, Perkembangan dan Stresor Psikososial

26

E. Kerangka konsep

Variabel independen Variable dependen

Kerangka Teori 2.2

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variable yaitu:

1. Variabel Independen (variable bebas)

Variabel independen ini merupakan variabel yang nilainya menentukan

variabel lain. Variabel bebas biasanya diamati dan diukur untuk diketahui

hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain. variabel bebas

dalam penelitian ini adalah dukungan perawat.

2. Variabel Dependen (variable terikat)

Variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah kecemasan pasien pra operasi.

E. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan antara dukungan perawat dengan tingkat kecemasan pasien pra

operasi di Rumah Sakit Tingkat III Bhakti Wira Tamtama Semarang.

Dukungan Perawat Kecemasan Pasien