bab ii tinjauan pustaka a. peran guru dalam proses...

22
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar Pengetahuan adalah abstraksi dari apa yang dapat diketahui dalam jiwa orang yang mengetahuinya. Pada dasarnya pengetahuan tidak bersifat spontan, melainkan pengetahuan harus diajarkan dan dipelajari (Majid, 2005). Kegiatan belajar mengajar melibatkan fase transformasi pengetahuan dari yang mengajarkan kepada yang diajarkan. Transformasi dalam proses belajar mengajar tersebut tidak terlepas dari peran seorang guru. Menurut Burner (Nasution, 2005), dalam proses belajar pada fase transformasi, informasi harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan. Menurut Arikunto (2005) guru adalah orang yang paling penting statusnya di dalam kegiatan belajar- mengajar karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu mengatur dan mengemudikan bahtera kehidupan kelas. Dalam proses belajar mengajar (PBM), posisi guru sangat penting dan strategis, meskipun gaya dan penampilan mereka bermacam-macam. Menurut Claife (Syah, 1995), guru adalah: ...an authority in the disciplines relevant to education, yakni pemegang hak otoritas atas cabang-cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan.

Upload: phamcong

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Pengetahuan adalah abstraksi dari apa yang dapat diketahui dalam jiwa

orang yang mengetahuinya. Pada dasarnya pengetahuan tidak bersifat

spontan, melainkan pengetahuan harus diajarkan dan dipelajari (Majid,

2005).

Kegiatan belajar mengajar melibatkan fase transformasi pengetahuan

dari yang mengajarkan kepada yang diajarkan. Transformasi dalam proses

belajar mengajar tersebut tidak terlepas dari peran seorang guru. Menurut

Burner (Nasution, 2005), dalam proses belajar pada fase transformasi,

informasi harus dianalisis, diubah atau ditransformasi ke dalam bentuk yang

lebih konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam

hal ini bantuan guru sangat diperlukan. Menurut Arikunto (2005) guru

adalah orang yang paling penting statusnya di dalam kegiatan belajar-

mengajar karena guru memegang tugas yang amat penting, yaitu mengatur

dan mengemudikan bahtera kehidupan kelas.

Dalam proses belajar mengajar (PBM), posisi guru sangat penting dan

strategis, meskipun gaya dan penampilan mereka bermacam-macam.

Menurut Claife (Syah, 1995), guru adalah: ...an authority in the disciplines

relevant to education, yakni pemegang hak otoritas atas cabang-cabang ilmu

pengetahuan yang berhubungan dengan pendidikan.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

11

Gambaran secara lebih jelas mengenai posisi guru yaitu sebagai

berikut.

(Syah, 1995)

Siswa Belajar

Perubahan positif tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotor siswa

Guru mengajar

Gambar 2.1 Posisi Guru dalam PBM

Model ini menunjukkan bahwa kegiatan belajar siswa merupakan

akibat hasil kegiatan guru mengajar dalam konteks PBM. Namun demikian

tidak tertutup kemungkinan adanya proses belajar siswa tanpa melibatkan

kegiatan guru. Setiap guru mengajar membutuhkan murid belajar, tetapi

tidak setiap murid belajar memerlukan guru mengajar (Syah, 1995).

Menurut Siregar (1998), dalam proses belajar mengajar terdapat

interaksi antara tiga komponen yaitu guru, siswa dan materi subyek.

Hubungan ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

12

KURIKULUM

Pembelajar Presentasi Pengajar Strategi Organisasi Rekonstruksi Materi-subyek Konteks

Hasil-Belajar

Gambar 2.2 Antar Hubungan Komponen-Komponen Mengajar

Guru sebagai pengajar mempunyai peranan penting dalam

mendefinisikan dan mengendalikan bentuk wacana yang wajar selama

pembelajaran. Guru memerlukan strategi dalam proses pengajarannya agar

lebih mudah dipahami oleh pembelajar. Pada Gambar 2.2 di atas dapat

terlihat adanya hubungan antara pengajar, materi-subyek, dan pembelajar

untuk memperoleh hasil belajar. Untuk menjalankan proses mengajar

tersebut diperlukan adanya kurikulum.

Menurut Arifin, et al. (2000) pembelajaran merupakan kegiatan belajar-

mengajar ditinjau dari sudut kegiatan siswa berupa pengalaman belajar

siswa (PBS) yaitu kegiatan siswa yang direncanakan guru untuk dialami

siswa selama kegiatan belajar-mengajar.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

13

Seorang pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar harus

dapat menumbuhkan motivasi peserta didik, karena motivasi tersebut dapat

mempengaruhi hasil belajarnya. Salah satu faktor yang dapat memotivasi

siswa dalam kegiatan belajar adalah kemampuan guru dalam menyampaikan

isi materi, sehingga dapat mempermudah dalam proses belajar.

B. Representasi Ilmu Kimia

Ben-zvi, Eylon, Silberstein, dan Gabel dalam Wu, J. S. Krajcik, E.

Soloway (2000) mengemukakan bahwa pemahaman konseptual para siswa

terhadap representasi kimia merupakan area penelitian terkemuka dalam

pendidikan kimia. Gabel dalam Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway (2000)

menyatakan bahwa selama satu dasawarsa, para peneliti dan pendidik ilmu

kimia telah mendiskusikan tiga level representasi dalam ilmu kimia yaitu

makroskopis, mikroskopis, dan simbol.

Representasi kimia pada level makroskopis menunjukan fenomena

yang dapat diamati, contohnya perubahan wujud zat. Kimia mikroskopis

menunjukkan pergerakan molekul yang digunakan untuk menjelaskan

keadaan senyawa atau fenomena alam. Kimia pada level simbol

menunjukkan representasi simbolis dari atom, molekul dan senyawa,

contohnya seperti simbol-simbol kimia, rumus dan struktur (Wu, J. S.

Krajcik, E. Soloway, 2000).

Menurut Johnstone (Chittleborough, D. F. Treagust, M. Mocerino,

2002) ketiga level representasi tersebut saling berhubungan dan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

14

berkontribusi terhadap pembentukan pemahaman para siswa, yang

terefleksikan dalam model mental dari fenomena. Model mental tersebut

diperlihatkan pada Gambar 2.3.

Makroskopis

Model mental

Mikroskopis Simbolis

Gambar 2.3 Representasi Ilmu Kimia

Studi empirik Ben-Zvi, Eylon & Silberstein dalam Wu, J. S. Krajcik, E.

Soloway (2000) menunjukkan bahwa pembelajaran representasi

mikroskopis dan simbolis menyulitkan siswa karena kedua representasi

tersebut tidak kasat mata dan bersifat abstrak. Di sisi lain pemahaman siswa

terhadap kimia sangat bersandar pada informasi yang dapat diindera.

Ben-Zvi mengemukakan bahwa walaupun representasi memainkan

peranan penting dalam ilmu kimia akan tetapi literatur mengindikasikan

bahwa kebanyakan siswa mempunyai kesulitan dalam memvisualisasikan

representasi-representasi tersebut (Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway, 2000).

Dalam penyelidikan yang dilakukan oleh Ben-Zvi, Eylon, dan

Silberstein (Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway, 2000), mereka mengeksplorasi

level apa yang digunakan siswa ketika beberapa simbol dan rumus kimia

digunakan, seperti Cu(s), H2O(l), dan Cl2(g). Respon dari siswa menandakan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

15

bahwa mayoritas dari mereka kebingungan mengenai atom dan molekul.

Banyak pelajar, meskipun telah mempelajari ilmu kimia, tidak memahami

peran dari sebuah rumus, sebagian dari mereka berpikir bahwa rumus

merupakan singkatan belaka untuk sebuah nama.

Kozma (Wu, J. S. Krajcik, E. Soloway, 2000) menyatakan bahwa

kebanyakan siswa mempunya kesulitan dalam menginterpretasikan

persamaan kimia. Ketika mereka melihat sebuah persamaan seperti C(s) +

O2(g) → CO2(g), mereka menginterpretasikannya sebagai komposisi huruf,

jumlah dan garis daripada sebuah proses pembentukan dan pemecahan

ikatan.

Sebagai penjelasan tambahan, studi Keig dan Rubba (1993) dalam Wu,

J. S. Krajcik, E. Soloway (2000) menunjukkan bahwa sangat banyak siswa

yang tidak dapat membuat terjemahan diantara rumus, konfigurasi elektron,

dan model ”ball and stick”. Dengan demikian walaupun ahli kimia melihat

simbol dan huruf-huruf sebagai molekul dan tanda panah sebagai arah

reaksi, banyak pelajar tidak dapat memvisualisasikan representasi tersebut.

C. Intertekstualitas

Menurut semiotik sosial, arti dari suatu teks tidak berdiri sendiri tetapi

dihubungkan dengan teks lain yang sama atau relevan. Lemke

mengemukakan bahwa “segala sesuatu akan bermakna hanya jika

dipertentangkan dengan latar belakang hal lain yang sama dengannya” (Wu,

2002).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

16

Menurut Haliday dan Hasan dalam Wu (2002), teks didefinisikan

sebagai bahasa fungsional yang bisa berupa percakapan atau tulisan, atau

medium apapun lainnya untuk mengekspresikan apa yang kita pikirkan. Dari

sudut pandang ini, representasi kimia pada level yang berbeda-beda (yaitu

level makroskopis, mikroskopis, dan simbol), pengalaman sehari-hari dan

kejadian-kejadian dalam kelas dapat dipandang sebagai suatu teks (Santa

Barbara Classroom Discourse Group, 1992, dalam Wu, 2002). Ketika siswa

mengkonstruk pemahaman mengenai konsep-konsep kimia, mereka

mungkin mengkoordinasikan representasi yang berbeda-beda dengan

pengalamannya sehari-hari. Pertautan diantara representasi, pengalaman

kehidupan sehari-hari, dan kejadian-kejadian di kelas yang dilakukan

pembelajar dapat dipandang sebagai hubungan intertekstual

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Bloome dan Egan-Robertson

(Wu, 2002) bahwa pertautan antara representasi, pengalaman kehidupan

sehari-hari, dan kejadian-kejadian di kelas yang dilakukan siswa dapat

dipandang sebagai hubungan intertekstual. Dengan demikian,

intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan antara

representasi kimia, pengalaman hidup sehari-hari, serta kejadian-kejadian di

dalam kelas yang dibangun siswa untuk memahami ilmu kimia.

Diilhami oleh pandangan konstruktivis sosial dalam pembelajaran,

Vygotsky dan Kozma (Wu, 2002) menyatakan bahwa untuk

mengembangkan pemahaman siswa mengenai kimia, kurikulum kimia harus

membimbing mereka untuk menggunakan representasi majemuk dalam

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

17

hubungannya dengan fenomena fisik. Lingkungan belajar, termasuk guru,

material kurikulum, atau peralatan teknologi, harus secara eksplisit

memperlihatkan hubungan diantara level-level makroskopis, mikroskopis

dan simbol dalam konteks inkuiri. Melalui praktik sosial dan diskursif, siswa

secara konseptual bergerak maju dan mundur diantara ketiga level tersebut

dan memiliki kesempatan secara kognitif berinteraksi dengan beragam jenis

representasi dalam cara yang bermakna. Berdasarkan pandangan Kozma

mengenai pembelajaran kimia, diperlukan kajian intertekstualitas untuk

membangun teori mengenai hubungan diantara representasi kimia pada level

yang berbeda.

Tautan intertekstual dapat dibuat diantara pengalaman sehari-hari dan

level makroskopis kimia. Meskipun proses kimia pada level makroskopis

dapat dilihat dan relatif lebih mudah untuk dipahami, akan tetapi umumnya

dalam kurikulum kimia proses ini dipisahkan dari situasi nyata di kehidupan

sehari-hari dan biasanya didesain sebagai kegiatan laboratorium. Pada

kegiatan tersebut siswa diminta untuk mengikuti prosedur yang telah

diberikan, sehingga tidak mengherankan apabila kebanyakan siswa tidak

mampu mengaplikasikan pengetahuan ilmiah yang telah mereka peroleh di

sekolah ke dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk menjembatani “jurang pemisah” di antara pengalaman sehari-

hari dengan pengalaman belajar siswa di sekolah, hubungan intertekstual

yang pertama kali harus dibangun yaitu antara situasi nyata siswa dalam

kehidupan sehari-hari dengan aspek makroskopis kimia, sehingga

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

18

memberikan kesempatan bagi siswa untuk melihat bagaimana sains di

sekolah dihubungkan dengan kehidupannya serta bagaimana pengetahuan

sains tersebut diaplikasikan.

Interaksi sosial juga merupakan aspek penting pada intertekstualitas

ilmu kimia. Melalui interaksi sosial siswa dapat mengkonstruk pemahaman

kimianya bukan hanya mengikuti makna individualnya saja, akan tetapi

mengkonstruk pemahaman dari makna sosial juga (Wu, 2002). Guru

memainkan peranan penting dalam menciptakan interaksi sosial yang

menunjang proses pertautan antara representasi ilmu kimia pada level

makroskopis, mikroskopis, dan simbol dengan pengalaman sehari-hari

siswa. Melalui interaksi sosial juga guru dapat melihat sejauh mana

pemahaman yang telah dibangun siswa, sehingga dengan adanya interaksi

tersebut guru dapat langsung mengevaluasi pembelajaran yang telah dan

sedang berlangsung di kelas.

C. Model Representasi Teks

Analisis yang digunakan pada proses belajar mengajar termasuk ke

dalam analisis wacana. Dalam menganalisis representasi ilmu kimia pada

pengajaran guru ini, digunakan model representasi teks dari Siregar. Model

tersebut digunakan untuk mengkonstruk ilmu yang dipetakan dari hasil

transkripsi kegiatan belajar mengajar.

Model representasi teks menjelaskan hubungan antara unit-unit teks dan

ketepatan struktur materi subyek ilmu yang mewakilinya pada berbagai

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

19

tingkatan. Dalam model representasi tersebut, dimensi progresi berlangsung di

bawah kendali dimensi elaborasi, sedangkan dimensi elaborasi itu sendiri

mengendalikan ketepatan pengembangan materi subyek selama

pengembangan wacana terpusat pada produksi pengetahuan materi subyek.

E L A B O R A S I

P-I

P-IV

P-III

P-II

TOPIK

S-1

P R O G R E S I

S-2 S-3

S-4

S-5 S-6

S-7 S-8

S-9

S-10 S-11

S-12

Gambar 2.4 Model Representasi Mengajar (Dahar dan Siregar, 2000)

Van Dijk dan Kintsch dalam Siregar (1999) mengemukakan bahwa

pengorganisasian wacana dilakukan menggunakan unit wacana yang dalam

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

20

hal ini adalah proposisi, karena hubungan wacana dan materi-subyek yang

tidak dapat dipisahkan. Dari Gambar 2.4, P melambangkan proposisi makro

dan S melambangkan proposisi dengan abstraksi rendah. Proposisi merupakan

pernyataan pengukuhan antara hubungan konsep dibedakan menurut tingkat

abstraksinya.

Tugas utama dalam analisis wacana adalah mengorganisasi unit terkecil,

proposisi-mikro (pengukuhan yang mewakili struktur permukaan teks)

menjadi unit yang lebih besar, proposisi-makro secara berulang-ulang dapat

digabung menjadi proposisi-makro pada berbagai tingkat abstraksi yang

akhirnya menjadi proposisi-global.

Berikut ini disajikan tahapan-tahapan untuk memperoleh struktur global

dan struktur mako pengajaran guru.

1. Penghalusan Transkripsi Menjadi Teks Dasar

Transkripsi diperhalus menjadi teks dasar untuk memperoleh data

yang mudah untuk dianalisis. Penghalusan ini dilakukan berdasarkan

kriteria ketepatan dan kejelasan, dengan cara penghapusan dan penyisipan

kata. Penghapusan dilakukan terhadap kata-kata yang dirasa tidak berperan

atau berlebihan dalam membentuk struktur yang diinginkan. Sedangkan

penyisipan dilakukan untuk mempertajam atau mengganti peranan kata

yang dihapus.

2. Penurunan Proposisi dari Teks Dasar

Teks dasar yang diperoleh dari penghalusan transkripsi selanjutnya

dibuat proposisinya. Sebelum proposisinya diturunkan, dilakukan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

21

segmentasi terlebih dahulu terhadap teks dasar. Satu segmentasi tersebut

mengandung satu tema atau satu tindakan utama. Proposisi biasanya

mempunyai rumusan yang lebih singkat dari teks dasar.

Menurunkan proposisi dari suatu teks dasar diwujudkan dengan cara

menggunakan aturan makro. Aturan makro tersebut terdiri atas tiga cara,

yaitu dengan menghapus, dengan menggeneralisasi dan dengan

membangun (Siregar, tanpa tahun). Aturan makro tersebut bersifat

rekursif, artinya proposisi yang dihasilkan dapat digunakan kembali untuk

penurunan proposisi yang lebih umum.

3. Struktur Makro dan Struktur Global Pengajaran Guru

Penurunan struktur global harus memperhatikan keterpaduan

hubungan antar unit tema. Tindakan makro dalam alur progresi

memungkinkan penampilan yang lebih kontinu dan dalam dimensi

elaborasi menghendaki keutuhan hubungan hirarki antara unit materi

subyek.

Pada struktur global pengajaran terdapat makro utama yang dapat

dijabarkan kembali menjadi struktur makro pengajaran. Struktur makro ini

digunakan untuk mempermudah proses pemilihan representasi ilmu kimia

pada level makroskopis, mikroskopis, dan simbol.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

22

D. Tinjauan Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan

1. Kelarutan (s)

Kelarutan (solubility) suatu zat dalam suatu pelarut menyatakan

jumlah maksimum zat yang dapat larut dalam sejumlah tertentu pelarut

pada suhu tertentu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram L-1 atau

mol L-1.

Bila sejumlah NaCl dilarutkan ke dalam air dan ada sebagian yang

tidak larut, maka larutan yang dihasilkan merupakan larutan jenuh. Bila

ke dalam larutan jenuh NaCl ditambahkan lagi sedikit NaCl maka NaCl

yang ditambahkan tersebut tidak bisa melarut namun tetap sebagai

endapan NaCl. Konsentrasi zat terlarut di dalam larutan jenuh

dinyatakan sebagai kelarutannya.

2. Tetapan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Perak kromat (Ag2CrO4) merupakan contoh garam yang sukar larut

dalam air. Jika Ag2CrO4 dimasukkan sedikit saja ke dalam segelas air

kemudian diaduk, maka akan terlihat bahwa sebagian besar dari garam

itu tidak larut (mengendap di dasar gelas). Larutan perak kromat mudah

sekali jenuh. Setelah mencapai keadaan jenuh proses melarut ternyata

tidak berhenti. Dalam larutan jenuh tetap terjadi proses melarut, tetapi

pada saat yang sama terjadi pula proses pengkristalan dengan laju yang

sama. Dengan kata lain, dalam keadaan jenuh terdapat kesetimbangan

antara zat padat tak larut dengan larutannya. Kesetimbangan dalam

larutan jenuh perak kromat adalah sebagai berikut.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

23

Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)

Dari kesetimbangan dalam keadaan jenuhnya tersebut dapat

ditentukan hasil kali kelarutannya. Hasil kali kelarutan adalah hasil kali

konsentrasi molar ion-ion dalam larutan jenuhnya dipangkatkan

koefisiennya masing-masing. Harga hasil kali kelarutan dilambangkan

dengan Ksp (solubility product constant) atau tetapan hasil kali kelarutan.

Ksp ini merupakan tetapan untuk reaksi kesetimbangan antara padatan

terlarut dengan ion-ionnya. Garam-garam atau basa-basa tertentu

memiliki harga Ksp yang berbeda-beda.

Pada reaksi kesetimbangan antara ion-ion yang melarut dan padatan

Ag2CrO4, rumusan tetapan hasil kali kelarutannya (Ksp) adalah:

Ksp = [Ag+]2 [CrO42-].

Konsentrasi kesetimbangan ion Ag+ dan ion CrO42- dalam larutan

jenuh dapat dikaitkan dengan kelarutan Ag2CrO4, yaitu sesuai dengan

stoikiometri reaksi (perbandingan koefisien reaksinya). Jika kelarutan

Ag2CrO4 dinyatakan dengan s, maka konsentrasi ion Ag+ dalam larutan

itu sama dengan 2s dan konsentrasi ion CrO42- sama dengan s.

Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)

s 2s s

Dengan demikian, tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) Ag2CrO4 dapat

dikaitkan dengan kelarutannya (s) sebagai berikut.

Ksp = [Ag+]2 [CrO42-]

= (2s)2 (s)

= 4s3

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

24

3. Pengaruh Ion Senama Terhadap Kelarutan

Dalam larutan jenuh Ag2CrO4 terdapat kesetimbangan antara

Ag2CrO4 padat dengan ion-ion Ag+ dan CrO42- dalam larutannya.

Ag2CrO4(s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)

Sesuai dengan azas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan,

penambahan konsentrasi ion CrO42- atau ion Ag+ akan menggeser

kesetimbangan ke kiri. Akibat dari pergeseran tersebut, jumlah Ag2CrO4

yang larut berkurang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ion senama akan

memperkecil kelarutan. Akan tetapi, ion senama tidak mempengaruhi

harga tetapan hasil kali kelarutan, asal suhu tidak berubah.

4. Pengaruh pH Terhadap Kelarutan

Jika ke dalam larutan suatu senyawa yang mengandung anion dari

asam lemah, ditambahkan ion H3O+ dari asam kuat, maka akan

memperbesar harga kelarutan dari senyawa tersebut. Hal tersebut dapat

dijelaskan dengan azas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan.

Contohnya dalam larutan jenuh CaCO3 yang memiliki kesetimbangan

sebagai berikut.

CaCO3(s) Ca2+(aq) + CO32-(aq)

Dalam larutan asam, ion H3O+ akan mengikat ion CO32- yang

merupakan anion dari asam lemah, membentuk HCO3- atau H2CO3.

H2CO3 selanjutnya akan terurai membentuk CO2 dan H2O. Hal ini akan

menggeser kesetimbangan reaksi di atas ke kanan. Dengan kata lain,

menyebabkan CaCO3 melarut.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

25

Berbeda halnya pada saat penambahan ion H3O+ ke dalam larutan

jenuh suatu senyawa yang mengandung anion dari asam kuat, seperti

perak klorida. Hal tersebut tidak akan mempengaruhi proses

kesetimbangan dalam reaksinya.

AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

Karena ion Cl- merupakan basa konjugasi dari asam kuat (HCl),

maka ion Cl- akan ada di dalam larutannya bersama-sama dengan ion

H3O+. Ion Cl- tidak meninggalkan sistem, sehingga tidak mempengaruhi

posisi kesetimbangan dalam reaksi tersebut.

5. Tetapan Hasil Kali Kelarutan dan Pengendapan

Harga Ksp suatu senyawa dapat memberikan informasi tentang

kelarutan senyawa tersebut dalam air. Semakin besar harga Ksp suatu zat,

semakin mudah larut senyawa tersebut.

Harga Ksp suatu zat dapat digunakan untuk meramalkan terjadi

tidaknya endapan suatu zat jika dua larutan yang mengandung ion-ion

dari senyawa sukar larut dicampurkan.

Untuk mengendapkan ion Cl- dari air laut dapat dilakukan dengan

cara menambahkan larutan AgNO3. Ion Cl- dari air laut akan bergabung

dengan ion Ag+ yang berasal dari AgNO3 membentuk AgCl yang sukar

larut.

Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s)

Pada saat larutan yang mengandung ion Cl- ditetesi sedikit demi

sedikit dengan larutan Ag+, endapan AgCl tidak akan langsung

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

26

terbentuk. AgCl dapat larut dalam air, meskipun dengan jumlah yang

sangat sedikit. Artinya, ion Ag+ dan ion Cl- dapat berada bersama-sama

dalam larutan hingga larutan jenuh, yaitu sampai hasil kali [Ag+] [Cl-] =

nilai Ksp AgCl. Apabila penambahan ion Ag+ dilanjutkan hingga hasil

kali [Ag+] [Cl-] > Ksp AgCl, maka kelebihan ion Ag+ dan ion Cl- akan

bergabung membentuk endapan AgCl. Jadi, pada penambahan larutan

Ag+ ke dalam larutan Cl- dapat terjadi tiga hal sebagai berikut:

Jika [Ag+] [Cl-] < Ksp AgCl, larutan belum jenuh

Jika [Ag+] [Cl-] = Ksp AgCl, larutan tepat jenuh

Jika [Ag+] [Cl-] > Ksp AgCl, terjadi pengendapan dan larutan yang

terbentuk bersifat jenuh

6. Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan dalam Kehidupan Sehari-hari

Berikut ini merupakan beberapa contoh fenomena dalam kehidupan

sehari-hari yang menggunakan prinsip kelarutan dan hasil kali kelarutan.

1) Proses Mendapatkan Sidik Jari

Sewaktu tangan memegang suatu benda, salah satu zat yang

ditinggalkan pada benda tersebut adalah NaCl yang berasal dari

keringat. Benda yang dipegang tadi disapu dengan larutan AgNO3.

AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan AgCl

berwarna putih jika hasil kali konsentrasi Ag+ dan Cl- nya telah

melebihi harga Ksp AgCl . Di bawah sinar, endapan AgCl putih ini

akan berubah menjadi endapan Ag yang berwarna hitam. Endapan ini

akan menampilkan sidik jari.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

27

NaCl(aq) + AgNO3(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq) Putih

Terbentuknya endapan AgCl tersebut terkait dengan kelarutan AgCl

yang rendah dalam pelarut air. Harga Ksp dari AgCl adalah sebesar

1,8×10-10.

Gambar 2.5 Sidik Jari Manusia

2) Terbentuknya Batu Karang

Gambar 2.6 Gugusan Batu Karang

Gugusan batu karang yang ada sekarang ini berasal dari CaCO3 yang

terbentuk selama 65-100 juta tahun yang lalu. Pembentukan CaCO3

berawal dari karbondioksida yang berada di atmosfer bereaksi dengan

air laut membentuk asam karbonat melalui reaksi di bawah ini:

CO2(g) + H2O(l) H2CO3(aq)

Ketika asam karbonat yang terbentuk larut dalam air laut, maka asam

karbonat akan terurai menjadi ion bikarbonat atau karbonat dan H+.

H2CO3(aq) H+(aq) + HCO3-(aq)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

28

HCO3-(aq) H+(aq) + CO3

2-(aq)

Beberapa organisme yang hidup di air laut mereaksikan ion bikarbonat

dengan Ca2+ untuk membentuk kalsium karbonat (CaCO3).

Ca2+(aq) + 2HCO3-(aq) CaCO3(s) + CO2(g) + H2O(l)

Gugusan batu karang yang terbentuk di dasar lautan terjadi karena

kelarutan CaCO3 tersebut rendah dalam air. Harga Ksp dari CaCO3

yaitu sebesar 2,8×10-9. Dengan harga Ksp yang kecil, maka harga

kelarutannya pun kecil. Dengan memiliki harga kelarutan yang kecil,

maka makin lama akan terjadi proses pengendapan di dasar laut dan

akhirnya akan terbentuk gugusan batu karang.

3) Menghilangkan Kesadahan Air

Air sadah mengandung ion Mg2+ dan Ca2+ yang cukup tinggi,

disamping anion seperti HCO3-. Jika air sadah digunakan dengan

sabun, maka ion Ca2+ atau Mg2+ pada air sadah akan mensubstitusikan

ion Na+ dan atau ion K+ yang dikandung sabun, sehingga air sabun

tidak berbuih dan kehilangan daya pembersihnya. Pada mesin, alat

rumah tangga, pipa dan sebagainya, air sadah membentuk kerak atau

endapan yang menempel pada mesin atau alat lain, dan oleh karena

kerak itu bukan penghantar panas maka hal ini menyebabkan

pemborosan bahan bakar. Jika air sadah itu hanya mengandung garam

Ca(HCO3)2 atau Mg(HCO3)2, maka air sadah dikatakan mempunyai

kesadahan sementara. Ion Ca2+ atau Mg2+ dalam larutan dapat

dipisahkan dengan cara pemanasan. Jika air sadah tersebut

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

29

mengandung garam sulfat (CaSO4, MgSO4) atau garam klorida (CaCl2,

MgCl2), maka air sadah itu dikatakan mempunyai kesadahan tetap

Untuk mengatasi hal ini, ke dalam air sadah dapat ditambahkan garam

yang mengandung ion CO32-, contohnya Na2CO3 untuk mengendapkan

Ca2+ dan Mg2+.

CaCl2(aq) + Na2CO3(aq) CaCO3(s) + 2NaCl(aq)

MgSO4(aq) + Na2CO3(aq) MgCO3(s) + Na2SO4(aq)

4) Penambahan Senyawa Fluorida ke dalam Pasta Gigi

Email terdiri dari senyawa hidroksiapatit, Ca5(PO4)3OH yang memiliki

harga Ksp 2,34 × 10-59.

Kerusakan gigi terjadi karena suasana di dalam mulut bersifat asam.

Suasana asam dapat terjadi karena pengaruh bakteri dalam mulut

ketika menguraikan sisa-sisa makanan yang terselip di gigi. Hal ini

akan menyebabkan terjadi demineralisasi email, dan email akan rusak.

Kerusakan ini dapat dicegah dengan menyikat gigi secara teratur.

Salah satu cara yang lain adalah menambahkan senyawa fluorida ke

dalam pasta gigi. Menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung

fluorida (F-) dapat mengubah senyawa hidroksiapatit menjadi

fluoroapatit. Senyawa fluoroapatit, Ca5(PO4)3F(s) memiliki Ksp

3,16×10-60, dengan demikian harga kelarutannya akan lebih kecil dari

harga kelarutan hidroksiapatit. Ketika menggosok gigi dengan pasta

gigi yang berfluorida terjadi pergantian ion OH- oleh ion F- sehingga

membentuk fluoroapatit yang lebih sukar larut dalam suasana asam

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

30

dibandingkan dengan hidroksiapatit. Proses tersebut dapat mencegah

kerusakan gigi.

5) Terbentuknya Stalaktit dan Stalakmit pada Gua Batu Kapur

Pembentuk utama batu kapur adalah CaCO3, yang merupakan senyawa

ionik dengan kelarutan yang rendah, harga Ksp nya sebesar 2,8×10-9.

Batuan tersebut mulai terakumulasi di dalam tanah lebih dari 400 juta

tahun yang lalu. Berikut ini akan diuraikan mengenai terjadinya gua

batu kapur hingga terbentuknya stalaktit dan stalakmit.

Gas CO2 berkesetimbangan dengan larutan CO2 dalam air:

H2O(l) CO2(g) CO2(aq) (1)

Konsentrasi CO2 dalam air sebanding dengan tekanan parsial gas CO2

yang larut dalam air (Hukum Henry).

[CO2(aq)]∝ PCO2

Selanjutnya air permukaan tanah yang mengalir melalui celah-celah di

tanah bereaksi dengan CO2 yang terkandung dalam tanah:

CO2(aq) + 2H2O(l) H3O+(aq) + HCO3-(aq) (2)

Ketika asam yang terbentuk dari CO2 dengan air bereaksi dengan

kapur, maka CaCO3 melarut. Persamaan reaksinya yaitu:

CaCO3(s)+CO2(aq)+H2O(l) Ca2+(aq)+2HCO3-(aq) (3)

Maka, reaksi kesetimbangan pada persamaan (3) bergeser ke kanan.

Akibatnya, semakin banyak batu yang terkikis membentuk lubang dan

dalam ratusan tahun gua mulai terbentuk.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Guru dalam Proses …a-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_044482_bab_ii.pdf · intertekstualitas dalam ilmu kimia yang dimaksud yaitu kaitan

31

Dalam terowongan bawah tanah, Ca(HCO3)2 melarut. Melalui langit-

langit dari gua yang terbentuk, larutan tersebut menetes, bereaksi

dengan udara yang mengandung PCO2 lebih rendah dari yang di tanah

sehingga CO2(aq) berkurang dari larutan (persamaan 1 bergeser ke

kiri). Dari tetesan pada langit-langit tersebut akan membentuk endapan

CaCO3 (persamaan 3 bergeser ke kiri). Dalam waktu satu dasawarsa,

dari proses tetesan pada langit-langit akan menghasilkan stalaktit,

sedangkan yang pertumbuhannya ke atas gua dinamakan stalakmit.

Dalam waktu yang lama stalaktit dan stalakmit bertemu membentuk

kolom lapisan endapan batu kapur, sehingga lama-lama akan

membentuk tiang gua.

Gambar 2.7 Stalaktit dan Stalakmit pada Gua Batu Kapur