bab ii tinjauan pustaka a. pengendalian biaya...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengendalian Biaya
1. Pengertian Biaya
Menurut Hansen dan Mowen (2005:40), biaya merupakan kas yang
dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi
manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah
penurunan manfaat ekonomis selama periode akuntansi dalam bentuk arus
atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan
turunnya ekuitas yang menyangkut pembagian pada penanam modal.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan
pengorbanan yang dapat diukur dengan satuan uang atas kepemilikan barang
atau jasa untuk suatu tujuan tertentu dan jangka waktu atau masa manfaat dari
pengorbanan tersebut. Pengorbanan yang menghasilkan manfaat dapat disebut
sebagai biaya, sedangkan pengorbanan yang tidak menghasilkan manfaat
dianggap sebagai pemborosan (kerugian) yang diderita oleh perusahaan.
2. Konsep Pengendalian
Fungsi pengendalian merupakan fungsi yang penting untuk
menentukan proses manajemen, sehingga harus dilakukan sebaik mungkin.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Garrison (2003:97), pengendalian adalah proses
penentuan, apa yang dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu
pelaksanaan, menilai pelaksanaan yaitu perbaikan, sehingga pelaksanaan
sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
Pada umumnya perusahaan melakukan pengawasan biaya yang
tidak lain agar dapat mengendalikan biaya yang terjadi dalam menjalankan
kegiatan sehingga dapat bejalan dengan efektif dan efisien.
Menurut Mulyadi (2001:501), untuk melakukan pengendalian biaya di dalam perusahaan tergantung pada besar kecilnya perusahaan tersebut, dan telah berkembang melalui lima tahapan, yaitu: a. Pengendalian biaya dengan pengawasan fisik
Dalam perusahaan kecil biasanya pimpinan sekaligus pemilik perusahaan, perencanaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan rencana dilakukan secara langsung oleh pimpinan perusahaan. Pimpinan perusahaan memiliki kemampuan yang memadai untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatannya.
b. Pengendalian biaya dengan menggunakan catatan akuntansi historis Jika perusahaan berkembang, maka pimpinan perusahaan tidak lagi dapat mengamati secara fisik, tetapi memerlukan catatan historis untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatannya dari periode ke periode. Untuk tingkat perkembangan tertentu pimpinan perusahaan cukup melakukan pernecanaan dan pengendalian dengan membandingkan catatan historis dari tahun ke tahun.
c. Pengendalian biaya dengan menggunakan anggaran statis dan biaya standar Jika perusahaan semakin berkembang, pimpinan perusahaan tidak lagi menghadapi masalah bagaimana pelaksanaan kegiatan pada tahun berjalan jika dibandingkan dengan apa yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya, tetapi bagaimana pelaksanaan pada tahun berjalan jika dibandingkan dengan yang seharusnya dilaksanakan pada tahun tersebut. Pada tingkat perkembangan ini, pimpinan memerlukan anggaran dan standar sebagai alat untuk merencanakan dan mengendalikan kegiatannya. Pimpinan perusahaan mulai memperbaiki sistem perencanaan dan pengendalian kegiatannya dengan membuat anggaran statis dan biaya yang sederhana.
d. Pengendalian biaya dengan menggunakan anggaran fleksibel dengan biaya standar Dalam kenyataannya kapasitas yang direalisasikan seringkali menyimpang dari kapasitas yang direncanakan. Maka, cara
Universitas Sumatera Utara
perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan kemudian diperbaiki dengan mengembangkan anggaran fleksibel dengan biaya standar. Anggaran fleksibel disusun untuk berbagai tingkat kapasitas yang direncanakan, sehingga anggaran ini menyediakan tolok ukur prestasi yang mendekati kapasitas sesungguhnya yang dicapai.
e. Pengendalian biaya dengan pembuatan pusat-pusat pertanggungjawaban dan penerapan sistem akuntansi pertanggungjawaban Dalam perusahaan besar, kegiatannya telah dibagi menjadi pusat-pusat pertanggungjawaban. Perencanaan dan pengendalian kegiatan perusahaan dilaksanakan dengan mengembangkan anggaran untuk setiap pusat pertanggungjawaban. Manajer pusat pertanggungjawaban dinilai prestasinya dengan cara membandingkan anggaran yang disusun dengan realisasinya. Setiap manajer pusat pertanggungjawaban hanya dinilai berdasarkan hal-hal yang mereka kendalikan.
B. Akuntansi Pertanggungjawaban
1. Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban
Suatu pusat pertanggungjawaban dibentuk untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan dari suatu unit organisasi. Tujuan suatu pusat
pertanggungjawaban secara individual diharapkan dapat membantu
pencapaian tujuan dari organisasi sebagai keseluruhan. Tujuan menyeluruh
suatu organisasi diputuskan dalam proses perencanaan strategik. Suatu pusat
pertanggungjawaban menggunakan masukan, misalnya bahan, jasa tenaga
kerja, dan berbagai macam barang dan jasa lainnya yang dikonsumasi sebagai
masukan. Proses atau pengolahan masukan memerlukan modal atau investasi
yang ditanamkan dalam aktiva lancar (modal kerja) dan aktiva tetap. Dari
pengolahan tersebut, pusat pertanggungjawaban menghasilkan keluaran yang
dapat digolongkan menjadi barang ataupun jasa. Keluaran suatu pusat
Universitas Sumatera Utara
pertanggungjawaban dapat dijual kepada pihak lain ataupun dapat dikonsumsi
oleh pusat pertanggungjawaban lainnya.
PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
MASUKAN KELUARAN
Sumber yang dipakai Barang dan Jasa diukur dengan biaya MODAL
(AKTIVA/INVESTASI)
Gambar 2.1 Diagram Masukan-Proses-Keluaran Pusat Pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban disusun sedemikian rupa sehingga
pengumpulan dan pelaporan biaya serta penghasilan dilakukan sesuai dengan
bidang dan tujuan sehingga dapat diketahui orang atau kelompok orang yang
bertanggungjawab terhadap penyimpangan terhadap biaya maupun
pendapatan yang telah dianggarkan. Akuntansi pertanggungjawaban
merupakan sistem akuntansi yang disusun dengan berbagai pusat
pertanggungjawaban pada organisasi dan mencerminkan rencana-rencana dan
tindakan-tindakan setiap pusat pertanggungjawaban dengan menetapkan
penghasilan dan biaya tertentu kepada pusat yang memiliki tanggung jawab.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem
akuntansi pertanggungjawaban disusun sesuai dengan struktur organisasi yang
ada dalam perusahaan yang memisahkan tugas, wewenang, tanggung jawab
masing-masing bagian manajemen secara jelas dan tegas, bahkan
Proses (Pengerjaan)
Universitas Sumatera Utara
dimaksudkan untuk pengawasan atau pengendalian dengan cara
menghubungkan secara langsung antara terjadinya biaya dengan pendapatan.
Selain itu, biaya dan penghasilan perlu dihubungkan dengan pihak-pihak yang
bertanggung jawab. Akuntansi pertanggungjawaban juga digunakan untuk
merencanakan, mengumpulkan, melaporkan biaya-biaya dengan
mengidentifikasikan secara langsung kepada manajer yang bertanggung jawab
atas terjadinya biaya-biaya tersebut.
Akuntansi pertanggungjawaban merupakan salah satu bagian dari
sistem pengendalian manajemen yang mengukur kinerja dan mengevaluasi
rencana dengan realisasi manajemen dari setiap tingkat manajemen dalam
suatu perusahaan dengan menetapkan penghasilan dan biaya bagi departemen
atau divisi yang memiliki tanggungjawab yang bersangkutan. Setiap manajer
yang mengepalai suatu pusat pertanggungjawaban memiliki tanggung jawab
terhadap kegiatan yang didelegasikan kepadanya. Namun, keputusan yang
dibuat seorang manajer pusat pertanggungjawaban akan dapat mempengaruhi
pusat pertanggungjawaban lainnya. Penerapan akuntansi pertanggungjawaban
sangat membantu manajemen perusahaan untuk menilai kinerja dari tiap-tiap
pusat pertanggungjawaban dalam pengambilan keputusan dan mencapai
tujuan perusahaan secara menyeluruh.
Menurut Horngren, Foster, dan Datar (1995:533), akuntansi
pertanggungjawaban (responsibility accounting) adalah sistem yang mengukur
rencana (dengan anggaran) dan tindakan (dengan hasil aktual) dari setiap
pusat pertanggungjawaban.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Niswonger (1999:353), akuntansi pertanggungjawaban adalah
proses pengukuran dan pelaporan data operasi pada pusat
pertanggungjawaban.
Menurut Hansen, Mowen (2005:116), akuntansi pertanggungjawaban
adalah sistem yang mengukur berbagai hasil yang dicapai oleh setiap pusat
pertanggungjawaban menurut informasi yang dibutuhkan oleh para manajer
untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka.
Dari defenisi di atas, dapat dikatakan bahwa akuntansi
pertanggungjawaban adalah suatu sistem di dalam akuntansi yang mengakui
adanya pusat pertanggungjawaban sebagai pelaksana kegiatan yang memiliki
tanggung jawab atas biaya dan pendapatan tertentu sehingga pengawasan
dapat diarahkan pada pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan untuk
menilai setiap unit pusat pertanggungjawaban.
Akuntansi pertanggungjawaban dapat dilihat dari struktur organisasi.
Dalam struktur organisasi tercermin wewenang dan tanggung jawab dari
setiap divisi. Jika suatu perusahaan memiliki struktur organisasi yang
sederhana, maka manajemen puncak mudah mengadakan pengendalian, dan
sebaliknya jika suatu perusahaan memiliki struktur organisasi yang kompleks,
maka manajemen puncak sulit mengadakan pengendalian. Oleh karena itu,
untuk memudahkan pengendalian dan evaluasi kinerja bawahan, manajemen
menerapkan akuntansi pertanggungjawaban.
Universitas Sumatera Utara
2. Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban
Setiap perusahaan didirikan dengan maksud untuk mencapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan perusahaan
dalam suatu kondisi perekonomian yang kompetitif adalah untuk memperoleh
keuntungan maksimal dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang
dan juga untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Dalam
usaha untuk mencapai tujuannya, maka setiap perusahaan senantiasa berusaha
untuk meningkatkan efektifitas maupun efisiensi kerjanya. Untuk
mengkoordinasikan kegiatan perusahaan dalam mencapai tujuannya,
disusunlah strategi-strategi sebagai petunjuk di dalam mencapai tujuannya.
Untuk memastikan bahwa perusahaan melaksanakan strateginya secara
efektif dan efisien, manajemen melakukan suatu proses yang disebut dengan
pengendalian. Salah satu bentuk pengendalian adalah dengan menggunakan
anggaran. Anggaran yang dibuat merupakan suatu pengarahan perhatian,
karena membantu para manajer untuk memusatkan perhatian pada masalah
operasional atau keuangan pada waktu yang lebih awal untuk pengendalian
yang lebih efektif. Oleh karena itu, haruslah disusun anggaran untuk tiap-tiap
tingkatan manajemen melalui pembentukan pusat-pusat pertanggungjawaban,
serta laporan anggaran dan realisasinya dari setiap pusat pertanggungjawaban
untuk dapat menentukan prestasi pusat pertanggungjawaban.
Menurut Mulyadi (2001:174), informasi akuntansi pertanggungjawaban berupa informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan angaran, sedangkan informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berupa masa lalu bermanfaat sebagai: a. Akuntansi pertanggungjawaban sebagai dasar penyusunan anggaran.
Universitas Sumatera Utara
Anggaran pada dasarnya merupakan penetapan peran dalam usaha. Pencapaian tujuan perusahaan dan ditetapkan pula sumber ekonomi yang disediakan bagi pemegang peran tersebut untuk memungkinkannya melaksanakan perannya, yang diukur dengan satuan moneter standar yang berupa informasi akuntansi. Oleh karena itu, penyusunan anggaran hanya mungkin dilakukan jika tersedia informasi akuntansi pertanggungjawaban yang mengukur berbagai sumber ekonomi yang disediakan dalam usaha pencapaian tujuan yang ditetapkan dalam tahun anggaran.
b. Akuntansi pertanggungjawaban sebagai penilai prestasi manajer pusat pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban merupakan informasi yang penting dalam proses perencanaan dan pengendalian kegiatan organisasi, yang menekankan hubungan antara informasi dengan manajer yang bertanggung jawab terhadap perencanaan dan terjadinya kegiatan perusahaan. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memberikan peran bagi pihak manajer merencanakan pendapatan atau biaya yang menjadi tanggung jawabnya dan kemudian menyajikan informasi realisasi pendapatan dan biaya menurut manajer yang bertanggung jawab. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban mencerminkan skor yang dibuat oleh pihak manajemen dalam menggunakan berbagai sumber ekonomi untuk melaksanakan peran manajer tersebut dalam mencapai tujuan perusahaan.
c. Akuntansi pertanggungjawaban sebagai pemotivasi manajer Anggaran berisi tolok ukur prestasi manajer yang dinyatakan dalam satuan uang, dan jga berisi informasi akuntansi pertanggungjawaban yang memberikan tolok ukur prestasi manajer yang diberi tanggung jawab untuk menyusun anggaran tersebut. Dengan demikian, informasi akuntansi pertanggungjawaban dalam anggaran dapat berfungsi untuk memberi motivasi bagi manajer yang bersangkutan untuk mencapai tolok ukur yang dinyatakan dalam informasi akuntansi tersebut. Jika sistem penghargaan dalam perusahaan didasarkan pada informasi akuntansi pertanggungjawaban, informasi ini akan berpengaruh terhadap perilaku keorganisasian para manajer.
3. Hubungan Fungsi Struktur Organisasi dengan Akuntansi
Pertanggungjawaban
Titik awal dari sistem akuntansi pertnaggungjawaban terletak pada
bagan organisasi, di mana ruang lingkup wewenang telah ditentukan. Adanya
Universitas Sumatera Utara
sistem akuntansi pertanggungjawaban yang baik dalam suatu perusahaan akan
didukung oleh struktur organisasi yang baik pula. Struktur organisasi
mncerminkan pembagian tugas dan wewenang dari manajemen tingkat atas
kepada manajemen tingkat bawah agar pembagian tugas yang efektif dan dan
efisien dapat tercapai.
Menurut Sutarto (2002:212), struktur organisasi adalah suatu grafik
atau semigrafik yang menunjukkan keterangan-keterangan yang pasti tentang
fungsi-fungsi, pengelompokkan fungsi, garis tanggung jawab, dan wewenang
serta akuntabilitas dalam organisasi.
Menurut Jeff Madura ((2002:16), struktur organisasi mengidentifikasi
peran dan tanggung jawab karyawan yang dipekerjakan oleh perusahaan.
Struktur organisasi merupakan susunan sistem hubungan antar posisi
kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi. Struktur tersebut adalah hasil
dari pertimbangan dan kesadaran tentang pentingnya perencanaan atas
penentuan kekuasaan, tanggung jawab dan spesialisasi setiap anggota
organisasi.
Sesuai dengan pola pendelegasian wewenang dan tanggungjawabnya
serta berkaitan dengan pusat pertanggungjawaban, struktur organisasi dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
a. Struktur orgasnisasi fungsional, di mana setiap manajer bertanggung
jawab terhadap salah satu dari berbagai fungsi yang ada di dalam
organisasi dan pembagian departemen didasarkan atas fungsi produksi,
pemasaran, dan fungsi keuangan.
Universitas Sumatera Utara
b. Struktur organisasi disfungsional adalah pembagian organisasi
berdasarkan divisi. Manajer divisi bertanggung jawab terhadap
terhadap bisnis atau line produk tertentu, mereka mempunyai
wewenang untuk mengubah kebijaksanaan produksi sekaligus
kebijaksanaan pemasaran dalam bisnisnya sehingga dapat memberikan
tanggapan yang cepat atas perubahan lingkungan.
4. Peranan Anggaran dalam Akuntansi Pertanggungjawaban
Setiap perusahaan bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Keberhasilan suatu perusahaan dapat dinilai dari kemampuan
manajemennya dalam merencanakan dan mengendalikan setiap aktivitas yang
ada di dalam perusahaan. Salah satu alat yang dapat digunakan dalam
perencanaan dan pengendalian tersebut adalah anggaran.
Menurut Niswonger dan Fess (1993:203), anggaran adalah pernyataan
tertulis secara formal mengenai rencana manajemen untuk masa depan, yang
dinyatakan dalam nilai uang.
Menurut Supriyono (2000:40), anggaran adalah rencana terinci yang
disusun secara sistematis dan dinyatakan secara formal dalam ukuran
kuantitatif, biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukkan perolehan atau
penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu,
biasanya satu tahun.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Mulyadi (2001:488), anggaran merupakan suatu rencana
kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter
standar dan satuan ukuran lainnya, yang mencakup jangka waktu satu tahun.
Dalam penyusunan anggaran, program-program diterjemahkan sesuai
dengan tanggung jawab tiap manajer pusat pertnaggungjaban. Menurut
Supriyono (2000:40), penyusunan anggaran merupakan proses penentuan
peran setiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian program.
Dalam proses penyusunan anggaran, manajer pusat pertanggungjawaban
berperan serta dalam menyusun usulan anggaran serta mengadakan negoisasi
dengan manajer di atasnya. Oleh karena itu, anggaran yang sudah disahkan
merupakan kesanggupan atau komitmen manajer pusat pertanggungjawaban
untuk melaksanakan rencana seperti yang tercantum dalam anggaran tersebut.
Karena anggaran merupakan komitmen manajer pusat pertanggungjawaban
maka anggaran tersebut akan digunakan sebagai alat pengendalian kegiatan.
Menurut Mulyadi (2001:511), anggaran yang baik memiliki karakteristik berikut ini: a. Anggaran disusun berdasarkan program.
Penyusunan program merupakan proses pengambilan keputusan mengenai program yang akan dilaksanakan oleh perusahaan dan penafsiran sumber yang dialokasikan kepada setiap program tersebut. Program merupakan rencana jangka panjang untuk mencapai tujuan perusahaan yang ditetapkan dalam perencanaan strategik.
b. Anggaran disusun berdasarkan karakteristik pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi perusahaan. Proses pengendalian kebijakan pusat biaya dimulai dengan pembuatan anggaran biaya yang disetujui oleh manajemen puncak. Anggaran biaya ini memberikan pedoman agar biaya sesungguhnya tidak melebihi jumlah yang telah disetujui dalam anggaran. Karena setiap tipe pusat pertanggungjawaban yang dibentuk dalam organisasi memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain, maka penyusunan anggaran tiap pusat pertanggungjawaban disesuaikan dengan pusat pertanggungjawaban itu sendiri.
Universitas Sumatera Utara
c. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian. Untuk menghasilkan anggaran yang dapat berfungsi sebagai alat perencanaan dan sekaligus alat pengendalian, penyusunan anggaran harus memenuhi syarat berikut ini: 1) Partisipasi para manajer pusat pertangungjawaban dalam proses
penyusunan anggaran. 2) Organisasi anggaran. 3) Penggunaan informasi akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat
pengisi peran dalam proses penyusunan anggaran sebagai pengukur kinerja manajer dalam pelaksanaan anggaran.
C. Pusat Pertanggungjawaban
1. Pengertian Pusat Pertanggungjawaban
Pengertian pusat pertanggungjawaban menurut Horngren dan kawan-
kawan (2003:191), pusat pertanggungjawaban adalah satu bagian, segmen,
atau subunit dari suatu organisasi, di mana manajer bertanggung jawab untuk
seperangkat aktivitas yang ditentukan.
Sedangkan menurut Mulyadi (2001:422), pusat pertanggungjawaban
merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh manajer yang
bertanggung jawab.
Pusat pertanggungjawaban merupakan salah satu elemen dari suatu
struktur sistem pengendalian manajemen. Suatu pusat pertanggungjawaban
merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggungjawab terhadap unit yang dipimpinnya. Setiap pusat
pertanggungjawaban akan mengkonsumsi masukan tertentu menjadi suatu
keluaran tertentu. Masukan suatu pusat pertanggungjawaban akan diukur
dalam satuan moneter yang disebut biaya. Sedangkan keluaran suatu pusat
pertanggungjawaban dinyatakan dalam satuan moneter yang disebut
Universitas Sumatera Utara
pendapatan. Penentuan prestasi suatu pusat pertanggungjawaban laba itu
sendiri biasanya menggunakan dua kriteria, yaitu efisiensi dan efektifitas.
2. Jenis-jenis Pusat Pertanggungjawaban
Berdasarkan karakteristik dari masukan dan keluarannya, pusat
pertanggungjawaban dapat dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Pusat Biaya
Pusat biaya adalah bentuk segmen terkecil dari aktivitas atau pusat
pertanggungjawaban yang hanya bertanggung jawab dalam
mengendalikan biaya-biaya yang terjadi di dalamnya tanpa
dihubungkan dengan nilai uang dari keluaran yang dihasilkan. Pusat
biaya dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu:
b. Pusat Pendapatan
Pusat pendapatan adalah pusat pertanggungjawaban yang keluarannya
dapat diukur dengan satuan moneter, sedangkan masukannya tidak.
Jadi, prestasi manajernya dinilai atas dasar pendapatan pada pusat
pertanggungjawaban yang dipimpin. Dalam pusat pendapatan,
keluaran (dalam bentuk pendapatan) diukur dengan satuan moneter,
tetapi tidak terdapat hubungan yang erat dan nyata antara masukan
(biaya) dengan pendapatan.
c. Pusat Laba
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban di mana baik masukan
(biaya yang dikonsumsi) maupun keluarannya (pendapatan yang
Universitas Sumatera Utara
berhasil dicapai) dapat diukur dengan satuan moneter. Selisih antara
pendapatan dengan biaya adalah laba yang diperoleh atau rugi yang
diderita.
d. Pusat Investasi
Pusat investasi merupakan pusat pertanggungjawaban yang paling
luas, karenanya manajer berwenang dalam mengendalikan pendapatan
dan biayanya, baik biaya operasi maupun biaya yang timbul
sehubungan dengan usaha memperoleh sumber daya dan menentukan
barang modal yang akan dibeli.
3. Pusat Biaya
Pusat biaya adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang prestasi
manajernya diukur atas dasar biaya. Sebagaimana pusat biaya lainnya, pusat
biaya juga mengkonsumsi masukan dan menghasilkan keluaran, namun
keluaran pusat biaya tidak diukur dalam bentuk pendapatan. Hal ini
dikarenakan manajer pusat biaya tidak dapat mengendalikan pendapatan atas
penjualan keluaran yang dihasilkan dan keluaran pusat biaya sulit diukur
secara kuantitatif. Atas dasar hubungan antara masukan dan keluaran, pusat
biaya digolongkan menjadi pusat biaya teknik dan kebijakan.
a. Pusat biaya teknik atau pusat biaya standar adalah pusat biaya yang
sebagian besar biayanya memiliki hubungan fisik yang erat dan nyata
dengan keluarannya. Manajer pusat biaya teknik bertanggung jawab
atas efisiensi dan efektivitas pusat biaya yang dipimpinnya. Biaya yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi pada pusat biaya teknik dibandingkan dengan biaya standarnya,
kemudian dihitung dan dianalisis penyimpangan biaya yang terjadi.
Biaya standar pada pusat biaya teknik digunakan untuk menyusun
anggaran dan mempertahankan efisiensi maksimal atau meminimalkan
biaya untuk menghasilkan keluaran tertentu. Jika biaya sesungguhnya
lebih rendah dibandingkan dengan biaya standar maka penyimpangan
biaya sifatnya menguntungkan, yang berarti bahwa pusat biaya
tersebut bekerja efisien. Namun, jika biaya sesungguhnya lebih besar
dibandingkan dengan biaya standar maka penyimpangan biaya bersifat
merugikan, yang berarti bahwa pusat biaya tersebut tidak berkerja
efisien. Analisis penyimpangan biaya yang terjadi harus
dipertanggungjawabkan oleh manajer pusat biaya teknik. Efektivitas
biaya teknik dinilai atas dasar kemampuan pusat biaya tersebut dalam
mencapai volume produksi yang diharapkan pada tingkat kualitas dan
waktu tertentu.
b. Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya
tidak memiliki hubungan fisik yang nyata dengan keluarannya. Pusat
biaya kebijakan juga menghasilkan keluaran namun tidak dapat atau
sulit diukur secara kuantitatif, contohnya pada departemen administrasi
dan umum. Oleh karena itu, efisiensi dan efektivitas pusat biaya
kebijakan tidak dapat dinilai.
Penyusunan anggaran biaya kebijakan dilakukan berdasarkan kegiatan
yang akan dilaksanakan dan berisikan informasi yang relevan untuk
Universitas Sumatera Utara
ditelaah oleh manajemen puncak. Biaya pada pusat biaya kebijakan
dikendalikan dengan:
1) Memutuskan tugas apa yang akan dilaksanakan dan tingkat
usaha yang dilaksanakan untuk setiap tugas tersebut
2) Menyusun anggaran pusat biaya kebijakan yang jumlahnya
sedekat mungkin dengan biaya yang relevan untuk pelaksanaan
tugas yang telah ditetapkan
3) Memperlakukan anggaran sebagai batasan biaya.
a) Biaya sesungguhnya lebih rendah dibandingkan dengan
anggaran, di mana sebagian tugas yang ditetapkan tidak
direalisasikan.
b) Tugas yang tidak terealisasi menunjukkan bahwa manajer
pusat biaya kebijakan tidak mampu melaksanakan sebagian
tugasnya.
D. Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat Pengendalian Biaya
Dalam akuntansi pertanggungjawaban, setiap manajer pusat
pertanggungjawbaan harus bertanggung jawab terhadap elemen-elemen yang
secara langsung berada di bawah pengawasannya. Salah satu pertanggungjawaban
manajer adalah atas hasil dan biaya yang sesuai dengan berbagai jenjang
manajemen yang bertanggung jawab. Sesuai dengan hal tersebu, anggaran harus
disusun untuk setiap jenjang. Manajemen dibebani pertanggungjawaban atas hasil
dari biaya yang telah dikeluarkan. Melalui laporan kinerja, anggaran pusat
Universitas Sumatera Utara
pertanggungjawbaan dibandingkan dengan realisasinya sehingga dapat ditentukan
prestasi setiap manajer pertanggungajawaban.
Anggaran merupakan suatu bentuk laporan yang meliputi hasil-hasil
penaksiran dan perhitungan (berbentuk angka-angka) yang disajikan menjadi
suatu program dan kebijaksanaan manajemen dalam menjalankan aktivitas
perusahaan untuk periode yang akan datang. Perhitungan dan penaksiran itu
didasarkan atas fakta-fakta yang telah dicapai sebelumnya dan analisa ynag dapat
mempengaruhi fakta.
Anggaran yang lengkap mencakup seluruh rencana perusahan, di mana
rencana-rencana dari setiap bagian (departemen) digabungkan sedemikian rupa
sehingga dihasilkan suatu rencana perusahaan secara keseluruhan. Pada dasarnya,
anggaran memberikan suatu proyeksi yang dapat dicapai mengenai hasil-hasil dari
rencana sebelum rencana tersebut dilaksanakan. Anggaran yang telah disusun
tersebut digunakan sebagai alat pengatur pelaksanaan, penyimpangan yang terjadi
antara anggaran dengan aktivitas akan diambil tindakan yang lebih baik.
4. Sistem Pelaporan Akuntansi Pertanggungjawaban
Laporan pertanggungjawaban pusat biaya yang disusun oleh perusahaan
pada umumnya membandingkan antara anggaran dengan realisasi. Cara penyajian
laporan tergantung pada pengaruh terhadap operasi perusahaan, serta besar
kecilnya penyimpangan suatu keadaan yang sangat terpengaruh terhadap operasi
perusahaan dan jumlahnya cukup material. Jadi, dalam sisitem pelaporan
manajemen harus diserahkan kepada efisisiensi penyusunan laporan dan waktu
Universitas Sumatera Utara
yang digunakan manajemen dapat lebih efisien. Tindakan yang diambil dan
laporan yang dibuat didasarkan pada prinsip exception, yaitu tindakan yang
diambil apabila terdapat perbedaan-perbedaan yang penting. Demikian pula
mengenai laporan-laporan setiap kepala bagian yang disampaikan kepada
atasannya menjadi semakin ringkas berhubungan dengan penyimpangan yang
serius dan materil.
Bentuk laporan pusat pertanggungjawaban disesuaikan dengan ketentuan
dan kebutuhan perusahaan karena laporan tersebut merupakan bagian dari laporan
intern perusahaan untuk pengendalian manajemen. Laporan tersebut dapat berupa
laporan harian, mingguan, bulanan, dan tahunan. Sistem pelaporan
pertanggungjawaban pelaksaan kerja akan menghasilkan suatu laporan yang dapat
dipergunakan oleh pimpinan untuk mengawasi jalannya kegiatan perusahaan dan
dapat mengambil tindakan perbaikan jika terdapat perbedaan dalam realisasi
anggaran.
Menurut Mulyadi (2001:355), dasar-dasar yang melandasi penyususnan laporan pertanggungjawaban pusat biaya yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan setiap manajer berbagai jenjang organisasi disusun atas dasar: 1. Jenjang terbawah yang diberi laporan ini adalah manajer bagian 2. Manajer jenjang terbawah diberi laporan pertanggungjawaban biaya yang
berisi rincian realisasi biaya dibandingkan dengan anggaran yang disusun 3. Manajer jenjang atas diberi laporan mengenai baiaya pusat
pertanggungjawaban tersendiri dan ringkasan realisasi biaya yang dikeluarkan oleh manajer yang berada di bawah wewenangnya yang disajikan dalam bentuk perbandingan antara biaya yang disusun masing-masing manajer yang bersangkutan.
Menurut Mulyadi (2001:139), sebagai informasi yang dibutuhkan pengambilan keputusan, laporan yang dihasilkan dalam sistem akuntansi pertanggungjawaban harus memperhatikan ciri-ciri pokok berikut ini: 1. Laporan harus sesuai dengan bagan organisasi, artinya harus ditujukan
terutama pada pribadi-pribadi yang bertanggung jawab untuk mengendalikan bidang-bidang yang dilaporkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Bentuk dan isi laporan harus konsisten setiap kali diterbitkan. Perubahan hanya bisa dilakukan dengan alasan yang tepat disertai keterangan untuk para pemakai.
3. Laporan harus cepat dna tepat waktu. Penyajian laporan yang cepat membutuhkan pencatatan biaya yang terorganisir sehingga informasi dapat tersedia pada saat dibutuhkan.
4. Laporan harus diterbitkan secara teratur. 5. Laporan harus mudah dimengerti. Oleh karena itu, istilah akuntansi harus
dijelaskan atau dimodifikasi agar sesuai dengan pemakaian. Manajemen harus memiliki pengetahuan yang memadai mengenai jenis-jenis biaya yang dibebankan pada suatu perkiraan, termasuk metode-metode yang digunakan untuk menghitung tarif overhead, alokasi biaya, dan analisis varians (penyimpangan).
6. Laporan harus memberikan perincian yang cukup namun tidak berlebihan. 7. Laporan harus memberikan angka-angka yang dapat diperbandingkan. 8. Laporan harus bersifat analisis. 9. Laporan untuk manajemen operasi harus dinyatakan dalam unit fisik
maupun dalam nilai uang, sebab informasi dalam nilai uang mungkin tidak relevan bagi pengamat yang tidak mengerti bahasa akuntansi.
10. Laporan dapat cenderung menonjolkan keefisienan dan ketidakefisienan dalam departemen-departemen harus diperhatikan agar departemen seperti itu tidak menyebabkan kegiatan departemen diarahkan untuk membuat penampilan yang baik tanpa memperhatikan efeknya pada keseluruhan organisasi.
5. Penilaian Kinerja Pusat Pertanggungjawaban Biaya
Setiap perusahaan memiliki tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka
pendek maupun tujuan jangka panjang. Dengan demikian setiap pusat
pertanggungjawaban dalam perusahaan akan menjalankan perannya untuk
mencapai tujuan. Untuk itu, manajemen perlu melakukan pengendalian secara
berkelanjutan agar dapat mengevaluasi pencapaian tujuan.
Salah satu alat yang digunakan manajemen untuk melakukan evaluasi
adalah laporan pertanggungjawaban. Dengan adanya evaluasi terhadap laporan
pertanggungjawaban akan dapat diketahui adanya berbagai penyimpangan yang
terjadi, baik penyimpangan yang positif maupun penyimpangan yang negatif.
Universitas Sumatera Utara
Dengan demikian perbaikan pun dilakukan untuk menghindari penurunan kinerja
perusahaan yang akan berdampak pada masa yang akan datang.
Menurut Mulyadi (2001:415), penilaian kinerja adalah penentuan secara
periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan
karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah diterapkan
sebelumnya.
Menurut Mulyadi (2001:416), penilaian kinerja dimanfaatkan manajemen untuk: 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang berhubungan dengan karyawan. 3. Mengidentifikasikan kebutuhan pelatihan dari pengembangan karyawan
dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusian penghargaan.
Menurut Supriyono (2001:376), prestasi manajer suatu pusat pertanggungjawaban dinilai atas dasar anggaran dan realisasi pelaksaan anggaran yang menjadi tanggung jawabnya. Prestasi manajer pusat laba dianalisis prestasinya atas dasar anggaranlaba yang yang dibandingkan dengan realisasi labanya.
Kinerja para manajer pusat pertanggungjawaban biaya dapat dinilai dalam
bentuk efisiensi digunakan dalam pengertian teknik, yaitu out put per unit in put.
Mengukur kinerja pusat pertanggugjawaban perlu dikaitkan antara organisasi
perusahaan akan dapat diketahui besarnya tanggung jawab para manajer yang
diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja ini tidak sama, melainkan berbeda-beda
untuk setiap pusat pertanggungjawaban. Namun, mengatur tanggung jawab
sekaligus mengukur kinerja masing-masing pusat pertanggungjawaban pada
Universitas Sumatera Utara
umumnya dilakukan dengan cara membandingkan anggaran kegiatan yang dicapai
oleh masing-masing pusat pertanggungjawaban.
6. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah:
1. Martaulina Sitorus (2005)
Penelitian yang dilakukan oleh Martaulina Sitorus (2005) berjudul
“Akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat pengawasan biaya pada PT.
Buana Estale Cabang Medan”. Variabel independen yang digunakan adalah
akuntansi pertanggungjawaban, sedangkan variabel dependen adalah
pengawasan biaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa akuntansi
pertanggungjawaban telah digunakan sebagai dasar penilaian kinerja pada PT.
Buana Estale Cabang Medan dan biaya yang dianggarkan dengan yang
terealisasi telah diukur dengan baik.
2. Aria Weharima (2005)
Penelitian yang dilakukan oleh Aria Weharima (2005) berjudul
“Manfaat akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat bantu bagi manajemen
dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya pemasaran (studi kasus pada
PT. PLN Unit Distribusi Jabar dan Banten)”. Variabel independen yang
digunakan adalah akuntansi pertanggungjawaban, sedangkan variabel
dependen adalah efektivitas pengendalian biaya pemasaran. Hasil penelitiannya
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa pemasaran telah digunakan secara efektif, yang terlihat
dari target yang tercapai.
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Variabel Metodologi Penelitian
Hasil penelitian
Martaulina Sitorus (2005)
Akuntansi pertanggungjawa-ban sebagai alat pengawasan biaya pada PT. Buana Estale Cabang Medan
Akuntansi pertanggungja-waban sebagai variabel independen (X) dan pengawasan biaya sebagai variabel dependen (Y)
Metode penelitian deskriptif dan komparatif dengan menggunakan data primer dan data sekunder
Pengukuran prestasi pada pusat pertanggungjawaban, pusat biaya telah dijalankan dengan baik dan biaya yang dianggarkan dengan yang terealisasi telah diukur dengan baik
Aria Weharima (2005)
Manfaat akuntansi pertanggungjawaban sebagai alat bantu bagi manajemen dalam menunjang efektivitas pengendalian biaya pemasaran (studi kasus pada PT. PLN Unit Distribusi Jabar dan Banten
Akuntansi pertanggungja-waban sebagai variabel independen (X) dan efektivitas pengendalian biaya pemasaran sebagai variabel dependen (Y)
Metode penelitian deskriptif dengan menggunakan data primer dan data sekunder.
Pengendalian biaya pemasaran telah dilakukan dengan efektif.
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
7. KERANGKA KONSEPTUAL
Menurut Erlina (2008:38), kerangka konseptual merupakan model yang
menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting
yang diketahui dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan uraian dari tinjauan
Universitas Sumatera Utara
teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel independen penelitian ini
adalah akuntansi pertanggungjawaban dan variabel dependen dalam penelitian ini
adalah pengendalian biaya.
Laporan akuntansi pertanggungjawaban digunakan untuk melihat
perbandingan antara biaya aktual dengan biaya yang dianggarkan. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui adanya penyimpangan yang terjadi, baik
penimpangan yang positif maupun penyimpangan yang negatif. Penyimpangan
tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh pihak direksi untuk
ditindaklanjuti. Selain itu, laporan akuntansi pertanggungjawaban dapat
digunakan sebagai alat untuk menila kinerja organisasi perusahaan.
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
Sumber: Hasil Olahan Peneliti
PT. Pelindo I Sistem akuntansi pertanggungjawaban
Akuntansi pertanggungjawaban dalam pengendalian
biaya
Universitas Sumatera Utara