bab ii tinjauan pustaka a. pendidikanrepository.ump.ac.id/2621/3/bagus parmanto bab ii.pdfbab ii...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan
Pendidikan menurut Notoatmodjo (2003) secara umum adalah
segala upaya yang direncanakan unutk mempengaruhi orang lain baik
individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan di atas tersirat unsur-
unsur pendidikan yakni input (sasaran pendidikan individu, kelompok,
masyarakat dan pendidik pelaku pendidikan), proses adalah upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain dan output adalah
melakukan apa yang diharapkan (Corwin, 2000).
Pendidikan menurut Langevelt (2001, dalam Maulana, 2009)
adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang dilakukan
pada anak untuk menuju dewasa. Ciri orang dewasa ditunjukkan oleh
kemampuan secara fisik, mental, moral, sosial dan emosional. Sedangkan
menurut Wood (2003, dalam Lina Marliana, 2008). Sedangkan dalam
Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1
menyebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang 20/2003:1).
Filsafat pendidikan mengkaji tentang pendidikan dengan
membedakan dua istilah yang berbeda tetapi hampir sama bentuknya,
Paedagogie dan Paedagogiek. Paedagogie berarti “pendidikan”dan
Paedagogiek artinya “ilmu pendidikan”. Perkataan Paedagogos yang
pada mulanya berarti pelayan kemudian berubah menjadi pekerjaan
mulia. Karena pengertian paedagoog dari paedagogos) berarti seorang
yang tugasnya, membimbing anak di dalam pertumbuhannya ke arah
berdiri sendiri dan bertanggung jawab (Poerbakawatja, 2004). Teori-
teori pendidikan Nurani Soyomukti (2010), mengatakan bahwa aspek-
aspek yang biasanya paling dipertimbangkan dalam pendidikan antara
lain: penyadaran, pencerahan, pemberdayaan, perubahan perilaku.
Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha
dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamnnya,
kecakapannya serta keterampilannya kepada generasi muda sebagai
usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik
jasmaniah maupun rohaniah (Poerbakawatja, 2004).
B. Peran Perawat Terhadap Bencana
Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada
instansi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan
keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi bencana.
Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
praktek keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan tanggap bencana
juga sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini diharapkan menjadi
bekal bagi perawat untuk bisa terjun memberikan pertolongan dalam
situasi bencana. Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda
dibandingkan pertolongan medis dalam keadaan normal lainnya. Menurut
Mursalin (2011), ada beberapa tindakan penting yang bisa dilakukan oleh
perawat dalam situasi tanggap bencana:
1) Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik
Bencana alam yang menimpa suatu daerah, selalu akan memakan
korban dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban luka luka,
kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang mungkin akan
menyebabkan isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para
relawan. Hal yang paling urgen dibutuhkan oleh korban saat itu
adalah pengobatan dari tenaga kesehatan. Perawat bisa turut andil
dalam aksi ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat atau pun
tenaga kesehatan profesional, ataupun juga melakukan pengobatan
bersama perawat lainnya secara cepat, menyeluruh dan merata di
tempat bencana. Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam, mulai
dari pemeriksaan fisik, pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan
profesi keperawatan.
2) Pemberian bantuan
Perawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana,
dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
bentuk, seperti makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain
sebagainya. Pemberian bantuan tersebut bisa dilakukan langsung oleh
perawat secara langsung di lokasi bencana dengan memdirikan posko
bantuan. Selain itu, Hal yang harus difokuskan dalam kegiatan ini
adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang
di butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak akan ada lagi
para korban yang tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan
bantuan yang menumpuk ataupun tidak tepat sasaran.
3) Pemulihan kesehatan mental
Para korban suatu bencana biasanya akan mengalami trauma
psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa
berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat.
Tidak sedikit trauma ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang
sedang dalam massa pertumbuhan. Sehingga apabila hal ini terus
berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan gangguan
mental bagi para korban bencana. Hal yang dibutukan dalam
penanganan situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan mental
yang dapat dilakukan oleh perawat. Pada orang dewasa,
pemulihannya bisa dilakukan dengan sharing dan mendengarkan
segala keluhan keluhan yang dihadapinya, selanjutnya diberikan
sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan
pada anak anak, cara yang efektif adalah dengan mengembalikan
keceriaan mereka kembali, hal ini mengingat sifat lahiriah anak anak
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
yang berada pada masa bermain. Perawat dapat mendirikan sebuah
taman bermain, dimana anak anak tersebut akan mendapatkan
permainan, cerita lucu, dan lain sebagainnya. Sehinnga kepercayaan
diri mereka akan kembali seperti sedia kala.
4) Pemberdayaan masyarakat
Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena musibah pasca
bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat
memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta
benda yang mereka miliki. sehinnga banyak diantara mereka yang
patah arah dalam menentukan hidup selanjutnya. Hal yang bisa
menolong membangkitkan keadaan tersebut adalah melakukan
pemberdayaan masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas
dan skill yang dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Perawat dapat
melakukan pelatihan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan
berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak dalam
bidang itu. Sehingga diharapkan masyarakat di sekitar daerah bencana
akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat kemampuan
yang ia miliki.
Untuk mewujudkan tindakan di atas, menurut Mepsa (2012) perlu
adanya beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang perawat,
diantaranya; Perawatan harus memilki skill keperawatan yang baik,
Perawat harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian, Perawatan harus
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
memahami managemen siaga bencana. Adapun peran perawat dalam
managemen siaga bencana adalah sebagai berikut:
1). Peran perawat dalam fase pre-impect
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga
kesehatan dalam penanggulangan ancaman bencana.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan,
organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-
lembaga pemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam mengahdapi bencana.
2). Peran perawat dalam fase impact
a. Bertindak cepat
b. Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun
dengan pasti dengan maksud memberikan harapan yang besar
pada korban yang selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing,
biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
3). Peran perawat dalam fase post impact
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik,
fisikologi korban
b. Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi post traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan
sindrom dengan 3 kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti
dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang
traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa
yang memacuhnya. Ketiga, individu akan menunjukan gangguan
fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami
penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerja sama dengan unsure lintas sektor menangani maslah
keehatan masyarakat paska gawat darurat serta mempercepat fase
pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman.
C. Mitigasi Bencana
Menurut Soemantri (2010), tanah longsor disebabkan oleh tiga faktor
yaitu:
1). Faktor Dakhil, penyebab tanah longsor lahan meliputi kedalaman
pelapukan batuan, struktur geologi, tekstur tanah dan permeabilitas
tanah.
2). Faktor dari suatu medan penyebab tanah longsor adalah kemiringan
lereng, banyaknya dinding terjal, dan penggunaan lahan.
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
3). Factor pemicu terjadinya tanah longsor antara laian tebal curah hujan
dan gempa bumi.
Adapun gejala-gejala tanah longsor yang disebabkan oleh faktor-faktor
tersebut di atas dapat di lihat sebagai berikut:
1) Curah hujan tinggi
2) Hujan berlangsung lama.
3) Munculnya retakan-retakan pada tanah di lereng atas sepertipada
tiang listrik, pohon menjadi miring.
4) Lereng-lereng pegunungan yang telah lapuk.
5) Bahan lapuk tersebut termasuk tanah berwarna merah.
6) Ada perubahan bobot massa baik karena pergantian musim atau
karena lahan miring tersebut dijadikan persawahan.
7) Adanya perbedaan kelunakan permukaan lahan dan dasar lahan.
8) Adanya gravitasi bumi yang tergantung pada besarnya lereng adalah
kritis jika lereng lebih dari 100%.
9) Perubahan hambat geser, misalnya tanah kering hambat gesernya
lebih besar dibandingkan tanag basah.
Sedangkan tindakan-tindakan manusia yang menyebabkan tanah longsor
adalah sebagai berikut:
1) Menebang pohon dilereng pegunungan.
2) Membuat sawah dan kolam pada lereng bagian atas di dekat
pemukiman.
3) Mendirikan pemukiman di daerah terbing terjal.
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
4) Melakukan penggalian dibawah tebing terjal.
Soemantri (2010) juga menjelaskan bahwa mitigasi bencana meliputi
sebelum, saat terjadi, dan sesudah terjadi tanah longsor, yaitu melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Sebelum bencana antara lain peringatan dini (early warning system)
secara optimal dan terus menerus pada masyarakat, dengan;
a. Mendatangi daerah rawan longsor berdasarkan peta
kerentanannya
b. Memberikan tanda khusus pada daerah rawan longsor.
c. Memanfaatkan peta-peta kajian tanah longsor secepatnya.
d. Pemukiman sebaiknya menjauhi tebing.
e. Tidak melakukan pemotongan lereng
f. Melakukan reboisasi pada hutan yang pada saat ini dalam
keadaan gundul, menanam pohon penyangga, melakukan
penghijauan pada lahan-lahan terbuka.
g. Membuat terasering atau sengkedan pada lahan yang memiliki
kemiringan yang relatif curam.
h. Membatasi lahan pertanian.
i. Membuat saluran pembuangan air menurut kontur tanah.
j. Menggunakan teknik penanaman dengan system kontur tanah.
k. Waspada gejala tanah longsor (retakan, penurunan tanah),
terutama musim hujan
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
2) Saat bencana antara lain bagaimana masyarakat menyelamatkan diri
dan ke arah mana, ini harus diketahui masyarakat.
3) Sesudah bencana antara lain pemulihan (recovery) dengan
melibatkan masyarakat sebagai berikut:
a. Penyelamatan korban secepatnya ke daerah yang lebih aman.
b. Menyelamatkan harta benda yang mungkin masih bisa
diselamatkan.
c. Menyiapkan tempat-tempat penampungan sementara bagi
pengungsi dengan tenda-tenda darurat.
d. Menyediakan dapur-dapur umum, air bersih, dan sarana
kesehatan.
e. Mengkoordinasikan dengan aparat setempat.
Pendapat Lili Soemantri (2010) di atas memberikan gambaran betapa
pentingnya mitigasi bencana dalam penanggulangan bencana. Hal senada
juga tercantum dalam Undang-Undang Penanggulangan Bencana Nomor
24 Tahun 2007 yang memuat komponen-komponen sebagai berikut:
1) Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi
ancaman bencana.
2) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
3) Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan
sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
4) Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
5) Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak
buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan
evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
pelindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
6) Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah
pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi atau
berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan
masyarakat pada wilayah pascabencana.
7) Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya
hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam
segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006, mistigasi
bencana didefinisikan sebagai : “Upaya yang ditujukan untuk mengurangi
dampak dari bencana baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun
gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat. Mitigasi
bencana yang merupakan bagian dari manajemen penanganan bencana,
menjadi salah satu tugas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian rasa aman dan perlindungan dari ancaman bencana yang
mungkin dapat terjadi. Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana,
yaitu : 1) tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap
jenis bencana; 2) sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan
kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, karena bermukim di
daerah rawan bencana; 3) mengetahui apa yang perlu dilakukan dan
dihindari, serta mengetahui cara penyelamatan diri jika bencana timbul,
dan 4) pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk
mengurangi ancaman bencana.
Adapun kebijakan dan strategi mitigasi bencana menurut Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006, adalah sebagai berikut:
• Kebijakan
Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana
antara lain :
a. Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi
yang sama bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun
segenap unsur masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang
dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang
tugas unit masing-masing.
b. Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secaraterpadu
terkoordinir yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan
masyarakat.
c. Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa
dapat diminimalkan.
d. Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak,
melalui pemberdayaan masyarakat serta kampanye.
• Strategi
Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi sebagai
berikut:
a. Pemetaan
Langkah pertama dalam strategi mitigasi ialah melakukan
pemetaan daerah rawan bencana. Pada saat ini berbagai sektor
telah mengembangkan peta rawan bencana. Peta rawan bencana
tersebut sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam
antisipasi kejadian bencana alam. Meskipun demikian sampai saat
ini penggunaan peta ini belum dioptimalkan. Hal ini disebabkan
karena beberapa hal, diantaranya adalah :
(1) Belum seluruh wilayah di Indonesia telah dipetakan
(2) Peta yang dihasilkan belum tersosialisasi dengan baik
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
(3) Peta bencana belum terintegrasi
(4) Peta bencana yang dibuat memakai peta dasar yang berbeda
beda sehingga menyulitkan dalam proses integrasinya.
b. Pemantauan
Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka dapat
dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga
akan dengan mudah melakukan penyelamatan. Pemantauan di
daerah vital dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di
beberapa kawasan rawan bencana.
c. Penyebaran informasi
Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan cara:
memberikan poster dan leaflet kepada Pemerintah Kabupaten/Kota
dan Propinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata
cara mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Memberikan
informasi ke media cetak dan etektronik tentang kebencanaan
adalah salah satu cara penyebaran informasi dengan tujuan
meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana geologi di suatu
kawasan tertentu. Koordinasi pemerintah daerah dalam hal
penyebaran informasi diperlukan mengingat Indonesia sangat luas.
d. Sosialisasi dan Penyuluhan
Sosialisasi dan penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan
kepada SatKor-Lak PB, SatLak PB, dan masyarakat bertujuan
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
jika sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui
masyarakat dan Pemerintah Daerah ialah mengenai hidup harmonis
dengan alam di daerah bencana, apa yang perlu ditakukan dan
dihindarkan di daerah rawan bencana, dan mengetahui cara
menyelamatkan diri jika terjadi bencana
e. Pelatihan/Pendidikan
Pelatihan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan
penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan
pada alur informasi dari petugas lapangan, pejabat teknis,
Satkorlak PB, Satlak PB dan masyarakat sampai ke tingkat
pengungsian dan penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan
ini terbentuk kesiagaan tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.
f. Peringatan Dini
Peringatan dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat
kegiatan hasil pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan
dengan tujuan agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna
mengantisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana. Peringatan dini
tersebut disosialisasikan kepada masyarakat melalui pemerintah
daerah dengan tujuan memberikan kesadaran masyarakat dalam
menghindarkan diri dari bencana. Peringatan dini dan hasil
pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis dapat
berupa antara lain pengalihan jalur jalan (sementara atau
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
seterusnya), pengungsian dan atau relokasi, dan saran penanganan
lainnya.
Menurut Sutikno (2003), Mitigasi bencana adalah suatu tindakan
sebelum bencana terjadi untuk mengurangi seminimal mungkin kerugian
harta benda atau korban jiwa, sehingga dapat diupayakan agar efek fisik,
sosial, dan ekonomi dari bencana alam dapat terkelola dengan baik,
sehingga masih memberikan kontribusi terhadap pembangunan jangka
panjang. Sedangkan menurut Mustow (1996, dalam Sutikno, 2003)
menyatakan bahwa mitigasi merupakan bagian dalam siklus penanganan
bencana. Aktifitas dalam penanganan bencana meliputi: mitigasi,
persiapan, pertolongan/ bantuan dan respon, rehabilitasi, dan rekontruksi.
Walaupun dalam kenyataannya pemberian bantuan pasca bencana selama
ini merupakan kegiatan yang lebih penting, namun sudah saatnya untuk
disosialisasikan kepada publik bahwa mitigasi lebih baik daripada
pengobatan. Pengalokasikan waktu dan sumberdaya untuk meminimalkan
efek bencana alam akan lebih baik daripada menghadapi kenyataan akibat
bencana.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Mitigasi Bencana
adalah upaya untuk mengurangi dampak dari bencana melalui langkah-
langkah pencegahan yang dilakukan dengan menganalisa lingkungan
sekitar masyarakat maupun pola prilaku masyarakat.
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
D. Pengetahuan Masyarakat
Pengetahuan menurut Moersintowarti (2002) adalah berbagai
gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan dengan
menggunakan indra atau akal budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Pendapat lain diungkapkan Notoadmodjo (2007), bahwa pengetahuan
merupakan hasil dari “tahu” yang terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui panca indera, yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang merupakan
domain/ unsur utama yang membentuk 6 tingkatan dalam pengetahuan,
yaitu: tahu (diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya), memahami (diartikan diartikan sebagai suatu kemampuan
untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar), aplikasi (diartikan
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi atau kondisi real/sebenarnya), analisis (diartikan suatu komponen
untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-
komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih ada
kaitannya satu sama lain), sintesis (suatu kemampuan untuk menciptakan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru), evaluasi (kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Hal tersebut diperkuat oleh
pendapat Djanah (2009), bahwa semakin tinggi pengetahuan terhadap
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
suatu objek maka akan semakin baik pula sikap seseorang terhadap objek
tersebut.
Menurut Budiman (2013), faktor- faktor yang mempengaruhi
pengetahuan yaitu :
a. Sosial ekonomi, lingkungan sosial akan mendukung tingginya
pengetahuan karena social ekonomi berhungan dengan pencapaian
tingkat pendidikan.
b. Kultur (budaya, agama), karena informasi yang baru akan disaring
kira-kira sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agama yang
dianut.
c. Pendidikan, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin baik pula pengetahuannya.
d. Pengalaman, pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai
upaya untuk memperoleh pengetahuan.
Dari pendapat diatas bahwa pengetahuan merupakan hasil dari
indera seorang baik itu melalui penglihatan, pendengaran, raba,rasa yang
dipengaruhi pendidikan, usia, pengalaman, informasi, dan penghasilan
yang menghasilkan seseorang utk melakukan tindakan atau sikap.
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
E. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori Berdasarkan Managemen Bencana Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006
F. Kerangka Konsep
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Pemulihan (recovery)
Manajemen Penangan Bencana
Mitigasi Bencana
Kewaspadaan (alertness)
Pengetahuan Masyarakat
Tanggapan (respons)
Pendidikan Mitigasi Bencana
Pre test
Pengetahuan Masyarakat
Intervensi
Pendidikan Mitigasi Bencana
Post Test
Pengetahuan Masyarakat
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian adalah terdapat pengaruh
pendidikan mitigasi bencana tanah longsor terhadap pengetahuan
masyarakat di desa Sampang.
Pengaruh Pendidikan Mitigasi..., Bagus Parmanto, S1 Keperawatan UMP, 2015