bab ii tinjauan pustaka a. landasan teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/sefriatin bab...

44
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Tuberkulosis Paru a. Pengertian Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2008). Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman dengan ukuran 1-5 mikrometer (Versitaria dan Kusnoputranto, 2011). Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan kebagian tubuh lainnya, termasuk meningen,ginjal, dan nodus limfe. Agen infeksius utama adalah Mycobacterium Tuberculosis. Mycobacterium Tuberculosis adalah bakteri batang aerobic tahan asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet (Smeltzer & Bare, 2001). b. Etiologi Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Ada dua macam mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe buvin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Upload: lamanh

Post on 29-Jul-2018

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

1. Tuberkulosis Paru

a. Pengertian

Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar

kuman TB menyerang paru tetapi juga dapat mengenai organ tubuh

lainnya (Depkes RI, 2008). Tuberkulosis adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman dengan

ukuran 1-5 mikrometer (Versitaria dan Kusnoputranto, 2011).

Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama

menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan kebagian

tubuh lainnya, termasuk meningen,ginjal, dan nodus limfe. Agen

infeksius utama adalah Mycobacterium Tuberculosis. Mycobacterium

Tuberculosis adalah bakteri batang aerobic tahan asam yang tumbuh

dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultraviolet

(Smeltzer & Bare, 2001).

b. Etiologi

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis. Ada

dua macam mycobacterium tuberculosis yaitu tipe human dan tipe

bovin. Basil tipe buvin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

12

tuberculosis usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah

(droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang

yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini. Perjalanan

TBC setelah infeksi melalui udara. (Wim de Jong et al, 2005; dalam

Tresnaaty, 2013). Mycobacterium tuberculosis merupakan anggota

Genus Mycobacterium. Keluarga Mycobacterium yang berkaitan

dengan masalah kesehatan di masyarakat adalah M. bovis, M. leprae,

dan M. tuberculosis. Sebagian besar bakteri TB menyerang organ paru

(90%), tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Price dan

Wilson, 2005).

Penyakit TB Paru disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis,

tetapi ada beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi kejadian TB

Paru. Menurut Tambayong (2000; dalam Kurniasih, 2014) faktor

penyebab yang mempengaruhi kejadian tuberkulosis diantaranya:

1) Umur

Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberculosis di amerika

yaitu umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS.

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada panti

penampungan orang-orang gelandangan menunjukan bahwa

kemungkinan mendapat infeksi tuberculosis aktif meningkat secara

bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberculosis paru

biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75%

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

13

penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.

(Corwin, 2009; dalam Tampubolon, 2012).

2) Jenis Kelamin

Di benua Afrika banyak tuberculosis terutama menyerang laki-laki.

Pada tahun 1996 jumlah penderita TB paru laki-laki hamper dua kali

lipat dibandingkan jumlah penderita TB paru pada wanita, yaitu 42,34%

pada laki-laki dan 28,9% pada wanita. Antara tahun 1985-1987

penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%

sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. (Corwin,

2009; dalam Tampubolon, 2012).

3) Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap

pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi

syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit Tuberkulosis Paru.

4) Pekerjaan

Jenis pekerjaan menentukan faktor resiko yang harus dihadapi

setiap individu. Bila pekerja bekerja dilingkungan yang berdebu

paparan partikel debu didaerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya

gangguan pada saluran pernafasan. Terutam terjadinya gejala saluran

pernafasan dan umumnya TB Paru (Corwin, 2009).

5) Kebiasan Merokok

Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan

resiko untuk mendaapatkan resiko untuk mendapatkan kanker paru-

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

14

paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan kanker kandung

kemih. Kebiasan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB Paru

sebanyak 2,2 kali (Achmadi, 2005)

6) Status Gizi

Kekurangan Gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap

kekuatan daya tahan dan respon immonologik terhadap penyakit,

satatus gizi, ini merupakan faktor yang penting dalam timbulnya

penyakit tuberculosis paru (Isselbacher, 2009; dalam Tresnaaty, 2012).

c. Cara Penularan

Sumber penularan adalah pasien TB paru dengan BTA positip,

yaitu pada waktu pasien batuk atau bersin dapat menyebarkan kuman

ke udara dalam bentuk percikan ludah (droplet). Droplet yang

mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama

beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke

dalam saluran pernafasan dan daya tahan tubuh seseorang dalam

keadaan lemah pula. (Guyton, 2008). Daya penularan dari seorang

pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari dalam

paru-parunya. Makin tinggi derajat positip dari hasil pemeriksaan dahak

secara mikroskopis makin mudah untuk menularkan. Bila hasil

pemeriksaan dahak negatip maka pasien tersebut tidak menular, dari

seseorang yang terinfeksi ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam

udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Mansjoer, 2007).

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

15

d. Gejala klinis pasien TB

Gejala utama pasien TB adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu

atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak

bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan

menurun, berat badan menurun,malaise, berkeringat malam hari tanpa

kegiatan fisik, demam meriang lebih satu bulan. Gejala-gejala tersebut

diatas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti

bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain.

Mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka

setiap orang yang datang ke pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut

diatas, dianggap sebagai tersangka (suspek) pasien TB dan perlu

dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung

(Kurniawan, 2005).

e. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien TB paru yaitu:

1) Secara medis

a) Pengobatan

Pengobatan TBC bertujuan untuk menyembuhkan pasien,

mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai

penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat

anti Tuberkulosis (OAT). Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan

prinsip – prinsip sebagai berikut :

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

16

- OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat

dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori

pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi).

Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih

menguntungkan dan sangat dianjurkan.

- Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan

pengawasan langsung (DOT = directly Observed Treatment), oleh

seorang pengawas menelan obat (PMO).

- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap awal

(intensif) dan lanjutan.

(1) Tahap awal (intensif)

Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari

dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah

terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif

tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular

menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.

Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA

negative (konversi) dalam 2 bulan.

(2) Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan mendapat jenis obat lebih sedikit,

namun dalam jangka waktu lebih lama. Tahap lanjutan

penting untuk membunuh kuman persister sehingga

mencegah kekambuhan.

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

17

Klasifikasi pengobatan dibagi menjadi beberapa tipe yaitu:

(1) Kasus baru

Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau

sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4

minggu).

(2) Kambuh

Adalah pasien tuberculosis yang sebelumnya pernah

mendapatkan pengobatan OAT dan telah dinyatakan sembuh

atau pengobatan lengkap, didiagnosa kembali dengan BTA

positif.

(3) Pengobatan setelah putus berobat

Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan

atau lebih dengan BTA positif.

(4) Gagal

Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif

atau kembali menjadi positif pada bulan ke lima atau lebih

selama pengobatan.

(5) Pindahan

Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki

resgistrasi TBC lain untuk melanjutkan pengobatan panduan.

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

18

Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional

Pengendalian Tuberkulosis di Indonesia.

- Kategori 1 : 2(HRZE) / 4(HR)3

- Kategori 2 : 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3

Disamping kedua kategori ini disediakan panduan OAT sisipan :

(HRZE)

- Kategori Anak : 2HRZ / 4HR

- Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten

obat di Indonesia terdiri dari OAT lini ke– 2 yaitu Kanamycin,

Capreomisin, Levofloksasin, Ethionamide, sikloserin dan PAS,

serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid dan etambutol.

Panduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk

paket berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT – KDT). Tablet

OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam

satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien.

Panduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien dan

menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai

(Panduan Nasional Pengendlian Tuberkulosis Paru, 2011).

b) Pembedahan

Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu mengangkat

jaringan paru yang rusak, ortopedi untuk memperbaiki kelainan

tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa

tuberculosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

19

2) Secara Keperawatan

a) Pencegahan

Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil

tuberkulosis, mempertahankan status kesehatan dengan asupan

nutrisi adekuat, minum susu yang telah dilakukan pasteurisasi,

isolasi jika pada analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan

pengobatan, pemberian imunisasi BCG untuk meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis virulen (Depkes,

2008).

b) Tindakan Keperawatan

(1) Fisioterapi Dada

(a) Pengertian

Fisioterapi adalah suatu cara atau bentuk pengobatan

untuk mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan

memakai tenaga alam. Dalam fisioterapi tenaga alam yang

dipakai antara lain listrik, sinar, panas, dingin, massage dan

latihan yang mana penggunaannya disesuaikan dengan

batas toleransi penderitasehingga didapatkan efek

pengobatan (Krausen, 1985; dalam Helmi,2005).

Fisisoterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi

yang sangat berguna bagi penderita penyakit respirasi baik

yang bersifat akut maupun kronis (Badget, 1984; dalam

Helmi, 2005).

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

20

Fisioterapi dada ini walaupun caranya keluhatan tidak

istimewa tetapi ini sangat efektif dalam upaya

mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien

dengan fungsi paru yang terganggu. Jadi tujuan pokok

fisioterapi dada pada penyakit paru adalah mengembalikan

dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan dan membantu

membersihkan sekret dan bronkus dan untuk mencegah

penumpukan sekret, memeperbaiki pergerakan dan aliran

sekret (Soekamo, 1984; dalam Helmi, 2005). Fisioterapi

dada ini terdiri dari usaha-usaha yang bersifat pasif dan

aktif yang bersifat pasif seperti penyinaran, relaksasi,

postural drainage, perkusi, dan vibrasi sedangkan yang

bersifat aktif seperti latihan/pengendalian batuk, latihan

bernafas, dan koreksi sikap (Azis, 1978; Worjodiardjo,

1985; dan Waluyo, 1981; dalam Helmi, 2005).

(b) Kontra Indikasi

Menurut Diyah & Yulianti 2012 kontra indikasi

fisioterapi dada diantaranya yaitu fraktur atau patah tulang

costae. Fisioterapi dada ini juga tidak boleh dilakukan pada

pasien dengan kegagalan jantung, status asma tikus,

renjatan, dan perdarahan masif, infeksi paru berat, dan

tumor paru (Helmi, 2005).

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

21

(c) Prosedur Tindakan Fisioterapi Dada

Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan

keperawatan yang terdiri dari perkusi, vibrasi, dan postural

drainage. Adapun langkah-langkah tindakan fisioterapi

dada, yaitu:

a. Mengatur posisi sesuai daerah paru yang terganggu

dengan posisi drainage.

b. Memasang alas/handuk pada area yang akan di perkusi

dan tempatkan pot sputum di dekat mulut pasien.

c. Melakukan clapping/ perkusi dengan cara telapak tangan

dibentuk sepertimangkuk lalu pukulkan pada punggung

klien perlahan-lahan selama kurang lebih 1-2 menit

d. Meminta klien untuk batuk dan mengeluarkan sekret

segera setelah perkusi selesai.

e. Mengintruksikan klien untuk menghirup (inspirasi

dalam) secara perlahan tahan sebentar.

f. Bersamaan dengan itu ratakan tangan pada area paru

yang mengalami penumpukan sekret.

g. Instruksikan klien mengeluarkan nafas/ ekspirasi melalui

mulut.

h. Dan lakukan vibrasi dengan cara getaran kuat secara

serial yang dihasilkan oleh tangan yang diletakan datar

pada dinding dada klien.

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

22

i. Lakukan tindakan ini 3-4 kali pada area yang terkena.

j. Anjurkan klien menarik nafas dalam dan batuk.

k. Melakukan auskultasi dada.

(2) Postural Drainage

(a) Pengertian

Terapi fisik dada bertujuan memperbaiki pembersihan

sekresi bronkus sehingga dapat menurunkan tahanan jalan

napas, memperbaiki fungsi pertukaran gas, mengurangi

kejadian infeksi saluran napas dan meningkatkan sirkulasi

pada otot dinding dada sehingga mengoptimalkan kerja

otot-otot pernapasan. Termasuk dalam terapi fisik dada

tersebut adalah postural drainage. Postural Drainage

merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari paru

dengan menggunakan gaya berat dan sekret itu sendiri

(Frown,1978; Hudaya,1981; Gaskel,1977; dan Waring,

1990; dalam Helmi,2005). Suatu bentuk pengaturan posisi

pasien untuk membantu pengaliran mucus sehingga segmen

besar dengan bantuan gravitasi dan akan memudahkan

mucus diekspectorasikan dengan bantuan batuk (dalam

Putri, 2013).

Postural drainage adalah teknik pembersihan jalan

napas dari sekret dengan meletakkan penderita pada

berbagai posisi berdasarkan anatomi trakeobronkus. Hal itu

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

23

dilakukan selama waktu tertentu sehingga pengaruh

gravitasi akan membantu aliran sekret. Pada teknik ini lobus

atau segmen yang akan disalir posisikan demikian rupa

sehingga terletak di atas bronkus utama, sekret akan

mengalir ke bronkus dan trakea untuk kemudian dibatukkan

keluar. Pada penderita yang banyak memproduksi sekret,

cara ini sangat bermanfaat (Perry dan Potter, 2005).

Postural drainage dapat dilakukan untuk mencegah

terkumpulnya sekret dalam saluran nafas penderita dengan

produksi sputum yang banyak, postural drainage lebih

efektif bila disertai dengan perkusi dan vibrasi dada (dalam

Helmi, 2005).

(b) Indikasi

Tujuan Postural Drainage adalah untuk membantu

mengeluarkan dahak (Putri & Soemarno, 2013). Indikasi

untuk dilakukannya postural drainage untuk melepas

perlengketan sputum pada bronkus, yaitu: pasien dengan

produksi sputum yang berlebih, penumpukan sekret,

bronkoekstasis (Putri & Soemarno, 2013).

(c) Kontra Indikasi

Adapun kontra indikasi postural drainage yaitu; patah

tulang rusuk, emfisema subkutan daerah leher dan dada,

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

24

emboli paru, pneumotoraks tension (Putri & Soemarno,

2013).

(d) Prosedur Tindakan

Adapun langkah-langkah postural drainage sebagai

berikut (Rahayu, 2012):

a. Duduk tegak di tempat tidur atau kursi; lakukan terapi

pada dada kanan dan kiri

Gambar 2.1. Duduk tegak di tempat tidur atau kursi

b. Membungkuk ke depan pada posisi duduk; lakukan

terapi pada punggung

Gambar 2.2. Membungkuk ke depan pada posisi duduk

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

25

c. Berbaring datar, lakukan terapi pada dada kanan dan kiri

Gambar 2.3. Berbaring datar

d. Telungkup, miring kanan atau kiri; lakukan terapi pada

punggung kanan atau kiri

Gambar 2.4. Telungkup

e. Telungkup, miring ke kiri pada posisi trendelenburg;

lakukan terapi pada dada kanan

Gambar 2.5. Telungkup, miring ke kiri pada posisi

trendelenburg

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

26

f. Telungkup, miring kiri, dengan panggul ditinggikan,

lakukan terapi pada punggung kanan

Gambar 2.6. Telungkup, miring kiri, dengan panggul

ditinggikan

g. Berbaring pada posisi trendelenburg; lakukan terapi pada

dada kanan dan kiri

Gambar 2.7. Berbaring pada posisi trendelenburg

h. Berbaring pada posisi trendelenburg telungkup; lakukan

terapi pada punggung kanan dan kiri

Gambar 2.8. Berbaring pada posisi trendelenburg telungkup

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

27

i. Berbaring miring kanan atau kiri, pada posisi

trendelenburg; lakukan terapi pada punggung

Gambar 2.9. Berbaring miring kanan atau kiri, pada posisi

trendelenburg

j. Berbaring telungkup disertai terapipada punggung kanan

dan kiri

Gambar 2.10. Berbaring telungkup disertai terapipada punggung

kanan dan kiri

(3) Batuk Efektif

(a) Pengertian

Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah reflex

yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang-ulang

yang bertujuan untuk membantu membersihkan saluran

pernapasan pasien dari lendir besar, iritasi partikel asing dan

mikroba. Batuk merupakan suatu tindakan reflex pada

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

28

saluran pernafasan yang digunakan untuk membersihkan

saluran udara atas. Salah satunya untuk mengeluarkan

sputum. Sputum adalah zat mucous (terdiri dari sel-sel dan

materi lainnya) yang disekresikan kedalam saluran udara

dari saluran pernapasan. Sputum tidak sama dengan air liur,

air liur merupakan zat yang disekresi dalam mulut untuk

membantu pencernaan. (Goldsobel, 2010; dalam Putri, H,

Soemarno,S. 2013).

Batuk diakibatkan oleh iritasi membran mukosa dimana

saja dalam saluran pernapasan. Stimulus yang menghasilkan

batuk dapat timbul dari suatu proses infeksi atau dari suatu

iritan yang dibawa oleh udara, seperti asap kabut, debu atau

gas. Batuk adalah proteksi utama pasien terhadap akumulasi

sekresi dalam bronki dan bronkiolus (Suzanne & Bare,

2001). Batuk efektif adalah merupakan mekanisme

pertahanan tubuh yang berfungsi untuk mengeluarkan

benda asing atau sekresi yang banyak di saluran pernafasan.

Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar,

dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak

mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara

maksimal (dalam Putri, 2013).

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

29

(b) Tujuan dan Manfaat

Batuk efektif merupakan satu upaya untuk

mengeluarkan dahak dan menjaga paru-paru agar tetap

bersih, di samping dengan memberikan postural drainage.

Batuk efektif dapat diberikan pada pasien dengan cara

diberikan posisi yang sesuai dengan agar pengeluaran dahak

dapat lancar. Batuk efektif ini merupakan bagian tindakan

keperawat untuk pasien dengan gangguan pernafasan akut

dan kronis (Kisner & Colby, 1999). Batuk efektif dan nafas

dalam merupakan teknik batuk efektif yang menekan

inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi, yang

bertujuan untuk:

a. Merangsang terbukanya sistem korateral

b. Meningkatkan distribusi ventilasi

c. Meningkatkan volume paru dan menfasilitasi

pembersihan jalan nafas (Jankis, 1996)

d. Meningkatkan ekspansi paru

e. Mobilisasi sekresi proses pengeluaran substansi kimia

berbentuk lendir (enzim dan hormon) oleh sel dan

kelenjar

f. Mencegah efek samping dari retensi sekresi (pneumonia,

ateletaksis dan demam) Menurut (Hudak & Gallo 1997 :

494).

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

30

Manfaat :

Manfaat batuk efektif diantaranya, untuk melonggarkan

dan melegakan saluran pernafasan maupun mengatasi sesak

nafas akibat adanya lendir yang memenuhi saluran

pernafasan. Lendir, baik dalam bentuk dahak (sputum)

maupun sekret dalam hidung, timbul akibat adanya infeksi

pada saluran pernafasan maupun karena sejumlah penyakit

yang di derita seseorang. Bahkan bagi penderita TB, latihan

batuk efektif merupakan salah satu metode yang dilakukan

tenaga medis untuk mendiagnosis penyebab penyakit

(Tamsuri, A. 2008). Biasanya batuk efektif dilakukan pada

pasien dengan penyakit pulmonary kronik, pada kondisi

demikian sebaiknya pasien dimotivasi untuk nafas dalam

dan batuk efektif paling kurang tiap 2 jam, jika keadaannya

sadar dan tiap 2 atau 3 jam jika tidur sampai fase akut dari

produksi mucus akhir (Tamsuri, A. 2008)

(c) Indikasi

Menurut Wilson (2006 : 773-774) batuk efektif

dilakukan pada pasien seperti :

a. Bronkritis kronik

b. Asma

c. Tuberkulosis Paru (TBC Paru)

d. Pneumonia

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

31

e. Emfisema

(d) Kontra Indikasi

Menurut Putri (2013) batuk efektif tidak boleh

dilakukan pada pasien dengan:

a. Hemoptisis

b. Tension pneumotoraks

c. Gangguan kardiovaskuler

d. Edema paru

e. Efusi pleura yang luas

(e) Prosedur Tindakan

Prosedur tindakan batuk efektif (Tamsuri, 2008)

sebagai berikut:

a. Beritahu pasien, minta persetujuan pasien dan cuci

tangan.

b. Atur pasien dalam posisi duduk tegak atau duduk

setengah membungkuk.

c. Letakan pengalas pada pasien, letakan bengkok /pot

sputum pada pangkuan dan anjurkan pasien memegang

tisu.

d. Ajarkan pasien untuk menarik nafas secara perlahan,

tahan 1-3 detik dan embuskan perlahan dengan mulut.

Lakukan prosedur ini beberapa kali.

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

32

e. Anjurkan untuk menarik nafas, 1-3 detik kemudian

batukkan dengan kuat.

f. Tarik nafas kembali selama 1-2 kali dan ulangi prosedur

di atas dua hingga enam kali.

g. Jika diperlukan, ulangi lagi prosedur di atas.

h. Bersihkan mulut pasien, instruksikan pasien untuk

membuang sputum pada pot sputum atau bengkok.

i. Beri penguatan, bereskan alat dan cuci tangan.

j. Menjaga kebersihan dan kontaminasi terhadap sputum.

k. Tindakan batuk efektif perlu diulang beberapa kali bila

diperlukan.

2. Mekanisme Sistem Pernafasan

a. Pengertian

Pernapasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran

gas didalam jaringan atau “pernapasan dalam” dan di dalam paru-paru

atau “pernapasan luar” , udara ditarik kedalam paru-paru pada waktu

menarik napas dan didorong keluar pada waktu mengeluarkan napas

(Pearce, E.C 2009).

b. Anatomi dan Fisiologi Pernafasan

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah :

1) Nares anterior

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

33

Adalah saluran-saluran didalam lubang hidung. Saluran-saluran itu

bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vesibulum (rongga)

hidung. Vestibulum ini dilapisi epithelium bergaris yang bersambung

dengan kulit. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam rongga hidung.

Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan

pembuluh darah, bersambung dengan lapisan faring dan selaput lendir

semua sinus yang mempunyai lubang masuk kedalam rongga hidung.

Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu terdapat

didalam vestibulum, karena kontak dengan permukaan lendir yang

dilaluinya, udara menjadi hangat, karena penguapan air dari

permukaan selaput lendir, udara menjadi lembap.

2) Faring (tekak)

Adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan usofagus pada ketinggian tulang rawan

krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nosofaring), di belakang

mulut (orofaring), dan dibelakang laring (faring-laringeal). Nares

posterior adalah muara rongga-rongga hidung ke nasofaring.

3) Laring (tenggorok)

Terletak didepan bagian terendah faring yang memisahkannya dari

kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian vertebra dan

masuk kedalam trakea dibawahnya. Laring terdiri atas kepingan

tulang rawan yang diikat bersama oleh ligmen dan membran. Laring

dilapisi jenis selaput lendir yang sama dengan yang ditrakea, kecuali

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

34

pita suara dan epiglotis yang dilapisi sel epithelium berlapis. Berbagai

otot yang terikat pada laring mengendalikan suara, dan juga menutup

lubang atas laring sewaktu menelan.

4) Trakea atau batang tengkorak

Kira-kira Sembilan sentimeter panjangnya, trakea berjalan dari laring

sampai ketinggian vertebrata torakalis kelima dan ditempat ini

bercabang menjadi dua bronkus (bronki). Trakea tersusun atas enam

belas sampai dua puluh lingkaran tak lengkap berupa cincin tulang

rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang melengkapi

lingkaran disebalah belakang trakea selain itu juga memuat beberapa

jaringan otot. Trakea servikalis yang berjalan melalui leher disilang

oleh istmus kelenjar tiroid, yaitu belahan kelenjar yang melingkari

sisi-sisi trakea, Trakea torasika berjalan melintasi mediastinum

dibelakang sternum, menyentuh arteri inominata dan arkus aourta.

5) Bronkus

Bronkus yang terbentuk dari belahan dua trakea pada ketinggian kira-

kira vertebrata torakalis kelima mempunyai struktur serupa dengan

trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus lobus atas

cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat lewat dibawah arteri,

disebut bronkus lobus bawah. Bronkus lobus tengah keluar dari

bronkus lobus bawah, Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing

dari pada yang kanan, dan berjalan dibawah arteri pulmonalis sebelum

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

35

dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan

bawah.

Paru-paru ada dua merupakan alat pernapasan utama. Terletak

disebalah kanan dan kiri dan ditengah dipisahkan oleh jantung beserta

pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak didalam

mediastinum. Pangkal paru-paru di atas landai rongga toraks, diatas

diagfragma. Setiap paru-paru dilapisi membran serosa rangkap dua, yaitu

pleura. Pleura viseralis erat melapisi paru-paru, masuk kedalam fisura

dan dengan demikian memisahkan lobus satu dari yang lain. Membran

ini kemudian dilipat kembali disebelah tapuk paru-paru dan membentuk

pleura parietalis, dan melapisi bagian dalam dinding dada. Pleura yang

melapisi iga-iga ialah pleura kistalis, bagian yang menutupi diagfragma

alah pleura diagfragmatika, dan bagian yang terletak dileher ialah pleura

servkalis. Pleura ini diperkuat oleh membran yang kuat bernama

membran suprapleuralis (fasia Sibson) dan diatas membran ini terletak

arteri subklavia.

Proses fisiologi pernapasan :

Fungsi paru-paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.

Pada pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen

dipingut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, oksigen masuk

melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat

dengan darah didalam kapiler pulmonaris.

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

36

Di dalam paru-paru, karbondioksida, salah satu hasil buangan

metabolisme, menembus membran alveolar-kapiler dari kapiler darah ke

alveoli, dan setelah melalui pipa bronkial dan trakea, dinapaskan keluar

melalui hidung dan mulut. Empat proses yang berhubungan dengan

pernapasan pulmonar atau pernapasan eksterna :

1) Ventilasi pulmonar, atau gerak pernapasan yang menukar udara

dalam alveoli dengan udara luar.

2) Arus darah melalui paru-paru.

3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga dalam

jumlah tepat dapat mencapai semua bagian tubuh.

4) Difusi gas yang menembusi membran pemisah alveoli dan kapiler.

CO2 lebih mudah berdifusi dari pada oksigen (Pearce,E.C, 2009).

c. Konsep Pernafasan

Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan dua faktor

utama,yaitu:

1) Pengendalian secara Kimiawi

Faktor kimiawi ini adalah faktor utama dalam pengendalian dan

pengaturan frekuensi, kecepatan, dan kedalaman gerakan nafas.

2) Pengendalian oleh Saraf.

Pusat pernafasan adalah suatu posat otomatik di dalam medula

oblongata yang mengeluarkan impuls aferen ke otot pernafasana.

Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan

interkostal yang berkecapatan lima belas setiap menit.

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

37

Kecepatan normal setiap menit:

Tabel 2.1 Kecepatan Pernafasan Setiap Menit

Usia Kecepatan setiap menit

Bayi Baru Lahir 30 – 40 kali/ menit

Dua belas bulan 30 kali/ menit

Dari 2-5 tahun 24 kali/ menit

Orang Dewas 10 – 20 kali/ menit

Menurut (Danusantoso, H. 2012) pemeriksaan auskultasi

hendaknya dikerjakan secara sistematis dari atas kebawah dan setiap sisi

kanan dibandingkan sisi kiri pada lokalisasi yang sama, baik di toraks

depan maupun belakang. Dengan demikian, hasil auskultasi dapat

diutarakan dalam kategori :

1) Vesikuler, suara napas vesikuler terdengar bila stetoskop

ditempelkan pada dinding toraks orang normal. Kualitas suara

cukup halus, bernada agak rendah, dan biasanya kanan sama

dengan kiri. Tempat terbaik bising ini pada daerah bawah toraks

karena suara ini dihasilkan oleh masuknya udara kedalam alveolus.

2) Suara napas bronkeal / trakeal, suara napas bronkreal mempunyai

kualitas yang sama sekali berbeda yaitu libih keras dengan nada

lebih tinggi dan disertai suara napas bronkeal ialah suara napas

trakeal yang dapat didengar dengan menaruh stetoskop tepat diatas

trakea pada orang normal. Hal ini dapat terjadi kalau penghantaran

getaran suara dari bronkus ke dinding toraks menjadi lebih mudah,

yaitu bila mana konsistensi paru disekitar bronkus tersebut makin

padat, sedangkan bronkus terbuka dan dengan lumen yang normal.

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

38

Hal ini akan dijumpai bila karena suatu sebab timbul infiltrate

disebagian paru, mislnya pada TBC, pneumonia stadium hepatisasi,

atau kanker paru (sebelum ada penyempitan bronkus).

3) Suara napas amforis, suara napas amforis mirip dengan suara bila

kita meniupkan udara diatas mulut botol kosong, yaitu terdengar

sedikit resonasi (nguung). Jenis suara napas ini dapat ditemukan

bila ada rongga besar yang berisi udara didalam paru dan

mempunyai hubungan terbuka dengan bronkus, seperti kavitas

besar karena TBC.

Jenis-jenis bising tambahan :

a) Ronki kering, dapat dibedakan menjadi 2 wheez / wheezing dan stridor

/ sonorous rhonchus

(1) Wheez / wheezing adalah suara “ngiik” panjang dan terdengar saat

ekspirasi (lebih sering), walaupun kadang-kadang terdengar juga

saat inspirasi. Bila cukup keras, tanpa stetoskop pun suara napas

ini dapat terdengar. Wheezing hanya dapat didengarkan disuatu

tempat tertentu saja, bila ada kompresi terhadap dinding bronkus

dari sekitarnya atau ada penyumbatan lokal suatu saluran napas.

(2) Stridor / sonorous rhonchus adalah suara yang terdengar bila

mana ada segumpal dahak atau penyebab obstruksi serta makin

besar saluran napas, semakin keras/kasar pula bunyi suara ini,

sehingga tanpa stetoskop juga dapat terdengar sebagaimana

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

39

dengan wheezing, stridor dapat terdengar pada saat ekspirasi

(lebih sering), tetapi juga dapat pada saat inspirasi.

b) Ronki basah atau (rales) adalah suara yang terdengar bila gelembung-

gelembung udara menembus cairan. Ronki basah dapat terdengar

nyaring bila ada infiltrate, atau tidak nyaring bila ada udema paru.

Suara ini timbul karena terdapat cairan bebas berupa sekret atau

eksudat, dan selanjutnya dibagi dalam 3 kelas yaitu :

(1) Ronki basah halus terdengar bila suara berasal dari bronkeolus.

Ronki basah halus ini harus dapat dibedakan dari krepitasi atau

opening snap of the alveoli (suara yang terdengar pada seseorang

mendadak menarik napas dalam, sehingga beberapa alveolus yang

tadinya tertutup mendadak terbuka dan terisi udara) sering kali

pada penyakit tuberkulosis paru stadium dini, sudah dapat

terdengar ronki basah halus di daerah supra atau intra klavikuler

kanan atau kiri atau kedua-duanya.

(2) Ronki basah sedang, yaitu bila sumber suara berasal dari bronkus

kecil.

(3) Ronki basah kasar, yaitu bila sumber suara berasal dari bronkus

besar,juga bila terdengar bila ada cairan bebas dalam suatu

kavitas.

d. Patofisiologi Gangguan Sistem Pernafasan pada Pasien TB Paru

Penyebab sumbatan jalan nafas yang sering kita jumpai pada

Tuberkulosis adalah darah dan sputum.Adanya darah maupun sputum

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

40

dijalan nafas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukan oleh penderita

dapat menyumbat jalan nafas dan mengganggu pemenuhan kebutuhan

oksigen. Selain itu sumbatan jalan nafas bisa juga dikarenakan dasar

lidah. Dasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada penderita koma,

karena pada penderita koma otot lidah dan leher lemas sehingga tidak

mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings. Hal ini

sering terjadi bila penderita dalam posisi fleksi (Suzanne & Bare, 2002).

Setiap sel tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk

melaksanakan fungsi metabolisme, sehingga oksigen merupakan zat

terpenting dalam kehidupan manusia. Mempertahankan oksigenasi

adalah upaya untuk memastikan kecukupan pasokan oksigen ke jaringan

atau sel. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru, diangkut ke

jaringan melalui darah, dan dikonsumsi ditingkat intraseluler

(mitokondria) untuk menyediakan energi untuk metabolisme sel. Adanya

gangguan pada sistem pernapasan, sistem kardiovaskuler, atau jaringan

dapat mengganggu oksigenasi dan menyebabkan kerusakan jaringan atau

kematian organisme (Furgang, 2011).

Gangguan utama yang dirasakan oleh penderita kasus TB paru

adalah pada gangguan oksigenasinya (Price dan Standridge, 2006).

Oksigenasi tidak adequat dapat diidentifikasi dari: a) adanya cyanosis

yaitu warna kebiruan pada kulit/selaput lendir akibat peningkatan jumlah

absolut Hb tereduksi; b) hipoksemia dan hipoksia yang saling

berhubungan antara nilai PaO2 dan SaO2; c) hiperkapnia (peningkatan

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

41

PaCO2 di atas 45 mmHg) dan hipokapnia (penurunan PaCO2 <35

mmHg). Keduanya menggambarkan respon ventilasi dan oksigenasi

adequat bila suplay O2 seimbang dengan kebutuhan pembuangan CO2

melalui paru (Price & Wilson, 2006).

Penilaian fungsi pernapasan tidak boleh diabaikan dalam

perawatan, tidak hanya untuk kepentingan diagnosis tetapi bermanfaat

untuk menilai respon pengobatan dan status fungsi ventilasi. Informasi

penting untuk menilai status fungsi pernapasan adalah konsentrasi Hb

yang menggambarkan penilaian terhadap transportasi O2. Konsentrasi

Hb, Saturasi O2 dan status kondisi jantung merupakan data yang perlu

diketahui. Evaluasi fungsi ventilasi dapat dinilai dari mekanisme

pernapasan yang dapat diobservasi dari jumlah, ritme dan karakteristik

pernapasan untuk menentukan efektifitas pola pernapasan. Sistem

pulmonal, kardiovaskuler dan hematologik sangat berhubungan dengan

oksigenasi jaringan tubuh (Price & Wilson, 2006).

Pemenuhan kebutuhan oksigenasi meliputi: pola nafas tidak

efektif, bersihan jalan nafas, gangguan pertukaran gas. Bersihan jalan

nafas, yaitu ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi

saluran pernafasan guna mampertahankan jalan nafas yang bersih,

dengan batas karakteristik: dispnea, bunyi nafas tambahan, perubahan

pada irama dan frekuensi pernafasan, batuk tidak ada atau tidak efektif,

kesulitan untuk bersuara, penurunan bunyi nafas, ortopnea, kegelisahan,

sputum (Wilkson, 2006).

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

42

1) Pola Nafas Tidak Efektif

a) Definisi

Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi dan/ atau ekspirasi yang

tidak memberi ventilasi.

b) Batasan karakteristik:

- Perubahan kedalaman pernafasan

- Perubahan ekskursi dada

- Mengambil posisi tiga titik

- Bradipneu

- Penurunan tekanan ekspirasi

- Penurunan ventilasi semenit

- Penurunan kapasitas vital

- Dipsneu

- Peningkatan diameter anterior-posterior

- Pernafasan cuping hidung

- Ortopneu

- Fase ekspirasi memanjang

- Pernafasan bibir

- Takipneu \

- Penggunaan otot aksesorius untuk bernafas

Faktor-faktor yang berhubungan:

- Ansietas

- Posisi tubuh

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

43

- Deformitas tulang

- Deformitas dinding dada

- Keletihan

- Hiperventilasi

- Sindrom hipoventilasi

- Gangguan muskuloskeletal

- Kerusakan neurologis

- Imaturitas neurologis

- Disfungsi neuromuskular

- Obesitas

- Nyeri

- Keletihan otot pernafasan cedera medula spinalis

c) NOC

- Respiratory status: ventilation

- Respiratory status: airway patency

- Vital sign status

Kriteria hasil:

- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara yang bersih, tidak

ada sianosis dan dypsneu (mampu mengeluarkan sputum,

mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

- Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa

tercekik, irama nafas, frekwensi pernafasan dalam rentang

normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

44

- Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,

pernafasan)

d) NIC

Airway management:

- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trhust bila

perlu

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas

buatan

- Pasang mayo bila perlu

- Lakukan fisioterapi dada bila perlu

- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan

- Lakukan suction pada mayo

- Berikan bronkodilator bila perlu

- Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab

- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

- Monitor respirasi dan status oksigen

Oxygen therapy:

- Bersihkan mulut, hidung, dan sekret trakea

- Pertahankan jalan nafas yang paten

- Atur peralatan oksigenasi

- Monitor aliran oksigen

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

45

- Pertahankan posisi pasien

- Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi

- Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign monitoring:

- Monitor TD, suhu, nadi, dan RR

- Catat adanya fluktuasi tekanan darah

- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, dan berdiri

- Auskultasi tekanan darah pada kedua lengan dan bandingkan

- Monitor TD, nadi, RR sebelum, selam, dan setelah aktivitas

- Monitor kualitas dari nadi

- Monitor frekwensi dan irama pernafasan

- Monitor suara paru

- Monitor pola pernafasan abnormal

- Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

- Monitor sianosis perifer

- Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,

bradikardi, peningkatan sistolik)

- Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2) Bersihan Jalan Nafas

a) Definisi

Bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan

untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

46

b) Batasan karakteristik:

- Tidak ada batuk

- Suara nafas tambahan

- Perubahan frekwensi nafas

- Perubahan irama nafas

- Sianosis

- Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara

- Penurunan bunyi nafas

- Dipsneu

- Sputum dalam jumlah yang berlebihan

- Batuk yang tidak efektif

- Orthopneu

- Gelisah

- Mata terbuka lebar

Faktor-faktor yang berhubungan:

- Lingkungan:

Perokok pasif

Menghisap asap

Merokok

- Obstruksi jalan nafas:

Spasme jalan nafas

Mokus dalam jumlah berlebihan

Eksudat dalam jalan alveoli

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

47

Materi asing dalam jalan nafas

Adanya jalan nafas buatan

Sekresi bertahan/ sisa sekresi

Sekresi dalam bronki

- Fisiologis:

Jalan nafas alergik

Asma

Penyakit paru obstruksi kronik

Hiperplasi dinding bronkial

Infeksi

Disfungsi neuromuskular

c) NOC

- Respiratory status: ventilation

- Respiratory status: Airway patency

Kriteria hasil:

- Mendemonstrasikan betuk efektif dan suara nafas yang bersih,

tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,

mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

- Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa

tercekik, irama nafas, frekwensi pernafasan dalam rentang

normal, tidak ada suara nafas abnormal)

- Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat

menghambat jalan nafas

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

48

d) NIC

Airway suction:

- Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning

- Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning

- Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

- Minta klien untuk nafas dalam sebelum suction dilakukan

- Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk

memfasilitasi suction nasotrakeal

- Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan

- Anjurkan pasien untuk istirahat dan nafas dalam setelah kateter

dikeluarkan dari nasotrakeal

- Monitor status oksigen pasien

- Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction

- Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien

menunjukan bradikardi, peningkatan status oksigen, dan lain-

lain

Airway management:

- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin liftatau jaw trhust bila

perlu

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas

buatan

- Pasang mayo bila perlu

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

49

- Lakukan fisioterapi dadajika perlu

- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara nafas tambahan

- Lakukan suction pada mayo

- Berikan bronkodilator bila perlu

- Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab

- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

- Monitor respirasi dan status oksigen

3) Gangguan Pertukaran Gas

a) Definisi

Gangguan pertukaran gas adalah kelebihan atau defisit pada

oksigenasi dan/ atau eliminasi karbon diaoksida pada membran

alveolar kapiler.

b) Batasan Karakteristik:

- pH darah arteri abnormal

- pH arteri abnormal

- Pernafasan abnormal (mis., kecepatan, irama, kedalaman)

- Warna kulit abnormal (mis., pucat, kehitaman)

- Konfusi

- Sianosis (pada neonatus saja)

- Penurunan Karbondioksida

- Diaforesis

- Dipsnea

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

50

- Sakit kepala saat bangun

- Hiperkapnia

- Hiposemia

- Hipoksia

- Iritabilitas

- Napas cuping hidung

- Gelisah

- Samnolen

- Takikardi

- Gangguan penglihatan

Faktor-faktor yang berhubungan:

- Perubahan membran alveolar kapiler

- Ventilasi- perfusi

c) NOC:

- Respiratory status: gas exchange

- Respiratory status: ventilation

- Vital sign status

Kriteria hasil:

- Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang

adekuat.

- Memeilhara kebersihan paru-paru dan bebas dari tanda-tanda

distres pernafasan.

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

51

- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,

tidak ada sianosis dan dypsneu (mampu mengeluarkan sputum,

mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips).

- Tanda-tanda vital dalam rentang normal.

d) NIC:

Airway management:

- Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila

perlu.

- Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

- Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas bantu.

- Pasang mayo bila perlu.

- Lakukan fisioterapi dada bila perlu.

- Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.

- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan.

- Lakukan suction pada mayo.

- Berikan bronkodilator bila pelu.

- Berikan pelembab udara.

- Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

- Monitor respirasi dan status oksigen.

Respiratory monitoring:

- Monitor rata-rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi.

- Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot

tambahan, retraksi otot supraclavicular, dan intercostal.

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

52

- Monitor suara nafas, seperti dengkur.

- Monitor pola nafas: bradipena, takipena, kussmaul,

hiperventilasi, cheyne stokes, biot.

- Catat lokasi trakea.

- Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksis)

- Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/ tidak adanya

ventilasi dan suara tambahan.

- Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan

ronkhi pada jalan nafas utama.

- Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui

hasilnya.

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

53

B. Kerangka Teori

Gambar 2.11 Kerangka Teori Sumber: diadopsi dari Versitaria & Kusnoputranto (2011), Smeltzer & Bare (2001), Tambayong

(2000), Kurniawan (2005), Prince & Standridge (2006), Wilkson (2006), Helmi & Soemarno

(2005)

C. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar 2.12 Kerangka Konsep

Tanda dan Gejala:

- Batuk - Dahak - Batuk darah - Sesak nafas

- Badan lemas - Nafsu makan menurun

- Berat badan menurun - Malaise - Berkeringat malam hari

- Deman > 1 bulan

Mycrobacterium

Tuberculosis - Faktor umur

- Jenis Kelamin

- Pendidikan - Kebiasaan

merokok

- Status gizi

Tuberculosis

Terganggu Tidak terpenuhi

Bersihan Jalan Nafas

1. Fisioterapi dada

2. Postural drainage

3. Batuk efektif

- Pengeluaran sputum - Bunyi nafas tambahan

- Perubahan irama dan frekuensi

pernafasan

- Batuk tidak ada/ batuk tidak

efektif

- Kesulitan untuk bersuara - Penurunan bunyi nafas

- Ortopneu

- Kegelisahan - Dypsneu

Pola nafas tidak efektif

Kombinasi:

1. Fisioterapi dada

2. Postural drainage

3. Batuk efektif

Perubahan Frekuensi

batuk dan pernafasan

Oksigenasi

Tuberculosis

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1 ...repository.ump.ac.id/3246/3/Sefriatin BAB II.pdf · bronkiektasis, bronchitis kronis, asma, kanker paru dan lain-lain. Mengingat

54

D. Hipotesis

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu: ”Kombinasi

Fisioterapi dada, Postural drainage dan Batuk Efektif berpengaruh terhadap

penurunan frekuensi batuk dan pernafasan pada pasien TB Paru di Ruang

Cendana RSUD Prof. dr. Margono Soekardjo Purwokerto”.

Kombinasi Fisioterapi Dada..., Sefriatin, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015