bab ii tinjauan pustaka a. landasan teori 1. pajakeprints.mercubuana-yogya.ac.id/2017/2/bab...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pajak
Pajak ialah iuran dari rakyat kepada negara dengan berdasarkan undang-
undang, sehingga dapat untuk dipaksakan, dan tidak mendapat balas jasa secara
langsung. Pajak dipungut dengan berdasarkan berbagai norma hukum untuk
dapat menutup biaya produksi barang serta jasa kolektif guna mencapai
kesejahteraan umum. Penolakan untuk membayar, perlawanan, atau
penghindaran terhadap pajak pada umumnya hal tersebut termasuk pelanggaran
hukum.
Pajak terdiri atas pajak langsung atau pajak tidak langsung serta dibayarkan
dengan menggunakan uang ataupun kerja yang memiliki nilai setara. Terdapat
beberapa negara sama sekali tidak mengenakan pajak, seperti United Arab
Emirates. Lembaga Pemerintah yang bertugas dalam mengelola perpajakan di
Indonesia ialah Direktorat Jendral Pajak yang merupakan salah satu dari
direktorat jenderal di bawah naungan dari Kementerian Keuangan Republik
Indonesia.
Pengertian Pajak menurut Undang-undang No.28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat (1) yaitu : Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
9
bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar
besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Erly Suandy (2011) ciri-ciri pajak yang tersimpul dalam berbagai
definisi tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pajak peralihan dari orang/badan ke pemerintah.
b. Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya,sehingga dapat dipaksakan.
c. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah.
d. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
e. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai publik investment.
f. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari
pemerintah.
g. Pajak dapat dipungut langsung atau tidak langsung.
Fungsi pajak menurut Waluyo (2011) yaitu sebagai berikut:
a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)
10
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak
dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.
b. Fungsi Mengatur (Regular)
Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakan pajak yang lebih
tinggi terhadap miuman keras, dapat ditekan. Demikian pula terhadap barang
mewah.
Menurut Waluyo (2011) pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok,
adalah sebagai berikut:
a. Menurut golongan atau pembebanan, dibagi menjadi berikut ini:
1. Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib
Pajak yang bersangkutan.
2. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain.
b. Menurut sifat
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan
pembagiannya berdasarka ciri-ciri prinsip adalah sebagai berikut:
1. Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti
memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak.
11
2. Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarka pada
objeknya, tanpa memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak.
c. Menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut:
1. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
2. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Perpajakan di Indonesia menganut self assessment , Wajib Pajak diberikan
kepercayaan yang besar untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
melaporkan kewajiban perpajakannya. Menurut Wirawan dan Pandu (2015) self
assesment system akan berjalan dengan baik apabila Wajib Pajak melaksanakan
kewajiban perpajakannya dengan tingkat kepatuhan yang tinggi dan disertai
dengan mekanisme penegakan hukum yang optimal oleh Direktorat Jendral
Pajak. Pelaksanaan self-assessment sudah diberlakukan sejak tahun 1984,
Pelaksanaan dari self assessment juga terus dilakukan sampai saat ini.
Pelaksanaan yang dimaksud adalah sejauh mana wajib pajak berperan aktif,
sadar,jujur, mau dan disiplin dalam membayar pajak. Menurut Suandy Erly
(2011) keberhasilan suatu sistem self-assessment dapat dilihat dari adanya
beberapa hal, yaitu:
a. Kedisplinan Wajib Pajak
b. Kejujuran Wajib Pajak
c. Kemauan Membayar Pajak dari Wajib Pajak
d. Kesadaran Wajib Pajak
12
Menurut Mardiasmo (2016) bahwa pajak memiliki unsur-unsur:
a. Iuran dari rakyat kepada negara.
Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang
(bukan barang).
b. Berdasarkan undang-undang.
Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta
aturan pelaksanaanya.
c. Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari negara yang secara langsung
dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
d. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
2. Tax Amnesty
Amnesti pajak adalah program pengampunan yang diberikan oleh Pemerintah
kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak yang seharusnya terutang,
penghapusan sanksi administrasi perpajakan, serta penghapusan sanksi pidana
di bidang perpajakan atas harta yang diperoleh pada tahun 2015 dan sebelumnya
yang belum dilaporkan dalam SPT, dengan cara melunasi seluruh tunggakan
pajak yang dimiliki dan membayar uang tebusan (www.pajak.go.id).
Sedangkan menurut "PMK No. 118/PMK.03/2016" Tax Amnesty adalah
adalah penghapusan pajak yang seharusnya terutang, tidak dikenai sanksi
administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan, dengan cara
13
mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang Pengampunan Pajak.
Jadi definisi secara sederhana dari tax amnesty yaitu penghapusan pajak bagi
Wajib Pajak yang menyimpan dananya di luar negeri dan tidak memenuhi
kewajibannya dalam membayar pajak dengan imbalan menyetor pajak dengan
tarif lebih rendah. Dengan dilakukannya tax amnesty ini, diharapkan para
pengusaha yang menyimpan dananya di luar negeri akan memindahkan dananya
di Indonesia dan menjadi Wajib Pajak baru yang patuh sehingga dapat
meningkatkan pendapatan pajak negara.
Latar belakang Tax Amnesty atau mengapa Indonesia harus memberikan tax
amnesty kepada para pembayar pajak (wajib pajak) diantaranya yaitu sebagai
berikut :
a. Yang Pertama Indonesia memberlakukan tax amnesty ialah karena
terdapat Harta milik warga negara baik di dalam maupun di luar negeri
yang belum atau belum semuanya dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan.
b. Tax Amnesty yaitu untuk meningkatkan suatu penerimaan negara dan
pertumbuhan perekonomian serta untuk kesadaran dan kepatuhan
masyarakat dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan, perlu menerbitkan
kebijakan Pengampunan Pajak.
c. Kasus Panama Pappers
14
Karena dari ketiga latar belakang tax amnesty tersebut maka presiden republik
Indonesia pada tanggal 1 Juli 2016 mengesahkan Undang Undang tax amnesty
Nomor 11 Tahun 2016 Tentang Pengampunan Pajak.
Manfaat atau keuntungan yang diperoleh oleh Wajib Pajak yang mengikuti tax
amnesty yakni sebagai berikut :
a. Penghapusan pajak terutang yang belum diterbitkan ketetapan pajak, tidak
dikenai sebuah sanksi administrasi perpajakan, dan tidak dikenai sanksi
pidana di bidang perpajakan, untuk suatu kewajiban perpajakan dalam
masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir
Tahun Pajak Terakhir yang berkaitan dengan kewajiban perpajakan PPh
dan PPN atau PPnBM.
b. penghapusan sebuah sanksi administrasi perpajakan berupa bunga, atau
denda, untuk suatu kewajiban perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun
Pajak, dan Tahun Pajak, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir yang
berkaitan dengan kewajiban perpajakan PPh dan PPN atau PPnBM.
c. Tidak dilakukan sebuah pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan,
dan penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, atas kewajiban
perpajakan dalam masa pajak, bagian Tahun Pajak, dan Tahun Pajak,
sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir yang berkaitan dengan suatu
kewajiban perpajakan PPh dan PPN atau PPnBM.
d. Penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan
penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, dalam hal Wajib Pajak
15
sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan
penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan atas kewajiban
perpajakan, sampai dengan akhir Tahun Pajak Terakhir yang berkaitan
dengan kewajiban perpajakan PPh dan PPN atau PPnBM.
Tujuan dari Tax Amnesty yang berdasarkan Undang-undang nomor 11 Tahun
2016 yaitu sebagai berikut:
a. Bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan dan restrukturisasi ekonomi
melalui pengalihan Harta, yang antara lain akan berdampak terhadap
peningkatan likuiditas domestik, perbaikan nilai tukar Rupiah, penurunan
suku bunga, dan peningkatan investasi;
b. Bertujuan untuk mendorong reformasi perpajakan menuju sebuah sistem
perpajakan yang lebih berkeadilan serta perluasan basis data perpajakan
yang lebih valid, komprehensif, dan terintegrasi; dan
c. Bertujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak, yang antara lain akan
digunakan untuk pembiayaan pembangunan.
Fasilitas Amnesti Pajak yang akan didapat oleh Wajib Pajak yang mengikuti
program Amnesti Pajak antara lain:
a. penghapusan pajak yang seharusnya terutang (PPh dan PPN dan/atau PPn
BM), sanksi administrasi, dan sanksi pidana, yang belum diterbitkan
ketetapan pajaknya;
b. penghapusan sanksi administrasi atas ketetapan pajak yang telah
diterbitkan;
16
c. tidak dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan
penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan;
d. penghentian pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan
penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan, dalam hal Wajib Pajak
sedang dilakukan pemeriksaan pajak, pemeriksaan bukti permulaan, dan
penyidikan Tindak Pidana di Bidang Perpajakan; dan
e. Penghapusan PPh Final atas pengalihan Harta berupa tanah dan/atau
bangunan serta saham
Program Amnesti Pajak ini hanya berlaku berlaku sejak disahkan, hingga 31
Maret 2017, dan terbagi ke dalam 3 (tiga) periode, yaitu:
a. Periode I: Dari tanggal diundangkan s.d. 30 September 2016
b. Periode II: Dari tanggal 1 Oktober s.d. 31 Desember 2016
c. Periode III: Dari tanggal 1 Januari s.d. 31 Maret 2016
Setiap periode memiliki perbedaan tingkat dasar pengenaan tarif yang berlaku,
antara lain:
a. Periode I: 2% untuk harta di dalam negeri dan 4% untuk harta di luar
negeri.
b. Periode II : 3% untuk harta di dalam negeri dan 6% untuk harta di luar
negeri.
c. Periode III : 5% untuk harta di dalam negeri dan 10% untuk harta di luar
negeri.
Sedangkan jenis tarif pajak tambahan yang berlaku bagi wajib pajak UMKM,
yaitu:
17
a. Tarif Pajak sebesar 0,5% untuk jumlah harta sampai dengan 10 Milyar
b. Tarif Pajak sebesar 2% untuk jumlah harta lebih dari 10 Milyar.
Di Indonesia tax amnesty pernah dilakukan pada tahun 1984. Namun
implementasi tax amnesty yang pernah dilakukan di Indonesia dinilai kurang
efektif hasilnya karena tidak ada kejelasan tujuan dan aturannya disamping
kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Pemerintah Indonesia saat ini
sedang melakukan suatu terobosan dalam upaya lebih meningkatkam lagi
penerimaan negara dari sektor pajak. Demi terealisasinya hal tersebut maka
pemerintah melakukan reformasi dibidang perpajakan dengan mengesahkan
undang-undang (UU) Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak.
3. Manufaktur
Manufaktur adalah suatu cabang industri yang mengaplikasikan mesin,
peralatan, tenaga kerja dan suatu medium proses untuk mengubah bahan
mentah menjadi barang jadi yang memiliki nilai jual.
Istilah ini bisa digunakan untuk aktivitas manusia, dari kerajinan
tangan sampai ke produksi dengan teknologi tinggi, namun demikian istilah ini
lebih sering digunakan untuk dunia industri, di mana bahan baku diubah
menjadi barang jadi dalam skala yang besar.
Manufaktur ada dalam segala bidang sistem ekonomi. Dalam ekonomi pasar
bebas, manufakturing biasanya selalu berarti produksi secara massal untuk
dijual ke pelanggan untuk mendapatkan keuntungan.
18
Beberapa industri seperti semikonduktor dan baja lebih sering menggunakan
istilah fabrikasi dibandingkan manufaktur.
Perusahaan manufaktur ini memiliki standar operasional yang harus dipatuhi
oleh semua karyawan. Di indonesia sudah banyak sekali perusahaan manufaktur
yang berdiri. Mengelola semua bahan mentah yang dibutuhkan dalam sebuah
industri. Perusahaan ini berbeda dengan perusahaan jasa atau perusahaan yang
mengelola produk yang sudah jadi. Sehingga mereka membuat dari bahan
mentahnya langsung.
4. Kinerja Keuangan
Produktifitas yang dilakukan perusahaan sebagai kemampuan peru-
sahaan untuk memberikan nilai terhadap perusahaan adalah kinerja
perusahaan. Penilaian kinerja sangat penting bagi perusahaan yang telah go
public. Perusahaan go public adalah perusahaan yang dimiliki oleh masyarakat
sehingga dituntut untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja keuangan adalah
suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara
baik dan benar.
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan
suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga
dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan
yang mencerminkan prestasi kerja dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting
19
agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan
lingkungan (Fahmi, 2011).
Penilaian kinerja ini sangat penting sebagai proses merger
perusahaan sehingga diketahui nilai perusahaan. Penilaian kinerja
juga sangat dibutuhkan oleh perusahaan yang mengalami kesulitan, penilaian
kinerja juga sangat berguna untuk restrukturisasi program pemulihan usaha
bagi perusahaan yang go public penilaian kinerja sangat penting jika perusahaan
akan menjual perusahaannya dibursa harus melakukan penilaian untuk
menentukan wajar yang akan ditawarkan kepada masyarakat.
Pendekatan yang populer untuk menilai kondisi keuangan perusahaan adalah
dengan mengevaluasi data akuntansi berupa laporan keuangan, hal itu
disebabkan karena laporan keuangan disusun berdasarkan standar penyusunan
laporan keuangan dan diterapkan secara meluas oleh perusahaan-perusahaan.
Penilaian kinerja dengan menganalisis laporan keuangan dengan penggunaan
rasio-rasio keuangan.
5. Analisis Rasio Laporan Keuangan
Laporan Keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan
perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu (Kasmir,2017).
Pencatatan yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan harus
dilakukan dengan kaidah-kaidah yang berlaku dan berdasarkan data yang
relevan. Setelah itu akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang
sesungguhnya. Agar angka-angka dalam laporan keuangan lebih berarti dan
20
mampu dibandingkan antara satu komponen dengan komponen lainya maka
perlu adanya analisis rasio keuangan.
Analisis rasio keuangan merupakan aktivitas untuk menganalisis laporan
keuangan dengan cara membandingkan satu akun lainnya yang ada dalam
laporan keuangan, perbandingan tersebut bisa antar akun dalam laporan
keuangan maupun laba rugi (Wiratna, 2017).
Jadi rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang
ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka
lainnya (Kasmir,2017). Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen
dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada
di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang dibandingkan dapat berupa
angka-angka dalam suatu periode maupun beberapa periode.
Hasil rasio keuangan kemudian digunakan untuk menilai kinerja manajemen
dalam satu periode. Hasil ini juga mampu dijadikan evaluasi hal-hal yang perlu
dilakukan dimasa depan.
Menurut V. Wiratna (2017) bentuk-bentuk rasio keuangan berdasarkan
akunnya, dapat digolongkan menjadi 4 yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas
/ Laverage, Rasio Aktivitas, Rasio Profitabilitas. Rasio-rasio tersebut dapat
memberikan petunjuk untuk kondisi-kondisi mendasar yang mungkin tidak
tampak jelas dari masing-masing komponen laporan keuangan.
a. Rasio Likuiditas
21
Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal kerja
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu
perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di
neraca,yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka
pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat
perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu.
Manfaat bagi pemilik perusahaan dan manajemen perusahaan guna menilai
kemampuan mereka sendiri. Kemudian, pihak luar perusahaan seperti
kreditor atau penyedia dana,pihak distributor atau supplier dapat melihat
kemampuan dari perusahaan tersebut.
Secara umum tujuan utama rasio keuangan untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Namun dari rasio likuiditas
dapat diketahui hal spesifik lainnya yang juga masih berkaitan dengan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Jenis-jenis rasio likuiditas antara lain:
1) Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar atau (current ratio) merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo.
Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingka antara
total aktiva lancar dengan total utang lancar.
Aktiva lancar merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang
dalam waktu singkat. Sedangkan utang lancar merupakan kewajiban
22
perusahaan jangka pendek (Utang harus segera dilunasi, maksimal satu
tahun).
Dari pengukuran rasio , apabila rasio rendah, dapat dikatakan bahwa
perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil
pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik.
Rumus mencari rasio lancar adalah :
Current Ratio
=
Aktiva Lancar ( Current Assets)
Utang Lancar ( Current Liabilities)
2) Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat (quick ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid.Yang termasuk
sebagai Aset Cepat (Quick Asset) adalah Aktiva Lancar atau Aset lancar
yang dapat dengan cepat dikonversi menjadi uang tunai dan mendekati
nilai bukunya.
Rasio Cepat ini biasanya dianggap sebagai tanda kekuatan atau
kelemahan finansial perusahaan. Dengan Quick Ratio atau Rasio Cepat ini,
Kreditur dapat mengetahui berapa banyak hutang jangka pendek
perusahaan yang dapat dipenuhi dengan menjual semua aset likuid
perusahaan dalam waktu yang paling singkat.
23
Quick Ratio atau Rasio cepat dihitung dengan mengurangkan
persediaan (inventory) dari aktiva lancar (current assets) dan sisanya
dibagi dengan kewajiban lancar (Current Liabilities). Dikurangkan
Persediaan atau Inventory dari perhitungan Aktiva lancar karena
persediaan pada dasarnya merupakan aset lancar yang sulit dikonversi
dengan uang tunai dalam waktu singkat dan biasanya juga akan terjadi
kerugian jika terjadi likuidasi.
Rumus untuk mencari rasio cepat (quick ratio) adalah :
Quick Ratio
=
Aktiva lancar - Persediaan
Hutang lancar
Atau
Quick Ratio
=
Kas + Bank + Efek + Piutang
Hutang lancar
3) Rasio Lancar (Cash Ratio)
Rasio Kas (Cash Ratio) atau sering disebut juga dengan Rasio Aset
Tunai (Cash Asset Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk
membandingkan total kas (tunai) dan setara kas perusahaan dengan
kewajiban lancarnya. Rasio Kas ini pada dasarnya adalah penyempurnaan
dari rasio cepat (quick ratio) yang digunakan untuk mengidentifikasikan
sejauh mana dana (kas dan setara kas) yang tersedia untuk melunasi
kewajiban lancar atau hutang jangka pendeknya. Calon kreditur
menggunakan rasio ini sebagai ukuran likuiditas perusahaan dan seberapa
24
mudahnya perusahaan dapat menutupi kewajiban hutang jangka
pendeknya.
Rasio Kas ini merupakan rasio likuiditas yang paling ketat dan
konservatif terhadap kemampuan perusahaan dalam menutupi hutang atau
kewajiban jangka pendeknya jika dibandingkan rasio-rasio likuiditas
lainnya (rasio lancar dan rasio cepat). Hal ini dikarenakan Rasio Kas
hanya memperhitungkan aset atau aktiva lancar jangka pendek yang paling
likuid yaitu kas dan setara kas yang paling mudah dan cepat untuk
digunakan dalam melunasi hutang lancarnya.
Cash Ratio dapat dihitung dengan rumus yaitu:
Cash Ratio
=
Cash + Efek
Hutang lancar
4) Rasio Perputaran Kas
Rasio perputaran kas digunakan untuk mengukur tingkat tingkat
ketersediaan kas untuk membayar tingkat ketersediaan kas untuk
membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan
penjualan.
Hasil perhitungan rasio perputaran kas dapat diartikan sebagi berikut.
a) Apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti, ketidakmampuan
perusahaan dalam membayar tagihannya.
25
b) Sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah, dapat di artikan kas
yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat
sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.
Rasio Perputaran Kas
=
Penjualan Bersih
Modal Kerja Bersih
5) Inventory to Net Working Capital
Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut terdiri dari
pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar.
Rumusan untuk mencari Inventory to Net Working Capital dapat
digunakan sebagai berikut:
Inventory
to NWC
=
Inventory
Current Assets -
Current Liabilities
b. Rasio Solvabilitas / Laverage
Rasio ini digunakan mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
seluruh kewajibannya baik jangka pendek maupun jangka Panjang. Seberapa
efektif perusahaan menggunakan sumberdaya yang dimiliki, sumber daya
yang dimaksud seperti piutang dan modal aktiva.
Dalam praktiknya, apabila dari hasil perhitungan, perusahaan ternyata
memiliki rasio solvabilitas yang tinggi, hal ini akan berdampak timbulnya
26
risiko kerugian lebih besar, tetapi juga ada kesempatan mendapat laba juga
besar. Sebaliknya apabila perusahaa memiliki rasio solvabilitas lebih rendah
tentu mempunyai risiko kerugian lebih kecil pula, terutama pada saat
perekonomian menurun.
Pengaturan rasio yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi
perusahaan guna menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun
semua kebijakan ini tergantung dari tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Biasanya penggunaan rasio solvabilitas disesuaikan dengan tujuan
perusahaan. Artinya perusahaan dapat menggunakan rasio solvabilitas secara
keseluruhan atau sebagian dari masing-masig jenis rasio solvabilitas yang
ada.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang sering
digunakan, Jenis-jenis rasio solvabilitas yang ada antara lain:
1) Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Debt ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur
perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Dengan kata lain,
seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar
hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.
Rumus untuk mencari debt ratio adalah :
Debt to
asset
ratio
= Total Debt
x 100% Total asset
2) Debt to Equity Ratio
27
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara
seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.
Rumus untuk mencari debt to equity ratio sebagai berikut :
Debt to
equity
ratio
= Total hutang
x 100% Ekuitas
3) Long Term Debt to Equity Ratio
Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara hutang jangka
panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa
bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang
jangka panjang dengan cara membandingkan antara hutang jangka
panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan.
Rumus untuk mencari long term debt to equity ratio adalah dengan
menggunakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri, yaitu :
Long term debt
to equity
ratio
= Long term debt
x 100% Equity
4) Times Interest Earned Ratio
Jumlah kali perolehan bunga atau times interest earned merupakan rasio
untuk mengukur sejauh mana pendapatan dapat menurun tanpa membuat
perusahaan merasa malu karena tidak mampu biaya bunga tahunannya.
28
Untuk mengukur rasio ini, digunakan perbandingan antara laba sebelum
bunga dan pajak dibandingkan dengan biaya bunga yang dikeluarkan.
Dengan demikian, kemampuan perusahaan untuk membayar bunga
pinjaman tidak dipengaruhi oleh pajak:
Times Interest Earned Ratio = Earning Before Interest Tax
Biaya bunga (Interest)
Atau
Times Interest Earned
Ratio =
EBT + Biaya bunga
Biaya bunga (Interest)
5) Fixed Charge Coverage (FCC)
Menurut Kasmir (2017) fixed charge coverage (FCC) atau lingkup biaya
tetap merupakan rasio yang menyerupai Times Interest Earned Ratio.
Hanya saja perbedaannya adalah rasio ini dilakukan apabila perusahaan
memperoleh utang jangka Panjang atau menyewa aktiva berdasarkan
kontrak sewa (lease contract).
Rumus untuk mencari fixed charge coverage (FCC) adalah sebagai
berikut:
Fixed charge coverage =
EBT + Biaya bunga+ Kewajiban
sewa
Biaya bunga + Kewajiban sewa
c. Rasio Aktivitas
Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas penggunaan
aktiva atau kekayaan perusahaan,seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai
29
dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar. Pihak luar disini bisa berupa
investor maupun bank (V. Wiratna : 2017 ).
1) Total assets turn over
Merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva suatu
perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan perputarannya
total aktiva dalam satu periode tertentu. Total assets turn over merupakan
rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva
perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin:
2009).
Total assets turn over merupakan rasio yang menggambarkan
perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio
ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan
meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan
aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang
sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya
ditingkatkan atau diperbesar.
Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik
perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan,
karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh
aktiva dalam perusahaan.
Rumus untuk mencari total asset turn over adalah sebagai berikut:
Total asset
turn over =
Penjualan
Total Aktiva (Total Assets)
30
2) Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja)
Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan
dengan modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva
lancar dikurangi utang lancar.
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam
perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan
usaha.periode perputaran modal kerja (working capital turn over period)
dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen
modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas. Makin pendek
periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi
perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode perputaran
modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran dari
masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
Perputaran modal kerja = Penjualan Bersih
Modal kerja rata - rata
3) Rasio Perputaran Aktiva Tetap (fixed assets turnover)
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan
menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan.
Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas
terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau
mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang
berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi
31
semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap
tersebut.
Perputaran aktiva tetap dihitung dengan rumus:
Fixed Assets
Turn Over =
Penjualan
Total Aktiva tetap (Total Fixed
Assets)
4) Rasio perputaran persediaan (inventory turnover)
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan
persediaan barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup
popular untuk menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan
seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada
persediaan.
Ada dua masalah yang timbul dalam perhitungan dan analisis rasio
perputaran persediaan. Pertama, penjualan dinilai menurut harga pasar
(market price), persediaan dinilai menurut harga pokok penjualan (at
Cost), maka sebenarnya rasio perputaran persediaan (at cost) digunakan
untuk mengukur perputaran fisik persediaan. Sedangkan rasio yang
dihitung dengan membagi penjualan dengan persediaan mengukur
perputaran persediaan dalam kas.
Rasio perputaran persediaan dihitung dengan rumus:
Invetory turn over = Harga pokok barang yang dijual
Sediaan
Atau
32
Invetory turn over = Penjualan
Sediaan
5) Perputaran Piutang ( Receivable Turn Over )
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungn yang
erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu
pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran
piutang tersebut yaitu dengan membagi total penjualan kredit (neto)
dengan piutang rata-rata.
Perputaran piutang dapat diukur dengan rumus :
Receivable Turn
Over =
Penjualan Kredit
Rata-rata Piutang
Atau
Semakin tinggi rasio (turnover) menunjukkan modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang rendah, sebaliknya kalau rasio semakin rendah
berarti adaover investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa
lebih lanjut, mungkin karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak
efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijak sanaan pemberian
kredit.
d. Rasio Profitabilitas
Receivable Turn
Over =
Penjualan Kredit
Piutang
33
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktivitas normal
bisnisnya (Hery, 2015). Rasio profitabilitas dikenal juga sebagai rasio
rentabilitas. Di samping bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, rasio ini juga bertujuan
untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan
operasional perusahaan.
Pengukuran rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan
antara berbagai komponen yang ada dalam laporan laba-rugi atau neraca.
Berikut jenis-jenis rasio profitabilitas yang lazim digunakan:
1) Hasil Pengembalian dan Aset (Return on Assets)
Hasil Pengembalian atas aset merupakan rasio yang menunjukan
seberapa besar kontribusi aset dalam menciptakan laba bersih. Dengan
kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba
bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam
total aset.
Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil pengermbalian atas aset
adalah:
Hasil
pengembalian
atas aset
=
Laba bersih
Total aset
2) Hasil Pengembalian atas Ekuitas (Return on Equity)
34
Hasil pengembalian atas ekuitas merupakan rasio yang menunjukan
seberapa besar kontribusi ekuitas dalam menciptakan laba bersih. Dengan
kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba
bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam
total ekuitas.
Semakin tinggi hasil pengembalian atas ekuitas berarti semakin
tinggi pula jumlah laba bersih yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang
tertana dalam ekuitas.
Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil pengembalian atas ekuitas
adalah:
Hasil pengembalian
atas ekuitas
=
Laba bersih
Total ekuitas
3) Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Margin laba kotor merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
besarnya persentase laba kotor atas penjualan bersih. Rasio ini dihitung
dengan membagi laba kotor terhadap penjualan bersih. Laba kotor sendiri
dihitung sebagai hasil pengurangan antara penjualan bersih dengan harga
pokok penjualan.
Semakin tinggi laba kotor berarti semakin tinggi pula laba kotor yang
dihasilkan dari penjualan bersih. Hal ini dapat disebabkan karena
tingginya harga jual dan rendahnya harga pokok penjualan. Sebaliknya,
35
semakin rendah margin laba kotor berarti semakin rendah pula laba kotor
yang dihasilkan dari penjualan bersih.
Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung margin laba kotor:
Margin Laba kotor
=
Laba Kotor
Penjualan bersih
4) Margin Laba Operasional ( Operating Profit Margin)
Margin laba operasional merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur besarnya persentase laba operasional atas penjualan bersih.
Rasio ini dihitung dengan membagi laba operasional terhadap penjualan
bersih. Laba operasional dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba
kotor dengan beban operasional.
Rumus yang digunakan untuk menghitung margin laba operasional:
Margin Laba operasional
=
Laba operasional
Penjualan bersih
5) Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Margin laba bersih merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
besarnya persentase laba bersih atas penjuala bersih. Rasio ini dihitung
dengan membagi laba bersih terhadap penjualan bersih. Laba bersih
sendiri dihitung sebagai hasil pengurangan antara laba sebelum pajak
penghasilan dengan beban pajak penghasilan.
Rumus yang digunakan untuk menghitung margin laba bersih:
36
Margin Laba bersih
=
laba bersih
Penjualan bersih
B. Penelitian Terdahulu
Tabel.1 Penelitian Terdahulu
NO Judul Penelitian Nama Peneliti Hasil Penelitian
1 PENGARUH TAX
AMNESTY
TERHADAP KINERJA
PERBANKAN
PERSEPSI DI
INDONESIA
RAY SUMITRO S. 1. Terdapat
perbedaan yang
signifikan pada CAR
antara periode
sebelum dan sesudah
Tax Amnesty.
2. Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan pada LAR
antara periode
sebelum dan sesudah
Tax Amnesty.
3. Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan pada ROE
antara periode
sebelum dan sesudah
Tax Amnesty.
37
4. Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan pada
BOPO antara periode
sebelum dan sesudah
Tax Amnesty.
5. Tidak terdapat
perbedaan yang
signifikan antara
LDR pada periode
sebelum dan sesudah
Tax Amnesty.
2 ANALISIS
PENGARUH TAX
AMNESTY BAGI BEI
KANTOR
PERWAKILAN
YOGYAKARTA
Nabilla Chintia Agni
Cikhita
Bursa Efek
Indonesia kantor
perwakilan
Yogyakarta
mencatat terjadi
pertumbuhan yang
signifikan terhadap
jumlah investor,
Pertumbuhan
tersebut
diperkirakan akan
terus bertambah
dan turut
mendorong
kenaikan jumlah
transaksi di pasar
38
bursa, Bursa Efek
Indonesia kantor
perwakilan
Yogyakarta
mencatat jumlah
transaksi yang
dilakukan investor
DIY rata-rata
Rp373 miliar per
bulan, jumlah
transaksi ini lebih
besar dari rata-rata
transaksi bulan
sebelumnya.
3 PENGARUH TAX
AMNESTY,
PERTUMBUHAN
EKONOMI,
KEPATUHAN WAJIB
PAJAK, DAN
TRANSFORMASI
KELEMBAGAAN
DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK
TERHADAP
PENERIMAAN
PAJAK
TAHUN PAJAK 2015
DI KANTOR
PELAYANAN
1. Kadek Diah
Puspareni,
1.Gusti Ayu
Purnamawati,
2. Made Arie
Wahyuni
Menunjukan bahwa
secara parsial dan
simultan tax amnesty,
pertumbuhan ekonomi,
kepatuhan wajib pajak,
dan transformasi
kelembagaan
Direktorat
Jenderal Pajak
berpengaruh positif
signifikan terhadap
penerimaan pajak.
39
PAJAK PRATAMA
SINGARAJA
TAX AMNESTY DAN
PERBANKAN
INDONESIA (STUDI
KOMPARATIF
TERHADAP
KESEHATAN BANK
GATEWAY DAN
NON GATEWAY)
Fauzan Nur
Abdillah
Terdapat perbedaan
positif terhadap
rasio KPMM dan
NIM saja dengan
kedua kategori
bank, sedangkan
NPL bank gateway
terdapat perbedaan
negatif yang berarti
bahwa saat
program
pengampunan
pajak, terjadi
peningkatan jumlah
kredit bermasalah.
4 TAX AMNESTY
DAN PERBANKAN
INDONESIA (STUDI
KOMPARATIF
TERHADAP
KESEHATAN BANK
GATEWAY DAN
NONGATEWAY)
Fauzan Nur
Abdillah
Terdapat perbedaan
positif terhadap rasio
KPMM dan NIM saja
untuk kedua kategori
bank, sedangkan untuk
rasio NPL bank
gateway terdapat
perbedaan negatif yang
berarti bahwa saat
program pengampunan
pajak, terjadi
40
peningkatan jumlah
kredit bermasalah.
C. Kerangka Penelitian
Menghitung Kinerja
keuangan
Menghitung Kinerja
keuangan
sebelum berlakunya sesudah berlakunya
tax amnesty tax amnesty
CR CR
DER DER
TATO TATO
ROE ROE
Dibandingkan
D. Pengembangan Hipotesis
1. Pengaruh tax amnesty terhadap Current Ratio (CR)
Karena adanya program tax amnesty perusahan manufaktur terutama sub
sektor industri dasar dan kimia akan mengalami kenaikan investasi .
Perusahaan yang memiliki rasio yang lancar akan menjadi sorotan para
investor karena sehatnya perusahaan. Salah satu analisis fundamental yang
dapat menentukan ukuran sehat tidaknya operasi suatu perusahaan adalah
rasio lancar (current ratio). Dana yang didapatkan dari investasi karena
program tax amnesty akan mengakibatkan kenaikan modal pada perusahaan.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis pertama yang diajukan adalah:
41
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan Current Ratio perusahaan
manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI
sebelum dan sesudah diberlakukannya tax amnesty periode pertama.
2. Pengaruh tax amnesty terhadap Debt to Equity Ratio (DER)
Karena adanya program tax amnesty perusahaan manufaktur terutama sub
sektor industri dasar dan kimia akan mengalami kenaikan investasi.
Perusahaan yang memiliki rasio yang rendah dari perspektif kemampuan
membayar kewajiban jangka panjang, maka semakin baik kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Itu akan
menarik Investor untuk menyalurkan dana ke perusahaannya.
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis kedua yang diajukan adalah
H2 : Terdapat perbedaan yang signifikan Debt to Equity Ratio perusahaan
manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI
periode sebelum dan sesudah diberlakukannya tax amnesty periode
pertama.
3. Pengaruh tax amnesty terhadap Total Asset Turn Over.
Total Asset Turn Over atau sering juga disebut rasio perputaran total aktiva
merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari
perputaran maupun pemanfaatan lokal aktiva dalam menghasilkan
penjualan . Dengan adanya tax amnesty perputaran total aktiva perusahaan
akan meningkat dalam menghasilkan penjualan perusahaan .
42
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis ketiga yang diajukan adalah
H3 : Terdapat perbedaan yang signifikan Total Asset Turn Over
perusahaan manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar
di BEI periode sebelum dan sesudah diberlakukannya tax amnesty periode
pertama.
4. Pengaruh tax amnesty terhadap Return on Equity
Return on Equity , atau ROE merupakan rasio keuangan yang dapat
menunjukan besarnya laba bersih yang diperoleh dari ekuitas perusahaan .
Rasio ini menunjukan seberapa besar laba yang dimiliki oleh perusahaan
sendiri . Setelah terjadinya tax amnesty banyak perusahaan yang akan
menginvestasikan modal saham keperusahaan yang sehat ,sehingga
perusahaan akan mampu menghasilka laba bersih dan menambah modal
saham .
Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis keempat yang diajukan adalah
H4 : Terdapat perbedaan yang signifikan Return On Equity perusahaan
manufaktur sub sektor industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI
periode sebelum dan sesudah diberlakukannya tax amnesty periode
pertama.