bab ii tinjauan pustaka a. kinerja -...

28
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual performance (prestasi kerja atau prestasi yang sesungguhnya yang dicapai seseorang). Kinerja menurut Mangkunegara (2009) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja menurut (Prawirosentono dalam Usman, 2011) kinerja adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai moral serta etika. Sehingga dapat disimpulkan kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang baik secara kualitas dan kuantitas. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja (Mathis, 1997; Hafizurrachman, 2009 dalam Mua 2011) menyatakan ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan pribadi untuk melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan organisasi. Selain itu, (Ivancevich & Mataerson, 1990; Gibson, Ivancevic & Donelly, 1997, Ilyas, 2002 dalam Mua 2011) mengemukakan bahwa faktor- faktor yang berhubungan dengan kinerja personel, dimana kinerja personel terdiri dari tiga kelompok variabel yang berpengaruh terhadap kinerja dan ber efek pada kinerja personel yaitu: a. Variabel individu Sub variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografi. Sub variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang

Upload: dangbao

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja

1. Pengertian kinerja

Istilah kinerja berasal dari kata Job Performance atau Actual performance

(prestasi kerja atau prestasi yang sesungguhnya yang dicapai seseorang).

Kinerja menurut Mangkunegara (2009) adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja menurut

(Prawirosentono dalam Usman, 2011) kinerja adalah usaha yang dilakukan

dari hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam

suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing

dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai moral serta etika. Sehingga dapat disimpulkan

kinerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang baik secara kualitas dan

kuantitas.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

(Mathis, 1997; Hafizurrachman, 2009 dalam Mua 2011) menyatakan ada

tiga faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan pribadi untuk

melakukan pekerjaan tersebut, tingkat usaha yang dicurahkan, dan dukungan

organisasi. Selain itu, (Ivancevich & Mataerson, 1990; Gibson, Ivancevic &

Donelly, 1997, Ilyas, 2002 dalam Mua 2011) mengemukakan bahwa faktor-

faktor yang berhubungan dengan kinerja personel, dimana kinerja personel

terdiri dari tiga kelompok variabel yang berpengaruh terhadap kinerja dan ber

efek pada kinerja personel yaitu:

a. Variabel individu

Sub variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografi.

Sub variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Sub variabel demografis

mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu.

Dimana perawat mempunyai kemampuan secara professional dalam

melakukan asuhan keperawatan pada pasien.

b. Variabel organisasi yaitu sumber daya, kepemimpinan, imbalan atau

penghargaan, struktur, desain pekerjaan, supervisi dan kontrol.

c. Variabel psikologis yaitu persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan

motivasi. Variable psikologis sangat kompleks dan sulit di ukur serta

sukar mencapai kesepakatan tentang pengertian psikologis. Setiap perawat

mempunyai sifat dan perilaku yang berbeda-beda dan tidak ada ukuran

pasti, dimana setiap individu mempunyaipemikiran dan kemampuan dan

pemikiran yang berbeda. Hal ini dapat berpengaruh pada kinerja perawat

dalam hubungannya dengan sesama perawat ataupun dengan pasiennya.

( Ilyas, 2002 dalam Mua, 2011) mengatakan kinerja juga dapat

dipengaruhi oleh faktor umur, lama kerja dan supervisi. Semakin tua umur

seseorang maka kebutuhan aktualisasi diri akan semakin tinggi bila

dibandingkan dengan kebutuhan fisiologisnya. Pengalaman kerja akan

mempengaruhi seseorang dalam berinteraksi dengan pekerjaan yang

dilaksanakannya. Sedangkan Supervisi adalah proses yang memacu anggota

organisasi untuk berkontribusi secara positif agar tujuan organisasi dapat

tercapai. Supervisi dalam keperawatan dilakukan untuk memastikan kegiatan

dilaksanakan sesuai dengan visi, misi, dan tujuan organisasi serta sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan.

3. Kinerja dalam keperawatan

Kinerja merupakan hasil yang diharapkan dari apa yang dikerjakan oleh

perilaku individu (Notoatmodjo, 2002). Kinerja perawat adalah tindakan yang

dilakukan oleh seorang perawat dalam suatu organisasi sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing, tidak melanggar hukum,

aturan serta sesuai moral dan etika, dimana kinerja yang baik dapat

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

memberikan kepuasan pada pengguna jasa. Sedangkan menurut Nursalam,

(2008) kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien

menggunakan standar praktek keperawatan yang telah dijabarkan oleh PPNI

(2000) yang mengacu dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi :

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi,dan evaluasi.

Berdasarkan penilaian kinerja perawat untuk mengetahui kualitas

pelayanan keperawatan kepada pasien digunakan indikator kinerja perawat

menurut Direktorat pelayanan dan Dirjen Pelayanan Medik Departemen

Kesehatan Tahun 2001 menyatakan bahwa penilaian kinerja perawat terhadap

mutu asuhan keperawatan dilakukan melalui penerapan Standar Asuhan

Keperawatan (SAK) pada pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan,

evaluasi persepsi pasien/keluarga terhadap mutu asuhan keperawatan dan

evaluasi tindakan perawat berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP)

(Depkes, 2001).

Dokumentasi proses asuhan keperawatan merupakan tampilan perilaku

atau kinerja perawat pelaksana dalam memberikan proses asuhan keperawatan

kepada pasien selama pasien dirawat di rumah sakit. Dokumentasi proses

asuhan keperawatan yang baik dan berkualitas haruslah akurat, lengkap dan

sesuai standar. Apabila kegiatan keperawatan tidak didokumentasikan dengan

akurat dan lengkap maka sulit untuk membuktikan bahwa tindakan

keperawatan telah dilakukan dengan benar (Hidayat, 2004).

Pendokumentasian proses asuhan keperawatan merupakan suatu proses yang

harus dilaksanakan oleh perawat pelaksana sebagai bagian dari standar kerja

yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008).

Hakekat dokumentasi keperawatan adalah terciptanya kegiatan-kegiatan

keperawatan yang menjamin tumbuhnya pandangan, sikap, cara berfikir dan

bertindak professional pada setiap perawat sehingga mencerminkan kualitas

kinerja perawat.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

Profesionalisme perawat dalam bekerja dapat dilihat dari asuhan

keperawatan yang diberikan kepada klien yang dirawatnya. Perawat perlu

mendokumentasikan segala bentuk asuhan keperawatan yang diberikan

melalui pencatatan atau pendokumentasian. Hal ini dilakukan sebagai bentuk

tanggung jawab dan tanggung gugat perawat terhadap klien yang dirawatnya.

Oleh karena itu pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan salah satu

tolak ukur kualitas pelayanan dan kinerja perawat dari suatu rumah sakit.

Dokumentasi mencakup beberapa aspek penting antara lain aspek hukum,

aspek jaminan mutu, aspek komunikasi, aspek pendidikan, aspek penelitian,

dan aspek akreditasi (Nursalam. 2008)

4. Dokumentasi keperawatan

Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak dan dapat

dijadikan bukti bagi pihak berwenang Dokumentasi rekam medis klien

merupakan aspek penting dalam praktik keperawatan. Dokumentasi dan

pelaporan merupakan tanggung jawab perawat yang sangat penting, karena

menyangkut kualitas pelayanan, standar lembaga, praktik keperawatan,

struktur penggantian biaya dalam sistem pelayanan kesehatan dan pedoman

hukum. Dokumentasi keperawatan harus akurat, komprehensif dan fleksibel

untuk memperoleh data penting, mempertahankan kesinambungan pelayanan,

melacak hasil klien, menggambarkan standar praktik terkini dan

meminimalisasi resiko kesalahan. Lembaga akreditasi seperti The Joint

Commision juga menguraikan pedoman dokumentasi (Potter & Perry, 2009)

Tujuan dari pendokumentasian keperawatan menurut Potter & Perry,

(2009) :

a. Komunikasi

Dokumentasi merupakan alat bagi anggota tim kesehatan untuk

mengkomunikasikan kebutuhan dan kemajuan klien, terapi individual,

hasil konferensi, edukasi klien, dan rencana pemulangan. Dokumentasi

harus memiliki informasi terkini dan paling akurat tentang status

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

kesehatan klien. Dokumentasi juga harus menyediakan data untuk

mengidentifikasi dan mendukung dignosis keperawatan, menyusun hasil

perawatan yang diharapkan, merencanakan intervensi dan mengevaluasi

pelayanan sesuai respon klien.

b. Dokumentasi legal

Dokumentasi akurat merupakan pertahanan terpenting bagi klaim hukum

yang terkait dengan pelayanan keperawatan. Untuk membatasi tanggung

jawab hukum pada keperawatan, maka dokumentasi keperawatan harus

menyatakan dengan jelas bahwa pelayanan keperawatan berdasarkan hasil

pemeriksaan.

c. Tagihan keuangan

Dalam sistem pembayaran prospektif, sistem medicare membayar

penggantian biaya kepada rumah sakit bagi tiap kelompok diagnosis yang

berhubungan. Dokumentasi dapat membantu klarifikasi jenis terapi dan

penggantian biaya bagi lembaga kesehatan.

d. Pendidikan

Dokumentasi klien mengandung berbagai informasi termasuk respon klien

tergadap perawatan. Dengan mengidentifikasi pola berbagai masalah

kesehatan perawat, siswa keperawatan dapat belajar mengantisipasi jenis

pelayanan yang dibutuhkan klien

e. Penelitian

Seorang perawat boleh menggunakan dokumentasi klien selama penelitian

klinis untuk menyelidiki intervensi keperawatan baru. Peneliti dapat

membendingkan temuan untuk menentukan efektivitas metode baru

dibandingkan dengan protokol standar.

f. Audit monitor

The Joint Commision (2007) mewajibkan rumah sakit untuk membangun

progaram peningkatan kualitas dalam upaya melakukan tinjauan objektif

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

berkelanjutan bagi perawatan klien. TJC menginstruksikan institusi untuk

menetapkan standar pelayanan berkualitas.

Dokumentasi dan pelaporan berkualitas memiliki lima karakteristik

penting, yaitu :

1) Faktual

Sebuah pencatatan yang faktual mengadung informasi deskriptif dan

objektif tentang hal yang dilihat, dirasakan dan dihidu oleh perawat.

2) Akurat

Dokumentasi data yang ringkas akan mudah untuk dipahami. Hindari

penggunaan kata yang tidak diperlukan dan relevan. Pengukuran secara

eksakta akan menghasilkan ketepatan. Gunakan singkatan secara hati-hati

untuk menghindari kesalahpahaman.

3) Lengkap

Informasi dalam pencatatan atau laporan harus lengkap dan mengandung

informasi yang penting. Tulisan perawat dalam pendokumentasian

keperawatan mendeskripsikan pelayanan keperawatan beserta respon

klien.

4) Baru

Masukan data yang tepat waktu dan baru sangat penting bagi pelayanan

klien.

5) Terorganisasi

Perawat harus mengomunikasikan informasi dalam urutan yang logis.

Penggunaan pemikiran kritis dan proses keperawatan memberikan logika

dan urutan untuk dokumentasi keperawatan.

Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran

dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien. Hal

ini akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan dan menggambarkan

kinerja seorang perawat.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

5. Penilaian kinerja perawat

Penilaian kerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manager

perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan efektifitas. Proses

penilaian dapat dipergunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku

perawat pelaksana dalam rangka menghasilkan jasa pelayanan yang lebih

baik. Satu ukuran pengawasan yang digunakan oleh manager perawat guna

mencapai hasil organisasi adalah sistem penilaian pelaksanaan kerja perawat.

Hal ini berguna untuk memperbaiki pelaksanaan kerja perawat, memberitahu

perawat bahwa kerja mereka kurang memuaskan, serta mempromosikan

jabatan dan kenaikan gaji, mengenal pegawai yang memenuhi persyaratan

penugasan khusus, memperbaiki komunikasi bawahan dan atasan serta

memberikan pelatihan dan bimbingan khusus (Nursalam, 2008)

Manfaat dari penilaian kerja tersebut, menurut Nursalam, (2008) antara

lain :

a. Meningkatkan prestasi kerja staf baik secara individu atau kelompok

dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi

kebutuhan aktualisasi di dalam kerangka pencapaian tujuan pelayanan

rumah sakit.

b. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada

gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong sumber daya manusia

secara keseluruhannya.

c. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan

meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan umpan

balik kepada mereka tentang prestasinya.

d. Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program pengembangan

dan pelatihan staf yang lebih tepat guna. Sehingga rumah sakit akan

mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk pengembangan

pelayanan perawatan dimasa depan.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

e. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja

meningkatkan gajinya atau sistem imbalan yang baik.

f. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk mengeluarkan

perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain yang ada kaitannya

melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga dapat mempererat

hubungan antara atasan dan bawahan.

6. Cara penilaian kinerja perawat

Penilaian kinerja perawat pelaksana dapat dilakukan dengan dua cara,

yaitu:

a. Penilaian perilaku perawat selama melaksanakan asuhan keperawatan

dengan cara self evaluation. Penilaian diri sendiri merupakan pendekatan

yang paling umum digunakan untuk mengukur dan memahami perbedaan

individu (Ilyas, 2002; Marquis & Huston, 2010 dalam Mua 2011). Metode

ini baik digunakan bila bertujuan untuk pengembangan dan umpan balik

kinerja karyawan, penilaian dalam jumlah besar, biaya murah dan cepat.

Self evaluation dilakukan dengan meminta perawat pelaksana untuk

menilai diri sendiri tentang perilakunya dalam memberikan asuhan

keperawatan. Siagian (2009) dalam Mua (2011) menyatakan penilaian

diri sendiri bila dikaitkan dengan pengembangan karir pegawai berarti

seorang mampu melakukan penilaian yang obyektif mengenai diri sendiri,

termasuk mengenai potensinya yang masih dapat dikembangkan.

Meskipun dalam menilai diri sendiri seseorang akan cenderung

menonjolkan ciri-ciri positif mengenai dirinya, namun orang yang sudah

matang jiwanya akan juga mengakui bahwa dalam dirinya terdapat

kelemahan. Pengakuan demikian akan mempermudahnya menerima

bantuan orang lain seperti supervisor untuk mengatasinya.

b. Penilaian hasil kerja. Hasil kerja perawat pelaksana salah satunya dapat

dinilai melalui dokumentasi asuhan keperawatan yang telah diberikan

kepada pasien. Melalui penilaian ini dapat diketahui seberapa baik

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

perawat melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan standar

yang telah ditetapkan, sebab kinerja perawat pada dasarnya adalah apa

yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh perawat.

Untuk itu harus digunakan standar praktik keperawatan yang telah

menjadi pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Standar praktik keperawatan telah dijabarkan oleh PPNI (2000) yang mengacu

dalam tahapan proses keperawatan, yang meliputi : pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Standar keperawatan dapat digunakan sebagai instrumen penilaian kerja

perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian,

diagnosa keperawatan, implementasi keperawatan sampai evaluasi

keperawatan (Nursalam, 2008).

1) Standar I: Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara

sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Kriteria

pengkajian keperawatan meliputi:

a) Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi,

pemeriksaan fisisk serta dari pemeriksaan penunjang.

b) Sumber data adalah klien, keluarga atau orang yang terkait, tim

kesehatan rekam medis dan catatan lain.

c) Data yang dikumpulkan difokuskan untuk mengidentifikasi status

kesehatan klien masa lalu, status kesehatan klien saat ini, status

biologis- psikologis-sosial-spiritual, respon terhadap terapi, harapan

terhadap tingkat kesehatan yang optimal, resiko-resiko tinggi.

2) Standar II: Diagnosis Keperawatan

Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa

keperawatan. Adapun kriteria dalam proses ini adalah:

1) Proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data, identifikasi

masalah klien, dan perumusan diagnosa masalah keperawatan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

2) Diagnosa keperawatan terdiri dari: masalah (P), penyebab (E), dan

tanda atau gejala (S), atau terdiri dari masalh dan penyebab (PE).

3) Bekerja dengan klien, dan petugas kesehatan lain untuk memvalidasi

diagnosa keperawatan.

4) Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data

terbaru.

3) Standar III: Perencanaan Keperawatan

Perawat membuat rencana tindakan untuk mengatasi masalah dan

meningkatkan kesehatan klien. Kriteria prosesnya meliputi:

1) Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan

rencana tindakan perawatan.

2) Bekerja sama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan

keperawatan.

3) Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan

klien.

4) Mendokumentasikan rencana keperawatan

4) Standar IV : Implementasi keperawatan

Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam

rencana asuahan keperawatan. Kriteria dalam proses ini meliputi:

1) Bekerja sama dengan klien dalam tindakan rencana keperawatan.

2) Kolaborasi dengan tim kesehatan lain

3) Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan klien.

4) Memberikan pendidikan kepada klien dan keluarga mengenai konsep,

keterampilan asuahan diri serat membantu klien memodifikasi

lingkungan yang digunakan.

5) Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawtan

berdasarkan respon klien

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

5) Standar V : Evaluasi Keperawatan

Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan keperawatan

dalam pencapaian tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.

Adapun kriteria prosesnya adalah:

1) Menyusun rencana evaluasi dari intervensi secara komprehensif, tepat

waktu dan terus menerus.

2) Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur

perkembangan ke arah pencapaian tujuan.

3) Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan teman sejawat

4) Bekerja sama dengan klien dan keluarga untuk memodifikasi rencana

asuahan keperawatan.

5) Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi hasil

perencanaan.

Standar tersebut adalah penyataan deskriptif mengenai tingkat penampilan

yang diinginkan terdapat kualitas stuktur, proses atau hasil yang dapat dinilai

(Nursalam, 2008). Tujuan pendokumentasikan asuhan keperawatan adalah

untuk memudahkan menentukan kualitas perawat, klien, menjamin

pendokumentasian kemajuan dan hubungan dengan hasil yang berfokus pada

klien dan memudahkan konsistensi antar disiplin dan mengkomunikasikan

tujuan tindakan dan kemajuan. Sumber penilaian adalah dokumentasi

keperawatan yang merupakan bukti tindakan keperawatan yang sudah

dilakukan dan disimpan pada masing-masing status atau pada tempat khusus,

sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat (Doenges, 2000)

B. Persepsi

1. Pengertian persepsi

Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang di awali oleh

proses penginderaan yaitu proses diterima nya stimulus oleh alat indera

kemudian individu ada perhatian, lalu diterukan ke otak dan baru kemudian

individu baru menyadari tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

persepsi individu menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan

yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang

bersangkutan (Sunaryo, 2004). Menurut Leavie, persepsi (perception) dalam

arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu

sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penglihatan yaitu bagaimana

seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2009)

Sedangkan menurut Wexley dan Yukl dalam Pribadi (2009) seseorang

memberikan reaksi atau tanggapan sesuai dengan persepsi dirinya terhadap

dunianya daripada kondisi-kondisi obyektif dimana mereka sebenarnya

berada. Seseorang hanya bisa menggunakan sebagian kecil rangsangan

kesadaran (sensory stimuli) yang ada pada suatu peristiwa, dan bagian ini

diinterprestasikan sesuai dengan harapan nilai-nilai serta keyakinannya.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses

diterimanya rangsang oleh panca indera yang didahului oleh perhatian

sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang

hal yang di amati baik yang ada di luar maupun dalam diri individu.

2. Macam-macam persepsi

Menurut sunaryo (2004) persepsi dibedakan menjadi dua macam yaitu

external perception dan self perception. External perception yaitu persepsi

yang terjadi karena adanya rangsang dari luar individu. Sedangkan self

perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal

dari dalam individu, dalam hal ini yang menjadi objek adalah diri nya sendiri.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentu ada faktor yang

mempengaruhi. Faktor-faktor ini yang menyebabkan mengapa dua orang yang

melihat sesuatu mungkin memberikan interprestasi yang berbeda tentang yang

dilihatnya itu. secara umum menurut (Robbin, 1998 dalam Warsito, 2006) dapat

dikatakan bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang yaitu

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

a. Pelaku persepsi (perceiver) atau diri orang yang bersangkutan sendiri, apabila

seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan interprestasi tentang apa

yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individu yang turut

mempengaruhi seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan

harapan. Ada variabel lain yang dapat menentukan pelaku persepsi adalah

umur, tingkat pendidikan, latar belakang sosial ekonomi, budaya,

lingkungan fisik, pekerjaan, kepribadian dan pengalaman hidup individu

b. Sasaran atau objek persepsi tersebut, sasaran itu mungkin berupa orang,

benda atau peristiwa. Sifat-sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap

persepsi orang yang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran,

tindak-tanduk dan ciri-ciri lain dari sasaran persepsi itu turut menentukan

cara pandang orang melihatnya.

c. Faktor situasi, persepsi harus dapat dilihat secara konsektual yang berarti

dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi

merupakan fakta yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang

C. Supervisi

1. Pengertian supervisi

Supervisi mempunyai arti yang sangat luas. Dilihat dari asal kata supervisi

berasal dari kata super (bahasa latin yang berarti di atas) dan videre (bahasa

latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal katanya supervisi berarti

melihat dari atas. Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung

dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan yang dilakukan bawahan untuk

kemudian bila di temukan masalah segera diberi bantuan yang bersifat

langsung untuk mengatasi nya (Suarly & bachtiar, 2009)

Swansburg (1999), mengatakan bahwa supervisi adalah suatu proses

kemudahan untuk penyelesaian tugas-tugas keperawatan. Sedangkan menurut

Sudjana (2004) supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan

peningkatan kemampuan pihak yang di supervisi agar mereka dapat

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

melaksanakan tugas yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien

(Nursalam, 2008).

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan

supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui

aktifitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada

stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari (Arwani &

Supriyatno, 2006).

Dalam pelaksanaannya, supervisi bukan hanya apakah seluruh staf

keperawatan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan

instruksi atau ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga bagaimana

memperbaiki proses keperawatan yang sedang berlangsung (Suyanto, 2008).

Jadi dalam kegiatan supervisi semua orang yang terlibat bukan sebagai

pelaksana pasif, namun secara bersama sebagai mitra kerja yang memiliki ide-

ide, pendapat, dan pengalaman yang perlu didengar, dihargai, dan

diikutsertakan dalam usaha perbaikan proses kegiatan termasuk proses

keperawatan. Dengan demikian, supervisi merupakan suatu kegiatan dinamis

yang mampu meningkatkan motivasi dan kepuasan di antara orang-orang

yang terlibat baik pimpinan, anggota, maupun klien dan keluarganya.

2. Manfaat dan tujuan supervisi

Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak

manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli &

Bachtiar, 2009) :

a. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas

kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan

keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana

kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.

b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi

kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan

sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.

Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan

telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Tujuan pokok dari supervisi ialah

menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara

benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien, sehingga tujuan yang

telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli &

Bachtiar, 2008).

Swansburg & Swansburg (1999) menyatakan bahwa tujuan supervisi

keperawatan antara lain:

1) Memperhatikan anggota unit organisasi disamping itu area kerja dan

pekerjaan itu sendiri.

2) Memperhatikan rencana, kegiatan dan evaluasi dari pekerjaannya.

3) Meningkatkan kemampuan pekerjaan melalui orientasi, latihan dan

bimbingan individu sesuai kebutuhannya serta mengarahkan kepada

kemampuan ketrampilan keperawatan (Supratman & Sudaryanto, 2008)

3. Sasaran supervisi

Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain:

pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis,

system dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas dan

wewenang, penyimpangan / penyelewengan kekuasaan, kedudukan dan

keuangan (Suyanto, 2008). Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai

dengan pola yang disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran

atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta

bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran

berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung,

sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut

supervisi tidak langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan

kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (Suarli & Bachtiar, 2009)

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

4. Frekuensi pelaksanaan supervisi

Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi berbeda. Supervisi yang

dilakukan hanya sekali bukanlah supervisi yang baik. Tidak ada pedoman

mengenai frekuensi supervisi, semua tergantung pada derajat kesulitan

pekerjaan. Menurut Nursalam (2008) dalam melakukan supervisi yang tepat,

supervisor harus dapat kapan dan apa yang harus dilakukan supervisi.

Sepanjang control supervisi penting, tergantung bagaiman staf melihatnya :

a. Over control. Control yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi yang

diberikan sehingga staf tidak bisa memikul tanggung jawabnya.

b. Under control. Sebaliknya control yang kurang juga berdampak buruk

dimana staf tidak produktif dan berdampak secara signifikan terhadap

hasil yang diharapkan. Sehingga berikan kesempatan kepada staf untuk

berpikir dan menyelesaikan tugas nya.

5. Pelaksana supervisi

Supervisi dilaksanakan oleh orang-orang yang bertanggung jawab dan

mempunyai kemampuan dalam melaksanakan supervisi. Menurut Suarli &

Bachtiar (2009) syarat atau karakteristik yang harus dimiliki supervisor antara

lain :

a. Sebaiknya atasan langsung dari yang disupervisi atau apabila hal ini tidak

memungkinkan dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas

kewenangan dan tanggung jawab yang jelas.

b. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

cukup untuk jenis pekerjaan yang disupervisi.

c. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi,

artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta tehnik supervisi.

d. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat educative dan supportive, bukan

otoriter.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

e. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup, sabar, dan

selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku

bawahan yang disupervisi.

Menurut Suyanto (2008) pelaksana supervisi antara lain :

1) Kepala ruangan

Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan

yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya.

Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan

asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung.

2) Pengawas perawatan

Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit

pelaksana fungsional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung

jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.

3) Kepala bidang keperawatan

Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan

bertanggung jawab untuk melakukan supervisi baik secara langsung

atau tidak langsung melalui para pengawas perawatan.

6. Teknik supervisi

Menurut Azwar (1996) dalam Nursalam (2008) Untuk melaksanakan

supervisi yang baik, supervisi dapat dilakukan dengan dua teknik, yaitu :

a. Pengamatan langsung

Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk

itu ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan.

1) Sasaran pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak jelas

sasarannya dapat menimbulkan kebingungan. Untuk mencegah

keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu

ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditujukan pada sesuatu

yang bersifat pokok dan strategis saja

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

2) Objektivitas pengamatan. Pengamatan langsung yang tidak

terstandardisasi dapat menggangu objektivitas. Untuk mencegah

keadaan yang seperti ini, maka diperlukan suatu daftar isi yang telah

dipersiapkan..

3) Pendekatan pengamatan. Pengamatan langsung sering menimbulkan

berbagai dampak dan kesan negatif, misalnya rasa takut dan tidak

senang, atau kesan menggangagu kelancaran pekerjaan. Sangat

dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan

suportif, bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas.

b. Kerjasama

Keberhasilan pemberian bantuan dalam meningkatkan kinerja bawahan

nya, perlu terjalin kerja sama antara yang di supervisi dengan supervisor.

Sehingga terjalin nya komunikasi yang baik di antara keduanya sangat

penting.

7. Model-model supervisi

Di beberapa negara maju terutama Amerika dan Eropa, kegiatan supervisi

klinik keperawatan dirumah sakit dilakukan dengan sangat sistematis. Peran

dan kedudukan perawat supervisor begitu penting. Peran supervisor dapat

menentukan apakah pelayanan keperawatan mencapai standar mutu atau

tidak. Penelitian Hyrkas dan Paunonen-Ilmonen (2001), membuktikan bahwa

supervisi klinik yang dilakukan dengan baik berdampak positif bagi

peningkatan mutu pelayanan. Model-model supervisi keperawatan klinik :

(Supratman & Sudaryanto, 2008)

a. Model developmental

Model ini diperkenalkan oleh Dixon pada rumah sakit mental dan

southern cost addiction technology transfer center tahun 1998. Model ini

dikembangkan dalam rumah sakit jiwa yang bertujuan agar pasien yang

dirawat mengalami proses perkembangan yang lebih baik. Maka semua ini

menjadi tugas utama perawat. Supervisor diberikan kewenangan untuk

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

membimbing perawat dengan tiga cara, yaitu change agent, counselor,

dan teacher. Kegiatan change agent bertujuan agar supervisor

membimbing perawat menjadi agen perubahan, kegiatan tersebut nantinya

ditransfer kepada pasien sehingga pasien memahami masalah kesehatan.

Kegiatan counselor dilakukan supervisor dengan tujuan membina,

membimbing, mengajarkan kepada perawat tentang hal-hal yang berkaitan

dengan tugas rutin perawat. Kegiatan teaching bertujuan mengenalkan dan

mempraktikkan ‘nursing practice’ yang sesuai dengan tugas perawat.

b. Model akademik

Model ini diperkenalkan oleh Farington di Royal College of Nursing UK

tahun 1995. Farington menyebutkan bahwa supervisi klinik dilakukan

untuk membagi pengalaman supervisor kepada para perawat sehingga ada

proses pengembangan kemampuan professional yang berkelanjutan.

Dilihat dari prosesnya, supervisi klinik merupakan proses formal dari

perawat professional untuk mendorong dan mengarahkan sehingga

pengetahuan dan kompetensi perawat dapat dipertanggungjawabkan

sehingga pasien mendapatkan perlindungan dan merasa aman selama

menjalani perawatan. Dalam model akademik proses supervisi klinik

meliputi tiga kegiatan, yaitu educative, supportive, managerial. Kegiatan

educative dilakukan dengan mengajarkan ketrampilan dan kemampuan.

Kegiatan supportive dilakukan dengan cara melatih perawat menggali

emosi ketika bekerja. Kegiatan managerial dilakukan dengan melibatkan

perawat dalam peningkatkan standar contoh standar operasional prosedur

yang sudah ada dikaji bersama kemudian diperbaiki hal-hal yang perlu.

c. Model experiential

Model ini diperkenalkan oleh Milne dan James di Newcastle University

UK dan Department of Health US tahun 2005 yang merupakan adopsi

penelitian Milne, Aylott dan Fitzpatrick. Dalam model ini disebutkan

bahwa kegiatan supervisi klinik keperawatan meliputi training dan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

mentoring. Dalam kegiatan training, supervisor mengajarkan teknik-

teknik keperawatan tertentu yang belum dipahami perawat pelaksana.

Dalam kegiatan mentoring, supervisor lebih mirip seorang penasihat

dimana ia bertugas memberikan nasihat berkaitan dengan masalah-

masalah rutin sehari-hari. Kegiatan ini lebih mirip kegiatan supportive

dalam model akademik.

d. Model 4S

Model ini diperkenalkan oleh Page dan Wosket dari hasil penelitian di

Greater Manchester UK dan New York tahun 1995. Model supervisor ini

dikembangkan dengan empat strategi, yaitu Structure, Skills, Support dan

Sustainability. Dalam model ini, kegiatan structure dilakukan oleh

perawat tingkat lanjut dalam melakukan pengkajian dan asuhan pasien

dimana perawat yang dibina sekitar 6-8 orang perawat pemula. Tujuan

kegiatan ini adalah untuk mengembangkan pengalaman perawat dalam hal

konsultasi, fasilitasi dan assisting. Kegiatan skills dilakukan supervisor

untuk meningkatkan ketrampilan praktis. Kegiatan support dilakukan

dengan tujuan untuk akan kebutuhan keilmuan yang bersifat baru dan

terkini. Kegiatan sustainability bertujuan untuk tetap mempertahankan

pengalaman, ketrampilan, nilai-nilai yang telah dianut perawat. Kegiatan

ini dilakukan secara kontinyu dengan cara mentransfer pengalaman

supervisor kepada perawat pelaksana.

8. Kompetensi supervisor keperawatan

Kompetensi adalah suatu keadaan menjadi kompeten (mampu) untuk

memenuhi semua tuntutan atau mempunyai kemampuan / kapasitas.

Kompetensi juga merupakan kualitas pribadi / kemampuan untuk

melaksanakan tugas yang diperlukan. Sedangkan menurut Del Beuno dkk,

kinerja kompetensi adalah penerapan efektif dari pengetahuan dan

keterampilan dalam lingkungan kerja (Swansburg, 1999)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

Seorang supervisor harus dapat menguasai beberapa kompetensi untuk

melaksanakan supervisi keperawatan. Menurut Bittel ( 1987) dalam

Nainggoalan (2010) kompetensi tersebut meliputi :

a. Kompetensi Pengetahuan

Merupakan pintu masuk seseorang untuk dapat bekerja dengan baik.

Seorang manajer akan lebih sukses bila dilandasi dengan pengetahuan

yang cukup.

b. Kompetensi Enterpreneurial

Kompetensi supervisor meliputi orientasi efisiensi suatu keinginan untuk

mendapatkan dan melakukan pekerjaan yang lebih baik. Efisiensi dapat

dicapai dengan cara menggunakan dan menggabungkan semua sumber

daya serta berupaya untuk mempunyai inisiatif, motivasi, dan bersedia

melakukan perbaikan.

c. Kompetensi intelektual

Kompetensi intelektual adalah bagaimana supervisor dapat berpikir logis.

Kemampuan ini dapat dilihat dari:

1) Kemampuan supervisor mencari penyebab dari suatu kejadian yang

meliputi kemampuan mengumpulkan informasi dan dapat

membedakan hal-hal diluar pola/konsep.

2) Keterampilan mendiagnosa yang mencakup kemampuan

mengaplikasikan konsep dan teori ke dalam situasi dan kondisi

kehidupan nyata.

(Danim, 2004 dalam Nainggolan, 2010) mengemukakan seorang

supervisor dapat melaksanakan supervisi dengan baik bila memahami ilmu

dan seni supervisi.

d. Kemampuan Sosioemosional

Kompetensi supervisor dalam hal emosi dan bersosialisasi mencakup :

Kepercayaan diri, mempunyai rasa percaya diri kuat sehingga dapat

mencapai tujuan.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

1) Membantu mengembangkan rasa tanggung jawab.

2) Menanamkan kedisiplinan dan membantu memberikan nasehat pada

yang memerlukannya.

3) Kemampuan lainnya adalah persepsi obyektif yaitu kemampuan untuk

mengerti dan memahami walaupun dalam keadaan kontras, terutama

dalam situasi konflik, pengkajian diri yang akurat untuk bersedia dan

mau mengakui kekurangan maupun kelebihan yang dipunyainya,

adaptasi stamina yang mencakup mempunyai tingkat energi yang

tinggi dan mampu berfungsi secara efektif walaupun dalam keadaan

yang tidak menyenangkan.

Faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan supervisi adalah

hubungan kuat antara supervisor dan anggota yang di supervisi, kontrak dan

peran yang jelas, komitmen untuk bertemu secara berkala, tempat pertemuan

yang bebas dari gangguan, dan manajemen komitmen untuk menyediakan

waktu untuk proses supervisi klinik.

e. Kompetensi interpersonal

Kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain mencakup :

1) Kepercayaan diri yaitu mempunyai rasa percaya diri yang kuat

sehingga dapat mencapai tujuan.

2) Pengembangan diri meliputi; membantu pengembangan rasa tanggung

jawab, menanamkan kedisiplinan dan membantu memberikan nasehat

pada yang memerlukannya.

3) Memperhatikan dan mempelajari semua perilaku atau respon terhadap

kebijakan atau keputusan organisasi.

4) Mengelola proses kelompok dapat memberikan inspirasi, mampu

bekerja sama dan dapat mengkoordinasi semua kegiatan di dalam

kelompoknya.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

Hasil penelitian Hasniaty (2002) menunjukkan kompetensi knowledge,

enterpreneurial, intelektual, emosi, dan interpersonal berhubungan secara

signifikan dengan kepuasan kerja perawat. Variabel kompetensi merupakan

variabel utama yang signifikan berhubungan dengan kepuasan kerja dan sub

variabel kompetensi intelektual dan emosi yang dominan berhubungan dengan

kepuasan kerja perawat pelaksana.

9. Prinsip supervisi

Prinsip pokok supervisi menurut Sualy & Bactiar (2009) dapat diuraikan

sebagai berikut :

a. Tujuan utama supervisi adalah untuk meningkatkan kinerja bawahan

bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kerja dilakukan dengan

pengamatan langsung terhadap hasil pekerjaan bawahan, untuk

kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberi petunjuk atau bantuan

untuk mengatasinya.

b. Untuk mencapai tujuan tersebut sifat supervisi harus edukatif dan suportif

bukan otoriter.

c. Supervisi harus dilakukan secara teratur dan berkala

d. Dalam pelaksanaan supervisi harus terjalin hubungan yang baik antara

yang di supervisi dan supervisor terutama dalam penyelesaian masalah

dan lebih mengutamakan kepentingan bawahan

e. Strategi dan tata cara pelaksanaan supervisi harus sesuai kebutuhan

bawahan masing-masing individu

f. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu di sesuaikan

dengan perkembangan.

10. Tugas dan fungsi supervisor

Tugas supervisor adalah mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja

yang nyaman dan aman, efektif dan efisien. Tugas dan fungsi supervisor

menurut Suyanto (2008) sebagai berikut:

a. Mengorientasi staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

b. Melatih staf dan pelaksana keperawatan

c. Memberikan pengarahan dalam pelaksana tugas agar menyadari, mengerti

terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan

d. Memberikan pelayanan bimbingan kepada pelaksana keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan

Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan

mengorganisir proses pemberian pelayanan keperawatan menyangkut

pelaksanaan standar asuhan keperawatan. Seorang supervisor harus menyadari

fungsi nya dalam supervisi, antara lain :

1) Menilai dalam memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses

pemberian pelayanan asuhan keperawatan

2) Mengkoordinasikan, menstimulasi dan mendorong ke arah peningkatan

kualitas asuhan keperawatan

3) Membantu (asistensing), memberi support (supporting), dan mengajak

untuk diikutsertakan (sharing)

11. Kegiatan rutin supervisor

Tugas-tugas rutin yang harus dilakukan oleh supervisor setiap harinya

menurut Bittel, (1987) dalam Mua (2011) adalah sebagai berikut:

a. Sebelum pertukaran shif dimulai (15 – 30 menit)

Kegiatan ini meliputi mengecek kecukupan fasilitas peralatan dan sarana

untuk hari itu dan mengecek jadwal kerja harian.

b. Pada waktu mulai pertukaran shif (15 – 30 menit)

Kegiatan pada saat ini adalah mengecek personil yang ada, menganalisis

keseimbangan personil dan pekerjaan, mengatur pekerjaan,

mengidentifikasi kendala yang muncul, dan mencari jalan supaya

pekerjaan dapat diselesaikan

c. Sepanjang hari dinas (6 -7 jam)

Selama dinas kegiatan supervisor meliputi; mengecek pekerjaan setiap

personil, mengarahkan (instruksi, mengoreksi atau memberikan latihan)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

sesuai dengan kebutuhannya, mengecek kemajuan pekerjaan dari personil

sehingga dapat segera membantu apabila diperlukan, mengecek pekerjaan

rumah tangga, menciptakan kenyamanan kerja, terutama untuk personil

baru, berjaga-jaga di tempat apabila ada pertanyaan atau permintaan

bantuan, mengatur jadwal istirahat personil, mendeteksi dan mencatat

problem yang muncul pada saat itu dan mencari cara memecahkannya,

mengecek kembali kecukupan alat / fasilitas / sarana sesuai kondisi

operasional, mencatat fasilitas / sarana yang rusak kemudian

melaporkannya, dan mengecek adanya kejadian kecelakaan kerja.

d. Sekali dalam sehari (15 – 30 menit)

Mengobservasi satu personil atau area kerja secara kontinyu untuk 15

menit. Kegiatan supervisor adalah melihat dengan seksama hal-hal yang

mungkin terjadi seperti keterlambatan pekerjaan, lamanya mengambil

barang dan kesulitan pekerjaan.

e. Sebelum pulang ke rumah (15 menit)

Sebelum pulang dari dinas supervisor harus melakukan kegiatan,

membuat daftar masalah yang belum terpecahkan dan berusaha untuk

memecahkan persoalan tersebut keesokan harinya, pikirkan pekerjaan

yang telah dilakukan sepanjang hari dengan mengecek hasilnya,

kecukupan material dan peralatannya, lengkapi laporan harian sebelum

pulang, membuat daftar pekerjaan untuk keesokan harinya, membawa

pulang, dan mempelajarinya di rumah sebelum pergi bekerja kembali.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

D. Kerangka Teori

Skema 2.1 : Kerangka Teori

Sumber modifikasi Nursalam, (2008), Ilyas, (2002), Depkes RI, (2001)

1. Faktor individu

kemampuan dan

keterampilan

latar belakang dan

demografi

2. Faktor organisasi

sumber daya

kepemimpinan

imbalan/penghargaan

struktur

desain pekerjaan supervisi

3. Faktor psikologis

persepsi

sikap kepribadian

belajar

motivasi

Kinerja perawat

pelaksana dalam

pendokumentasian

proses keperawatan 1. Pengkajian

2. Diagnosa

3. Perencanaan

4. Implementasi

5. Evaluasi

Karakteristik perawat :

Usia

Jenis kelamin

Status kawin

Pendidikan

Masa kerja

Pelayanan

keperawatan

yang bermutu

Standar asuhan

keperawatan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

E. Kerangka Konsep

Skema 2.2 : Kerangka Konsep

F. Variabel Penelitian

Variabel adalah sebuah konsep yang dapat dibedakan menjadi dua yakni yang

bersifat kuantitatif dan kualitatif (Hidayat, 2009). Variabel juga mengandung

pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok

yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2010)

Berdasarkan hubungan fungsional antara variabel-variabel satu dengan yang

lain, variabel dapat dibedakan menjadi dua yaitu variabel tergantung atau

dependent dan variabel bebas atau independent. Variabel dependent merupakan

variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini

tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan. Sedangkan variabel

independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan. Variabel ini

dikenal dengan variabel bebas karena bebas dalam mempengaruhi variabel lain

(Hidayat, 2009)

Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas

(Independent) dan variabel terikat (Dependent).

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi perawat pelaksana tentang

kemampuan supervisi kepala ruang

2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kinerja perawat dalam

pendokumentasian proses keperawatan.

Persepsi perawat pelaksana tentang

kemampuan supervisi kepala ruang

Kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian

proses keperawatan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-atityaahas... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja

G. Hipotesis / pertanyaan penelitian

Hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis (pernyataan), yaitu suatu

pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan pembuktian untuk menegaskan

apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus ditolak, berdasarkan fakta atau

data empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian. Hipotesis juga merupakan

sebuah pernyataan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat

diuji secara empiris (Hidayat, 2009). Hipotesis merupakan suatu kesimpulan

sementara atau jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan

penelitian (Notoatmodjo, 2010)

Berdasarkan kerangka konsep penelitian di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian ini sebagai berikut :

Ho : Tidak ada hubungan antara persepsi perawat pelaksana tentang

kemampuan supervisi kepala ruang dengan kinerja perawat dalam

pendokumentasian proses keperawatan di instalasi rawat inap rumah

sakit umum daerah kota semarang

Ha : Ada hubungan antara persepsi perawat pelaksana tentang kemampuan

supervisi kepala ruang dengan kinerja perawat dalam

pendokumentasian proses keperawatan di instalasi rawat inap rumah

sakit umum daerah kota semarang