bab ii tinjauan pustakarepository.untag-sby.ac.id/142/3/bab 2.pdf · 2018. 3. 7. · tinjauan...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yang dipakai sebagai dasar dalam penelitian ini
antara lain :
1. Fitria Suryaningati (2005)
Penelitian berjudul “Analisis Perbandingan Rasio Keuangan Untuk
Mengetahui Kinerja Perusahaan dan Perkembangan Keuangan PT. Bank
Buana dan PT. Bank Danamon“. Dengan periode tahun 1990 sampai 2003,
menyimpulkan “Bahwa tidak adanya perbedaan yang cukup signifikan
baik kinerja maupun perkembangan keuangan antara Bank Buana dan
Bank Danamon“.
Persamaan : Sampel yang digunakan adalah dua perusahaan perbankan
dengan tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan
Dalam menganalisa laporan keuangan sama – sama menggunakan analisis
rasio keuangan perbankan.
Perbedaan : Penelitian terdahulu menggunakan dua sampel bank swasta,
sedangkan penelitian sekarang menggunakan bank BUMN. Penelitian
terdahulu menggunakan periode tahun 1990 – 2003, sedangkan penelitian
yang sekarang menggunakan periode tahun 2012 – 2016.
2. Sri Pujiyanti dan Susi Suhendra (2008)
Melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Mengenai
Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Metode Camel” (Studi
Kasus Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT. Bank
Bukopin Tbk Periode 2006-2008”. Tujuan dari penelitian Sri Pujiyanti dan
Susi Suhendra adalah untuk menganalisis kinerja keuangan mengenai
tingkat kesehatan bank dengan menggunakan metode CAMEL. Objek
yang digunakan adalah PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT.
Bank Bukopin Tbk, dimana data yang digunakan yaitu data sekunder
periode 2006-2008 yang didapat dari BI, Internet dan situs-situs yang
berhubungan dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT. Bank Bukopin Tbk
dapat dikatakan sebagai bank yang sehat. Walaupun kedua bank tersebut
tergolong sebagai bank yang sehat, tetapi jika dibandingkan tingkat
kesehatannya antara kedua bank tersebut, maka PT. Bank Bukopin Tbk
lebih sehat dibandingkan dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero)
6
Tbk. Hal ini dapat dilihat dari aspek Asset, Management, Earning, dan
Liquidity yang dimiliki oleh PT. Bank Bukopin Tbk lebih baik daripada
yang dimiliki oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Persamaan : Meneliti perbandingan kinerja keuangan pada dua bank
dengan periode tertentu dan menganalisis tingkat kesehatan kedua bank
yang diperbandingkan.
Perbedaan : Metode yang digunakan berbeda, penelitian terdahulu
menggunakan metode CAMEL, sedangkan penelitian sekarang
menggunakan Rasio Keuangan Bank.
3. Budi Ponco (2008)
Melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh CAR, NPL,
BOPO, NIM dan LDR terhadap ROA”. Hasil penelitian Budi Ponco
menyimpulkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO, Net
Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) dapat dijadikan
pedoman, baik oleh pihak manajemen perusahaan dalam pengelolaan
perusahaan, maupun oleh para investor dalam menentukan strategi
investasi.
Persamaan: sama-sama menggunakan rasio keuangan
Perbedaan : Penulis meneliti perbandingan kinerja keuangan antara dua
bank BUMN pada periode tertentu.
4. Welthi Sugiarti (2012)
Melakukan penelitian tentang analisis kinerja keuangan dan prediksi
tingkat kesehatan Bank dengan menggunakan metode CAMEL pada Bank
Umum yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh variabel CAR, KAP, NIM, ROA, BOPO dan
LDR terhadap tingkat kesehatan bank serta untuk mengetahui predikat
kinerja bank selama tahun 2009-2011 dengan menggunkan metode
CAMEL. Teknik penelitian ini adalah dengan menggunakan metode
Purposive Sampling, karena data yang digunakan adalah data sekunder,
maka pengujian dilakukan dengan uji asumsi klasik, uji regresi linier
berganda dan uji hipotesis dengan menggunakan alat bantu SPSS. Hasil
penelitian menunjukkan secara parsial variabel KAP dan NIM
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan bank. Sedangkan
variabel CAR, ROA, BOPO dan LDR berpengaruh tidak signifikan
terhadap tingkat kesehatan bank.
Persamaan: menganalisis kinerja keuangan dan prediksi tingkat kesehatan
Bank di Bursa Efek Indonesia.
7
Perbedaan : Penelitian terdahulu menggunakan metode CAMEL dan
meneliti bank umum. Sedangkan peneliti sekarang menggunakan analisis
rasio keuangan bank, dan meneliti perbandingan 2 bank BUMN.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Bank
Pengertian Bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 tahun
1992 tentang Perbankan, yang telah diubah dengan Undang-Undang no 10 tahun
1998 : “Bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan / atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Pengertian bank menurut Malayu S.P Hasibuan (2009:2) : “Bank umum
adalah lembaga keuangan, pencipta uang, pengumpul dana dan penyalur kredit,
pelaksana lalu lintas pembayaran, stabilisator moneter, serta dinamisator
pertumbuhan perekonomian.”Pengertian bank menurut B. N. Ajuha dalam Malayu
S.P. Hasibuan (2009:2) :“Bank provided means by which capital is transferred from
those who cannot use it profitable to those who can use it productively for the
society as whole. Bank provided which channel to invest without any risk and at a
good rate of interest.” Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa bank
merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertugas untuk menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat, dan memiliki
peran penting bagi bertumbuhan perekonomian suatu negara.
2.2.2 Kegiatan Bank
Menurut Kasmir (2012:13) bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan
utama, yaitu:
1. Menghimpun Dana
Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan
rangsangan berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas
jasa tersebut dapat berupa bunga, cendera mata, hadiah, pelayanan, atau
balas jasa lainnya. Oleh karena itu, pihak perbankan harus memberikan
berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga masyarakat berminat untuk
menanamkan dananya di bank.
2. Menyalurkan Dana
Merupakan melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan
giro, tabungan, dan deposito kemasyarakat dalam bentuk pinjaman
(kredit).
8
3. Memberikan Jasa Bank Lainnya
Pengertian jasa lainnya yang merupakan jasa pendukung atau pelengkap
kegiatan perbankan. Jasa-jasa ini diberikan terutama untuk mendukung
Kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang
berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak
langsung. Jasa perbankan lainnya seperti jasa setoran, jasa pembayaran,
jasa pengiriman uang, jasa penagihan, jasa kliring.
2.2.3 Fungsi Dan Tujuan Bank
Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:67) terdapat 3 fungsi utama bank
dalam pembangunan ekonomi, yaitu: Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana
masyarakat dalam bentuk simpanan, Bank sebagai lembaga yang menyalurkan dana
ke masyarakat dalam bentuk kredit, Bank sebagai lembaga yang melancarkan
transaksi perdagangan dan peredaran uang. Sedangkan menurut Undang-Undang
nomor 10 tahun 1998 fungsi utama Perbankan Indonesia adalah sebagai
penghimpunan dan penyalur dana masyarakat. Sedangkan Perbankan Indonesia
bertujuan memanjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kea rah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
2.2.4 Macam-macam Bank
Berdasarkan UU pokok perbankan No. 8/1998 bank umum dapat dibagi
menjadi lima jenis, sebagai berikut:
1. Jenis Bank dari Segi Fungsinya
a. Bank Sentral
Bank sentral merupakan bank hukum milik negara yang tugas
pokoknya membantu pemerintah, contoh: Bank Indonesia, Bank of
Cina, Bank of Japan, Bank of England, The Reserve Bank, ThReserve
Bank of India, dan Bank of Seoul.
b. Bank Umum
Bank umum merupakan bank yang sumber utama dananya berasal dari
simpanan pihak ketiga, serta pemberian kredit jangka pendek dalam
penyaluran dana, sebagai contoh: BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank
Bukopin, BTN, BCA, Bank Mega, Bank Danamon, Bank Swadesi,
Bank Permata, dan Bank Panin.
9
c. Bank Pembangunan
Bank yang dalam mengumpulkan dananya berasal dari penerimaan
simpanan deposito serta commercial paper, contoh: Bank Jatim, Bank
Maluku, Bank DKI, Bank Jabar, Bank Papua, dan Bank NTT.
d. Bank Desa
Bank desa adalah kantor bank di suatu desa yang tugas utamanya yaitu
melaksanakan fungsi perkreditan dan penghimpunan dana dalam
rangka program pemerintah memajukan pembangunan desa.
e. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
BPR adalah kantor bank di kota kecamatan yang merupakan unsur
penghimpunan dana masyarakat maupun menyalurkan dananya di
sektor pertanian dan pedesaan.
2. Jenis Bank Dari Segi Kepemilikannya
a. Bank Milik Negara
Bank yang seluruh modalnya berasal dari kekayaan negara yang
dipisahkan dan pendiriannya di bawah UU tersendiri, contoh: BNI,
BRI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, dan BTN.
b. Bank Milik Swasta Nasional
Bank milik swasta yang didirikan dalam bentuk hukum perseroan
terbatas, di mana seluruh sahamnya dimiliki oleh WNI dan badan-
badan hukum di Indonesia, contoh: BCA, bank Mega, Bank Danamon,
Bank Swadesi, Bank Permata, dan Bank Panin.
c. Bank Swasta Asing
Bank yang didirikan dalam bentuk cabang bank yang sudah ada di luar
negeri atau dalam bentuk campuran antara bank asing dengan bank
nasional yang ada di indonesia. Bank asing hanya diperkenankan
menjalankan operasinya di lima kota besar di indonesia, contoh:
Citibank, HSBC, ABN Amro, Rabobank, Commonwealth, dan Bank
ANZ.
d. Bank Pembangunan Daerah
Bank yang pendiriannya berdasarkan peraturan daerah propinsi dan
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah kota dan pemerintah
kabupaten, di wilayah yang bersangkutan, dan modalnya merupakan
harta kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan, contoh: Bank
Jatim, Bank Maluku, Bank DKI, Bank Jabar, Bank Papua, Bank NTT,
dan lain-lain.
10
e. Bank Campuran
Bank yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak
swasta nasional, contoh: Bank UOB Buana, Bank Hanvit Indonesia,
ANZ Panin Bank, Bank Daiwa Perdania, Bank Multicolor, Bank
OCBC NISP, Bank Merincorp, Fuji International Bank, Tokai Lippo
Bank, Dan Bank DSB Indonesia.
3. Jenis Bank Dari Segi Operasional
a. Bank Devisa
Bank devisa merupakan bank yang mempunyai hak dan wewenang
yang diberikan oleh bank indonesia untuk melakukan transaksi valuta
asing dan lalu lintas devisa serta hubungan koresponden dengan bank
asing di luar negeri, contoh: BCA, Bank Mega, Bank Danamon, Bank
Swadesi, Bank Permata, Bank Panin, BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank
Bukopin, dan BTN.
b. Bank Non Devisa
Bank nondevisa merupakan bank yang dalam operasionalnya hanya
melaksanakan transakis di dalam negeri, tidak melakukan transaksi
valuta asing, dan tidak melakukan transaksi valuta asing, dan tidak
melakukan hubungan dengan bank asing di luar negeri.
4. Jenis Bank dari Segi Penciptaan Uang Giral
a. Bank Primer
Bank yang dalam kegiatan operasionalnya tidak sekedar menghimpun
dan menyalurkan dananya, tetapi juga melaksanakan semua transaksi
yang berhubungan langsung dengan kas.
b. Bank Sekunder
Bank yang kegiatan operasionalnya hanya sekedar melaksanakan
transaksi kas secara langsung.
5. Jenis Bank dari Segi Sistem Organisasi
a. Unit Banking System
Bank yang kegiatan operasionalnya hanya mempunyai satu kantor saja
dan melayani masyarakat di sekitar wilayah itu, contoh: untuk kasus
Indonesia yang ada saat ini adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) baik
konvensional maupun BPR syariah.
b. Branch Banking System
Bank yang kegiatan operasionalnya di beberapa wilayah dan memiliki
beberapa kantor cabang, di mana sistem organisasi, keuangan, dan
sumber daya manusia terkait dengan kantor pusat, contoh: kasus
indonesia yang ada saat ini adalah Bank Danamon, Bank Mega, BCA,
11
BII, Bank Permata, BNI, BRI, Bank Mandiri, Bank Panin, Bank
Swadesi, Bank Arta Kencana, dan lain-lain.
c. Bank Holding Company Bank (HCB)
Sebuah bank yang memiliki satu atau lebih bank. Di amerika serikat,
pada tahun 1990 terdapat 6400 HCB, dan 5000 diantaranya dimiliki
oleh satu bank.
d. Multi Holding Company Bank (MHCB)
Bank yang memiliki perusahaaan yang bergerak di bidang perbankan
dan non perbankan.
e. Correspondent Banking
Hubungan sistem antar bank di mana terdapat suatu pengaturan
informasi antar bank, sehingga bank-bank kecil mempunyai deposit
pada bank-bank besar untuk membantu jasa pelayanan. Correspondent
banking beroperasi baik di dalam suatu daerah, juga secara nasional
maupun internasional.
2.2.5 Laporan Keuangan Bank
Harjito (2007). Laporan keuangan perusahaan didasarkan pada aturan-aturan
akuntansi dan harus memberikan informasi historis, kuantitatif dasar yang
merupakan sekumpulan input yang penting yang digunakan dalam menghitung nilai-
nilai ekonomis. Laporan keuangan terdiri dari : 1. Laporan laba rugi yaitu laporan
mengenai penghasilan, biaya, laba-rugi yang diperoleh suatu perusahaan selama
periode tertentu. 2. Neraca yaitu laporan mengenai aktiva, hutang dan modal dari
perusahaan pada suatu saat tertentu. a. Aktiva, dibagi menjadi dua yaitu : -Jangka
panjang, yaitu jangka waktu lebih dari 1 tahun -Jangka pendek, yaitu jangka waktu 1
tahun atau kurang dari 1 tahun. b. Hutang dapat diklasifikasikan menjadi : -Dijamin
penuh, kreditor yang diberi jaminan sama atau lebih dari besarnya hutang. -Dijamin
sebagian, kreditor yang diberi jaminan kurang dari besarnya hutang -Kreditur tidak
dijamin, kreditor yang tidak diberi jaminan dalam bentuk barang-barang tertentu. 3.
Laporan laba ditahan yaitu daftar kumulatif laba yang berasal dari tahun-tahun
sebelumnya dan tahun berjalan yang tidak dibagikan sebagai deviden. 4. Laporan
arus kas yang menunjukkan operasi perusahaan, investasi, dan aliran kas
pembiayaan.Laporan keuanganmerupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan,
yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
selama tahun buku yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut
Standar Akuntansi Keuangan: “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
12
seperti misal, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga
termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut,
misal informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga”. Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai
bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepada manajemen.
Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri
dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan
sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan,
tetapi dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi.
2.2.4.1 Bentuk Laporan Keuangan
Menurut Harjito (2007:51), laporan keuangan (financial statement)
merupakan ikhtisar mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu saat
tertentu. Laporan keuangan secara garis besar dibedakan menjadi empat macam,
yaitu laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan laporan aliran
kas.
1. Laporan Neraca, menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang
tercermin pada jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal
perusahaan.
2. Laporan laba rugi, menginformasikan hasil usaha perusahaan dalam suatu
periode tertentu.
3. Laporan arus kas, menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan
sebagai akibat dari kegiatan usaha, pembelanjaan, dan investasi selama
periode yang bersangkutan.
4. Catatan atas laporan keuangan, menginformasikan kebijaksanaan akuntansi
yang mempengaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan perusahaan.
Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang
mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi
perusahaan tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansidihadapkan
dengan kemungkinan bahaya penyimpangan (bias), salah penafsiran dan
ketidaktepatan. Untuk meminimkan bahaya ini, profesi akuntansi telah berupaya
untuk mengembangkan suatu barang tubuh teori ini. Setiap akuntansi atau
perusahaan harus menyesuaikan diri terhadap praktik akuntansi dan pelaporan dari
setiap perusahaan tertentu.
13
2.2.4.2 Analisa Laporan Keuangan
Analisa Laporan Keuangan terdiri dari dua kata Analisa dan Laporan
Keuangan. Untuk menjelaskan pengertian kata ini maka kita dapat menjelaskannya
dari arti masing-masing kata. Kata analisa adalah memecahkan atau menguraikan
sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan adalah
Neraca, Laba/Rugi, dan Arus Kas (Dana). Kalau dua pengertian ini digabungkan
maka analisa laporan keuangan berarti: Menguraikan pos-pos laporan keuangan
menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat
signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara
data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi
keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan
yang tepat (Sofian Syafri Harahap, 1998:190).
Pengertian analisis laporan keuangan (financial statement analysis) menurut
Soemarso (2006:430), adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan
dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan
(trend) suatu fenomena. Menganalisis laporan keuangan, berarti melakukan suatu
proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah
masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan antara unsur-unsur tersebut
dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat
atas laporan keuangan tersebut (Dwi Prastowo, 2002:52). Untuk membantu pembaca
dalam menafsirkan data bisnis, laporan keuangan biasanya disajikan dalam bentuk
komparatif. Laporan komparatif adalah laporan keuangan yang disajikan
berdampingan untuk dua tahun atau lebih (Simamora, 2003:515). Melalui laporan
keuangan akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-
kewajiban jangka pendeknya, struktur modal perusahaan, distribusi aktivanya,
keefektifan penggunaan aktiva, hasil usaha/ pendapatan yang telah dicapai, beban-
beban tetap yang harus dibayar, serta nilai-nilai buku tiap lembar saham perusahaan
yang bersangkutan. Bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap posisi dan
kondisi keuangan, sangat membutuhkan informasi keuangan yang dapat diperoleh
dari laporan keuangan. Informasi tersebut disusun dan disajikan perusahaan dalam
bentuk neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan modal dan laporan arus kas.
Informasi tersebut sangat diperlukan oleh pihak-pihak yang go public dalam
persiapannya untuk melakukan penawaran umum karena salah satu syarat
perusahaan yang go public adalah harus menyerahkan laporan keuangannya selama
dua tahun terakhir yang sudah diperiksa oleh akuntan publik.
Setiap perusahaan bank mempunyai laporan keuangan yang bertujuan
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
14
laporan keuangan dalam pengambilan keputusan secara ekonomi. Laporan keuangan
harus disiapkan secara periodik untuk pihak-pihak yang berkepentingan.
2.2.6 Kinerja Keuangan Bank
Menurut Fahmi (2012:2) Kinerja keuangan merupakan gambaran dari
pencapaian keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai
atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa kinerja
keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu
perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan
keuangan secara baik dan benar. Manfaat sistem pengukuran kinerja menurut
Mulyadi (2001) sebagai berikut:
1. Mengelolah operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui
pemotivasian karyawan secara maksimal.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan
seperti promosi, pemberhentian, dan mutasi.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka menyediakan suatu dasar bagi distribusi
penghargaan.
2.2.5.1 Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan Bank
Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2000:31) sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk
memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau
kemampuan perusahaan untuk memenuhi keuangannya pada saat ditagih.
2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut
dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu.
Pada prinsipnya penilaian kinerja dilakukan karenamemiliki beberapa tujuan.
Menurut Mulyadi (2007:415), tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk
memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dalam mematuhi standar
15
perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil
yang diinginkan.
2.2.7 Rasio Keuangan Bank
Menurut Irawati (2005:22) rasio keuangan merupakan teknik analisis dalam
bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi keuangan
suatu perusahaan dalam periode tertentu, ataupun hasil-hasil usaha dari suatu
perusahaan pada satu periode tertentu dengan jalan membandingkan dua buah
variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun
laba rugi. Menurut Sawir ( 2001 : 28 ), rasio perbankan yang terdiri dari tiga
kelompok rasio yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Solvabilitas
sebagai berikut:
1. Analisis Rasio Likuiditas
Fred Weston dikutip dari Kasmir (2008:129): menyebutkan bahwa rasio
likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendek. Adapun rumus yang digunakan yaitu :
a. Quick Ratio
Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
kewajibannya terhadap para deposan (pemilik simpanan giro, tabungan
dan deposito) dengan harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu
bank. Rasio ini diukur dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
Cash Assets = Kas+Giro pada Bank Indonesia+Giro pada Bank lain
Total Deposite = Jumlah simpanan+Jumlah Simpanan dari Bank lain
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/PBI 2004 tanggal
12 April 2004 nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk
Quick Ratio sebesar 15% - 20%.
b. Banking Ratio
Mengukur tingkat likuiditas bank dengan membandingkan jumlah
kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki. Semakin
tinggi rasio, maka tingkat likuiditas bank semakin rendah, karena
Quick Ratio =
Cash Assets
Total Deposit
X 100%
16
jumlah dana yang digunakan untuk pembiayaan kredit semakin kecil.
Rasio ini diukur dengan menggunakan rumus :
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/PBI 2004 tanggal
12 April 2004 nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk
banking ratio sebesar 75% - 85%.
c. Loan to Deposite Ratio (LDR)
Seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima
oleh bank. Rasio ini menunjukan salah satu penilaian likuiditas bank.
Menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio ini diukur dengan
menggunakan rumus :
Berdasarkan SEBI No. 6/10/PBI 2004 tanggal 12 April 2004 nilai
standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk loan to deposit ratio
sebesar 80%. Namun, batas toleransi berkisar antara 85% - 110%.
d. Load to Assets Ratio (LAR)
Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang
menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit
dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi
rasio, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang
diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Rasio
ini diukur dengan menggunakan rumus :
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/PBI 2004 tanggal
12 April 2004 nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk
loan to asset ratio berkisar antara 85% - 110%.
Banking Ratio =
Total Loans
Total Deposit
X 100%
LDR =
Total Loans
Total Deposit + Equity
X 100%
LAR =
Total Loans
Total Assets
X 100%
17
2. Analisis Rasio Solvabilitas
Menurut Fred Weston dikutip dari Kasmir (150:2008), Rasio Solvabilitas
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva
perusahaan dibiayai dengan utang dan mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun
jangka panajang apabila perusahaan dilikuidasi (dibubarkan). Adapun
rumus yang digunakan yaitu :
a. Primary Ratio
Merupakan rasio untuk mengukur apakah permodalan yang dimiliki
sudah memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi dalam total
asset masuk dan dapat ditutupi oleh capital equity. Rasio ini diukur
dengan menggunakan rumus :
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/PBI 2004 tanggal
12 April 2004 nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk
primary ratio sebesar 8%.
b. Capital Ratio
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur permodalan dan
cadangan penghapusan dalam menanggung perkreditan, terutama
resiko yang terjadi karena bunga gagal tagih. Rasio ini diukur dengan
menggunakan rumus :
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/PBI 2004 tanggal
12 April 2004 nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk
capital ratiosebesar 10% - 20%.
c. Capital Adequancy Ratio
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan permodalan yang
ada untuk menutupi kemungkinan kerugian di dalam kegiatan
perkreditan dan surat –surat berharga. Rasio ini diukur dengan
menggunakan rumus :
Primary Ratio =
Equity Capital
Total Asset
X 100%
Capital Ratio =
Equity Capital
Total Loans
X 100%
18
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/PBI 2004 tanggal
12 April 2004 nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk
capital adequancy ratio sebesar 8%.
3. Analisis Rasio Profitabilitas
Menurut Sofyan Safri Harahap (2008:304), “Rasio profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,
dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan sebagainya”. Adapun rumus yang digunakan
yaitu :
a. Return On Assets (ROA)
Digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.Semakin besar ROA
suatu bank, semakin besar pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan asset. Rasio ini diukur dengan menggunakan rumus :
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/PBI 2004 tanggal
12 April 2004 nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk
return on asset berkisar antara 0,5% - 1,25%.
b. Return On Equity (ROE)
Perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri.
Rasio ini bank diminati oleh para pemegang saham pendiri maupun
pemegang saham baru. Serta para investor di pasar modal yang ingin
membeli saham bank yang bersangkutan (telah go public). Rasio ini
diukur dengan menggunakan rumus :
ROA =
Operating Income
Total Assets
X 100%
ROE =
Net Income
Equity Capital
X 100%
CAR =
Equity Capital
Total Loans+Securities
X 100%
19
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/PBI 2004 tanggal
12 April 2004 nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk
return on equity berkisar antara 5% -12%.
c. Rasio Beban Operasi terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional.
Digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya.Mengingat kegiatan utama bank
pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara.
Rasio ini diukur dengan menggunakan rumus :
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/PBI 2004 tanggal
12 April 2004 nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk
BOPO berkisar 94% -96%.
d. Net Profit Margin (NPM)
Rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh
bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan
operasionalnya. Rasio ini diukur dengan menggunakan rumus :
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/PBI 2004 tanggal
12 April 2004 nilai standar tingkat kesehatan Bank Indonesia untuk net
profit margin berkisar 81-100%.
BOPO =
Operating Expence
Operating Income
X 100%
NPM =
Net Income
Operating Income
X 100%
20
2.3 Kerangka Dasar Pemikiran
Gambar 1.
Kerangka Pikiran
Sumber : Penulis
KINERJA KEUANGAN
PT. BANK RAKYAT
INDONESIA, Tbk
KINERJA KEUANGAN
PT. BANK MANDIRI,
Tbk
KESIMPULAN
LAPORAN
KEUANGAN
PERIODE 2012-2016
BANK BUMN
PT. BANK RAKYAT
INDONESIA, Tbk
BANK BUMN
PT. BANK MANDIRI,
Tbk
Rasio Likuiditas
1. Quick Ratio
2. Banking Ratio
3. Loan to Deposite
Ratio
4. Loan to Assets Ratio
Rasio Profitabilitas
1. Return On Assets
2. Return On Equity
3. BOPO
4. Net Profit Margin
Rasio Solvabilitas
1. Primary Ratio
2. CAR
3. Capital Ratio
21
2.4 Hipotesis
2.4.1 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pikiran yang telah digambarkan di atas, maka hipotesis
yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :
“Dengan melakukan Analisis Rasio Likuiditas, Solvabilitas, dan Profitabilitas maka
dapat diketahui tingkat kesehatan antara kedua bank BUMN yaitu PT. Bank Rakyat
Indonesia, Tbk dan PT. Bank Mandiri, Tbk selama 5 (lima) tahun yakni periode
tahun 2012 sampai dengan tahun 2016”