bab ii tinjauan pustaka a. burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/bab ii .pdf · 20 bab ii...

32
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali diperkenalkan Bardley pada tahun 1969 dalam sebuah artikel tentang Treathment Programme for Juvenile Delinquents (Schaufeli & Buunk, 1996). Namun tokoh yang dianggap sebagai penemu dan penggagas istilah burnout yakni Herbert Freudenberger, penulis artikel tentang fenomena burnout pada tahun 1974 (Gunarsa, 2004). Freudenberger & Maslach (dalam Kristensen, 2005) menggunakan istilah burnout berdasarkan pada pengamatan tingkah laku para sukarelawan setelah bertahun-tahun bekerja di lingkungan yang mengalami masalah sosial masyarakat dan penuh kekurangan. Para sukarelawan mengalami kelelahan mental, kehilangan komitmen dan penurunan motivasi kerja. Freudenberger memberikan ilustrasi tentang apa yang dirasakan oleh penderita burnout seperti gedung yang terbakar habis (burned-out) dan setelah terbakar hanya tampak kerangka luarnya saja. Demikian halnya dengan orang yang mengalami burnout, segalanya tampak utuh dari luar, namun di dalamnya kosong dan penuh masalah (Gunarsa, 2004). Schaufeli & Greenglass (dalam Kristensen dkk, 2005) mengatakan, burnout sebagai suatu keadaan negatif, meliputi kelelahan emosi, fisik dan mental yang disebabkan oleh keterlibatan pada suatu pekerjaan dalam jangka waktu lama, dimana pekerjaan tersebut menuntut banyak keterlibatan emosi.

Upload: others

Post on 02-Feb-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Burnout

1. Pengertian Burnout pada Perawat

Istilah burnout pertamakali diperkenalkan Bardley pada tahun 1969

dalam sebuah artikel tentang Treathment Programme for Juvenile Delinquents

(Schaufeli & Buunk, 1996). Namun tokoh yang dianggap sebagai penemu dan

penggagas istilah burnout yakni Herbert Freudenberger, penulis artikel tentang

fenomena burnout pada tahun 1974 (Gunarsa, 2004).

Freudenberger & Maslach (dalam Kristensen, 2005) menggunakan

istilah burnout berdasarkan pada pengamatan tingkah laku para sukarelawan

setelah bertahun-tahun bekerja di lingkungan yang mengalami masalah sosial

masyarakat dan penuh kekurangan. Para sukarelawan mengalami kelelahan

mental, kehilangan komitmen dan penurunan motivasi kerja. Freudenberger

memberikan ilustrasi tentang apa yang dirasakan oleh penderita burnout seperti

gedung yang terbakar habis (burned-out) dan setelah terbakar hanya tampak

kerangka luarnya saja. Demikian halnya dengan orang yang mengalami

burnout, segalanya tampak utuh dari luar, namun di dalamnya kosong dan

penuh masalah (Gunarsa, 2004).

Schaufeli & Greenglass (dalam Kristensen dkk, 2005) mengatakan,

burnout sebagai suatu keadaan negatif, meliputi kelelahan emosi, fisik dan

mental yang disebabkan oleh keterlibatan pada suatu pekerjaan dalam jangka

waktu lama, dimana pekerjaan tersebut menuntut banyak keterlibatan emosi.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

21

Burnout merupakan respon individu terhadap stres yang dialami dalam situasi

kerja, ditandai kelelahan fisik dan psikis, perasaan tidak berdaya serta

berkembangnya konsep diri negatif terhadap pekerjaan maupun kehidupan

individu (Farber, dalam Nevi dkk, 2005). Adapun menurut Cherniss (dalam

Schaufeli & Buunk, 1996), burnout sebagai suatu proses perubahan sikap dan

perilaku individu terhadap pekerjaan, menjadi perilaku serta sikap negatif

sebagai dampak dari tekanan pekerjaan.

Maslach & Jackson (dalam Kristensen dkk, 2005) mendefinisikan

burnout sebagai suatu sindrom kelelahan emosi, sikap kurang menghargai atau

kurang memiliki pandangan positif terhadap orang lain, menurunnya

pencapaian prestasi diri dan kemampuan dalam menjalankan tugas-tugas rutin

yang merupakan akibat stres berkepanjangan. Cherniss (dalam Sutjipto, 2001)

menyatakan, burnout merupakan perubahan sikap dan perilaku dalam bentuk

reaksi menarik diri secara psikologis dari pekerjaan, menjaga jarak dan

bersikap sinis terhadap klien, membolos, sering terlambat serta keinginan

berpindah kerja. Sementara itu, Freudenberger (dalam Gunarsa, 2004)

menegaskan, seseorang dengan sikap antusias tinggi dan penuh semangat pada

awal bekerja biasanya mempunyai idealisme tinggi pula. Akan tetapi stres

demi stres yang dialami terus menerus secara kronis menyebabkan orang

tersebut mengalami perubahan motivasi hingga akhirnya mengalami burnout.

Burnout dalam penelitian ini difokuskan pada perawat. Perawat adalah

mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan

keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui

pendidikan keperawatan (Undang Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

22

dalam Gaffar, 1999). Perawat memiliki tanggung jawab untuk mengawasi,

melaporkan dan merawat kesehatan pasien secara konstan. Perawat dituntut

memiliki nilai kerja yang lebih berhubungan dengan nilai kemanusiaan,

sebagai representasi pengembangan kognitif hasil kebutuhan biologis, interaksi

sosial dan tuntutan kemakmuran atau kesejahteraan kelompok (Schwarzt,

1999).

Perawat sebagai pelayan kemanusiaan atau human sevices yang biasa

bekerja dan berhubungan erat dengan masyarakat, cenderung lebih sering

memunculkan reaksi emosional sebagai akibat stres maupun ketidakpuasan

terhadap situasi kerja berlebihan serta berkepanjangan. Respon terhadap situasi

yang menuntut secara emosional karena adanya tuntutan penerima pelayanan

yang memerlukan bantuan, pertolongan, perhatian maupun perawatan dari

pemberi pelayanan adalah pemicu munculnya burnout (Maslach, 1982).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, burnout merupakan

sindrom psikologis yang biasanya muncul karena tekanan-tekanan pekerjaan

dalam rentang waktu cukup panjang, ditandai kelelahan emosi, kelelahan fisik,

sikap kurang menghargai atau kurang memiliki pandangan positif terhadap

orang lain dan menurunnya pencapaian prestasi diri serta kemampuan dalam

melakukan tugas-tugas rutin.

2. Dimensi Burnout

Dimensi burnout yang digunakan pada penelitian ini adalah dimensi

burnout secara umum. Adapun pembahasan dimensi burnout secara spesifik

terhadap perawat dalam penelitian ini mengacu pada dimensi burnout

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

23

sebagaimana dikemukakan Maslach & Jackson (dalam Kristensen dkk, 2005)

yang meliputi: emotional exhaustion, depersonalization dan reduced personal

accomplishment.

a. Emotional exhaustion, merupakan sindrom kelelahan emosi karena

keterlibatan emosi yang menyebabkan energi dan sumber-sumber diri

terkuras oleh satu pekerjaan. Gejala ini ditandai adanya perasaan lelah akibat

banyaknya tuntutan yang diajukan pada dirinya, sehingga menguras sumber-

sumber emosional, seperti perasaan frustrasi, putus asa, sedih, tidak berdaya,

tertekan, apatis terhadap pekerjaan dan merasa terbelenggu oleh tugas-tugas

dalam pekerjaan. Pemberi pelayanan merasa tidak memiliki energi untuk

melakukan pekerjaan dan menjadi mudah tersinggung serta cepat marah

tanpa alasan yang jelas.

b. Depersonalization, merupakan sikap kurang menghargai atau kurang

memiliki pandangan positif terhadap orang lain. Perilaku yang muncul

adalah memperlakukan orang lain secara kasar, tidak berperasaan, kurang

perhatian dan kurang sensitif terhadap kebutuhan orang lain.

c. Reduced personal accomplishment, merupakan kegagalan meraih hal-hal

penting dalam hidup atau penurunan pencapaian prestasi diri. Gejala ini

ditandai adanya perasaan tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan dan

kehidupan serta merasa belum mampu melakukan sesuatu yang bermanfaat

bagi orang lain.

Sementara itu, dimensi burnout menurut Schaufeli & Greenglass

(dalam Kristensen dkk, 2005), terdiri dari: kelelahan emosi, kelelahan fisik dan

kelelahan mental.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

24

a. Kelelahan emosi (Emotional exhaustion), merupakan suatu keadaan

kelelahan pada individu yang berhubungan dengan perasaan pribadi,

ditandai adanya perasaan tidak berdaya dan depresi dengan ciri-ciri antara

lain: rasa bosan, mudah tersinggung, sinisme, terus menerus mengeluh, tidak

peduli terhadap tujuan, sia-sia, putus asa, sedih dan tertekan.

b. Kelelahan fisik (Physical exhaustion), merupakan suatu kelelahan yang

bersifat sakit fisik dan energi fisik. Sakit fisik serta emosional ini ditandai

sakit kepala, demam, sakit punggung, ketegangan pada otot leher, sulit tidur,

mual, gelisah, letih dan lemah.

c. Kelelahan mental (Mental exhaustion), merupakan suatu kondisi kelelahan

pada individu yang berhubungan dengan rendahnya penghargaan diri dan

depersonalization. Kelelahan mental ini dicirikan melalui munculnya

perasaan tidak berharga, rasa benci, rasa gagal, kurang bersimpati pada

orang lain, sikap negatif terhadap orang lain, cenderung merasa bodoh

dengan dirinya, pekerjaan dan kehidupan, konsep diri rendah, tidak

berkompeten serta tidak puas dengan hidup yang dijalani.

Baron & Paulus (1991), menyimpulkan empat komponen untuk

menjelaskan gejala burnout, diantaranya: kelelahan fisik (physical exhaustion),

kelelahan emosi (emotional exhaustion), kelelahan mental atau sikap (mental

or attitudinal exhaustion) dan pencapaian diri yang rendah (feelings of low

personal accomplishment).

a. Kelelahan fisik (Physical exhaustion), merupakan suatu kondisi fisik yang

ditandai gejala kekurangan energi dan merasakan kelelahan sepanjang

waktu. Individu sering mengeluhkan gejala-gejala penyakit fisik, seperti:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

25

sakit kepala, mual, sulit tidur dan perubahan dalam kebiasaan makan

(hilangnya nafsu makan).

b. Kelelahan emosi (Emotional exhaustion), merupakan suatu kondisi pada

individu yang ditandai perasaan tidak berdaya, depresi dan merasa

terperangkap dalam pekerjaan. Pada kondisi ini, rasa lelah muncul begitu

saja tanpa diawali pengeluaran energi yang berarti. Rasa lelah tidak dapat

hilang meskipun individu melakukan istirahat selama beberapa hari.

Kelelahan ini menyebabkan individu cenderung mengasihani diri sendiri,

mudah marah, merasa kesepian dan kehilangan semangat kerja.

c. Kelelahan mental atau sikap (Mental or attitudinal exhaustion), merupakan

suatu kondisi pada individu dengan kecenderungan menganggap individu

yang ditolongnya sebagai objek belaka. Pada kondisi ini, individu menjadi

tidak peka, kurang bersimpati dan bersikap sinis terhadap individu lain.

Individu memiliki sikap negatif terhadap individu lain dan cenderung

bersikap masa bodoh terhadap diri sendiri, pekerjaan dan kehidupannya.

Kelelahan ini nampak dari sikap pilih kasih, acuh dan masa bodoh,

menyalahkan serta kurang toleransi terhadap individu lain yang ditolongnya.

d. Pencapaian diri yang rendah (Feelings of low personal accomplishment),

merupakan suatu kondisi pada individu yang ditandai adanya anggapan

individu belum mencapai banyak hasil di masa lalu dan mungkin tidak akan

berhasil di masa mendatang. Pada kondisi ini, timbul perasaan tidak berdaya

dan frustrasi, karena individu merasa usahanya sia-sia serta tidak berarti,

sehingga individu akan berhenti berusaha serta menjadi apatis.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

26

Sebagaimana pendapat para ahli di atas, terlihat bahwa dimensi burnout

meliputi: kelelahan emosi, kelelahan fisik, kelelahan mental dan sikap

(depersonalisasi) serta penurunan pencapaian prestasi diri atau pencapaian diri

yang rendah. Kelelahan emosi ditandai perasaan mudah bosan, cepat

tersinggung, sinis, mengeluh tiada henti serta tidak peduli lagi terhadap tujuan.

Sementara itu, kelelahan fisik direfleksikan melalui sakit kepala, sakit

punggung, demam, tegang pada otot leher, insomnia, mual, letih dan lemah

serta nafsu makan terganggu.

Kelelahan mental dan sikap atau depersonalisasi, ditunjukkan dengan

kecenderungan sikap yang senantiasa memberi evaluasi negatif terhadap orang

lain, berperilaku kasar, tidak berperasaan, tidak care dan kurang sensitif

terhadap kebutuhan orang lain. Adapun penurunan pencapaian prestasi diri atau

pencapaian diri rendah, ditandai munculnya perasaan tidak berharga, gagal,

konsep diri rendah, tidak berkompeten serta tidak puas dengan hidup yang

dijalani, sehingga individu akan berhenti berusaha dan menjadi apatis.

Dimensi burnout yang akan digunakan sebagai alat ukur dalam

penelitian ini adalah gabungan dimensi burnout dari teori Maslach & Jackson

(dalam Kristensen dkk, 2005) serta Schaufeli & Greenglass (dalam Kristensen

dkk, 2005). Alasannya, pada teori Maslach & Jackson tidak terdapat dimensi

kelelahan fisik sebagaimana dalam teori Schaufeli & Greenglass. Sementara

itu, dimensi kelelahan mental yang terdapat pada teori Schaufeli & Greenglass

secara definisi dimensi maupun gejala yang ditimbulkan, diasumsikan sama

dengan dimensi depersonalisasi dalam teori Maslach & Jackson.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

27

Dapat dikatakan, dimensi dari kedua teori tersebut saling melengkapi,

hingga membentuk dimensi emotional exhaustion, physical exhaustion,

depersonalization dan reduced personal accomplishment. Alasan lain bahwa,

dimensi tersebut sudah cukup menjelaskan tentang gejala-gejala burnout dan

bisa dijadikan indikator oleh peneliti untuk mengukur sejauhmana sindrom

burnout yang biasa dialami perawat dikaitkan dengan efikasi diri.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan, dimensi burnout

meliputi: emotional exhaustion, physical exhaustion, mental or attitudinal

exhaustion (depersonalization) dan reduced personal accomplishment atau

feelings of low personal accomplishment. Pada dimensi kelelahan emosional,

biasanya akan memunculkan perasaan frustrasi, putus asa, tertekan dan

terbelenggu oleh pekerjaan. Dimensi depersonalisasi ditandai munculnya sikap

negatif, kasar, menjaga jarak dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitar.

Sementara itu, dimensi reduced personal accomplishment ditunjukkan melalui

sikap tidak puas terhadap diri sendiri, pekerjaan bahkan kehidupan.

3. Cara-cara atau Intervensi Menurunkan Burnout

Berbagai upaya menurunkan burnout dapat dilakukan dengan beberapa

macam intervensi. Intervensi untuk mengatasi burnout telah dilakukan oleh

para peneliti melalui pendekatan psikologis, seperti koping fokus emosi dalam

menurunkan kecenderungan burnout pada perawat (Savitri, 2010), pengaruh

musik shalawat terhadap penurunan burnout karyawan (Ulfa, 2008) dan terapi

tawa untuk menurunkan kecenderungan burnout pada guru pendamping

anak berkebutuhan khusus (Hayati, Widyana, & Sholichah, 2012).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

28

Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode pelatihan untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh pelatihan efikasi diri terhadap penurunan

burnout yang biasa dialami perawat. Pelatihan adalah kegiatan yang bertujuan

memperbaiki dan membantu mengembangkan sikap, perilaku, keterampilan

dan pengetahuan peserta (Nitisemito, 1992). Alasan memilih pelatihan, karena

peneliti menganggap, pelatihan merupakan intervensi yang dirasa cukup efektif

sebagai pembelajaran langsung, sehingga semua peserta dapat terlibat secara

aktif dalam setiap sesi pelatihan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

Silberman (1998), bahwa pembelajaran melalui pengalaman merupakan

metode paling efektif untuk meningkatkan pemahaman dalam proses pelatihan.

Subjek dapat melakukan aktivitas, memperhatikan, menganalisis aktivitas,

mencari pemahaman analisis lalu menerapkan pengetahuan dan pemahaman ke

dalam perilaku.

Pelatihan efikasi diri yang diberikan, diharapkan mampu membantu

meningkatkan efikasi diri perawat dengan harapan burnout yang dialami juga

akan mampu diminimalisir. Efikasi diri akan tampak pada tindakan yang

dipilih ketika dihadapkan pada situasi tertentu, dalam pola pikir serta reaksi

emosional yang dimunculkan. Sebagaimana ungkapan Bandura (1986) bahwa

individu yang memiliki efikasi diri tinggi, pada saat menghadapi situasi

menekan akan berusaha lebih keras dan bertahan lama serta lebih aktif dalam

berusaha daripada individu yang mempunyai efikasi diri rendah.

Individu akan lebih berani menetapkan target atau tujuan yang akan

dicapai, berusaha melakukan tugas atau tindakan untuk mencapai tujuan dan

berupaya beradaptasi dengan berbagai rintangan dalam pekerjaan termasuk

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

29

burnout yang dialami. Hal itu berlaku pula bagi para perawat, bilamana efikasi

diri yang dimiliki tinggi, maka burnout karena tuntutan-tuntutan pekerjaan

niscaya akan mampu diatasi.

B. Pelatihan Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Efikasi diri merupakan sebuah keyakinan tentang sejauhmana individu

memperkirakan kemampuan dalam melaksanakan suatu tugas atau tindakan

yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil (Bandura, 1997). Dalam

kehidupan sehari-hari, efikasi diri mengarahkan seseorang untuk menghadapi

tantangan. Individu dengan efikasi diri tinggi akan lebih tekun, sedikit merasa

cemas dan tidak mengalami depresi, sedangkan individu yang memilki efikasi

rendah, kurang memiliki keterampilan sosial, tanggapan terhadap lingkungan

disertai kecemasan, keinginan menghindari interaksi interpersonal serta

cenderung lebih depresi (Bandura, 1997).

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa efikasi diri

adalah sebuah keyakinan tentang sejauhmana individu memperkirakan

kemampuan dalam melaksanakan suatu tugas atau tindakan yang diperlukan

untuk mencapai suatu hasil.

2. Pengertian Pelatihan Efikasi Diri

Menurut Nitisemito (1992), pelatihan adalah kegiatan yang bertujuan

memperbaiki, mengembangkan sikap, perilaku, keterampilan dan pengetahuan

peserta. Pelatihan merupakan program yang diselenggarakan perusahaan untuk

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

30

memfasilitasi karyawan agar memperoleh kompetensi yang berkaitan dengan

pekerjaannya (Noe, 2005). Kompetensi tersebut mencakup pengetahuan,

keterampilan dan perilaku yang bisa meningkatkan kinerja karyawan. Metode

dalam pelatihan bisa menggunakan teknik diskusi, ceramah efektif serta proses

pembelajaran langsung dan aktif, dimana para peserta dilibatkan secara aktif

dalam setiap sesi pelatihan.

Efikasi diri merupakan hasil proses kognitif berupa keputusan,

keyakinan atau pengharapan individu (Bandura, 1997). Individu yang merasa

mampu atau memiliki efikasi diri tinggi akan melihat stresor bukan sebagai

ancaman, sebagaimana individu dengan efikasi diri rendah memandangnya.

Apabila individu merasa tidak dapat mengendalikan situasi dan lingkungan

yang sedang dihadapi atau dirasa mengancam, individu akan mudah gelisah

serta cemas. Sebaliknya, jika individu merasa mampu menghadapi tekanan

lingkungan, maka individu tidak akan merasa cemas. Individu akan melihat

situasi dan lingkungan menekan sebagai sesuatu yang menantang, kemudian

melakukan tindakan matang serta sudah diperhitungkan.

Sudarmaji (dalam Priyantoro, 2002) menyatakan, efikasi diri memiliki

peranan dalam pengendalian reaksi terhadap ancaman dan tekanan, dimana

keyakinan akan kemampuan yang dimiliki turut menentukan individu untuk

mencoba mengatasi situasi sulit ataupun tidak. Individu yang memiliki efikasi

diri tinggi akan berusaha lebih keras mengatasi semua kesulitan. Individu akan

berusaha mengerahkan seluruh kemampuan sumber daya kognitif, motivasi

dan menentukan atau merencanakan tindakan untuk mencapai situasi yang

diinginkan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

31

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, pelatihan

efikasi diri merupakan kegiatan tersistematis dan terorganisir melalui proses

pembelajaran langsung serta aktif dengan tujuan meningkatkan keyakinan agar

individu mampu memperkirakan kemampuan dalam melaksanakan suatu

tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil.

3. Dimensi Efikasi Diri

Menurut Bandura (1997), efikasi diri seseorang dibedakan atas dasar

beberapa dimensi yang memiliki implikasi terhadap prestasi, antara lain:

a. Magnitude (tingkat kesulitan tugas)

Dimensi tingkat kesulitan tugas berkaitan dengan derajat kesulitan tugas

ketika individu merasa mampu melakukannya. Jika individu dihadapkan

pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi

diri individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang

atau bahkan tugas-tugas paling sulit. Hal itu sesuai batas kemampuan untuk

memenuhi tuntutun perilaku pada masing-masing tingkatan. Dimensi ini

memiliki implikasi terhadap pemilihan perilaku yang dirasa mampu

dilakukan dan menghindari perilaku di luar batas kemampuannya.

b. Generality (luas bidang perilaku)

Dimensi generalisasi berkaitan dengan luas bidang tugas yang dilakukan.

Beberapa keyakinan individu terbatas pada suatu aktivitas maupun situasi

tertentu dan beberapa keyakinan menyebar pada serangkaian aktivitas serta

situasi yang bervariasi.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

32

c. Strength (kemantapan keyakinan)

Dimensi kemantapan keyakinan berkaitan dengan keteguhan hati terhadap

keyakinan pada diri individu, bahwa individu akan berhasil menghadapi

suatu masalah. Dimensi ini seringkali harus menghadapi rasa frustrasi, luka

dan berbagai rintangan lainnya dalam mencapai suatu hasil tertentu.

Sebagaimana pemaparan tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa,

dimensi efikasi diri individu meliputi berbagai keyakinan individu tidak hanya

terbatas pada kemampuan atau kompetensi dalam suatu bidang tertentu. Lebih

jauh, dimensi efikasi diri juga berkaitan dengan kesanggupan dan kekuatan hati

individu dalam menghadapi berbagai situasi serta lingkungan menekan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.

Efikasi diri dalam penelitian ini diungkap lebih spesifik berdasarkan

tugas dan wewenang perawat, karena waktu perawat lebih banyak dihabiskan

di tempat kerja yang berhubungan dengan rutinitas tugas-tugas keperawatan,

sehingga efikasi diri perawat akan muncul seiring permasalahan di tempat

kerja. Selain itu, tugas dan wewenang perawat yang tertuang dalam job

deskripsi perawat bisa dijadikan indikator untuk menilai sejauhmana efikasi

diri perawat sesuai tugas-tugas keperawatan yang dilaksanakan. Adapun tugas

dan wewenang perawat yang dijadikan acuan untuk mengungkap efikasi diri

perawat dalam penelitian ini berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia

Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, yaitu:

a. Pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan perorangan

b. Pemberi asuhan keperawatan di bidang upaya kesehatan masyarakat

c. Penyuluh dan konselor bagi klien

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

33

d. Pengelola pelayanan keperawatan

e. Peneliti keperawatan

f. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang

g. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

Dalam upaya meningkatkan dan membentuk efikasi diri melalui

pelatihan ini, terjadi beberapa tahapan proses yang dikemukakan oleh Bandura

(1997), yaitu

a. Proses kognitif

Pengaruh efikasi diri pada proses kognitif individu sangat bervariasi.

Pertama, efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi tujuan pribadi individu.

Semakin kuat efikasi diri, maka akan semakin tinggi tujuan yang ditetapkan

individu. Penguatan efikasi diri tersebut berasal dari komitmen individu

terhadap tujuan yang hendak dicapai. Individu dengan efikasi diri yang

kuat akan mempunyai cita-cita tinggi, mengatur rencana dan berkomitmen

pada diri sendiri untuk mencapai tujuan itu. Kedua, individu yang memiliki

efikasi diri kuat akan menyiapkan langkah-langkah antisipasi jika usaha

pertama gagal dilakukan.

b. Proses motivasi

Efikasi diri memainkan peranan penting dalam pengaturan motivasi diri,

karena sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan secara kognitif.

Individu memotivasi diri sendiri dan menuntun tindakan-tindakan yang

dilakukan menggunakan pemikiran-pemikiran tentang masa depan,

sehingga individu akan membentuk kepercayaan mengenai apa yang dapat

dilakukan. Individu akan mengantisipasi hasil-hasil dari tindakan untuk

merealisasikan masa depan yang berharga.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

34

Ketika menghadapi kesulitan, individu yang ragu terhadap kemampuan

dirinya akan lebih cepat mengurangi usaha-usaha yang dilakukan atau

menyerah. Sebaliknya, individu yang memiliki keyakinan kuat terhadap

kemampuan dirinya akan melakukan usaha lebih besar ketika individu

gagal menghadapi tantangan. Kegigihan atau ketekunan kuat pada diri

individu mendukung pencapaian suatu performansi yang optimal. Efikasi

diri akan berpengaruh terhadap aktivitas yang dipilih, keras tidaknya dan

tekun tidaknya individu dalam mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

c. Proses afeksi

Dalam efikasi diri individu, terdapat kemampuan coping untuk mengatasi

stress dan depresi yang dialami pada situasi sulit serta menekan, selain

mempengaruhi tingkat motivasi individu. Efikasi diri memegang peranan

penting dalam kecemasan, yakni mengontrol terjadinya stres. Individu yang

memikirkan ketidakmampuan coping dalam diri dan memandang banyak

aspek lingkungan sekitar sebagai situasi mengancam penuh bahaya, pada

akhirnya hanya akan membuat individu membesar-besarkan ancaman yang

mungkin terjadi dan mudah merasa khawatir terhadap hal-hal yang jarang

terjadi. Melalui pikiran-pikiran tersebut, individu akan menekan diri sendiri

dan meremehkan kemampuan yang dimiliki.

d. Proses seleksi

Proses seleksi akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan yang

akan diambil oleh individu. Individu cenderung menghindari aktivitas dan

situasi yang dipercayai telah melampaui batas kemampuan coping dalam

dirinya, namun individu telah siap melakukan aktivitas menantang dan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

35

memilih situasi yang dinilai mampu untuk diatasi. Perilaku individu ini

akan memperkuat kemampuan, minat dan jaringan sosial yang

mempengaruhi kehidupan, hingga akhirnya akan berpengaruh terhadap

arah perkembangan personal. Hal itu karena pengaruh sosial berperan

dalam pemilihan lingkungan, berlanjut untuk meningkatkan kompetensi,

nilai-nilai dan minat-minat tersebut dalam waktu lama setelah faktor-faktor

yang mempengaruhi keputusan keyakinan telah memberikan pengaruh

awal.

Berdasarkan asumsi tersebut dinyatakan bahwa, efikasi diri dapat

dibentuk melalui proses kognitif, proses motivasi, proses afeksi dan proses

seleksi. Keempat proses tersebut menunjang dalam meningkatkan keyakinan

individu menjadi lebih baik, memantapkan keyakinan individu terhadap

kompetensinya serta meningkatkan kemantapan individu terhadap penguasaan

berbagai aktivitas luas yang tidak hanya pada domain tertentu saja.

4. Konsep Operasional Pelatihan Efikasi Diri

Pelatihan efikasi diri untuk menurunkan burnout pada perawat akan

diberikan berdasarkan konsep operasional pelatihan efikasi diri dengan

mengacu sumber-sumber efikasi diri yang dikemukakan oleh Bandura (1986),

yaitu pengalaman akan kesuksesan, pengalaman individu lain, persuasi verbal

dan kondisi fisiologis. Adapun hal-hal yang akan diajarkan meliputi:

a. Pengalaman sukses yang pernah dicapai individu pada masa lalu

Pengalaman akan kesuksesan merupakan sumber paling besar pengaruhnya

terhadap efikasi diri individu, karena didasarkan pada pengalaman otentik.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

36

Pengalaman akan kesuksesan menyebabkan efikasi diri individu meningkat,

sementara kegagalan yang berulang mengakibatkan menurunnya efikasi diri,

khususnya jika kegagalan terjadi ketika efikasi diri individu belum benar-

benar terbentuk secara kuat. Kegagalan juga dapat menurunkan efikasi diri,

apabila kegagalan tersebut tidak merefleksikan kurangnya usaha atau

pengaruh dari keadaan luar.

b. Pengalaman sukses melalui model sosial

Pengalaman individu lain adalah pengalaman yang diperoleh melalui model

sosial. Individu tidak tergantung pada pengalaman sendiri tentang kegagalan

dan kesuksesan sebagai sumber efikasi dirinya. Efikasi diri individu juga

dipengaruhi oleh pengalaman individu lain. Pengamatan individu akan

keberhasilan individu lain dalam bidang tertentu akan meningkatkan efikasi

diri individu tersebut pada bidang yang sama.

Efikasi diri individu akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang

lain, sebaliknya efikasi diri individu akan menurun apabila mengamati orang

yang memiliki kemampuan sama dengan diri individu ternyata mengalami

kegagalan. Jika figur yang diamati berbeda dengan diri individu, pengaruh

pengalaman figur tidak begitu besar. Sebaliknya, saat mengamati kegagalan

figur yang setara dengan dirinya, individu cenderung tidak mau melakukan

apa yang pernah gagal dilakukan figur yang diamati dalam jangka waktu

lama. Terdapat dua keadaan yang memungkinan efikasi diri individu mudah

dipengaruhi oleh pengalaman individu lain, yaitu kurangnya pemahaman

individu tentang kemampuan orang lain dan kurangnya pemahaman individu

akan kemampuan sendiri.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

37

c. Memberikan bujukan atau sugesti untuk percaya kepada diri sendiri

Peruasi verbal adalah bujukan atau sugesti untuk percaya bahwa individu

dapat mengatasi masalah-masalah yang akan dihadapi. Persuasi verbal ini

dapat mengarahkan individu untuk berusaha lebih gigih dalam mencapai

tujuan dan kesuksesan.

d. Mengenali kondisi fisiologis individu

Keadaan fisiologis adalah sebuah situasi yang menekan kondisi emosional.

Gejolak emosi, kegelisahan mendalam dan keadaan fisiologis memberikan

isyarat terjadinya suatu hal yang tidak diinginkan, sehingga situasi menekan

cenderung dihindari. Informasi keadaan fisik seperti jantung berdebar,

keringat dingin dan gemetar menjadi isyarat bagi individu bahwa situasi

yang dihadapi berada di atas kemampuan dirinya. Ketika individu merasa

fisiologisnya dalam kondisi tidak baik, individu dapat mengantisipasi

dengan melakukan relaksasi atau mendengarkan musik yang digemari. Hal

itu dapat membantu memperbaiki kondisi fisiologis menjadi lebih baik.

Keempat sumber efikasi diri menurut Bandura tersebut menjadi acuan

dalam pembuatan program pelatihan efikasi diri. Setiap sumbernya diharapkan

terwakili dalam beberapa sesi kegiatan pada rancangan modul pelatihan. Selain

itu, setiap sesi pelatihan diharapkan dapat menjadi media pembentukan efikasi

diri peserta secara optimal dan memenuhi proses psikologis yang dibutuhkan.

Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan pada pelatihan efikasi diri

ini, meliputi: pembukaan, pelaksanaan pelatihan, evaluasi pelatihan serta

penutup. Berikut ini adalah uraian setiap sesi pelatihan beserta tujuan yang

hendak dicapai, diantaranya:

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

38

1. Sesi Awal (Pembukaan dan Ice Breaking)

Sesi ini menekankan pada pengenalan antar peserta dan fasilitator

serta membangun motivasi peserta agar bersemangat mengikuti pelatihan

dengan memberikan permainan yang bertujuan menghilangkan ketegangan,

sehingga suasana menjadi cair dan para peserta lebih akrab.

2. Sesi I (Pengalaman akan kesuksesan)

Pada sesi ini akan diberikan materi aku mampu yang bertujuan

memberikan pengalaman keberhasilan yang pernah dicapai individu pada

masa lalu. Peserta diminta mengidentifikasi prestasi atau pengalaman sukses

yang pernah diraih selama hidup. Peserta akan diberikan pemahaman bahwa,

semakin sulit tugas, jika berhasil melakukan bisa membuat efikasi diri

semakin tinggi. Melalui kerja sendiri, bisa lebih meningkatkan efikasi diri

dibanding kerja kelompok dan dibantu orang lain.

3. Sesi II (Pengalaman individu lain)

Pada sesi ini akan diberikan materi modelling yang bertujuan

memberikan pengalaman keberhasilan yang diperoleh individu lain atau

melalui model sosial. Peserta diminta mencoba mengaplikasikan keterampilan

model peran dalam kehidupannya.

4. Sesi III (Persuasi verbal dan afirmasi diri)

Sesi ini bertujuan meningkatkan pemahaman peserta bahwa efikasi

diri dapat diperoleh dan diperkuat melalui persuasi verbal dari model peran

serta penetapan positif dari diri sendiri.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

39

5. Sesi IV (Keadaan fisiologis)

Pada sesi ini akan diberikan materi relaksasi dan mendengarkan lagu

serta melihat video clips. Sesi ini bertujuan memberikan pemahaman kepada

peserta bahwa peserta harus mampu mengenali kondisi fisiologis dan

mengontrol emosi yang sedang dimilikinya. Keadaan fisiologis berupa emosi

yang kuat, takut, cemas dan stres dapat mengurangi efikasi diri. Oleh karena

itu, relaksasi diharapkan dapat menjadi mediator pengontrol perasaan cemas,

takur dan stress, hingga pada akhirnya efikasi diri menjadi meningkat.

6. Sesi Evaluasi

Sesi ini bertujuan melihat sejauhmana pemahaman para peserta

terhadap materi yang diberikan, kondisi peserta selama pelatihan, kondisi

trainer atau fasilitator terkait penguasaan dan penyampaian materi pelatihan

serta cara interaksi dengan peserta. Evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui

kondisi secara umum yang meliputi fasilitas pelatihan, kenyamanan ruang

pelatihan, kesiapan alat yang digunakan serta proses pelatihan secara

menyeluruh.

7. Sesi Penutup

Pada sesi ini akan diberikan hadiah bagi peserta paling aktif sekaligus

menutup rangkaian acara pelatihan efikasi diri.

Berdasarkan uraian di atas, sumber efikasi diri melalui pengalaman

akan kesuksesan disampaikan pada sesi 1 dan 2, sedangkan sumber efikasi diri

melalui pengalaman individu lain disampaikan pada sesi 2 dan 3. Sementara

itu, sumber efikasi diri melalui persuasi verbal dan afirmasi diri serta kondisi

fisiologis disampaikan pada sesi 4. Gambaran mengenai hubungan setiap sesi

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

40

pelatihan dengan sumber efikasi diri terangkum dalam bagan alur logika

pelatihan efikasi diri berikut ini:

Gambar 1.

Bagan Alur Logika Pelatihan Efikasi Diri

C. Pelatihan Efikasi Diri untuk Menurunkan Burnout pada Perawat

Perawat sebagai ujung tombak rumah sakit memiliki peran sangat penting,

mengingat perawat adalah bagian tenaga paramedik yang memberikan perawatan

kepada pasien secara langsung dan intensif. Secara universal, perawat berada pada

garis depan untuk memberikan perawatan tanpa henti pada pasien, bahkan lebih

banyak daripada yang diberikan oleh dokter (Glazer & Beehr, 2002). Perawat

selalu berhadapan dengan hal-hal monoton dan rutin, ruang kerja sumpek bagi

yang bertugas di bangsal, harus berhati-hati menangani peralatan di ruang operasi,

hingga bertindak cepat namun tepat dalam menangani penderita yang masuk Unit

Gawat Darurat (Santosa, dalam Hadi, 1987).

Selama menjalani pekerjaan, perawat sering menghadapi pasien yang

bermasalah, dituntut untuk selalu membantu, memperhatikan dan peka terhadap

SESI II

SESI III

SESI IV

SESI I Pengalaman akan kesuksesan

Pengalaman individu lain

Persuasi verbal dan afirmasi diri

Keadaan fisiologis

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

41

kebutuhan pasien. Hal itu disebabkan, hubungan yang terjadi antara pemberi dan

penerima pelayanan merupakan hubungan asimetris (Maslach, 1993). Berhadapan

terus menerus dengan hal-hal seperti itu membuat perawat semakin rentan

mengalami burnout (Maslach, 1982).

Burnout yang merupakan sikap menarik diri secara psikologis dari

pekerjaan sebagai reaksi atas stres dan ketidakpuasan terhadap situasi kerja

berlebihan atau berkepanjangan menurut Cherniss (1980), merupakan suatu

keadaan yang tidak dapat dihindari oleh perawat dalam menjalankan tugasnya

sebagai pelayan kesehatan. Kondisi stres dimungkinkan terjadi karena adanya

tekanan hidup yang dialami perawat, baik bersumber dari permasalahan

kehidupan maupun masalah pekerjaan. Menurut Fakhsianoor & Dewi (2014),

kondisi stres pada perawat yang tergolong tinggi akan memudahkan munculnya

burnout pada perawat. Berawal dari tekanan pekerjaan kemudian berkembang

menjadi stres berkepanjangan pemicu burnout, disinyalir dapat mempengaruhi

kondisi psikologis perawat, dimana akan muncul sikap negatif, sinisme, frustrasi,

perasaan ditolak dan gagal (Mc Ghee, dalam Irawati, 2002).

Menurut Bandura (1997) semua proses perubahan psikologis dalam diri

individu sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya efikasi diri dan efikasi diri ini

berpengaruh besar terhadap perilaku individu. Efikasi diri akan tampak pada

tindakan yang dipilih ketika dihadapkan pada situasi tertentu, dalam pola pikir

serta reaksi emosional yang dimunculkan. Individu yang memiliki efikasi diri

tinggi, pada saat menghadapi situasi menekan akan berusaha lebih keras dan

bertahan lama serta lebih aktif dalam berusaha daripada individu yang mempunyai

efikasi diri rendah (Bandura, 1986).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

42

Dalam situasi sulit, individu dengan efikasi diri rendah cenderung mudah

menyerah, lari dari tanggung jawab dan tidak berani menghadapi tantangan.

Individu menganggap, bahwa pada dasarnya tidak mampu mengerjakan segala

sesuatu yang ada di sekitarnya (Judge & Erez, dalam Ghufron, 2010). Hal itu

bertolak belakang dengan individu yang memiliki efikasi diri tinggi, dimana

individu percaya bahwa individu mampu melakukan sesuatu untuk mengubah

kejadian-kejadian di sekitarnya (Ghufron, 2010). Ketika individu memiliki efikasi

diri tinggi, cenderung akan berupaya melakukan tugas atau tindakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan dan berusaha beradaptasi dengan berbagai

rintangan (Bandura, 1986). Efikasi diri pada kehidupan sehari-hari akan tampak

pada tindakan yang dipilih, jika dihadapkan pada situasi tertentu, dalam pola pikir

serta reaksi emosional yang dimunculkan (Schaufeli & Buunk, 1996).

Alwisol (2009) menyatakan, efikasi diri dapat diperoleh, diubah dan

ditingkatkan melalui salah satu atau kombinasi empat sumber efikasi diri

sebagaimana yang diungkapkan oleh Bandura (1986), yakni pengalaman akan

kesuksesan, pengalaman individu lain, persuasi verbal dan kondisi fisiologis

individu. Pengalaman akan kesuksesan diharapkan dapat memberi pengaruh kuat

dalam diri perawat, sehingga efikasi diri meningkat dan perawat lebih struggle

dalam menjalani hidup. Pengalaman otentik akan kesuksesan berupa pencapaian

prestasi masa lalu dapat membantu meningkatkan efikasi diri perawat, bilamana

efikasi diri sudah terbentuk secara kuat. Menurut Bandura (1997), performa yang

berhasil akan meningkatkan ekspektasi mengenai kemampuan dan meningkatkan

efikasi diri secara proporsional dengan kesulitan dari tugas tersebut.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

43

Pengalaman individu lain atau model sosial sebagai salah satu sumber

efikasi diri, diharapkan turut berperan dalam pembentukan efikasi diri. Efikasi diri

akan meningkat saat individu mengobservasi pencapaian individu lain yang

mempunyai kompetensi setara (Bandura, 1997). Sementara itu, persuasi verbal

berupa bujukan ataupun sugesti agar individu percaya bahwa dirinya mampu

mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam hidup, diharapkan dapat

memberi pengaruh besar terhadap efikasi diri. Pengaruh sumber ini cukup

terbatas, tetapi di bawah kondisi yang tepat, persuasi dari orang lain dapat

meningkatkan efikasi diri (Bandura, 1997).

Meningkatkan efikasi diri melalui persuasi verbal bisa menjadi efektif,

jika kegiatan yang ingin didukung untuk dicoba berada dalam jangkauan perilaku

individu. Bandura (1986) berhipotesis bahwa, daya yang lebih efektif dari sugesti

berhubungan langsung dengan status dan otoritas yang dipersepsikan individu

pelaku persuasi. Persuasi verbal ini dimungkinkan dapat mengarahkan individu

untuk berusaha lebih gigih dalam mencapai tujuan maupun kesuksesan.

Adapun kondisi fisiologis dan emosional seseorang merupakan sumber

terakhir dari efikasi diri (Bandura, 1997). Sumber efikasi diri terkait keadaan

fisiologis berupa situasi yang menekan kondisi emosional ini akan berpengaruh

kuat terhadap efikasi diri. Hal tersebut dikarenakan, pada kondisi tertentu,

keadaan fisiologis berupa peningkatan emosi yang tidak berlebihan, disinyalir

akan mampu meningkatkan efikasi diri individu.

Merujuk pada sumber efikasi diri yang dikemukakan Bandura, dapat

diasumsikan bahwa, keempat sumber efikasi diri tersebut mampu membantu

perawat meningkatkan efikasi diri yang dimiliki. Ketika perawat memiliki efikasi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

44

diri tinggi, perawat diharapkan mampu mengelola burnout dengan baik, perawat

akan sanggup melakukan semua tugas tanpa melihat kesulitan yang dihadapi.

Perawat tidak akan menghindari tugas yang diberikan dan selalu yakin memiliki

jalan keluar dalam setiap kesulitan, sehingga tekanan mental yang berakibat

kelelahan emosi serta fisik dapat diminimalisir. Namun sebaliknya, jika perawat

memiliki efikasi diri rendah, maka kecenderungan stres berkepanjangan pemicu

burnout akan mudah muncul. Efikasi diri yang tinggi membantu individu

mengatasi berbagai tekanan dan hambatan serta dapat meminimalisir burnout

(Maharani, 2011).

Sebuah fakta menunjukkan, pelatihan efikasi diri berhasil meningkatkan

jumlah penganggur memperoleh pekerjaan melalui pelatihan efikasi diri (Eden &

Aviram, 1993). Hal itu membuktikan. peningkatan efikasi diri membantu individu

mengendalikan situasi menekan yang dihadapi secara lebih efektif, sehingga

performansinya meningkat setelah mengikuti pelatihan efikasi diri. Menggaris

bawahi apa yang dikatakan Eden & Aviram (1993), peneliti mencoba

mensinergikan dengan pendapat Bandura (1997), bahwa individu yang memiliki

efikasi diri tinggi mempunyai keyakinan mampu berperilaku tertentu untuk dapat

mencapai hasil yang diinginkan. Individu dengan efikasi diri tinggi akan lebih giat

dan tekun dalam berusaha maupun saat mengatasi kesulitan. Sebaliknya, individu

yang memiliki efikasi diri rendah, cenderung mengurangi usaha atau menyerah

ketika dihadapkan pada suatu permasalahan.

Jika keempat sumber efikasi diri tersebut dapat berpengaruh secara

signifikan terhadap efikasi diri perawat melalui pelatihan efikasi diri, tidak

mustahil perawat akan memiliki keyakinan yang mantap dan efikasi diri semakin

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

45

meningkat. Perawat akan mampu melakukan segala sesuatu untuk mencapai hasil

atau tujuan dengan mudah dan harapan terhadap hasil yang diterima cenderung

positif. Perawat akan lebih yakin dalam melakukan tugas-tugas keperawatan,

hingga pekerjaan yang dirasa sulit dan melampaui batas kemampuan tidak harus

dihindari, tetapi dapat dihadapi dengan bijak serta kemantapan hati. Hal tersebut

akan memudahkan perawat dalam membentuk tujuan dan menetapkan target yang

lebih tinggi, bahkan tidak menutup kemungkinan berimplikasi terhadap

penurunan burnout yang biasa dialami karena tuntutan pekerjaan sebagai seorang

pelayan kesehatan.

Beberapa tahapan proses dapat dilakukan dalam upaya meningkatkan dan

membentuk efikasi diri melalui pelatihan sebagaimana yang dikemukakan

Bandura (1997), yaitu: proses kognitif, proses motivasi, proses afeksi dan proses

seleksi. Pengaruh efikasi diri yang kuat pada proses kognitif individu sangat

mempengaruhi tujuan pribadi individu. Semakin kuat efikasi diri, maka akan

semakin tinggi tujuan yang ditetapkan individu. Penguatan efikasi diri tersebut

berasal dari komitmen individu terhadap tujuan yang hendak dicapai. Individu

yang memiliki efikasi diri kuat akan menyiapkan langkah-langkah antisipasi jika

usaha pertama gagal dilakukan.

Pada proses motivasi, individu akan memotivasi diri sendiri dan menuntun

tindakan-tindakan yang dilakukan menggunakan pemikiran-pemikiran tentang

masa depan, sehingga individu akan membentuk kepercayaan mengenai apa yang

dapat dilakukan. Individu yang memiliki keyakinan kuat terhadap kemampuan

diri akan melakukan usaha lebih besar ketika gagal menghadapi tantangan. Akan

tetapi, individu yang ragu terhadap kemampuan diri akan lebih cepat mengurangi

usaha-usaha yang dilakukan saat menghadapi kesulitan.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

46

Dalam efikasi diri individu juga terdapat proses afeksi, dimana terdapat

kemampuan coping untuk mengatasi stres dan depresi yang dialami pada situasi

sulit serta menekan. Individu yang memikirkan ketidakmampuan coping dalam

diri dan memandang banyak aspek lingkungan sekitar sebagai situasi mengancam

penuh bahaya, hanya akan membesar-besarkan ancaman dan mudah merasa

khawatir terhadap sesuatu hal yang akan terjadi.

Sementara itu, proses seleksi sebagai upaya meningkatkan efikasi diri

individu melalui pelatihan akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau tujuan

individu. Individu cenderung menghindari situasi yang diyakini telah melampaui

batas kemampuan coping dalam dirinya, namun individu telah siap melakukan

aktivitas menantang dan memilih situasi yang dinilai mampu untuk diatasi.

Mensinyalir adanya pengaruh pelatihan efikasi diri untuk menurunkan

burnout pada perawat, peneliti mencoba mengkorelasikan dengan penelitian

eksperimen yang telah dilakukan oleh Dewi (2014) tentang Pengaruh Pelatihan

Efikasi Diri sebagai Pendidik terhadap Penurunan Burnout pada Guru di Sekolah

Inklusi. Hasil penelitian menunjukkan, adanya pengaruh pelatihan efikasi diri

sebagai pendidik terhadap penurunan burnout pada guru di sekolah inklusi,

dimana guru yang diberikan pelatihan efikasi diri sebagai pendidik memiliki

tingkat burnout lebih rendah dibandingkan guru yang tidak diberikan pelatihan

efikasi diri.

Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terbukti bahwa

pelatihan efikasi diri cukup efektif untuk memberikan pengaruh baik pada subjek

penelitian. Pelatihan efikasi diri disinyalir mampu memberikan andil dalam

menurunkan burnout bagi subjek penelitian. Selanjutnya, peneliti akan mencoba

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

47

mengkaji lebih dalam tentang kebenaran hal tersebut melalui penelitian tentang

pengaruh pelatihan efikasi diri untuk menurunkan burnout pada perawat.

Gambar 2.

Alur Pelatihan Efikasi Diri Dapat Menurunkan Burnout

D. Landasan Teori

Dalam teorinya, Albert Bandura menekankan dua hal penting yang sangat

mempengaruhi perilaku manusia yaitu pembelajaran observasional (modelling)

yang lebih dikenal dengan teori pembelajaran sosial dan regulasi diri. Teori ini

Pelatihan Efikasi Diri

Pengalaman

kesuksesan

Pengalaman

individu lain

Persuasi

verbal

Keadaan

fisiologis

Efikasi diri meningkat

Proses kognitif Proses motivasi Proses afeksi Proses seleksi

Burnout rendah

Kelelahan emosi menurun

Kelelahan fisik menurun

Kelelahan mental menurun

Pencapaian diri rendah meningkat

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

48

menjelaskan mengenai hubungan antara tingkah laku, person atau kognitif dan

lingkungan, dimana individu berada.

Menurut teori pembelajaran sosial Bandura ini, ketiga aspek tersebut

saling mempengaruhi dalam membentuk sikap individu. Lingkungan bukan

merupakan faktor utama dalam membentuk perilaku individu, namun merupakan

faktor yang penting untuk mengarahkan dan mempengaruhi individu dalam

membentuk perilaku. Lingkungan memberikan pengarahan terhadap perilaku

individu dengan memberikan konsekuensi pada setiap perilaku yang dilakukan.

Kognitif dan persepsi yang dimiliki individu merupakan faktor yang menjadi

suatu acuan bagi individu dalam membentuk perilaku dengan kesadaran akan

konsekuensi yang diakibatkan dari perilakunya tersebut.

Dalam model ini, faktor person (kognitif) memainkan peranan sangat

penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan oleh Bandura adalah efikasi

diri. Bandura mendefinisikan efikasi diri sebagai sebuah keyakinan tentang

sejauhmana individu memperkirakan kemampuan dalam melaksanakan suatu

tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu hasil. Efikasi diri juga

berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses. Individu dengan efikasi

diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalah dan tidak akan

menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang digunakan itu tidak

berhasil. Menurut Bandura, individu yang memiliki efikasi diri tinggi akan sangat

mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak merasa ragu, karena individu

memiliki kepercayaan penuh dengan kemampuan dirinya. Individu ini menurut

Bandura, akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

49

Efikasi diri dapat dikelola, dilatih dan dikembangkan melalui berbagai

macam intervensi, salah satunya adalah pelatihan. Pelatihan efikasi diri bertujuan

menguatkan sisi kognitif dengan cara persepsi yang pada awalnya adalah

ketidakmampuan terhadap diri sendiri menjadi yakin dan mampu untuk

mengorganisasikan dan mengambil tindakan yang dibutuhkan dalam mengatasi

setiap situasi maupun permasalahan yang dihadapi. Pelatihan dalam sesi

pengalaman akan kesuksesan bertujuan memberikan pengalaman keberhasilan

yang pernah dicapai individu pada masa lalu. Sesi pengalaman individu lain

menjadi cara bagi individu untuk belajar mengamati keberhasilan individu lain di

lingkungan sekitarnya. Sesi persuasi verbal bertujuan menguatkan keyakinan

individu bahwa individu mampu melakukan tugas yang sedang dijalani. Sesi

kondisi fisiologis dengan pemberian relaksasi bertujuan agar individu dapat

mengontrol emosi, sehingga efikasi diri dapat meningkat.

Dewi (2014) mengutarakan bahwa pelatihan efikasi diri dapat mengubah

persepsi ketidakmampuan terhadap diri sendiri menjadi yakin dan mampu untuk

mengorganisasikan dan mengambil tindakan yang dibutuhkan dalam mengatasi

setiap situasi maupun permasalahan yang dihadapi, sehingga kelelahan fisik,

kelelahan emosi, pencapaian diri yang rendah dan sikap kurang menghargai orang

lain dapat menurun.

Ketika individu memiliki efikasi diri yang tinggi, individu akan mampu

melakukan tugas untuk mencapai tujuan. Individu akan mampu meraih hal

tersebut tanpa kesulitan berarti. Individu cenderung memiliki banyak cara atau ide

ketika menghadapi kesulitan dan berupaya keluar dari masalah yang dihadapi.

Perilaku yang ditunjukkan individu menjadi lebih positif, individu merasa yakin

dan mantap dalam melaksanakan tugas, berani menghadapi tantangan maupun

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

50

kesulitan, terhindar dari perasaan tidak berdaya, tidak mudah menyerah oleh

keadaan, memiliki mental dan fisik yang kuat, selalu memiliki pandangan positif

dan menghargai orang lain dan mampu berprestasi dalam berbagai bidang serta

mampu mengelola tekanan-tekanan pekerjaan yang berakibat burnout. Hal

tersebut akan berefek terhadap lingkungan sekitar individu, dimana reaksi yang

ditunjukkan lingkungan secara otomatis menjadi positif, suasana kerja yang

sumpek dan mudah memancing emosi atau stres, menjadi terasa nyaman dan lebih

kondusif.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, teori pembelajaran sosial

(social learning theory) dari Bandura didasarkan pada reciprocal determinism

(determinis resiprokal atau konsep saling mempengaruhi), beyond reinforcement

(tanpa penguatan eksternal) dan self-regulation and cognition (pengaturan diri dan

kognisi).

E. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis yang dapat diajukan

dalam penelitian ini ada 2. Hipotesis pertama adalah ada perbedaan burnout

setelah diberikan pelatihan efikasi diri pada kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Artinya, perawat yang diberikan pelatihan efikasi diri memiliki tingkat

burnout lebih rendah dibandingkan perawat yang tidak diberikan pelatihan efikasi

diri. Hipotesis kedua, yaitu ada perbedaan burnout pada kelompok eksperimen

sebelum dan setelah diberikan pelatihan efikasi diri. Artinya, tingkat burnout

perawat menjadi lebih rendah setelah diberikan pelatihan efikasi diri

dibandingkan sebelum diberi pelatihan efikasi diri.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnouteprints.mercubuana-yogya.ac.id/4054/2/BAB II .pdf · 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Burnout 1. Pengertian Burnout pada Perawat Istilah burnout pertamakali

51