bab ii tinjauan pustaka a. definisi kecemasanrepository.ump.ac.id/3603/3/adi kusuma yudha bab...
TRANSCRIPT
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kecemasan
Kecemasan atau dalam Bahasa Ingris anxiety berasal dari Bahasa Latin
angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Trismiati,
2004).
Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan
dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam
mengatasi permasalahan (Asmadi, 2008). Suliswati (2005) mengatakan bahwa
kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan
adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan
penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu
dan tidak berdaya.
Kecemasan adalah keadaan dimana seseorang mengalami perasaan
gelisah atau cemas dan aktivitas sistem saraf outonom dalam berespon
terhadap ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik (Carpenito, 2000).
Kecemasan adalah perasaaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman atau takut atau
mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti
mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Kecemasan tidak ada objek
yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus kecemasan. Kecemasan merupakan
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
13
alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu
(Videbeck, 2008).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan pengertian dari
kecemasan adalah keadaan dimana seorang mahasiswa mengalami khawatir
dan gelisah dalam merespon ancaman yang tidak jelas dan tidak spesifik yang
dihubungkan dengan perasaan tidak menentu.
B. Teori Kecemasan
Menurut Stuart (2006) ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai
kecemasan. Teori tersebut antara lain:
a. Teori psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yangterjadi
antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya
seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan
ego bahwa ada bahaya.
b. Teori interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga
diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
c. Teori prilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi. yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
14
yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai
suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri
untuk menghindari kepedihan.
d. Teori keluarga menunjukkan bahwa ganguan kecemasan biasanya terjadi
dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara
gangguan kecemasan dan depresi.
e. Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam
gama-aminobitirat (GABA), yang berperan penting dalam biologis yang
berhubungan dengan kecemasan.
C. Cemas yang dialami mahasiswa dalam menyusun skripsi
Skripsi adalah sarana karya ilmiah yang berbentuk tulisan untuk
diajukan tentang penelitian yang akan diteliti. Skripsi adalah karya ilmiah
yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis
diperguruan tinggi (Poerwadarminta, 1983). Mahasiswa yang sedang
menyusun skripsi melakukan proses belajar secara individual. Kondisi
tersebut sangat berbeda dengan kondisi dimana mahasiswa masih melakukan
kegiatan perkuliahan dan mengerjakan tugas-tugas mata kuliah biasa.
Mahasiswa yang sedang menyusun skripsi mengalami cemas ketika
mahasiswa merasakan ketidakmampuan dalam menghadapi permasalahan-
permasalahan atau masalah yang ada ketika menysusun skripsi.
Cemas yang dialami mahasiswa adalah suatu tuntutan yang diterima
oleh mahasiswa dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
15
kampus dan salah satu stresor terberat ataupun sumber kecemasan terberat
bagi mahasiswa adalah menyusun skripsi, selain itu cemas yang dialami
mahasiswa bisa berupa masalah kehidupan sehari-hari sebagai anak kos yang
jauh dari orang tua, keuangan dan sebagainya yang tidak terhindar dari
kehidupan mahasiswa. Tuntutan tersebut adalah sebagai sarana untuk lebih
mandiri dan mampu mengambil keputusan sendiri, karena mahasiswa adalah
manusia dalam masa dewasa muda. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya
tenggung jawab baru yang harus dihadapi oleh mahasiswa, contohnya adalah
dalam menyusun skripsi yang sudah ditentukan batas temponya.
Skripsi merupakan tugas mahasiswa tingkat akhir yang membuat
cemas, banyak mahasiswa yang terbebani oleh skripsi demikian pula
mahasiswa keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Tidak sedikit mahasiswa yang mengalami cemas
dalam pembuatan skripsi dan akhirnya lama dan tertunda. Hal ini disebabkan
oleh banyak faktor seperti lama dalam mencari judul skripsi, kesulitan dalam
mencari literature, sulitnya menemui dosen pembimbing, kesalahan dalam
mengetik, mengulangi revisi proposal yang akhirnya membuat mahasiswa
tersebut semakin putus asa dan malas untuk membuat skripsi. Kecemasan
yang dialami mahasiswa sendiri dapat menjadi sebuah motivasi yang
dibutuhkan oleh mahasiwa untuk bergerak dan menjadi suatu energy kuat
yang dapat digunakan secara efektif.
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
16
D. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan
Menurut Suliswati, 2005 ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu:
a. Faktor predisposisi yang meliputi:
1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap
konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak
dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
17
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat
menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang
mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab
menghasilkan kecemasan.
b. Faktor presipitasi meliputi:
1) Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi:
a) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi system
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal.
b) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak
adekuatnya tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a) Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan
interpersonal di rumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap
peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social
budaya
Faktor yang mempengaruhi kecemasan seorang mahasiswa yang
sedang menyusun skripsi salah satunya adalah karena mereka merasa frustasi
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
18
ketika bimbingan dengan pembimbing merasa gagal dan salah terus sehingga
mereka merasa putus asa dan tidak percaya diri untuk dapat menyusun skripsi
lebih lanjut. Hal ini juga membuat seorang mahasiswa merasa takut untuk
bimbingan dengan dosen pembimbing karena mereka merasa khawatir tidak
bisa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pembimbing ketika bimbingan.
E. Gejala-Gejala Kecemasan
Menurut Stuart (2006), respon/gejala kecemasan ditandai pada empat
aspek, yaitu:
a. Respon fisiologi terhadap kecemasan meliputi gangguan jantung berdebar,
tekanan darah meninggi, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun,
denyut nadi menurun, napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas
dangkal, pembengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik, terengah-engah,
reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor,
rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang
janggal, kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pada
abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare, tidak dapat menahan
kencing sering berkemih, wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa
panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
b. Respon prilaku: Gelisah, ketegangan, tremor, gugup, bicara cepat, kurang
koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan
interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah, menghindari,
hiperventilasi.
c. Kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, bidang persepsi
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
19
menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat
waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut kehilangan
kontrol, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian.
d. Afektif: Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus, ketakutan,
terror, gugup, gelisah.
Linayaningsih (2007) menambahkan dalam penelitianya menyatakan
bahwa gejala yang dialami oleh mahasiswa yang cemas sedang menghadapi
skripsi yaitu gejala yang bersfat psikis antara lain merasa takut, tidak bisa
memusatkan perhatian, rendah diri, hilang kepercayaan diri dll. Kecemasan pada
mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi muncul karena mereka merasa
apakah mereka mampu untuk mengerajakan skripsi dengan lancar dan tepat
waktu. Banyak dari mahasiswa yang merasa takut untuk bertemu dengan dosen
pembimbing skripsi mereka karena kurang percaya diri ketika ditanya tidak bias
menjawab sehingga menyebabkan mahasiswa terhambat dalam penyusunan
skripsi.
F. Cara Mengukur Kecemasan
Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang apakah
ringan, sedang, berat dan berat sekali, menggunakan alat ukur (instrument)
yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A), pada
penelitian ini berbentuk kuesioner. HRSA merupakan skala kecemasan yang
sederhana, praktis, mudah, standar, dan diterima secara internasional. Pada
prinsipnya penilaian dengan HRS-A terdiri dari 14 kelompok gejala yang
masing-masing kelompok dirinci dengan gejala-gejala yang lebih spesifik.
Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian antara 0-4, yang artinya
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
20
adalah nilai 0: tidak ada gejala, 1: gejala ringan, 2: gejala sedang, 3: gejala
berat, 4: gejala berat sekali. Masing-masing nilai angka (score) dari 14
kelompok tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat
diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu kurang dari 14 tidak ada
kecemasan, skor 14-20 kecemasan ringan, skor 21-27 kecemasan sedang, skor
28-41 kecemasan berat, dan skor 42-56 kecemasan berat sekali (Hidayat,
2008).
G. Tingkat Kecemasan
Menurut Asmadi (2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami
individu yaitu ringan, sedang, berat, dan panik. Tiap tingkatan kecemasan
mempunyai karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain.
Manifestasi kecemasan yang terjadi bergantung pada kematangan pribadi,
pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri, dan mekanisme
koping yang digunakannya.
a. Ansietas ringan : berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-
hari. Kewaspadaan meningkat. Persepsi terhadap lingkungan meningkat.
Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreativitas.
Respon fisiologi : sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir
bergetar. Respon kognitif: mampu menerima rangsangan yang kompleks,
konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan
terangsang untuk melakuakn tindakan. Respon perilaku dan emosi : tidak
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
21
dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, dan suara kadang- kadang
meninggi.
b. Ansietas sedang : respon fisiologi: sering napas pendek, nadi ekstra sistol dan
tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit
kepala, sering berkemih, dan letih. Respon kognitif : memusatkan
perhatiannya pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, lapang
persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima. Respon
perilaku dan emosi : gerakan tersentak- sentak, terlihat lebih tegang, bicara
banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman.
c. Ansietas berat : individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan
mengabaikan hal yang lain. Respon fisiologi : napas pendek, nadi dan tekanan
darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut, serta tampak
tegang. Respon kognitif : tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan
banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang persepsi menyempit. Respon
perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi
terganggu.
d. Panik : respon fisiologi napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada,
pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik. Respon kognitif :
gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan
mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi. Respon perilaku
dan emosi: agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak- teriak,
kehilangan kendali/kontrol diri, perasaan terancam, serta dapat berbuat
sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain.
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
22
H. Dampak Kecemasan
Yustinus Semiun (2006) membagi beberapa dampak dari kecemasan
kedalam beberapa simtom, antara lain :
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya
hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang
tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan
dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada
individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin
terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real yang
ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan
akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motor
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang,
gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari
kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara
tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang
tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari
apa saja yang dirasanya mengancam.
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
23
I. Mekanisme Koping (Coping)
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dari perubahan, serta respon
terhadap situasi yang mengancam (Kelliat, 1999).
Menurut Suliswati dkk (2005) dan Stuart (1998), individu dapat
menanggulangi stres dan kecemasan dengan menggunakan sumber koping
dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan interpersonal. Sumber
tersebut adalah aset ekonomi, kemampuan memecahakan masalah, dukungan
sosial, dan keyakinan budaya. Dengan sumber tersebut individu dapat
mengambil strategi koping yang efektif. Apabila individu sedang mengalami
kecemasan ia akan mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan
kecemasan dengan mengembangkan pola koping. Pada kecemasan ringan,
mekanisme koping yang digunakan yaitu menangis, tidur, makan, tertawa,
berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan
orang lain, membatasi diri dengan orang lain. Mekanisme koping untuk
mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik ada dua yaitu:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari, dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan
situasi stres denagan cara perilaku menyerang, perilaku menarik diri,
perilaku kompromi.
b. Mekanisme pertahanan ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam
mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi
diri sendiri.
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
24
Menurut Kozier (2004) mekanisme koping dapat dibedakan menjadi 2
yaitu:
1. Mekanisme coping berfokus pada masalah (problem focus coping),
meliputi usaha untuk memperbaiki suatu situasi dengan membuat
perubahan atau mengambil beberapa tindakandan usaha segera untuk
mengatasi ancaman pada dirinya. Contohnya : negosiasi, konfrontasi dan
meminta nasehat.
2. Mekanisme coping berfokus pada emosi (emotional focused coping),
meliputi usaha-usaha dan gagasan untuk mengurangi distress emosional.
Mekanisme coping berfokus pada emosi tidak memperbaiki situasi tetapi
seseorang sering merasa lebih baik.
Sedangkan metode koping menurut Folkman & Lazarus; Folkman at
all, dalam afidarti (2006) adalah :
1. Planfull problem solving (problem-focused)
Individu berusaha menganalisa situasi dan memperoleh solusi dan
kemudian mengambil tindakan langsung untuk menyelesaikan masalah.
2. Confrontative coping (problem-focused)
Individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan kemarahan
dan mengambil resiko untuk merubah situasi.
3. Seeking social support (problem or emotion-focused)
Usaha individu untuk memperoleh dukungan emosional atau dukungan
informasional.
4. Distancing (emotion-focused)
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
25
Usaha kognitif untuk menjauhkan diri sendiri dari situasi atau menciptakan
pandangan yang positif terhadap masalah yang dihadapi.
5. Escape-Avoidanceting (emosion-focused)
Menghindari masalah dengan cara berkhayal atau berfikir dengan penuh
harapan tentang situasi yang dihadapi atau mengambil tindakan untuk
menjauhi masalah yang dihadapi.
6. Self control (emotion-focused)
Usaha indvidu untuk menyesuaikan diri dengan perasaan ataupun tindakan
dalam hubunganya dengan masalah.
7. Accepting responcbility (emotion-focused)
Mengakui peran diri sendiri dalam masalah dan berusaha untuk
memperbaikinya.
8. Positive reappraisal (emotion-focused)
Usaha individu untuk menciptakan diri yang positif dari situasi yang
dihadapi.
J. Penggunaan media online: Facebook sebagai koping kecemasan
Ada beberapa jenis koping yang digunakan mahasiswa dalam
mengurangi kadar kecemasan pembuatan skripsi, salah satunya yaitu coping
positif maupun coping negative, dalam hal ini coping kecemasan dengan
mengalihkan pada penggunaan media online: Facebook. Seiring dengan
berjalanya kemajuan teknologi yang berkaitan dengan Internet banyak sekali
media online yang menampilkan fitur-fitur untuk berhubungan dengan orang
lain seperti twiter, skype, google, dan yang paling banyak diminati adalah
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
26
Facebook. Facebook merupakan situs jejaring sosial yang diciptakan oleh
Mark Zuckerberg (saat itu mahasiswa semester II Harvard university) pada
tahun 2004. Facebook adalah layanan jaringan sosial dan situs web, agar
semua orang bisa membuat profil pribadi yang bertujuan mencari teman,
keluarga yang tidak pernah kita jumpai atau bertemu. Facebook juga
menambahkan pengguna lain sebagai teman dan bertukar pesan dan
pemikiran. Pengguna dapat bergabung dengan group pengguna yang memiiki
tujuan tertentu, diurutkan berdasarkan tempat kerja, sekolah, perguruan tinggi,
ataupun kerakteristik lainya Facebook berfungsi untuk menjalin komunikasi
antar individu, baik teman, kerabat, keluarga maupun orang-orang yang
sekiranya berhubungan didalamnya.
1. Penggunaan Facebook sebagai coping mengatasi masalah
Didalam Facebook terdapat bagian atau area menulis untuk
mengungkapkan perasaan pengguna atau pemilik akun Facebook tesebut
yang biasa disebut “status”. Saat pemilik akun Facebook membuat status,
itulah isi hati atau emosi yang dikeluarkan dari pemilik akun Facebook
tersebut (Marulitua, 2010). Hal ini sesuai dengan pernyataan yang
diungkapkan Yulaehah (2012) bahwa status Facebook biasanya berupa
ungkapan perasaan hati penggunanya, baik itu berupa ungkapan
kebahagiaan, kesedihan, kekesalan, gurauan atau berupa berita yang ingin
disampaikan dengan kerabat atau pengguna Facebok yang lain. Status
Facebook menunjukan informasi atau keadaan terakhir dari pemilik akun
yang menulis status tersebut, dengan tujuan orang lain mengetahui
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
27
keadaan pembuat status. Dengan menulis status di Facebook mahasiswa
juga berharap akan mendapatkan suatu pemecahan masalah yang sedang
dialami atau dirasakanya selama menyusun skripsi.
Pemilik akun Facebook dapat memperbaharui atau mengupdate
status tanpa dibatasi waktu dan ada pula yang menarik adalah dengan
adanya status tersebut akan menciptakan komunikasi yang
menghubungkan anatar para penggunanya. Dalam hal ini yang
berkomunikasi dengan pemilik status adalah pengomentar status. Adapun
yang dinamakan pengomentar yaitu seseorang yang mengomentari status
Facebook seseorang, sehingga akan memunculkan umpan balik dari
pengguna Facebook kepada status milik penulis status. Dengan kata lain
pada penggunaan media online: Facebook ini manghasilkan komunikasi
antar pengguna Facebook yang terdiri dari keluarga, dosen teman, sahabat
jauh maupun kerabat yang sama-sama menggunakan Facebook.
Seperti halnya pernyataan dari Kozier (2004) mekanisme koping
terdiri dari dua macam yaitu mekanisme coping berfokus pada masalah
(problem focus coping) yaitu usaha memperbaiki situasi dengan membuat
perubahan dengan contoh meminta nasehat. Berhubungan dengan
penggunaan media sosial: Facebook adalah didalam Facebook kita bisa
membuat status dan meminta nasehat maupun masukan kepada pengguna
Facebook yang lain, seperti keluarga, dosen, teman dan yang lainya untuk
berkomentar dan memberikan nasehat maupun masukan untuk membantu
mengurangi kendala saat membuat skripsi. Didalam Facebook juga bisa
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
28
berkomunikasi dengan pengguna lain bercerita masalah dalam penyusunan
skripsi, meminta alamat webset untuk penambahan literatur (seperti alamat
jurnal, data-data statistis mengenai permasalahan terkait dalam
penyusunan statustik, perputakaan online dll.), bersenda gurau, dan yang
lainya. Hal ini menunjukan bahwa Facebook dapat dijadikan sebagai
mekanisme koping untuk mengatasi masalah yang meliputi usaha-usaha
untuk mengurangi disstres emosional, walaupun koping ini tidak
memperbaiki situasi, tetapi koping ini efektif untuk membuat individu bisa
merasa lebih baik. Berikut ini adalah salah satu fasilitas ada di Facebook
yang dapat dijadikan sebagai suatu pemecahan masalah yang sedang
dihadapi mahasiswa ketika menyusun skripsi, yaitu:
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
30
Gambar 2.1 Fasilitas Facebook
K. Kerangka Teori
Menurut Sekaran (2003) yang dimaksud dengan kerangka kerja
teoritis adalah model konseptual yang menggambarkan hubungan bebagai
macam faktor yang telah diidentifikasi sebagai suatu hal yang penting dari
suatu masalah. Melalui pengembangan kerja konseptual, memungkinkan kita
untuk menguji hubungan antar variable, sehingga kita dapat mempunyai
pemahaman yang komprehensif atas masalah yang sedang kita teliti.
Dalam kesempatan kali ini, peneliti membuat kerangka teori
berdasarkan beberapa literature yang pernah dibaca penulis, yaitu sebagai
berikut:
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
31
Gambar 2.2 Kerangka Teori
Sumber: Hardjana (1994), Koizer (2004), Shenoy (2001), Coper & Straw (1995), Sarafino (1994), Andri (2010), Suliswati dkk (2005) dan Stuart dan Sundeen
(1997),
Mekanisme Koping cemas pada mahasiswa :
- Melakukan Hobi - Makan - Mendengarkan music - Melakukan hal
negative ( minum minuman keras, merokok, mengamuk dll)
- Melakukan komunikasi dengan orang lain
- Penggunaan media online : facebook, twitter, google+, dll.
- Dan banyak lagi sesuai karakteristik individu
Cemas menghadapi skripsi
Cara mengatasi cemas :
menggunakan sumber koping dari lingkungan baik dari sosial, intrapersonal dan
interpersonal
Mekanisme Koping :
- Problem focus coping
- Emotional focus coping
Tingkatan cemas: - Tidak ada cemas - Cemas ringan - Cemas sedang - Cemas berat
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104
32
L. Kerangka Konsep
Kerangka konsep peneliian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang
akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002).
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan kerangka
teori yang telah dijlaskan sebelumnya, maka disusunlah kerangka konsep
penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.3 Kerangka konsep
M. Hipotesa
Hipotesa atau hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu
yang diduga atau hubungan yang diharapkan dari dua variabel atau lebih yang
dapat diuji secara empiris. Hipotesis penelitian adalah jawaban semantara
penelitian yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2010).
Dalam penelitian kali ini, peneliti ingin menarik sebuah hipotesa atau
dugaan sementara, yaitu :
Ha = Ada hubungan antara kecemasan mahasiswa menghadapi skripsi dengan
penggunaan media online: Facebook.
Faktor independen Faktor dependen
Kecemasan menghadapi skripsi
Penggunaan media online: Facebook
K h d i
Hubungan Kecemasan Menghadapi..., Adi Kusuma Yudha, Keperawatan S1 UMP, 2104