bab ii tinjauan pustaka a. jantungdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/131/jtptunimus-gdl... ·  ·...

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jantung 1. Anatomi Jantung Jantung manusia adalah suatu organ tubuh sebesar kepalan tangan, yang berada pada rongga dada, dibelakang tulang dada bagian bawah dan melebar ke kiri sampai dekat pada putting susu laki-laki, pada batas paling kiri dan paling kanan bawah, terdapat apa yang dinamakan ujung jantung dimana dapat diraba denyut jantung selama masih bekerja. Jaringan yang tersusun menjadi jantung, terutama terdiri dari jaringan otot yang dinamakan miokard atau otot jantung, yang mendindingi empat rongga jantung yakni serambi kanan atau atrium kanan dan kiri, serta bilik jantung atau ventrikel kanan dan kiri ke dalam menghadap rongga jantung. Miokard dilapisi oleh selaput lain lagi yang dinamakan epikard yang merupakan bagian dari perikor yang merupakan suatu kantung pembungkus jantung. (Kartohoesodo) 2. Fungsi Jantung Jantung merupakan organ pemompa darah yang besar untuk memelihara peredaran darah ke seluruh tubuh, pada keadaan normal, jumlah darah yang dipompa oleh jantung sesuai dengan jumlah darah yang masuk kembali ke jantung. Peredaran darah ini penting untuk pengambilan oksigen dan perluasan karbondioksida yang merupakan taksoid bagi tubuh (Evelyn, 1997) Otot jantung memompa darah yang masuk sewaktu diastol, keluar dari ruang. Ruangannya melalui atau dengan cara berkontraksi dan kontraksi diantarakan melalui setiap serabut otot jantung secara halus sekali yang sangat jelas dalam berkas his. Otot jantung memiliki juga kekuatan untuk berkontraksi ritmik secara otomatik dengan tidak tergantung pada rangsangan saraf (Evelyn, 1997) 1 4

Upload: lylien

Post on 09-May-2018

221 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jantung

1. Anatomi Jantung

Jantung manusia adalah suatu organ tubuh sebesar kepalan tangan,

yang berada pada rongga dada, dibelakang tulang dada bagian bawah dan

melebar ke kiri sampai dekat pada putting susu laki-laki, pada batas paling

kiri dan paling kanan bawah, terdapat apa yang dinamakan ujung jantung

dimana dapat diraba denyut jantung selama masih bekerja.

Jaringan yang tersusun menjadi jantung, terutama terdiri dari

jaringan otot yang dinamakan miokard atau otot jantung, yang

mendindingi empat rongga jantung yakni serambi kanan atau atrium kanan

dan kiri, serta bilik jantung atau ventrikel kanan dan kiri ke dalam

menghadap rongga jantung. Miokard dilapisi oleh selaput lain lagi yang

dinamakan epikard yang merupakan bagian dari perikor yang merupakan

suatu kantung pembungkus jantung. (Kartohoesodo)

2. Fungsi Jantung

Jantung merupakan organ pemompa darah yang besar untuk

memelihara peredaran darah ke seluruh tubuh, pada keadaan normal,

jumlah darah yang dipompa oleh jantung sesuai dengan jumlah darah yang

masuk kembali ke jantung. Peredaran darah ini penting untuk pengambilan

oksigen dan perluasan karbondioksida yang merupakan taksoid bagi tubuh

(Evelyn, 1997)

Otot jantung memompa darah yang masuk sewaktu diastol, keluar

dari ruang. Ruangannya melalui atau dengan cara berkontraksi dan

kontraksi diantarakan melalui setiap serabut otot jantung secara halus

sekali yang sangat jelas dalam berkas his. Otot jantung memiliki juga

kekuatan untuk berkontraksi ritmik secara otomatik dengan tidak

tergantung pada rangsangan saraf (Evelyn, 1997)

1

4

Kontraksi otot ventrikel lain yang memompakan darah kedalam

pangkal aorta menghasilkan gelombang pulsa tekanan (pressure pulsa

vulve) yang disalurkan kedalam sistem arteri

Tekanan darah banyak bergantung pada :

1. Curah jantung yang merupakan cermin jantung

2. Rewestensi vaskourperifer

3. Tonus dan elastisitas arteri

4. Volume darah dalam arteri

5. Viskositas darah (Soeparman, 1987)

3. Macam Penyakit Jantung

Berbagai macam penyakit jantung (kardiovaskuler) yang ada

diantaranya atherosklerosis miokardiad ini akut, congestive heart foiluve,

decompensasi cardis, penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung

bawaan (Kartohoesodo, 1982)

Dari beberapa daerah penyakit jantung tersebut ada 3 penyakit

yang menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi, penyakit tersebut

adalah

1. Penyakit jantung koroner

2. Penyakit jantung hipertensi

3. Penyakit jantung rematik

(Soehardo, 1982)

Atherosklerosis merupakan tipe penyakit jantung koroner yang

telah lama merupakan masalah kesehatan yang menjadi prioritas utama di

negara maju, juga merupakan penyebab kematian kedua setelah hipertensi

dalam kelompok penyakit kardiovaskuler. (Soeparman, 2987)

Akibat langsung hipertensi terhadap jantung berupa pembesaran

jantung yang kemudian pangkal penyakit jantung koroner dari akibat

langsung hipertensi terhadap jantung (Soeparman, 1987)

2

4. Faktor Resiko

Faktor resiko utama kardiovaskuler yang dikenal dapat di

golongkan secara logis sebagai sifat pribadi aterogenik, kebiasaan hidup

atau faktor lingkungan, meningkatkan faktor hospes, tanda penyakit

praklinik dan kerentangan hospes terhadap semua pengaruh yang berbeda

(Handall)

B. Jantung Koroner

1. Definisi

Penyakit jantung koroner : Suatu keadaan dimana terjadinya

penyempitan penyumbatan atau kelainan

pembuluh nadi koroner (Krisnatuti dan

Yenrina, 1999)

2. Etiologi

Penyakit jantung koroner adalah ketidakseimbangan antara

Demand dan supply atau kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung

dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan yang menurun,

atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah

berbagai faktor

Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang

meninggi, tegangan dinding ventrikel yang meningkat, merupakan

beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan akan oksigen dari

otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen

antara lain, tekanan pembuluh darah koroner meningkat, yang salah

satunya disebabkan oleh atherosklerosis yang mempersempit saluran

sehingga meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi

jantung dan lain sebagainya.

Manifestasi klinis dari penyakit jantung koroner ada berbagai

macam, yaitu iskemia myocard yang tersamar, angina pectoris, infark

myocard akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan

mati mendadak (Margaton, 1996)

3

3. Patofisiologi

Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (plak) yang

mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan, dan terbentuknya

kalsium pada intima, atau permukaan bagian dalam pembuluh darah. Plak

ini membuat intima menjadi kasar, dan trombosit tertarik ke daerah yang

kasar, jaringan akan kekurangan oksigen dan zat gizi sehingga

menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukan gajala gizi

terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina

pektori.

Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang

diklasifikasikan menurut densitasnya, lipoprotein dalam urutan densitas

yang meningkat adalah kilomikron, VLDL (Very low Density

Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density

Lipoprotein) membawa hampir semua kolesterol dan merupakan yang

paling aterogenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati,

tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat

di klasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan

jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore,1997)

4. Penyebab Jantung Koroner

Penyakit jantung yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh

nadi koroner ini di sebut penyakit jantung koroner. Penyempitan atau

penyumbatan ini dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang

sering ditandai dengan rasa nyeri. Dalam kondisi lebih parah kemampuan

jantung memompanya darah dapat hilang. Hal ini akan merusak sistem

golongan irama jantung dan berakhir dengan kematian (krisnatuti dan

Yenrina, 1999)

Salah satu penyebab jantung koroner adalah kebiasaan makan

makanan berlemak tinggi terutama lemak jenuh. Agar lemak mudah

masuk dalam peredaran darah dan diserap tubuh maka lemak harus diubah

oleh enzim lipase menjadi gliserol. Sebagian sisa lemak akan disimpan

dihati dan di metabolisme menjadi kolesterol pembetuk asam empedu

4

yang berfungsi sebagai pencerna lemak, berarti semakin meningkat pula

kadar kolesterol dalam darah. Penumpukan tersebut dapat menyebabkan

(arteriosklerosis) atau penebalan pada pembuluh nadi koroner (arteri

koroneria). Kondisi ini mengakibatkan kelenturan pembuluh nadi menjadi

berkurang, serangan jantung koroner akan lebih mudah terjadi ketika

pembuluh nadi karena mengalami penyumbatan ketika itu pula darah yang

membawa oksigen ke jaringan dinding jantungpun terhenti (Sulistijani,

1998)

5. Gejala Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak

nyaman atau sesak di dada, gejala seperti ini hanya dirasakan oleh

sepertiga penderita. Rasa nyeri terasa pada dada dibagian tengah, lalu

menyebar ke leher, dagu, dan tangan, rasa tersebut akan hilang beberapa

menit kemudian.

Rasa nyeri muncul karena jantung kekurangan darah dan suplay

oksigen. Hampir semua organ pernah merasakan hal semacam ini sehingga

terkadang orang sulit membedakan apakah ini merupakan tanda dan

serangan penyakit jantung atau bukan. Umumnya orang akan merasakan

hal tersebut sebagai rasa tidak enak badan saja.

Gejala lain menyertai jantung koroner akibat penyempitan

pembuluh nadi jantung adalah rasa tercekik (angina pektoris), kondisi ini

timbul secara tidak terduga dan hanya timbul jika jantung dipaksa bekerja

keras, misal fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami tekanan

emosional.

Antara jantung dan paru-paru terjalin hubungan yang erat, pada

keadaan normal kedua organ ini saling menunjang. Jantung memiliki

beberapa ruangan, bagian kanan organ jantung akan mendorong darah

melalui paru-paru guna mengikat oksigen dan melepaskan karbondioksida.

Sedangkan bagian kiri organ jantung mendapatkan darah dari paru-paru

dan mengalirkannya keseluruh tubuh, menurunnya kemampuan jantung

memompa darah dapat menyebabkan bendungan (oedem) dan paru-paru,

5

kaki, dan liver, jika oedem terjadi pada paru-paru dapat menimbulkan rasa

sesak nafas di dada. Akibat lebih parah dari gejala penyakit jantung adalah

pingsan. Hal ini terjadi karena aliran darah dan oksigen ke otak mengalami

gangguan secara tiba-tiba.

Pada usia lanjut, gejala serangan jantung sering tidak disertai

keluhan apapun, sebagian hanya merasa tidak enak badan. Gejala penyakit

jantung koroner pada umumnya memang tidak spesifik untuk diagnosis

angina pektoris (masa tercekik). Biasanya diperoleh riwayat penyakit

orang bersangkutan, sedangkan pemeriksaan fisik kurang menunjukkan

data yang akurat. Pada keadaan tenang elektro diagram pada orang yang

mengidap angina pektoris akan terlihat normal pada keadaan istirahat,

sebaliknya menjadi normal pada saat melakukan kerja fisik. Riwayat

angina pektoris tidak stabil lebih sulit dikendalikan karena terjadi secara

tidak terduga kasus ini menjadi mudah terdeteksi jika disertai dengan nyeri

sangat hebat di dada, disertai dengan gejala mual, takut dan merasa sangat

tidak sehat.

Berbeda dengan kasus infark miokardia pada kelainan jantung

yang satu ini dapat diketahui melalui penyimpanan irama jantung saat

pemeriksaan melalui elektro kadiografi dan dikaitkan dengan peningkatan

kadar enzim jantung dalam darah, juga dalam perkembangan penyakit

jantung koroner biasanya disertai kelainan kadar lemak dan trombosit

darah penderita yang diikuti oleh kerusakan endoterium dinding pembuluh

nadi (Krisnatuti dan Yensina, 1999)

6. Faktor resiko penyakit jantung koroner

Dapat disimpulkan bahwa penyakit jantung koroner tidak

ditimbulkan oleh penyebab tunggal, namun ada beberapa faktor resiko

yang dituding sebagai biang penyakit ini (Krisnawati dan Yenria, 1999)

Faktor resiko adalah semua faktor yang mendorong peningkatan

terbentuknya atherosklerosis atau disebut juga atherogenik faktor (Siepoe,

1993).

6

Faktor resiko diartikan sebagai karakteristik dengan kejadian atau

penyakit diatas rata-rata. Faktor resiko mempunyai pengaruh sangat kuat

dan lemah.

Lebih jauh Linder (1992) dan Hernan (1991) mengelompokan

faktor resiko penyakit jantung koroner dalam dua kelompok, yaitu faktor

kelompok primer dan sekunder. Beberapa faktor terbentuknya

Atherosklerosis

a. Faktor resiko primer

1. Merokok (1 pak / lebih dari sehari)

2. Hipertensi (diastolik lebih dari 90 mmHg : sistolik

lebih dari 150 mmHg)

3. Peningkatan kolesterol plasma (lebih dari 240-250)

b. Faktor resiko sekunder

1. Peningkatan trigliserida plasma

2. Obesitas

3. Diabetes Mellitus

4. Stress klonis

5. Pil KB

6. Vasiktomi

7. Kurang aktivitas fisik

8. Keturunan (genetik, umur, jenis kelamin pria)

c. Hubungan kejadian dengan konsumsi makanan tertentu

Korelasi positif

1. Protein hewani

2. Kolesterol

3. Daging

4. Lemak total

5. Telur

6. Gula

7. Kolori total

8. Lemak hewani

7

Korelasi negatif

1. Serat

2. Protein nabati

Resiko resiko tersebut saling menguatkan, orang yang memiliki

tiga faktor resiko memiliki peluang terserang penyakit jantung enam

kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang hanya memiliki satu

faktor resiko. Sedangkan faktor resiko seperti genetik, umur dan jenis

kelamin susah dikendalikan.

Factor resiko penyakit jantung berkaitan dengan diit, bagaimana

pengaturan gizi sangat berperan dalam menekan beberapa faktor

primer maupun sekunder penyakit jantung koroner. Penyakit jantung

bersifat multifaktorial. Atherosklerosis diyakini sebagai rangkaian

penyebab penyakit jantung. (Krisnatuti dan Yenrina, 1999)

C. Penatalaksanaan Nutrisi

a. Manajemen Nutrisi

Penatalaksanaan Nutrisi Penderita Jantung Koroner Menurut Persagi

(1996),bertujuan untuk (1) memberikan makanan seckupnya tanpa

memberatkan kerja jantung (2) menurunkan berat badan bila terjadi

penderita terlalu gemuk (3) mencegah dan menghilangkan penimbunan

garam air.

Sedangkan menurut panduan Diit yang direkomendasikan oleh AHA dan

NCEP adalah:

1. Diit tingkat 1

Batasan Diit tingkat 1 rata rata setiap hari Menurut AHA dan NCEP

adalah:

a. Tidak merokok

b. Tingkat masukan kalori dan aktifitas fisik yang sesuai

untuk mencegah kegemukan dan mengurangi berat badan bagi

mereka yang obesitas.

8

c. Konsumsi lemak sebesar 30 % atau kurang dari kalori

setiap harinya.

d. Konsumsi maksimal 8 – 10 %kalori dari Asam lemak

jenuh.

e. Konsumsi maksimal 10 % dari total kalori berasal dari

asam lemak tidak jenuh majemuk.

f. Konsumsi maksimal 300 mg perhari kolestarol.

g. Konsumsi tidak lebih dari 2 – 4 gram sodium (gram).

h. Konsumsi 55 – 60 % dari kalori yang berbentuk

karbohidrat komleks.

i. Protein berjumlah 15 – 20 % dari total kalori.

j. Serat yang larut 20 – 30 gram perhari.

2. Diit tingkat II

Pada dasarnya sama dengan penatalaksanaan Diit tingkat I.Diit

tingkat II dilakukan apabila Diit tingkat I belum berhasil mencapai

sasaran yaitu bila penirunan kadar total kolesterol kurang dari 10 %.

Diit tingkat II ditekankan pada mereka yang positif memiliki tanda –

tanda penyumbatan pada arteri yaitu:

a. Konsumsi maksimal 7 % dari asam lemak jenuh.

b. Konsumsi maksimal 200 Mg perhari kolesterol.

D. Asupan Serat,Sumber Kolesterol Dan Status Gizi

1. Serat Makanan

Sepanjang abad ini, peranan serat banyak diperdebatkan, sekarang

banyak dokter dan ahli gizi menganjurkan supaya serat selalu terdapat

dalam makanan utama untuk mencegah konstipasi, kemudian karena

beberapa alasan penelitian ini merupakan hal yang rumit dan melibatkan

“perilaku sais” perubahan cara makan (Diet) karena kehidupan kota

(urban) meningkat dan reaksi medis masih terhadap peranan serat yang

dibesar-besarkan oleh vegetarian, selain itu perhatian para ahli banyak

terserap pada masalah-masalah menarik dalam bidang gizi dengan adanya

9

penemuan asam amino esensial, lemak, vitamin, dan unsur-unsur makro.

Sehingga perhatian terhadap masalah serat yang nampaknya tidak ada

hubungannya dengan gizi berkurang (Robert E Olson, 1987)

Dalam dasawarsa ini serat makanan mendapat perhatian orang.

Sumber utama serat ini adalah hasil tanaman. Khususnya dinding sel

tanaman dari sayur dan buah-buahan. Serat makanan pada umumnya

terdiri dari selulosa, hemiselulosa, pektin, lignin, gum dan musilase.

Meskipun dari dulu tidak pernah dianggap sebagai zat gzi, kini serat telah

diakui sebagai bahan penting di bidang gizi (Winarno, 1993)

1. Definisi dan Jenis Serat

Serat adalah komponen dari tumbuhan yang dikonsumsi dan tidak

dapat dicerna oleh sistem pencernaan manusia (Saptorini, 2002

Jenis serat digolongkan :

1. Serat tidak larut dalam air

c. Selulosa

Selulosa merupakan serat-serat panjang yang terbentuk dari

homopolimer glukosa rantai linier. Rantai molekul pembentuk

selulosa akan semakin panjang seiring dengan meningkatnya

umur tanaman. Didalam tanaman, fungsi selulosa adalah

memperkuat dinding sel tanaman. Sedangkan didalam

pencernaan, berperan sebagai pengikat air, namun jenis serat

ini tidak larut dalam air. Didalam kolon, selulosa akan

mempengaruhi masa feces. Sayur-sayuran dan buah-buahan

paling banyak mengandung selulosa dan akan mengalami

perubahan tekstur pada proses penyimpanan dan pengolahan.

d. Hemiselulosa

Hemiselulosa memiliki rantai molekul lebih pendek di banding

selulosa. Unit monomer pembentuk hemiselulosa tidak sama

dengan unit penyusun heteromer. Unit ini terdiri dari heksosa

dan pentosa. Hemiselulosa berfungsi memperkuat makanan

dinding sel tanaman dan sebagai cadangan makanan bagi

10

tanaman. Sifatnya sama dengan selulosa, yaitu mampu

berikatan dengan air. Jenis ini banyak ditemukan pada

makanan serealia, sayur-sayuran, buah-buahan. Selama proses

penyimpanan dan pengolahan, kandungan hemiselulosa yang

terdapat dalam bahan makanan mudah mengalami perubahan

tekstur.

e. Lignin

Lignin termasuk senyawa aromatik yang tersusun dari polimer

fenil propan. Lignin bersama-sama holoselulosa (merupakan

gabungan antara selulosa) berfungsi membentuk jaringan

tanaman, terutama memperkuat sel-sel kayu. Ikatan dengan

jenis serat lain menyebabkan lignin agak sukar difermentasi

oleh bakteri kolon. Kandungan lignin yang terdapat pada

tanaman tidak sama, tergantung jenis dan umur tanaman.

Serelia dan kacang-kacangan merupakan bahan makanan

sumber serat lignin.

2. Serat yang larut dalam air

a. Pektin

Pektin terdapat dalam dinding sel primer tanaman dan

berfungsi sebagai perekat antara dinding sel tanaman. Pektin

merupakan polimer dari glukosa dan asam galakturonat

(turunan dari galaktosa) dengan jumlah asam galakturonat lebih

banyak. Sifatnya yang membentuk gel dapat mempengaruhi

metabolisme zat gizi. Kandungan pektin pada buah, selain

memberikan ketebalan pada kulit juga dapat mempertahankan

kadar buah air. Semakin matang buah maka kandungan pektin

dan kemampuan membentuk gel semakin berkurang

11

b. Musilase

Musilase ditemukan dalam lapisan endosperma biji tanaman.

Strukturnya menyerupai hemiselulosa, tetapi tidak termasuk

dalam golongan tersebut karena letak dan fungsinya berbeda.

Musilase mampu mengikat air sehingga kadar air dalam biji

tanaman tetap bertahan. Selain itu, musilase juga mampu

membentuk gel yang mempengaruhi metabolisme dalam tubuh.

Serat jenis ini banyak ditemukan pada serealia dan kacang-

kacangan.

c. Gum

Gum terdapat pada bagian lamela tengah atau diantara dinding

sel tanaman. Komposisinya lebih sedikit dibandingkan dengan

jenis serat yang lain. Namun, kegunaannya amat penting, yaitu

sebagai penutup dan pelindung bagian tanaman yang terluka.

Oleh karena memliki molekul hidrofik yang berkombinasi

dengan air, menyebabkan gum mempu membentuk gel.

Gum juga ada yang terbentuk dari turunan pati dan selulosa.

Jenis gum semacam ini banyak ditemukan pada kacang-

kacangan, sayuran, dan buah-buahan. Gum dapat pula

ditemukan pada batang akasia. Gum pada tanaman akasia

dikenal sebagai gum yang mengandung molekul arabinosa,

rhamnosa, galaktosa, dan asam glukoronat. Gum jenis ini

biasanya tidak digunakan untuk diit, tetapi sebagai bahan

tambahan dalam pembuatan makanan, yaitu sebagai stabiliser

(pengikat) (Sulistijani, 1998)

2. Sumber Serat

Sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian dan serealia merupakan

makanan sumber serat yang baik, sedangkan jenis makanan hewani

seperti daging, susu, telur dan mentega serta minyak merupakan

makanan yang sama sekali tiak mengandung serat karena besarnya

peranan serat dalam sistem pencernaan. Maka di AS mulai

12

dilkembalikan produksi roti tinggi serat untuk mempertinggi konsumsi

serat mereka. Roti tinggi serat mengandung 70 % bubuk selulosa yang

dicampur dalam pembuatan roti (Nursanyoto, 1992)

3. Manfaat Serat

Menurut Burkitt, Walker, Painter bahwa selulosa, lignin, dan pektin

sebagai serat telah lama dikenal dan diketahui sangat berperan di

dalam membantu pencernaan makanan di usus halus. Beberapa

ilmuwan di Inggris mengungkapkan suatu teori bahwa konsumsi serat

yang tinggi mampu mencegah penyakit dan infeksi pada saluran

pencernaan. Hal ini didasari oleh pengamatan atas penduduk didaerah

pedalaman, mereka masih mengkonsumsi serta dalam jumlah yang

cukup banyak pada saat mereka berurbanisasi ke kota-kota besar atau

ke daerah yang ramai mereka umumnya mengalami kelainan

metabolik dan menderita kanker pada usus bersarnya. Setelah di

pelajari sebabnya maka dapat disimpulkan bahwa perubahan tipe-tipe

makanan dari tinggi serat ketika tinggal di daerah pendalaman menjadi

rendah serat ketika tinggal di kota-kota besar, itulah yang

menyebabkan timbulnya insiden diatas (Hertag N, 1992)

Efek yang bisa dibagi menjadi efek yang berhubungan dengan rasa

kenyang. Efek pada saluran pencernaan dan pada sirkulasi

enterohepatik

a. Rasa kenyang, bagi Heaton, fungsi utama

serat dalam kedudukannya sebagai komponen makanan adalah

meningkatkan kebutuhan tubuh untuk mengunyah dan karena serat

tidak bisa dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia, maka serat

akan masuk kedalam kolom dalam kedaan utuh. Dalam keadaan

utuh, serat membutuhkan tempat yang lebih luas, sehingga

memberikan perasaan kenyang tanpa menambah kalor,i serat

merupakan penghalang alami terhadap pemasukan energi yang

berlebihan.

13

b. Makanan berserat dan penyakit jantung.

Penyelidikan pada Vegetarian, menunjukkan konsentrasi kolesterol

pada serumnya lebih renah, menunjukkan konsentrasi kolesterol

pada serumnya lebih rendah dan tingkat terjadinya penyakit jantung

koroner pada kelompok ini lebih rendah dibandingkan dengan

kelompok lain yang mengkonsumsi daging sehingga semakin tinggi

kolesterol jika tidak diimbangi dengan asupan serat yang cukup

maka akan terjadi atherosklerosis, dimana terjadi penyumbatan pada

pembuluh koroner karena kolesterol plasma yang menumpuk.

Menurut Reily dan Kirsner bahwa ada hubungan yang erat antara

makanan yang rendah serat dengan terjadinya penyakit non infeksi

pada saluran pencernaan juga dibuktikan di Rumah Sakit pada

penyelidikan tentang kelainan yang biasanya terjadi di usus besar

(diverticulasis). Penyakit ini digambarkan sebagai suatu keadaan

dimana terjadinya luka atau lumbung kecil pada usus besar tersebut

(Nursanyoto, 1992)

Serat merupakan suatu subtansi yang berperan dalam proses

pengerasan feses. Kandungan serat yang tinggi dalam makanan

membuat feses lebih lancar keluar. Maka secara teoritis dikatakan

bahwa makanan yang tinggi serat akan memperpendek aktifitas bakteri

yang terdapat pada usus karena makanan yang mengandung tinggi

serat akan memperlancar dan mempercepat pengeluaran feses. Pada

makanan yang mengandung serat sedikit, maka feses akan lebih lama

terhadap di usus, oleh karenanya akan merangsang metabolisme

bakteri usus. Produk aktif metabolisme bakteri akan melukai dinding

saluran pencernaan. (F.G Winarno, 1993)

4. Konsumsi Serat

Konsumsi serat makanan di Inggris hanya sekitar 32-40 gram sehari

perorang, untuk penduduk Asia dan Afrika rata-rata 55-125 gram

perorang perhari (F.G. Winarno). Dan di Amerika disarankan untuk

mengkonsumsi serat antara 40-51 gram perhari, serta di Indonesia

14

dianjurkan untuk mengkonsumsi serat antara 20-35 gram perhari.

Penambahan konsumsi harus bertahap karena penambahan yang

mendadak dapat menyebabkan flatus, kram yang mungkin biasa,

pengaruh ini biasanya hanya beberapa hari sampai terjadi adaptasi.

Perlu diingat bila konsumsi banyak serat harus cukup minum (Sutarjo,

1993)

Dari hasilpenelitian Dr.Arifin Ahmad, 1998 di Jakarta

ditemukan 94% subyek penelitian penderita PJK hanya mengkonsumsi

7,5 gram serat perhari. Angka ini lebih rendah dan rata-rata nasional

konsumsi serat penduduk Indonesia yaitu sebanyak 10,5 gram.

(Puslitbang Gizi Depkes RI tahun 2001) berarti hal ini sangat kurang

jika dibandingkan dengan anjuran para pakar gizi dan lembaga

kesehatan dunia yang, menganjurkan konsumsi serat 25 - 35 gram

perhari.

Anjuran penggunaan serat

Menurut Mayer dan Goldberg (1990), orang dewasa sehat dianjurkan

mengkonsumsi serat makanan yang dianjurklan sedikit 10-13 g/1.000

galon. Konsumsi serat makanan yang dianjurkan untuk pria dewasa

sebanvak 27-35 g/hari (dengan rata-rata konsumsi energi 2.700

kal/hari) dan untuk wanita dewasa sebanyak 21-27 g/hari (dengan rata-

rata konsumsi energi 2.100 kal/hari). Data lain juga diberikan oleh

"National Cancer Institute", Amerika Serikat yang menganjurkan

konsumsi serat makanan untuk orang dewasa adalah sebanyak

20-30 g/hari. Sedangkan "Amerika Diet Association" (ADA)

merekomendasikan konsumsi serat makanan untuk orang dewasa

sebanyak 25-35 g/hari."

Serat yang direkomendasikan untuk penderita jantung koroner,

dikhususkan pada jenis serat larut,yang harus di konsumsi sehingga

mencapai 35 gr per hari.Karena untuk mengikat kolesterol yang

dihasilkan oleh tubuh sendiri dalam bentuk garam empedu sehingga

kolesterol ini tidak diserap kembali oleh usus.

15

2. Kolesterol

a. Definisi

Kolesterol : Lemak berwarna kekuningan dan berupa lilin yang

diproduksi oleh tubuh kita, teutama di dalam liver (hati)

(Adiwiyoto, 1997)

b. Kolesterol sebagai faktor resiko

Kenaikan kadar kolesterol dalam darah tidak dapat disanggah

lagi merupakan factor resiko dalam pembentukan penyakit jantung

koroner. Hal ini dibuktikan oleh para ahli dengan penurunan kadar

kolesterol dalam darah, menurunkan pula resiko pembenntukan

aterosklerosis penyebab penyakit jantung koroner. Kolesterol sendiri

tidak dapat dipisahkan dari lipoprotein dan lipida. Lainnya sebagai

factor aterogenik, sebab dalam sirkulsi kolesterol berkaitan dengan

lipoprotein.

1. Pada pria pertengahan manula (Middle-age)

Kenaikan kadar kolesterol dalam darah mempunyai resiko yang

tinggi khususnya LDL kolesterol untuk pembentukan

aterosklerosis atau penyakit jantung koroner sedang pada usia

lanjut, yang memegang peranan adalah kenaikan total kolesterol

dalam darah. Hal ini diketahui dari penurunan kejadian penyakit

jantung koroner.

2. Pada wanita

Wanita sebelum menopause, resiko menderita penyakit jantung

koroner agak kurang. Hal ini terutama LDL kolesetrol agak rendah

kadarnya dalam darah. Apabila wanita telah menjalani menopouse,

kadar LDL kolesterolnya akan meningkat, sebab kehilangan

estrogen stimulasi LDL. Pada wanita maupun pria yang lanjut usia,

pengobatan pencegahan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam

darah akan mempengaruhi kasus penyakit jantung koroner.

16

3. Pada orang dewasa dan anak-anak

Kenaikan-kenaikan kadar kolesterol dalam darah pada orang

dewasa dan anak-anak, menstimulasikan penyakit jantung koroner

pada masa usia lanjut atau pertengahan usia.

Trigliserida

Keterkaitan trigliserida dengan penyakit jantung koroner adalah

peningkatan terhadap LDL kolesterol dan penurunan LDL kolesterol

apabila terjadi hipertrigliseridemia.

Trigliserida bersirkulasi dalam darah bersama-sama dengan VLDL

yang bersifat aterogenik. Disamping itu hipertrigliseridemia membantu

trombosis arteri koroner, mendorong penyakit jantung koroner. Juga

hipertrigliseridemia mempengaruhi peningkatan insulin dalam darah,

menambah faktor resiko pembentukan aterosklerosis.

Lippo Protein

Lippo protein yang bersifat aterogenik terutama LDL (Low Density

Lippoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lippoprotein) serta kilo-

mikron (butir lemak yang bersirkulasi dalam darah). Oleh pengaruh

beberapa jenis enzim akan menjadi LDL yang bersifat aterogenik.

Kenaikan kadar LDL dalam darah yang berarti terjadi

hiperkolerteremia, merupakan prematur dari arterosklerosis ataupun

proses dini dari kadar penyakit jantung koroner (Sitepoe, 1993).

Kadar Kolesterol Yang Sehat

Lemak Jenuh

Lemak ini dikenal karena bentuknya selalu padat dalam suhu ruangan,

lemak hewani margarin keras termasuk lemak jenuh.

Semakin banyak lemak yang kita makan, semakin tinggi pula kadar

kolesterol darah kita, dan semakin besar resiko kita terkena penyakit

jantung.

Kalau kita mengurangi kadr lemak jenuh dalam susunan menu kita,

kadar kolesterol kita akan menurun dengan relatif cepat, kerapkali

17

dalam waktu tiga sampai empat minggu. Karena alasan itulah, dalam

merencanakan diet yang dimaksudkan untuk mengurangi resiko

arterosklerosis, kita harus menyingkirkan makanan yang mengandung

kadar lemak jenuh secara berlebihan.

Untunglah banyak sekali makanan alternatif yang lezat yang bisa kita

peroleh, kadar lemak dalam setiap susunan menu tidak boleh lebih dari

30 % energi total yang kita masukkan. Inilah satu-satunya cara untuk

menurunkan kadar kolesterol darah dan lemak darah.

Lemak Tidak Jenuh

Lemak tidak jenuh dikenali dari bentuknya yang selalu cair atau paling

tidak lunak, dalam suhu ruangan berlawanan dengan lemak jenuh, jenis

ini biasanya lemak nabati. Satu-satunya perkecualian adalah minyak

ikan, contoh lemak tidak jenuh adalah minyak biji bunga matahari,

minyak jagung, minyak zaitun, dan beberapa jenis margarine lunak.

Yang paling penting diketahui adalah bahan lemak tidak jenuh ganda

lebih baik dalam menurunkan kadar kolesterol dibandingkan dengan

lemak tidak jenuh tunggal. Sedangkan lemak jenuh meningkatkan

kadar kolesterol.

Maka jika kita menggantikan lemak jenuh dalam susunan menu kita

dengan minyak dan lemak tidak jenuh, kadar kolesterol dalam darah

akan turun.

Kadar lemak tidak jenuh ganda juga memberikan pengaruh, jenis

lemak ini mempengaruhi kemampuan darah untuk membentuk, yang

berlawanan dengan pengaruh yang diberikan oleh lemak jenuh ini akan

mengurangi resiko pengumpulan darah. Kemampuan minyak tidak

jenuh ganda lainnya adalah kemampuannya melarutkan lemak jenuh

dalam tubuh, yang berarti bahwa lemak ini “meleleh” dan bukannya

terkumpul dalam arteri yang akhirnya menyumbat aliran darah.

Ikan mengandung lemak tidak jenuh ganda dan ini menghalangi

kecenderungan darah untuk menggumpal dan dengan demikian

18

mengurangi resiko terjadinya trombosit, karena itulah maka baik bagi

kita kalau makan minyak ikan, seperti minyak hati, atau paling sedikit

makan ikan sekali atau dua kali dalam seminggu.

Kadar kolesterol darah tidak turun sampai batas yang sama seperti

yang dikatakan yang disebabkan oleh lemak tidak jenuh tunggal,

seperti minyak zaitun atau minyak kacang, kalau dibandingkan dengan

dampak jenis lemak tidak jenuh ganda. Maka minyak zaitun harus

digunakan seperlunya dalam diet untuk menurunkan kadar kolesterol.

Sebagai pedoman bisa dikatakan bahwa :

1. Lemak jenuh menaikkan kadar kolesterol dalam darah (ini

adalah lemak yang jahat)

2. Lemak tidak jenuh tunggal tidak punya pengaruh baik atau

buruk

3. Lemak tidak jenuh ganda menurunkan kadar kolesterol

dalam darah (ini adalah lemak yang baik) (Adiwiyoto, 1977)

Konsumsi kolesterol

Konsumsi kolesterol yang tinggi akan meningkatkan kadar kolesterol

dan lipo protein darah “American Heart Associaton”. Menganjurkan

konsumsi kolesterol tidak melebihi 300 mg/hari, bahan makanan kaya

kolesterol adalah otak, hati, kuning telur dan jeroaan

3. Status Gizi

Menurut Robinson dan Wregley (1984) status gizi di definisikan

sebagai berikut adalah keadaan kesehatan yang berhubungan dengan

penggunaan makanan oleh tubuh. Sedangkan Habicht (1979, elt,

Reksodikusumo et.al, 1988) Memberi Definisi sebagai berikut : status gizi

adalah tanda-tnada atau penampilan yang diakibatkan oleh keadaan

keseimbangan antara gizi di satu pihak dan pengeluaran oleh organisme di

pihak lain, yang terlihat melalui variable tertentu :

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi antara lain :

19

1. Faktor langsung

Pada umumnya para ahli sependapat, bahwa status gizi secara

langsung di tentukan oleh asupan makanan dan penyakit, khususnya

penyakit infeksi.

2. Faktor tidak langsung

Meliputi :

a. Faktor ekonomi

Penghasilan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kedua

faktor yang berperan langsung terhadap status gizi

b. Faktor pertanian

Peranan pertanian dianggap penting karena kemampuannya

menghasilkan produksi pangan

c. Faktor budaya

Masih ada kepercayaan untuk mematangkan makanan tertentu

yang dipandang dari segi gizi sebenarnya mengandung zat gizi

yang baik

d. Faktor pendidikan

Tingkat pendidikan bukan satu-satunya faktor yang menentukan

kemampuan seseorang dalam menyusun dan menyiapkan hidangan

yang bergizi

e. Faktor kebersihan lingkungan

Kebersihan lingkungan yang jelek akan memudahkan anak

menderita penyakit tertentu

f. Faktor fasilitas pelayanan kesehatan

Fasilitas kesehatan sangat penting untuk menyokong status

kesehatan dan gizi anak yang baik

Penilaian status gizi

Dari berbagai cara menilai status gizi yang sering digunakan

adalah peni1aian status gizi yang menggunakan indeks masa tubuh (IMT) /

20

body masse index (BMI) IMT dihitung dengan pembagian berat badan

(dalam kg) oleh tinggi badan (dalam meter) pangkat dua. Korelasi berat

badan dengan jumlah total lemak tubuh cukup erat, walaupun sebagian

orang dengan lean body mass yang tinggi bisa |rnemberikan IMT yang

tinggi walaupun orang tersebut tidak gemuk (Hartono, 1999).

Perhitungan berat badan ideal dengan cara IMT menggunakan

rumus sebagai berikut:

Berat badan (kg) Indeks Masa Tubuh (IMT) = ——————————

Tinggi badan - (m) 2

Depkes RI 1994 memberikan ambang batas untuk Indonesia (tanpa

membedakan jenis keiamin) seperti dalam tabel

Status Kategori Nilai ambang batasKurus Kekurangan BB tingkat berat. < 17,0-18,5

Kekurangan BB tingkat ringan 17,0- 18,5Normal > 18,15-25,0Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan > 25,0 - 27,0

Kelebihan BB tingkat berat > 27,0Sumber : Depkes RI, 1994

21

E. Kerangka Teori

22

Faktor resiko primer- Merokok- Hipertensi - Peningkatan kolesterol

Atheroklerosis

Faktor resiko sekunder- Obesitas- Diabetes Mellitus- Stress- Keturunan (genetic, umur, jenis kelamin)- Kurang aktifitas fisik

PJK

F. Kerangka Konsep

Keterangan

: Tidak diteliti

: Diteliti

23

Asupan serat

Asupan kolesterol

Status gizi

Atherosklerosis PJK