bab ii tinjauan pustaka 2.1pengertian puskesmas pusat

16
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Menkes, RI., 2014). 2.2 Gambaran Umum Puskesmas KotaSibolga Menurut Dinas Kesehatan Kota Sibolga, jumlah seluruh puskesmas di Kota Sibolga pada tahun 2016 adalah 5 puskesmas induk (1 puskesmas rawat inap dan 4 puskesmas rawat jalan) dan 14 puskesmas pembantu (Pustu) yang terletak di 4 kecamatan di kota Sibolga. 2.3Mutu Pelayanan Kefarmasian Mutu pelayanan kefarmasian merupakan ukuran sejauh mana tingkat pelayanan kefarmasian yang dilakukan memenuhi standar yang telah ditetapkan dan sesuai dengan ekspektasi pasien.Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam Universitas Sumatera Utara

Upload: haanh

Post on 01-Feb-2017

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah

unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.Puskesmas

merupakan fasilitas pelayanan kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya

kesehatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit

(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan

(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan

berkesinambungan (Menkes, RI., 2014).

2.2 Gambaran Umum Puskesmas KotaSibolga

Menurut Dinas Kesehatan Kota Sibolga, jumlah seluruh puskesmas di

Kota Sibolga pada tahun 2016 adalah 5 puskesmas induk (1 puskesmas rawat inap

dan 4 puskesmas rawat jalan) dan 14 puskesmas pembantu (Pustu) yang terletak

di 4 kecamatan di kota Sibolga.

2.3Mutu Pelayanan Kefarmasian

Mutu pelayanan kefarmasian merupakan ukuran sejauh mana tingkat

pelayanan kefarmasian yang dilakukan memenuhi standar yang telah ditetapkan

dan sesuai dengan ekspektasi pasien.Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak

ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

8

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu

pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan

sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan

mutu kehidupan pasien (Menkes, RI., 2014).

2.3.1 Sumber Daya Manusia

a. Ketenagaan

Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukanPekerjaan

Kefarmasian, yang terdiri atas Apotekerdan Tenaga Teknis Kefarmasian(PP 51,

2009).Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah

mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga

yang membantu Apoteker dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas

Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah

Farmasi/Asisten Apoteker(Menkes, RI., 2014).

b. Pendidikan Dan Pelatihan

Semua tenaga kefarmasian di puskesmas harus selalu meningkatkan

pengetahuan, keterampilan dan perilaku dalam rangka menjaga dan meningkatkan

kompetensinya (Menkes, RI., 2014).

Tujuan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kefarmasian berdasarkan Permenkes

No.30 Tahun 2014 yaitu:

a. Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan pengelolaan Obat dan

Bahan Medis Habis Pakai.

b. Tersedianya tenaga kefarmasian yang mampu melakukan Pelayanan

Kefarmasian.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

9

c. Terfasilitasinya studi banding, praktik dan magang bagi calon tenaga

kefarmasian internal maupun eksternal.

d. Tersedianya data Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling tentang Obat

dan Bahan Medis Habis Pakai.

e. Tersedianya data penggunaan antibiotika dan injeksi.

f. Terwujudnya Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas yang optimal.

g. Terkembangnya kualitas dan jenis pelayanan ruang farmasi Puskesmas.

2.3.2 Sarana dan Prasarana

Dalam upaya mendukung operasional pelayanan kefarmasian diperlukan

sarana danprasarana yang memadai untuk meningkatkan kualitas pelayanan

terhadap pasien, mulai dari tempat, peralatan sampai dengan kelengkapan

administrasi yangberhubungan dengan pengobatan. Sarana dan prasarana tersebut

dirancang dan diatur untuk menjamin keselamatan dan efisiensi kerja serta

menghindari terjadinya kerusakan sediaan farmasi (Depkes, RI., 2008).

a. Ruang penerimaan resep

Ruang penerimaan resep meliputi tempat penerimaan resep, ditempatkan

pada bagian paling depan dan mudah terlihat oleh pasien.

b. Ruang pelayanan resep dan peracikan

Ruang pelayanan resep dan peracikan atau produksi sediaan secara

terbatas meliputi rak obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan.Ruang ini diatur

agar mendapatkan cahaya dan sirkulasi udara yang cukup. Jika memungkinkan

disediakan pendingin ruangan (air conditioner) sesuai kebutuhan.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

10

c. Ruang penyerahan obat

Ruang penyerahan obat meliputi konter penyerahan obat, buku pencatatan

penyerahan dan pengeluaran obat. Ruang penyerahan obat dapat digabungkan

dengan ruang penerimaan resep.

d. Ruang konseling

Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari buku,

buku-buku referensi sesuai kebutuhan, leaflet, poster, alat bantu konseling, buku

catatan konseling, formulir jadwal konsumsi obat, formulir catatan pengobatan

pasien, dan lemari arsip (filling cabinet), serta 1 (satu) set komputer, jika

memungkinkan.

e. Ruang penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai

Ruang penyimpanan harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,

kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan

petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang

penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet, pendingin

ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus narkotika dan

psikotropika, lemari penyimpanan obat khusus, pengukur suhu, dan kartu suhu.

f. Ruang arsip

Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan

dengan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan kefarmasian

dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang

memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka

untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik

manajemen yang baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

11

Istilah ‘ruang’ di sini tidak harus diartikan sebagai wujud ‘ruangan’ secara

fisik, namun lebih kepada fungsi yang dilakukan(Menkes, RI., 2014).

2.3.3 Pengelolaan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai

Kepala Ruang Farmasi di Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung

jawab untuk menjamin terlaksananya pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis

Pakai yang baik. Kegiatan pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai

meliputi:

a. Perencanaan kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai

Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:

i. perkiraan jenis dan jumlah Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang

mendekati kebutuhan

ii. meningkatkan penggunaan Obat secara rasional

iii. meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.

Proses seleksi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan

mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Obat periode sebelumnya, data

mutasi Obat, dan rencana pengembangan. Proses seleksi Obat dan Bahan Medis

Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan

Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga kesehatan yang

ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi, bidan, dan perawat, serta pengelola

program yang berkaitan dengan pengobatan.

b. Permintaan obat dan bahan medis habis pakai

Tujuan permintaan obat dan bahan medis habis pakai adalah memenuhi

kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai di puskesmas, sesuai dengan

perencanaan kebutuhan yang telah dibuat.

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

12

c. Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai

Tujuannya adalah agar Obat yang diterima sesuai dengan kebutuhan

berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas. Petugas penerimaan

wajib melakukan pengecekan terhadap Obat dan Bahan Medis Habis Pakai yang

diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis dan jumlah Obat, bentuk Obat

sesuai dengan isi dokumen (LPLPO), ditandatangani oleh petugas penerima, dan

diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka petugas

penerima dapat mengajukan keberatan.

d. Penyimpanan obat dan bahan medis habis pakai

Tujuannya adalah agar mutu obat yang tersedia di puskesmas dapat

dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.Penyimpanan obat dan

bahan medis habis pakai dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

i. Bentuk dan jenis sediaan

ii. Stabilitas (suhu, cahaya, kelembaban)

iii. Mudah atau tidaknya meledak/terbakar

iv. Narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus.

e. Pendistribusian obat dan bahan medis habis pakai

Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Obat sub unit pelayanan

kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan

waktu yang tepat.

Sub-sub unit di Puskesmas dan jaringannya antara lain:

i. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;

ii. Puskesmas Pembantu;

iii. Puskesmas Keliling;

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

13

iv. Posyandu; dan

v. Polindes.

f. Pengendalian obat dan bahan medis habis pakai

Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit

pelayanan kesehatan dasar. Pengendalian Obat terdiri dari:

i. Pengendalian persediaan

ii. Pengendalian penggunaan

iii. Penanganan Obat hilang, rusak, dan kadaluwarsa

g. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan

Tujuan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan adalah:

i. Bukti bahwa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai telah

dilakukan

ii. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian

iii. Sumber data untuk pembuatan laporan

h. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai

Pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai

dilakukan secara periodik dengan tujuan untuk:

i. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam

pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai sehingga dapat menjaga

kualitas maupun pemerataan pelayanan

ii. Memperbaiki secara terus-menerus pengelolaan obat dan bahan medis

habis pakai

iii. Memberikan penilaian terhadap capaian kinerja pengelolaan (Menkes,

RI., 2014).

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

14

2.3.4 Pelayanan Farmasi Klinik

Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:

a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di

Puskesmas.

b. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,

keamanan dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.

c. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien

yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.

d. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan

penggunaan Obat secara rasional (Menkes, RI., 2014).

Pelayanan farmasi klinik meliputi:

a. Pengkajian resep, penyerahan obat, dan pemberian informasi obat

Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,

persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap

maupun rawat jalan.

Persyaratan administrasi meliputi:

i. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien

ii. Nama, dan paraf dokter

iii. Tanggal resep

iv. Ruangan/unit asal resep

Persyaratan farmasetik meliputi:

i. Bentuk dan kekuatan sediaan

ii. Dosis dan jumlah obat

iii. Stabilitas dan ketersediaan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

15

iv. Aturan dan cara penggunaan

v. Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat)

Persyaratan klinis meliputi:

i. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat

ii. Duplikasi pengobatan

iii. Alergi, interaksi dan efek samping obat

iv. Kontra indikasi

v. Efek adiktif.

Kegiatan penyerahan (Dispensing) dan pemberian informasi obat

merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik obat,

memberikan label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang

memadai disertai pendokumentasian.

Tujuan:

i. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.

ii. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan

(Menkes, RI., 2014).

b. Pelayanan informasi obat (PIO)

Pelayanan informasi obat didefinisikan sebagai kegiatan penyediaan dan

pemberian informasi, akurat, komprehensif, terkini oleh apoteker kepada pasien,

tenaga kesehatan, masyarakat maupun pihak yang memerlukan.

Kegiatan pelayanan informasi obat meliputi :

1. Pelayanan Informasi

Terutama untuk mendukung pelayanan kefarmasian, yang aktivitasnya

meliputi:

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

16

- Menjawab pertanyaan

- Mengkaji dan menyampaikan informasi bagi yang memerlukan

- Menyiapkan materi dan membuat buletin, brosur, leaflet, dll

Informasi obat yang lazim diperlukan pasien

i. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam

sehari,apakah di waktu pagi, siang, sore atau malam. Dalam hal ini

termasuk apakahobat diminum sebelum atau sesudah makan.

ii. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau

harusdihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus

dihabiskanuntuk mencegah timbulnya resistensi.

iii. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan

pengobatan.Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai

cara penggunaanobat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu

seperti obat oral, obattetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat

semprot hidung, tetes telinga,suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet

vagina.

iv. Efek yang akan timbul dari penggunaan obat, misalnya

berkeringat,mengantuk, kurang waspada, tinja berubah warna, air kencing

berubah warna,dan sebagainya.

v. Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya interaksi obat dengan obat

lainatau makanan tertentu dan kontraindikasi obat tertentu dengan diet

rendahkalori, kehamilan dan menyusui serta kemungkinan terjadinya efek

obat yangtidak dikehendaki.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

17

2. Pendidikan dan Pelatihan

Beberapa kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dapat dilakukan antara lain:

i. Menyajikan informasi mengenai obat dan atau penggunaan obat dalam

bentukpenyuluhan.

ii. Membimbing apoteker magang/mahasiswa yang sedang praktik

kerjalapangan mengenai keterampilan dalam pelayanan informasi obat

(Depkes, RI., 2008).

c. Konseling

Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan

menyelesaikanmasalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan keputusan

penggunaan obat.

Tujuan :

Memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan

tenagakesehatan mengenai nama obat, khasiat/indikasi, tujuan pengobatan,

jadwalpengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek

samping obat,tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan

obat-obat lain.

Kegiatan :

1. Memulai komunikasi antara apoteker dengan pasien

2. Menanyakan hal-hal yang menyangkut obat yang dikatakan dokter kepada

pasiendengan metode pertanyaan terbuka :

i. Apa yang dikatakan dokter mengenai obat yang diberikan

ii. Bagaimana cara pemakaian

iii. Efek yang ditimbulkan dari penggunaan obat tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

18

3. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan obat

4. Verifikasi akhir

Mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat, untuk mengoptimalkan

tujuan terapi (Depkes, RI., 2008).

d. Ronde/Visite pasien

Tujuan:

i. Memeriksa obat pasien

ii. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan obat dengan

mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien

iii. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan

obat

iv. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam

terapi pasien.

Kegiatan visite mandiri:

Untuk Pasien Baru

1) Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan.

2) Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal

pemberian Obat.

3) Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah,

mencatat jenisnya dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan

pasien.

4) Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait

Obat yang mungkin terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

19

Untuk pasien lama dengan instruksi baru

1) Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.

2) Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian Obat.

Untuk semua pasien

1) Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.

2) Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian masalah dalam

satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan.

Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan

terputusnya kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk

itu, perlu juga dilakukan pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care)

agar terwujud komitmen, keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan

Obat sehingga tercapai keberhasilan terapi Obat (Menkes, RI., 2014).

e. Pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO)

Tujuan:

i. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat,

tidak dikenal dan frekuensinya jarang.

ii. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah

sangat dikenal atau yang baru saja ditemukan.

Kegiatan:

i. Menganalisis laporan efek samping Obat.

ii. Mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi

mengalami efek samping Obat.

iii. Mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

20

iv. Melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat

Nasional(Menkes, RI., 2014).

f. Pemantauan terapi obat (PTO)

Tujuan:

i. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.

ii. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan

Obat.

Kriteria pasien:

i. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.

ii. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.

iii. Adanya multidiagnosis.

iv. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.

v. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.

vi. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang

merugikan (Menkes, RI., 2014).

g. Evaluasi penggunaan obat

Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur, sistematis

dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang digunakan sesuai

indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien.

Tujuan:

i. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.

ii. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu.

(Depkes, RI., 2008).

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

21

2.3.5 Pengendalian Mutu Pelayanan Kefarmasian

Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan untuk

mencegah terjadinya masalah terkait obat atau mencegah terjadinya kesalahan

pengobatan/medikasi (medication error), yang bertujuan untuk keselamatan

pasien (patient safety).

Kegiatan pengendalian mutu pelayanan kefarmasian meliputi:

a. Perencanaan, yaitu menyusun rencana kerja dan cara monitoring dan evaluasi

untuk peningkatan mutu sesuai standar.

b. Pelaksanaan, yaitu:

i. Monitoring dan evaluasi capaian pelaksanaan rencana kerja

(membandingkan antara capaian dengan rencana kerja)

ii. Memberikan umpan balik terhadap hasil capaian.

c. Tindakan hasil monitoring dan evaluasi, yaitu:

i. Melakukan perbaikan kualitas pelayanan sesuai standar

ii. Meningkatkan kualitas pelayanan jika capaian sudah memuaskan

(Menkes, RI., 2014).

2.4 Kepuasan Pasien

Kepuasan pasien merupakan tingkat perasaan pasien setelah

membandingkan dengan harapannya. Seorang pasien jika merasa puas dengan

nilai yang diberikan oleh jasa pelayanan, sangat besar kemungkinannya untuk

menjadi pelanggan dalam waktu yang lama (Umar, 1996).

Menurut Bustami (2011), terdapat lima determinan atau penentuan mutu

pelayanan yang akhirnya menjadi penentu tingkat kepuasan yang dapat dirincikan

sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Puskesmas Pusat

22

a. Kehandalan, yaitu kemampuan memberikan pelayanan dengan segera,

tepat (akurat), dan memuaskan. Dalam hal ini adalah melayani secara

benar.

b. Ketanggapan, yaitu keinginan para karyawan/staf membantu semua

pelanggan serta berkeinginan dan melaksanankan pemberian pelayanan

dengan tanggap. Dalam hal ini adalah sikap dari penyedia jasa yang penuh

perhatian, cepat dan tepat dalam menghadapi permintaan.

c. Keyakinan, yaitu karyawan/staf memiliki kompetensi, kesopanan dan

dapat dipercaya, bebas dari bahaya, serta bebas dari risiko dan keragu-

raguan. Dalam hal ini adalah pengetahuan dan keterampilan dalam

memberikan jasa.

d. Empati, yaitu karyawan/staf mampu menempatkan dirinya pada

pelanggan, dapat berupa kemudahan dalam menjalin hubungan dan

komunikasi termasuk perhatiannya terhadap para pelanggannya, serta

dapat memahami kebutuhan dari pelanggan. Dalam hal ini adalah

perhatian yang diberikan kepada pelanggan.

e. Fasilitas berwujud, dapat berupa ketersediaan sarana dan prasarana

termasuk alat yang siap pakai serta penampilan karyawan/staf yang

menyenangkan.

Universitas Sumatera Utara