bab ii tinjauan pustaka 2.1.1. pengertian sistem manajemen...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
2.1.1. Pengertian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012 pada BAB 1 Pasal
1 menyatakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja
guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Pada Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja meliputi kebijakan dan komitmen,
perencanaan, penerapan, pengukuran dan evaluasi dan tinjauan ulang.
Penerapan praktis keselamatan dan kesehatan kerja di berbagai sektor di dalam
kehidupan atau di suatu organisasi tidak secara sembarangan.Karena itu dalam rangka
menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja ini diperlukan juga pengorganisasian
secara baik dan benar. Dalam hubungan inilah diperlukan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dan perlu dimiliki oleh
setiap organisasi. Melalui Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja inilah
pola pikir dan berbagai pendekatan yang ada diintegrasikan kedalam seluruh kegiatan
operasional organisasi agar organisasi dapat berproduksi dengan cara yang sehat dan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
11
aman, efisien serta menghasilkan produk yang sehat dan aman pula serta tidak
menimbulkan dampak lingkungan yang tidak diinginkan (Daniel, 2015).
Peraturan Pemerintah Republik Indonesis No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada pasal 5 yang menyatakan bahwa:
1. Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.
2. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pada perusahaan :
a. Mempekerjakan pekerja/buruh paling sedikit 100 (seratus) orang atau
b. Mempunyai tingkat potensi tinggi
3. Ketentuan mengenai tingkat potensi bahaya tinggi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Pengusaha dalam menerapkan SMK3 wajib berpedoman pada Peraturan
Pemerintah ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan serta dapat
memperhatikan konvensi atau standar internasional.
2.1.2. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
Kesehatan Kerja adalah tanggung jawab kita semua. Keselamatan kerja
bukanlah tanggung jawab pimpinan perusahaan ataupun tenaga kerja semata, tetapi
kita semua dituntut untuk memberikan peran untuk memasyarakatkan dan
melestarikan (Sucipto, 2014). Kesehatan kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan
beserta praktiknya dalam pemeliharaan kesehatan secara kuratif, preventif,
promosional, dan rehabilitative agar masyarakat tenaga kerja, serta dapat memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya untuk dapat bekerja produktif (Suma’mur, 2014).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
12
Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, lebih
difokuskan pada upaya promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif)
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif yang menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (UU RI No. 44 Tahun 2009).
Konsep dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) adalah
upaya untuk seluruh pekerja rumah sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit
untuk menciptakan lingkungan kerja, tempat kerja Rumah Sakit yang sehat, aman dan
nyaman baik bagi pekerja rumah sakit, pasien, pengunjng/pengantar orang sakit
maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit (Sucipto, 2014).
Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit, suatu proses
kegiatan yang dimulai dengan tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian yang bertujuan untuk membudayakan kesehatan dan keselamatan kerja
di rumah sakit (Kepmenkes, 2007).
Pengelola kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit adalah organisasi
yang menyelenggarakan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) secara
menyeluruh di rumah sakit. Sertifikat dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan pengetahuan dan keahlian yang didapat baik secara formal melalui
jenjang pendidikan resmi di perguruan tinggi maupun secara informal melalui
pelatihan yang disertifikasi oleh Kementerian Kesehatan. Pelatihan tentang kesehatan
dan keselamatan kerja rumah sakit yang diakreditasi oleh Kementerian Kesehatan
(Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
13
Menurut hasil penelitian (Ruth Sofia 2013) tentang pengetahuan dan sikap
manajemen rumah sakit tentang pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (SMK3) di RSU Sari Mutiara menyatakan bahwa dibutuhkan
penyebaran informasi sehingga K3RS lebih diketahui oleh semua unsur rumah sakit
agar pengetahuan tentang pelaksanaan K3RS lebih di tingkatkan lagi dan faktor
menyebabkan sikap yang negatif dariresponden adalah karena K3RS masih di anggap
sebagai instrument akreditasi saja dan bukan dianggap sebagai suatu investasi.
2.2. Tujuan, Sasaran, dan Ruang Lingkup Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di Rumah Sakit
2.2.1. Tujuan
a. Tujuan umum
Terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk SDM
Rumah Sakit, aman dan sehat bagi pasien, pengunjung/pengantar pasien,
masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit sehingga proses
pelayanan rumah sakit berjalan baik dan lancar.
b. Tujuan khusus
1. Terwujudnya organisasi kerja yang menunjang tercapainya K3RS.
2. Meningkatnya profesionalisme dalam hal K3 bagi manajemen,
pelaksana dan pendukung program.
3. Terpenuhi syarat-syarat K3 di setiap unit kerja.
4. Terlindunginya pekerja dan mencegah terjadinya PAK dan KAK.
5. Terselenggaranya program K3RS secara optimal dan menyeluruh.
6. Peningkatan mutu, citra dan produktivitas rumah sakit.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
14
2.2.2. Sasaran
1. Pengelola rumah sakit.
2. Sumber daya manusia rumah sakit.
2.2.3. Ruang Lingkup
Standar K3RS mencakup; prinsip, program dan kebijakan pelaksanaan K3RS,
standar pelayanan K3RS, standar sarana, prasarana dan peralatan K3RS, pengelolaan
barang berbahaya, standar sumber daya manusia K3RS, pembinaan, pengawasan,
pencatatan dan pelaporan.
2.3. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
Upaya kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit menyangkut tenaga
kerja, cara/metode kerja, alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini
meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Kinerja setiap petugas
kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari tiga komponen kesehatan dan
keselamatan kerja di rumah sakit yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan
kerja, yang dimaksud dengan :
1. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan
pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.
2. Beban kerja adalah suatu kondidi yang membebani pekerja baik secara fisik
maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya, kondisi tersebut dapat
diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non
fisik.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
15
3. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang meliputi faktor
fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial yang mempengaruhi pekerja
dalam melaksanakan pekerjaannya.
2.4. Pedoman Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Rumah Sakit Keputusan Menteri Kesehatan No.432/Menkes/SK/IV/2007
2.4.1. Komitmen dan Kebijakan
Komitmen diwujudkan dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis, jelas dan
mudah di mengerti serta diketahui oleh seluruh karyawan RS. Manajemen RS
mengidentifikasi dan menyediakan semua sumber daya esensial seperti pendanaan,
tenaga K3 dan saran untuk terlaksananya program K3 di RS. Kebijakan K3 di RS
diwujudkan salam bentuk wadah K3RS dalam struktur organisasi RS.
Untuk melaksanakan komitmen dan kebijakan K3RS, perlu disusun strategi
antara lain :
1. Advokasi sosialisasi program K3RS.
2. Menetapkan tujuan yang jelas.
3. Organisasi dan penugasan yang jelas.
4. Meningkatkan SDM professional di bidang K3RS pada setiap unut kerja di
lingkungan RS
5. Sumber daya yang harus di dukung oleh manajemen puncak
6. Kajian risiko secara kualitatif dan kuantitatif
7. Membuat programkerja K3RS yang mengutamakan upaya peningkatan dan
pencegahan.
8. Monitoring dan evaluasi secara internal dan eksternal secara berkala.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
16
2.4.2. Perencanaan
RS harus membuat perencanaan yang efektif agar tercapai keberhasilan
penerapan sistem manajemen K3 dengan sasaaran yang jelas dan dapat diukur.
Perencanaan K3 di RS dapat mengacu pada standar Sistem Manajemen K3RS
diantaranya self assessment akreditasi K3RS dan SMK3.
Perencanaan meliputi :
1. Indentifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian faktor risiko. RS harus
melakukan kajian dan identifikasi sumber bahaya, penilaian serta pengendalian
faktor risiko.
a. Identifikasi sumber bahaya dapat dilakukan dengan pertimbangan :
1) Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya
2) Jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.
Sumber bahaya yang ada di RS harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan
tingkat risiko yang merupakan tolak ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan PAK. Berdasarkan lokasi dan pekzerjaan di Rumah Sakit Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 432 Tahun 2007 menetapkan bahaya potensial sebagai berikut:
Tabel 2.1. Bahaya Potensial di Rumah Sakit
No Bahaya Pontensial Lokasi Pekerja yang paling
beresiko
1. Fisik:
Bising
IPS-RS, lundri, dapur,
CSSD, gedung genset –
boiler, IPAL
Karyawan yang
bekerja di lokasi tsb
Getaran Ruang mesin-mesin dan
peralatan yang
Perawat, cleaning
service dll
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
17
menghasilkan getaran
(ruang gigidll)
Debu Genset, bengkel kerja,
laboratorium gigi,
gudang rekammedis,
incinerator
Petugas
sanitasi,teknisis gigi,
petugas IPS dan
rekam medis
Panas CSSD, dapur, laundry,
incinerator, boiler
Pekerja dapur,
pekerja laundry,
petugas sanitasi dan
IP-RS
Radiasi X-Ray, OK yang
menggunakan c-arm,
ruang fisioterapi, unit
gigi
Ahli radiologi,
radiotherapist dan
radiographer, ahli
fisioterapi dan
petugas roentgen gigi
2 Kimia
Disinfektan
Semua area
Petugas kebersihan,
perawat
Cytotoxics Farmasi, tempat
pembuangan limbah,
bangsal
Pekerja farmasi,
perawat, petugas
pengumpul sampah
Ethylene oxide Kamar Operasi Dokter, perawat
Formaidehyde Laboratorium, kamar
mayat, gudang farmasi
Petugas kamar
mayat, petugas
laboratorium dan
farmasi
Methyl :
Methacrylate
Hg (amalgam)
Ruang pemeriksaan gigi Petugas/dokter gigi,
dokter bedah,
perawat
Solvents Laboratorium, bengkel
kerja, semua area di RS
Teknisi, petugas
laboratorium,
petugas pembersih
Gas-gas anaestesi Ruang operasi gigi, OK,
ruang pemulihan (RR)
Dokter gigi, perawat,
dokter
bedah,dokter/perawat
anaestesi
3 Biologik :
AIDS,Hepatitis B dan Non
A dan Non B
IGD, Kamar Operasi,
ruang pemeriksaan gigi,
laboratorium, laundry
Dokter,dokter
gigi,perawat,petugas
laboratorium,
petugas sanitasi dan
laundry
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
18
Cytomegalovirus Ruang kebidanan, ruang
anak
Perawat dokter yang
bekerja di bagian Ibu
dan anak
Rubella Ruang ibu dan anak Perawat, dokter yang
bekerja di bagian ibu
dan anak
Tuberculosis Bangsal, laboratorium,
ruang isolasi
Perawat, petugas
laboratorium,
fisioterapis
4 Ergonomik
Pekerjaan yang dilakukan
secara manual
Area pasien dan tempat
penyimpanan barang
(gudang)
Petugas yang
menangani pasien
dan barang
Postur yang salah dalam
melakukan pekerjaan
Semua area Semua karyawan
Pekerjaan yang berulang Semua area Dokter gigi petugas
pembersih,
fisioterapis,
sopir,operator
computer, yang
berhubungan dengan
pekerjaan juru tulis
5 Psikososial
Sering Kontak dengan
pasien,kerja bergilir,kerja
berlebihan ancaman secara
fisik
Semua area Semua karyawan
a. Penilaian faktor risiko
Adalah proses untuk menentukan ada tidaknya risiko dengan jalan
melakukan penilaian bahaya potensial yang menimbulkan risiko kesehatan
dan keselamatan.
b. Pengendalian faktor risiko
Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian risiko yakni menghilangan
bahaya. Menggantikan sumber risiko dengan sarana/peralata lain yang
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
19
tingkat risikonya lebih rendah/tidak ada (engineering/rekayasa), administrasi
dan alat pelindung pribadi (APP).
2. Membuat peraturan
RS harus membuat, menetapkan dan melaksanakan standar opersional prosedur
(SOP) sesuai dengan peraturan, perundangan dan ketentuan mengenai K3 lainnya
yang berlaku. SOP ini harus dievaluasi, diperbarui dan harus dikomunikasikan
serta disosialisasikan pada karyawan dan pihak yang terkait.
3. Tujuan dan Sasaran
RS harus mempertimbangkan peraturan perundang-undangan, bahaya pontesial
dan risiko K3 yang bias diukur, satuan/indikator pengukuran, sasaran pencapaian
dan jangka waktu pencapaian (SMART).
4. Indikator Kinerja
Indikator harus dapat diukur sebagai dasar penilaian kinerja K3 yang sekaligus
merupakan informasi mengenai keberhasilan pencapaian SMK3 RS.
5. Program K3
RS harus merupakan dan melaksanakan program K3RS, untuk mencapai sasaran
harus ada monitoring, evaluasi dan dicatat serta dilaporkan.
2.4.3. Pengorganisasian
Pelaksanaan K3 di RS sangat tergantung dari rasa tanggung jawab manajemen
dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerja sama dalam
pelaksanaan K3. Tanggung Jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang
jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas, K3RS
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
20
secara spesifik harus mempersiapkan data dan informasi pelaksanaan K3 di semua
tempat kerja, merumuskan permsalahan serta menganalisis penyebab timbulnya
masalah bersama unit-unit kerja, kemudian mencari jalan pemecahannya dan
mengkomunikaskannya kepada unit-unit kerja, sehingga dapat dilaksanakan dengan
baik.selanjutnya memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan program, untuk menilai
sejauh mana program yang dilaksanakan telah berhasil. Kalau masih terdapat
kekurangan, maka perlu diidentifikasi penyimpangannya serta dicari pemecahannya.
1. Tugas dan fungsi organisasi/unit pelaksana K3RS
a. Tugas pokok:
1) Memberi rekomendasi dan pertimbangan kepada direktur RS mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan K3
2) Merumuskan kebijakan,perauran, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan
prosedur.
3) Membuat program K3RS
b. Fungsi
1) Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permsalahan yang berhubungan dengan K3
2) Membantu direktur RS mengadakan dan meningkatkan upaya promosi
K3, pelatihan dan penelitian K3 di RS.
3) Pengawasan terhadap pelaksanaan program K3.
4) Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan
korektif.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
21
5) Koordinasi dengan unit-unit lain yang menjadi anggota K3RS.
6) Memberikan nasehat tentang manajemen K3 di tempat kerja, control
bahaya, mengeluarkan peraturan dan inisiatif pencegahan.
7) Investigasi dan melaporkan kecelakaan, dan merekomendasikan sesuai
kegiatannya.
8) Berpatisipasi dalam perencanaan pembelian peralatan baru,
pembangunan gedung dan proses.
2. Struktur Organisasi K3 di RS
Organisasi K3 berada 1 tingkat dibawah direktur dan bukan merupakan kerja
rangkap.
Model 1 :
Merupakan organisasi yang terstruktur dan bertanggung jawab kepada Direktur
RS, bentuk organisasi K3 di RS merupakan organisasi struktural yang
terintegrasi ke dalam komite yang ada di RS dan disesuaikan dengan
kondisi/kelas masing masing RS, misalnya Komitmen Medis/Nosokomial.
Model 2:
Merupakan unit organisasi fungsional (non struktural), bertanggung jawab
langsung ke Direktur RS. Nama organisasinya adalah unit pelaksana K3RS, yang
di bantu oleh unit K3 yang beranggotakan seluruh unit kerja di RS.
Keanggotaan :
1. Organisasi/unit pelaksana K3RS beranggotakan unsur-unsur dari petugas
dan jajaran direksi RS.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
22
2. Organisasi/unit pelaksana K3RS terdiri dari sekurang-kurangnya Ketua,
Sekretaris dan anggota. Organisasi/unit pelaksana K3RS di pimpin oleh
ketua.
3. Pelaksanaan tugas ketua dibanu oleh wakil ketua dan sekretaris serta anggota
4. Ketua organisasi/unit pelaksana K3RS sebaiknya adalah salah satu
manajemen tertinggi di RS atau sekurang-kurangnya manajemen dibawah
langsung direktur RS.
5. Sedang sekretaris organisasi/unit pelaksana K3RS adalah seorang tenaga
professional K3RS, yaitu manajer K3RS atau ahli K3.
6. Mekanisme kerja
Ketua organisasi/unit pelaksana K3RS memimpin dan mengkoordinasikan
kegiatan organisasi/unit pelaksana K3RS. Sekretaris organisasi/unit
pelaksana K3RS memimpin dan mengkoordinasikan tugas-tugas
kesekretariatan dan melaksanakan keputusan organisasi/unit pelaksana
K3RS. Anggotanya organisasi/unit pelaksana K3RS mengikuti rapat
organisasi/unit pelaksana K3RS dan melakukan pembahasan atas persoalan
yang diajukan dalam rapat, serta melaksanakan tugas-tugas yang diberikan
organisasi/unit pelaksana K3RS.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, organisasi/unit
pelaksana K3RS mengumpulkan data dan informasi mengenai pelaksanaan K3 di RS.
Sumber data antara lain dari bagian personalia meliputi angka sakit, tidak hadir tanpa
keterangan, angka kecelakaan, catatan lama sakit dan perawatan RS, khususnya yang
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
23
berkaitan dengan akibat kecelakaan. Dan sumber yang lain bias dari tempat
pengobatan RS sendiri antara lain jumlah kunjungan, P3K dan tind akan medik karena
kecelakaan, rujukan ke RS bila perlu pengobatan lanjutan dan lama perawatan dan
lama berobat. Dari bagian teknik bias didapat data kerusakan akibat kecelakaan dan
biaya perbaikan.
Informasi juga dikumpulkan dari hasil monitoring tempat kerja dan
lingkungan kerja RS, terutama yang berkaitan dengan sumber bahaya pontesial baik
yang berasal dari kondisi berbahaya maupun tindakan berbahaya serta data dari
bagian K3 berupa laporan pelaksanaan K3 dan analisisnya.
Data dan informasi dibahas dalam organisasi/unit pelaksana K3RS, untuk
menemukan penyebab masalah dan merumuskan tindakan korektif maupun tindakan
preventif. Hasil rumusan disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada direktur
RS. Rekomendasi berisi saran tindak lanjut dari organisasi/satuan pelaksana K3RS
serta alternatif-alternatif pilihan serta pekiraan hasil/konsekuensi setiap pilihan.
Organisasi/unit pelaksana K3RS membantu upaya promosi dilingkungan RS
baik pada petugas, pasien maupun pengunjung, yaitu mengenai segala upaya
pencegahan KAK dan PAK di RS. Juga bisa diadakan lomba pelaksanaan K3 antar
bagian atau unit kerja yang ada di lingkungan kerja RS, dan yang terbaik atau
terbagus pelaksanaan dan penerapan K3 nya mendapat reward dari direktur RS.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
24
2.4.4. Penyelenggaraan
Langkah-langkah Penyelenggaraan Untuk memudahkan penyelenggaraan K3
di RS, maka perlu langkah-langkah penerapannya yaitu :
1. Tahapan persiapan
a. Menyatakan komitmen
Komitmen harus dimulai dari direktur utama/direktur RS (manajemen
puncak). Penyataan komitmen oleh manajemen puncak tidak hanya dalam
kata-kata, tetapi juga harus dengan tindakana nyata, agar dapat diketahui,
dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan petugas RS.
b. Menetapkan cara penerapan K3 di RS.
Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa menggunkan jasa konsultan
jika RS memiliki personil yang cukup mampu untuk mengorgasnisasikan
dan mengarahakan orang.
c. Pembentukan organisasi/unit pelaksana K3RS.
d. Membentuk kelompok kerja penerapan K3.
Anggota kelompok kerja sebaiknya terdiri atas seorang wakil dari setiap unit
kerja, biasanya manajer unit kerja, Peran, tanggung jawab dan tugas anggota
kelompokkerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai kualifikasi dan
jumlah anggota kelompok kerja disesuaikan dengan kebutuhan RS.
e. Menetapkan sumber daya yang diperlukan.
Sumber daya diisi mencangkup orang (mempunyai tenaga K3, sarana, waktu
dan dana).
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
25
2. Tahap Pelaksanaan
a. Penyuluhan K3 ke semua petugas RS
b. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok di
dalam organisasi RS. Fungsinya memproses individu dengan perilaku
tertentu agar berperilaku sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya
sebagai produk akhir dari pelatihan.
c. Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku diantaranya:
1) Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala dan khusus)
2) Penyedian alat pelindung diri dan keselamatan kerja
3) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat
4) Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatan
5) Pengobatan pekerja yang menderita sakit
6) Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada
7) Melaksanakan biological monitoring
8) Melaksanakan surveilas kesehatan pekerja.
3. Tahap pemantauan dan Evaluasi
Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di RS adalah salah satu fungsi
manajemen K3RS yang berupa suatu langkah yang di ambil untuk mengetahui
dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3RS itu berjalan, dan
mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksaaan dari suatu kegiatan K3RS
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
26
Pemantauan dan evaluasi meliputi :
a. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam system pelaporan RS
(SPRS);
1. Pencatatan dan pelaporan K3
2. Pencatatan semua kegiatan K3
3. Pencatatan dan pelaporan KAK
4. Pencatatan dan pelaporan PAK
b. Inspeksi dan penguji
Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara
umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di RS dilakukan secara
berkala, terutama oleh petugas K3RS sehingga kejadian PAK dan KAK
dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik terhadap
lingkungan maupun pemeriksaan terhadap pekerja berisiko seperti biological
monitoring (pemantauan secara biologis).
c. Melaksanakan audit K3
Audit K3 yang meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan,
karyawan dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,
pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan
pengendalian.
Tujuan Audit K3 :
1) Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
27
2) Memastikan dan menilai pengelolaan K3 telah dilaksanakan sesuai
ketentuan
3) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya pontesial serta
pengembangan mutu.
Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit,
identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen uncak.
Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara
berkesinambungan untuk menjamin kesesuaiandan keefektifan dalam
pencapaian kebijakan dan tujuan K3
2.5. Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Audit SMK3 harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui keefektifan
penerapan Sistem Manajemen K3. Audit harus dilaksanakan secara sistematik dan
independen oleh personal yang memilki kompetensi kerja dengan menggunakan
metodolofi oleh personal yang memilki kompotensi kerja dengan menggunakan
metodologi yang ditetapkan. Frekuensi audit harus ditentukan berdasarkan tinjauan
ulang hasil audit sebelumnya dan bukti sumber bahaya yang didapatkan ditrmpat
kerja. Hasil audit harus digunakan oleh pengurus dalam proses tinjauan ulang
manajemen (Elvi, 2015).
Audit (eksternal) dan manajemen review. Kegiatan ini untuk mengecek
kinerja sistem manajemen K3 secara keseluruhan apakah kebijakan, organisasi dan
sistem benar-benar telah mencapai hasil yang diharapkan. Disamping itu juga
kemungkinan adanya perubahan kebijakan pemerintah, perubahan struktur bisnis,
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
28
pengembangan produk baru atau pengenalan teknologi baru. Ulasan kecelakaan harus
mencakup pelajaran belajar di tingkat manajemen. (Fuan, 2014).
Audit Internal SMK3 yang terjadwal dilaksanakan untuk memeriksa
kesesuaian kegiatan perencanaan dan untuk menentukan efektifitas kegiatan tersebut.
Audit internal SMK3 dilakukan oleh petugas yang independen, berkompeten, dan
berwenang. Laporan audit didistribusikan kepada pengusaha atau pengurus dan
petugas lain yang berkepentingan dan dipantau untuk menjamin dilakukannya
tindakan perbaikan. (PP 50 tahun 2012).
2.6. Kerangka Teori
Implementasi Sistem manjemen keselamatan dan kesehatan kerja rumah
sakit berdasarkan komitmen dan kebijakan, perencanaan,
pengorganisasian, penyelenggaraan, tinjauan ulang/audit K3:
1. Tingkat Penilaian Penerapan kurang
2. Tingkat Penilaian Penerapan baik
3. Tingkat Penilaian Penerapan memuaskan
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA