bab ii - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/chapter ii.pdf · freud...

19
6 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Caregiver 1. Pengertian Caregiver adalah seorang individu yang secara umum merawat individu lain (pasien) dalam kehidupannya. (Awad & Voruganti, 2008). Caregiver mempunyai tugas sebagai emotional support, merawat pasien (memandikan, memakaikan baju, menyiapkan makan, mempersiapkan obat), mengatur keuangan, membuat keputusan tetntang perawatan dan berkomunikasi dengan pelayanan kesehatan. Caregiver adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada orang yang mengalami ketidakmampuan dan memerlukan bantun karena penyakut dan keterbatasannya (Sukmarini 2009 dalam Julianti).Caregiver dibagi menjai caregiver formal dan caregiver informal. Caregiver informal adalah seseorang individu (anggota keluarga, teman, atau tetangga yang memberikan perawatan secara keseluruhan, paruh waktu, tinggal bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan caregiver formal adalah caregiver yang merupakan bagian dari sistem pelayana yang baik diberi pembayaran maupun sukarelawan ( Sukmarini 2009 dalam Julianti). Caregiver pada masyarakat Indonesia umumnya adalah keluarga, dalam hal ini adalah pasangan, anak, menantu, cucu atau saudara yang tinggal satu rumah.Suatu keluarga terdiri dari dua individu atau lebih yang berbagi tempat tinggal atau berdekatan satu dengan lainnya; memiliki ikatan emosi, terlibat dalam posisi sosial; peran dan tugas-tugas yang saling berhubungan; serta adanya rasa saling menyayangi dan memiliki. 2. Fungsi Fungsi dari caregiver adalah merawat klien yang menderita suatu penyakit termasuk juga menyediakan makanan, membawa klien ke pelayanan kesehatan dan memberikan dukungan emosional dan kasih sayang serta UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Upload: others

Post on 10-Sep-2019

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

6

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Caregiver

1. Pengertian

Caregiver adalah seorang individu yang secara umum merawat individu

lain (pasien) dalam kehidupannya. (Awad & Voruganti, 2008).Caregiver

mempunyai tugas sebagai emotional support, merawat pasien

(memandikan, memakaikan baju, menyiapkan makan, mempersiapkan

obat), mengatur keuangan, membuat keputusan tetntang perawatan dan

berkomunikasi dengan pelayanan kesehatan.

Caregiver adalah seseorang yang memberikan bantuan kepada orang yang

mengalami ketidakmampuan dan memerlukan bantun karena penyakut dan

keterbatasannya (Sukmarini 2009 dalam Julianti).Caregiver dibagi menjai

caregiver formal dan caregiver informal. Caregiver informal adalah

seseorang individu (anggota keluarga, teman, atau tetangga yang

memberikan perawatan secara keseluruhan, paruh waktu, tinggal bersama

maupun terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan caregiver formal

adalah caregiver yang merupakan bagian dari sistem pelayana yang baik

diberi pembayaran maupun sukarelawan ( Sukmarini 2009 dalam Julianti).

Caregiver pada masyarakat Indonesia umumnya adalah keluarga, dalam

hal ini adalah pasangan, anak, menantu, cucu atau saudara yang tinggal

satu rumah.Suatu keluarga terdiri dari dua individu atau lebih yang berbagi

tempat tinggal atau berdekatan satu dengan lainnya; memiliki ikatan

emosi, terlibat dalam posisi sosial; peran dan tugas-tugas yang saling

berhubungan; serta adanya rasa saling menyayangi dan memiliki.

2. Fungsi

Fungsi dari caregiver adalah merawat klien yang menderita suatu penyakit

termasuk juga menyediakan makanan, membawa klien ke pelayanan

kesehatan dan memberikan dukungan emosional dan kasih sayang serta

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 2: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

7

perhatian. Caregiver juga membantu klien dalam mengambil keputusan

untuk membantu kliennya.Keluarga merupakan salah satu caregiver yang

baik untuk klien (Tantono 2006 dalam Julianti).

B. Konsep Skizofrenia

1. Pengertian

Kata Skizofrenia terdiri dari dua kata, yaitu skhizein = split = pecah dan

phrenia = mind = pikiran. Jadi skizofrenia adalah gangguan psikotik yang

sifatnya merusak, melibatkan gangguan berpikir, persepsi, pembicaraan,

emosional dan gangguan perilaku (Pieter dan Lubis, 2010).

Skizofrenia adalah gangguan mental serius yang menimpa sekitar 1 persen

dari populasi dunia.Biaya untuk mengatasi gangguan ini sangat besar. Di

Amerika, angkanya melebihi biaya dari semua jenis kanker (Thaker dan

Charpenter, 2001 dalam Carlson 2015)

2. Penyebab

Penyebab pasti gangguan skizofrenia masih belum diketahui

pasti.Berbagai hipotesis terkait penyebab gangguan ini telah bermunculan

mulai dari faktor biologis, genetik, psikologis dan lingkungan.Munculnya

berbagai hipotesis terkait penyebab gangguan ini karena gangguan ini

masih belum dapat diketahui penyebabnya secara pasti.

a. Faktor Biologis

Dalam faktor biologis ini terdapat empat faktor penting, ialah faktor

keturunan (herediter), faktor biokimiawi, faktor faal syaraf, dan faktor

anatomi syaraf. Faktor herediter mendapatkan perhatian yang lebih

besar, dimana sumber gangguan dianggap ciri biologis keluarga.Faktor

biokimiawi, menunjukkan adanya enzim yang khas, faktor faal syaraf

menunjuk pada terjadinya ketidakseimbangan antara proses

eksoitatorik dan hambatan dan gugahan otonomik yang tidak selaras.

Dalam hal ini faal yang terganggu mengganggu kapabilitas organisme

yang bersangkutan dengan peran proses. (Sutardjo 2005:152).

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 3: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

8

Terdapat beberapa teori biologis mengenai skizofrenia.

1) Adanya bukti terjadinya transmisi gen, meskipun secara genetis

tidak terlihat jelas siapa yang mendapat gangguan ini.

2) Beberapa penderita skizofrenia menunjukkan abnormalitas struktur

dan pemfungsian area-area khusus di otak, yang memberikan

kontribusi terhadap gangguan ini.

3) Banyak orang dengan gangguan skizofrenia memiliki sejarah

komplikasi (kesulitan) melahirkan atau terjangkit virus selama

prenatal, yang dapat memepengaruhi otak janin mereka.

4) Teori neurotransmitter mengenai skizofrenia berpendapat bahwa

tingkat neurotransmitter dopamine yang terlalu berlebihan

memainkan peran penyebab skizofrenia.

b. Faktor Psikososial

Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam

fase perkembangan yang terjadi lebih awal sehingga menyebabkan

munculnya perkembangan yang neurosis (Kaplan dkk,

2010).Terjadinya pelemahan ego, pengesampingan superego dan

munculnya Id yang menguasai semua (Maramis, 2009). Sedangkan

Sullivan, menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh kesulitan

interpersonal awal yang berhubungan dengan pengasuhan masa kecil

yang salah dan terlalu mencemaskan (Kaplan, 2010). Teori Diatesis

Stress menyatakan bahwa beberapa orang yang memiliki

predisposisi genetik yang berinteraksi dengan stressor kehidupan

menghasilkan kemunculan dan perkembangan dari skizofrenia

(Plotnik, 2011). Kejadian yang menimbulkan stress seperti orang tua

yang mengancam, kemiskinan hubungan interpersonal, kematian orang

tua atau orang yang dicintai dan permasalahan karir atau personal

dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan skizofrenia.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 4: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

9

3. Gejala

Mueser dan McGurk (Carlson 2015), mengemukakan tiga kategori gejala

skizofrenia, yaitu :

a. Gejala positif membuat diri mereka dikenal karena kehadiran mereka.

Gejala positif yaitu :

1) Gangguan pemikiran

Tidak teratur, pemikiran tidak rasional mungkin merupakan

gejala yang paling penting diskizofrenia.Penderita skizofrenia

sangat kesulitan mengatur pikiran mereka secara logis dan

memilah kesimpulan yang masuk akal dari yang tidak masuk

akal.

2) Delusi

Gangguan delusi disebut juga dengan disorder of thought

content atau the basic characteristic of madness.Adalah gejala

gangguan psikotik penderita skizofrenia yang ditandai

gangguan pikiran, keyakinan yang kuat yang sebenarnya

misrespresentation dari keyakinannya. (Pieter dan Lubis, 2010)

a) Ciri-ciri kilinis dari gangguan delusi yaitu :

(1) Keyakinan yang persisten dan berlawanan dengan

kenyataan tetapi tidak disertai dengan keberadaan

sebenarnya.

(2) Terisolasi secara sosial dan bersikap curiga pada orang

lain.

b) Bentuk-bentuk delusi yang berkaitan dengan skizofrenia

yaitu :

(1) Delusions of persecution, adalah penderita skizofrenia

yang mengalami gangguan psikotik ditandai waham

prasangka buruk terhadap dirinya ataupun orang lain

yang tidak realistis. Merasa orang lain sangat dengki

dengan dirinya.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 5: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

10

(2) Cotard’s syndrome (sometic) adalah penderita

skizofrenia yang mengalami gangguan psikotik atau

ketakutan yang tidak real.

3) Halusinasi

Halusinasi skizofrenia khas, terdiri dari suara-suara berbicara

orang tersebut.Sering kali, suara-suara itu memerintahkannya

untuk melakukan sesuatu, memarahinya karena dia tidak

berharga, atau hanya mengucapkan frase tak bermakna.

Halusinasi penciuman (olfaktoris) juga cukup umum ditemui;

sering kali menciptakan delusi yang menyebutkan bahwa orang

lain berusaha untuk membunuhnya dengan gas beracun.

a. Gejala negatif

Berbeda dengan gejala positif, gejala negatif skizofrenia dikenal

dengan berkurangnya atau tidak adanya perilaku yang normal:

respons emosional yang datar, kemampuan bicara yang buruk,

kurangnya inisiatif dan ketekunan, anhedonia (ketidakmampuan

untuk mengalami/merasakan kesenangan), dan menarik diri secara

sosial.

b. Gejala kognitif

Gejala kognitif skizofrenia berhubungan erat dengan gejala negatif

dan dapat dihasilkan oleh kelainan akibat tumpang tindihnya

daerah di otak.Gejala ini termasuk kesulitan dalam

mempertahankan perhatian, rendahnya tingkat kecepatan

psikomotor (kemampuan untuk secara cepat dan lancer melakukan

gerakan-gerakan jari-jari, tangan, dan kaki), penurunan

kemampuan (defisit) dalam belajar dan memori, buruknya

kemampuan berpikir secara abstrak, dan buruknya kemampuan

pemecahan masalah.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 6: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

11

4. Tipe Skizofrenia

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa

III (2003), skizofrenia dibagi, menjadi :

a. Skizofrenia Paranoid

Ini adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara

mana pun.Gambaran klinis didominasi oleh waham-waham yang

secara relatif stabil, sering kali bersifat paranoid, biasanya disertai

dengan oleh halusinasi-halusinasi, terutama halusinasi

pendengaran, dan gangguan persepsi.

Beberapa contoh dari gejala-gejala paranoid yang paling umum :

1) Waham-waham kejaran, rujukan (reference), “exalted birth”

(merasa dirinya tinggi, istimewa), misi khusus, perubahan

tubuh atau kecemburuan

2) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa

bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi

tawa (laughing)

3) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat

seksual, atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual

mungkin ada tetapi jarang meonjol.

b. Skizofrenia Hebefrenik

Suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan afektif yang tampak

jelas, dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang

bersifat mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku

yang tak bertanggung jawab dan tidak diramalkan, serta umumnya

mannarisme. Suasana perasaan (mood) pasien dangkal dan tidak

wajar (inappropriate), serta disertai oleh cekikikan (giggling) atau

perasaan puas-diri (self-statisfied), senyum sendiri (self-absorbed

smiling), atau oleh sikap yang angkuh/agung (lofty manner)

tertawa menyeringai (grimaces), mannerism, mengibuli secara

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 7: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

12

bersenda gurau (pranks), keluhan yang hipokondrik, dan ungkapan

kata yang diulang-ulang (reiterated phrases).

c. Skizofrenia Katatonik

Gangguan psikomotor yang menonjol merupakan gambaran yang

esensial dan dominan dan dapat bervariasi antara kondisi ekstrem

seperti hiperkinesis dan stupor, atau antara sifat penurut yang

otomatis dan negativisme.

Gejala katatonik terpisah yang bersifat sementara dapat terjadi

pada setiap subtipe skizofrenia, tetapi untuk diagnosis skizofrenia

katatonik satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus

mendominasi gambaran klinisnya:

1) Stupor (amat berkurangnya reaktivitas terhadap lingkungan dan

dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme

2) Kegelisahan (aktivitas motor yang tampak tak bertujuan, yang

tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

3) Berpose (secara sukarela mengambil dan mempertahankan

sikap tubuh tertentu yang tidak wajar atau “bizarre”)

4) Negativisme (perlawanan yang jelas tidak bermotif terhadap

semua instruksi atau upaya untuk digerakkan, atau bergerak

kearah yang berlawanan)

5) Rigiditas (rigidity: mempertahankan sikap tubuh yang kaku

melawan upaya untuk menggerakkannya)

6) “waxy flexibility” (mempertahankan posisi anggota gerak dan

tubuh yang dilakukan dari luar)

7) Gejala-gejala lain seperti otomatisme terhadap perintah

(command automatism: ketaatan secara otomatis terhadap

perintah), dan perseverasi kata-kata serta kalimat-kalimat.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 8: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

13

d. Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated)

Kondisi-kondisi yang memenuhi kriteria diagnostik umum untuk

skizofrenia tetapi tidak sesuai dengan satu pun subtipe tersebut

diatas, atau memperlihatkan gejala lebih dari satu subtipe tanpa

gambaran predominasi yang jelas untuk suatu kelompok diagnosis

yang khas.

Kategori ini harus disediakan untuk gangguan yang:

1) Memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia

2) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid,

hebefrenik atau katatonik

3) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau

depresi pasca-skizofrenia.

e. Depresi Pasca-Skizofrenia

Suatu episode depresif yang mungkin berlangsung lama dan timbul

sesudah suatu serangan penyakit skizofrenia.Beberapa gejala

skizofrenik harus tetap ada tetapi tidak lagi mendomiasi gambaran

klinisnya.Gejala-gejala yang menetap ini dapat “positif” atau

“negatif” walaupun biasanya yang terakhir itu lebih sering.

Diagnosis ini harus ditegakkan hanya kalau:

1) Pasien telah menderita penyakit skizofrenia yang memenuhi

kriteria umum skizofrenia selama 12 bulan terakhir

2) Beberapa gejala skizofrenik masih tetap ada

3) Gejala-gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi

sedikitnya kriteria untuk suatu episode depresif dan telah ada

untuk waktu sedikitnya 2 minggu.

f. Skizofrenia Residual

Suatu stadium kronis dalam perkembangan suatu gangguan

skizofrenik dimana telah terjadi progresi yang jelas dari stadium

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 9: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

14

awal (terdiri dari satu atau lebih episode dengan gejala psikotik

yang memenuhi kriteria umum untuk skizofrenia diatas) ke

stadium lebih lanjut yang ditandai secara khas oleh gejala-gejala

“negatif” jangka panjang, walaupun belum tentu ireversibel.

Untuk suatu diagnosis yang menyakinkan, persyaratan berikut ini

harus dipenuhi:

1) Gejala “negatif” skizofrenia yang menonjol, misalnya

perlambatan psikomotor, aktivitas menurun, afek yang

menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan

dalam kuantitas isi pembicaraan, komunikasi nonverbal yang

buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi

suara dan sikap tubuh,perawatan diri dan kinerja sosial yang

buruk.

2) Sedikit ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa

lampau yang memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia

3) Sedikitnya sudah melapaui kurun waktu satu tahun di mana

intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan

halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah dilampau

sindrom “negatif” skizofrenia

4) Tidak terdapat demensia atau penyakit/gangguan otak organik

lain, depresi kronis atau institusionalisasi.

g. Skizofrenia Simpleks

Suatu kelainan yang tidak lazim dimana ada perkembangan yang

bersifat perlahan tetapi progresif mengenai keanehan tingkah laku,

ketidakmampuan untuk memenuhi tuntutan masyarakat dan

penurunan kinerja secara menyeluruh.Tidak terdapat waham dan

halusinasi, serta gangguan ini bersifat kurang nyata psikotik jika

dibandingkan dengan skizofrenia subtipe hebefrenik, paranoid dan

katatonik.Ciri-ciri “negatif” yang khas dari skizofrenia residual

(misalnya afek yang menumpul, hilangnya dorongan kehendak)

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 10: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

15

timbul tanpa didahului oleh gejala-gejala psikotik yang

overt.Bersama dengan tambahnya kemunduran sosial, maka pasien

dapat berkembang lebih lanjut menjadi gelandangan (psikotik),

pendiam, malas dan tanpa tujuan.

h. Skizofrenia Lainnya

i. Skizofrenia YTT

C. Konsep Koping

1. Pengertian

Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau

beban yang diterima tubuh dan beban tersebut menimbulkan respon tubuh

yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila mekanisme coping ini

berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban

tersebut (Ahyar, 2010). Individu dapat mengatasi stres dengan

menggerakkan sumber koping di lingkungan. Ada lima sumber koping

yaitu: aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan individu, teknik-teknik

pertahanan, dukungan sosial dan dorongan motivasi (Hidayat, 2008).

2. Jenis-Jenis Koping

Lazarus (dalam Taylor, 2012) membagi mekanisme koping ke dalam dua

kategori:

a. Direct action (perilaku koping yang berfokus pada masalah-problem

focused coping) yaitu segala tindakan yang diusahakan individu untuk

mengatasi atau menanggulangi stres yang langsung diarahkan pada

penyebab stres atau stresor.

b. Palliation (perilaku koping yang berfokus pada emosi-emotion focused

coping), perilaku kategori ini merupakan suatu usaha yang diarahkan

untuk mengatasi, mengurangi, atau menghilangkan ketegangan

emosional yang timbul dari situasi stres, atau bertahan terhadap tekanan

emosi negatif yang dirasakan akibat masalah yang dihadapi.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 11: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

16

Jenis koping yang berfokus pada masalah mencakup tindakan secara

langsung untuk mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan

dengan solusi yaitu:

- Konfrontasi, jenis ini memiliki ciri dengan usaha untuk mengubah

situasi atau keadaan (Mutoharoh, 2010). Jenis ini juga disebut active

coping karena ada penekanan pada tindakan aktif individu untuk

mencoba mengatasi masalah maupun untuk mengurangi dampak dari

masalah tersebut (Taylor, 2012).

- Perencanaan masalah, menggambarkan pertimbangan, usaha-usaha

yang difokuskan pada masalah untuk mencari jalan keluar (Mutoharoh,

2010). Jenis ini melibatkan usaha memikirkan, menyusun rencana

strategi tindakan dan langkah yang akan diambil, serta kemungkinan

berhasilnya usaha tersebut (Taylor, 2012).

- Mencari dukungan sosial berupa bantuan, merupakan usaha mencari

dukungan sosial berupa nasehat, informasi, atau bantuan yang

diharapkan agar membantu individu memecahkan masalah dan

mengatasi stresor yang dihadapi (Taylor, 2012). Jenis ini memiliki ciri

khas yaitu usaha untuk memperoleh informasi dari orang lain

(Mutoharoh, 2010).

- Penekanan kegiatan lain (suppression of competiting activities),

mencakup usaha membatasi ruang gerak atau aktivitas lain yang tidak

berhubungan dengan masalah. Hal ini dilakukan agar perhatian individu

sepenuhnya tercurah untuk mengatasi stres (Taylor, 2012).

- Penundaan perilaku mengatasi stres (restraint coping), adalah usaha

mengatasi masalah dengan tidak melakukan tindakan apapun sampai

ada kesempatan yang tepat untuk bertindak (Taylor, 2012).

Koping yang berfokus pada emosi merujuk pada berbagai upaya untuk

mengurangi berbagai reaksi emosional negatif terhadap stres yaitu:

- Penerimaan, menggambarkan penerimaan akan keadaan (Mutoharoh,

2010). Penerimaan diharapkan terjadi dalam keadaan dimana stresor

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 12: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

17

merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari dan bukan hal yang

mudah diubah (Taylor, 2012).

- Menjaga jarak, menggambarkan usaha-usaha untuk melepaskan atau

memisahkan diri dari keadaan yang penuh stres (Mutoharoh, 2010).

- Kontrol diri, menggambarkan usaha- usaha untuk mengatur perasaan

atau diri sendiri (Mutoharoh, 2010). Koping ini lebih mengarahkan

usahanya untuk mengendalikan emosi-emosi yang tidak menyenangkan

daripada menghadapi sumber stres itu sendiri secara langsung (Taylor,

2012).

- Penghindaran, menggambarkan akan harapan atau usaha untuk lari atau

menghindari dari situasi (Mutoharoh, 2010). Koping ini kadang-kadang

muncul sebagai suatu respon terhadap stresor dan terjadi pada penilaian

awal. Penghindaran akan berguna pada tahap awal menghadapi stres

namun akan menyulitkan koping pada tahap selanjutnya (Taylor, 2012).

- Kembali ke agama, individu mencari pegangan pada agama saat ia

mengalami stres (Taylor, 2012).

- Penilaian positif, usaha-usaha untuk menemukan arti positif dalam

pengalaman yang terjadi (Mutoharoh, 2010). Individu secara emosional

dapat lebih tenang dan berpikir jernih sehingga dapat meneruskan atau

memulai kembali tindakan koping yang terarah pada masalah secara

aktif (Taylor, 2012).

3. Koping Caregiver

Koping caregiver didefenisikan sebagai respon yang positif, sesuai dengan

masalah, afektif, persepsi, dan respons perilaku yang digunakan keluarga

dan subsistemnya untuk memecahkan suatu masalah atau mengurangi stres

yang diakibatkan oleh masalah atau peristiwa.Respon-respon atau perilaku

koping caregiver meliputi tipe strategi koping eksternal dan internal.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Koping Caregiver

Menurut Mutadin (2002) cara individu menangani situasi yang mengandung

tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang meliputi :

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 13: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

18

a. Kesehatan Fisik

Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam usaha

mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan tenaga yang

cukup besar.

b. Keyakinan atau pandangan positif

Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti

keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengerahkan

individu pada penilaian ketidakberdayaan (helplessness) yang akan

menurunkan kemampuan strategi coping.

c. Keterampilan memecahkan masalah

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi,

menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk

menghasilkan alternatif tindakan, kemudian mempertimbangkan

alternatif tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan

pada akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan

yang tepat.

d. Keterampilan sosial

Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi dan

bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial

yang berlaku dimasyarakat.

e. Dukungan sosial

Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan

emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota

keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.

f. Materi/Ekonomi

Dukungan ini meliputi sumber daya berupa uang, barang-barang atau

layanan yang biasanya dapat dibeli.

Salah satu faktor yang mempengaruhi strategi coping adalah dukungan

sosial yang meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan

emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota

keluarga lain, saudara, teman, rekan kerja dan lingkungan masyarakat

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 14: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

19

sekitarnya (Mutadin, 2002). Individu yang saling mendukung satu sama lain

akan terdapat rasa hubungan kemasyarakatan serta hubungan antara

perseorangan.

5. Tipe Strategi Koping Caregiver

Dua tipe strategi koping keluarga adalah internal atau intrafamiliar (dalam

keluarga inti) dan eksternal atau ekstrafamilial (diluar keluarga inti).

a. Strategi Koping Caregiver Internal

1) Mengandalkan kelompok keluarga.

Untuk mengatasi masalah/stressor yang dihadapinya, caregiver

seringkali melakukan upaya untuk menggali dan mengandalkan

sumber-sumber mereka sendiri.Caregiver melakukan ini dengan

membuat struktur dan organisasi yang lebih besar dalam keluarga,

yakni membuat jadwal dan tugas rutinitas yang dipikul oleh setiap

anggota keluarga yang lebih ketat.

2) Penggunaan humor.

Menunjukkan bahwa perasaan humor merupakan hal penting dalam

keluarga karena dapat memberikan perubahan bagi sikap-sikap

keluarg na terhadap masalah-masalah dan perawatan kesehatan.

Humor juga diakui sebagai suatu cara bagi individu dan kelompok

untuk menghilangkan rasa cemas dan stress.

3) Pengungkapan bersama yang semakin meningkat (memelihara ikatan

keluarga).

Suatu cara untuk membawa keluarga lebih dekat satu sama lain dan

memelihara serta mengatasi tingkat stres dan pikiran, ikut serta

dengan aktivitas setiap anggota keluarga merupakan cara untuk

menghasilkan suatu ikatan yang kuat dalam sebuah keluarga.

4) Mengontrol arti/makna dari masalah: pembentukan kembali kognitif.

Salah satu cara untuk menemukan koping efektif adalah

menggunakan mekanisme mental dengan mengartikan masalah yang

dapat mengurangi atau menetralisir secara kognitif rangsang

berbahaya yang dialami dalam hidup.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 15: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

20

5) Pemecahan masalah keluarga secara bersama-sama.

Pemecahan masalah bersama dikalangan keluarga merupakan

startegi koping keluarga yang telah dipelajari melalui riset

laboratorium oleh sekelompok peneliti keluarga.Pemecahan masalah

bersama dapat digambarkan sebagai suatu situasi dimana keluarga

dapat mendiskusikan masalah yang ada secara bersama-sama oleh

keluarga dengan mengupayakan dengan mencari solusi atau jalan

keluarga atas adasar logika.

6) Fleksibilitas peran.

Adanya perubahan dalam kondisi dan situasi dalam keluarga yang

setiap saat dapat berubah, fleksibilitas peran merupakan suatu

strategi koping yang kokoh untuk mengatasi suatu masalah dalam

keluarga.Pada keluarga yang berduka, fleksibilitas peran adalah

sebuah strategi koping fungsional yang penting untuk membedakan

tingkat berfungsinya sebuah keluarga.

7) Normalisasi.

Salah satu strategi koping keluarga yang lain adalah kecenderungan

keluarga menormalkan keadaan sehingga keluarga dapat melakukan

koping terhadap sebuah stressor jangka panjang yang dapat merusak

kehidupan keluarga dan kegiatan rumah tangga.

b. Strategi Koping Caregiver Eksternal.

1) Mencari Informasi.

Keluarga yang mengalami stres memberikan respon secara kognitif

dengan mencari pengetahuan dan informasi yang berhubungan dengan

stressor.Ini berfungsi untuk menambah rasa memiliki kontrol terhadap

situasi dan mengurangi perasaan takut terhadap orang yang tidak

dikenal dan membantu keluarga menilai stressor secara lebih akurat.

2) Memelihara hubungan aktif dengan komunitas.

Kategori ini berbeda dengan koping yang menggunakan sistem

dukungan sosial dimana kategori ini merupakan suatu koping keluarga

yang berkesinambungan, jangka panjang dan bersifat umum, bukan

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 16: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

21

sebuah kategori yang dapat meningkatkan stressor spesifik

tertentu.Dalam hal ini anggota keluarga adalah pemimpin dalam suatu

kelompok, organisasi dan kelompok komunitas.

3) Mencari dukungan sosial.

Mencari sistem pendukung sosial dalam jaringan kerja sosial keluarga

merupakan strategi koping keluarga eksternal yang utama.Sistem

pendukung sosial ini dapat diperoleh dari sistem kekerabatan

keluarga, kelompok profesional, para tokoh masyarakat dan lain-lain

yang didasarkan pada kepentingan bersama.

4) Mencari dukungan spiritual.

Beberapa studi mengatakan keluarga berusaha mencari dan

mengandalkan dukungan spiritual anggota keluarga sebagai cara

keluarga untuk mengatasi masalah.

D. Konsep Kualitas Hidup (Quality Of Life)

1. Defenisi Kualitas Hidup

Tidak mudah untuk mendefenisikan kualitas hidup secara tepat.Pengertian

mengenai kualitas hidup telah banyak dikemukakan oleh para ahli, namun

semua pengertian tersebut tergantung dari siapa yang membuatnya.

Menurut World Health Organization Quality of Life Group(WHOQOL

Group), kualitas hidup didefenisikan sebagai persepsi individual terhadap

posisinya dalam kehidupan pada konteks sistem nilai dan budaya dimana

mereka tinggal dan dalam berhubungan dengan tujuannya, pengharapan,

norma-norma dan kepedulian menyatu dalam hal yang kompleks seperti

kesehatan fisik seseorang, keadaan psikologis, level kemandirian,

hubungan sosial, kepercayaan-kepercayaan personal, dan hubungannya

dengan hal-hal yang penting pada lingkungan. Kualitas hidup merujuk

pada evaluasi subjektif yang berada di dalam lingkup suatu kebudayaan,

sosial dan konteks lingkungan.Kualitas hidup tidak dapat secara

sederhana disamakan dengan istilah status kesehatan, kepuasan hidup,

keadaan mental, atau kesejahteraan.

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 17: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

22

Menurut Calman dalam Silitonga (2007) mengungkapkan bahwa konsep

dari kualitas hidup adalah bagaimana perbedaan antara keinginan yang

ada dibandingkan perasaan yang ada sekarang, defenisi ini dikenal dengan

sebutan “Calman’s Gap”.Calman mengungkapkan pentingnya mengetahui

perbedaan antara perasaan yang ada dengan keinginan yang sebenarnya,

dicontohkan dengan membandingkan suatu keadaan antara “dimana

seseorang berada” dengan “di mana seseorang ingin berada”.Jika

perbedaan antara kedua keadaan ini lebar, ketidakcocokan ini

menunjukkan bahwa kualitas hidup seseorang tersebut rendah, sedangkan

kualitas hidup tinggi jika perbedaan yang ada antara keduanya kecil.

Defenisi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan dapat

diartikan sebagai respon emosi dari penderita terhadap aktivitas sosial,

emosional, pekerjaan dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau

bahagia, adanya kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada,

adanya kepuasan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional

serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.

2. Ruang Lingkup Kualitas Hidup

Secara umum terdapat lima bidang yang dipakai untuk mrngukur kualitas

hidup berdasarkan kuesioner yang dikembangkan oleh WHO (World

Health Organization), bidang tersebut adalah kesehatan fisik, kesehatan

psikologik, keleluasaan aktivitas, hubungan sosial dan lingkungan.

Kualitas hidup terdiri dari beberapa dimensi (Richieri et al (2010)):

a. Psikologi dan Kesejahteraan fisik

Psikologi dan Kesejahteraan fisik ini dapat dipenagruhi oleh beberapa

hal yaitu faktor kepribadian dan perbedaan individual, emosi, kesehatan

fisik, relasi, status sosial, dan pencapaian tujuan.( Ryan& Deci, 2001)

b. Beban psikologi dan Kehidupan sehari-hari

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 18: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

23

Beban psikologis bisa dilihat dari kondisi stres seseorang. Stres adalah

kondisi ketika individu merasa tidak sanggup mengatasi tuntutan yang

dihadapinya..Stres dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari individu

(Marks, dkk. 2002).

c. Hubungan dengan pasangan

Hubungan dengan pasangan dapat menjadi penilaian untuk melihat

kualitas hidup individu baik atau tidak, dapat dilihat dari keharmonisan

dan saling mendukung antara pasangan. (Setyowati, 2013)

d. Hubungan dengan Orang lain (Sosialisasi)

Hubungan dengan orang lain dapat dinilai dari hubungan individu

dengan keluarga, hubungan dengan tim medis, dan hubungan dengan

teman. Dengan bersosialisasi dengan baik dengan individu disekitarnya

dapat menjadi aspek untuk mengukur kalitas hidup seseorang.

(Setyowati, 2013)

e. Beban materi dan fasilitas

Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh kekurangan dalam memehuni

materi dan fasilitas.Materi dan fasilitas merupakan hal penting untuk

individu untuk bertahan hidup.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang, yaitu:

a. Jenis Kelamin

Setiap jenis kelamin memiliki peran sosial yang berbeda.Hal ini

memungkinkan untuk mempengaruhi aspek kehidupan yang

selanjutnya mempengaruhi kualitas hidup seseorang. (Wong et al,

2012)

b. Pendidikan

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Page 19: BAB II - repository.sari-mutiara.ac.idrepository.sari-mutiara.ac.id/416/4/CHAPTER II.pdf · Freud menjelaskan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi dalam fase perkembangan yang

24

Perbedaan tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan dan

pemahaman seseorang tentang keadaan yang sedang dialami.

(Winahyu, 2014)

Sedangkan menurut Lindstrom (Silitonga, 2007) kualitas hidup

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Kondisi Global, meliputi lingkungan makro yang berupa kebijakan

pemerintah dan asas-asas.

b. Kondisi Eksternal, meliputi lingkungan tempat tinggal (cuaca, musim,

polusi, kepadatan penduduk), status sosial ekonomi, pelayanan

kesehatan dan pendidikan orangtua.

c. Kondisi Interpersonal, meliputi hubungan sosial dalam keluarga

(orangtua, saudara kandung, saudara lain serumah dan teman sebaya.

d. Kondisi personal, meliputui dimensi fisik, mental dan spiritual pada

diri anak sendiri, yaitu genetik, umur, kelamin, ras, gizi, hormonal,

stress, motivasi belajar dan pendidikan anak serta pengajaran agama.

E. Kerangka Konsep

Berikut kerangka konsep penelitian yang di gambarkan dalam skema berikut

ini.

Variabel Independen Variabel Dependen

Skema 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesis

Ha : Ada hubungan koping dengan kualitas hidup caregiver skizofrenia di

Poliklinik RSJ. Prof. Muhammad Ildrem Sumatera Utara Tahun 2016.

\

Koping Kualitas Hidup

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA