bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan umum bank syariah dan

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah 2.1.1 Pengertian Bank Syariah Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW (Karim, 2010). Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Menurut Sudarsono (2008:29), Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan masalah uang. 2.1.4 Kegiatan Bank Umum Syariah Berdasarkan Booklet Perbankan Indonesia (2012) kegiatan usaha bank umum syariah terdiri atas : 1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Upload: buidien

Post on 14-Jan-2017

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

2.1.1 Pengertian Bank Syariah

Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank

yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga dapat

diartikan sebagai lembaga keuangan atau perbankan yang operasional dan

produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad

SAW (Karim, 2010). Menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, Bank Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran. Menurut Sudarsono (2008:29), Bank syariah adalah lembaga

keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu

lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan

prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan

masalah uang.

2.1.4 Kegiatan Bank Umum Syariah

Berdasarkan Booklet Perbankan Indonesia (2012) kegiatan usaha bank

umum syariah terdiri atas :

1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau

bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi’ah

atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

2. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa Deposito, Tabungan,

atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad

mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah.

3. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad

musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah.

4. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad

istishna’, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

5. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang

tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

6. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak

kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah.

7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad

lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

8. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan

prinsip syariah.

9. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak

ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip

syariah, antara lain, seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah,

murabahah, kafalah, atau hawalah berdasarkan prinsip syariah.

10. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh

pemerintah dan/atau BI.

11. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan

perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan

prinsip syariah.

12. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad

yang berdasarkan pinsip syariah.

13. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga

berdasarkan prinsip syariah.

14. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah.

15. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah.

16. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip

syariah.

17. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di

bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

18. Melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan prinsip syariah.

19. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau

lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip

syariah.

20. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat

kegagalan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, dengan syarat harus

menarik kembali penyertaannya.

21. Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun berdasarkan prinsip

syariah.

22. Melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan

dengan prinsip syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di

bidang pasar modal.

23. Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan prinsip

syariah dengan menggunakan sarana elektronik.

24. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka

pendek berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung maupun tidak

langsung melalui pasar uang.

25. Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka

panjang berdasarkan prinsip syariah, baik secara langsung maupun tidak

langsung melalui pasar modal.

26. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha bank umum syariah

lainnya yang berdasarkan prinsip syariah.

2.1.3 Pengertian Unit Usaha Syariah

Unit Usaha Syariah menurut Booklet Perbankan Indonesia (2012)

adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi

sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha

berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang

berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu

syariah dan/atau unit syariah. Dengan kata lain, Unit Usaha Syariah merupakan

suatu bagian usaha dari bank konvensional yang berekspansi ke bidang perbankan

syariah.

3.1.4 Kegiatan Umum Unit Usaha Syariah

Berdasarkan Booklet Perbankan Indonesia (2012) kegiatan usaha unit

usaha syariah terdiri atas :

1. Menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau

ekuivalennya, berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah.

2. Menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan,

atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad

mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip

Syariah.

3. Menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad

musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip

Syariah.

4. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam,

Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip

Syariah.

5. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang

tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.

6. Menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak

kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan

Prinsip Syariah.

7. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad

lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.

8. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan

Prinsip Syariah.

9. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga kepada

pihak ketiga yang diterbitak atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip

Syariah, antara lain seperti Akad Ijarah, musyarakah, mudharabah,

murabahah, kafalah, atau hawalah.

10. Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh

Pemerintah dan/atau BI.

11. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan

perthitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan

Prinsip Syariah

12. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga

berdasarkan Prinsip Syariah.

13. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah.

14. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip

Syariah dan Kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan

sosial sepanjang sesuai dengan Prinsip Syariah dan peraturan perundang-

undangan.

15. Melakukan kegiatan valuta asing (valas) berdasarkan Prinsip Syariah.

16. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau

lembaga keuangan yang menjalankan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.

17. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat

kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus

menarik kembali penyertaannya.

18. Menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan Prinsip

Syariah dengan menggunakan sarana elektronik.

19. Menerbitkan, menawarkan, memperdagangkan surat berharga jangka

pendek berdasarkan Prinsip Syariah baik secara langsung maupun tidak

langsung melalui pasar uang.

20. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha BUS lainnya

berdasarkan prinsip syariah.

2.2 Total Aktiva/Total aset

Untuk mengetahui perkembangan dari industri perbankan digunakan suatu

indikator yang dapat mencerminkan ukuran bank, salah satunya menggunakan

total aset. Menurut Haryono (2003), total aset merupakan ukuran bank.

2.2.1 Definisi Aktiva

Aktiva yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan sumber daya

ekonomi, di mana dari sumber tersebut diharapkan mampu memberikan

kontribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada kinerja

perusahaan di masa yang akan datang.

Aktiva menurut Simamora (2000:12) dalam bukunya Akuntansi basis

pengambilan keputusan bisnis, yaitu :

“Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat

dari peristiwa masa lalu dan darinya manfaat ekonomi di masa depan

diharapkan akan diraih perusahaan”.

Menurut Soemarno (2005:43) pengertian aktiva adalah:

“Aktiva merupakan bentuk kekayaan yang dimiliki perusahaan dan

merupakan sumber daya bagi perusahaan untuk melakukan usaha”.

Sedangkan aktiva menurut Hanafi (2003:51), dalam bukunya analisis

laporan keuangan, bahwa :

1. Assets adalah manfaat ekonomis yang akan diterima pada masa mendatang

atau akan dikuasai oleh perusahaan sebagai hasil dari transaksi atau

kejadian.

2. Assets merupakan sumber ekonomi yang akan dipakai oleh perusahaan

untuk menjalankan kegiatannya

3. Atribut pokok suatu aktiva adalah kemampuan memberikan jasa atau

manfaat pada perusahaan yang memakai aktiva tersebut.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa aktiva adalah sumber daya

ekonomi yang dimiliki perusahaan yang dapat memberikan manfaat bagi

perusahaan untuk menjalankan kegiatan perusahaan dan merupakan bentuk

kekayaan yang bisa dipakai untuk mengukur keadaan suatu perusahaan.

2.2.2 Klasifikasi Aktiva

Aktiva dapat diklasifikasikan menjadi aktiva yang memiliki wujud atau

bentuk fisik dan aktiva tidak berwujud atau tidak memiliki bentuk fisik.

Menurut Keown (2001 ; 82), yang diterjemahkan oleh Chaerul D.Djatman

dalam bukunya Dasar-Dasar Manajemen Keuangan, bahwa aktiva terdiri dari tiga

kategori yaitu :

1. Aktiva lancar (Current Assets) terdiri dari kas, surat berharga yang mudah

dijual, piutang dagang, persediaan serta beban diterima di muka.

2. Aktiva tetap (Fixed atau Long_Term Assets) terdiri atas peralatan,

bangunan, tanah dan

3. Aktiva lain – lain (Other Assets) aktiva yang tidak termasuk dalam

kelompok aktiva lancar maupun aktiva tetap perusahaan seperti hak paten,

investasi jangka panjang dalam surat berharga dan good will.

2.2.3 Pengakuan Atas Aktiva

2.2.3.1 Pengakuan Aktiva

Aktiva di definisikan sebagai sumber daya yang mempunyai potensi

memberikan manfaat ekonomis pada perusahaan pada masa-masa mendatang,

sumber daya yang mampu menghasilkan aliran kas masuk (cash flow) atau

kemampuan mengurangi kas keluar (cash outflow) dapat disebut sebagai aktiva.

Menurut Hanafi ( 2003 ; 13), bahwa aktiva tersebut dapat diakui sebagai

aktiva apabila :

1. Perusahaan memperoleh hak penggunaan aktiva tersebut sebagai hasil

transaksi atau pertukaran pada masa lalu.

2. Manfaat ekonomis pada masa mendatang, dikuantifikasikan dengan

tingkat ketepatan yang memadai (reasonable).

Apabila ada sumber daya yang tidak memenuhi kedua persyaratan diatas,

maka sumber daya tersebut tidak dapat digolongkan sebagai aktiva, walaupun

sumber daya tersebut mampu menghasilkan manfaat ekonomis pada masa

mendatang.

2.2.3.2 Pengakuan Aktiva Tetap

Menurut Standar Akuntansi keuangan PSAK 16 ( 2004 ; 15), bahwa

suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokan

sebagai aktiva tetap bila :

1. Besar kemungkinan bahwa manfaat keekonomian di masa yang akan

datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir ke dalam

perusahaan.

2. Biaya perolehan aktiva dapat diakui secara andal.

Dari uraian di atas bahwa suatu aktiva dikatakan sebagai aktiva tetap, bila

aktiva tersebut dapat memberikan manfaat ekonomis bagi perusahaan pada waktu

tertentu.

2.2.3.3 Pengakuan Aktiva Lancar

Menurut Halim (2007 ; 77) bahwa aktiva dapat diklasifikasikan sebagai

aktiva lancar, jika memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Diperkirakan akan terealisasi atau dimiliki untuk digunakan dalam jangka

waktu siklus operasi anggaran perusahaan.

2. Dimiliki, khususnya untuk tujuan operasi jangka waktu pendek dan

diharapkan direalisasikan dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal

pelaporan

3. Aktiva kas atau setara kas.

Berdasarkan keterangan diatas, maka yang dimaksud sebagai aktiva lancar

adalah uang kas dan aktiva – aktiva atau sumber – sumber lain yang di harapkan

akan di realisasikan menjadi uang kas atau dijual untuk dikonsumsi dalam satu

tahun atau dalam satu siklus normal perusahaan.

2.3 Faktor Ekonomi Makro

Ekonomi makro berkaitan dengan perekonomian secara keseluruhan

menurut Djamil, (1989), menjelaskan bahwa ekonomi makro menganalisa

keadaan seluruh kegiatan perekonomian. Lingkungan ekonomi makro akan

mempengaruhi operasional perusahaan yang dalam hal ini keputusan pengambilan

kebijakan yang berkaitan dengan kinerja perbankan, indikator ekonomi makro

yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya Produk Domestik Bruto

(PDB)/Gross Domestic Bruto (GDP) dan Inflasi.

2.3.1 Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Product (GDP)

2.3.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto (PDB)/Gross Domestic Bruto

(GDP)

Menurut Sukirno (2004 : 17), Gross Domestic Product Menggambarkan

tingkat produksi negara yang dicapai dalam satu tahun tertentu dan perubahannya

dari tahun ke tahun.

Sedangkan menurut Arifin (2009:11), Gross Domestic Product adalah:

“Indikator yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu

negara adalah tingkat Produksi Domestik Bruto (PDB)”.

Beberapa alasan digunakannya PDB sebagai indikator pengukuran pertumbuhan

ekonomi, yaitu sebagai berikut.

1. PDB dihitung berdasarkan jumlah nilai tambah (value added) yang

dihasilkan seluruh aktivitas produksi di dalam perekonomian. Hal ini

menunjukan peningkatan PDB mencerminkan peningkatan balas jasa

kepada faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi.

2. PDB dihitung atas dasar konsep siklus aliran (circular flow concept).

Artinya, perhitungan PDB mencakup nilai produk yang dihasilkan pada

suatu periode tertentu. Perhitungan ini tidak mencangkup perhitungan

pada periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran dalam menghitung

PDB memungkinkan seseorang untuk membandingkan jumlah output

pada tahun ini dengan tahun sebelumnya.

3. Batas wilayah perhitungan PDB adalah Negara (perekonomian domestik).

Hal ini memungkinkan untuk mengukur sampai sejauhmana kebijakan

ekonomi yang diterapkan pemerintah maupun mendorong aktivitas

perekonomian domestik.

2.3.2 Inflasi

2.3.2.1 Pengertian Inflasi

Menurut Murni (2006:202), pengertian inflasi adalah sebagai berikut:

“ Inflasi adalah sesuatu kejadian yang menunjukan kenaikan tingkat harga

secara umum dan berlangsung secara terus menerus.”

Inflasi menurut Sukirno (2004:15), adalah:

“suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu

perkonomian”.

Sedangkan menurut samsul ( 2006:201), tingkat inflasi dapat berpengaruh

positif maupun negatif tergantung pada derajat inflasi itu sendiri. Inflasi yang

berlebihan dapat merugikan perekonomian secara keseluruhan, yaitu dapat

membuat banyak perusahaan mengalami kebangkrutan.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan pengertian inflasi

adalah ukur aktivitas ekonomi yang juga digunakan untuk menggambarkan

kondisi ekonomi. Secara lebih jelas inflasi mengandung pengertian antara lain:

1. Adanya kecenderungan harga-harga untuk naik.

2. Kenaikan harga berlangsung secara berkelanjutan.

3. Kenaikan harga bukan pada satu barang, tetapi beberapa komoditi tingkat

harga umum.

2.3.2.2 Jenis Inflasi

Menurut tingkat keparahannya Nanga (2001:251) membagi inflasi

kedalam tiga tingkatan, yaitu:

a. Inflasi Sedang

Kondisi ini ditandai dengan kenaikan laju inflasi yang lambat dan waktu

yang relatif lama.

b. Inflasi Menengah

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar (biasanya double digit

atau bahkan triple digit) dan kadang kala berjalan dalam waktu yang relatif

pendek serta mempunyaisifat akselerasi. Artinya, harga-harga minggu atau

bulan ini lebih tinggi dari minggu atau bualn lalu dan seterusnya. Efeknya

terhadap perekonomian lebih berat dari pada inflasi yang merayap

(creeping inflation)

c. Inflasi Tinggi

Merupakan inflasi yang paling parah akibatnya.Harga-harga naik sampai

lima atau enam kali. Masyarakat tidak lagi mempunyai keinginan untuk

menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukar

dengan barang.

2.3.2.3 Dampak Inflasi

Dampak atau akibat yang ditimbulkan dari adanya inflasi menurut Murni

(2006:206), adalah sebagai berikut:

1. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil yang diterima masyarakat, dan ini

sangat merugikan orang-orang yang berpenghasilan tetap.

2. Inflasi menimbulakan dampak yang buruk pula pada neraca pembayaran,

karena menurunnya ekspor dan meningkatnya import menyebabkan

ketidakseimbangan terhadap aliran masuk dan keluar negeri.

3. Pada keadaan tidak menentu (inflasi) para pemilik modal lebih cenderung

menanamkan modalnya dalam bentuk pembelian tanah,rumah dan

bangunan. Pengalihan investasi ini menyebabkan kegiatan investasi

produktif berkurang dan kegiatan ekonomi menurun.

4. Ketika biaya produksi naik akibat inflasi, hal ini akan sangat merugikan

pengusaha dan ini menyebabkan kegiatan investasi beralih pada kegiatan

yang kurang mendorong produk nasional.

Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Seperti

tabungan masyarakat di bank nilai riilnya akan menurun

2.4 Persaingan

Untuk mendapatkan dana dari pihak ketiga bank syariah harus memiliki

dayasaing berupa daya tawar terhadap nasabah untuk menyimpan dananya

caranya dengan melakukan penyesuaian bagi hasil yang lebih kompetitif dengan

bunga bank konvesional. Arif (2008), menjelaskan bahwa salah satu benchmark

(acuan) dalam penetapan persentase bagi hasil di bank syariah adalah tingkat suku

bunga yang ditetapkan oleh bank konvensional periode sebelumnya karena bank

syariah bersaing langsung dengan bank konvensional berkaitan dengan nasabah

yang memiliki sifat rasional yang lebih berorientasi pada tingkat keuntungan.

2.4.1 Suku Bunga Bank

2.4.1.1 Pengertian Bunga Bank

Dalam bukunya, Kasmir (2012, 121) mengungkapkan bahwa:

“Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank

yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau

menjual produknya. Bunga dapat juga diartikan sebagai harga yang harus

dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus

dibayar oleh nasabah (yang memperoleh pinjaman) kepada bank”.

Dalam kegiatan perbankan sehari-hari, ada dua macam bunga yang

diberikan kepada nasabahnya, yaitu:

1. Bunga Simpanan

Adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi

nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan

harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contohnya, jasa giro,

bunga tabungan, dan bunga deposito.

2. Bunga Pinjaman

Adalah bunga yang diberikan kepada para para peminjam atau harga yang

harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada Bank. Contohnya, bunga

kredit.

Adapun menurut keyness (2002:176), mengenai tipe suku bunga, yaitu:

1. Suku bunga riil/Real interest rate

Koreksi atas tingkat inflasi dan didefinisikan sebagai nominal interest rate

dikurangi dengan tingkat inflasi

2. Suku bunga nominal/Nominal interest rate

Tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran

dimana bank memberikan tingkat pengembalian untuk setiap

investasi yang dilakukan.

2.4.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

Untuk menentukan besar kecilnya suku bunga simpanan dan pinjaman

sangat dipengaruhi oleh keduanya. Artinya, baik bunga simpanan maupun

pinjaman saling mempengaruhi disamping pengaruh faktor-faktor lainnya.

Kasmir (2012:122) mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi

besar kecilnya penetapan suku bunga, antara lain:

1. Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman

meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat

terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga

simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman.

Namun apabila dana yang ada di simpanan banyak sementara permohonan

simpanan sedikit maka bunga simpanan akan turun.

2. Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi,

yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam

arti untuk bunga simpanan maka, jika hendak membutuhkan dana cepat

sebaiknya bunga simpanandinaikkan diatas bunga pesaing. Namun

sebaliknya untuk bunga pinjaman harus ada di bawah bunga pesaing

3. Kebijaksanaan pemerintah

Real rate = Nominal rate – Rate of inflation

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak

boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

4. Target laba yang diinginkan

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar

maka bunga pinjaman ikut besar, dan sebaliknya.

5. Jangka Waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi

bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko dimasa

mendatang. Demikian pula sebaliknya.

6. Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, maka semakin rendah bunga

kredit yang dibebankan, dan sebaliknya.

7. Reputasi perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat

menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena

biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan risiko kredit macet

dimasa mendatang relatif kecil, dan sebaliknya.

8. Produk yang kompetitif

Maksudnya adalah produk yang dibiayai tersebut laku di pasaran. Untuk

produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika

dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif.

9. Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer)

dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini berdasarkan kepada

keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank.

Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak

bank, sehingga dalam penentuan suku bunga nyapun berbeda dengan

nasabah biasa.

10. Jaminan pihak ketiga

Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada penerima kredit.

Biasanya yang memberikan jaminan bonafid, baik dari segi kemampuan

membayar, nama baik, maupun loyalitasnya terhadap bank maka bunga

yang dibebankan pun juga berbeda.

2.5 Kinerja Keuangan

Jumingan (2008 : 239) mengemukakan kinerja bank adalah :

“Keseluruhan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam operasionalnya,

baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dana,

teknologi, maupun sumber daya manusia”.

Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali

digunakan sebagai dasar untuk meprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa

depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti

pembayaran deviden, upah, pergerakan harga sekuritas, dan kemampuan

perusahaan untuk memenui komitmennya ketika jatuh tempo.

Dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan, terdapat berbagai

metode dan cara yang dapat dipilih dengan maksud dan tujuan yang hendak

dicapai oleh perusahaan tersebut. Dalam dunia perbankan, pengukuran tingkat

kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan cara menganalisis laporan keuangan

(Jumingan, 2008:239).

Kinerja perusahaan (dalam hal ini bank) dapat diukur dengan menganalisa

dan mengevaluasi laporan keuangan, menurut Peraturan Bank Indonesia

No.6/10/PBI/2004 salah satunya dengan menggunakan analisis CAMELS namun

dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan indikator Kualitas Aset (Asset

Quality) yang menggunakan rasio NPL atau NPF untuk perbankan syariah dan

Profitabilitas (Earnings) yang menggunakan rasio ROA.

2.6 Laporan keuangan

2.6.1 Pengertian Laporan Keuangan

Definisi Laporan Keuangan menurut Gitman (2012:44)adalah :

“Annual report that publicly owned corporations must provide to

stockholders;it summarizes and documents the firms financial activities

during the past year”.

Sedangkan definisi laporan keuangan menurut Sutrisno (2012 : 9) sebagai

berikut :

“Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi

yang meliputi dua laporan utama yakni neraca dan lapora rugi – laba,

yang disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi

keuangan suatu perusahaan kepada pihak – pihak yang

berkepentingan sebagai pertimbangan di dalam mengambil

keputusan”.

Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan. Laporan

keuangan mencakup dua laporan utama, yaitu : (1) neraca dan (2) laporan laba-

rugi. Tujuan dari disusunnya laporan keuangan adalah untuk memberikan

informasi dari perusahaan kepada pihak – pihak yang berkepentingan agar kondisi

perusahaan dapat diketahui. Informasi yang diberikan melalui laporan keuangan

dapat dijadikan dasar dalam pertimbangan mengambil keputusan.

Proses pencatatan akan dilakukan terhadap semua transaksi yang telah

dilakukan perusahaan. Transaksi - transaksi keuangan tersebut akan

diklasifikasikan untuk selanjutnya disusun menjadi laporan keuangan. Laporan

keuangan tersebut, menggambarkan kondisi keuangan dan usaha perusahaan

dalam periode tertentu. Laporan keuangan, pada umumnya, digunakan sebagai

alat penilaian kinerja perusahaan. Aktivitas perusahaan dan kondisi keuangan

perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan

sering kali membantu dalam evaluasi kondisi keuangan perusahaan saat ini dan

membantu dalam memperkirakan hasil operasi serta arus kas dimasa depan.

Sehingga, untuk mengambil keputusan dimasa mendatang, laporan keuangan

menjadi salah satu sumber informasi untuk melakukan analisis.

Dari beberapa penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan

keuangan merupakan alat untuk menginformasikan kondisi keuangan pada

periode tertentu yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan

ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan

sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan.

2.6.2 Jenis – Jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan disusun oleh perusahaan untuk disajikan pada semua

pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan.Informasi keuangan yang

disajikan harus relevan dengan keadaan sebenarnya dari perusahaan tersebut agar

informasi dari laporan keuangan ini dapat langsung digunakan, ataupun dapat

dianalisa lebih lanjut melalui rasio – rasio yang dihasilkan.

Kebutuhan dari setiap pemakai laporan keuangan tentunya berbeda – beda.

Kebutuhan dari setiap pemakai akan menuntunnya terhadap informasi yang akan

dianalisa lebih lanjut, sehingga ada pengklasifikasian jenis laporan keuangan.

Jenis – jenis laporan keuangan menurut Gitman (2012 : 59) adalah :

“The four key financial statements required by the SEC for reporting

to shareholders are (1) the income statement, (2) the balance sheet, (3)

the statement of stockholders’ equity, and (4) the statement of cash

flows.”

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat empat laporan

keuangan utama yang dibutuhkan untuk dilaporkan kepada para pemegang saham,

yaitu (1) laporan laba – rugi, (2) neraca, (3) laporan keuangan ekuitas pemegang

saham, dan (4) laporan arus kas.

Pada dasarnya, terdapat tiga jenis laporan keuangan yang utama, yaitu

income statement (laporan laba – rugi), balance sheet (neraca), danstatement of

cash flow (laporan arus kas). Laporan lainnya, seperti the statement of

stockholders’ equity (laporan ekuitas pemilik), merupakan laporan pendukung

yang sifatnya tidak berdiri sendiri. Namun menjadi satu kesatuan dengan laporan

yang lain.

Menurut Warren et al, (2008 : 24) menguraikan tentang jenis – jenis

laporan keuangan antara lain :

1. Income Statement (Laporan Rugi – Laba)

Laporan Rugi laba adalah ikhtisar pendapatan dan beban selama periode

waktu tertentu, misalnya sebulan atau setahun, berdasarkan konsep

penandingan atau pengaitan (matching concept).Laporan ini melaporkan

kelebihan pendapatan terhadap beban – beban yang terjadi.Kelebihan ini

disebut laba bersih (net income).Jika beban melebihi pendapatan, maka

disebut rugi bersih (net loss).

2. Balance Sheet (Neraca)

Neraca adalah daftar aset, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal atau

periode tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Total aset

harus sama dengan total kewajiban ditambah dengan ekuitas.

3. The Statement of Stakeholders’ Equity (Laporan Ekuitas pemilik)

Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama

jangka waktu tertentu. Laporan tersebut dibuat setelah laporan laba

rugi.Laporan ini dibuat setelah laba rugi, karena laba bersih atau rugi

bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Demikian juga,

laporan ekuitas ini harus dibuat sebelum neraca. Karena jumlah ekuitas

pemilik padaa akhir periode harus dilaporkan di neraca.

4. The Statement of Cash Flows (Laporan Arus Kas)

Laporan ini menjelaskan bagaimana perusahaan memperoleh dan

menggunakan kas selama periode akuntansi.Penerimaan kas sering disebut

dengan kas masuk (cash in flows), dan pembayaran disebut kas keluar

(cash out flows). Laporan ini mengklasifikasikan penerimaan dan

pembayaran kedalam tiga kategori, antara lain (1) aktivitas pendanaan, (2)

aktivitas investasi dan (3) aktivitas operasi.

2.6.3 Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang

dibutuhkan terkait dengan perubahan dan posisi keuangan, serta kinerja keuangan

perusahaan kepada pihak-pihak yang membutuhkan guna memberi manfaat dalam

pertimbangan pengambilan keputusan dimasa mendatang. Dijabarkan oleh

Harahap (2004:132), ada beberapa tujuan dari laporan keuangan antara lain :

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai

aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan

dalam aktiva bersih (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang

timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai

laporan dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam

aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai

aktivitas pembiayaan investasi.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan

dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan,

seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut oleh

perusahaan.

Dari uraian tersebut, bisa disimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat

untuk memberikan informasi yang relevan dalam memenuhi kebutuhan pemakai

laporan keuangan, tentang keadaan keuangan, kebijakan dan prestasi serta posisi

keuangan perusahaan pada periode tertentu.

2.7 Non Performing Loan (NPL)/Non Performing Financing (NPF)

2.7.1 Pengertian Non Performing Loan (NPL)/ Non Performing Financing

(NPF)

Rasio ini menunjukan kemampuan manajemen bank dalam mengelola

kredit bermasalah yang diberikan oleh bank, Termin NPL diperuntukkan bagi

bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah. Artinya, semakin tinggi rasio ini

maka akan semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan

jumlah kredit bermasalah semakin besar maka kemungkinan suatu bank dalam

kondisi bermasalah semakin besar yaitu kerugian yang diakibatkan tingkat

pengembalian kredit macet. Menurut Siamat (2005:92), resiko kredit merupakan

suatu resiko akibat kegagalan atau ketidak mampuan nasabah mengembalikan

jumlah yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu

yang telah ditetapkan atau dijadwalkan.

Apabila kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan

kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas dalam perhatian khusus

(special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet

(loss). Penjelasannya sebagai berikut:

1. Kredit Kurang Lancar yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman

dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 3 bulan

dari waktu yang diperjanjikan.

2. Kredit Diragukan yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan

pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 6 bulan atau

dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.

3. Kredit Macetyaitu kredit yang pengembalian pokok dan pembayaran

bunganya telah mengalami penundaan lebih dari 1 tahun sejak jatuh tempo

memuat jadwal yang telah diperjanjikan.

2.7.2 Dampak Non Performing Loan (NPL)/Non Performing Financing

(NPF)

Dendawijaya (2005:86) menyatakan bahwa dampak non performing loan,

yaitu:

1. Hilangnya kesempatan memperoleh pendapatan dari kredit yang

diberikan,sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk

bagi profitabilitas bank.

2. Rasio likuiditas aktiva produktif atau BDR (Bad Debt Ratio) semakin

besar yang menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk.

3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif

yang diklasifikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal ini pada akhirnya

akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat berpengaruh

terhadap Capital Adequency Ratio (CAR).

4. Return On Asset (ROA) mengalami penurunan.

2.7.3 Penyebab Kredit Bermasalah

Menurut Rifai (2006:478) ada beberapa yang menyebabkan kredit macet

adalah:

a. Karena Kesalahan Bank

1. Kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah.

2. Kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan

penggunaan kredit dan sumber pembayaran kembali.

3. Kurang mahir dalam menganalisis laporan keuangan calon nasabah.

4. Kurang lengkap mencantumkan syarat-syarat.

5. Pemberian kelonggaran yang terlalu banyak.

6. Tidak punya kebijakan perkreditan yang sehat.

b. Karena Kesalahan Nasabah

1. Nasabah tidak kompeten.

2. Nasabah kurang pengalaman.

3. Nasabah tidak jujur.

4. Nasabah serakah.

c. Faktor Eksternal

1. Kondisi perekonomian.

2. Bencana alam.

3. Perubahan peraturan.

2.7.3 Penyelamatan Kredit Bermasalah (Non Performing loan)

Dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah, menurut

Dendawijaya (2005:83) pihak bank dapat melakukan beberapa tindakan

penyelamatan yaitu :

1. Penjadwalan ulang (Rescheduling)

Rescheduling adalah penjadwalan kembali sebagian atau seluruh

kewajiban debitur.

2. Persyaratan ulang (Reconditioning)

Reconditioning adalah perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat

kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka

waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut

perubahan maksimum saldo kredit.

3. Penataan ulang (Restructuring)

Restructuring adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus

dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang

mendasari pemberian kredit.

4. Eksekusi barang jaminan yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan

jaminan dalam rangka pelunasan utang.

2.8 Return On Asset (ROA)

2.8.1 Pengertian Return On asset (ROA)

Analisis Return On asset (ROA) dalam analisis keuangan mempunyai arti

yang sangat penting sabagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat

menyeluruh. Analisis ROA ini sudah merupakan teknik analisis yang lazim

digunakan.

Menurut Munawir (2004:91) bahwa:

“Return On Asset adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang di

maksud untuk dapat mengukur kemampuan dana yang ditanamkan dalam

aktiva yang digunakan dalam operasi perusahan untuk mengahasilkan

keuntungan”.

Menurut Santoso (2000:32) Return On Asset (ROA)adalah:

“Rasio yang digunakan mengukur kemampuan bank menghasilkan

keuntungan secara relatif dibandingkan dengan total asetnya atau ukuran

untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset perusahaan”.

Dapat dikatakan bahwa Return On Assets (ROA) merupakan rasio

profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam

memperoleh keuntungan (profit) secara keseluruhan yang diperoleh dari aktiva

yang dimiliki serta merupakan rasio bank yang lebih baik dari pada rasio

profitabilitas bank lainnya.

Berdasarkan pengertian diatas jelas bahwa indikator untuk menilai kinerja

bank adalah rasio keuangan yang salah satunya adalah tingkat pengembalian harta

(ROA). Dengan menghitung return on asset maka akan diketahui sejauh mana

pengaruhnya terhadap perusahaan.

2.8.2 Kegunaan Return On Asset (ROA)

Menurut Munawir (2004:91) kegunaan Return On Asset sebagai berikut:

1. Sebagai salah satu kegunaan prinsipal ialah sifatnya yang menyeluruh.

Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik, maka

manajemen dengan menggunakan teknik analisa Return On Asset dapat

mengukur tingkat efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi

produksi dan efisiensi bagian penjualan

2. Apabila perusahaan mempunyai data industri yang diperoleh dari rasio

industri, maka dengan analisis Return On Asset dapat dibandingkan

efisiensi perusahaan dengan perusahaan lainya yang sejenis, dapat

diketahui apa yang menjadi kelemahan dan kekuatan perusaahan

dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.

3. Return on asset dapat digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi yang

dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua

biaya dan modal kedalam bagian yang bersangkutan.

4. Analisis Return On Asset dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas

dari masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan.

5. Return On Asset selain berguna untuk keperluan kontrol,juga untuk

keperluan perencanaan. Misalnya digunakan sebagai dasar untuk

pengambilan keputusan jika perusahaan akan melakukan ekspansi.