bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan tentang perilaku...

25
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme di pengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Secara umum dapat di katakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku mahluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku mahluk hidup untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut (Notoadmodjo, 2003). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan,sikap, perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya. PHBS merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu

Upload: phunganh

Post on 13-Aug-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan

Rumah Tangga

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah

suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri. Perilaku dan gejala perilaku yang

tampak pada kegiatan organisme di pengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.

Secara umum dapat di katakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini

merupakan penentu dari perilaku mahluk hidup termasuk perilaku manusia.

Hereditas atau faktor keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk

perkembangan perilaku mahluk hidup untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan

merupakan kondisi atau lahan untuk perkembangan perilaku tersebut

(Notoadmodjo, 2003).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberikan

pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan

informasi dan melakukan pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan,sikap,

perilaku melalui pendekatan pimpinan, bina suasana dan pemberdayaan

masyarakat agar mengenali dan mengatasi masalah sendiri dalam tatanan rumah

tangga, institusi pendidikan dan tempat ibadah, agar dapat menerapkan cara-cara

hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

PHBS merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu

mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat

adalah sekumpulan perilaku yang di praktekan atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri

sendiri. Dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan

pribadi dan keluarga (Wahyuni, 2007).

Tatanan adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain,

berinteraksi, dan lain-lain (Depkes RI, 2002). Sedangkan rumah tangga adalah

wahana atau wadah dimana orang tua (bapak dan ibu) dan anak serta anggota

keluarga yang lain dalam melaksanakan kehidupan sehari-hari. Bertolak dari

pengertian di atas sehingga PHBS ditatanan rumah tangga adalah suatu upaya

yang dilaksanakan untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan

keluarga dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

Menurut Menurut Depkes RI Pusat Promosi Kesehatan (2008) , PHBS di

rumah tangga adalah upaya memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu,

mau dan mampu mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan

aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Adapun tujuan PHBS di rumah

tangga adalah sebagai berikut: (1). Untuk meningkatkan dukungan dan peran aktif

petugas kesehatan, petugas lintas sektor, media massa, organisasi masyarakat,

LSM, tokoh masyarakat, tim penggerak PKK dan dunia usaha dalam pembinaan

PHBS di rumah tangga (2). Meningkatkan kemampuan keluarga untuk

melaksanakan PHBS dan berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu:

pasangan usia subur, ibu hamil dan atau ibu menyusui, anak dan remaja, usia

lanjut, dan pengasuh anak.

Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar,

maka di perlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat

menjadi sehat. Salah satunya adalah melalui progran perilaku hidup bersih dan

sehat.

2.1.1 Manfaat

Manfaat dilaksanakanya program PHBS ini adalah:

a) Setiap anggota rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak

mudah sakit.

b) Rumah tangga sehat dapat meningkatkan produktifitas kerja anggota

rumah tangga.

c) Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya

kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi lain seperti pendidikan

dan usaha lain.

d) Guna meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.

e) Sebagai salah satu indikator keberhasilan pemerintah kabupaten atau kota

dalam bidang pembangunan kesehatan.

f) Dapat menjadi percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

2.1.2 Indikator

Indikator adalah suatu alat ukur untuk menunjukan suatu keadaan atau

kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian. Indikator

diperlukan untuk menilai apakah aktivitas pokok yang di jalankan telah sesuai

dengan rencana dan menghasilkan dampak yang di harapkan ( Depkes RI, 2002).

Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di

5 tatanan yaitu tatanan rumah tangga, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat

umum, tatanan sekolah, tatanan institusi kesehatan. Indikator PHBS tatanan

rumah tangga yaitu suatu alat ukur atau suatu petunjuk yang membatasi fokus

perhatian untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan rumah tangga.

1. Indikator Tatanan Rumah Tangga

A. Perilaku

a. Tidak merokok

b. Pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan

c. Penimbangan Bayi dan Balita

d. Memberi ASI eksklusif kepada Bayi

e. Mencuci tangan pakai sabun

f. Makan buah dan sayur setiap hari

g. Olahraga teratur

h. Mengosok gigi sebelum tidur

i. Kepesertaan Askes/ JPKM

B. Lingkungan

a. Menggunakan jamban sehat

b. Menggunakan air bersih

c. Ada tempat sampah

d. Ada SPAL

e. Ventilasi

f. Kepadatan penghuni

g. Lantai rumah bukan tanah

Menanamkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) kepada setiap

orang bukanlah hal yang mudah, akan tetapi memerlukan proses yang panjang.

Setiap orang hidup dalam tatanannya dan saling mempengaruhi serta berinteraksi

antar pribadi dalam tatanan tersebut. Kondisi sehat dapat dicapai dengan

mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat demi menciptakan

lingkungan sehat di rumah tangga.

2. Indikator Tatanan Tempat Kerja

A. Perilaku

a. Menggunakan alat pelindung

b. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok

c. Olahraga teratur

d. Bebas NAPZA

e. Kebersihan lingkungan kerja

f. Ada asuransi kesehatan

B. Lingkungan

a. Ada jamban

b. Ada air bersih

c. Ada tempat sampah

d. Ada SPAL

e. Ventilasi

f. Pencahayaan

g. Ada K3

h. Ada kantin

i. Terbebas dari bahan berbahaya

j. Ada klinik

Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara

dan mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif. Manfaat

PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja menjadi

lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja

menjadi lebih bersih, indah, dan sehat.

3. Indikator Tatanan Tempat-Tempat Umum

A. Perilaku

a. Kebersihan jamban

b. Kebersihan lingkungan

B. Lingkungan

a. Ada jamban

b. Ada air bersih

c. Ada SPAL

d. Ada tempat sampah

e. Ada K3 (keshatan keselamatan kerja)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tempat-tempat umum adalah upaya

untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola

tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk

mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan

aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum Ber-PHBS. Melalui penerapan

PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di tempat-tempat

umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan penyakit.

4. Indikator Tatanan Sekolah

A. Perilaku

a. Kebersihan pribadi

b. Tidak merokok

c. Olahraga teratur

d. Tidak menggunakan NAPZA

B. Lingkungan

a. Ada jamban

b. Ada air bersih

c. Ada tempat sampah

d. Ada SPAL

e. Ventilasi

f. Kepadatan

g. Ada warung sehat

h. Ada UKS

i. Ada taman sekolah

Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring

munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah yang

ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di

sekolah merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik,

guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil

pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan

kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Penerapan PHBS ini dapat dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan

Sekolah. Penerapan PHBS di Sekolah dilakukan untuk terciptanya sekolah yang

bersih dan sehat sehingga peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah

terlindungi dari berbagai gangguan dan ancaman penyakit.

5. Indikator Tatanan Institusi Kesehatan

A. Perilaku

a. Tidak merokok

b. Kebersihan lingkungan

c. Kebersihan kamar mandi

B. Lingkungan

a. Ada jamban

b. Ada air bersih

c. Ada tempat sampah

d. Ada SPAL

e. Ada IPAL Rumah sakit

f. Ventilasi

g. Ada Tempat cuci tangan

h. Ada pencegahan serangga

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di institusi kesehatan merupakan upaya

untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu,

mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan

aktif dalam mewujudkan intitusi kesehatan ber perilaku hidup bersih dan sehat.

Perilaku hidup bersih dan sehat di Institusi kesehatan sangat diperlukan sebagai

salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit, dan mewujudkan Institusi

Kesehatan yang sehat.

Untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat di tiap tatanan,di

perlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian,

perencanaan, penggerakan, pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan

penilaian. Persepsi untuk proses perubahan perilaku menjadi perilaku hidup bersih

dan sehat adalah penilaian suatu ide atau gagasan baru yang diperkenalkan kepada

individu dan diharapkan untuk diterima dan proses oleh individu tersebut

sehingga memunculkan sikap individu menerima dan memformulasikan ide

tersebut menurut versi diri sendiri.

Perilaku hidup bersih dan sehat bukan hal yang baru bagi masyarakat.

Ditengah kecanggihan teknologi pada masa sekarang, informasi dan pengetahuan

mudah diakses masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku

yang dapat menjadikan kita hidup sehat. Hidup sehat tidak terbatas dengan

melaksanakan indikator PHBS. Tetapi indikator itu dipilih sebagai penilaian

apakah masyarakat sudah berperilaku hidup bersih dan sehat dan perlu

dikembangkan ditengah masyarakat kita.

Dalam program promosi kesehatan di kenal adanya model pengkajian dan

penindaklanjutan yang di adaptasi dari konsep L. W Green. Model ini mengkaji

masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,serta cara

untuk menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah,memelihara atau

meningkatkan perilaku tersebut ke arah yang lebih positif (Depkes RI, 2002).

Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan dan

dibentuk oleh pengetahuan yang diterima. Kemudian muncul persepsi dari

individu dan muncul sikap, niat, keyakinan / kepercayaan yang dapat memotivasi

dan mewujudkan keinginan menjadi sebuah perbuatan.

Manajemen PHBS adalah penerapan keempat proses manajemen pada

umumnya ke dalam model pengkajian dan penindaklanjutan.

a. Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin di capai di bidang

pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat

kesejahteraan. Di harapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin

tinggi. Kualitas hidup ini salah satunya di pengaruhi oleh derajat kesehatan.

Semakin tinggi derajat kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin

tinggi.

b. Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin di capai dalam bidang

kesehatan. Dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah

kesehatan yang sedang di hadapi. Yang paling besar pengaruhnya terhadap

derajat kesehatan seseorang adalah faktor perilaku dan lingkungan.

c. Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosail budaya yang

langsung/tidak di pengaruhi derajat kesehatan.

d. Faktor perilaku dan gaya hidup adalah suatu faktor yang timbul karena

adanya aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingkungannya

(Depkes RI, 2002).

Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) klasifikasi tentang

perilaku kesehatan yaitu:

1. Perilaku hidup sehat

Perilaku hidup sehat adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau

kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

Perilaku ini mencakup antara lain :

a) Makan dengan menu seimbang. Menu seimbang disini dalam arti kualitas

( mengandung zat-zat gizi yang di perlukan tubuh) dan kuantitas dalam

arti jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh ( tidak kurang

tetapi tidak juga lebih).

b) Olahraga teratur yang juga mencakup kualitas dan kuantitas dalam arti

frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya

kedua aspek ini akan tergantung dari usia dan status kesehatan yang

bersangkutan.

c) Tidak merokok. Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan

berbagai macam penyakit.

d) Tidak minum minuman keras dan narkoba.

e) Istrahat yang cukup. Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat

tuntutan untuk penyesuaian denggan lingkungan modern, mengharuskan

orang untuk harus bekerja keras dan berlebihan sehingga kurang waktu

istirahat. Hal ini juga dapat membahayakan kesehatan.

f) Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja dan akibatnya

bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan

hidup yang keras. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang.

Stres tidak dapat kita hindari maka yang penting agar stres tidak dapat

menyebabkan gangguan kesehatan kita harus dapat mengedalikan atau

mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan positif.

g) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan misalnya : tidak

berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dalam

lingkungan dan sebagainya.

2. Perilaku sakit

Perilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit,

persepsi terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab dan gejala penyakit,

pengobatan penyakit dan sebagainya.

3. Perilaku peran sakit

Dari segi sosiologi orang sakit mempunyai peran yang mencakup hal-hal

orang sakit dan kewajiban sebagai orang sakit. Hak dan kewajiban ini harus

diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain yang selanjutnya disebut

perilaku peran orang sakit. Perilaku ini meliputi :

a. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

b. Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana

pelayanan/penyembuhan penyaki yang layak.

c. Mengetahui hak (misalnya: hak memperoleh

perawatan,memperoleh pelayanan kesehatan) dan kewajiban orang sakit

(memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama kepada

dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakitnya kepada orang

lain).

Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan di tentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau

masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan

perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan

memperkuat terbentuknya perilaku. (Notoatmodjo, 2007).

Perubahan perilaku kesehatan merupakan tujuan pendidikan kesehatan.

Berdasarkan teori dari Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003)

perilaku dipengaruhi 3 faktor yaitu:

1. Faktor Pemudah, faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi, tingkat sosial, tingkat ekonomi, budaya dan

sebagainya.

2. Faktor Pemungkin, faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana

atau fasilitas kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, jamban dan

sebagainya. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan. Maka faktor-faktor ini disebut faktor

pendukung atau faktor pemungkin.

3. Faktor Penguat, faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh

masyarakat, tokoh agama, keluarga, teman sebaya serta sikap dan perilaku

para petugas kesehatan untuk berperilaku sehat, kadang-kadang bukan

hanya pengetahuan saja yang positif dan dukungan fasilitas saja melainkan

diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para

petugas (lebih petugas kesehatan), keluarga, teman sebaya dan guru.

2.2 Tinjauan Tentang Pengetahuan

Pengetahuan merupakan suatu hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni penciuman, penglihatan, pendengaran, rasa

dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Perilaku yang di dasarkan oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. Menurut teori

kebenaran, suatu pengetahuan, teori, pernyataan dan proposisi atau hipotesis

dianggap benar kalau sejalan dengan pengetahuan (Keraf dan Mikhael, 2001).

Factor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

1) Umur

Umur sangat erat kaitannyadengan pengetahuan seseorang. Karena semakin

bertambah usia maka semakin banyak pula pengetahuannya.

2) Pendidikan

Tingkat pendidikan menentukan pola fikir dan wawasan seseorang, semakin

tinggi pendidikan sesorang maka diharapkan stok modal semakin meningkat,

pendidikan meiliki peranan penting dalam kualitas. Melalui pendidikan

manusia diianggap akan memperoleh pengetahuan.

3) Sumber informasi

Informasi adalah data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang

mempunyai arti bagi si penerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi

keputusan saat ini atau keputusan mendatang, informasi yang datang dari

pengirim pesan yang ditujukan kepada penerima pesan. Sumber informasi

dapat diperoleh dari media cetak, media elektronik, dan nonmedia, (Aninom

2011).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang

berbeda-beda. Secara garis besarnya di bagi dalam enam tingkatan pengetahuan

yaitu:

a) Tahu

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan masyarakat dalam mengingat

kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang diterima.

b) Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mempraktekan materi tersebut

secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

terhadap obyek yang dipelajari.

c) Aplikasi

Aplikasi di artikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

di pelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d) Analisis

Analisis di artikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

obyek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam satu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi

Evaluasi, berkaitan dengan kemampuan melakukan penilaian terhadap suatu

materi atau obyek.

Sebelum seseorang mengadopsi perilaku ia harus tahu terlebih dahulu apa

arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator yang

dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap

kesehatan dapat dikelompokan menjadi:

1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit,meliputi:

a. Penyebab penyakit

b. Gejala atau tanda-tanda penyakit

c. Bagaimana cara pengobatan atau kemana mencari pengobatan

d. Bagaimana cara penularannya

e. Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi dan

sebagainya.

2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,

meliputi:

a. Jenis-jenis makanan yang bergizi

b. Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatannya

c. Pentingnya olahraga bagi kesehatan

d. Penyakit-penyakit atau bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba

dan sebagainya.

e. Pentingnya istirahat yang cukup, relaksasi dan sebagainya.

3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

a. Manfaat air bersih

b. Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran

yang sehat dan sampah

c. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat

d. Akibat polusi bagi kesehatan, dan sebagainya.

Pengetahuan yang diperoleh dapat menimbulkan kesadaran masyarakat akan

pentingnya nilai kesehatan, karena dengan pengetahuan akan membantu

masyarakat dalam memelihara dan menjaga kesehatan mereka pada tingkat sebaik

baiknya. Dengan meningkatkan pengetahuan kebiasaan cara berobat yang biasa

dilakukan yaitu dari pengobatan dukun beralih ke pengobatan modern. Mengukur

pengetahuan seseorang tentang apapun hanya dapat diukur dengan

membandingkan pengetahuan orang tersebut dalam kelompoknya dalam arti luas.

Upaya yang lebih efektif dalam mengatasi masalah kesehatan sebenarnya

adalah dengan memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit

dengan berperilaku hidup sehat, namun hal ini ternyata belum disadari dan

dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat (Kusumawati dkk, 2008)

2.3 Tinjauan Tentang Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek (Notoatmodjo, 2007). Sikap secara nyata

menunjukan konotasi adanya kesesuaian antara reaksi terhadap stimulus tertentu

dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

derajat sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis social menyatakan bahwa

sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan

atau aktivitas, akan tetapi merupakan presdeposisi tindakan suatu perilaku, sikap

masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah

laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap suatu obyek

(Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan teori WHO dalam Notoatmodjo (2007) sikap

menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering di

peroleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap

membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.

Menurut Azwar. S (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting,

media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor

emosi dalam diri individu. Berikut ini akan diuraikan peranan masing-masing

faktor dalam membentuk sikap manusia.

a. Apa yang telah dan sedang dialami seseorang ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap stimulus. Tanggapan akan

menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai

tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang

berkaitan dengan obyek psikologis.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang lain di sekitar kita

merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi sikap. Pada

umumnya individu cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah

dengan sikap yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain

dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang.

d. Media Massa. Media massa sebagai sarana komunikasi yang berupa televisi,

radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam

pembentukan kepercayaan dan opini seseorang. Dalam penyampaian

informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan yang

berisi sugesti dan tugas yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya

informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi

terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa

oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif

dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

e. Lembaga pendidikan dan agama. Lembaga pendidikan serta lembaga agama

sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral dalam

diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu

yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari

pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

f. Pengaruh faktor emosional. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang, suatu bentuk

sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan

ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera

berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap

yang lebih persisten dan bertahan lama (Suparyanto, 2012).

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu:

a) Menerima, diartikan bahwa seseorang atau subyek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.

b) Merespon, diartikan memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap.

c) Menghargai, diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Menurut Azwar S (2003) dalam struktur sikap terdiri atas tiga komponen

yang saling menunjang yaitu :

a. Komponen kognitif yaitu komponen yang berisi kepercayaan seseorang

mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

b. Komponen Afektif. Secara umum, komponen ini disamakan dengan

perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan

pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan

sikap.

c. Komponen Konatif. Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan

bagaimana bersikap atau kecenderungan bersikap yang ada dalam diri

seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Pengertian

kecenderungan bersikap menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi

bentuk sikap yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja, akan

tetapi meliputi pula bentuk-bentuk sikap yang berupa pernyataan atau

perkataan yang diucapkan oleh seseorang ( Suparyanto, 2012)

Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap

mempunyai 3 komponen pokok,yakni:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu

objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh .

Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan berfikir, keyakinan dan emosi

memegang peranan penting.

Menurut Azwar S (2003) salah satu aspek yang sangat penting guna

memahami sikap manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau

pengukuran (measurement) sikap. Ada beberapa metode pengukuran sikap antara

lain dengan pertanyaan langsung, pengungkapan langsung dan skala sikap.

Pengungkapan sikap dalam bentuk self report merupakan metode yang dianggap

paling baik. Hal ini dilakukan dengan menggunakan daftar pernyataan-pernyataan

yang harus dijawab oleh individu dan disebut sebagai skala sikap (Suparyanto,

2012).

Skala sikap (attitude scale) yaitu berupa kumpulan pernyataan-pernyataan

mengenai suatu obyek sikap. Respon subyek pada setiap pernyataan itu kemudian

dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Salah satu sifat

skala sikap adalah isi pernyataannya yang dapat berupa pernyataan langsung yang

jelas tujuan ukurnya bagi responden. Walaupun responden dapat mengetahui

bahwa skala tersebut bertujuan mengukur sikap namun pernyataan tidak langsung

ini biasanya tersamar dan mempunyai sifat proyektif. Respon individu terhadap

stimulus (pernyataan-pernyataan) sikap yang berupa jawaban setuju atau tidak

setuju itulah yang menjadi indikator sikap seseorang. Respon tampak yang dapat

diamati langsung dari jawaban yang diberikan seseorang merupakan bukti satu-

satunya yang kita peroleh dan itulah yang menjadi dasar untuk menyimpulkan

sikap seseorang (Suparyanto, 2012).

2.4 Kerangka Teori

Perilaku

Pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan.

Memberi bayi ASI

eksklusif.

Menimbang bayi dan

balita.

Makan buah dan sayur

setiap hari.

Olahraga teratur

Tidak merokok di

dalam rumah

Mencuci tangan dengan

air bersih dan sabun.

Kepesertaan

Askes/JPKM

Menggosok gigi

sebelum tidur

Pengetahuan

PERILAKU

HIDUP

BERSIH

DAN

SEHAT

Tatanan

Rumah

Tangga

Tatanan

Sekolah

Tatanan

Tempat-

Tempat

Umum

2.5 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Bebas

: Variabel Terikat

2.6 Hipotesis

Lingkungan

Ada air bersih

Ada jamban

Ada tempat sampah

Ada Spal

Ventilasi

Kepadatan

Lantai rumah bukan

tanah

Sikap

Pengetahuan

Terapan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat Pada

Tatanan Rumah Tangga

Sikap

Tatanan

Tempat

Kerja

Tatanan

Institusi

Kesehatan

Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan terapan

perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga di Desa Bukit

Tingki Kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato Tahun 2012.