bab ii tinjauan pustaka 2.1. tinjauan...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Sectio caeseria
Istilah seksio sesarea berasal dari perkataan Latin “caedere” yang artinya
“memotong”. Dalam hukum Roma terdapat hukum lex zaesarea. Dalam hukum
ini menjelaskan bahwa prosedur tersebut dijalankan di akhir kehamilan pada
seorang wanita yang sekarat demi untuk menyelamatkan calon bayi.
Section caeseria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat
insisi pada dinding perut (abdomen) dan dinding rahim (uterus).
Section caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi
untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Section caesarea adalah suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut (laparatomi) dan dinding uterus
(histerektomi) (dunn j. Leen obstetrics and gynecology).
Section caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Rustam Mochtar, 1992).
Section caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).
Jadi operasi section caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan
janin (persalinan buatan), melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus bagian
depan sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding
rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.
2.1.2 Etiologi
Ini biasanya dilakukan jika ada gangguan pada salah satu dari tiga faktor
yang terlibat dalam proses persalinan yang menyebabkan persalinan tidak dapat
berjalan lancar dan bila dibiarkan maka dapat terjadi komplikasi yang dapat
membahayakan ibu dan janin. 3 faktor tersebut adalah:
1. Jalan lahir (passage)
2. Janin (passanger)
3. Kekuatan yang ada pada ibu (power)
2.1.3 Macam – Macam Sectio Caesare (SC)
2.1.3.1 Abdomen (section caesarea abdominalis)
a) Section caesareatransperitonealis
Section cesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus
uteri sedangkan section cesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan
insisi pada segmen bawah rahim. SC klasik atau corporal (dengan insisi
memanjang pada corpus uteri). Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang
pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
1) Mengeluarkan janin dengan cepat
2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
reperitonealis yang baik.
2) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
3) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah
rahim).
b) SC ektra peritonealis
Tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka
kavum abdominal.
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen
bawah rahim (low servical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
1) Penjahitan luka lebih mudah
2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum
4) Perdarahan tidak begitu banyak
5) Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil
Kekurangan :
1) Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat
menyebabkan uteri pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
2) Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
2.1.3.2 Vagina (section caesareavaginalis)
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut
(Mochtar, Rustam, 1992) :
1. Sayatan memanjang (longitudinal)
2. Sayatan melintang (Transversal)
3. Sayatan huruf T (T insicion)
2.1.4 Indikasi Sectio Caesarea
Didasarkan atas 3 faktor :
2.1.4.1 Faktor janin.
a. Bayi terlalu besar
Berat bayi 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayi sulit
keluar dari jalan lahir. Dengan perkiraan berat yang sama tetapi pada ibu yang
berbeda maka tindakan persalinan yang dilakukan juga berbeda. Misalnya untuk
ibu yang mempunyai panggul terlalu sempit, berat janin 3000 gram sudah
dianggap besar karena bayi tidak dapat melewati jalan lahir. Selain janin yang
besar, berat janin kurang dari 2,5 kg, lahir prematur, dan dismatur, atau
pertumbuhan janin terlambat, juga menjadi pertimbangan dilakukan section
caeseria
b. Kelainan letak
1) Letak sungsang.
Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong pada persalinan
alami diperkirakan 4x lebih besar dibandingkan keadaan normal. Pada bayi aterm,
tahapan moulage kepala sangat penting agar kepala berhasil lewat jalan lahir.
Pada keadaan ini persalinan pervaginam kurang menguntungkan. Karena ;
pertama, persalinan terlambat beberapa menit, akibat penurunan kepala
menyesuaikan dengan panggul ibu, padahal hipoksia dan asidosis bertambah
berat. Kedua, persalinan yang dipacu dapat menyebabkan trauma karena
penekanan, traksi ataupun kedua-duanya. Misalnya trauma otak, syaraf, tulang
belakang, tulang rangka dan viseral abdomen.
2) Letak lintang.
Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor dijalan lahir,
panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan bentuk rahim, plesenta previa,
cairan ketuban pecah banyak, kehamilan kembar dan ukuran janin. Keadaan
tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan presentasi tubuh
janin di dalam rahim. Bila dibiarkan terlalu lama, mengakibatkan janin
kekurangan oksigen dan meyebabkan kerusakan otak janin.
3) Gawat janin
Diagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan kekurangan oksigen
(hipoksia) yang diketahui dari DJJ yang abnormal, dan adanya mekonium dalam
air ketuban. Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan berwarna putih agak
keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan secsio caesarea tidak dilakukan,
dikhawatirkan akan terjadi kerusakan neurologis akibat keadaan asidosis yang
progresif.
4) Janin abnormal
Misalnya pada keadaan hidrosefalus, kerusakan Rh dan kerusakan genetik.
2.1.4.2 Plasenta
a. Plasenta previa.
Posisi plasenta terletak di bawah rahim dan menutupi sebahgian dan atau
seluruh jalan lahir.
Dalam keadaan ini, plasenta mungkin lahit lebih dahulu dari janin. Hal ni
menyebabkan janin kekurangan O2 dan nutrisi yang biasanya diperoleh lewat
plasenta. Bila tidak dilakukan SC, dikhawatirkan terjadi perdarahan pada tempat
implantasi plasenta sehingga serviks dan SBR menjadi tipis dan mudah robek.
b. Solusio plasenta
Keadaan dimana plasenta lepas lebih cepat dari korpus uteri sebelum janin
lahir. SC dilakukan untuk mencegah kekurangan oksigen atau keracunan air
ketuban pada janin. Terlepasnya plasenta ditandai dengan perdarahan yang
banyak, baik pervaginam maupun yang menumpuk di dalam rahim.
c. Plasenta accreta
Merupakan keadaan menempelnya sisa plasenta di otot rahim. Jika sisa
plasenta yang menempel sedikit, maka rahim tidak perlu diangkat, jika banyak
perlu dilakukan pengangkatan rahim.
d. Yasa previa
Keadaan dimana adanya pembuluh darah dibawah rahim yang bila dilewati
janin dapat menimbulkan perdarahan yang banyak.
2.1.4.3 Kelainan tali pusat.
a. Pelepasan tali pusat (tali pusat menumbung)
Keadaan dimana tali pusat berada di depan atau di samping bagian
terbawah janin, atau tali pusat telah berada dijalan lahir sebelum bayi, dan
keadaan bertambah buruk bila tali pusat tertekan.
b. Terlilit tali pusat
Lilitan tali pusat ke tubuh janin akan berbahaya jika kondisi tali pusat
terjepit atau terpelintir sehinggga aliran oksigen dan nutrisi ketubuh janin tidak
lancar. Lilitan tali pusat mengganggu turunnya kepala janin yang sudah waktunya
dilahirkan.
c. Bayi kembar
Kelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi yang lebih
tinggi misalnya terjadi preeklamsia pada ibu hamil yang stress, cairan ketuban
yang berlebihan.
2.1.4.4 Faktor ibu
a. Usia
Ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya diatas 35th, memiliki resiko
melahirkan dengan sectio caesarea karena pada usia tersebut ibu memiliki
penyakit beresiko seperti hipertensi, jantung, DM, dan preeklamsia.
b. Cephalopevic disspiroprion.
Ukuran panggul yang sempit dan tidak proporsional dengan ukuran janin
menimbulkan kesulitan dalam persalinan pervaginam. Panggul sempit lebih sering
pada wanita dengan tinggi badan kurang dari 145 cm. Kesempitan panggul dapat
ditemukan pada satu bidang atau lebih, PAP dianggap sempit bila konjunctiva
vera kurang dari 10 cm atau diameter transversal <12 >6 minggu solusio plasenta,
dan emboli air ketuban. Retensio Plasenta atau plasenta rest : gangguan pelepasan
plasenta menimbulakan perdarahan dari tempat implantasi palsenta
c. Infeksi
Setiap tindakan operasi vaginal selalu diikuti oleh kontaminasi bakteri,
sehingga menimbulkan infeksi. Infeksi makin meningkat apabila didahului oleh :
Keadaan umum yang kurang baik: anemia saat hamil, sudah terdapat manipulasi
intra-uterin, sudah terdapat infeksi. Perlukaan operasi yang menjadi jalan masuk
bakteri. Terdapat retensio plasenta pelaksanaan operasi persalinan yang kurang
legeartis.
d. Trauma tindakan operasi persalinan .
Operasi merupakan tindakan paksa pertolongan persalinan sehingga
menimbulkan trauma jalan lahir. Trauma operasi persalinan dijabarkan sebagai
berikut :
a. Perluasan luka episiotomy
b. Perlukaan pada vagina
c. Perlukaan pada serviks
d. Perlukaan pada forniks-kolfoporeksis
e. Terjadi ruptura uteri lengkap atau tidak lengkap
f. Terjadi fistula dan ingkontinensia
2.1.4.5 Komplikasi pada janin
Terjadi ”trias komplikasi” bayi dalam bentuk : asfiksia, trauma tindakan,
dan infeksi.
a. Asfiksia
Tekanan langsung pada kepala yang mengakibatkan penekanan pusat-
pusat vital pada medula oblongata
1. Aspirasi oleh air ketuban, mekonium,dan cairan lambung
2. Perdarahan atau edema jaringan saraf pusat.
b. Trauma langsung pada bayi
1. Fraktura ekstremitas
2. Dislokasi persendian
3. Ruptur alat-alat vital : hati, lien dan robekan pada usus.
4. Fraktur tulang kepala
5. Perdarahan atau trauma jaringan otak
6. Trauma langsung pada mata, telinga, hidung, dan lainnya.
c. Infeksi.
Dapat terjadi infeksi ringan sampai sepsis yang dapat menyebabkan
kematian.
2.1.5 Kontra Indikasi
Pada umumnya section caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok,
anemi berat sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (Sarwono, 1991)
2.1.6 Teknik Section Caesarea
2.1.6.1 Insisi Abdominal
Pada dasarnya insisi ini adalah insisi garis tengah subumbilikal dan insisi
abdominal bawah transversa.
a. Insisi garis tengah subumbilikal
Insisi ini mudah dan cepat. Akses mudah dengan perdarahan minimal.
Berguna jika akses ke segmen bawah sulit, contohnya jika ada kifosklerosis berat
atau fibroid segmen bawah anterior. Walaupun, bekas luka tidak terlihat, terdapat
banyak ketidaknyamanan pascaoperasi dan luka jahitan lebih cenderung muncul
dibandingkan dengan insisi transversa. Jika perluasan ke atas menuju abdomen
memungkinkan, insisi pramedian kanan dapat dilakukan.
b. Insisi transversa
Insisi transversa merupakan insisi pilihan saat ini. Secara kosmetik
memuaskan, lebih sedikit menimbulkan luka jahitan dan lebih sedikit
ketidaknyamanan, memungkinkan mobilitas pascaoperasi yang lebih baik. Insisi
secara teknis lebih sulit khususnya pada operasi berulang. Insisi ini lebih vaskular
dan memberikan akses yang lebih sedikit.
Variasinya meliputi insisi Joel Choen (tempat abdomen paling atas) dan
Misvag Ladach (menekankan pada perjuangan struktur anatomis).
1.1.6.2 Insisi uterus
Jalan masuk ke dalam uterus dapat melalui insisi garis tengah atau insisi
segeman transversa.
. a. Sectio cesaria segmen bawah
Ini adalah pendekatan yang lazim digunakan. Insisi transversa ditempatkan
di segmen bawah uterus gravid di belakang peritoneum utero-vesikel.
Keuntungannya meliputi :
1) Lokasi tersebut memiliki lebih sedikit pembuluh darah sehingga
kehilangan darah yang ditimbulkan hanya sedikit.
2) Mencegah penyebaran infeksi ke rongga abdomen.
3) Merupakan bagian uterus yang sedikit berkontraksi sehingga hanya sedikit
kemungkinan terjadinya ruptur pada bekas luka di kehamilan berikutnya.
4) Penyembuhan lebih baik dengan komplikasi pascaoperasi yang lebih
sedikit seperti pelekatan.
5) Implantasi plasenta di atas bekas luka uterus kurang cenderung terjadi
pada kehamilan berikutnya.
Kerugiannya meliputi :
1) Akses mungkin terbatas
2) Lokasi uterus yang berdekatan dengan kandung kemih meningkatkan
risiko kerusakan khususnya pada prosedur pengulangan.
3) Perluasan ke sudut lateral atau dibelakang kandung kemih dapat
meningkatkan kehilangan darah.
b. Sectio sesaria klasik
Insisi ini ditempatkan secara vertikal di garis tengah uterus. Indikasi
penggunaanya meliputi :
1) Gestasi dini dengan perkembangan buruk pada segmen bawah
2) Jika akses ke segmen bawah terlarang oleh pelekatan fibroid uterus.
3) Jika janin terimpaksi pada posisi transversa.
4) Pada keadaan segmen bawah vaskular karena plasenta previa anterior.
5) Jika ada karsinoma serviks
6) Jika kecepatan sangat penting, contohnya setelah kematian ibu.
Kerugiannya meliputi :
Homestatis lebih sulit dengan insisi vaskular yang tebal
1) Pelekatan ke organ sekitarnya lebih mungkin
2) Plasenta anterior dapat ditemukan selama pemasukan
3) Penyembhan terhambat karena involusi miomtreial
4) Terdapat lebih besar risiko ruptur uterus pada kehamilan berikutnya
1.1.6.3 Insisi Kroning-Gellhom-Beck
Insisi ini adalah garis tengah pada segemen bawah, yang digunakan pada
pelahiran prematur apabila segmen bawah terbentuk dengan buruk atau dalam
keadaan terdapatnya perluasan ke segmen uterus bagian atas yang dilakukan
untuk memberi lebih banyak akses. Insisi ini menyebabkan lebih sedikit
komplikasi sectio caeseria klasik. Insisi ini tidak menutup kemungkianan
pelahiran pervginam.
Keadaan Lain
Insisi T terbalik atau insisi J suatu saat diperlukan jika ditemukan akses
tidak adekuat tanpa memperhatikan insisi segmen bawah. Insisi tersebut lebih
baik dihindari. Seperti halnya pada seksio sesaria klasik, kehamilan selanjutnya
akan memerlukan seksio caeseria elektif.
2.1.7 Komplikasi
Pada Ibu :
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal (Nifas)
1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut
sedikit kembung
3) Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
peritonealisasi terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya
Pada Anak :
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio
caesaria banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan
sectio caesaria. Menurut statistik di negara – negara dengan pengawasan
antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca sectio caesaria
berkisar antara 4 dan 7 %. (Sarwono, 1999).
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemantauan janin terhadap kesehatan janin.
2) Pemantauan EKG.
3) JDL dengan diferensial.
4) Elektrolit.
5) Hemoglobin/Hematokrit.
6) Golongan darah.
7) Urinalisis.
8) Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi.
9) Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
10) Ultrasound sesuai pesanan (Tucker, Susan Martin, 1998).
2.1.9 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1) Cairan IV sesuai indikasi.
2) Anestesia; regional atau general.
3) Perjanjian dari orang terdekat untuk tujuan sectio caesaria.
4) Tes laboratorium/diagnostik sesuai indikasi.
5) Pemberian oksitosin sesuai indikasi.
6) Tanda vital per protokol ruangan pemulihan.
7) Persiapan kulit pembedahan abdomen.
8) Persetujuan ditandatangani.
9) Pemasangan kateter foley
b. penatalaksanaan Keperawatan
Dengan mengevaluasi perbandingan hasil – hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan sebelmnya. Klien keluar dari
siklus proses keperawatan apabila kriteria hasil telah dicapai. Klien akan masuk
kembali ke dalam siklus apabila kriteria hasil belum tercapai. Komponen tahap
evaluasi terdiri dari pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap – tahap proses
keperawatan dan revisi atau terminasi rencana asuhan keperawatan. (Allen, Carol
Vestal, 1998)
Pada evaluasi klien dengan post operasi sectio caesaria, kriteria evaluasi adalah
sebagai berikut :
1) Pasien akan mengungkapkan rasional untuk melahirkan sesar dan bekerjasama
dalam persiapan prabedah.
2) Nyeri diminimalkan/dikontrol dan pasien mengungkapkan bahwa ia nyaman
3) Pasien tidak mengalami kongesti pernafasan dan menunjukkan tak ada tanda
atau gejala emboli pulmonal atau trombosis vena dalam selama perawatan di
rumah sakit.
4) Berkemih secara spontan tanpa ketidaknyamanan dan mengalami defeksi
dalam 3 sampai 4 hari setelah pembedahan.
5) Insisi bedah dan kering, tanpa tanda atau gejala infeksi, involusi uterus
berlanjut secara normal.
6) Klien mengungkapkan pemahaman tentang perawatan melahirkan sesar
2.1.10 Sikap
2.1.10.1 Definisi Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang
terhadap objek (Notoatmojo, 2007 dalam Haryati, 2013: 21). Menurut
Koentjaraningrat (1983), sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam
diri individu untuk berkelakukan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek
akibat pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut.
Beberapa definisi sikap para ahli :
1. L. I Thurstone (1946)
Sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif
yang berhubungan dengan objek psikologi (simbol, kata-kata, slogan, orang,
lembaga, ide, dan sebagainya).
2. Zimbardo dan Ebessen
Sikap adalah suatu predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) terhadap
seseorang, ide/objek yang berisi komponen-komponen kognitif, afektif, dan
behavior.
3. D. Krech dan RS. Crutchfield
Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses persepsi, emosi, dan
motivasi atau pengamatan atas suatu aspek dari kehidupan individu.
4. John H. Harvey dan William P. Smith
Kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif
terhadap objek atau situasi.
5. Gerungan
Sikap terhadap objek tertentu, yang dapat merupakan sikap, pandangan,
atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tadi itu. Jadi, attitude itu adalah
sikap dan kesediaaan berinteraksi terhadap suatu hal.
Dari beberapa pengertian sikap di atas dapat di simpulkan bahwa sikap
adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang
sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak
senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Campbell (1950)
mendefinisikan sangat sederhana, yakni:“an individual’s attitude is syndrome of
response consistency with regardto object.” Jadi jelas, disini dikatakan bahwa
sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau
objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala
kejiwaan yang lain.
2.1.10.2 Komponen sikap
Menurut Azwar (1995) dalam Heri Maulana (2009), mengemukakan
bahwa yang membentuk struktur sikap memiliki tiga komponen yaitu sebagai
berikut:
1. Komponen kognif (cognitive) di sebut juga komponen conceptual, yang
berisi, kepercayaan yang berhubungan dengan persepsi individu terhadap
objek sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui, pandangan, keyakinan,
pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari
orang lain.
2. Komponen afektif (emosional). Komponen ini menunjukan dimensi
emosional subjektif individu terhadap objek sikap, baik bersifat positif
(rasa senang) maupun negative (rasa tidak senang).
3. Komponen perilaku (konatif). Komponen ini merupakan prediposisi atau
kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya .
2.1.10.3 Karakteristik sikap :
1. Sikap itu dipelajari (learn ability)
Contoh : lapar, haus adalah motif psikologis yang tidak dipelajari,
sedangkan pilihan pada makanan Eropa adalah sikap.
2. Memiliki kestabilan (Stability)
Sikap dipelajari stabil/ kuat pengalaman.Contoh : perasaan like dan dislike
terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang-ulangatau memiliki
frekuensi yang tinggi.
3. Personal societal significance
Contoh : jika orang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka, dan
hangat, maka ini akan sangat berarti bagi dirinya, ia merasa bebas dan favorable.
4. Berisi kognisi dan afeksi
Contoh : objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.
5. Approach-Avoidance Directionality
Bila seseorang memiliki sikap yang favorable terhadap suatu objek,
mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memiliki
sikap yang unfavorable, mereka akan menghindarinya.
6. Sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau
dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan
objeknya.
7. Sikap itu berdiri sendiri, tetapi senantiasa melindungi relasi tertentu
terhadap objek.
8. Objek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
2.1.10.4 Fungsi sikap :
Menurut Attkinson dkk, seperti dikutip dalam Sunaryo (2004), (dalam
Haryati, 2013: 16), sikap memiliki lima fungsi, yakni sebagai berikut:
1. Fungsi instrumental, yaitu sikap yang dikaitkan dengan alasan yang praktis
atau manfaat dan menggambarkan keadaan keinginannya atau tujuan.
2. Fungsi pertahanan ego, yaitu sikap yang diambil untuk melindungi diri
dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.
3. Fungsi nilai ekspresi, yaitu sikap yang menunjukan nilai yang ada pada
dirinya. System nilai individu dapat dilihat dari sikap yang diambil
individu bersangkutan (misalnya, individu yamg telah menghayati ajaran
agama, sikapnya akan tercermin dalam tutur kata, perilaku , dan perbuatan
yang dibenarkan ajaran agamanya).
4. Fungsi pengetahuan. Sikap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin
mengerti, ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan, yang
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari .
5. Fungsi penyesuaian sosial, yaitu sikap yang diambil sebagai bentuk
adaptasi dengan lingkungannya.
2.1.10.5 Tingkatan Sikap
Menurut Maulana, sebagaimana yang dikutip oleh (Haryati, 2013: 23)
mengemukakan bahwa sikap terdiri dari atas empat tingkatan, mulai dari terendah
sampai tinggi, yaitu sebaga berikut:
1. Menerima (receiving)
Menerima berarti mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan/objek
2. Merespon (responding)
Merespon berarti memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan indikasi sikap.
3. Menghargai (valuing)
Pada tingkat ini, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi, dengan segala resiko bertanggung jawab
terhadap suatu yang telah dipilih, meskipun terdapat tantangan dari
keluarga (langsung ditanya) dan tidak langsung.
2.1.10.6 Ciri – Ciri Sikap
Menurut (Gerungan, 1996 dalam Haryati, 2013: 24) menjelaskan bahwa
sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sikap tidak dibawah dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui
pengalaman, latihan sepanjang perkembangan individu.
2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu
sehingga dapat dipelajari.
3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap.
4. Sikap dapat tertuju pada satu atau banyak objek.
5. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.
6. Sikap mengandung faktor perasaan dengan motivasi, hal ini yang
membedakan dengan pengetahuan
2.1.10.7 Pembentukan dan perubahan sikap
Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan sendirinya. Sikap
terbentuk dalam hubungannya dengan suatu objek, orang, kelompok, komunikasi,
surat kabar, buku, poster, radio, tv, dan sebagainya.
Terdapat banyak kemungkinan yang mempengaruhi timbulnya sikap.
Lingkungan yang terdekat dengan kehidupan sehari-hari banyak memiliki
peranan. Keluarga yang terdiri dari orang tua, saudara-saudara di rumah memiliki
peranan penting. 3 hal penting dalam pembentukan sikap masa adolescence :
1) Media massa
2) Kelompok sebaya (peer)
3) Kelompok yang meliputi lembaga sekolah, lembaga keagamaan,
organisasi kerja, dan sebagainya.
2.1.10.8 Faktor-faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sikap :
1. Faktor intern :
Selectivity atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah
pengaruh-pengaruh yang datang dari luar.
2. Faktor ekstern :
interaksi sosial di luar kelompok. Contoh : interaksi antara manusia
dengan hasil kebudayaan manusia yang sampai padanya melalui alat-alat
komunikasi, seperti surat kabar, radio, tv, majalah, dan sebagainya.
2.1.10.9 Pengukuran sikap
1) Langsung
a. Skala Thurstone
Percaya bahwa sikap dapat diukur dengan skala pendapat. Mula-mula
usaha mengukur sikap ini terdiri atas sejumlah daftar pertanyaan yang diduga
berhubungan dengan sikap.
b. Skala Likert
Menggunakan sejumlah pertanyaan untuk mengukur sikap yang
mendasarkan pada rata-rata jawaban. Dalam pertanyaannya, Likert
menggambarkan pandangan yang ekstrem pada masalahnya. Kemudian dibagikan
kepada responden.
c. Skala Borgadus
Secara kuantitatif mengukur tingkatan jarak seseorang yang diharapkan
untuk memelihara hubungan orang dengan kelompok-kelompok lain. Responden
diminta untuk mengisi atau menjawab pertanyaan satu atau semua dari 7
pertanyaan untuk melihat jarak social terhadap kelompok etnik group lainnya.
d. Skala perbedaan semantik
Meminta responden untuk menentukan sikapnya terhadap objek sikap,
pada ukuran yang sangat berbeda dengan ukuran terdahulu.
2) Tidak langsung
Bertumpu pada kesadaran subjek akan sikap dan kesiapannya untuk
dikomunikasikan secara lisan (verbal).
2.1.11 Pengetahuan
2.1.11.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan yang baik tentang
sesuatu hal, maka ia akan cenderung mengambil keputusan yang lebih tepat
berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan dengan mereka yang
pengetahuannya rendah (permata, 2002). Pengetahuan ibu tentang keadaan
kehamilan dan persalinan yang akan dilakukan, memungkinkan untuk
mempersiapkan fisik dan mental, sehingga ibu dapat memilih proses persalinan
yang tepat dan aman.Ibu hamil dalam merencanakan proses persalinannya
memerlukan suatu informasi yang benar, sehingga ibu mempunyai gambaran
tentang kehamilan serta proses persalinan. Dari informasi dan gambaran tersebut,
diharapkan ibu lebih siap dalam menghadapi proses persalinan manapun.
Menurut Notoatmodjo (2009), pengetahuan adalah merupakan hasil dari
tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Pengetahuan adalah hasil tahu manusia yang sekedar menjawab pertanyaan
“what”. Adapun pengertian lain dari pengetahuan adalah kumpulan pengalaman –
pengalaman dan pengetahuan – pengetahuan dari sejumlah orang yang dipadukan
secara harmonik dalam suatu bangun yang teratur (Amadi, 2010).
Dari beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan merupakan segala apa yang diketahui dan yang akan diketahui
dengan satu hal / pengalaman dari sejumlah orang yang dipadukan secara
harmonic dalam suatu bangun yang teratur.
2.1.11.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Taksonomi Bloom, (Huit, 2011: 1), tingkatan pengetahuan terdiri
atas 6 tingkatan yakni : (1) Pengetahuan (Knowledge); (2) Pemahaman
(compherension ) ; (3) Aplikasi (application) ; (4) Analisis (analysis) ; (5) Sintesis
(synthesis) ; dan (6) Evaluasi (evaluation). Pada taksonomi pengetahuan yang
baru kategori analisis dan evaluasi ditukar urutannya dan kategori sintesis kini
dinamai membuat (create), (Widodo, 2006: 2).
1. Menghafal (Remember) : menarik kembali informasi yang tersimpan dalam
memori jangka panjang. Kategori ini meliputi:
a. Mengenali (Recognizing) adalah mencakup proses kognitif untuk menarik
kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang yang
identik atau sama dengan informasi yang baru.
b. Mengingat (Recalling) adalah menarik kembali informasi yang tersimpan
dalam memori jangka panjang apabila ada petunjuk (tanda) untuk
melakukan hal tersebut.
c. Memahami (Understand) adalah mengkonstruk makna atau pengertian
berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, mengaitkan informasi yang
baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Kategori ini meliputi:
a) Menafsirkan (interpreting) adalah mengubah dari satu bentuk informasi ke
bentuk informasi yang lainnya.
b) Memberikan contoh (exemplifying) adalah memberikan contoh dari suatu
konsep atau prinsip yang bersifat umum.
c) Mengklasifikasikan (classifying) : Mengenali bahwa sesuatu (benda atau
fenomena) masuk dalam kategori tertentu.
d) Meringkas (summarising) : membuat suatu pernyataan yang mewakili
seluruh informasi atau membuat suatu abstrak dari sebuat tulisan.
e) Menarik inferensi (inferring) : menemukan suatu pola dari sederetan
contoh atau fakta.
f) Membandingkan (comparing) : mendeteksi persamaan dan perbedaan
yang dimiliki dua objek, ide, ataupun situasi.
g) Menjelaskan (explaining) : mengkonstruk dan menggunakan model sebab-
akibat dalam suatu system.
2. Mengaplikasikan (Applying) : mencakup penggunaan suatu prosedur guna
menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Kategori ini meliputi:
a. Menjalankan (executing) : menjalankan suatu prosedur rutin yang telah
dipelajari sebelumnya.
b. Mengimplementasikan (implementing) : memilih dan menggunakan
prosedur yang sesuai untuk menyelesaikan tugas yang baru.
3. Menganalisis (Analyzing) : menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke
unsurunsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-
unsur tersebut dan struktur besarnya. Kategori ini meliputi:
a. Membedakan (differentiating) : membedakan bagian-bagian yang
menyusun suatu struktur berdasarkan relevansi, fungsi dan penting
tidaknya.
b. Mengorganisir (organizing) : mengidentifikasi unsur-unsur suatu keadaan
dan mengenali bagaimana unsur-unsur tersebut terkait satu sama lain
untuk membentuk suatu struktur yang padu.
c. Menemukan pesan tersirat (attributting) : menemukan sudut pandang,
bias, dan tujuan dari suatu bentuk komunikasi.
4. Mengevaluasi (evaluation) adalah membuat suatu pertimbangan berdasarkan
kriteria dan standar yang ada. Kategori meliputi:
a. Memeriksa (Checking) : Menguji konsistensi atau kekurangan suatu karya
berdasarkan kriteria internal (kriteria yang melekat dengan sifat produk
tersebut).
b. Mengritik (Critiquing) : menilai suatu karya baik kelebihan maupun
kekurangannya, berdasarkan kriteria eksternal.
5. Membuat (create) : menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk
kesatuan. Kategori ini meliputi:
a. Membuat (generating) : menguraikan suatu masalah sehingga dapat
dirumuskan berbagai kemungkinan hipotesis yang mengarah pada
pemecahan masalah tersebut.
b. Merencanakan (planning) : merancang suatu metode atau strategi untuk
memecahkan masalah.
c. Memproduksi (producing) : membuat suatu rancangan atau menjalankan
suatu rencana untuk memecahkan masalah.
2.1.11.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Hendra (2008) dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
a. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Semakin
tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah
baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental
ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.
b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang
tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan
tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
c. Pekerjaan
Menurut Hurlock (1998) bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan menentukan
pertumbuhan dalam pekerjaan.
d. Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan
tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan
masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.
2.1.11.4 Pengkuran Pengetahuan
1. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden (Afriyanti, 2009: 16). Kedalaman pengatahuan
yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan
pengetahuan sebagaimana dijelaskan di atas.
2. Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran
pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu
pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan
objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choices), betul-salah
dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan essay disebut pertanyaan
subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif
dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai yang satu
dibandingkan dengan yang lain dan dari satu waktu ke waktu lainnya.
Sedangkan pertanyaan pilihan ganda, betul-salah, menjodohkan disebut
pertanyaan objektif, karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat dinilai secara
pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai.
Pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan ganda lebih disukai
dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah disesuaikan dengan
pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat.
3. Proses seseorang menghadapi pengetahuan, menurut (Notoatmodjo,
(2007), dalam Afriyanti, 2009: 16) menjelaskan bahwa sebelum orang
menghadapi perilaku baru, perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi
proses berurutan yakni : Awareness (kesadaran) dimana orang tersebut
menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.
Interest (merasa tertarik) terhadap objek atau stimulus tersebut bagi
dirinya. Trail yaitu subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai
dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2.2 Kerangka Teori
Gambar 2.2
2.3 Kerangka Konsep
Gambar 2.3
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. SumberInformasi
a.
Yang
mempengruhi
Pengetahuan
Gambaran
pengetahuan dan
sikap ibu hamil
terhadap terhadap
section caeseria
Sikap ibu tentang
(SC) meliputi :
1. Cognitive
2. Emosional
3. Konatif
yang
mempengaru
hi sikap
SECTIO
CAESERIA
PENGETAHUAN DAN
SIKAP IBU HAMIL
Kategori
penetahuan ibu
hamil :
1. Baik
2. Cukup
3. Kurang
Kategori sikap
ibu hamil :
4. Baik
5. Cukup
6. Kurang