bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teoritis 2.1.1 tinjauan...

22
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan Tentang Obesitas 2.1.1.1 Pengertian Obesitas Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan katand terjadi perluasan ke dalam jaringan organnya. Dijelaskan pula bahwa Obesitas yaitu kegemukan atau kelebihan berat badan yang melampaui berat badan normal (Misnadiarly, 2007) . Menurut Sumanto (2009) bahwa obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal. 2.1.1.2 Epidemiologi dan Patofisioligi Obesitas Timbulnya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik maupun keduanya. Menurut Misnardiarly (2007) bahwa faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya obesitas yakni bila makanan melebihi kebutuhan faali. Seperti diketahui, bahan- bahan yang terkandung dalam makanan sehari-hari akan menjadi penyusun

Upload: hakien

Post on 28-Jun-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Tinjauan Tentang Obesitas

2.1.1.1 Pengertian Obesitas

Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun

dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan katand terjadi

perluasan ke dalam jaringan organnya. Dijelaskan pula bahwa Obesitas yaitu

kegemukan atau kelebihan berat badan yang melampaui berat badan normal

(Misnadiarly, 2007) .

Menurut Sumanto (2009) bahwa obesitas merupakan keadaan yang

menunjukkan ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan

lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui

ukuran ideal.

2.1.1.2 Epidemiologi dan Patofisioligi Obesitas

Timbulnya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan,

terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik maupun keduanya. Menurut

Misnardiarly (2007) bahwa faktor-faktor yang berperan dalam timbulnya

obesitas yakni bila makanan melebihi kebutuhan faali. Seperti diketahui, bahan-

bahan yang terkandung dalam makanan sehari-hari akan menjadi penyusun

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

tubuh setelah melalui berbagai proses dengan mekanisme pengaturan yang

meliputi (a) penyerapan dalam saluran pencernaan, (b) metabolisme dalam

jaringan, (c) pengeluaran oleh alat-alat ekskresi.

Dijelaskan pula oleh Misnardiarly (2007) bahwa beberapa faktor yang

diketahui mempengaruhi mekanisme pengaturan tersebut antara lain umur,

jenis kelamin, tingkat sosial, aktivitas fisik, kebiasaan makan, faktor psikologis

dan faktor genetis.

1) Umur

Meskipun dapat terjadi pada semua umur, obesitas sering dianggap

sebagai kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun

pertama kehidupan biasanya disertai perkembangan rangka yang cepat dan

anak menjadi besar untuk umurnya. Anak-anak yang mengalami obesitas

cenderung menjadi orang dewasa yang juga obesitas. Obesitas pada anak muda

sering dijumpai dalam keluarga mampu, tetapi akan sulit dijumpai pada

keluarga miskin.

2) Jenis Kelamin

Jenis kelamin tampaknya juga ikut berperan dalam timbulnya obesitas.

Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi obesitas lebih umum

dijumpai pada wanita terutama setelah kehamilan dan pada saat menopause.

Pada saat kehamilan jelas karena adanya peningkatan jaringan adiposa sebagai

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

simpanan yang akan diperlukan selama masa menyusui. Mungkin juga obesitas

pada wanita disebabkan karena pengaruh faktor endoktrin, karena kondisi ini

muncul pada saat-saat adanya perubahan hormonal tersebut di atas.

3) Tingkat Sosial

Di negara-negara barat, obesitas banyak dijumpai pada golongan sosial-

ekonomi rendah. Salah satu survei di Manhattan menunjukan bahwa obesitas

dijumpai 30% pada kelas sosial-ekonomi rendah, 17% pada kelas menengah,

dan 5% pada kelas atas. Obesitas banyak dijumpai pada wanita keluarga miskin

barangkali karena sulitnya membeli makanan yang tinggi kandungan protein.

Mereka hanya mampu membeli makanan murah yang umumnya mengandung

banyak hidrat arang. Obesitas yang dijumpai pada kalangan eksekutif atau

usahawan, barangkali timbul karena makanan berlemak tinggi disertai

penggunaan minuman beralkohol.

4) Aktivitas Fisik

Obesitas banyak dijumpai pada orang yang kurang melakukan aktifitas

fisik dan kebanyakan duduk. Di masa industri sekarang ini, dengan

meningkatnya mekanisasi dan kemudahan transportasi, orang cenderung

kurang gerak atau menggunakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehari-hari.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

5) Kebiasaan Makan

Obesitas sering dijumpai pada orang yang senang masak atau bekerja di

dapur. Di samping itu juga dijumpai pada orang yang memiliki gejala suka

makan pada waktu malam. Ini biasa menyertai insomnia dan hilangnya nafsu

makan pada waktu pagi hari. Ada sementara orang beranggapan bahwa semua

orang gemuk adalah orang yang suka makan. Ternyata beberapa peneliti

menunjukkan bahwa orang gemuk tidak makan lebih banyak dibanding orang

kurus. Bahkan terkadang orang kurus menyatakan sudah makan banyak tetapi

tetap kurus.

6) Faktor Psikologis

Faktor stabilitas emosi diketahui berkaitan dengan obesitas. Keadaan

obesitas dapat merupakan dampak dari pemecahan masalah emosi yang dalam

dan ini merupakan suatu pelindung penting bagi yang bersangkutan. Dalam

keadaan semacam ini menghilangkan obesitas tanpa menyediakan pemecahan

alternatif yang memuaskan, justru akan memperberat masalah.

7) Faktor Genetis

Faktor genetis merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam

timbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnya

berasal dari keluarga dengan orangtua obesitas. Bila salah satu orang tua

obesitas kira-kira 40-50% anak-anaknya akan menjadi obesitas, sedangkan bila

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

kedua orang tua obesitas, 80% anak-anaknya akan menjadi obesitas.

Pengamatan selama setahun terhadap bayi-bayi yang ibunya obesitas

menunjukkan bahwa 50% di antaranya menjadi obesitas bukan karena

makannya yang berlebihan. Dikatakan bahwa pada bayi-bayi tersebut terdapat

pengurangan kalori yang dibakar. Jadi, diduga bahwa beberapa orang memang

secara genetis sudah terprogram untuk obesitas.

2.1.1.3 Tipe-Tipe Obesitas

Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan dalam

beberapa tipe (Purwati, 2001) yaitu:

1) Tipe hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang

lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai

dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak-anak. Upaya menurunkan

berat badan ke kondisi normal pada masa anak-anak akan lebih sulit.

2) Tipe hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar

dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia

dewasa dan upaya untuk menurunkan berat akan lebih mudah bila

dibandingkan dengna tipe hiperplastik.

3) Tipe hiperplastik dan hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah

dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini dimulai pada masa

anak-anak dan terus berlangsung sampai setelah dewasa. Upaya ini

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit, karena

dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degenaratif.

2.1.1.4 Penentuan Obesitas

Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi

berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks Masa Tubuh (IMT)

merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa

dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat

tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman, 2007).

Rumus menentukan IMT :

Rumus IMT :

Keterangan :

IMT : Indeks Massa Tubuh (Kg/m2)

BB : Berat Badan (Kg)

TB : Tinggi Badan (m2)

Tabel 2.1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index, BMI)

BMI Klasifikasi

< 18,5 Berat badan di bawah normal

18,5 – 24,9 Normal

25,0 – 29,9 Normal tinggi

30,0 – 34,9 Obesitas tingkat 1

35,0 – 39,9 Obesitas tingkat 2

≥ 40,0 Obesitas tingkat 3

Sumber : WHO NCHS 2005

IMT = BB/TB2

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

Selain Indeks Masa Tubuh (IMT), cara menentukan berat badan dapat

pula dilakukan dengan Indeks Broca. Di Indonesia, pada umumnya memakai

cara ini untuk menentukan berat badan normal dan ideal (Misnadiarly, 2007).

Berat Badan Normal = Tinggi Badan (cm) – 100Kg

Berat Badan Ideal = Berat Badan Normal – 10%Kg

Contohnya

Seorang wanita memiliki tinggi badan 150cm, berat badan 60Kg

Berat Badan Normal = 150 -100Kg

Berat Badan Ideal = 50-5Kg

Berarti orang ini kelebihan berat 15 Kg (Lebih dari 20%) termasuk obes.

2.1.1.5 Manifestasi dan Komplikasi

Menurut Misnadiarly (2007) bahwa manifestasi klinis dan komplikasi

yang sering ditemukan pada obesitas adalah:

1) Jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)

- Hipertensi

- Penyakit arteri koroner

- Kegagalan jantung

2) Paru-paru (pulmonal)

- Sindrom Pickwickian

- Infeksi saluran pernapasan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

3) Endokrin dan metabolik

- Diabetes melitus

- Perlemakan hati

- Hipertrigliserid

4) Saluran pencernaan (gastrointestinal)

- Kolelitiasis (batu kandung empedu)

- Kolesistitis (radang kandung empedu)

5) Tulang dan sendi

- Osteoarthritis

6) Problem psikiatri dan sosial

Menurut Purwati (2001) bahwa dari segi fisik, orang yang mengalami

obesitas akan merasa kurang percaya diri, sehingga seringkali akan mengalami

tekanan, baik dari dirinya sendiri maupun dari lingkungannya.

Ditambahkan pula oleh Misnadierly (2007) bahwa orang dengan

obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif antara lain:

1) Hipertensi

Orang-orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang tinggi

terhadap penyakit hipertensi. Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa

pada usia 20-39 tahun orang obesitas mempunyai resiko dua kali lebih besar

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

terserang hipertensi dibandingkan dengan orang yang mempunyai berat badan

normal (Wirakusumah, 1994).

2) Jantung koroner

Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat

penyempitan pembuluh darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa

dari 500 penderita obesitas, sekitar 88% mendapat resiko terserang penyakit

jantung koroner. Meningkatnya faktor resiko penyakit jantung koroner sejalan

dengan terjadinya penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga

menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20-40 tahun ternyata

berpengaruh lebih besar terjadinya penyakit jantung dibandingkan kegemukan

yang terjadi pada usia yang lebih tua (Purwati, 2001).

3) Diabtes Melitus

Diabetes melitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi

tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih

dari 90% penderita diabetes melitus tipe serangan dewasa adalah penderita

kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang

abnormal dalam darah. Maka, dianjurkan bagi penderita diabetes yang ingin

menurunkan berat badan sebaiknya dilakukan dengan mengurangi konsumsi

bahan makanan sumber lemak dan lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi

serat (Purwati, 2001).

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

4) Gout

Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap penyakit radang

sendi yang lebih serius jika dibandingkan dengan orang yang berat badannya

ideal. Penderita obesitas yang juga menderita gout harus menurunkan berat

badannya secara perlahan-lahan (Purwati, 2001).

5) Batu Empedu

Penderita obesitas mempunyai resiko terserang batu empedu lebih

tinggi karena ketika tubuh mengubah kelebihan lemak makanan menjadi lemak

tubuh, cairan empedu lebih banyak diproduksi di dalam hati dan disimpan

dalam kantong empedu. Penyakit batu empedu lebih sering terjadi pada

penderita obesitas tipe buah apel. Penurunan berat badan tidak akan mengobati

penyakit batu empedu, tetapi hanya membantu dalam pencegahannya.

Sedangkan untuk mengobati batu empedu harus menggunakan sinar ultrasonic

maupun melalui pembedahan (Andrianto, 2000).

2.1.1.6 Penatalaksanaan Obesitas

Prinsip pengobatan obesitas adalah pertama mencegah komplikasi dan

menurunkan gejala klinis yang timbul karena obesitas. Yang kedua, pengobatan

untuk menurunkan berat badannya (Misnadiarly, 2007).

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

1) Program menurunkan berat badan

a) Diet bebas dengan pemberian kalori rata-rata 900-1700 kalori. Diet

ini umumnya diberikan pada obesitas derajat ringan.

b) Diet rendah karbohidrat, diet ini sangat efektif, karena dapat

mencegah lipogenesis (pembentukan jaringan lemak). Kalori yang

diberikan rata-rata 1300 kalori. Diet ini dapat digunakan bagi

obesitas derajat sedang.

2) Kelaparan

Pengobatan dengan kelaparan total dapat dilakukan selama 2-3 hari

secara periodik agar tidak timbul komplikasi karena kelaparan seperti

naiknya asam urat dalam darah, hipertensi, kadang timbul aritmi

jantung. Pengobatan ini dapat diberikan pada obesitas berat.

3) Olahraga

Tujuan latihan jasmani adalah meningkatkan penggunaan kalori. Untuk

aktivitas ringan dibutuhkan 1.5 – 2.0 kcal/menit, aktivitas sedang 3.5-

7.0 kcal/menit, pada aktivitas berat 7.4 kcal/menit atau lebih.

4) Pembedahan

Pembedahan dilakukan apabila ada indikasi jelas, misalnya pada morbid

obesity atau malignant obesity.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

2.1.2 Tinjauan Tentang Hipertensi

2.1.2.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi

gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke (untuk otak),

penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi

ventrikel kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target

organ di otak yang berupa stroke, hipertensi menjadi penyebab utama stroke

yang membawa kematian yang tinggi (Bustan, 2007).

Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris ”hypertension”.

Hypertension merupakan istilah kedokteran yang populer untuk menyebutkan

penyakit darah tinggi. Hipertensi atau lebih dikenal dengan penyakit darah

tinggi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami peningkatan darah di

atas normal yaitu lebih dari 140/90 mmHg (Rahma, 2009)

Menurut Apriyanti (2012) bahwa tekanan darah tinggi atau hipertensi

adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis

(dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya

tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat

diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu

tinggi adalah salah satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

jantung dan aneurisma arterial dan merupakan penyebab utama gagal jantung

kronis.

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang

lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang

lebih rendah diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang

lebih renda diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah

kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai normal.

2.1.2.2 Klasifikasi Hipertensi

Menurut WHO (World Health Organization), organisasi kesehatan

dunia di bawah PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), klasifikasi tekanan darah

tinggi sebagai berikut.

1) Tekanan darah normal, yakni jika sistolik kurang atau sama dengan 140 dan

diastolik kurang atau sama dengan 90mmHg.

2) Tekanan darah perbatasan, yakni sistolik 141-149 dan diastolik 91-

94mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni jika sistolik lebih

besar atau sama dengan 160mmHg dan diastolik lebih besar atau sama

dengan 95mmHg.

Jenis hipertensi menurut Bustan (2007) menurut beratnya atau tingginya

peningkatan tekanan darah terbagi menjadi tiga yakni hipertensi ringan,

hipertensi sedang dan hipertensi berat. (1) Hipertensi ringan yakni tekanan

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

sistole 140-150 mmHg dan diastole 90-100 mmHg, (2) Hipertensi sedang

keadaan yakni tekanan darah sistole 160-180 mmHg dan diastole 100-110

mmHg, dan (3) Hipertensi berat yakni tekanan darah sistole lebih dari 185

mmHg dan diastole lebih dari 110 mmHg.

Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal < 120 <80

Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (Hipertensi ringan) 140 - 159 90 – 99

Sub grup : perbatasan 140- 159 90 – 94

Tingkat 2 (hipertensi sedang) 160 - 179 100 – 109

Tingkat 3 (hipertensi berat) ≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 > 90

Sub grup : perbatasan 140 - 149 < 90

2.1.2.3 Penyebab Hipertensi

Penyebab terjadinya hipertensi di bagi 2 golongan,yaitu (1) hipertensi

essensial/primer, yaitu hipertensi yang tidak di ketahui penyebabnya,dan ada

kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik ( 90% ) dan (2) hipertensi

sekunder, yaitu hipertensi merupakan akibat dari adanya penyakit lain seperti

kelainan pembuluh ginjal dan ganguan kelenjar tiroid ( 10% ). Faktor ini

biasanya juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang

kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak

(obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi,merokok,dan minuman alkohol.

(Adip 2009).

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

Menurut Apriyanti (2012) bahwa penyebab hipertensi dapat dibagi

menjadi dua yakni hipertensi primer (esensial) adalah hipertensi yang tidak atau

belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90% dari seluruh

hipertensi). Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan

sebagai akibat dari adanya penyakit lain.

Dijelaskan pula oleh Apriyanti (2012) bahwa hipertensi primer adalah

suatu kondisi yang lebih sering terjadi pada banyak orang. Penyebab dasar yang

mendasarinya tidak terlalu diketahui, namun dapat terdiri dari beberapa faktor

lain yakni tekanan tidak terdeteksi (diastolik < 90 mHg, sistolik > 105 mm Hg),

peningkatan kolesterol plasma (>240 – 250 mmHg), kebiasaan

merokok/alkohol, kelebihan berat badan/kegemukan obesitas, kurang olahraga,

penggunaan garam yang berlebihan, peradangan ditandai peningkatan C

reactive, gagal ginjal (renal insufficiency), faktor genetik/keturunan dan usia.

Sedangkan penyebab hipertensi sekunder yakni penyakit ginjal, kelainan

hormonal, obat-obatan, penyebab lain.

2.1.2.4 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstruksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medula diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula dari syaraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari molumina spinalis ke gonglia simpatis thoraks dan abnomen.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak

ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke gonglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetil kolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, di mana dengan di lepaskannya

norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti

kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah

terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif

terhadap norepinefrin. Meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal itu

bisa terjadi.

Pada saat bersamaan di mana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriski. Medula adrenal

mensekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi, korteks adrenal

mensekresi kortisal dan steroid lainnya yang dapat memperkuat respons

vasokontriktor, pembuluh darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin-renin

merangsang angiotension II suatu vasokontriksi kuat yang pada gilirannya

merangsang sekresi aidosteron oleh korteks adreal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intra vaskular. Semua faktor tersebt

cenderung mencetuskan hipertensi (Brunner dan Suddarth : 2002)

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

2.1.2.5 Faktor-Faktor Resiko Hipertensi

Banyak faktor resiko hipertensi. Menurut Julianti (2005) bahwa faktor

resiko hipertensi meliputi:

1) Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan

bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi.

Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering

disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi

jantung,pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang

dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan

kematian prematur (Julianti, 2005)

2) Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap terjadinya hipertensi

dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi

pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika

seorang wanita mengalami menopause.

3) Riwayat keluarga juga masalah yang memicu masalah hipertensi.

Hipertensi merupakan penyakit keturunan, jika seorang dari orang tua kita

memili riwayat hipertensi maka sepajang hidup kita memiliki

kemungkinan 25% terkena hipertensi (Astawan,2002)

4) Garam dapur merupakan faktor yang sangat dalam patogenesis hipertensi.

Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari

menyebabkan hipertensi yang rendah jika asupan garam antara 5-15 gram

perhari, prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh

asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan

volume plasma, curah jantung dan tekanan darah (Basha, 2004). Garam

mengandung 40% sodium dan 60% klorida. Orang-orang peka sodium

lebih mudah meningkat sodium, yang menimbulkan retensi cairan dan

peningkatan tekanan darah (Sheps, 2000).

Garam berhubungan erat dengan terjadinya tekanan darah tinggi gangguan

pembuluh darah ini hampir tidak ditemui pada suku pedalaman yang

asupan garamnya rendah. Jika asupan garam kurang dari 3 gram sehari

prevalensi hipertensi presentasinya rendah, tetapi jika asupan garam 5-15

gram perhari, akan meningkat prevalensinya 15-20% (Wiryowidagdo,

2004).

5) Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah, adapun

hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan

peningkatan tekana darah karena nikotin akan diserap pembulu darah kecil

dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembulu darah hingga ke otak, otak

akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar

adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih

berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida

dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini akan

menagakibatkan tekanan darah karena jantung dipaksa memompa untuk

memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan tubuh

(Astawan, 2002).

6) Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang

yang kuat aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung

yang lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada

tiap kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin

besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Amir, 2002).

7) Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya

hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui

aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah

secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat

mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum

terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi

dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan

pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota

(Dunitz, 2001).

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

2.1.2.6 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik bagi penderita hipertensi adalah sebagai berikut:

1) Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala.

2) Gejala yang lain adalah sakit kepala, epistaksis, marah, telinga berdengung,

rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing (Arif,

2001).

Dijelaskan pula oleh Arif (2001) bahwa akibat dari hipertensi yakni

terjadi stroke, terjadi penyakit jantung dan terjadi penyakit ginjal. Sejalan

dengan hal tersebut maka dapat dilakukan perawatan hipertenis yakni dengan

menghindari faktor penyebab hipertensi, memeriksakan diri ke puskesmas,

mengatur pola makan dan olah raga teratur, dan mengkonsumsi sayur dan buah.

Penyakit hipertensi dapat dicegah dengan mengatur pola makan yang

memiliki gizi seimbang, olahraga secara teratur, hindari merokok, hindari

stress, hindari minuman beralkohol, dan hindari makanan yang mengandung

kolesterol (Arif, 2001).

Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi

bertujuan menetukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain atau

mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa urinalisa, darah perifer

lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolestrol

total dan E K G (Arif, 2001).

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

2.1.2.7 Penatalaksanaan

Dijelaskan pula oleh Arif (2001) bahwa penatalaksanaan hipertensi

adalah menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dan mortalitas serta

morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan

mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan diastolik di

bawah 90 mmHg dan mrngontrol faktor resiko. Hal ini dapat dicapai melalui

modifikasi gaya hidup saja, atau dengan obat anti hipertensi.

2.2 Kerangka Berpikir

2.2.1 Kerangka Teori

Gambar 2.1 kerangka Teori

2.2.2 Kerangka Konsep

Keterangan

= Variabel Independen

= Variabel dependen

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Gaya hidup

Hipertensi Obesitas

Pola Konsumsi

Hipertensi Obesitas

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Tinjauan ...eprints.ung.ac.id/5071/5/2013-1-14201-841409026-bab2-27072013041631.pdf · Keadaan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat diajukan hipotesis yakni :

Hipotesis penelitian : Terdapat hubungan antara obesitas dengan kejadian

hipertensi pada masyarakat diwilayah kerja puskesmas

tapa.

Hipotesis statistik

Ho = Tidak ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada

masyarakat di wilayah kerja puskesmas tapa.

H1= Ada hubungan antara obesitas dengan kejadian hipertensi pada

masyarakat di wilayah kerja puskesmas tapa.