bab ii tinjauan pustaka 2.1. teori tentang kompensasi...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Tentang Kompensasi
2.1.1 Pengertian Kompensasi
Istilah kompensasi mengacu kepada semua bentuk balas jasa uang dan semua
barang atau komoditas yang digunakan sebagai balas jasa uang kepada karyawan
(Daft, 2000:536).
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung
atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan
kepada perusahaan (Hasibuan, 2003:118). Kompensasi dibedakan menjadi dua,
yaitu: Kompensasi langsung yaitu berupa gaji, upah dan insentif; dan kompensasi
tidak langsung berupa asuransi, tunjangan, cuti, penghargaan.
Menurut William B. Wearther dan Keith Davis dalam Hasibuan (2003:119)
compensation is what employee receive in exchange of their work. Whether hourly
wages or periodic salaries, the personnel department usually designs and administers
employee compensation.
Menurut Mutiara Pangabean dalam Subekhi (2012:176) kompensasi adalah setiap
bentuk penghargaan yang diberikan karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang
mereka berikan kepada organisasi.
Menurut Garry Dessler dalam Subekhi (2012:175) kompensasi karyawan adalah
setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada karyawan dan timbil
dari diperkerjannya karyawan itu.
Kompensasi adalah bentuk pembayaran dalam bentuk manfaat dan insentif untuk
memotivasi karyawan agar produktivitas kerja semakin meningkat (Yani, 2012:139).
Pembentukan sistem kompensasi yang efektif merupakan bagian penting dari
manajemen sumber daya manusia karena membantu menarik dan mempertahankan
pekerja-pekerja yang berbakat. Selain itu sistem kompensasi perusahaan memiliki
dampak terhadap kinerja strategis.
Sistem imbalan bisa mencakup gaji, penghasilan, uang pensiun, uang liburan,
promosi ke posisi yang lebih tinggi (berupa gaji dan keuntungan yang lebih tinggi).
Juga berupa asuransi keselamatan kerja, transfer secara horizontal untuk mendapat
posisi yang lebih menantang atau ke posisi utama untuk pertumbuhan dan
pengembangan berikutnya, serta berbagai macam bentuk pelayanan.
2.1.2 Tujuan Kompensasi
Hasibuan (2003: 121) memberikan beberapa dari tujuan kompensasi, yaitu:
a) Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara
majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya dengan
baik, sedangkan pengusaha/majikan wajib membayar kompensasi sesuai dengan
perjanjian yang disepakati.
b) Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik,
status sosial, dan egoisnya sehingga memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.
c) Pengadaan Efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang
qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
d) Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah memotivasi
bawahannya.
e) Stabilitas Karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena
turn-over relatif kecil.
f) Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan semakin
baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-peraturan yang berlaku.
g) Pengaruh Serikat Buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh Serikat Buruh dapat
dihindarkan dan karyawan akan konsentrasi pada pekerjaannya.
h) Pengaruh Pemerintah
Jika program kompensasi sesuai dengan Undang-Undang perburuhan yang
berlaku (seperti batas upah minimum), maka intervensi pemerintah dapat
dihindarkan.
Sedangkan menurut Handoko (2001: 156) tujuan kompensasi dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Memperoleh personalia yang qualified b. Mempertahankan para karyawan yang ada sekarang c. Menjamin keadilan d. Menghargai perilaku yang diinginkan e. Mengendalikan biaya-biaya f. Memenuhi peraturan-peraturan legal
Dari pengertian diatas terlihat bahwa kompensasi merupakan alat pengikat
perusahaan terhadap karyawannya, dan sebagai faktor penarik serta pendorong
seorang menjadi karyawan yang sukses. Dengan demikian kompensasi mempunyai
fungsi yang cukup penting di dalam memperlancar jalannya roda
organisasi/perusahaan.
2.1.3 Sistem Dan Kebijaksanaan Kompensasi
Menurut Hasibuan (2003: 122) sistem dan kebijaksanaan kompensasi terdiri atas:
1. Sistem kompensasi
Sistem pembayaran kompensasi yang umumnya diterapkan adalah:
a) Sistem Waktu
Dalam sistem waktu, besarnya kompensasi ditetapkan berdasarkan
standart waktu seperti jam, minggu, atau bulan. Administrasi
pengupahan sistem waktu relatif mudah serta dapat diterapakan
kepada karyawan tetap maupun pekerja harian.
Kebaikan sistem ini adalah administrasi pengupahan mudah dan
besarnya kompensasi yang dibayarkan tetap. Kelemahan sistem waktu
ialah pekerja yang malas pun kompensasinya tetap dibayar sebesar
perjanjian.
b) Sistem Hasil
Dalam sistem hasil, besarnya kompensasi ditetapkan atas kesatuan unit
yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, Meter, Liter, dan
Kilogram.
Kebaikan sistem hasil memberikan kesempatan kepada karyawan yang
bekerja bersungguh-sungguh serta berprestasi baik akan memperoleh
balas jasa yang lebih besar. Kelemahan sistem ini ialah kualitas
barang yang dihasilkan kurang baik dan karyawan yang kurang
mampu balas jasanya kecil, sehingga kurang manusiawi.
c) Sistem Borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan
besarnya jasanya atas volume pekerjaan dan lama mengerjakannya.
Penetapan besarnya balas jasa berdasarkan sistem borongan cukup
rumit, lama mengerjakannya, serta banyak alat yang diperlukan untuk
menyelesaikannnya. Jadi, dalam sistem borongan pekerja bisa
mendapat balas jasa besar atau kecil, tergantung atas kecermatan
kalkulasi mereka.
2. Kebijaksanaan Kompensasi
Kebijaksaan kompensasi, baik besarnya, susunan, maupun waktu
pembayarannya dapat mendorong gairah kerja dan keinginan karyawan untuk
mencapai prestasi kerja yang optimal sehingga membantu terwujudnya
sasaran perusahaan.
Besarnya kompensasi harus ditetapkan berdasarkan analisis pekerjaan, uraian
pekerjaan, spesifikasi pekerjaan, posisi jabatan, konsistensi eksternal, serta
berpedoman kepada keadilan dan Undang-Undang perburuhan. Dengan
kebijakan ini, diharapkan akan terbina kerja sama yang serasi dan
memberikan kepuasan kepada semua pihak.
3. Waktu Pembayaran Kompensasi
Kompensasi harus dibayar tepat pada waktunya, jangan sampai terjadi
penundaan, supaya kepercayaan karyawan terhadap bonafiditas perusahaan
semakin besar, ketenangan dan konsentrasi kerja akan lebih baik. Jika
pembayaran kompensasi tidak tepat pada waktunya akan mengakibatkan
disiplin, moral, gairah kerja karyawan menurun, bahkan turn over karyawan
semakin besar. Pengusaha harus memahami bahwa balas jasa akann
dipergunakan karyawan beserta keluarganya untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya, dimana kebutuhan itu tidak dapat ditunda, misalnya makan.
Kebijaksaan waktu pembayaran kompensasi hendaknya berpedoman dari
pada menunda lebih baik mempercepat dan menetapkan waktu yang paling
tepat.
2.1. 4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Kompensasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi, antara lain sebagai
berikut (Hasibuan, 2003: 126):
1) Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak daripada lowongan pekerjaan
(permintaan) maka kompensasi relatif kecil. Sebaliknya jika pencari kerja
lebih sedikit daripada lowongan pekerjaan, maka kompensasi relatif semakin
besar.
2) Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin
baik maka tingkat kompensasi akan semakin besar. Tetapi sebaliknya, jika
kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar kurang maka
tinggkat kompensasi relatif kecil.
3) Serikat Buruh/Organisasi Karyawan
Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi
semakin besar. Sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat dan kurang
berpengaruh maka tingkat kompensasi relatif kecil.
4) Produktifitas Kerja Karyawan
Jika produktifitas kerja karyawan baik dan layak dan banyak maka
kompensasi akan semakin besar. Sebaliknya kalau produktifitas kerjanya
buruk serta sedikit maka kompensasinya kecil.
5) Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keppresnya
Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keppresnya menetapkan besarnya
batas upah/balas jasa minimum. Peraturan pemerintah ini sangat penting
supaya pengusaha tidak sewenang-wenang mentapkan besarnya balas jasa
bagi karyawan. Pemerintah berkewajiban melindungi masyarakat dari
tindakan sewenag-wenang.
6) Biaya hidup
Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi maka tingkat kompensasi/upah
semakin besar. Sebaliknya, jika tingkat hidup di daerah itu rendah maka
tingkat kompensasii/upah semakin kecil.
7) Posisi Jabatan Karyawan
Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima
gaji/kompensasi lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki jabatan
yang lebih rendah akan memperoleh kompensasi/gaji yang kecil. Hal ini
wajar karena seseorang yang mendapat wewenang dan tanggung jawab yang
besar harus mendapatkan gaji/kompensasi yang lebih besar pula.
8) Pendidikan dan Pengalaman Karyawan
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka gaji/balas
jasa akan semakin bear, karena kecakapan serta keterampilannya lebih baik.
Sebaliknya, karyawan yang berpendidikan rendah dan pengalaman kerja yang
kurang maka tingkat gaji/kompensasinya kecil.
9) Kondisi Perekonomian Nasional
Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju maka tingkat
upah/kompensasi akan semakin besar, karena akan mendekati kondisi full
employment. Sebaliknya, jika kondisi perekonomian kurang maju maka
tingkat upah rendah, karena terdapat banyak pengganggur.
10) Jenis dan Sifat Pekerjaan
Kalau jenis dan sifat pekrjaan yang sulit dan mempunyai resiko (financial,
keselamatan) yang besar maka tingkat upah/balas jasanya semakin besar
karena membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakan. Tetapi
jika jenis dan sifat pekerjaannya mudah dan resiko (finansial, kecelakaan)
kecil, tingkat upah/balas jasanya relatif rendah.
2.2 Teori Tentang Prestasi Kerja
2.2.1 Pengertian Prestasi Kerja
Menurut Hasibuan (2003: 87) prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Prestasi
kerja merupakan gabungan dari tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat
seorang pekerja, kemampuan dan penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, serta
peran dan tingkat motivasi seorang pekerja. Semakin tinggi ketiga faktor diatas,
semakin besarlah prestasi kerja karyawan bersangkutan.
Menurut Handoko (2001: 135 ) penilaian prestasi kerja adalah proses melalui
mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.
Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan
umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara dalam Subekhi (2012:193) kinerja (prestasi
kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Penilaian kinerja berarti mengevaluasi kinerja karyawan saat ini dan/atau di masa
lalu relatif terhadap standart kerjanya (Dessler, 2003: 322). Evaluasi kinerja terdiri
dari langkah-langkah pengamatan dan penilaian atas kinerja karyawan, pencatatan
hasil evaluasi, dan penyediaan umpan balik kepada karyawan (Daft, 2000: 532).
Prestasi kerja karyawan yang umumnya kebanyakan pekerjaan meliputi beberapa
unsur sebagai berikut (Mathis dan Jackson dalam Subekhi, 2012:193): kuantitas dari
hasil, kualitas dari hasil, ketepatan waktu dari hasil, kehadiran, dan kemampuan untuk
bekerja sama.
2.2.2 Tujuan Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian hendaknya memberikan suatu gambaran akurat mengenai prestasi kerja
karyawan. Untuk mencapai tujuan ini, sistem-sistem penilaian harus mempunyai
hubungan dengan pekerjaan, praktis, mempunyai standart-standart dan menggunakan
berbagai ukuran yang dapat diandalkan. Menurut Hasibuan (2003: 91) menjelaskan
beberapa syarat-syarat penilai, yaitu:
a. Penilai harus jujur, adil, objektif dan mempunyai pengetahuan mendalam
tentang unsur-unsur yang akan dinilai supaya penilaiannya sesuai dengan
realitas/fakta yang ada.
b. Penilai hendaknya mendasarkan penilaiannya atas benar atau salah, baik atau
buruk, terhadap unsur-unsur yang dinilai sehingga hasil penilaiannya jujur,
adil, dan objektif. penilai tidak boleh mendasarkan penilaiannya atas fisis rasa
supaya penilaian bukan didasarkan atas suka atau tidak suka.
c. Penilai harus mengetahui secara jelas uraian dari setiap pekerjaan karyawan
yang akan dinilai supaya hasil penilaiannya dapat dipertanggung jawabkan
dengan baik.
d. Penilai harus mempunyai keimanan supaya penilaiannya adil dan jujur.
Menurut Handoko (2001: 135) menjelaskan beberapa tujuan prestasi kerja, yaitu:
1) Perbaikan Prestasi Kerja
Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer, dan
departemen personalia dapat membetulkan kegiatan-kegiatan mereka untuk
memperbaiki prestasi
2) Penyesuaian-Penyesuaian Kompensasi
Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam
menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya.
3) Keputusan-Keputusan Penempatan
Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa
lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan
terhadap prestasi kerja masa lalu.
4) Kebutuhan-Kebutuhan Latihan Dan Pengembangan
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian
juga, prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus
dikembangkan.
5) Perencanaan Dan Pengembangan Karier
Umpan balik prestasi mengarahkan keputusan-keputusan kraier, yaitu tentang
jenjang karier tertentu yang harus diteliti.
6) Penyimpangan-Penyimpangan Proses Staffing
Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkam kekuatan atau kelemahan
prosedur staffting departemen personalia.
7) Ketidak-Akuratan Informasional
Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkkan kesalahan-kesalahan informasi
analisis jabatan, rencana-rencana sumber daya manusia atau komponen-komponen
lain sistem informasi manajemen personalia. Menguntungkan diri pada informasi
yang tidak akurat dapat menyebabkan keputusan-keputusan personalia yang diambil
tidak tepat.
8) Kesalahan-Kesalahan Desain Pekerjaan
Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam
desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnosa kesalahan-kesalahan
tertentu.
9) Kesempatan Kerja Yang Adil
Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan
penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.
10) Tantangan-Tantangan Eksternal
Kadang-kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar
lingkungan kerja, seperti keluarga, kesehatan, kondisi finansial atau masalah-
masalah pribadi lainnya. Dengan penilaian prestasi departemen personalia
mungkin dapat menawarkan bantuan.
2.2.3 Metode Penilaian Prestasi Karyawan
Metode penilaian prestasi karyawan pada dasarnya dikelompokkan atas metode
tradisional dan metode modern (Hasibuan, 2003: 96):
1. Metode Tradisional
a) Rating scale
Metode dimana penilaian dilakukan oleh atasan atau supervisor untuk
mengukur karakteristik, misalnya mengenai inisiatif, ketergantungan,
kematangan, dan kontribusi terhadap tujuan kerjanya.
b) Employee comparation
Metode ini merupakan metode penilaian yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara seorang pekerja dengan pekerja lainnya.
c) Porced comperation (grading)
Metode ini digunakan untuk jumlah karyawan dengan jumlah yang
banyak.
d) Check lish
Penilai tinggal memilih kalimat-kalimat atau kata-kata yang
menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik setiap individu karyawan,
baru melaporkannya kepada bagian personalia untuk mentapkan bobot
nilai, indeks nilai, dan kebijaksanaan selanjutnya bagi karyawan
bersangkutan.
e) Freeform essay
Dengan metode ini seorang penilai diharuskan membuat karangan
yang berkenaan dengan orang/karyawan yang sedang dinilainya.
f) Critical incident
Dengan metode ini penilai harus mencataat semua kejadian mengenai
tingkah laku bawahannya sehari-hari yang kemudian dimasukkan kedalam
catatan khusus yang terdiri dari berbagai macam kategori tingkah laku
bawahannya.
2. Metode Modern
a) Asessment centre
Metode ini biasanya dilakukan dengan pembentukan tim penilai khusus. tim
penilai khusus ini biasanya bias dari luar, dari dalam, maupun kombinasi dari
luar dan dalam.
b) Management by objective
Dalam metode ini karyawan langsung diikutsertakan dalam perumusan
dan pemutusan persoalan dengan memperhatikan kemampuan bawahan
dalam menentukan sasarannya masing-masing yang ditekankan pada
pencapaian sasaran perusahaan.
c) Human asset accounting
Dalam metode ini, faktor pekerja dinilai sebagai individu modal jangka
panjang sehingga sumber tenaga kerja dinilai dengan membandingkan
terhadap variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keberhasilan
perusahaan.
2.2.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Kerja
Menurut Sulistiyani, Ambar dan Rosidah (2003: 200) beberapa faktor yang
mempengaruhi prestasi kerja adalah:
1. Pengetahuan, yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang berorientasi
pada intelegensi dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang lebih luas yang
dimiliki karyawan
2. Keterampilan, yaitu kemampuan dan penguasan teknis operasional dibidang
yang dimiliki karyawan
3. Abilities, yaitu kecakapan atau kemampuan yang terbentuk dari sejumlah
kompetensi yang dimiliki oleh seorang karyawan.
4. Attitude, yaitu sikap atau suatu kebiasan yang terpolakan.
2.3 Penelitian Terdahulu
Sari (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh kompensasi langsung
terhadapat prestasi kerja karyawan pada PT Bank Muamalat Tbk Cabang Medan”.
Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh hubungan antara penghargaan dengan
prestasi kerja yang diterapkan pada PT Bank Muamalat Tbk Cabang Medan. Dalam
hipotesis ini terdapatnya pengaruh yang positif dan signifikan antara penghargaan
dengan prestasi kerja karyawan.
Pane (2011) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kompensasi financial
dan non financial terhadapat prestasi kerja karyawan pada PT Perkebunan Nusantara
II Tanjung Morawa Medan”. Hasil hipotesis penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang positif dan signifikan antara pengembagan dan imbalan terhadap
prestasi kerja.
2.4 Kerangka Konseptual
Menurut Handoko (2001:155) kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima
para karyawan sebagai balas jasa untuk mereka. Pemberian kompensasi kepada
karyawan sangatlah mempengaruhi akan kinerja dan prestasi karyawan dalam
melaksakan tugasnya untuk mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Hasibuan (2003: 87) prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
Kompensasi berdasarkan prestasi kerja merupakan program yang didasarkan pada
hasil yang dicapai sesuai dengan tanggung jawab yang dilaksanakan oleh karyawan.
Perusahaan akan memberikan kompensasi baik langsung maupun tidak langsung
kepada karyawan yang dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Dengan
pemberian kompensasi yang diberikan perusahaan merupakan sebagai sebuah strategi
perusahaan untuk memotivasi karyawan agar bekerja lebih baik, dan disamping itu,
sebagai alat untuk pemenuhan kebutuhan. Semakin besar tingkat kompensasi baik
gaji, tunjangan, insentif dan asuransi yang diterima, dapat memenuhi kebutuhan
hidup dan karyawan merasa puas dengan yang diperoleh maka hasil prestasi kerja
akan semakin meningkat.
Berikut ini merupakan gambar kerangka konseptual menegaskan adanya
pengaruh kompensasi terhadap prestasi kerja karyawan.
Sumber: Hasibuan (2003 : 87)/Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Prestasi kerja (Y)
Kompensasi (X)
2.5 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban yang sifatnya sementara terhadap perumusan
masalah penelitian yang harus diuji kebenarnya. Berdasarkan perumusan masalah
yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka hipotesis penelitian sebagai berikut
“Kompensasi Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Prestasi Kerja Karyawan
pada PT Telkomsel Tbk Cabang Medan”.