bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/38428/3/bab ii.pdf · peningkatan...

18
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Novella (2010) melakukan penelitian mengenai penerapan Balanced Scorecard pada Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Hasil dari penelitian tersebut adalah pihak rumah sakit masih kurang dalam memberikan pelatihan/seminar yang bermanfaat bagi para karyawannya, padahal kegiatan pelatihan tersebut berguna dalam mengembangkan kemampuan serta keahlian para karyawannya. Semakin tingginya keahlian yang dimiliki para karyawan maka akan meningkatkan kualitas jasa yang diberikan sehingga akan menarik banyak minat masyarakat untuk terus melakukan pengobatan di rumah sakit. Semakin meningkatnya jumlah pasien akan meningkatkan pendapatan rumah sakit dimana pendapatan itu sendiri akan dialokasikan kembali untuk mendanai segala kegiatan yang menunjang kegiatan pelayanan jasa di RSUD Tugurejo Semarang seperti mendanai segala kegiatan pelatihan/seminar untuk karyawan, pembelanjaan peralatan dan perlengkapan terbaru dan paling canggih untuk menunjang kualitas pelayanan jasa di rumah sakit. Selain itu para karyawan rumah sakit juga perlu menciptakan kenyamanan pada para calon pasien beserta keluarganya dengan keramahan dalam melayani mereka. Fathoni dan Indah (2011) menganalisis Penilaian Kinerja Dengan Penerapan Balanced Scorecard di Rumah sakit “ABC”. Berdasarkan hasil dari analisis keempat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,

Upload: vuongmien

Post on 21-Apr-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Novella (2010) melakukan penelitian mengenai penerapan Balanced

Scorecard pada Rumah Sakit Tugurejo Semarang. Hasil dari penelitian tersebut

adalah pihak rumah sakit masih kurang dalam memberikan pelatihan/seminar

yang bermanfaat bagi para karyawannya, padahal kegiatan pelatihan tersebut

berguna dalam mengembangkan kemampuan serta keahlian para karyawannya.

Semakin tingginya keahlian yang dimiliki para karyawan maka akan

meningkatkan kualitas jasa yang diberikan sehingga akan menarik banyak minat

masyarakat untuk terus melakukan pengobatan di rumah sakit. Semakin

meningkatnya jumlah pasien akan meningkatkan pendapatan rumah sakit dimana

pendapatan itu sendiri akan dialokasikan kembali untuk mendanai segala kegiatan

yang menunjang kegiatan pelayanan jasa di RSUD Tugurejo Semarang seperti

mendanai segala kegiatan pelatihan/seminar untuk karyawan, pembelanjaan

peralatan dan perlengkapan terbaru dan paling canggih untuk menunjang kualitas

pelayanan jasa di rumah sakit. Selain itu para karyawan rumah sakit juga perlu

menciptakan kenyamanan pada para calon pasien beserta keluarganya dengan

keramahan dalam melayani mereka.

Fathoni dan Indah (2011) menganalisis Penilaian Kinerja Dengan

Penerapan Balanced Scorecard di Rumah sakit “ABC”. Berdasarkan hasil dari

analisis keempat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan,

7

perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

Rumah Sakit “ABC” yang dijadikan indikator penilaian kinerja Rumah Sakit

“ABC” dapat dikatakan baik. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya

peningkatan kinerja rumah sakit “ABC” pada tahun 2009 sebesar 93% dari

keempat perspektif yang diukur.

Bestari (2011) melakukan analisis mengenai pendekatan Balanced

Scorecard pada Rumah Sakit Kebumen. Hasil dari analisis tersebut adalah kinerja

perspektif keuangan RSUD Kabupaten Kebumen yang diukur dengan rasio

ekonomi, rasio efektivitas telah sesuai target yang ditentukan. Sementara bila

diukur dengan rasio efisiensi RSUD Kabupaten Kebumen selalu mengalami

defisit, karena sebagai rumah sakit pemerintah yang tujuan utamanya adalah

pelayanan sosial. Kinerja perspektif pelanggan RSUD Kabupaten Kebumen

menunjukkan hasil cukup baik. Kinerja perspektif proses bisnis internal RSUD

Kabupaten Kebumen menunjukkan hasil yang tidak baik. Kinerja perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan RSUD Kabupaten Kebumen menunjukkan hasil

yang baik. Rasio ekonomi, efektivitas sudah baik, karena sesuai target, sehingga

perlu dipertahankan kalau memungkinkan ditingkatkan. Rasio efisiensi RSUD

Kabupaten Kebumen dikatakan tidak efisien/tidak sesuai target, dikarenakan

adanya ketentuan dari pemerintah pusat tentang pelayanan kepada masyarakat

miskin yang diwujudkan dalam program jaminan kesehatan masyarakat

(Jamkesmas) atau rumah sakit yang tujuan utamanya pelayanan sosial, sehingga

perlu ditingkatkan yaitu pelayanan yang optimal kepada masyarakat.

8

Anggraini dan Endang (2015) melakukan penelitian mengenai penerapan

Balanced Scorecard pada Rumah Sakit Islam Surabaya. Hasil dari penelitian yang

dilakukan adalah perspektif keuangan pada Rumah Sakit Islam Surabaya yang

diukur dengan tingkat pertumbuhan pendapatan, rasio operasi dan perbandingan

laba dari pendapatan, ROI menunjukkan peningkatan, sehingga kinerja keuangan

dinilai baik. Dalam perspektif pelanggan menunjukkan keberhasilan Rumah Sakit

Islam Surabaya dalam memberikan pelayanan terbaiknya. Hal ini ditunjukkan

dengan membaiknya hasil analisis dari indikator yang digunakan yaitu BOR (Bed

Occupancy Rate), BTO (Bed Turn Over) serta kepuasan pelayanan Rumah Sakit

Islam yang selama ini diberikan. Perspektif proses bisnis internal terdiri dari

tingkat penyediaan obat, penambahan peralatan dan pemeliharaan dan sanitasi

lingkungan telah terlaksana dengan baik sehingga target rumah sakit tercapai.

Berdasarkan perspektif bisnis internal yang terdapat dalam balanced scorecard

kinerja Rumah sakit Islam Surabaya dinilai baik. Secara keseluruhan inovasi yang

dilakukan oleh Rumah Sakit mulai dari tingkat penyediaan obat, penambahan

peralatan dan pemeliharaan dan sanitasi lingkungan telah terlaksana dengan baik.

Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan bahwa kinerja Rumah

Sakit Islam Surabaya baik, ini ditunjukkan dengan tingkat produktivitas

karyawan, pemberian training (diklat) kepada pegawai serta masa kerja pegawai

dengan masa kerja di atas 10 tahun.

Wulan & Farida (2015) melakukan penelitian mengenai pengukuran

kinerja dari prespektif Balanced Scorecard di rumah sakit umum haji Surabaya.

Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah analisa perspektif keuangan yang di

9

ukur melalui rasio ekonomis menunjukkan penurunan, sedangkan hasil analisis

dari rasio efisien menunjukkan tidak efisien, sedangkan jika dinilai dari rasio

efektivitas mengalami peningkatan. Kinerja dari perspektif pelanggan RSU Haji

Surabaya menunjukkan hasil yang baik. Kinerja dari perspektif proses bisnis

internal RSU Haji Surabaya menunjukkan hasil cukup baik dikarenakan pada

tahun 2012 dan 2013 nilai BOR, TOI, GDR dan NDR sesuai standar yang telah di

tetapkan Depkes RI, kecuali ALOS dan BTO pada tahun 2013 yang melebihi dari

standar ideal. Sedangkan hasil analisa dari perspektif pertumbuhan dan

pembelajaran menunjukkan penurunan pada retensi karyawan pada tahun 2013

jika dibanding dengan tahun sebelumnya, sedangkan hasil wawancara serta hasil

survey yang dilakukan oleh manajemen rumah sakit tentang kepuasan karyawan

menunjukkan nilai rata-rata cukup puas. Dengan menggunakan metode balanced

scorecard, pihak manajemen rumah sakit dapat menilai kinerja rumah sakit dari

segi keuangan dan non keuangan. Balanced scorecard dapat dijadikan sebagai

bahan evaluasi serta mampu menterjemahkan strategi dalam jangka panjang.

Hafidz dan Linda (2015) menganalisis Penerapan Balanced Scorecard di

RSUD kota Semarang. Hasil dari analisis yang dilakukan adalah kinerja

perspektif keuangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan instrumen

yang telah ditentukan oleh BLU (Badan Layanan Umum) dan perspektif dalam

Balanced Scorecard. Pengukuran kinerja dengan indikator BLU menunjukkan

hasil kurang memuaskan pada tahun 2012, akan tetapi mampu diperbaiki pada

tahun berikutnya. Sedangkan pengukuran dengan Balanced Scorecard rasio

likuiditas menunjukkan hasil yang baik. Kinerja perspektif pelanggan RSUD

10

Kota Semarang menunjukkan hasil yang baik. Perspektif proses internal bisnis

RSUD Kota Semarang menunjukkan hasil yang sudah baik. Perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan RSUD Kota Semarang menunjukkan hasil yang

sudah baik.

Suryani dan Endang (2016) meimplementasikan Balanced Scorecard di

RSUD Dr. R. Sosodoro Bojonegoro. Hasil dari perpektif pelanggan menunjukkan

bahwa tingkat kepuasan pasien sudah baik, hal ini dapat dibuktikan dengan

sasaran mutu hasil IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) dan hasil kuisoner. Pada

perspektif proses bisnis internal juga telah dianggap baik dalam proses inovasi

dan operasinya. Pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran telah banyak

pelatihan yang diberikan kepada tenaga medis dan non medis untuk proses

pembelajaran serta dengan ditambahkan sarana dan prasarana yang berguna untuk

peningkatan insfrastruktur rumah sakit yang mendukung tingkat pertumbuhan.

Pada perpektif keuangan dinilai kurang efisien pada pencapaian efisiensi belanja

karena tidak sebading dengan tingkat pertumbuhan pendapatan setiap tahunnya.

Berdasarkan hasil dari penelitian terhadulu dapat disimpulkan bahwa

dengan metode pengukuran kinerja Balanced Scorecard, perusahaan dapat

mengukur kinerja perusahaan dari aspek keuangan dan non keuangan dan dapat

menyatukan berbagai elemen persaingan bisnis kedalam suatu laporan manajemen

yang lengkap. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

oleh penulis yaitu sama sama menggunakan alat ukur kinerja yaitu Balance

Scorecard. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

penulis yaitu pada penelitian ini objek yang diteliti.

11

2.2 Tinjauan Pustaka

1. Pengukuran Kinerja

a. Kinerja

Muhammad (2013) berpendapat bahwa kinerja (Performance)

merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program yang dibuat dalam sebuah kebijakan dalam mewujudkan

sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategi suatu

organisasi. Nilai usaha perusahaan akan tinggi apabila kinerja perushaan baik.

Nilai usaha yang tinggi dapat menarik minat investor untuk menanamkan modal

sehingga harga saham mengalami kenaikan.

Menurut Moeherino (2009: 60), Kinerja (performance) merupakan

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan

atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi

yang dituangkan melalui perencanaan strategi suatu organisasi. Sedangkan

menurut Mahsun (2013: 25) kinerja (Performance) merupakan gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program yang

dibuat dalam sebuah kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan

visi organisasi yang tertuang dalam strategi suatu organisasi.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja

merupakan suatu hasil atau pencapaian yang mampu dicapai oleh suatu

organisasi suatu perusahaan dalam mewujudkan visi dan misi perusahaan

untuk mencapai tujuan tertentu.

12

b. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting

bagi organisasi bisnis. Didalam sistem pengendalian manajemen pada suatu

organisasi bisnis, pengukuran kinerja merupakan usaha yang dilakukan pihak

manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilaksanakan

oleh masingmasing pusat pertanggungjawaban yang dibandingkan dengan

tolak ukur yang telah ditetapkan.

Pengukuran/penilaian kinerja merupakan adalah suatu alat manajemen

untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas,

dengan demikian pengukuran/penilaian kinerja organisasi merupakan dasar

reasonable untuk pengambilan keputusan (Bastian, 2006). Sedangkan

menurut Robertson dalam Mahsun (2013:25), pengukuran kinerja

(Performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan

pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya,

termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam

menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang

dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan

terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan;

dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran

kinerja adalah tindakan pengukuran yang dapat dilakukan terhadap berbagai

aktifitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan.

13

c. Indokator Pengukuran Kinerja

Government Accounting Standard Board (GASB), dalam Concept

Statements No. 2, membagi pengukuran kinerja dalam tiga kategori

indikator, yaitu (1) indikator pengukuran service efforts, (2) indikator

pengukuran service accomplishment, dan (3) indikator yang menghubungkan

antara efforts dengan accomplishment. Service efforts berarti bagaimana

sumber daya digunakan untuk melaksanakan berbagai program atau

pelayanan jasa yang beragam. Service accomplishment diartikan sebagai

prestasi dari program tertentu (Sadjiarto, 2000).

d. Manfaat Pengukuran Kinerja

Manfaat pengukuran kinerja adalah untuk mengetahui apakah tujuan

dan suatu organisasi telah tercapai dengan baik dan apakah strategi yang

digunakan untuk mencapai tujuan.

Mahsun (2013: 33), mengatakan bahwa manfaat pengukuran kinerja

baik internal maupun eksternal organisasi sektor publik yaitu:

1) Memastikan pemahaman para pelanksaan dalam hal ini yaitu karyawan

terhadap ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja.

2) Memastikan tercapainya rencana kinerja berupa strategi perusahaan yang

telah disepakati.

3) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja kemudian

membandingkannya dengan rencana kerja untuk memperbaiki kinerja.

4) Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi

pelaksaan yang telah dicapai sesuai dengan sistem pengukuran kinerja

yang telah ditepati.

14

5) Menjadi alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam upaya

memperbaiki kinerja organisasi.

6) Mengidentifikasi apakah bawahan dan pimpinan dalam upaya

memperbaiki kinerja organisasi.

7) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

e. Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Ulum (2012: 21), secara umum tujuan sistem pengukuran

kinerja adalah:

1) Untuk mengomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up).

2) Untuk mengukur kinerja finansial dan nonfinansial secara berimbang

sehingga dapat ditelusuri perkembangan pencapaian.

3) Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level

menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence.

4) Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan

individual dan kemampuan kolektif yang rasional

2. Balanced Scorecard

a. Pengertian Balanced Scorecard

Konsep Balanced Scorecard

Pada tahun 1990, Nolan Norton Institute, yang dipimpin oleh David P.

Norton mensponsori studi tentang “Pengukuran Kinerja dalam Organisasi

Masa Depan”. Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada waktu itu

ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh semua perusahaan untuk

15

mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Hasil studi tersebut diterbitkan

dalam sebuah artikel berjudul “ Balanced Scorecard Measures That Drive

Performance” dalam Harvard Business Review (Yuwono & Sony, 2002).

Menurut Kaplan dan David Balanced Scorecard terdiri dari 2 kata,

yaitu:

1. Balanced

Menunjukkan bahwa kinerja karyawan dapat diukur secara

seimbang yang dipandang dari 2 aspek yaitu keuangan dan non keuangan,

jangka pendek dan jangka panjang dan dari segi intern maupun ekstern.

2. Scorecard

Yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja

seseorang yang nantinya digunakan untuk membandingkan dengan hasil

kinerja yang sesungguhnya.

Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran,

dan pengendalian yang secara cepat, tepat dan komprehensif dapat

memberikan pemahaman kepada manajer tentang kinerja bisnis. Pengukuran

kinerja tersebut memandang unit bisnis dari empat perspektif yaitu perspektif

keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan

perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Yuwono & Sony, 2002).

Menurut Fahmi (2010 : 209) Balanced Scorecard merupakan sebuah

konsep yanng bertujuan untuk mendukung perwujudan visi, misi dan strategi

perusahaan dengan target bersifat jangka panjang yang menekankan pada

empat kajian yaitu perpektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta

16

pembelajaran dan pertumbuhan. Sedangkan menurut Dally (2010 : 10)

Balanced Scorecard merupakan konsep manajemen yang mencoba mengukur

kinerja organisasi secara seimbang dari berbagai perspektif yang berfokus

pada keberhasilan pengimplementasian strategis suatu organisasi.

Dari beberapa pendapat yang sudah dijelaskan diatas dapat disimpulkan

bahwa pada Balanced Scorecard merupakan pengembangan dari alat yang

digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu organisasi dengan

menekankan pada empat perpspektif yaitu perspektif pembelajaran dan

pertumbuhan, bisnis internal, pelanggan, dan keuangan dengan target bersifat

jangka panjang.

b. Perspektif Balanced Scorecard

Dalam Balanced Scorecard memiliki beberapa perspektif, yaitu

perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, proses bisnis internal, pelanggan,

dan keuangan.

Gambar 2.1 Hubungan Empat Perspektif Balanced Scorecard

Sumber: Kaplan dan Norton

17

Untuk mengukur kinerja perusahaan dengan menggunakan metode

balanced scorecar yaitu :

1) Persepktif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Proses pertembuhan dan pembelajaran bersumber dari faktor

sumber daya manusia, sistem dan prosedur. Beberapa perspektif yang

termasuk dalam proses pertumbuhan dan pembelajaran adalah pelatihan

pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan

individu organisasi. Ukuran dalam perspektif ini bisa dilihat dari tolak

ukurnya yang dibagi menjadi beberapa, yaitu:

a) Retensi pegawai / Turn over pegawai

Retensi pegawai adalah jumlah pegawai tetap yang keluar

dibandingkan dengan jumlah keseluruhan dari rumah sakit dalam 1

tahun. Retensi Karyawan dinilai baik bila selama periode pengamatan

hasil perhitungan retensi karyawan mengalami penurunan, dinilai

cukup baik apabila konstan dan dinilai kurang apabila mengalami

peningkatan.

b) Pelatihan Karyawan

Peningkatan kualitas karyawan salah satunya dapat dilakukan dengan

menyelenggarakan pelatihan bagi karyawan ataupun seminar yang dapat

dinilai baik apabila karyawan mengalami peningkatan maupun penurunan

kinerja setelah dilaksanakannya pelatihan maupun seminar.

18

c) Kepuasan Karyawan

Karyawan sangat penting bagi perusahaan, begitu juga di

ruumah sakit. Karyawan memilliki peran langsung terhadap pasien

sehingga kepuasan dari pasien dapat tercapai, maka perlulah

dilakukan pengukuran terhadap tingkat kepuasan karyawan.

2) Perspektif Proses Bisnis Internal

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1171/Menkes/Per/VII/2011 perspektif bisnis internal dapat diukur dengan

standar pengukuran:

Untuk mengetahui tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur

rumah sakit, dilakukan perhitungan BOR yang merupakan perhitungan

persentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Nilai BOR

yang ideal adalah antara 60-85%. Jika hasil BOR kurang dari 60% maka

dikatakan baik, jika hasil BOR antara 60-85% maka dikatakan baik, dan

jika hasil BOR lebih dari 85% maka dikatakan sangat baik.

Untuk mengetahui gambaran tingkat efisiensi dan gambaran mutu

karyawan, dilakukan perhitungan ALOS. ALOS adalah rata-rata lama

rawat seorang pasien. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari.

Jika hasil ALOS kurang dari 6 hari maka dikatakan cukup baik, jika hasil

19

ALOS antara 6-9 hari maka dikatakan baik, dan jika hasil ALOS lebih dari

9 hari maka dikatakan sangat baik.

Untuk mengetahui perbandingan jumlah pasien keluar dengan rata-rata

tempat tidur yang siap pakai dilakukan perhitungan BTO. Secara umum nilai

BTO yang ideal antara 40-50 kali. Jika hasil BTO kurang dari 40 kali maka

dikatakan kurang baik, jika hasil BTO antara 40-50 kali maka dikatakan baik,

dan jika hasil BTO lebih dari 50 kali maka dikatakan sangat baik.

Untuk mengetahui gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat

tidur digunakan perhitungan TOI. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi

pada kisaran 1-3 hari. Jika hasil TOI kurang dari 1 hari maka dikatakan

sangat baik, jika hasil TOI antara 1-3 hari maka dikatakan baik, dan jika

hasil TOI lebih dari 3 hari maka dikatakan kurang baik.

( )

( )

Untuk mengetahui rata-rata angka kematian >48 jam setelah dirawat

untuk tiap-tiap 1000 pasien keluar digunakan perhitungan NDR. Nilai

NDR yang ideal seharusnya tidak lebih dari 25 per 1000 penderita keluar.

Jika hasil NDR kurang dari 25 per 1000 maka dikatakan baik dan jika hasil

NDR lebih dari 25 per 1000 maka dikatakan kurang baik.

20

Untuk mengetahui rata-rata kematian untuk tiap-tiap 1000 pasien

keluar digunakan pehitungan GDR. Nilai GDR yang ideal seharusnya

tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar, kecuali jika terjadi kejadian

khusus sepertiwabah penyakit, bencana alam, perang dan lain-lain. Jika

hasil GDR kurang dari 45 per 1000 maka dikatakan baik dan jika hasil

GDR lebih dari 45 per 1000 maka dikatakan kurang baik.

3) Perspektif Pelanggan

Untuk menilai perspektif pelanggan di RSUD yang merupakan

perusahaan pelayanan jasa pemerintah, dilakukan dengan menggunakan

tingkat kepuasan pelanggan. Teroi yang mendungkung tentang tingkat

kepuasan pelanggan adalah teori service quality (SERVQUAL) Valerie

Ziethaml yang didalamnya mencakup pernyataan mengenai tangibility,

reliability, responssiviness, assurance, dan emphaty (Hartanti, 2012)

a. Tangibility yaitu komentar responden terhadap kemampuan rumah sakit

dalam menunjukkan eksistensinya kepada responden.

b. Responsiveness adalah kemampuan karyawan rumah sakit untuk

membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat

c. Realibility (kehandalan) adalah kemampuan rumah sakit memberikan

pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya kepada

responden.

21

d. Assurance adalah persepsi responden terhadap jaminan dan kepastian yang

meliputi pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan para pegawai

Rumah Sakit Umum Daerah Kraksaan untuk menumbuhkan rasa percaya

responden.

e. Empati adalah tanggapan responden terhadap perhatian yang tulus dan

bersifat individual atau pribadi yang diberikan RSUD Waluyo Jati

Kraksaan dengan berupaya memahami keinginan para responden.

4) Perspektif Keuangan

Salah satu aspek finansial yang harus diukur untuk mengetahui hasil

dari tindakan ekonomi adalah perspektif keuangan. Perspektif keuangan

disini ditujukan untuk menilai tingkat pencapaian target pendapatan dari

RSUD Waluyo Jati Kraksaan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia

telah memberi indikator-indikator keuangan berdasarkan Pedoman PKAP

Rumah Sakit Perjan, Rektorat Jendral Pelayanan Medik Dep. Kes RI tahun

2002.

a) Profit Margin

Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba bersih dari kegiatan operasi perusahaan untuk

mengetahui efisiensi perusahaan. Profit margin bisa dikatakan baik apabila

setiap periodenya mengalami peningkatan dan diniai cukup baik apabila

konstan dan kurang baik mengalami penurunan.

22

b) Return On Investment

ROI merupakan rasio yang digunakan untuk mngukur

kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam seluruh aktiva untuk

menghasilkan laba bersih. Apabila hasil ROI mengalami peningkatan

bisa dikatakan baik, dinilai cukup apabila konstan, dan dinilai kurang

apabila mengalami penurunan.

c) Perputaran Persediaan

Total persediaan adalah seluruh persediaan yang digunakan

untuk proses produksi pada akhir tahun buku. Total pendapatan usaha

adalah total pendapatan usaha dalam tahun buku yang bersangutan.

d) Perputaran total aset

Total pendapatan adalah total pendapatan usaha dan non usaha

tidak termasuk pendapatan hasil penjualan aktiva tetap. Capital

employed adalah posisi pada akhir tahun buku total aktiva dikurangi

aktiva tetap dalam pelaksanaan.

e) Rasio Biaya Modal

Total modal sendiri adalah seluruh komponen sendiri pada akhir

tahun buku di luar dana yang belum ditetapkan statusnya. Harta total

23

adalah total aset dikurangi dengan dana yang belum ditetapkan

statusnya pada posisi akhir tahun buku.