bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/38026/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Anggraini et al (2013) dengan judul Analisis Efisiensi Pemasaran Ubi Kayu Di
Provinsi Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem pemasaran ubi
kayu di Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan metode survey dan
pengamatan langsung. Teknik pengambilan sampel petani dilakukan secara acak
sederhana sedangkan sampel pedangan dilakukan dengan mengikuti alur pemasaran.
Analisis efisiensi pemasaran dilakukan dengan menganalisis organisasi pasar melalui
model SCP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pemasaran ubi kayu di
Provinsi Lampung sudah efisien dilihat dari pangsa produsen (PS) yang lebih dari 80%,
walaupun (1) struktur pasar yang terbentuk adalah pasar yang hampir mendekati pasar
pesaingan sempurna, (2) perilaku pasar yaitu petani ubi kayu yang tidak menghadapi
kesulitan dalam memasarkan hasil panennya, (3) keragaan pasar meliputi (a) saluran
pemasaran yang terdiri dari dua saluran saja, (b) margin pemasaran yang relatif kecil
sebesar 13,32%, (c) koefisien korelasi harga ubi kayu adalah 0,995 yang berarti ada
hubungan yang sangat erat antara harga ditingkat petani dan harga ditingkat konsumen
akhir, (d) elastisitas transmisi harga yang diperoleh sebesar 0,911 yang terjadi adalah
pasar persaingan oligopsonistik yang hampir bersaing sempurna dan sistem pemasaran
yang terjadi adalah sistem pemasaran yang hampir efisien. Perbedaan dengan
penelitian terdahulu adalah pada objek dan tempat penelitian. Penelitian terdahulu tidak
menggunakan metode analisis farmer share dan share keuntungan, sedangkan pada
11
penelitian sekarang peneliti tidak menggunakan elastisitas transmisi harga dan pangsa
produsen.
Dyanasari et al (2010), dengan judul Pendekatan S-C-P Pada Pengukuran
Efisiensi Pemasaran Bawang Merah di Kabupaten Probolinggo. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efisiensi pemasaran bawang merah di Kabupaten
Probolinggo dengan pendekatan SCP. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebanyak 50 orang petani. Penentuan sampel dengan menggunakan metode
acak sederhana (simple random sampling). Penetuan sampel pedagang ditentukan
dengan menggunakan metode snowball sampil atau pengambilan sampel dengan teknik
bola salju. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
analisis struktur pasar, analisis rasio konsentrasi, share pasar, analisis perilaku pasar,
analisis kinerja pasar meliputi biaya pemasaran, margin pemasaran, keuntungan
pemasaran, share harga, share biaya dan intergrasi pasar. Hasil dari penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan struktur pasar bawang merah bergerak pada kuantum
pasar oligopsoni dan persaingan sempurna, saluran pemasaran menunjukkan paling
tidak terdapat delapan saluran pemasaran. Analisis perilaku pasar menunjukkan bahwa
penetapan harga bawang merah didasarkan pada negosiasi individu. Analisis perilaku
pasar menunjukkan biaya pemasarn margin dan keuntungan antar jenis pedagang dan
saluran bervariasi, share harga menunjukkan bagian harga yang diterima petani cukup
tinggi dan share biaya menjukkan proporsi biaya yang dikeluarkan pedangang berkisar
10-40%. Perbedaan dengan penelitian terdahulu terletak pada objek dan tempat
penelitian. Perbedaan lain terletak pada metode analisis kinerja pasar.
12
Pujiharto (2014), dengan judul Pola Tataniaga Sayuran Dataran Rendah
Berbasis Structure, Conduct, Peformance (SCP). Penelitian ini bertujuan (1)
menggambarkan pola tataniaga sayuran dataran rendah, (2) untuk mengetahui konsep
dari tataniaga sayuran dataran rendah dengan menggunkan pendekatan SCP. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif analisis.
Data penelitian yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif-kuantitatif,
sedangkan analisis pasar dengan pendekatan structure, conduct, peformance (SCP).
Berdasarkan penelitian tersebut dapat diperoleh hasil yaitu terdapat empat pola saluran
tataniaga sayuran dataran rendah. Struktur pasar sayuran dataran rendah di wilayah
kecamatan Sumbang dan Kecamatan Kembaran adalah struktur pasar oligopsoni kuat.
Perilaku pasar yang terjadi antara lembaga pemasaran sebagian menunjukkan adanya
ikatan pemberian modal dengan tujuan memperoleh keuntungan. Kinerja pasar dilihat
dari sisi profit margin petani memperoleh profit margin terendah sebesar 13,95% dan
tertinggi adalah pedangan pengecer sebesar 24,81%. Nilai R/C petani sebesar 1,25 dan
B/C sebesar 0,25, sedangkan nilai R/C tengkulak sebesar 1,51 dan B/C tertinggi pada
pedagan besar dengan nilai 3,61. Farmer share sebesar 18,52%. Perbedaan dengan
penelitian terdahulu yaitu peneliti menggunakan sampel petani dari dua desa,
sedangkan perbedaannya terletak pada metode analisis data.
Situmorang et al (2015)dengan jual Analisis Efisiensi Pemasaran Sawi Manis
dengan Pendekatan Structure, Conduct, and Peformance (SCP) di Kecamatan Jambi
Selatan Kota Jambi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pemsaran sawi manis di Kecamatan Jambi Selatan, untuk menghitung efisiensi
pemasaran sawi manis dilihat dari analisis srtuktur pasar, kinerja pasar dan perilaku
13
pasar. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan secara kualitatif dengan
pendekatan structure, conduct, performance (SCP). Hasil dari penelitian yang telah
dilakukan adalah pemasaran sawi manis di Kecamatan Jambi Selaran terdapat lima
pola saluran pemasaran. Fungsi yang dilakukan oleh lemabaga pemasaran adalah
fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Analisis dengan pendekatan struktur
pasar menunjukkan pasar sawi manis di Kecamatan Jambi Selatan cenderung
mengarah kepada persaingan oligopsony murni. Dilihat dari perilaku pasar sistem
pembayaran masih terjadi antar pedagang pengumpul dengan petani dan antara
pedagang pengumpul dengan pedangan pengecer. Analisis dengan kinerja pasar
menunjukkan bahwa penyebaran margin, farmer share, rasio keuntungan tidak merata
pada masing-masing lembaga pemasaran. Perbedaan dari penelitian terdahulu adalah
terletak pada objek yang digunakan serta penggunaan analisis data. Penelitian
terdahulu tidak menggunakan konsentrasi ratio dan korelasi harga sedangkan penelitian
sekarang menggunakan analisis tersebut.
Yuprin (2009) dengan Judul Analisis Pemasaran Karet di Kabupaten Kapuas.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah (1) mengidentifikasi saluran pemasaran,
(2) mengetahui struktur pasar, (3) mengetahui perilaku pasar, (4) mengetahui
penampilan pasar. Penelitian ini menggunakan metode survei. Pengambilan sampel
petani dilakukan secara acak sederhana dari dua desa yang dipilih secara pusposive,
sedangkan pedagang desa, pedagang kecamatan, dan pedagang kabupaten dipilih
secara snowball sampling. Saluran pemasaran di jelaskan secara deskriptif dan data
kuantitatif dianalisis dengan pendekatan konsentrasi rasio untuk mengetahui struktur
pasar karet, korelasi dan elastisitas transmisi harga untuk mengetahui perilaku pasar
14
karet, serta margin pemsaran da share keuntungan untuk mengetahui tampilan pasar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) saluran pemasaran karet di Kabupaten Kapuas
terdiri dari enam macam dan dapat diidentifikasi satu macam saluran yang paling
terbaik. (2) struktur pasar di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten bersifat oligopsoni
konsentrasi sedang yang berarti bahwa pedangan memiliki kekuasaan yang sedang
dalam mempengaruhi pasar. Struktur pasar di tingkat eksportir adalah monopsoni yang
berarti bahwa eksportir memiliki kekuasaan tunggal dalam mempengaruhi pasar. (3)
perilaku pasar ditunjukkan dengan tidak sempurnanya keterpaduan harga karet pada
pasar yang satu dengan harga karet pada pasar lain, baik secara vertikal maupun
horizontal. (4) penampilan pasar ditunjukkan dengan margin pemasaran yang relative
besar dan didominasi oleh share keuntungan yang besar dan tidak merata. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pemasaran hasil karet tidak efisien, sehingga pedagang pada
tingkat bawah dan petani akan dirugikan dengan hal tersebut.. Perbedaan dengan
penelitian terdahulu terletak pada metode analisis data yaitu peneliti sekarang tidak
menggunakan analisis uji-t untuk menjelaskan hubungan harga antara harga ditingkat
petani dan konsumen akhir.
2.2 Kerangka Teori
2.2.1 Deskripsi Wortel (Daucus carota)
Wortel adalah tanaman holtikultura yang sudah sejak dulu dikonsumsi oleh
masyarakat. Tanaman wortel berasal dari darata Asia, kemudian menyebar hingga ke
daratan Eropa, Afrika Utara, Amerika selatan dan Amerika Utara. Wortel memiliki
kandungan gizi yang sangat baik bagi tubuh, terutama kandungan vitamin A. Karena
15
wortel memiliki banyak manfaat, sehingga sampai saat ini wortel tetap menjadi salah
satu tanaman holtikultura yang dikonsumsi masyarakat (Ali et al, 2003).
Sama halnya dengan tanaman pada umumnya, wortel juga memiliki beberapa
syarat tumbuh sehingga saat panen nanti akan menghasilkan wortel dengan kualitas
yang terbaik. Syarat tumbuh wortel yang baik yaitu dipengaruhi oleh iklim dan curah
hujan, temperatur dan ketinggian tempat, kelembaban serta kondisi tanah. Iklim yang
cocok untuk ditanami wortel adalah kategori iklim sangat basah, basah dan agak basah,
sementara itu wortel adalah tanaman yang membutuhkan air yang cukup selama proses
pertumbuhan sebab, jika terlalu banyak air akan membuat tanaman cepat terserang
penyakit sedangkan jika terlalu kering umbi akan sulit berkembang. Temperatur yang
baik untuk pertumbuhan wortel yaitu 15-200C dengan ketinggian 1.000-1.500 diatas
permukaan laut. Tanaman wortel membutuhkan kelembapan yang tepat sebab jika
kelembapan lingkungannya rendah, penguapan yang dilakukan oleh tanaman wortel
juga akan semakin tinggi. Kondisi tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
wortel adalah tanah lempung berpasir, memiliki tekstur yang baik dan konsistensi
lembab serta tingkat pH yang baik untuk pertumbuhan wortel kisaran 5,5-6,5 (Ali et
al, 2003).
2.2.2 Pertanian Organik
Pertanian organik merupakan pertanian yang ramah lingkungan sebab tidak
menggunakan bahan kimia baik pupuk kimia atau pestisida kimia. Pertanian organik
memang sudah berkembang cukup pesat di negara lain, namun di Indonesia pertanian
organik masih belum bisa berkembang sesuai dengan harapan karena terdapat beberapa
kendala yaitu (1) biaya untuk produksi pertanian organik masih sangat mahal, (2)
16
dalam proses produksinya pertanian organik melibatkan tenaga akerja yang cukup
banyak, (3) pertanian organik tak jauh beda dengan pertanian tradisional yaitu
penggunaan pestisida dan pupuk alami sehingga para petani yang sudah terbiasa
menggunakan bahan kimia akan sulit beralih ke pertanian organik, (4) pertanian
organik tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia namun, menggunakan pupuk
alami dan pestisida nabati sehingga, akan berpengaruh kepada produktivitas tanaman
sebab peluang tanaman terkena dampak penyakit dan hama lebih besar (Sutanto, 2002)
Pertanian organik memang belum berkembang pesat di Indonesia namun
seiring berjalannya waktu, masyarakat akan mulai sadar betapa pentingnya untuk
mengkonsumsi produk makanan yang sehat serta lingkungan tetap terjaga
kelestariannya. Luas lahan pertanian organik di Indonesia meningkat setiap tahunnya,
pada tahun 2011 luas lahan yang sudah tersertifkasi mencapai 90.135,30 Ha (SPO1,
2011). Hal tersebut merupakan salah satu bukti bahwa pertanian organik di Indonesia
mulai berkembang. Menurut Sutanto (2002) terdapat beberapa manfaat jika pertanian
organik memang benar-benar diterapkan yaitu:
1. Dapat menghemat penggunaan unsur hara tanah, artinya pertanian organik
dapat memperpanjang umur produtif tanah.
2. Dapat melindungi dan melestarikan keragaman hayati dan fungsinya dalam
bidang pertanian.
3. Pencemaran lingkungan akan semakin berkurang sebab residu pestisida dan
pupuk, serta bahan kimia pertanian lainnya tidak digunakan.
4. Mengurangi ketergantungan petani terhadap input produksi yang mahal dan
berakibat buruk untuk lingkungan.
17
5. Adanya dorongan dan rangsangan untuk meningkatkan teknologi pertanian
organik dan penelitian pada pertanian organik.
6. Kesehatan masyarakat semakin meningkat baik karena produk pertanian yang
dikonsumsi bebas residu bahan kimia pertanian.
7. Peluang pasar produk organik akan semakin terbuka baik secara domestik
maupun internasional.
Tentunya dalam menikmati manfaat tersebut tidaklah instan, namun ada
beberapa persyaratan agar suatu produk pertanian tersebut bisa dikatakan sebagai
produk organik yang terpercaya. IFOAM (International Federation Of Organik
Agriclture Movement) memiliki standart baku pertanian organik yang dapat digunakan
sebagai acuan untuk quality control dan sertifikasi nasional. Menurut IFOAM
pertanian organik perlu mendapat sertfikat organik sebab untuk benar-benar
menyakinkan bahwa produk yang telah diproduksi disimpan, diproses, ditangani dan
dipasarkan sesuai spesifikasi teknis (standart) yang tepat dan layak mendapat sertifkat
organik oleh lembaga sertifikasi.
2.2.3 Definisi Pasar dan Pemasaran
Menurut Kotler & Keller (2009) pasar merupakan tempat dimana penjual dan
pembeli bertemu serta melakukan transaksi jual beli barang. Dengan adanya pasar
memudahkan para penjual dan pembeli untuk saling bertransaksi demi memenuhi
kebutuhan dan keinginan mereka. Sedangkan menurut Sudiyono (2002) pasar
merupakan tempat atau terjadinya pemenuhan kebutuhan dan keinginan dengan
menggunakan alat pemuas yang berupa barang atau jasa, dimana dalam kegiatan
tersebut terdapat pemindahan hak milik antara penjual dan pembeli. Sedangkan
18
pemasaran menurut Kotler & Keller (2009) yaitu sebuah proses kemasyarkatan dimana
terdapat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka inginkan dan apa yang
mereka butuhkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas
mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai kepada orang lain. Menurut Sudiyono
(2002) adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan
penciptan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk, yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi pemasaran.
Dilihat dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran dapat dikatakan produktif jika
kegiatan tersebut memiliki nilai guna, yang merupakan proses dimana barang dan jasa
dibuat menjadi lebih berguna. Menurut Anindita (2005) terdapat empat jenis kegunaan
yang dilakukan dalam kegiatan pemasaran yaitu sebagai berikut:
1. Kegunaan bentuk (from utility), yakni jika suatu barang memiliki kriteria dan
standart tertentu untuk memenuhi kebutuhan dan menjadi lebih berguna. Contoh :
tempat produksi usaha kripik apel yang merubah apel menjadi kripik sehingga
menambah nilai dari keripik tersebut
2. Kegunaan tempat (place utility), yaitu kegunaan yang ditimbulkan ketika hasil
produksi di suatu tempat yang mensyaratkan menginginkan barang tersebut.
3. Kegunaan waktu (time utility) yaitu produk akan lebih berguna jika tersedia dalam
waktu yang diinginkan.
4. Kegunaan milik (prossession utility) dilakukan ketika barang ditransfer atau
ditempatkan atas control dari seseorang yang diinginkan.
19
2.2.4 Struktur Pasar
Struktur pasar dapat terbentuk jika terdapat perbedaan jumlah penjual dan
pembeli. Struktur pasar juga dapat mempengaruhi perilaku pada setiap penjual dan
pembeli terhadap perubahan harga barang atau jasa yang ditawarkan dalam pasar
tersebut (Ahman, 2007).
Menurut Sudiyono (2002) dalam menganalisis dan mengidentifikasi struktur
pasar terdapat empat karakteristik yaitu:
1. Jumlah dan besar penjual dan pembeli yaitu apakah jumlah penjual banyak
sehingga tidak dapat mempengaruhi harga atau bahkan sebaliknya.
2. Keadaan produk yang diperjual belikan, yaitu apakah produk tersebut bersifat
homogen atau heterogen.
3. Kemudahan dalam masuk dan keluar pasar .
4. Pengetahuan konsumen terhadap harga dan struktur biaya produksi.
Menurut Sudiyono (2002) berdasarkan sifat dan bentuknya, pasar dapat
diklasifikasikan menjadi:
1. Pasar persaingan sempurna
Merupakan pasar bebas yang terdapat banyak penjual dan pembeli didalamnya
sehingga, harga yang terbentu adalah harga dari hasil penawaran dan permintaan. Jadi,
setiap penjual ataupun pembeli tidak dapat mempengaruhi kondisi dan keadaan pasar.
Ciri dari pasar persaingan sempurna adalah pertama dalam pasar persaingan
sempurna harus terdapat banyak penjual dan pembeli. Seorang penjual dalam pasar
persaingan sempurna tidak dapat menjadi price leader. Kedua, barang yang dihasilkan
20
bersifat homogen, artinya barang yang diproduksi oleh produsen adalah barang
subtitusi yang sempurna dari barang yang diproduksi oleh produsen yang lain. Ketiga,
adanya kebebasan keluar masuk pasar yaitu setiap penjual bebas untuk memasuki pasar
jika dirasa mengutungkan dan keluar pasar jika dirasa merugikan (Nuraini, 2013).
2. Pasar bersaing monopolistik
Pasar persaingan merupakan jenis pasar yang berada diantara dua jenis pasar
yang ekstrem, yaitu persaingan sempurna dan monopoli. Oleh sebab itu, pasar
monopolistik memiliki sifat yang hampir sama dengan kedua pasar tersebut. Ciri-ciri
dari pasar monopolistik adalah terdapat banyak penjul dan pembeli, barangnya bersifat
berbeda corak, perusahaan memiliki sedikit kekuasaan dalam mempengaruhi harga,
keluar masuk dalam industri relatif mudah, persaingan dalam promosi penjualan yang
sangat aktif (Sukirno, 2013).
3. Pasar Oligopoli
Pasar oligopoli merupakan pasar yang tediri sekelompok kecil perusahaan dan
terdapat perusahaan raksasa atau penguasa didalam pasar tersebut (Sukirno, 2013).
Pasar oligopoli memiliki beberapa ciri-ciri yaitu (1) terdapat sedikit penjual yang
menjual produk subtitusi, (2) terdapat rintangan untuk memasuki industri oligopoli
sebab perusahaan yang terdapat dalam perusahaan reatif sedikit, (3) keputusan dalam
penentuan harga harus dipertimbangkan dengan perusahaan yang lain (Nuraini, 2013).
4. Pasar Monopoli
Struktur pasar monopoli hanya memiliki satu perusahaan yang menjual satu
produksi, dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak memiliki barang
pengganti (subsitusi) yang sangat dekat (Sudiyono, 2002). Menurut Nuraini (2013)
21
terdapat ciri-ciri dai pasar monopoli yaitu didalam pasar hanya terdapat satu penjual,
jenis barang yang diproduksi tidak ada penggantinya, terdapat hambatan keluar dan
masuk pasar, penjual tunggal ini tidak dipengaruhi dan tidak mempengaruhi harga serta
output produk lain yang dijual dalam perekonomian.
2.2.5 Perilaku Pasar
Dalam menganalisis efisiensi pemasaran dengan menggunakan pendekatan
perilaku pasar yaitu bagaimana peserta pasar yang meliputi produsen, konsumen dan
lembaga-lembaga pemasaran lain yang ikut terlibat dalam proses pemasaran dapat
menyesuaikan diri dengan situasi penjualan dan pembelian yang terjadi. Dalam
menganalisis prilaku pasar ini, maka terdapat tiga pelaku pasar yang memiliki
kepentingan berbeda. Produsen menghendaki harga yang tinggi, pasar output
menghendaki pilihan beberapa pembeli (tidak terjadi struktur monopsonis atau
ologopsonistik), tersedia waktu dan informasi pasar yang cukup, serta kekuatan tawar
menawar yang kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan maksimal, yakni
selisih margin pemasaran dengan biaya yang relatif besar untuk melaksanakan fungsi-
fungsi pemasaran. Konsumen menghendaki tersedianya produk pertanian sesuai
dengan kebutuhan konsumen dan dengan harga wajar (Sudiyono, 2002).
Menurut Sudiyono (2002) terdapat kriteria-kriteria dalam menganalisis
perilaku pasar yaitu: (1) praktek-praktek penentuan harga memungkinkan adanya
grading dan standarisasi komoditi, (2) biaya pemasaran harus seragam, (3) penentuan
harus bebas dari praktek-praktek persekongkolan, (4) intervensi pemerintah dalam
bentuk kebijaksanaan harga harus dapat memeperbaiki mutu produk dan peningkatan
keputusan konsumen.
22
2.2.6 Kinerja Pasar
Kinerja pasar merupakan hasil keputusan akhir yang dapat dambil dan
berhubungan dengan proses tawar menawar serta persaingan pasar. Fungsi dari
keragaan atau kinerja pasar adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh struktur dan
tingkah laku pasar dalam proses pemasaran hasil pertanian. Keragaan pasar juga
merupakan salah satu indikator dalam melihat suatu efisiensi pemasaran. Untuk
melihat efisien atau tidak dalam pendekatan kinerja pasar terdapat beberapa indikator
yaitu (1) harus terdapat kemajuan tekonologi, (2) adanya orientasi untuk perkembangn
lembaga-lembaga pemasaran, (3) adanya efisiensi peningkatan penggunaan sumber
daya serta, (4) adanya kualitas produk dan maksimasi jasa pemsaran dengan biaya
serendah mungkin (Sudiyono, 2002).
2.3 Kerangka Pemikiran
Tujuan utama dari seorang petani dalam menanam suatu komoditi adalah
memperoleh keuntungan dari panen komoditas yang ditanam tersebut. Untuk
memperoleh keuntungan petani harus melawati proses yang dinamakan pemasaran.
Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pemasaran baik
perorangan atau individu untuk memindahkan kepemilikan dari produsen sampai ke
tangan konsumen akhir.
23
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
Petani Wortel Organik
Analisa pemasaran
Masalah utama :
1. Petani merasa kesulitan dalam
memasarkan wortel organik
2. Belum ada lokasi pasar secara pasti
untuk memasarkan pertanian organik
3. Belum diketahui secara jelas struktur,
perilaku dan kinerja pasar dari komoditas
wortel organik
Kinerja Pasar Perilaku Pasar Struktur pasar
Kinerja pasar yang baik
1. Hambatan
keluar masuk
pasar
2. Diferensiasi
produk
3. IHH
1. Penentuan harga
antar lembaga
pemasaran
2. Sistem
pembayaran
(tunai, kredit)
3. Korelasi harga
1. Saluran
pemasaran
2. Marjin
pemasaran dan
profit marjin
3. Farmer share,
share biaya dan
share
keuntungan
24
Terdapat kendala dalam memasarkan wortel organik yaitu petani organik masih
merasa kesulitan dalam memasarkan wortel organiknya, sebab belum ada wadah atau
tempat secara khusus dalam memasarkan produk organik mereka. Kendala dalam
memasarkan produk organik inilah yang membuat enggan petani menekuni atau
mencoba bercocok tanam secara organik. Adanya analisis pemasaran yang dianalisis
menggunakan pendekatan struktur, perilaku dan kinerja pasar diharapkan akan mampu
menggambarkan bagaimana pemasaran dari wortel organik serta mengetahui efisiensi
dari pemasaran wortel organik tersebut.