bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitiaan sebelumnya
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitiaan Sebelumnya
Penyusunan skripsi ini telah mengambil referensi dari penelitian sebelumnya
yang berhubungan dengan penelitian yang saat ini sedang disusun:
a. Penelitian Septian Prasetyo Aji
Penelitian yang dilakukan Septian Prasetyo Aji dengan judul “Alat
Monitoring Tetesan Infus Menggunakan Web Secara Online Berbasis ESP8266
Dengan Pemrograman Arduino Uno” pada tahun 2017 membahas mengenai
pemantaun kondisi cairan infus yang harus dilakukan secara berkala. Banyak
ditemukan dalam Rumah Sakit jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah pasien.
Perawat harus memantau kondisi infus pasien satu persatu, hal ini menyebabkan
tidak efektifnya perawat dalam pemantauan infus yang harus dilakukan selama 24
jam. Akibat keterbatasan itu kemungkinan kelalaian petugas jaga sangat bisa
terjadi, terutama pada pemantauan kondisi cairan infus pasien. Dalam tugas nya
perawat harus melakukan pemantauan infus secara berkala untuk memastikan infus
pasien tidak ada kendala dan belum habis sehingga perawat harus bolak balik, oleh
karena itu perlu adanya solusi untuk mengatasi masalah yang sering terjadi ini
dengan membuat alat yang dapat memonitoring pemantauan infus tersebut di rumah
sakit, sehingga akan tugas perawat yang berjaga dapat dimudahkan dengan hanya
mengawasi monitor yang telah menghitung jumlah tetesan infus setiap pasien pada
rumah sakit.
Perbedaan penelitian sebelumya dengan penelitian yang diakukan yaitu
penelitian Septian Prasetyo Aji dkk lebih berfokus pada pemantauan tetesan cairan
infuse yang menetes. Sedanagkan penelitian sekarang lebih berfokus pada berat
cairan infus karena pengukuran berdasarkan berat minimal yang didapat harus
dilakukanya penggantian cairan infus, sedangkan pada pemantauan berdasarkan
tetesan cairan infus bisa saja terjadi penyumbatan darah pada selang infus yang
dapat menyebabkan tetesan infuse berhenti sehingga peringatan notifikasi dikirim
walaupun cairan infus belum mencapai batas minimal penggantian cairan infus.
b. Penelitian oleh Rini Maharani dan Kawan-kawan
7
Penelitian yang dilakukan oleh Rini Maharani, Abdul Muid, Uray Ristian.
Dengan judul “Sistem Monitoring dan Peringatan Pada Volume Cairan Intravena
(Infus) Pasien Menggunakan Arduino Berbasis Website” pada tahun 2019
membahas mengenai peringatan cairan infus yang dapat memberikan informasi
dengan volume serta kecepatan tetesan cairan infus dan sensor akan memberikan
peringatan apabila kondisi volume cairan infus menunjukkan akan segera habis dan
apabila cairan infustidak menetes.
Perbedaan penelitian sebelumya dengan penelitian yang diakukan yaitu
penelitian Rini maharani dkk lebih berfokus pada pemantauan tetesan cairan infuse
yang menetes. Sedanagkan penelitian sekarang lebih berfokus pada berat cairan
infus karena pengukuran berdasarkan berat minimal yang didapat harus
dilakukanya penggantian cairan infus, sedangkan pada pemantauan berdasarkan
tetesan cairan infus bisa saja terjadi penyumbatan darah pada selang infus yang
dapat menyebabkan tetesan infuse berhenti sehingga peringatan notifikasi dikirim
walaupun cairan infus belum mencapai batas minimal penggantian cairan infus.
c. Penelitian Pipit Iriyanto
Penelitian yang dilakukan oleh Pipit Iriyanto yang berjudul “Rancang
Bangun Sistem Alarm Infus Otomatis Terpusat” pada tahun 2018. Penelitian ini
membahas tentang kondisi cairan infus pasien untuk dilakukan pergantian infus
ketika cairan sudah mencapai batas minimal. Pengecekan atau pemantauan infus
pada rumah sakit atau puskesmas masih dilakukan secara manual, perawat harus
melakukan pengecekan dengan berkeliling untuk mengetahui kondisi infus pasien.
Karena kondisi cairan infus pasien tidak boleh sampai kehabisan, karena jika hal
tersebut terjadi maka akan memberikan dampak negatif terhadap pasien tersebut.
Keterlambatan pergantian infus pasien dapat menyebabkan komplikasi seperti
darah akan naik ke selang infus, sehingga akan mengakibatkan darah membeku
pada selang. Hal tersebut akan menghambat aliran cairan infus yang akan masuk ke
dalam tubuh pasien. Dengan permasalahan ini, akan dibuat sebuah alat untuk
mengetahui kondisi infus dengan menggnakan sensor infrared untuk mendeteksi
level cairan infus.
Perbedaan penelitian sebelumya dengan penelitian yang diakukan yaitu
penelitian Pipit Iryanto lebih berfokus pada pemantauan tinggi dari cairan infuse.
8
Sedanagkan penelitian sekarang lebih berfokus pada berat cairan infus karena
pengukuran berdasarkan berat minimal yang didapat harus dilakukanya
penggantian cairan infus.
d. Penelitian Budi Rahmadya, dkk
Penelitian yang dilakukan oleh Budi Rahmadya, Mira Siska, Fajril akbar
yang berjudul “Efisiensi Sistem Kontrol Cairan Infus Pasien Rawat Inap” pada
tahun 2017 membahas tentang sistem kontrol cairan infus pada pasien. Dalam
pekerjaanya, keterbatasan waktu, jarak, antara ruang pasien dan ruang perawat serta
keterbatasan jumlah karyawan medis di rumah sakit atau puskesmas yang dapat
menyebabkan pasien terlambat ditanggulangi dalam pergantian infus.
Keterlambatan perawat dalam mengganti cairan infus pasien ketika habis dapat
membahayakan bagi pasien dengan terjadinya komplikasi yaitu darah pasien akan
naik ke selang infus sehingga terjadi pembekuan darah pada selang infus. Hal ini
menyebabkan tidak adanya cairan infus yang mengalir ke tubuh pasien akibat
tersumbat oleh darah. Dengan penelitian ini akan dirancang sebuah alat untuk
mengontrol sisa cairan dengan memanfaatkan teknologi sensor networks yaitu
ultrasonik HC-SR04 yang difungsikan untuk mendeteksi sisa cairan infus.
Perbedaan penelitian sebelumya dengan penelitian yang diakukan yaitu
penelitian Budi Rahmadya, dkk lebih berfokus pada pemantauan volume cairan
infuse yang menetes. Sedanagkan penelitian sekarang lebih berfokus pada berat
cairan infus karena pengukuran berdasarkan berat minimal yang didapat harus
dilakukanya penggantian cairan infus, sedangkan pada pemantauan berdasarkan
tetesan cairan infus bisa saja terjadi penyumbatan darah pada selang infus yang
dapat menyebabkan tetesan infuse berhenti sehingga peringatan notifikasi dikirim
walaupun cairan infus belum mencapai batas minimal penggantian cairan infus.
9
Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya
Penulis Judul Penelitian Tahun Masalah Hasil
Septian Prasetyo Aji Alat Monitoring
Tetesan Infus
Menggunakan Web
Secara Online
Berbasis ESP8266
Dengan
Pemrograman
Arduino Uno[3]
2017 Perawat harus memantau
kondisi infus pasien satu
persatu, hal ini
menyebabkan tidak
efektifnya perawat dalam
pemantauan infus yang
harus dilakukan selama 24
jam. Akibat keterbatasan itu
kemungkinan kelalaian
petugas jaga sangat bisa
terjadi, terutama pada
pemantauan kondisi cairan
infus pasien.
Penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan sensor IR obstacle
avoidance sebagai pendeteksi tetesan
infus dengan cara menghitung setiap
tetesan yang ada pada botol infus.
Peringatan habisnya atau tersendatnya
cairan infus ini dilihat melalui web
sehingga perawat harus sering
memantau monitor.
Rini Maharani, Abdul
Muid, Uray Ristian
Sistem Monitoring dan
Peringatan Pada
Volume Cairan
2017 Keterlambatan dalam
pergantian infus akan
membahayakan bagi pasien
Pada penelitian solusi yang dilakukan
untuk permasalahan yang ada yaitu
dengan dibuatnya alat untuk peringatan
10
Intravena (Infus) Pasien
Menggunakan Arduino
Berbasis Website[4]
seperti naiknya darah ke
selang infus dan darah
tersebut akan membeku
pada selang infus, sehingga
dapat menyumbat
kelancaran pada cairan
infus untuk dapat mengalir
ke tubuh pasien.
Pemantauan infus yang
dilakukan di setiap rumah
sakit sekarang ini masih
dilakukan dengan manual
oleh perawat yang bertugas,
hal ini tentu tidak efektif
karena tidak setiap saat
perawat yang bertugas
selalu stay di ruang rawat
pasien.
ketika infus akan habis atau tersumbat.
Alat ini dirancang menggunakan sensor
load cell untuk mengetahui sisa berat
pada cairan infus, LED dan photodioda
sebagai pendeteksi laju tetesan infus.
Untuk memonitoring alat tersebut
dengan mengguakan website sebagai
pemantauan perawat dalam memantau
kondisi infus pasien.
11
Pipit Iriyanto Rancang Bangun
Sistem Alarm Infus
Otomatis Terpusat[5]
2018 Pengecekan atau
pemantauan infus pada
rumah sakit atau puskesmas
masih dilakukan secara
manual, perawat harus
melakukan pengecekan
dengan bolak balik untuk
mengecek kondisi infus
pasien. Karen kondisi cairan
infus pasien tidak boleh
sampai kehabisan, karena
jika hal tersebut terjadi
makan akan memberikan
dampak negatif terhadap
pasien tersebut.
Keterlambatan pergantian
infus pasien dapat
menyebabkan komplikasi
seperti darah akan naik ke
Dalam penelitian ini akan dirancang
sebuah alat untuk alarm pemantauan
infus otomatis terpusat. Alat ini
dirancang dengan menggunakan sensor
Infrared untuk mengetahui level cairan
infus atau mendeteksi ketinggian cairan
infus dan modul NRF24L01 sebagai
media komunikasi nirkabel.
12
selang infus, sehingga akan
mengakibatkan darah
membeku pada selang. Hal
tersebut akan menghambat
aliran cairan infus yang
akan masuk ke dalam tubuh
pasien.
Budi Rahmadya, Mira
Siska, Fajril Akbar
Efisiensi Sistem
Kontrol Cairan Infus
Pasien Rawat Inap[6]
2017 Dalam pekerjaanya,
keterbatasan waktu, jarak,
antara ruang pasien dan
ruang perawat serta
keterbatasan jumlah
karyawan medis di rumah
sakit atau puskesmas yang
dapat menyebabkan pasien
terlambat ditanggulangi
dalam pergantian infus.
Keterlambatan perawat
dalam mengganti cairan
Penelitian ini dilakukan untuk
memberikan solusi pada sebuah masalah
agar perawat tidak terlambat dalam
menangani pasien, terutama dalam
menangani kondisi infus. Alat ini
menggunakan teknologi sensor
Ultrasonik HCSR04 yang difungsikan
untuk mendeteksi sisa cairan infus
13
infus pasien ketika habis
dapat membahayakan bagi
pasien dengan terjadinya
komplikasi yaitu darah
pasien akan naik ke selang
infus sehingga terjadi
pembekuan darah pada
selang infus. Hal ini
menyebabkan tidak adanya
cairan infus yang mengalir
ke tubuh pasien akibat
tersumbat oleh darah.
14
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Sistem Monitoring
Sistem monitoring merupakan suatu sistem yang digunakan untuk
pengumpulan, peninjauan ulang, laporan atau tindakan atas informasi suatu
proses yang sedang diimplementasikan dengan sebuah alat pemantauan untuk
dapat diketahui hasil kerja alatnya melalui monitoring ini. Sistem monitoring
yaitu suatu sistem yang dapat memantau suatu alat yang sedang menjalankan
fungsinya untuk mengeluarkan informasi yang dapat di operasikan atau
dipantau oleh sistem monitoring agar diketahui hasilnya melalui notifikasi di
aplikasi android. Menurut Soekartawi (1995), monitoring lebih cenderung
bersifat “pengawasan”, yaitu melakukan kegiatan pengawasan terhadap
jalannya proyek[7]. Monitoring bertujuan sebagai umpan balik atau suatu
proses yang sedang berjalan untuk mengetahui suatu kerja yang berlangsung
agar mengetahui proses nya berjalan dengan baik atau tidak.
2.2.2 Infus
Infus merupakan cairan obat yang di proses untuk dapat masuk ke dalam
tubuh pasien sebagai pengganti cairan elektrolit tubuh yang hilang dalam
jumlah tertentu melalui jalur intravena yang dipasang di bagian tertentu
pasien pada kondisi tertentu[8]. Penggunaan atau pemasangan infus
membutuhkan penanganan oleh dokter serta pemantauan yang dilakukan
secara berkala oleh perawat untuk mengetahui kondisi infus pasien agar tidak
terjadi sesuatu hal yang tidak di ingin kan. Peran perawat dalam memenuhi
kebutuhan cairan infus pada pasien sangatlah penting karena untuk membantu
pasien dalam memberikan asupan-asupan sebab biasanya orang sakit
memang tidak memiliki selera untuk makan. Cairan yang dibutuhkan oleh
orang dewasa dan anak-anak tentunya berbeda, karena orang dewasa lebih
banyak membutuhkan cairan dibandingkan anak-anak. Tetesaan cairan infus
untuk orang dewasa biasanya membutuhkan 20 tetes per menit sedangkan
untuk anak-anak hanya membutuhkan 15 tetes per menit.
Untuk analisa hasil pengukuran, terlebih dahulu menggunakan rumus
(Ninie Purnamasari 2011), sebagai berikut[7] :
15
1. Rumus menghitung tetesan infus Ukuran macro 20 tetesan per menit
𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 × 20 = 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑖𝑛𝑓𝑢𝑠 ×60
2. Rumus menghitung lama infus
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 × 20 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × 60
Syarat-syarat infus yaitu[9]:
a. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan dan efek toksis
b. Jernih, berarti tidak ada partikel padat
c. Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna
d. Sedapat mungkin isohidris, pH larutan sama dengan darah dan cairan
tubuh lain yakni 7,4.
e. Sedapat mungkin isotonis, artinya mempunyai tekanan osmosis yang
sama dengan darah atau cairan tubuh yang lain tekanan osmosis cairan
tubuh seperti darah, air mata, cairan lumbai dengan tekanan osmosis
larutan NaCl 0,9 %
f. Harus steril, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari
mikroorganisme hidup dan patogen maupun non patogen, baik dalam
bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).
g. Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat
menimbulkan demam. Menurut Co Tui, pirogen adalah senyawa
kompleks polisakarida dimana mengandung radikal yang ada unsur N,
dan P. Selama radikal masih terikat, selama itu dapat menimbulkan
demam dan pirogen bersifat termostabil.
16
Gambar 2. 1 Infuse Set
2.2.3 Sensor Load Cell
Sensor load cell merupakan sensor yang dirancang untuk mendeteksi
berat sebuah beban. Apabila sensor Load cell diberikan sebuah beban maka
nilai resistansi di strain gauge akan berubah[10]. Sensor load cell digunakan
dalam sebuah penelitian ini untuk mengukur sisa berat cairan infus, dimana
ketika berat infus sudah mencapai berat yang sudah ditentukan maka akan
ada notifikasi pada smartphone perawat bahwa cairan infus harus segera
diganti. Tujuan menggunakan sensor ini agar perawat tidak harus berkeliling
dalam memantau kondisi infus. Sensor load cell ini bekerja sebagai
pendeteksi berat cairan infus pada saat itu untuk dilakukan pergantian dalam
waktu tertentu ketika berat cairan sudah mencapai batas akan habis.
Gambar 2. 2 Sensor Load Cell
17
Berikut spesifikasi Sensor Load cell :
Tabel 2. 2 Spesifikasi Sensor Load Cell
Spesifikasi
1. Kapasitas 3 Kg
2. Bekerja pada tegangan rendah 5-10 VDC
atau 5-10 VAC
3. Ukuran sensor kecil dan praktis
4. Input atau output resistansi rendah
5. Nonlinearitas 0.05%
6. Range temperatur kerja -10oC sampai
+50oC
2.2.4 Android (mobile)
Android adalah sebuah perangkat sistem operasi untuk mobile yang
berbasis linux. Android menyediakan platform bagi siapa saja yang ingin
mengembangkan aplikasi melalui android ini[11]. Android sudah banyak
digunakan oleh siapa pun dalam perkembangan sistem operasi nya yang
semakin maju dan android banyak di minati, peningkatan pengguna android
semakin banyak karena mudah digunakan.
Gambar 2. 3 Mobile Android
18
Kelebihan android[12] :
a. Switching dan multitasking yang lebih baik Android sangat mendukung
multitasking aplikasi, kini hal tersebut kembali ditingkatkan.
b. Kapasitas yang lebih baik untuk beragam widget kapabilitas terhadap
beragam widget dijanjikan bakal makin memanjakan para
penggunanya.
c. Peningkatan kemampuan copy-paste Beberapa seri Android terdahulu
memang sudah bisa melakukan copy-paste, namun beberapa pengguna
masalah pemilihan teks yang agak sulit.
2.2.5 Modul Node Mcu ESP8266
NodeMCU merupakan sebuah open source platform IoT dan
pengembangan kit yang menggunakan bahasa pemrograman Lua untuk
membantu dalam membuat prototype produk IoT atau bisa dengan memakai
sketch dengan adruino IDE. Pengembangan kit ini didasarkan pada modul
ESP8266, yang mengintegrasikan GPIO, PWM (Pulse Width Modulation),
IIC, 1-Wire dan ADC (Analog to Digital Converter) semua dalam satu board.
NodeMCU berukuran panjang 4.83cm.
Kemudahan akses, artinya para pengguna dalam satu area dapat mengakses
internet secara bersamaan tanpa perlu direpotkan dengan kabel. Pengguna
yang ingin melakukan surfing atau browsing berita dan informasi di internet,
cukup membawa laptop atau ponsel berkemampuan wi-Fi ke tempat dimana
terdapat access point atau hotspot. Perangkat ini lebih detail dan boardnya
lebih nyaman untuk digunakan. Modul NodeMCU ESP8266-12E WiFi
dikembangkan oleh Ai-thinker Team[13]. Pengembangan Kit Nodemcu ini
didasarkan pada modul ESP8266, yang mengintegrasikan GPIO, PWM
(Pulse Width Modulation), IIC , 1-Wire dan ADC (Analog to Digital
Converter) semua dalam satu board, pin diagram NodeMCU ESP8266
ditunjukkan pada gambar berikut
19
Gambar 2.4 Pin Diagram Node Mcu
1. Board ini berbasis ESP8266 Serial WiFi SoC (Single on Chip) dengan
onboard USB to TTL. Untuk Wireless standar yang digunakan adalah IEEE
802.11 b/g/n.
2. Tantalum capasitor 100 micro farad dan yang kecil 10 micro farad.
3. 3,3 v LDO regulator.
4. Cp2102 usb to UART bridge.
5. Kemudian tombol reset, lalu port usb, dan terdapat tombol flash.
6. Terdapat 9 GPIO yang di dalamnya ada 3 pin PWM, 1 x ADC Channel, dan
pin RX TX.
7. Pin seberangnya terdapat AD0 sebagai analog sample.
8. Pin ground.
9. S3 dan S2 sebagai pin GPIO.
10. S1 MOSI (Master Output Slave Input) yaitu jalur data dari master dan
masuk ke dalam slave, sc cmd/cs.
11. S0 MOSI (Master Output Slave Input) yaitu jalur data keluar dari slave dan
masuk ke dalam master.
20
12. Sk yang merupakan SCLK dari master ke slave yang berfungsi sebagai
cloc.
13. Pin Vin sebagai masukan tegangan.
14. GPIO dapa full kontrol lewat jaringn wifi.
15. GPIO dengan arus keluaran.
Gambar 2. 5 Modul Node Mcu
2.2.6 Modul HX711
Modul HX711 ini merupakan sebuah komponen yang berfungsi untuk
mengkonversi sinyal analog ke digital (ADC) dimana prinsip kerjanya yaitu
mengkonversi tegangan yang terukur dalam perubahan resistansi ke dalam
besaran tegangan melalui rangkaian yang ada[14]. Modul HX711 ini
memiliki kepresisian 24-bit analog to digital converter (ADC) yang didesain
untuk sensor timbangan digital dan aplikasi industrial control yang terkoneksi
dengan sensor jembatan atau sensor model jembatan wheatstone[15].
Gambar 2. 6 Modul HX711
21
Tabel 2. 3 Spesifikasi Modul HX711
Mikrokontroller
Dua kanal ADC (dapat digunakan
untuk 2 load cell) dengan keluaran
TTL (serial tersinkronisasi, DI dan
SCK).
Tegangan opersional 5 Volt DC
Tegangan masukan diferensial
±40 mV pada skala penuh
Akurasi data 24 bit (24-bit ADC)
Frekuensi pembacaan (refresh
rate) 80Hz
Konsumsi arus kurang dari 10 mA
Ukuran: 38 x 21 mm dengan berat
20 gram
2.2.7 Metode Prototipe
Dibuatnya sebuah Prototyping bagi pengembang sistem bertujuan untuk
mengumpulkan informasi dari pengguna sehingga pengguna dapat
berinteraksi dengan model prototype yang dikembangkan, sebab prototype
menggambarkan versi awal dari sistem untuk kelanjutan sistem
sesungguhnya yang lebih besar. Ogedebe (2012), menegaskan: Telah
ditemukan bahwa dalam analisis dan desain sistem, terutama untuk proses
transaksi, di mana dialog yang ditampilkan lebih mudah difahami. Semakin
besar interaksi antara komputer dan pengguna, besar pula manfaat yang
diperoleh ketika proses pengembangan sistem informasi akan lebih cepat dan
membuat pengguna akan lebih interaktif dalam proses
pengembangannya[16].
2.2.8 Baterai Accu
Baterai adalah alat listrik kimiawi yang menyimpan energi, dan
mengeluarkan tenaga nya dalam bentuk listrik. Sebuah baterai biasanya
terdiri dari tiga komponen penting, yaitu :
1. Batang karbon sebagai anode (kutub positif baterai)
2. Seng (Zn) sebagai katode (kutub negatif baterai)
3. Pasta sebagai elektrolit (penghantar)
22
Baterai ada yang berbentuk tabung atau kotak. Ada juga yang dinamakan
rechargeable battery, yaitu baterai yang dapat diisi ulang, seperti yang biasa
terdapat pada telepon genggam. Baterai sekali pakai disebut juga baterai
primer, sedangkan baterai isi ulang disebut baterai sekunder. Baterai primer
maupun baterai sekunder keduanya dapat mengubah energi kimia menjadi
energi listrik. Baterai primer yang mampu digunakan satu kali, karena
menggunakan reaksi kimia yang tidak bisa dibalik (irreversible reaction).
Sedangkan baterai sekunder dapat diisi ulang karena reaksi kimia nya bisa
dibalik (reversible reaction)[7].
Baterai yang digunakan saat ini untuk monitoring cairan infus yang
menggunakan baterai sekunder, baterai ini biasanya memiliki tegangan sebesar
12 volt. Terdapat bermacam-macam metode charging yang bisa digunakan
untuk rangkaian charging. Metode tersebut berbeda dalam cara pemberian
energi listrik dari catu daya ke accumulator atau batterai. Metode-metode
tersebut listrik dari catu daya ke accumulator atau batterai. Metode-metode
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut[17]:
a. Constant voltage Pada dasarnya adalah berupa DC power supply biasa.
Terdiri dari transformator step down dengan rangkaian penyearah untuk
memberikan tegangan DC yang digunakan untuk mengisi batteray.
Metode seperti ini sering digunakan pada pengisi daya pada aki mobil
murah. Selain itu, batteray Lithium-Ion juga menggunakan metode
constant voltage walaupun sering ditambahkan rangkaian yang kompleks
untuk melindungi batteray dan penggunanya.
b. Constant current Metode constant current memvariasikan nilai tegangan
sehingga didapatkan besarnya arus yang konstan. Metode ini biasanya
digunakan untuk mengisi daya pada nikel-cadmiun dan nikelmetal hibrida
atau biasa disebut baterai.
23
Gambar 2. 7 Baterai 12 Volt
2.2.9 Kodular
Kodular merupakan lingkungan pemograman visual dan intuitif yang
dapat di akses secara gratis oleh semua orang untuk membuat aplikasi yang
dapat berfungsi penuh pada smartphone. Bentuk program yang berbasis blok
membuatnya mudah dalam membangun aplikasi yang kompleks dan juga
mempersingkat waktu pembuatan dibandingkan dengan lingkungan
pemograman tradisional. Dalam proses perancangan aplikasi android di
Kodular dilakukan secara online.
Gambar 2. 8 Kodular
2.2.10 QoS (Quality of Service)
QoS adalah teknologi yang diterapkan dalam jaringan komputer untuk
memberikan layanan yang optimal dan adil bagi para pengguna jaringan
komputer. QoS memungkinkan administrator jaringan untuk dapat
menangani berbagai efek akibat terjadinya kemacetan (congestion) pada lalu
lintas aliran paket di dalam jaringan (Tri, 2001). Parameter QoS adalah
delay/latency, jitter, packet loss, throughput, MOS, echo cancellation dan
24
PDD. QoS memberikan jaminan layanan yang baik dengan menyediakan
bandwith untuk mengatasi setiap parameter pada QoS tersebut. Dalam usaha
menjaga dan meningkatkan nilai QoS, dibutuhkan teknik untuk menyediakan
utilitas jaringan, yaitu dengan mengklasifikasikan dan memprioritaskan
setiap informasi sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Adapun
parameter-parameter pada QoS sebagai acuan untuk penilaian kualitas
jaringan dikatakan baik adalah sebagai berikut[18] :
1. Throughput
Yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps.
Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang
diamati pada tujuan selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi
interval waktu tersebut. Persamaan perhitungan throughput :
Throughput = 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
Kategori Throughput Throughput Indeks
Sangat Bagus 100% 4
Bagus 75% 3
Sedang 50% 2
Jelek <25% 1
2. Delay
Adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal
ketujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongestiatau juga
waktu proses yang lama. Menurut versi TIPHON (Joesman 2008), besarnya
delay dapat diklasifikasikan dan Persamaan perhitungan delay sebagai
berikut :
Delay rata-rata = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
Kategori Delay Besar Delay Indeks
Sangat Bagus >150ms 4
Bagus 150-300ms 3
Sedang 300-450ms 2
3. Jitter (Variasi Kedatangan paket)
25
Jitter lazimnya disebut variasi delay. Terdapat empat kategori
penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai peak jitter sesuai dengan
versi TIPHON (Joesman 2008), persamaan perhitungan jitter yaitu :
Delay rata-rata = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎
Total variasi delay diperoleh dari :
Total variasi delay = Delay - Rata-rata Delay
Kategori Delay Besar Delay Indeks
Sangat Bagus 0 ms 4
Bagus 0 s/d 75 ms 3
Sedang 75 s/d 125 ms 2
Jelek 75 s/d 225 ms 1
4. Packet Loss
Packet loss merupakan persentase hilangnya paket saat pengiriman data.
Nilai packet loss sesuai dengan versi TIPHON (Joesman 2008) sebagai
berikut :
Kategori Delay Besar Delay Indeks
Sangat Bagus 0% 4
Bagus 3% 3
Sedang 15% 2
Jelek 25% 1
2.2.11 Firebase Realtime Database
Firebase adalah Google Cloud Messaging (GCM) merupakan layanan
komunikasi push cloud to device, sejak terintegrasi dengan Firebase berubah
namanya menjadi Firebase Cloud Messaging (FCM) biasa disebut Firebase.
Data disimpan dalam format JSON dan disinkronkan secara realtime ke setiap
klien yang terhubung. Ketika membangun aplikasi hybrid lintas platform,
seperti Android dan iOS maka semua klien berbagi satu instance Realtime
Database dan secara otomatis menerima pembaruan dengan data tertentu.
Firebase Realtime Database adalah basis data NoSQL dan karena itu memiliki
optimalisasi dan fungsionalitas yang berbeda dibandingkan dengan basis data
relasional. Membuat database Firebase bisa melalui import file JSON ke
26
konsol Firebase, atau dapat juga dibuat langsung melalui halaman konsol
Realtime Database secara manual[19].
Gambar 2. 9 Firebase Realtime
2.2.12 Wireshark
Wireshark adalah penganalisa paket jaringan. Penganalisa paket jaringan
akan mencoba untuk menangkap paket dan mencoba untuk menampilkan data
paket sedetail mungkin. Umumnya penggunaan Wireshark oleh administrator
jaringan komputer untuk memecahkan masalah jaringan, memeriksa masalah
keamanan jaringan, dan sebagian pengembang untuk debug implementasi
protokol jaringan dan belajar internal protokol jaringan[20].
Gambar 2. 10 Wireshark