bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitiaan sebelumnya

21
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitiaan Sebelumnya Penyusunan skripsi ini telah mengambil referensi dari penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang saat ini sedang disusun: a. Penelitian Septian Prasetyo Aji Penelitian yang dilakukan Septian Prasetyo Aji dengan judul “Alat Monitoring Tetesan Infus Menggunakan Web Secara Online Berbasis ESP8266 Dengan Pemrograman Arduino Uno” pada tahun 2017 membahas mengenai pemantaun kondisi cairan infus yang harus dilakukan secara berkala. Banyak ditemukan dalam Rumah Sakit jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah pasien. Perawat harus memantau kondisi infus pasien satu persatu, hal ini menyebabkan tidak efektifnya perawat dalam pemantauan infus yang harus dilakukan selama 24 jam. Akibat keterbatasan itu kemungkinan kelalaian petugas jaga sangat bisa terjadi, terutama pada pemantauan kondisi cairan infus pasien. Dalam tugas nya perawat harus melakukan pemantauan infus secara berkala untuk memastikan infus pasien tidak ada kendala dan belum habis sehingga perawat harus bolak balik, oleh karena itu perlu adanya solusi untuk mengatasi masalah yang sering terjadi ini dengan membuat alat yang dapat memonitoring pemantauan infus tersebut di rumah sakit, sehingga akan tugas perawat yang berjaga dapat dimudahkan dengan hanya mengawasi monitor yang telah menghitung jumlah tetesan infus setiap pasien pada rumah sakit. Perbedaan penelitian sebelumya dengan penelitian yang diakukan yaitu penelitian Septian Prasetyo Aji dkk lebih berfokus pada pemantauan tetesan cairan infuse yang menetes. Sedanagkan penelitian sekarang lebih berfokus pada berat cairan infus karena pengukuran berdasarkan berat minimal yang didapat harus dilakukanya penggantian cairan infus, sedangkan pada pemantauan berdasarkan tetesan cairan infus bisa saja terjadi penyumbatan darah pada selang infus yang dapat menyebabkan tetesan infuse berhenti sehingga peringatan notifikasi dikirim walaupun cairan infus belum mencapai batas minimal penggantian cairan infus. b. Penelitian oleh Rini Maharani dan Kawan-kawan

Upload: others

Post on 15-Nov-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitiaan Sebelumnya

Penyusunan skripsi ini telah mengambil referensi dari penelitian sebelumnya

yang berhubungan dengan penelitian yang saat ini sedang disusun:

a. Penelitian Septian Prasetyo Aji

Penelitian yang dilakukan Septian Prasetyo Aji dengan judul “Alat

Monitoring Tetesan Infus Menggunakan Web Secara Online Berbasis ESP8266

Dengan Pemrograman Arduino Uno” pada tahun 2017 membahas mengenai

pemantaun kondisi cairan infus yang harus dilakukan secara berkala. Banyak

ditemukan dalam Rumah Sakit jumlah perawat tidak sesuai dengan jumlah pasien.

Perawat harus memantau kondisi infus pasien satu persatu, hal ini menyebabkan

tidak efektifnya perawat dalam pemantauan infus yang harus dilakukan selama 24

jam. Akibat keterbatasan itu kemungkinan kelalaian petugas jaga sangat bisa

terjadi, terutama pada pemantauan kondisi cairan infus pasien. Dalam tugas nya

perawat harus melakukan pemantauan infus secara berkala untuk memastikan infus

pasien tidak ada kendala dan belum habis sehingga perawat harus bolak balik, oleh

karena itu perlu adanya solusi untuk mengatasi masalah yang sering terjadi ini

dengan membuat alat yang dapat memonitoring pemantauan infus tersebut di rumah

sakit, sehingga akan tugas perawat yang berjaga dapat dimudahkan dengan hanya

mengawasi monitor yang telah menghitung jumlah tetesan infus setiap pasien pada

rumah sakit.

Perbedaan penelitian sebelumya dengan penelitian yang diakukan yaitu

penelitian Septian Prasetyo Aji dkk lebih berfokus pada pemantauan tetesan cairan

infuse yang menetes. Sedanagkan penelitian sekarang lebih berfokus pada berat

cairan infus karena pengukuran berdasarkan berat minimal yang didapat harus

dilakukanya penggantian cairan infus, sedangkan pada pemantauan berdasarkan

tetesan cairan infus bisa saja terjadi penyumbatan darah pada selang infus yang

dapat menyebabkan tetesan infuse berhenti sehingga peringatan notifikasi dikirim

walaupun cairan infus belum mencapai batas minimal penggantian cairan infus.

b. Penelitian oleh Rini Maharani dan Kawan-kawan

7

Penelitian yang dilakukan oleh Rini Maharani, Abdul Muid, Uray Ristian.

Dengan judul “Sistem Monitoring dan Peringatan Pada Volume Cairan Intravena

(Infus) Pasien Menggunakan Arduino Berbasis Website” pada tahun 2019

membahas mengenai peringatan cairan infus yang dapat memberikan informasi

dengan volume serta kecepatan tetesan cairan infus dan sensor akan memberikan

peringatan apabila kondisi volume cairan infus menunjukkan akan segera habis dan

apabila cairan infustidak menetes.

Perbedaan penelitian sebelumya dengan penelitian yang diakukan yaitu

penelitian Rini maharani dkk lebih berfokus pada pemantauan tetesan cairan infuse

yang menetes. Sedanagkan penelitian sekarang lebih berfokus pada berat cairan

infus karena pengukuran berdasarkan berat minimal yang didapat harus

dilakukanya penggantian cairan infus, sedangkan pada pemantauan berdasarkan

tetesan cairan infus bisa saja terjadi penyumbatan darah pada selang infus yang

dapat menyebabkan tetesan infuse berhenti sehingga peringatan notifikasi dikirim

walaupun cairan infus belum mencapai batas minimal penggantian cairan infus.

c. Penelitian Pipit Iriyanto

Penelitian yang dilakukan oleh Pipit Iriyanto yang berjudul “Rancang

Bangun Sistem Alarm Infus Otomatis Terpusat” pada tahun 2018. Penelitian ini

membahas tentang kondisi cairan infus pasien untuk dilakukan pergantian infus

ketika cairan sudah mencapai batas minimal. Pengecekan atau pemantauan infus

pada rumah sakit atau puskesmas masih dilakukan secara manual, perawat harus

melakukan pengecekan dengan berkeliling untuk mengetahui kondisi infus pasien.

Karena kondisi cairan infus pasien tidak boleh sampai kehabisan, karena jika hal

tersebut terjadi maka akan memberikan dampak negatif terhadap pasien tersebut.

Keterlambatan pergantian infus pasien dapat menyebabkan komplikasi seperti

darah akan naik ke selang infus, sehingga akan mengakibatkan darah membeku

pada selang. Hal tersebut akan menghambat aliran cairan infus yang akan masuk ke

dalam tubuh pasien. Dengan permasalahan ini, akan dibuat sebuah alat untuk

mengetahui kondisi infus dengan menggnakan sensor infrared untuk mendeteksi

level cairan infus.

Perbedaan penelitian sebelumya dengan penelitian yang diakukan yaitu

penelitian Pipit Iryanto lebih berfokus pada pemantauan tinggi dari cairan infuse.

8

Sedanagkan penelitian sekarang lebih berfokus pada berat cairan infus karena

pengukuran berdasarkan berat minimal yang didapat harus dilakukanya

penggantian cairan infus.

d. Penelitian Budi Rahmadya, dkk

Penelitian yang dilakukan oleh Budi Rahmadya, Mira Siska, Fajril akbar

yang berjudul “Efisiensi Sistem Kontrol Cairan Infus Pasien Rawat Inap” pada

tahun 2017 membahas tentang sistem kontrol cairan infus pada pasien. Dalam

pekerjaanya, keterbatasan waktu, jarak, antara ruang pasien dan ruang perawat serta

keterbatasan jumlah karyawan medis di rumah sakit atau puskesmas yang dapat

menyebabkan pasien terlambat ditanggulangi dalam pergantian infus.

Keterlambatan perawat dalam mengganti cairan infus pasien ketika habis dapat

membahayakan bagi pasien dengan terjadinya komplikasi yaitu darah pasien akan

naik ke selang infus sehingga terjadi pembekuan darah pada selang infus. Hal ini

menyebabkan tidak adanya cairan infus yang mengalir ke tubuh pasien akibat

tersumbat oleh darah. Dengan penelitian ini akan dirancang sebuah alat untuk

mengontrol sisa cairan dengan memanfaatkan teknologi sensor networks yaitu

ultrasonik HC-SR04 yang difungsikan untuk mendeteksi sisa cairan infus.

Perbedaan penelitian sebelumya dengan penelitian yang diakukan yaitu

penelitian Budi Rahmadya, dkk lebih berfokus pada pemantauan volume cairan

infuse yang menetes. Sedanagkan penelitian sekarang lebih berfokus pada berat

cairan infus karena pengukuran berdasarkan berat minimal yang didapat harus

dilakukanya penggantian cairan infus, sedangkan pada pemantauan berdasarkan

tetesan cairan infus bisa saja terjadi penyumbatan darah pada selang infus yang

dapat menyebabkan tetesan infuse berhenti sehingga peringatan notifikasi dikirim

walaupun cairan infus belum mencapai batas minimal penggantian cairan infus.

9

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya

Penulis Judul Penelitian Tahun Masalah Hasil

Septian Prasetyo Aji Alat Monitoring

Tetesan Infus

Menggunakan Web

Secara Online

Berbasis ESP8266

Dengan

Pemrograman

Arduino Uno[3]

2017 Perawat harus memantau

kondisi infus pasien satu

persatu, hal ini

menyebabkan tidak

efektifnya perawat dalam

pemantauan infus yang

harus dilakukan selama 24

jam. Akibat keterbatasan itu

kemungkinan kelalaian

petugas jaga sangat bisa

terjadi, terutama pada

pemantauan kondisi cairan

infus pasien.

Penelitian yang dilakukan dengan

menggunakan sensor IR obstacle

avoidance sebagai pendeteksi tetesan

infus dengan cara menghitung setiap

tetesan yang ada pada botol infus.

Peringatan habisnya atau tersendatnya

cairan infus ini dilihat melalui web

sehingga perawat harus sering

memantau monitor.

Rini Maharani, Abdul

Muid, Uray Ristian

Sistem Monitoring dan

Peringatan Pada

Volume Cairan

2017 Keterlambatan dalam

pergantian infus akan

membahayakan bagi pasien

Pada penelitian solusi yang dilakukan

untuk permasalahan yang ada yaitu

dengan dibuatnya alat untuk peringatan

10

Intravena (Infus) Pasien

Menggunakan Arduino

Berbasis Website[4]

seperti naiknya darah ke

selang infus dan darah

tersebut akan membeku

pada selang infus, sehingga

dapat menyumbat

kelancaran pada cairan

infus untuk dapat mengalir

ke tubuh pasien.

Pemantauan infus yang

dilakukan di setiap rumah

sakit sekarang ini masih

dilakukan dengan manual

oleh perawat yang bertugas,

hal ini tentu tidak efektif

karena tidak setiap saat

perawat yang bertugas

selalu stay di ruang rawat

pasien.

ketika infus akan habis atau tersumbat.

Alat ini dirancang menggunakan sensor

load cell untuk mengetahui sisa berat

pada cairan infus, LED dan photodioda

sebagai pendeteksi laju tetesan infus.

Untuk memonitoring alat tersebut

dengan mengguakan website sebagai

pemantauan perawat dalam memantau

kondisi infus pasien.

11

Pipit Iriyanto Rancang Bangun

Sistem Alarm Infus

Otomatis Terpusat[5]

2018 Pengecekan atau

pemantauan infus pada

rumah sakit atau puskesmas

masih dilakukan secara

manual, perawat harus

melakukan pengecekan

dengan bolak balik untuk

mengecek kondisi infus

pasien. Karen kondisi cairan

infus pasien tidak boleh

sampai kehabisan, karena

jika hal tersebut terjadi

makan akan memberikan

dampak negatif terhadap

pasien tersebut.

Keterlambatan pergantian

infus pasien dapat

menyebabkan komplikasi

seperti darah akan naik ke

Dalam penelitian ini akan dirancang

sebuah alat untuk alarm pemantauan

infus otomatis terpusat. Alat ini

dirancang dengan menggunakan sensor

Infrared untuk mengetahui level cairan

infus atau mendeteksi ketinggian cairan

infus dan modul NRF24L01 sebagai

media komunikasi nirkabel.

12

selang infus, sehingga akan

mengakibatkan darah

membeku pada selang. Hal

tersebut akan menghambat

aliran cairan infus yang

akan masuk ke dalam tubuh

pasien.

Budi Rahmadya, Mira

Siska, Fajril Akbar

Efisiensi Sistem

Kontrol Cairan Infus

Pasien Rawat Inap[6]

2017 Dalam pekerjaanya,

keterbatasan waktu, jarak,

antara ruang pasien dan

ruang perawat serta

keterbatasan jumlah

karyawan medis di rumah

sakit atau puskesmas yang

dapat menyebabkan pasien

terlambat ditanggulangi

dalam pergantian infus.

Keterlambatan perawat

dalam mengganti cairan

Penelitian ini dilakukan untuk

memberikan solusi pada sebuah masalah

agar perawat tidak terlambat dalam

menangani pasien, terutama dalam

menangani kondisi infus. Alat ini

menggunakan teknologi sensor

Ultrasonik HCSR04 yang difungsikan

untuk mendeteksi sisa cairan infus

13

infus pasien ketika habis

dapat membahayakan bagi

pasien dengan terjadinya

komplikasi yaitu darah

pasien akan naik ke selang

infus sehingga terjadi

pembekuan darah pada

selang infus. Hal ini

menyebabkan tidak adanya

cairan infus yang mengalir

ke tubuh pasien akibat

tersumbat oleh darah.

14

2.2 Dasar Teori

2.2.1 Sistem Monitoring

Sistem monitoring merupakan suatu sistem yang digunakan untuk

pengumpulan, peninjauan ulang, laporan atau tindakan atas informasi suatu

proses yang sedang diimplementasikan dengan sebuah alat pemantauan untuk

dapat diketahui hasil kerja alatnya melalui monitoring ini. Sistem monitoring

yaitu suatu sistem yang dapat memantau suatu alat yang sedang menjalankan

fungsinya untuk mengeluarkan informasi yang dapat di operasikan atau

dipantau oleh sistem monitoring agar diketahui hasilnya melalui notifikasi di

aplikasi android. Menurut Soekartawi (1995), monitoring lebih cenderung

bersifat “pengawasan”, yaitu melakukan kegiatan pengawasan terhadap

jalannya proyek[7]. Monitoring bertujuan sebagai umpan balik atau suatu

proses yang sedang berjalan untuk mengetahui suatu kerja yang berlangsung

agar mengetahui proses nya berjalan dengan baik atau tidak.

2.2.2 Infus

Infus merupakan cairan obat yang di proses untuk dapat masuk ke dalam

tubuh pasien sebagai pengganti cairan elektrolit tubuh yang hilang dalam

jumlah tertentu melalui jalur intravena yang dipasang di bagian tertentu

pasien pada kondisi tertentu[8]. Penggunaan atau pemasangan infus

membutuhkan penanganan oleh dokter serta pemantauan yang dilakukan

secara berkala oleh perawat untuk mengetahui kondisi infus pasien agar tidak

terjadi sesuatu hal yang tidak di ingin kan. Peran perawat dalam memenuhi

kebutuhan cairan infus pada pasien sangatlah penting karena untuk membantu

pasien dalam memberikan asupan-asupan sebab biasanya orang sakit

memang tidak memiliki selera untuk makan. Cairan yang dibutuhkan oleh

orang dewasa dan anak-anak tentunya berbeda, karena orang dewasa lebih

banyak membutuhkan cairan dibandingkan anak-anak. Tetesaan cairan infus

untuk orang dewasa biasanya membutuhkan 20 tetes per menit sedangkan

untuk anak-anak hanya membutuhkan 15 tetes per menit.

Untuk analisa hasil pengukuran, terlebih dahulu menggunakan rumus

(Ninie Purnamasari 2011), sebagai berikut[7] :

15

1. Rumus menghitung tetesan infus Ukuran macro 20 tetesan per menit

𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 × 20 = 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑖𝑛𝑓𝑢𝑠 ×60

2. Rumus menghitung lama infus

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 × 20 𝑡𝑒𝑡𝑒𝑠𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 × 60

Syarat-syarat infus yaitu[9]:

a. Aman, tidak boleh menyebabkan iritasi jaringan dan efek toksis

b. Jernih, berarti tidak ada partikel padat

c. Tidak berwarna, kecuali obatnya memang berwarna

d. Sedapat mungkin isohidris, pH larutan sama dengan darah dan cairan

tubuh lain yakni 7,4.

e. Sedapat mungkin isotonis, artinya mempunyai tekanan osmosis yang

sama dengan darah atau cairan tubuh yang lain tekanan osmosis cairan

tubuh seperti darah, air mata, cairan lumbai dengan tekanan osmosis

larutan NaCl 0,9 %

f. Harus steril, suatu bahan dinyatakan steril bila sama sekali bebas dari

mikroorganisme hidup dan patogen maupun non patogen, baik dalam

bentuk vegetatif maupun dalam bentuk tidak vegetatif (spora).

g. Bebas pirogen, karena cairan yang mengandung pirogen dapat

menimbulkan demam. Menurut Co Tui, pirogen adalah senyawa

kompleks polisakarida dimana mengandung radikal yang ada unsur N,

dan P. Selama radikal masih terikat, selama itu dapat menimbulkan

demam dan pirogen bersifat termostabil.

16

Gambar 2. 1 Infuse Set

2.2.3 Sensor Load Cell

Sensor load cell merupakan sensor yang dirancang untuk mendeteksi

berat sebuah beban. Apabila sensor Load cell diberikan sebuah beban maka

nilai resistansi di strain gauge akan berubah[10]. Sensor load cell digunakan

dalam sebuah penelitian ini untuk mengukur sisa berat cairan infus, dimana

ketika berat infus sudah mencapai berat yang sudah ditentukan maka akan

ada notifikasi pada smartphone perawat bahwa cairan infus harus segera

diganti. Tujuan menggunakan sensor ini agar perawat tidak harus berkeliling

dalam memantau kondisi infus. Sensor load cell ini bekerja sebagai

pendeteksi berat cairan infus pada saat itu untuk dilakukan pergantian dalam

waktu tertentu ketika berat cairan sudah mencapai batas akan habis.

Gambar 2. 2 Sensor Load Cell

17

Berikut spesifikasi Sensor Load cell :

Tabel 2. 2 Spesifikasi Sensor Load Cell

Spesifikasi

1. Kapasitas 3 Kg

2. Bekerja pada tegangan rendah 5-10 VDC

atau 5-10 VAC

3. Ukuran sensor kecil dan praktis

4. Input atau output resistansi rendah

5. Nonlinearitas 0.05%

6. Range temperatur kerja -10oC sampai

+50oC

2.2.4 Android (mobile)

Android adalah sebuah perangkat sistem operasi untuk mobile yang

berbasis linux. Android menyediakan platform bagi siapa saja yang ingin

mengembangkan aplikasi melalui android ini[11]. Android sudah banyak

digunakan oleh siapa pun dalam perkembangan sistem operasi nya yang

semakin maju dan android banyak di minati, peningkatan pengguna android

semakin banyak karena mudah digunakan.

Gambar 2. 3 Mobile Android

18

Kelebihan android[12] :

a. Switching dan multitasking yang lebih baik Android sangat mendukung

multitasking aplikasi, kini hal tersebut kembali ditingkatkan.

b. Kapasitas yang lebih baik untuk beragam widget kapabilitas terhadap

beragam widget dijanjikan bakal makin memanjakan para

penggunanya.

c. Peningkatan kemampuan copy-paste Beberapa seri Android terdahulu

memang sudah bisa melakukan copy-paste, namun beberapa pengguna

masalah pemilihan teks yang agak sulit.

2.2.5 Modul Node Mcu ESP8266

NodeMCU merupakan sebuah open source platform IoT dan

pengembangan kit yang menggunakan bahasa pemrograman Lua untuk

membantu dalam membuat prototype produk IoT atau bisa dengan memakai

sketch dengan adruino IDE. Pengembangan kit ini didasarkan pada modul

ESP8266, yang mengintegrasikan GPIO, PWM (Pulse Width Modulation),

IIC, 1-Wire dan ADC (Analog to Digital Converter) semua dalam satu board.

NodeMCU berukuran panjang 4.83cm.

Kemudahan akses, artinya para pengguna dalam satu area dapat mengakses

internet secara bersamaan tanpa perlu direpotkan dengan kabel. Pengguna

yang ingin melakukan surfing atau browsing berita dan informasi di internet,

cukup membawa laptop atau ponsel berkemampuan wi-Fi ke tempat dimana

terdapat access point atau hotspot. Perangkat ini lebih detail dan boardnya

lebih nyaman untuk digunakan. Modul NodeMCU ESP8266-12E WiFi

dikembangkan oleh Ai-thinker Team[13]. Pengembangan Kit Nodemcu ini

didasarkan pada modul ESP8266, yang mengintegrasikan GPIO, PWM

(Pulse Width Modulation), IIC , 1-Wire dan ADC (Analog to Digital

Converter) semua dalam satu board, pin diagram NodeMCU ESP8266

ditunjukkan pada gambar berikut

19

Gambar 2.4 Pin Diagram Node Mcu

1. Board ini berbasis ESP8266 Serial WiFi SoC (Single on Chip) dengan

onboard USB to TTL. Untuk Wireless standar yang digunakan adalah IEEE

802.11 b/g/n.

2. Tantalum capasitor 100 micro farad dan yang kecil 10 micro farad.

3. 3,3 v LDO regulator.

4. Cp2102 usb to UART bridge.

5. Kemudian tombol reset, lalu port usb, dan terdapat tombol flash.

6. Terdapat 9 GPIO yang di dalamnya ada 3 pin PWM, 1 x ADC Channel, dan

pin RX TX.

7. Pin seberangnya terdapat AD0 sebagai analog sample.

8. Pin ground.

9. S3 dan S2 sebagai pin GPIO.

10. S1 MOSI (Master Output Slave Input) yaitu jalur data dari master dan

masuk ke dalam slave, sc cmd/cs.

11. S0 MOSI (Master Output Slave Input) yaitu jalur data keluar dari slave dan

masuk ke dalam master.

20

12. Sk yang merupakan SCLK dari master ke slave yang berfungsi sebagai

cloc.

13. Pin Vin sebagai masukan tegangan.

14. GPIO dapa full kontrol lewat jaringn wifi.

15. GPIO dengan arus keluaran.

Gambar 2. 5 Modul Node Mcu

2.2.6 Modul HX711

Modul HX711 ini merupakan sebuah komponen yang berfungsi untuk

mengkonversi sinyal analog ke digital (ADC) dimana prinsip kerjanya yaitu

mengkonversi tegangan yang terukur dalam perubahan resistansi ke dalam

besaran tegangan melalui rangkaian yang ada[14]. Modul HX711 ini

memiliki kepresisian 24-bit analog to digital converter (ADC) yang didesain

untuk sensor timbangan digital dan aplikasi industrial control yang terkoneksi

dengan sensor jembatan atau sensor model jembatan wheatstone[15].

Gambar 2. 6 Modul HX711

21

Tabel 2. 3 Spesifikasi Modul HX711

Mikrokontroller

Dua kanal ADC (dapat digunakan

untuk 2 load cell) dengan keluaran

TTL (serial tersinkronisasi, DI dan

SCK).

Tegangan opersional 5 Volt DC

Tegangan masukan diferensial

±40 mV pada skala penuh

Akurasi data 24 bit (24-bit ADC)

Frekuensi pembacaan (refresh

rate) 80Hz

Konsumsi arus kurang dari 10 mA

Ukuran: 38 x 21 mm dengan berat

20 gram

2.2.7 Metode Prototipe

Dibuatnya sebuah Prototyping bagi pengembang sistem bertujuan untuk

mengumpulkan informasi dari pengguna sehingga pengguna dapat

berinteraksi dengan model prototype yang dikembangkan, sebab prototype

menggambarkan versi awal dari sistem untuk kelanjutan sistem

sesungguhnya yang lebih besar. Ogedebe (2012), menegaskan: Telah

ditemukan bahwa dalam analisis dan desain sistem, terutama untuk proses

transaksi, di mana dialog yang ditampilkan lebih mudah difahami. Semakin

besar interaksi antara komputer dan pengguna, besar pula manfaat yang

diperoleh ketika proses pengembangan sistem informasi akan lebih cepat dan

membuat pengguna akan lebih interaktif dalam proses

pengembangannya[16].

2.2.8 Baterai Accu

Baterai adalah alat listrik kimiawi yang menyimpan energi, dan

mengeluarkan tenaga nya dalam bentuk listrik. Sebuah baterai biasanya

terdiri dari tiga komponen penting, yaitu :

1. Batang karbon sebagai anode (kutub positif baterai)

2. Seng (Zn) sebagai katode (kutub negatif baterai)

3. Pasta sebagai elektrolit (penghantar)

22

Baterai ada yang berbentuk tabung atau kotak. Ada juga yang dinamakan

rechargeable battery, yaitu baterai yang dapat diisi ulang, seperti yang biasa

terdapat pada telepon genggam. Baterai sekali pakai disebut juga baterai

primer, sedangkan baterai isi ulang disebut baterai sekunder. Baterai primer

maupun baterai sekunder keduanya dapat mengubah energi kimia menjadi

energi listrik. Baterai primer yang mampu digunakan satu kali, karena

menggunakan reaksi kimia yang tidak bisa dibalik (irreversible reaction).

Sedangkan baterai sekunder dapat diisi ulang karena reaksi kimia nya bisa

dibalik (reversible reaction)[7].

Baterai yang digunakan saat ini untuk monitoring cairan infus yang

menggunakan baterai sekunder, baterai ini biasanya memiliki tegangan sebesar

12 volt. Terdapat bermacam-macam metode charging yang bisa digunakan

untuk rangkaian charging. Metode tersebut berbeda dalam cara pemberian

energi listrik dari catu daya ke accumulator atau batterai. Metode-metode

tersebut listrik dari catu daya ke accumulator atau batterai. Metode-metode

tersebut diantaranya adalah sebagai berikut[17]:

a. Constant voltage Pada dasarnya adalah berupa DC power supply biasa.

Terdiri dari transformator step down dengan rangkaian penyearah untuk

memberikan tegangan DC yang digunakan untuk mengisi batteray.

Metode seperti ini sering digunakan pada pengisi daya pada aki mobil

murah. Selain itu, batteray Lithium-Ion juga menggunakan metode

constant voltage walaupun sering ditambahkan rangkaian yang kompleks

untuk melindungi batteray dan penggunanya.

b. Constant current Metode constant current memvariasikan nilai tegangan

sehingga didapatkan besarnya arus yang konstan. Metode ini biasanya

digunakan untuk mengisi daya pada nikel-cadmiun dan nikelmetal hibrida

atau biasa disebut baterai.

23

Gambar 2. 7 Baterai 12 Volt

2.2.9 Kodular

Kodular merupakan lingkungan pemograman visual dan intuitif yang

dapat di akses secara gratis oleh semua orang untuk membuat aplikasi yang

dapat berfungsi penuh pada smartphone. Bentuk program yang berbasis blok

membuatnya mudah dalam membangun aplikasi yang kompleks dan juga

mempersingkat waktu pembuatan dibandingkan dengan lingkungan

pemograman tradisional. Dalam proses perancangan aplikasi android di

Kodular dilakukan secara online.

Gambar 2. 8 Kodular

2.2.10 QoS (Quality of Service)

QoS adalah teknologi yang diterapkan dalam jaringan komputer untuk

memberikan layanan yang optimal dan adil bagi para pengguna jaringan

komputer. QoS memungkinkan administrator jaringan untuk dapat

menangani berbagai efek akibat terjadinya kemacetan (congestion) pada lalu

lintas aliran paket di dalam jaringan (Tri, 2001). Parameter QoS adalah

delay/latency, jitter, packet loss, throughput, MOS, echo cancellation dan

24

PDD. QoS memberikan jaminan layanan yang baik dengan menyediakan

bandwith untuk mengatasi setiap parameter pada QoS tersebut. Dalam usaha

menjaga dan meningkatkan nilai QoS, dibutuhkan teknik untuk menyediakan

utilitas jaringan, yaitu dengan mengklasifikasikan dan memprioritaskan

setiap informasi sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Adapun

parameter-parameter pada QoS sebagai acuan untuk penilaian kualitas

jaringan dikatakan baik adalah sebagai berikut[18] :

1. Throughput

Yaitu kecepatan (rate) transfer data efektif, yang diukur dalam bps.

Throughput merupakan jumlah total kedatangan paket yang sukses yang

diamati pada tujuan selama interval waktu tertentu dibagi oleh durasi

interval waktu tersebut. Persamaan perhitungan throughput :

Throughput = 𝑃𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛

Kategori Throughput Throughput Indeks

Sangat Bagus 100% 4

Bagus 75% 3

Sedang 50% 2

Jelek <25% 1

2. Delay

Adalah waktu yang dibutuhkan data untuk menempuh jarak dari asal

ketujuan. Delay dapat dipengaruhi oleh jarak, media fisik, kongestiatau juga

waktu proses yang lama. Menurut versi TIPHON (Joesman 2008), besarnya

delay dapat diklasifikasikan dan Persamaan perhitungan delay sebagai

berikut :

Delay rata-rata = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

Kategori Delay Besar Delay Indeks

Sangat Bagus >150ms 4

Bagus 150-300ms 3

Sedang 300-450ms 2

3. Jitter (Variasi Kedatangan paket)

25

Jitter lazimnya disebut variasi delay. Terdapat empat kategori

penurunan performansi jaringan berdasarkan nilai peak jitter sesuai dengan

versi TIPHON (Joesman 2008), persamaan perhitungan jitter yaitu :

Delay rata-rata = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑒𝑙𝑎𝑦

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑎𝑘𝑒𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎

Total variasi delay diperoleh dari :

Total variasi delay = Delay - Rata-rata Delay

Kategori Delay Besar Delay Indeks

Sangat Bagus 0 ms 4

Bagus 0 s/d 75 ms 3

Sedang 75 s/d 125 ms 2

Jelek 75 s/d 225 ms 1

4. Packet Loss

Packet loss merupakan persentase hilangnya paket saat pengiriman data.

Nilai packet loss sesuai dengan versi TIPHON (Joesman 2008) sebagai

berikut :

Kategori Delay Besar Delay Indeks

Sangat Bagus 0% 4

Bagus 3% 3

Sedang 15% 2

Jelek 25% 1

2.2.11 Firebase Realtime Database

Firebase adalah Google Cloud Messaging (GCM) merupakan layanan

komunikasi push cloud to device, sejak terintegrasi dengan Firebase berubah

namanya menjadi Firebase Cloud Messaging (FCM) biasa disebut Firebase.

Data disimpan dalam format JSON dan disinkronkan secara realtime ke setiap

klien yang terhubung. Ketika membangun aplikasi hybrid lintas platform,

seperti Android dan iOS maka semua klien berbagi satu instance Realtime

Database dan secara otomatis menerima pembaruan dengan data tertentu.

Firebase Realtime Database adalah basis data NoSQL dan karena itu memiliki

optimalisasi dan fungsionalitas yang berbeda dibandingkan dengan basis data

relasional. Membuat database Firebase bisa melalui import file JSON ke

26

konsol Firebase, atau dapat juga dibuat langsung melalui halaman konsol

Realtime Database secara manual[19].

Gambar 2. 9 Firebase Realtime

2.2.12 Wireshark

Wireshark adalah penganalisa paket jaringan. Penganalisa paket jaringan

akan mencoba untuk menangkap paket dan mencoba untuk menampilkan data

paket sedetail mungkin. Umumnya penggunaan Wireshark oleh administrator

jaringan komputer untuk memecahkan masalah jaringan, memeriksa masalah

keamanan jaringan, dan sebagian pengembang untuk debug implementasi

protokol jaringan dan belajar internal protokol jaringan[20].

Gambar 2. 10 Wireshark