bab ii tinjauan pustaka 2.1. penelitian sebelumnya

22
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya Pada penelitian ini studi literatur merupakan kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan pencarian terhadap berbagai sumber tertulis, baik berupa jurnal, buku, majalah, artikel, atau dokumen yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut : 1. Evaluasi Tata Kelola Sistem Informasi Akademik Berbasis COBIT 5 di Universitas Pendidikan Ganesha (Lanang, Aditya, Benyamin, & Irya : 2015) Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kematangan tata kelola teknologi informasi (TI) dalam penerapan layanan sistem informasi akademik (SIAK) di Universitas Pendidikan Ganesha. Metode yang digunakan adalah metode campuran kuantitatif dan kualitatif menggunakan instrumen kuesioner, wawancara, dan studi dokumen. Fokus penelitian ini pada beberapa domain COBIT 5 meliputi EDM4, APO7, dan BAI4. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kematangan tata kelola teknologi informasi dalam layanan sistem informasi akademik di Universitas Pendidikan Ganesha adalah 2,79 berada dalam tingkat 3 yang bermakna bahwa pengelolaan teknologi informasi dilakukan secara established. Kekurangan pada penelitian ini adalah belum melakukan evaluasi tata kelola TI dalam layanan SIAK Undiksha dengan COBIT 5 domain yang berbeda [2]. 2. Desain Tata Kelola Sampah Menuju Smart City Menggunakan Paradigma Model Prototype Berbasis Green Technology (Tri Suswanto Saptadi, Ferdinandus Sampe, Phie Chyan: 2019) Penelitian ini bertujuan untuk memberikan evaluasi dalam meningkatkan pelayanan melalui kontribusi Teknologi Informasi (TI) dengan membuat tata kelola sampah dalam rangka Kota Makassar menuju smart city. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan paradigma model prototype berbasis green technology.

Upload: others

Post on 12-Apr-2022

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Sebelumnya

Pada penelitian ini studi literatur merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti untuk melakukan pencarian terhadap berbagai sumber tertulis, baik berupa

jurnal, buku, majalah, artikel, atau dokumen yang relevan dengan permasalahan

yang dikaji. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut :

1. Evaluasi Tata Kelola Sistem Informasi Akademik Berbasis COBIT 5 di

Universitas Pendidikan Ganesha (Lanang, Aditya, Benyamin, & Irya :

2015)

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kematangan tata

kelola teknologi informasi (TI) dalam penerapan layanan sistem informasi

akademik (SIAK) di Universitas Pendidikan Ganesha.

Metode yang digunakan adalah metode campuran kuantitatif dan

kualitatif menggunakan instrumen kuesioner, wawancara, dan studi dokumen.

Fokus penelitian ini pada beberapa domain COBIT 5 meliputi EDM4, APO7,

dan BAI4.

Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kematangan tata kelola

teknologi informasi dalam layanan sistem informasi akademik di Universitas

Pendidikan Ganesha adalah 2,79 berada dalam tingkat 3 yang bermakna

bahwa pengelolaan teknologi informasi dilakukan secara established.

Kekurangan pada penelitian ini adalah belum melakukan evaluasi tata kelola

TI dalam layanan SIAK Undiksha dengan COBIT 5 domain yang berbeda [2].

2. Desain Tata Kelola Sampah Menuju Smart City Menggunakan Paradigma

Model Prototype Berbasis Green Technology (Tri Suswanto Saptadi,

Ferdinandus Sampe, Phie Chyan: 2019)

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan evaluasi dalam

meningkatkan pelayanan melalui kontribusi Teknologi Informasi (TI) dengan

membuat tata kelola sampah dalam rangka Kota Makassar menuju smart city.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan paradigma model prototype berbasis green technology.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

6

Paradigma model prototype memiliki lima tahap yaitu communication, quick

plan, modeling quick design, construction of prototype, dan deployment

delivery and feedback [3].

3. Rancang Bangun Aplikasi Pemesanan Air Bersih Berbasis Android

Dengan Menggunakan Model Prototype (Mariano Do Rosario Pinto,

Wahyu Widodo, Andy Rachman: 2020)

Penelitian ini memiliki focus untuk melakukan rancang bangun

aplikasi untuk memesan air bersih dengan menggunakan android. Aplikasi

yang dibuat bertujuan agar user/pengguna dari kabupaten Timor Tengah

Selatan (TTS) provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk dapat membeli

produk air bersih.

Metode yang digunakan yaitu model prototype, dipilihnya metode

tersebut dikarenakan model prototype menjadikan pengguna turut untuk ikut

serta dalam pembuatan aplikasi. Pengguna ikut serta dalam pembuatan

aplikasi dengan cara memberikan keterangan keterangan yang dibutuhkan

dalam aplikasi yang dibuat sehingga dapat sesuai dengan keinginan dari

pengguna [4].

4. Pengembangan Aplikasi Web Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dengan

Model Prototyping (Erfina Latuconsina, Bayu Priyambadha, Herman

Tolle: 2019)

Penelitian ini berfokus untuk melakukan pengembangan aplikasi

website untuk mengelola alokasi dana desa. Hal tersebut bertujuan

mempermudah proses pengawasan penggunaan alokasi dana desa dikarenakan

semua laporan keuangan, laporan pemakaian dana dan kegiatan desa akan

diinputkan ke website dan dapat langsung dicek oleh pengawas keuangan.

Metode yang digunakan dalam pembangunan website pengelolaan

alokasi dana desa yaitu model prototyping. Manfaat menggunakan

prototyping maka dapat dilihat bagaimana rancangan tampilan dari sistem

perangkat lunak yang akan dibuat dan menemukan solusi untuk permasalahan

sistem [5].

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

7

5. Mapping IT Governance to Software Development Process : From COBIT

5 to GI-Tropos GI-Tropos (Vu H A Nguyen, Manuel Kolp, Yves Wautelet,

& Samedi Heng : 2018)

Penelitian ini menyajikan tentang memetakan prinsip prinsip tata kelola

TI dari kerangka kerja COBIT 5 kepada perangkat lunak yang didorong oleh

persyaratan persyaratan seperti GI Tropos mengusulkan tata kelola dan

manajemen aturan untuk pengembangan perangkat lunak.

Pada penelitian ini menggunakan metode EDM (Evaluate, Direct, and

Monitoring), perbedaannya dengan penelitian ini adalah metode yang

digunakan yakni dengan menggunakan metode DSS dengan COBIT 2019 [6].

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

8

Tabel 2. 1 Penelitian Sebelumnya

KATEGORI

PENELITIAN SEBELUMNYA

Noor Maya

(2020)

Lanang,

Raditya,

Benyamin &

Irya

2015

Tri Suswanto Saptadi,

Ferdinandus Sampe,

Phie Chyan

2019

Mariano Do

Rosario Pinto,

Wahyu Widodo,

Andy Rachman

2020

Erfina

Latuconsina,

Bayu

Priyambadha,

Herman Tolle

2019

Nguyen, Manuel,

Yves, & Samedi

2018

Judul

Evaluasi tata

kelola teknologi

informasi dengan

framework

COBIT 5 di

kementerian

esdm

(studi kasus pada

pusat data dan

teknologi

informasi esdm)

Desain Tata Kelola

Sampah Menuju

Smart City

Menggunakan

Paradigma Model

Prototype Berbasis

Green Technology

(studi kasus pada

pusat data dan

teknologi informasi

kota Makassar)

Rancang Bangun

Aplikasi

Pemesanan Air

Bersih Berbasis

Android Dengan

Menggunakan

Model Prototype

(studi kasus pusat

data dan teknologi

informasi

kabupaten TTS)

Pengembangan

Aplikasi Web

Pengelolaan

Alokasi Dana

Desa Dengan

Model

Prototyping

Mapping IT

Governance to

Software

Development

Process : From

COBIT 5 to GI-

Tropos GI-Tropos

Implementasi

sistem penilaian

kapabilitas tata

kelola TI

berbasis

framework

COBIT 2019

menggunakan

metode

prototyping

Metode

COBIT 5

domain EDM4,

APO7, dan BAI4

Model Prototype Model Prototype Model

Prototyping

COBIT 5 dengan

domain EDM

COBIT 2019

dengan domain

BAI

Objek

Penelitian

Sistem informasi

akademik di

Universitas

Pendidikan

Ganesha

Sistem informasi di

Kota Makassar

Sistem informasi di

Kabupaten Timor

tengah Selatan

(TTS)

Sistem informasi

alokasi dana desa

Memetakan tata

kelola TI &

kendala perangkat

lunak

Tata Kelola TI

di IT Telkom

Purwokerto

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

9

Tabel 2.1 ini merupakan rangkuman dari data jurnal yang telah dijelaskan di

atas sebagai referensi. Informasi tersebut disajikan dalam bentuk tabel agar dapat

mempermudah dalam membaca dan menggali informasi lebih dalam mengenai

penelitian ini.

2.2 Landasan Teori

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai beberapa teori yang relevan dengan

pembuatan makalah, sebagai berikut :

2.2.1 Metode Prototyping

Prototype adalah versi awal dari sistem perangkat lunak yang digunakan

untuk menunjukkan konsep, coba opsi desain, dan cari tahu lebih lanjut tentang

masalah dan kemungkinannya solusi. Pengembangan prototype yang cepat dan

iteratif sangat penting sehingga membutuhkan pengendalian biaya dan pemangku

kepentingan sistem dapat bereksperimen dengan prototype di awal proses perangkat

lunak.

Gambar 2. 1 Metode Prototyping

Gambar 2.1 menjelaskan bahwa metode prototyping dibagi menjadi tiga yaitu

dimulai dengan mendengarkan kebutuhan dan masukan dari pengguna kemudian

membangun perancangan sistem (mockup) lalu yang terakhir akan ada pengujian

sistem oleh pengguna, penjelasan lebih lengkap sebagai berikut:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

10

1. Listen to customer paradigma prototyping dimulai dengan pengumpulan

persyaratan. Pengembang dan pelanggan bertemu dan menentukan tujuan

keseluruhan untuk perangkat lunak, mengidentifikasi persyaratan apapun

yang diketahui, dan garis besar area di mana definisi lebih lanjut wajib.

2. Build or revise mockup, "desain cepat" kemudian terjadi. Desain cepat

berfokus pada representasi aspek-aspek perangkat lunak yang akan terlihat

oleh pelanggan

3. Customer test drive mockup, mockup yang sudah dibangun pengembang

kemudian dilakukan proses kroscek oleh pelanggan apakah sistem sudah

mencakup batasan persyaratan yang sudah ditentukan di awal [7].

2.2.2 Pengertian Sistem

Sistem merupakan suatu jaringan kerja dari prosedur yang saling

berhubungan untuk melakukan suatu kegiatan menyelesaikan suatu sasaran

tertentu. Sistem juga dapat dikatakan sebagai seperangkat komponen yang saling

berhubungan dan saling bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan, terdiri dari

unsur-unsur dan masukan (input), pengolahan (process), serta keluaran (output).

Jika dalam sebuah sistem terdapat elemen yang tidak memberikan manfaat dalam

mencapai tujuan yang sama, maka elemen tersebut dapat dipastikan bukan bagian

dari sistem [8][9].

2.2.3 IT Governance

IT Governance merupakan istilah yang menguraikan bagaimana suatu

organisasi mengendalikan dan mengurus sumber daya TI dengan

mempertimbangkan TI dalam pengawasan, monitoring, kendali, dan petunjuk

terhadap sumber daya TI dan bagaimana TI diterapkan di dalam entitas yang akan

mempunyai suatu dampak yang besar terhadap pencapaian visi, misi, dan tujuan

strategis suatu organisasi. Menurut ISACA (2000) , IT Governance adalah struktur

yang terbentuk, hubungan dan proses untuk mengarahkan dan mengendalikan

organisasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan cara menambahkan

nilai melalui penyeimbangan antara resiko dan hasil pada TI dan prosesnya [6].

2.2.4 Tata Kelola Teknologi Informasi

Dijelaskan bahwa Tata kelola TI merupakan bagian dari pengelolaan

perusahaan secara keseluruhan yang terdiri dari kepemimpinan dan struktur

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

11

organisasi dari proses yang ada untuk memastikan kelanjutan organisasi dan

pengembangan strategi serta tujuan organisasi. Tata kelola perusahaan merupakan

juga dapat dikatakan sebagai sistem yang mengarahkan dan mengendalikan entitas-

entitas pada suatu perusahaan. Berdasarkan definisi tata kelola TI dari IT

Governance Institute (ITGI) dikemukakan bahwa tata kelola teknologi informasi

adalah tanggung jawab dari dewan direksi dan manajemen eksekutif, oleh

karenanya tata kelola teknologi informasi harus merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari tata kelola perusahaan.

Ketergantungan bisnis akan suatu teknologi informasi telah membuatnya

tidak dapat menyelesaikan isu tata kelola perusahaan tanpa adanya pertimbangan

terhadap teknologi informasi. Sebagai gantinya teknologi informasi dapat

mempengaruhi peluang strategi dan menghasilkan kritik atas perencanaan strategis

yang telah dibuat [10].

Tata kelola teknologi informasi memiliki beberapa tools, salah satunya adalah

COBIT. Control Objective for Information and Related Technology atau yang lebih

dikenal dengan COBIT merupakan suatu panduan standar praktik manajemen

teknologi informasi. Standar COBIT dikeluarkan oleh IT Governance Institute

(ITGI) yang merupakan bagian dari ISACA. Berdasarkan permasalahan yang

dihadapi, penelitian akan berfokus kepada domain BAI (Build, Acquire and Asses)

[11].

Pengelolaan TI yang baik akan menjamin efisiensi dan pencapaian kualitas

layanan yang baik bagi tujuan organisasi. Dengan adanya tata kelola TI di sebuah

organisasi maka diharapkan dapat menjamin bahwa semua kegiatan bidang TI

memang ditujukan untuk mendukung tercapainya tujuan dari organisasi tersebut

[12].

2.2.5 Pengertian COBIT

Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT) telah

menjadi standar global untuk IT Governance, dibuat oleh ISACA dan ITGI pada

tahun 1996 [8]. COBIT pertama kali dirilis pada tahun 1996 yaitu COBIT versi 1.

Pada tahun 1998, versi 2 dirilis dengan penambahan Management Guidelines. Pada

tahun 2000, versi 3 dirilis. Pada bulan Desember tahun 2005, versi 3 dirilis dan pada

bulan Mei tahun 2007, versi 4.1 yang merupakan revisi dirilis. COBIT 5 dirilis pada

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

12

bulan Juni tahun 2012. COBIT 2019 ini merupakan COBIT terbaru yang telah

dirilis pada bulan April tahun 2019. COBIT sendiri adalah kerangka IT Governance

yang ditujukan kepada manajemen, staf pelayanan TI, control departement, fungsi

audit dan lebih penting lagi bagi 7 pemilik proses bisnis (business process owners),

untuk memastikan confidentiality, integrity dan availability data serta informasi

sensitif dan kritikal [13].

COBIT (Control Objective for information related Technology)

mengintegrasikan praktik-praktik yang baik dalam mengelola teknologi Informasi

(TI) dan menyediakan kerangka kerja untuk tata kelola TI yang dapat membantu

pemahaman dan pengelolaan dan pengelola risiko serta memperoleh keuntungan

terkait dengan TI. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan COBIT.

a. Penyelarasan yang lebih baik, berdasarkan pada fokus bisnis.

b. Dapat dipahami oleh manajemen tentang hal yang dilakukan TI.

c. Tanggung jawab dan kepemilikan yang jelas didasari orientasi proses.

d. Dapat diterima secara umum di antara pihak ketiga dan pembuat aturan.

e. Berbagi pemahaman antara pihak yang berkepentingan, didasarkan pada

sebuah bahasa yang sama.

f. Pemenuhan kebutuhan sebagai pelengkap COSO (Committee of

Sponsoring Organisations of the Treadway Commission) untuk

lingkungan kendali TI [14].

2.2.6 Framework

Saat ini penggunaan framework pada implementasi tata kelola organisasi atau

instansi dibutuhkan dalam mencapai tujuan, beberapa framework yang biasa

digunakan dalam implement tata kelola seperti ISO 27000, COBIT (Control

Objectives for Information and Related Technology), ITIL (Information

Technology Infrastructure Library), dan masih ada framework lainnya yang biasa

digunakan dalam mengelola sebuah organisasi atau perusahaan. Pemilihan

framework yang tepat untuk penyelesaian suatu permasalahan merupakan salah satu

faktor utama dalam peningkatan kinerja layanan TI dalam suatu organisasi maupun

instansi.

Framework COBIT dipilih dikarenakan COBIT memiliki cakupan tata kelola

yang lebih luas dibandingkan dengan framework yang lain. Pemilihan kerangka

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

13

kerja COBIT tidak hanya cakupan yang luas namun juga disebabkan oleh beberapa

faktor lain yang menjadi keunggulannya dibanding dengan framework yang lain

yaitu

a. memiliki konsep searah dengan pengelolaan perusahaan

b. mempunyai definisi yang cukup, rinci, dan terarah untuk pengelolaan

sebuah perusahaan

c. mempunyai konsep keterkaitan kausal yang erat, sehingga lebih mudah

untuk mengarahkan perusahaan dari sasaran teknis ke strategis dan

sebaliknya serta mampu menelusuri masalah dari lingkup yang besar ke

lingkup yang kecil [15].

2.2.7 Audit

Audit sistem informasi (SI) dan teknologi informasi (TI) merupakan suatu

proses pengumpulan dan evaluasi bukti untuk menentukan apakah sistem informasi

dapat melindungi aset dan teknologi informasi yang ada telah memelihara integritas

data sehingga keduanya dapat berfokus pada pencapaian tujuan bisnis yang efektif

dengan menggunakan sumber daya secara efektif serta efisien. Karena itu, aktivitas

audit perlu dilakukan dalam mengukur dan memastikan kesesuaian pengelolaan

baik sistem maupun teknologi informasi dengan standar yang berlaku pada suatu

organisasi atau perusahaan, sehingga perbaikan dapat dilakukan dengan lebih

berfokus kepada rangka perbaikan yang berkelanjutan. Audit teknologi informasi

merupakan salah satu bentuk audit operasional, namun saat ini audit teknologi

informasi sudah dikenal sebagai satuan jenis audit tersendiri yang memiliki tujuan

utama untuk dapat meningkatkan tata kelola IT.

Beberapa alasan penting mengapa audit SI/TI perlu dilakukan, antara lain

adalah karena:

1. Kerugian Akibat Kehilangan Data

2. Kesalahan dalam Pengambilan Keputusan

3. Risiko Kebocoran Data

4. Penyalahgunaan Komputer

5. Kerugian Akibat Kesalahan Proses Perhitungan

6. Tingginya Nilai Investasi Perangkat Keras dan Perangkat Lunak.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

14

Auditing adalah suatu proses evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem,

proses, atau produk. Tahap auditing diterapkan guna menghilangkan segala keragu

raguan yang ada pada suatu perusahaan terhadap sistem, proses, atau produk yang

telah diterapkan didalam perusahaan.

Auditing memiliki bidangnya sendiri-sendiri, mulai dari teknologi informasi,

akuntansi, lingkungan, keuangan, dan sebagainya. COBIT merupakan salah satu

framework yang sering digunakan oleh para auditor terutama auditor teknologi

informasi. Ini karena COBIT dapat dipakai sebagai alat yang komprehensif untuk

menciptakan tata kelola teknologi informasi pada suatu perusahaan [16].

2.2.8 Prinsip Kerja COBIT 2019

Sumber: ISACA, 2019

Gambar 2. 2 Prinsip Kerja COBIT 2019

Pada COBIT 2019 seperti pada gambar 2.2 memiliki tujuh enabler sebagai

komponen tata kelola TI, yaitu sebagai berikut.

1. Proses

2. Struktur Organisasi

3. Prinsip – prinsip, kebijakan dan kerangka kerja

4. Informasi

5. Kultur, etik, dan kebiasaan

6. SDM, keterampilan dan kompetensi

7. Layanan, infrastruktur dan aplikasi.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

15

Beberapa obyektif baru yang terdapat pada COBIT 2019 yang belum ada

prosesnya pada COBIT 5 adalah sebagai berikut :

1. APO14 = Managed Data

2. BAI01 = Managed Programs (pada COBIT 5 digabung dengan managed

project)

3. BAI11 = Managed Project (pada COBIT 5 digabung dengan managed

project)

4. MEA04 = Managed Assurance

Pada dasarnya terdapat beberapa domain di COBIT 2019, domain – domain

tersebut terdiri dari :

a. Governance, pada Governance domain ini terdapat domain Evaluate,

Direct, and Monitoring (EDM). Governance ini merupakan tata kelola

yang memastikan bahwa tujuan perusahaan dapat dicapai dengan

melakukan evaluasi terhadap kebutuhan, kondisi, dan pilihan stakeholder,

menerapkan arah melalui prioritas dan pengambilan keputusan terhadap

arah dan tujuan yang telah disepakati. Pada domain EDM ini mempunyai

5 proses seperti pada gambar 2.3.

Sumber: ISACA, 2019

Gambar 2. 3 Domain EDM

b. Management (Manajemen) bertujuan sebagai perencana, membangun,

menjalankan dan memonitor aktifitas aktifitas yang sejalan dengan arah

yang diterapkan oleh tata kelola TI untuk mencapai tujuan perusahaan.

Pada domain Management terdapat 4 domain yakni sebagai berikut [13].

a. Align, Plan, and Organize (APO)

b. Build, Acquire and Implement (BAI)

c. Deliver, Service and Support (DSS)

d. Monitor, Evaluate and Assess (MEA)

2.2.9 Domain dan proses COBIT 2019

COBIT 2019 memiliki 5 domain yang terbagi menjadi domain Governance

dan domain Management yang dimana masing masing domain memiliki masing

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

16

masing tujuan yang berbeda. Pada domain Management terdapat 4 domain yang

terdiri dari 35 proses domain seperti pada gambar 2.4 sebagai berikut [13].

1. Align, Plan, and Organize (APO) dengan 14 proses

2. Build, Acquire and Implement (BAI) dengan 11 proses

3. Deliver, Service and Support (DSS) dengan 6 proses

4. Monitor, Evaluate and Assess (MEA) dengan 4 proses

Sumber: ISACA, 2019

Gambar 2. 4 Domain Pada COBIT 2019

2.2.10 Build, Acquire and Implement (BAI)

Build, Acquire and Implement atau biasa disebut dengan BAI merupakan

salah satu framework yang ada pada COBIT 2019. Domain terdiri dari 11 proses

seperti pada gambar 2.5 [13].

Sumber: ISACA, 2019

Gambar 2. 5 Domain BAI

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

17

Penelitian yang dilakukan menggunakan domain framework COBIT 2019

pada domain Built, Acquire, and Implement. Domain BAI pada COBIT 2019

memiliki 11 proses dengan penjelasan sebagai berikut.

A. BAI-01 (Mengelola Program)

Kelola semua program dari portofolio investasi selaras dengan

strategi perusahaan dan terkoordinasi, berdasarkan pendekatan program

manajemen standar. Memulai, merencanakan, mengontrol, menjalankan

program, dan memantau nilai yang diharapkan dari program. Bertujuan

untuk menyadari nilai bisnis yang diinginkan dan mengurangi risiko dari

keterlambatan, biaya, dan pengurangan nilai yang tidak terduga. Untuk

melakukannya, meningkatkan komunikasi dan keterlibatan bisnis serta

pengguna akhir, pastikan nilai dan kualitas program tersampaikan serta

sesuai dengan proyek, dan memaksimalkan kontribusi program ke

portofolio investasi.

B. BAI-02 (Mengelola Penentuan Kebutuhan)

Mengidentifikasi solusi dan analisis kebutuhan sebelum

mengakuisisi atau pembuatan untuk memastikan sudah selaras atau belum

dengan strategi perusahaan yang mencakup proses bisnis, aplikasi,

informasi / data, infrastruktur, dan layanan. Koordinasikan opsi yang

layak dengan pemangku kepentingan yang terdampak, termasuk biaya dan

manfaat yang berhubungan, analisis resiko, serta persyaratan yang

disetujui dan memberikan solusi. Bertujuan untuk menciptakan solusi

optimal yang dapat memenuhi kebutuhan perusahaan sekaligus

meminimalisir risiko.

C. BAI-03 (Membangun Solusi yang Teridentifikasi)

Menetapkan serta memelihara produk dan layanan (dalam bidang

teknologi, proses bisnis, dan alur kerja) yang teridentifikasi sejalan

dengan persyaratan perusahaan yang mencakup desain, pengembangan,

pengadaan, dan bermitra dengan vendor. Mengelola konfigurasi,

persiapan pengujian, pengujian, manajemen persyaratan, dan

pemeliharaan proses bisnis, aplikasi, informasi / data, infrastruktur, dan

layanan. Berfungsi untuk memastikan pengiriman produk dan layanan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

18

digital dilakukan secara gesit dan terukur. Dapat menetapkan solusi

(dalam bidang teknologi, proses bisnis, serta alur pengerjaan) secara tepat

waktu dan hemat biaya sehingga dapat mendukung tujuan strategis dan

operasional perusahaan.

D. BAI-04 (Mengelola Ketersediaan dan Kapasitas)

Seimbangkan kebutuhan saat ini dan masa depan untuk

ketersediaan, kinerja, dan kapasitas dengan penyediaan layanan yang

hemat biaya. Termasuk penilaian kapabilitas saat ini, pengidentifikasian

kebutuhan di masa depan berdasar kepada kebutuhan bisnis, analisis

dampak bisnis, dan penilaian risiko untuk perencanaan dan pelaksanaan

tindakan dalam memenuhi persyaratan yang diidentifikasi.Berfungsi

untuk menjaga ketersediaan layanan, pengelolaan sumber daya yang

efisien serta optimalisasi kinerja sistem melalui prediksi kinerja masa

depan dan kebutuhan sesuai dengan kapasitas.

E. BAI-05 (Mengelola Pemberdayaan dan Perubahan Organisasi)

Memaksimalkan kemungkinan untuk berhasil menerapkan

perubahan kepada suatu instansi secara cepat dan mengurangi tingkat

risiko yang ditimbulkan. Mencakup seluruh siklus perubahan dalam

kehidupan dan berpengaruh kepada pemangku kepentingan dalam bisnis

dan TI. Berfungsi agar dapat bersiap dan berkomitmen kepada pemangku

kepentingan untuk perubahan bisnis dan mengurangi risiko kegagalan.

F. BAI-06 (Mengelola Perubahan)

Mengelola semua perubahan secara terkendali, termasuk perubahan

yang mendasar dan pemeliharaan darurat yang berkaitan dengan proses

bisnis, aplikasi, dan infrastruktur. Hal Ini termasuk pada perubahan yang

standar dan secara prosedural, penilaian dampak, menentukan prioritas

dan otorisasi, perubahan darurat, pelacakan, pelaporan, penutupan, dan

dokumentasi. Berfungsi agar dapat memungkinkan pengiriman perubahan

bisnis yang cepat dan andal serta mengurangi resiko dampak negatif

terhadap perubahan stabilitas atau integritas lingkungan.

G. BAI-07 (Mengelola Penerimaan Perubahan dan Transisi)

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

19

Secara resmi menerima dan membuat solusi baru yang melakukan

operasi dengan berdasar pada aturan. Termasuk perencanaan

implementasi, konversi sistem dan data, uji penerimaan, komunikasi,

persiapan rilis, mempromosikan produk baru atau perubahan proses bisnis

dan layanan IT, dukungan awal produksi, dan tinjauan setelah

implementasi. Berfungsi dalam penerapan solusi yang aman dan sesuai

dengan harapan dan hasil yang disepakati.

H. BAI-08 (Mengelola Sumber Pengetahuan)

Menjaga ketersediaan pengetahuan dan informasi manajemen yang

relevan, terkini, tervalidasi dan andal untuk mendukung semua aktivitas

proses dan untuk memfasilitasi pengambilan keputusan terkait dengan tata

kelola dan manajemen TI perusahaan. Merencanakan identifikasi,

pengumpulan, pengorganisasian, pemeliharaan, penggunaan, dan

pemberhentian pengetahuan. Berfungsi dalam memberikan pengetahuan

dan informasi yang diperlukan untuk mendukung semua tenaga dalam tata

kelola dan manajemen TI perusahaan dan memungkinkan pengambilan

keputusan yang tepat.

I. BAI-09 (Mengelola Aset)

Pengelolaan aset TI melalui siklus kehidupannya untuk memastikan

bahwa penggunaannya memberikan nilai dengan biaya optimal, aset

tersebut tetap beroperasi (sesuai dengan tujuan), dan dipertanggung

jawabkan serta dilindungi secara fisik. Pastikan bahwa aset yang penting

untuk mendukung kapabilitas layanan dapat diandalkan dan selalu

tersedia. Pengelolaan lisensi perangkat lunak untuk memastikan dapat

diperolehnya jumlah yang optimal, dipertahankan, dan digunakan terkait

dengan penggunaan bisnis yang diperlukan, dan perangkat lunak yang

diinstal sesuai dengan perjanjian lisensi. Berfungsi untuk dapat

memperhitungkan semua aset IT dan mengoptimalkan nilai yang

diberikan dari penggunaannya.

J. BAI-10 (Mengelola Konfigurasi)

Menentukan dan pertahankan deskripsi serta hubungan antara

sumber daya utama dengan kemampuan yang diperlukan untuk

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

20

memberikan layanan yang mendukung IT. Menyertakan pengumpulan

informasi konfigurasi, menetapkan garis dasar, memeriksa dan melakukan

proses audit informasi konfigurasi, serta memperbarui repositori

konfigurasi. Memberikan informasi yang memadai tentang aset layanan

agar layanan dapat dikelola secara efektif serta dapat menilai dampak

perubahan dan menangani insiden layanan.

K. BAI-11 (Mengelola Projek)

Kelola semua proyek yang dimulai dalam perusahaan sesuai dengan

strategi perusahaan dan dengan cara terkoordinasi berdasarkan

pendekatan proyek standar manajemen. Memulai, merencanakan,

mengontrol dan melaksanakan proyek, dan menutup dengan tinjauan

setelah implementasi. Berfungsi untuk dapat lebih sadar akan hasil proyek

yang ditentukan dan mengurangi risiko penundaan yang tidak terduga,

biaya dan pengurangan nilai dengan meningkatkan komunikasi dan

keterlibatan bisnis dan pengguna akhir. Pastikan nilai dan kualitas hasil

proyek dan maksimalkan kontribusinya pada program dan portofolio

investasi yang ditentukan.

Pada gambar 2.6 menjelaskan mengenai proses COBIT 2019 mengenai

stakeholder.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

21

Sumber: ISACA, 2019

Gambar 2. 6 Stakeholder

2.2.11 UML (Unified Modeling Language)

UML (Unified Modeling Language) merupakan salah satu standar Bahasa

yang banyak digunakan didunia industri untuk mendefinisikan requirement,

membuat analisis & desain, serta menggambarkan arsitektur dalam pemrograman

berorientasi objek.

Ada tiga karakter yang melekat pada UML yaitu sketsa, cetak program, dan

bahasa pemrograman. Sebagai sketsa, UML dapat berfungsi sebagai jembatan

dalam mengkomunikasikan beberapa aspek dari sistem, sehingga semua anggota

tim memiliki gambaran yang sama terhadap sistem yang dibuat. Sebagai cetak biru,

UML memberikan informasi yang rinci tentang kode program dan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

22

menginterpretasikan kembali ke dalam diagram. Sedangkan sebagai cetak program,

UML menerjemahkan diagram yang ada di UML menjadi program yang dapat

digunakan.

UML memiliki beberapa diagram yang dapat membantu dalam pengembang

untuk mengkomunikasikan sistem yang akan dibuat, diagram-diagram tersebut

antara lain adalah use case diagram , activity diagram, dan sequence diagram[17].

2.1.11.1 Use Case Diagram

Use Case diagram digunakan untuk merepresentasikan bagaimana interaksi

antara pengguna dan sistem dengan mendeskripsikan langkah yang dilakukan untuk

mencapai suatu tujuan [14][18]. Dalam pembuatan use case diagram dibuat untuk

menggambarkan relasi pengguna dengan sistem secara luas hingga dibagi menjadi

beberapa bagian berdasarkan penjabaran kerja pada sistem yang berjalan. Dari hal

ini, dapat diketahui bahwa dengan adanya use case diagram dapat memberikan

gambaran lebih jelas dan sederhana sehingga mudah dipahami oleh pengguna

sistem [19]. Pada use case diagram dapat diperinci alur interaksi antar pengguna

dan sistem dengan menggunakan notasi pada use case diagram dijelaskan sebagai

berikut [14].

a. Actor : Digunakan untuk label pengguna yang menggunakan dan

berinteraksi dengan sistem

b. Usecase : Menggambarkan label yang menjelaskan proses yang

dikerjakan oleh sistem bersama dengan actor dan di lambangkan dengan

bentuk bangun yang oval.

c. Boundary System : Menunjukkan aktivitas pengguna yang diberi batas

sistem, dalam boundary system digambarkan kotak sebagai sistem dan

menggambarkan bagian mana dari diagram eksternal dan internal.

d. Relationship : Pada notasi relationship digambarkan dengan baris yang

menghubungkan actor dan use case yang terjadi interaksi.

2.2.11.2 Activity Diagram

Activity diagram merupakan bagian dari use case diagram [14]. Pada activity

diagram digambarkan hubungan aktor dan sistem yang dibuat dengan keterangan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

23

langkah serta proses yang sedang berjalan secara spesifik dan runtut [20]. Activity

diagram dibuat untuk memberi gambaran proses yang terjadi pada sistem

pengolahan data [21].

2.2.11.3 Sequence Diagram

Sequence diagram menampilkan hubungan yang bergerak antara objek

selama melakukan eksekusi perintah. Pada sequence diagram dijelaskan relasi yang

terjadi antara aktor dengan perintah yang berjalan pada sistem dengan lebih jelas

[20]. Sequence Diagram memiliki karakteristik sebagai berikut [14].

a. Pada tiap objek terdapat lifeline yang di tunjukan dengan garis putus-

putus vertikal yang menggambarkan hubungan dari sebuah objek dengan

objek lainnya.

b. Memiliki fokus kontrol yang disimbolkan dengan sebuah bangun persegi

panjang, fokus kontrol dimaknai sebagai periode waktu selama objek

melakukan event.

2.2.12 Design User Interface

Desain user interface merupakan tampilan dari website yang dihubungkan

dengan aktivitas pengguna, dibuat dengan desain yang berbeda-beda menyesuaikan

kebutuhan organisasi atau instansi, dan bertujuan untuk mewujudkan kenyamanan

dan kemudahan bagi pengguna [22]. Desain user interface digunakan untuk

memberikan gambaran interaksi manusia dengan komputer. Pada tahap ini data

input dan data output digunakan untuk media input dan laporan.

2.2.13 Fokus Area Tata Kelola

Sumber: ISACA, 2019

Gambar 2. 7 Fokus Area

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

24

Gambar 2.7 menjelaskan faktor faktor penting yang perlu diperhatikan dalam

merancang sebuah sistem tata kelola organisasi dan memposisikannya untuk

suksesnya pemanfaatan informasi dan teknologi. Berikut penjelasan masing-

masing faktor tersebut [13].

1. Strategi organisasi (Enterprise Strategy)

2. Tujuan/Sasaran Organisasi (Enterprise Goals)

3. Profil Risiko (Risk Profile)

4. Permasalahan – permasalahan terkait Informasi dan Teknologi (IT-

related Issue)

5. Lanskap Ancaman (Threat Landscape)

6. Kebutuhan Kepatuhan (Compliance Requirements)

7. Peran dari TI (Role of IT)

8. Model Pengalihan Daya TI (Sourcing Model for IT)

9. Metode implementasi TI (IT Implementation Model)

10. Strategi Adopsi Teknologi (Technology Adoption Strategy)

11. Ukuran Organisasi (Enterprise Size)

Menurut IT Governance Institute (ITGI) pada tata kelola TI terdapat 5 area

yang menjadi fokus utama yaitu Keselarasan Strategi (Strategic Alignment),

Penyampaian Nilai (Value Delivery), Manajemen Risiko (Risk Management),

Manajemen Sumber Daya (Resource Management), dan Pengukuran Kinerja

(Performance Measurement). Penjelasan sebagai berikut [23].

1. Keselarasan Strategi (Strategic Alignment)

“IT alignment is a journey not a destination” – menggambarkan

bahwa keselarasan strategi TI dengan strategi bisnis adalah sebuah proses

untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam penerapan tata kelola TI bukan

hanya keselarasan dan integrasi strategi TI dengan bisnis untuk masa

sekarang dan masa yang akan datang saja yang menjadi pokok utama

dalam strategic alignment, tetapi juga kemampuan untuk meningkatkan

nilai bisnis yang dapat meningkatkan kinerja organisasi.

2. Penciptaan Nilai (Value Delivery)

Menurut ITGI, layanan TI sendiri tidak akan mampu memberikan

manfaat secara langsung terhadap bisnis. Manfaat tersebut hanya bisa

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

25

dihasilkan bila TI diimplementasikan bersama-sama dengan peningkatan

dalam bisnis, bisnis proses, kompetensi dan prinsip kerja tiap individu

dalam perusahaan, serta perubahan-perubahan yang dilakukan di dalam

perusahaan itu sendiri.

3. Manajemen Sumber Daya (Resource Management)

Pengelolaan sumber daya TI harus dilakukan secara tepat untuk

kebutuhan bisnis. Sumber daya TI tersebut meliputi: perangkat lunak,

perangkat keras, infrastruktur TI, peningkatan kualitas SDM dalam

bidang TI dan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan dalam

bidang TI.

4. Manajemen Risiko (Risk Management)

Manajemen risiko menitikberatkan pada hal-hal yang berkenaan

dengan pengendalian internal dan hubungan antara perusahaan dengan

pelanggan, stakeholder, dan shareholder. Segala kemungkinan risiko

harus dapat diidentifikasikan sehingga dapat dilakukan langkah langkah

antisipasi untuk mengurangi dampak dari terjadinya risiko tersebut.

5. Pengukuran Kinerja (Performance Measurement)

Pengukuran kinerja akan menjadi tolak ukur keberhasilan penerapan

tata kelola TI. Hal ini dapat memberikan gambaran apakah hasil kinerja

terhadap domain tata kelola TI sudah sesuai dengan tujuan masing-

masing.

2.2.14 Pengujian Black Box

Black box testing atau pengujian black box merupakan sebuah metode yang

dipakai untuk menguji sebuah software tanpa harus memperhatikan detail software.

Pada pengujian black box, estimasi banyaknya data uji dapat dihitung melalui

banyaknya field data masukan yang akan diuji, aturan masukan yang harus dipenuhi

serta batas masukan, baik batas atas maupun batas bawah yang memenuhi

spesifikasi. Tidak ada upaya untuk mengetahui kode program apa yang digunakan

untuk melakukan output [24]. Black box testing berfungsi untuk menguji dari sisi

fungsionalitas, dimana suatu sistem dapat memenuhi fungsi yang telah ditetapkan

[25].

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Sebelumnya

26

2.2.15 Model Kapabilitas proses COBIT 2019

Dalam model kapabilitas proses COBIT 2019 terdapat 6 tingkat suatu proses

dapat dicapai.

1. Incomplete process (Level 0)

Proses tidak diterapkan atau gagal untuk mencapai tujuan yang telah

direncanakan.

2. Performed process (Level 1)

Proses telah diterapkan dan mencapai tujuan yang telah

direncanakan.

3. Managed process (Level 2)

Proses telah dijelaskan sebelumnya, sekarang diterapkan dalam

situasi pengelolaan (direncanakan, dimonitor, dan disesuaikan) dan

produk kerjanya secara tepat ditetapkan, dikendalikan dan dipelihara.

4. Established process (Level 3)

Proses yang dikelola telah dideskripsikan sebelumnya, sekarang

telah diterapkan menggunakan proses yang didefinisikan sehingga

mampu mencapai hasil prosesnya

5. PredicTABLE process (Level 4)

Proses yang telah ditetapkan sebelumnya untuk dilakukan

pengembangan secara berkesinambungan untuk memenuhi tujuan bisnis

yang relevan untuk saat ini dan proyeksi mendatang.

6. Optimizing process (Level 5)

Proses yang telah diterapkan sebelumnya dilakukan pengembangan

secara berkesinambungan untuk memenuhi tujuan bisnis yang relevan

saat ini dan proyeksi mendatang [26].

Dalam melakukan pengukuran, setiap atribut pada tiap level juga harus

diberikan rating dengan skala sebagai berikut [2].

a. Not Achieved, untuk pencapaian 0% - 15%

b. Partially Achieved, untuk pencapaian 15% - 50%

c. Langely Achieved, untuk pencapaian 50% - 85%

d. Fully Achieved, untuk pencapaian 85% - 100%