bab ii tinjauan pustaka 2.1 media massa dan...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Media Massa dan Radio
Media massa memiliki beberapa karakteristik seperti yang diungkapkan oleh
Cangara (2003:134) sebagai berikut:
1. Bersifat melembaga: pihak yang mengelola media terdiri atas banyak orang,
yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan, sampai pada penyajian
informasi.
2. Bersifat satu arah: komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan
terjadinya dialog antara pengirim dengan penerima. Kalau misalnya terjadi
reaksi atau umpan balik maka biasanya memerlukan waktu tertunda.
3. Meluas dan serempak: dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak karena
memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, di mana informasi
yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis: seperti radio, televisi, surat kabar,
dan semacamnya.
5. Bersifat terbuka: pesan dapat diterima oleh siapa saja dan di mana saja tanpa
mengenal usia, jenis kelamin, agama, dan suku bangsa.
“Beberapa bentuk media massa meliputi alat-alat komunikasi mekanis seperti
surat kabar, film, radio, dan televisi” (Cangara, 2003:134).
Terdapat banyak media yang menjadi alat komunikasi, salah satunya adalah
radio, sebagai media massa, radio memiliki sifat yang khas dibanding media massa
yang lainnya. Kekhasannya adalah sifatnya yang audial, untuk indera telinga.
Menurut Encyclopedia of Science and Technology, radio berarti alat komunikasi yang
dapat menyampaikan dan menerima pesan tanpa kabel dengan menggunakan
gelombang elektromagnetik (Totok Djuroto, 2007:2). Lain halnya menurut Muryanto
Ginting, yang dikutip oleh Ritonga (1996:93), radio adalah alat komunikasi massa
yang menggunakan lambang komunikasi massa yang berbunyi. Terkait dengan itu,
8
maka radio siaran perlu dimuati pesan-pesan, informasi, musik, serta bunyi-bunyian
lainnya yang terencana, tersusun/tertata, terpola, menjadi suatu program yang layak
dan siap untuk didengarkan kepada khalayak (Ius, 2010: 30-31).
“Keunggulan radio adalah dapat berada di mana saja. Oleh karena itu radio
memiliki kemampuan menjual iklan pada khalayak di mana iklan tersebut
mengiklankan produk yang ditujukan bagi khalayak tertentu” (Ardianto dan
Erdinaya, 2005:115). Radio memiliki karakteristik tersendiri dari radio jika
dibandingkan dengan media televisi dan surat kabar (Masduki, 2004:17):
1. Modal utama radio adalah suara, tidak ada visualisasi yang tampak nyata.
2. Radio merupakan sarana tercepat penyebaran informasi dan hiburan.
3. Informasinya muncul selintas, sulit diingat dan tidak terdokumentasi.
4. Produksi siaran radio singkat dan berbiaya murah.
5. Radio bersifat merakyat karena harga pesawat radio murah, mudah dibawa ke
mana saja, dan buta huruf bukanlah suatu kendala bagi pendengarnya.
6. Produksi radio hanya berbentuk suara, membuat pendengarnya berusaha
memvisualisasikan suara itu dalam benaknya masing-masing.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan siaran (Ardianto dan Erdinaya,
2005:120) yaitu:
1. Daya langsung
Daya langsung radio siaran berkaitan dengan proses penyusunan dan
penyampaian pesan kepada pendengarnya yang relatif cepat. Hal ini yang
menyebabkan radio dapat menyampaikan informasi dengan lebih cepat
dibandingkan dengan media cetak.
2. Daya tembus
Melalui media kecil seperti radio siaran, pendengar dapat memindahkan
channel dan mendengarkan radio dari berbagai belahan dunia.
3. Daya tarik
9
Daya tarik radio adalah sifatnya yang serba hidup karena adanya tiga unsur
yang melekat padanya yaitu musik, kata-kata, dan efek suara. Efek suara
melalui radio memiliki dampak yang kuat terhadap pendengar.
2.2 Program Radio
Istilah program di radio dapat dianalogikan sebagai barang (goods) atau
pelayanan (services) yang dijual pada bentuk bisnis lain. Menurut John R. Bitner,
“Program atau acara adalah barang yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia
mendengarkannya” (dalam Masduki, 2004:35). Dalam dunia keradioan, pengertian
format stasiun (station format) adalah jantung dari seluruh kinerja pemrograman.
Setiap olah produksi program siaran mengacu pada pilihan format stasiun radio yang
makin spesifik (segmented) seiring mengacu pada pilihan banyaknya jumlah radio
dan makin tersegmennya pendengar. Format stasiun didefinisikan sebagai formulasi
seluruh aktifitas siaran dalam kerangkan pelayanan pendengar. Tujuan penentuan
format stasiun adalah untuk memenuhi sasaran khalayak secara spesifik dan untuk
kesiapan berkompetisi dengan radio dan televisi di suatu lokasi siaran.
Menurut Masduki (2004), terdapat beberapa jenis program siaran popular di
berbagai negara termasuk di Indonesia, yaitu:
1. Musik
Sejarah radio siaran identik sebagai medium sosialisasi musik ke indera
pendengar. Radio adalah media hiburan dan musik menjadi menu utamanya.
Musik adalah produk kebudayaan manusia dan merupakan bahasa universal,
tidak ada etnik di dunia yang tidak bermusi. Beragam program dengan materi
dasar musik berkembang sesuai karakterisktik pendengar dan kebutuhannya.
Kreativitas penyajian program musik berakar pada beberapa aspek, misalnya:
a. Geografi, program siaran yang hanya menyajikan musik Indonesia, India,
Mandarin, atau Malaysia saja.
10
b. Penyanyi, program siaran yang hanya menampilkan lagu-lagu dari album
penyanyi tertentu.
c. Jenis musik, program siaran yang menyajikan jenis musik tertentu saja
seperti dangdut, campursari dan klasik.
Dalam sepekan radio siaran biasanya menyusun peringkat lagu favorit
pendengar sebagai salah satu cara menentukan indikator apresiasi musik. Di
Indonesia pemutaran musik di radio didominasi jenis musik pop, dangdut,
rock, dan musik etnik popular.
Menurut Hilliard (1976), ada lima tujuan dasar menggunakan musik, yaitu
(dalam Masduki, 2004:43):
a. Sebagai isi untuk program musik, diputar secara utuh.
b. Sebagai tema untuk program, diputar sebagai identitas sebuah acara.
c. Untuk menjembatani perpindahan segmen dalam sebuah acara (devisi),
sebagai selingan.
d. Sebagai efek suara, pemberi suguhan yang menggugah imajinasi terhadap
peristiwa atau lokasi tertentu.
e. Sebagai latar belakang, pemanis dengar saat penyiar reporter
membacakan naskah.
2. Berita dan Informasi
Radio dituntut untuk melayani kebutuhan yang lebih dari sekedar media
hiburan. Setiap radio dapat memiliki program siaran berita, namun tidak
semua jenis peristiwa atau topik bisa akrab bagi pendengar di radio. Biasanya
jenis informasi ringan, tips, atau panduan praktis yang digelar secara
monolog atau interaktif di radio juga makin diminati pendengar.
3. Bertutur Interaktif
Dalam konteks ini bertutur yaitu “melirik” naskah sebagai panduan
improvisasi bicara. Tujuan utamanya untuk menghibur sambil memberikan
edukasi. Selain pelayanan permintaan lagu (song request), ada pula program
curahan hari (curhat), kuis, perbincangan bebas seputar gosip selebriti,
11
hingga permainan yang menggugah rasa humor. Beragam teknologi
komunikasi digunakan, mulai surat biasa, SMS, telepon langsung hingga
email. Selain menggoda karena iming-iming hadiah, acara interaktif juga
mampu menghadirkan minat untuk setia mendengarkan siaran tersebut dari
diri pendengar. Dalam kemasan yang modern, program siaran ini dikenal
pula dengan sebutan infotaiment.
4. Diskusi Publik
Bagi kalangan pendengar dewasa, radio menjadi arena untuk menyampaikan
gagasan dan kritik terhadap situasi sosial, ekonomi, dan politik. Perencanaan
siaran yang cerdik menangkap peluang ini dengan menyuguhkan beragam
acara debat seputar masalah kesehatan, seksualitas, isu narkoba, dinamika
politik elit, problem lingkungan hidup dan penataan kota.
Dari uraian format siaran di atas maka format program radio secara umum
dibedakan atas jenis unsur-unsur yang mendukungnya yaitu musik,
informasi, dan penyiar. Beberapa mutasi dilakukan oleh pihak radio dengan
melakukan perubahan format siaran untuk adaptasi dalam persaingan radio di
kota Salatiga. Perubahan format siaran itu meliputi perubahan program dan
format lagu di radio tersebut. Hal ini dilakukan pihak radio untuk tetap
menjaga persaingan dengan radio lain yang semakin kompetitif.
2.3 Manajemen Penyiaran
2.3.1 Manajemen
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang ke arah tujuan-tujuan
organisasional atau maksud-maksud yang nyata. (DR Terry, Leslie, 2003:1)
2.3.2 Manajemen Pennyiaran
Manajemen penyiaran adalah manajemen yang diterapkan dalam organisasi
penyiaran, yaitu organisasi yang mengelola siaran. Ini berarti, manajemen
12
penyiaran sebagai motor penggerak organisasi dalam usaha pencapaian tujuan
bersama melalui penyelenggaran siaran.
Pada dasarnya proses perencanaan, produksi dan menyiarkan siaran
merupakan proses transformasi yang ada dalam manajemen memiliki tahapan-
tahapan pelaksanaan. Tahapan manajemen inilah yang harus disinkronkan
dengan tahapan proses penyiaran dan setiap langkah harus selalu berorientasi
kepada tujuan yang hendak dicapai. Dalam pengelolaan manajemen penyiaran,
tiap tahap kegiatan sudah ada ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan.
Penyimpangan dari ketentuan yang ada berarti penanganan manajemen tidak
professional lagi dan akibatnya juga akan mempengaruhi output. Bila terjadi,
maka pihak khalayak yang tidak lain adalah konsumen siaran juga dirugikan.
(Wahyudi, 1994:46)
1. Perencanaan
Dalam dunia penyiaran, perencanaan merupakan unsur yang sangat
penting karena siaran memiliki dampak yang sangat luas di masyarakat
(Wahyudi, 1994:70). Perencanaan menjadi pegangan setiap pimpinan dan
pelaksanaan untuk dilaksanakan. Dengan demikian, melalui perencanaan
dapat dipersatukan kesamaan pandangan, sikap dan tindakan dalam
pelaksanaan di lapangan. Dapat pula dikatakan bahwa pimpinan harus
mengetahui secara pasti tujuan jangka panjang, untuk kemudian rencana
jangka panjang menengah dan di atas perencanaan jangka panjang
menengah ini pula, ia harus menentukan perencanaan jangka pendek.
Perencanaan jangka pendek harus dirinci berdasarkan skala prioritas,
mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan secara bertahap serta
terencana melaksanakan tahap-tahap berikutnya sampai tujuan jangka
pendek itu dapat tercapai sepenuhnya, perlu diadakan evaluasi untuk
menyempurnakan langkah selanjutnya. (Wahyudi, 1994:71)
13
Pada sebagian besar media penyiaran, rencana tersebut sudah tercantum
pada anggaran dasar dan anggaran rumah (AD/RT), perusahaan yang
biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Falsafaf (filosofi) stasiun penyiaran: yang memuat peran yang ingin
dicapai suatu stasiun penyiaran di tengah masyarakat serta tanggung
jawabnya kepada publik, pemasang iklan dan karyawan.
b. Rincian kegiataan (job description): memuat tanggung jawab setiap
posisi yang ada pada suatu media penyiaran dan hubungan berbagai
posisi itu satu sama lainnya serta garis komando di antara posisi itu.
c. Operasional stasiun: menjelaskan bagimana stasiun penyiaran
beroperasi, peran dan tanggung jawab setiap departemen serta hubungan
antara satu departemen dengan departemen lainnya atau individu dengan
individu lainnya.
d. Peraturan stasiun penyiaran: yaitu hal-hal yang mengatur berbagai
ketentuan seperti jam kerja, pakaian, konsumsi, cuti, izin, kerja
sampingan, dan sebagainya.
2. Pengorganisasian
Organisasi dapat diartikan sebagai susunan dengan bagian-bagian terpadu,
sehingga hubungan mereka dipengaruhi oleh hubungan secara
keseluruhan. Dengan demikian, organisasi terdiri dari dua jenis, yaitu
bagian dan hubungan.
Menurut Willis dan Aldridge (1991) stasiun penyiaran pada umumnya
memiliki empat fungsi dasar dalam struktur organisasinya yaitu:
a. Bagian teknik: bertanggung jawab untuk menjaga kelancaran siaran.
Suatu siaran tidak akan dapat mengudara tanpa adanya peralatan siaran
yang memadai. Bagian teknik dipimpin oleh seorang kepala teknik yang
bertugas melakukan koordinasi antara kelompok teknisi yang terdapat
pada stasiun penyiaran.
14
b. Bagian program: stasiun penyiaran memiliki tugas utama menyediakan
berbagai acara yang akan disuguhkan kepada audien. Acara itu dapat
diproduksi sendiri, diproduksi pihak lain atau membeli program yang
ditawarkan pihak lain.
c. Bagian pemasaran atau penjualan (sale-marketing): bertugas untuk
menjual program kepada pemasang iklan. Staf bagian penjualan akan
selalu berkoordinasi dengan bagian program. Kerja sama kedua bagian
ini akan menghasilkan berbagai kesepakatan untuk mengatur waktu
siaran yang biasanya sangat rinci yang dihitung berdasarkan detik.
3. Pengarahan dan Memberi Pengaruh
Fungsi mengarahkan (directing) dan memberikan pengaruh atau
mempengaruhi (influencing) tertuju pada upaya untuk merangsang
antusiasme karyawan untuk melaksanakan tanggung jawab mereka secara
efektif. Fungsi pengarahan diawali dengan motivasi karena para manajer
tidak dapat mengarahkan kecuali bawahan dimotivasi untuk bersedia
mengikutinya. (Morissan, 2008:154)
a. Motivasi: keberhasilan stasiun penyiaran dalam mencapai tujuannya
terkait sangat erat dengan tingkatan atau derajat kepuasan karyawan
dalam memenuhi kebutuhannya. Semakin tinggi tingkat kepuasan
karyawan, maka kemungkinan semakin besar karyawan memberikan
kontribusi terbaiknya untuk mencapai tujuan stasiun penyiaran
bersangkutan.
b. Komunikasi: faktor yang sangat penting untuk dapat melaksanakan
fungsi manajemen secara efektif. Komunikasi adalah cara yang
digunakan pimpinan agar karyawan mengetahui atau menyadari tujuan
dan rencana stasiun penyiaran agar mereka dapat berperan secara penuh
dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
c. Kepemimpinan: merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk
memengaruhi orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan
15
sasaran. Pemimpin yang berhasil atau sering disebut dengan pemimpin
yang efektif mempunyai sifat-sifat atau kualitas tertentu yang diinginkan
seperti karisma, berpandangan ke depan, dan keyakinan diri.
d. Pelatihan: perusahaan memilih karyawan biasanya karena mereka
memiliki pengalaman atau latar belakang dan keahlian untuk
melaksanakan suatu tanggung jawab tertentu. Namun demikian,
karyawan tetap membutuhkan pelatihan karena berbagai alasan,
misalnya pembelian peralatan baru dan penerapan prosedur baru pada
stasiun penyiaran.
4. Pengawasan
Menurut Fayol dalam Wahyudi (1994:92), pengawasan adalah pengujian,
apakah berlangsung sesuai dengan rencana yang telah ditentukan, dengan
intruksi yang telah diberikan, dan dengan prinsip-prinsip yang telah
digariskan. Dalam dunia penyiaran, akan lebih tepat bila sistem dilakukan
secara pengendalian oleh semua pimpinan di setiap tingkatan. Hal ini
mengingat output siaran memiliki dampak sangat luas di masyarakat.
Dengan kata lain, pengawasan preventif jauh lebih tepat untuk diterapkan.
Kesalahan dapat diketahui secara dini dan diperbaiki sebelum materi itu
disiarkan, akan jauh lebih baik bila kesalahan itu diketahui saat materi itu
sedang disiarkan. (Wahyudi, 1994:97).
Pengawasan harus dilakukan berdasarkan hasil kerja atau kinerja yang
dapat diukur agar pengawasan dapat berjalan secara efektif. Menurut
Morissan (2008:160), ada dua konsep utama untuk mengukur prestasi
kerja manajemen stasiun penyiaran yaitu efesiensi dan efektivitas.
a. Efesiensi: kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan
benar. Seorang manajer yang efisien adalah seseorang yang mencapai
keluaran yang lebih tinggi (hasil, produktivitas, performance) dibanding
masukan-masukan (tenaga kerja, bahan, uang, peralatan, dan waktu)
yang digunakan.
16
b. Efektivitas: merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat
atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, seorang manajer yang efektif dapat memilih pekerjaan
yang harus dilakukan atau metode cara yang tepat untuk mencapai
tujuan.
2.4 Format Siaran
Yang dimaksud dengan format siaran adalah citra radio secara keseluruhan, yang
merupakan gabungan dari seluruh penataan elemen siaran, akibat standarisasi yang
ditetapkan dalam hal musik, informasi, gaya komunikasi, bahasa siaran, kemasan
program, korelasi program yang satu dengan yang lainnya, iklan, serta bunyi lain
yang akhirnya menjadi ciri khas radio tersebut. Hal ini yang harus dipertimbangkan
dalam menentukan format dan bentuk siaran yang menjadi kesukaan target pendengar
adalah (Jonathans, 2008:35):
1. Keseimbangan tujuan menghibur dan menginformasikan.
2. Keseimbangan antara musik dan siaran kata.
3. Keragaman model acara yang dimungkinkan, seperti program pemberitaan,
drama, request, quiz dan game, acara iklan dan sebagainya.
4. Keseimbangan kebutuhan khalayak mendengarkan radio sebagai refleksi
peran radio terhadap kebutuhan pendengar.
Menurut Jonathans, (2008:40), perumusan format siaran dapat dilakukan dengan
beberapa pendekatan:
1. Pendekatan Musik
Format musik merupakan pendekatan paling umum. Aplikasinya menetapkan
jenis musik tertentu sebagai format radio maupun siaran.
2. Pendekatan Jurnalisme Radio
Pendekatan jurnalisme radio lebih dikenal dengan format news atau
informasi. Artinya radio lebih mengutamakan siaran informasi dibandingkan
elemen lainnya pada seluruh acaranya. Aplikasi dari siaran informasi sangat
17
beragam, mulai dari spesifikasi informasi, kombinasi isu hingga keragaman
bentuk-bentuk jurnalisme radio. Dalam format radio lebih dikenal sebagai
“talk radio”, karena meminimalkan elemen lainnya selain informasi.
3. Pendekatan Pilar Komunikasi
Format radio atau siaran dicirikan pada cara dan model komunikasinya.
Misalkan radio yang menggunakan ciri komunikasi dua arah atau interaktif,
sebagai pendekatan utama. Dengan demikian di radio tidak menggunakan
pola komunikasi yang searah dan menjadikan siaran interaktif sebagai ciri
utama acara-acaranya.
4. Pendekatan Kultural
Radio dan siarannya menggunakan aspek-aspek kultural atau etnisitas
sebagai model formatnya. Misalnya radio dengan format etnis Jawa, Bali,
Minang, dan sebagainya. Pendekatan yang dipakai dapat berupa strategi
komunikasi yang menggunakan bahasa daerah setempat, juga menempatkan
musik dari etnik tersebut sebagai sajian utama, ditambah aspek kultural
lainnya sebagai ciri siaran radio tersebut.
5. Pendekatan Relijiusitas
Radio menjadikan sebuah reliji atau lebih sebagai utama menampilkan ciri
radio maupun program siarannya. Sehingga seluruh aspek siaran mengacu
pada karakter dan ciri-ciri relijiusitas yang dipilih mulai dari siaran musik,
siaran kata hingga iklan.
6. Pendekatan Gaya Hidup
Radio menggunakan pendekatan gaya hidup target segmentasi tertentu
sebagai materi dasar dari acara siaran maupun strategi pendekatannya. Apa
yang dibicarakan dan disiarkan di radio teridentifikasi merupakan isu-isu
gaya hidup.
18
2.5 Teori Kebertahanan
2.5.1 Teori Evolusi Sosiokultural Darwin
Teori evolusi sosiokultural (theor of sociocultural evolution) adalah perspektif
kedua yang telah digunakan untuk mendeskripsikan proses di mana organisasi
mengumpulkan dan memahami informasi. Ungkapan yang tepat menggambarkan
teori ini adalah survival of the fittest (yang dapat bertahan adalah yang paling mampu
menyesuaikan diri). Tujuan akhir tiap organisasi adalah bertahan, dan manusia
bekerja untuk menemukan strategi terbaik untuk tetap hidup. Meskipun pendekatan
ini digunakan untuk menggambarkan interaski social yang terjadi dalam sebuah
organisasi dengan tujuan memahami informasi, namun awalnya teori ini berasal dari
bidang ilmu biologi. Teori evolusi mulanya dikembangkan untuk menggambarkan
proses adaptasi yang dilalui olehorganime hidup dengan tujuan untuk berjuang dalam
lingkungan ekologis yang penuh dengan tantangan. Darwin (1948), dalam buku
Richard West dan Lynn Turner yang berjudul Pengantar Teori Komunikasi (2008),
menjelaskan adaptasi ini dalam bentuk mutasi yang memungkinkan organisme untuk
menghadapi lingkungan sekitarnya. Beberapa orgasnime tidak dapat beradaptasi dan
mati, sedangkan lainnya berubah dan tetap hidup.
2.5.2 Teori Fungsional Struktural
Talcot Parsons, dalam buku Margaret yang berjudul Sosiologi Kontemporer
(2003), melahirkan teori fungsional tentang perubahan. Dalam teorinya, Parsons
menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada
makhluk hidup. Asumsi dasar Teori Fungsional Struktural, yaitu bahwa masyarakat
menjadi suatu kesatuan atas dasar dari para anggotanya terhadap nilai-nilai tertentu
yang mampu mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut
dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu
keseimbangan. Dengan demikian masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-
sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling memiliki ketergantungan.
Teori Fungsionalisme Struktural mempunyai latar belakang kelahiran dengan
mengasumsikan adanya kesamaan antara kehidupan organisme biologis dengan
19
struktural sosial dan berpandangan tentang adanya keteraturan dan seimbangan dalam
masyarakat.
1.6 Kerangka Pikir Penelitian
Bagan 2.1 Kerangka Pikir
Dalam penelitian ini akan dianalisis “Strategi Bertahan Radio Leonard 774 AM
Salatiga”. Digunakan teori Sosiokultural Darwin dimana akan diteliti mengapa radio
tersebut masih bertahan dalam gelombang AM. Selain itu juga bagaimana Radio
Leonard 774 AM Salatiga bersaing dengan radio-radio lain di Salatiga yang sudah
berada dalam gelombang FM dengan menjaga eksistensi guna mempertahankan
pendengarnya. Untuk mengetahi bagaimana strategi bertahan Radio Leonard 774 AM
Salatiga menggunakan konsep seperti di dalam buku Wahyudi yaitu “Dasar-Dasar
Manajemen Penyiaran” milik Wahyudi dengan empat variable yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan memberikan pengaruh, dan pengawasan. Dengan
menggunakan kerangka teori di atas penulis berharap nantinya akan diketahui
Media Massa (Radio)
Media Penyiaran
- Perencanaan
- Pengorganisasian
- Pelaksanaan
- Pengawasan
Radio Leonard 774 AM Salatiga
Kebertahanan
Teori Bertahan
Darwin
20
mengapa Radio Leonard 774 AM Salatiga masih bertahan dalam gelombang AM dan
bagaimana strategi bertahan radio tersebut dalam menjaga persaingan dengan radio-
radio lainnya di Salatiga.