bab ii tinjauan pustaka 2.1. landasan teori 2.1.1. sistemeprints.mercubuana-yogya.ac.id/1926/3/bab...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. LANDASAN TEORI.
2.1.1. Sistem
Dalam mendefinisikan sistem saat ini belum ada definisi yang
baku. Jadi sistem dapat didefinisikan dari sudut masing-masing.
Namun sebagai acuan berikut ini dituliskan beberapa definisi sistem.
Menurut Narko (2002 : 1) adalah :
“Sistem adalah sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari interaksi
elemen-elemen yang berusaha mencapai tujuan tertentu”
Menurut Chairol Marom (2000 : 1) adalah :
“Sistem adalah sebuah yang memproses data dan transaksi guna
menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan,
mengendalikan dan mengoperasikan bisnis”.
Menurut Zaki Baridwan (1991 : 3) adalah :
“Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur yang saling
berhubungan yang disusun dengan suatu tema yang menyeluruh untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari suatu
perusahaan“.
Menurut A.Moscove And Mark G.Sinkin (1981 : 4) adalah :
“Sistem adalah suatu entity (kesatuan) yang terdiri dari bagian–
bagian yang saling berhubungan yang bertujuan untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu.
2.1.2. Pengendalian Internal
Pengendalian internal pada dasarnya adalah suatu kegiatan internal
yang mempunyai tujuan untuk memajukan sebuah perusahaan/instansi
11
ataupun menambah harta kekayaan pada instansi yang bonafit, agar
tujuan dasar instansi tersebut dapat terwujud.
Menurut beberapa para ahli definisi Pengendalian Internal
adalah sebagai berikut :
Pengendalian Internal dalam arti sempit
Adalah “Internal Check“, yaitu melakukan pengujian dan
kebenaran perkalian, penjumlahan, dan pengurangan angka-angka
yang tertera dalam formulir, serta penelitian cara penjurnalan.
Pengendalian Internal dalam arti luas
Adalah Pengendalian Internal tidak sekedar menguji kebenaran
angka-angka dan pencatatan, tetapi mencangkup mekanisme dari
seluruh perangkat yang digunakan manajemen untuk melaksanakan
fungsi pengawasan.
Menurut Mulyadi (1997:163 )
Pengendalian Internal meliputi struktur organisasi, metode dan
ukuran-ukuran yang dikordinasi untuk menjaga kekayaan organisasi.
Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut Chairul Marom (2000 : 3) adalah :
Pengendalian Intrenal adalah cara alat-alat yag dikordinasikan
dan dipergunakan dalam perusahan dengan tujuan menjaga keamanan
harta milik perusahan, memeriksa ketelitian, dan kebenaran data
akuntansi.
2.1.3. Tujuan Sistem Pengendalian Internal
Tujuan pengendalian internal adalah untuk melindungi harta
kekayaan perusahaan dari kesalahan dan kekeliruan, tindakan yang
12
merugikan perusahaan seperti penyelewengan, pencurian, dan
sebagainya.
Pada hakikatnya yang hendak dicapai dari Pengendalian Intern :
Menurut M.Samsul Dan Mustofa (1987 : 73)
1. Untuk menjamin kebenaran data akuntansi.
Manajemen harus memiliki data akuntansi yang dapat diuji
ketetapannya untuk melaksanakan operasi perusahaan berbagai
macam data digunakan untuk mengambil keputusan penting.
2. Untuk mengamankan harta kekayaan dan catatan pembukuannya
Harta fisik perusahaan dapat saja dicuri, disalah gunakan
ataupun dirusak tidak sengaja. Hal yang sama berlaku untuk harta
perusahaan yang tidak nyata seperti perkiraan hutang, dokumen
penting, surat berharga, dan catatan keuangan. Pengendalian
intern dibentuk guna mencegah ataupun menemukan harta yang
hilang dan catatan pembukuan pada saat yang tepat.
3. Untuk menggalakkan efisiensi usaha
Pengendalian dalam suatu perusahaan yang dimaksudkan
untuk menghindari pekerjaan-pekerjaan berganda yang tidak
perlu. Mencegah pemborosan terhadap penggunaan sumber–
sumber yang tidak efisien.
13
4. Untuk mendorong ditaatinya kebijakan manajemen
Manajemen menyusun prosedur dan peraturan untuk
mencapai tujuan perusahaan. Struktur pengendalian intern
memberikan jaminan akan ditaatinya prosedur dan peraturan
berlaku.
Tujuan Sistem Pengendalian Intern menurut Mulyadi (1997 : 166)
terbagi atas :
1. Pengendalian Intern Akuntansi (Internal Accounting Control)
Meliputi struktur organisasi, dan ukuran-ukuran yang
dikordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan
mengecek ketelitan dan keandalan data akuntansi. Dengan
pengendalian intern yang baik akan menjamin kekayaan, kekayaan
investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan
menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
2. Pengendalian Intern Administratif (Internal Adminisrative Control)
Meliputi struktur organisasi, metode, dan ukuran-ukuran
yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan
dipatuhinya kebijakan manajemen.
14
2.1.4. Unsur–Unsur Pengendalian Intern
Terdapat empat sistem pengendalian intern, menurut Mulyadi
(1997:167) antara lain :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional
secara tegas.
Struktur organisasi merupakan kerangka (Frame Work) pembagian
tanggung jawab fungsional kepada unit–unit organisasi yang
dibentuk untuk melaksanakan kegiatan–kegiatan pokok perusahaan.
Pada umumnya setiap perusahaan memiliki organisasi baik tertulis
atau tidak. Suatu organisasi yang digambarkan pada bagan
organisasi secara formal akan lebih berdaya guna, sebab ada
kepastian tentang wewenang dan tanggung jawab, hubungan antar
bagian hubungan antar atasan dan bawahan dan lain-lain.
Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini
didasarkan pada prinsip–prinsip berikut ini :
a. Harus dipisahkan fungsi–fungsi operasi dan penyimpanan dari
fungsi akuntansi.
Fungsi operasi adalah fungsi yang memiliki wewenang
untuk melaksanakan suatu kegiatan. Fungsi penyimpanan adalah
fungsi yang memiliki wewenang untuk menyimpan aktiva
perusahaan. Fungsi akuntansi adalah fungsi yang memiliki
wewenang untuk mencatat peristiwa keuangan perusahaan .
15
b. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan sesuatu tahap dalam suatu organisasi.
Dengan pemisahan fungsi akuntansi dari fungsi–fungsi
operasi dan fungsi penyimpanan, catatan yang diselenggarakan
dapat mencerminkan transaksi sesungguhnya yang dilaksanakan
oleh unit organisasi yang memegang fungsi dan penyimpanan,
sehingga dengan demikian kekayaan dapat menjamin
keamanannya.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan
perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan,
dan biaya.
Dalam organisasi setiap transaksi hanya terjadi atas dasar
otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk mensetujui
terjadinya transaksi. Untuk itu harus dibuat sistem yang mengatur
pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya transaksi.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi.
Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem
wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak
akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk
menjalani praktik yang sehat dalam pelaksanaan.
16
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Bagaimanapun baiknya stuktrur organisasi, sistem otorisasi
dan prosedur pencatatan serta berbagai cara yang diciptakan untuk
mendorong praktik yang sehat, semuanya sangat tergantung kepada
individu yang melaksanakannya. Karyawan yang bertanggung
jawab dan ahli dalam bidangnya akan dapat melaksanakan tugasnya
dengan efektif. Untuk mendapatkan karyawan yang berkompeten
dan dapat dipercaya maka, cara–cara yang dapat ditempuh
perusahaan adalah :
a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut
oleh pekerjaannya.
b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan
perusahaan sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaan.
Sebaliknya meskipun suatu organisasi memiliki karyawan
yang semula jujur, dapat saja berubah menjadi Karyawan yang tidak
jujur karena terdapat kesempatan yang luas untuk berbuat yang
tidak jujur.
2.1.5. Prinsip–Prinsip Pengendalian Intern
Menurut Al Haryono Yusuf ( 1994 : 4) terdapat tujuh pokok prinsip
pengendalian intern yaitu meliputi :
1. Penetapan tanggung jawab secara jelas
17
Untuk menciptakan pengendalian intern yang baik, maka
harus ditetapkan tanggung jawab secara jelas dan tiap orang
memiliki tanggung jawab untuk tugas yang diberikan kepadanya.
Apabila perumusan tanggung jawab tidak jelas dan terjadi suatu
kesalahan, maka akan sulit untuk mencari siapa yang bertanggung
jawab atas kesalahan tersebut.
2. Penyelengaraan pencatatan yang memadai
Untuk menciptakan pengendalian intern yang baik,
perusahaan harus merancang formulir–formulir secara cermat
sesuai dengan kebutuhan, dan menggunakan dengan benar.
3. Pengasuransian kekayaan dan karyawan perusahaan
Karyawan perusahaan harus diasuransikan sesuai dengan
jumlah pertanggung jawaban yang memadai. Demikian pula
dengan karyawan yang menangani kas dan surat–surat berharga
harus dipertanggung jawabkan. Salah satu cara mempertanggung
jawabkan karyawan yaitu dengan memberikan polis asuransi atas
kerugian akibat pencurian, karena perusahaan asuransi
(penanggung) akan melakukan pengusutan, seandainya terjadi
kekurangan (kehilangan) kas.
18
4. Pemisahan pencatatan dan penyimpanan aktiva
Prinsip pokok pengendalian intern mensyaratkan bahwa
pegawai yang menyimpan atau bertanggung jawab atas aktiva
tertentu, tidak diperkenankan mengurusi catatan akuntansi atas
aktiva yang bersangkutan. Apabila prinsip ini diterapkan,
karyawan yang bertanggung jawab atas aktiva cenderung untuk
tidak manipulasi atau mencuri aktiva yang menjadi tanggung
jawabnya, karena ia tau bahwa ada orang lain yang
menyelengarakan pencatatan atas aktiva tersebut. Di lain pihak,
karyawan yang menyelenggarakan pencatatan tidak mempunyai
alasan untuk membuat catatan yang tidak benar, karena aktiva yang
bersangkutan berada di tangan orang lain. Prinsip ini hanya dapat
diterobos melalui persengkokolan.
5. Pemisahan tanggung jawab atas transaksi yang berkaitan.
Pertanggung jawaban atas transaksi yang berkaitan atau
bagian– bagian transaksi yang berkaitan harus ditetapkan pada
orang–orang atau bagian–bagian dalam perusahaan, sehingga
pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang akan diperiksa (dicek)
oleh orang lain. Cara seperti itu tidak perlu, mengakibatkan
duplikasi pekerjaan, karena karyawan tidak perlu mengulangi
pekerjaan yang telah dilakukan oleh orang lain.
19
6. Pemakaian peralatan mekanis (bila diperlukan)
Apabila keadaan memungkinkan, sebaiknya perusahaan
mengunakan peralatan mekanis, seperti kas register, check
protector, mesin pencatat waktu dan peralatan mekanis lainya. Kas
register yang memiliki pita pencatatan terkunci di dalamnya, akan
mencatat penjualan tunai. Check protector yang dapat membuat
perforasi mengenai setiap jumlah rupiah cek, akan bermanfaat
untuk menghindarinya terjadinya angka rupiah pada cek. Mesin
pencatat waktu akan mendapat mencatat dengan tepat saat
karyawan mulai masuk kerja dan meninggalkan tempat kerjanya.
7. Pelaksanaan Pemeriksaan secara Independen
Apabila suatu sistem pengendalian internal telah dirancang
dengan baik, penyimpangan tetap mungkin terjadi sepanjang
waktu. Oleh karena itu perlu pengkajian ulang secara teratur untuk
memastikan bahwa prosedur-prosedur telah diikuti dengan benar.
Pengkajian ulang ini harus dilakukan oleh pemeriksa internal yang
tidak terlibat langsung dalam operasi suatu organisasi. Apabila
pemeriksa internal berkedudukan independen, maka ia dapat
melakukan evaluasi mengenai efisiensi operasi secara menyeluruh
dan efektif tidaknya sistem pengendalian internal.
20
2.1.6. Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial,
sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat
mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Ada banyak
pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut
pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan
adanya beberapa kesamaan.
Pengertian Kepemimpinan Menurut Para ahli :
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain
agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang
tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-
tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian
Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas
kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak
orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan
oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi
situasi yang khusus.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau
kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau
kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam
bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan
organisasi atau kelompok.
21
2.1.7. Fungsi Gaya Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki dua
dimensi yaitu:
1) Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan
mengarahkan dalam tindakan atau aktifitas pemimpin, yang
terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinya.
2) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau
keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan
tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan
dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan
kebijakan pemimpin.
Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut
Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi
pokok kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang
menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan
perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan
melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan
perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif.
Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah
melaksanakan perintah.
22
2. Fungsi konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif
sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan
manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan
yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi
dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3. Fungsi Partisipasi.
Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin
berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik
dalam pengambilan keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam
melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas
pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
4. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin
memberikan pelimpahan wewenang membuat atau
menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah
kepercayaan seseorang pemimpin kepada orang yang diberi
kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan
melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi
23
pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan
perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh
seorang pemimpin seorang diri.
5. Fungsi Pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan
yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya
secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat
mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,
koordinasi, dan pengawasan.
2.1.8. Macam – macam Gaya Kepemimpinan
Macam - macam gaya kepemimpinan menurut Horse yang di kutip
oleh H.Suwanto (2011:157) antara lain :
1. Gaya kepemimpinan Direktif
Gaya kepemimpinan ini membuat bawahan agar tau apa yang
diharapkan pimpinan dari mereka, menjadwalkan kerja untuk
dilakukan, dan memberi bimbingan khusus mengenai
bagaimana menyelesaikan tugas.
24
2. Gaya kepemimpinan Yang Mendukung
Gaya kepemimpinan ini bersifat ramah dan menunjukan
kepedulian akan kebutuhan bawahan.
3. Gaya kepemimpinan Partisipatif
Gaya kepemimpinan ini berkonsultasi dengan bawahan dan
menggunakan saran mereka sebelum mengambil suatu
keputusan.
4. Gaya kepemimpinan Berorientasi Prestasi
Gaya kepemimpinan ini menetapkan tujuan yang
menantang dan mengharapkan bawahan untuk berprestasi
pada tingkat tertinggi mereka.
2.1.9. Kinerja Karyawan
Hani Handoko (2002) mengistilahkan kinerja
(performance) dengan prestasi kerja yaitu proses melalui mana
organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.
Berikut ini adalah beberapa pengertian kinerja oleh beberapa pakar
yang dikutip oleh Bambang Guritno dan Waridin (2005) yaitu:
a. Menurut Winardi (1992) kinerja merupakan konsep yang
bersifat universal yang merupakan efektivitas operasional suatu
organisasi, bagian organisasi dan bagian karyawannya berdasar
standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, karena
organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka
25
kinerja sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam
memainkan peran yang mereka lakukan dalam suatu organisasi
untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetap kan agar
membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan.
b. Menurut Gomes (2000) kinerja merupakan catatan terhadap
hasil produksi dari sebuah pekerjaan tertentu atau aktivitas
tertentu dalam periode waktu tertentu.
c. Dessler (1997) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah
memberikan umpan balik kepada karyawan dengan tujuan
memotivasi orang tersebut untuk menghilangkan kemerosotan
kinerja atau berkinerja lebih tinggi lagi. Menurut Dessler,
penilaian kerja terdiri dari tiga langkah, pertama
mendefinisikan pekerjaan berarti memastikan bahwa atasan dan
bawahan sepakat dengan tugas-tugasnya dan standar jabatan.
Kedua, menilai kinerja berarti membandingkan kinerja aktual
atasan dengan standar-standar yang telah ditetapkan, dan ini
mencakup beberapa jenis tingkat penilaian. Ketiga, sesi umpan
balik berarti kinerja dan kemajuan atasan dibahas dan rencana-
rencana dibuat untuk perkembangan apa saja yang dituntut.
26
d. Rivai dan basri (2005) menyebutkan bahwa kinerja adalah
kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan
sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan
tanggung jawab dengan hasil seperti yang diharapkan.
Marihot Tua Efendi (2002) berpendapat bahwa kinerja
merupakan hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai atau perilaku
nyata yang ditampilkan sesuai peranannya dalam organisasi.
Kinerja juga berarti hasil yang dicapai seseorang baik kualitas
maupun kuantitas sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan
kepadanya. Selain itu kinerja seseorang dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan, inisiatif, pengalaman kerja, dan motivasi karyawan.
Hasil kerja seseorang akan memberikan umpan balik bagi orang itu
sendiri untuk selalu aktif melakukan pekerjaannya secara baik dan
diharapkan akan menghasilkan mutu pekerjaan yang baik pula.
Pendidikan mempengaruhi kinerja seseorang karena dapat
memberikan wawasan yang lebih luas untuk berinisiatif dan
berinovasi dan selanjutnya berpengaruh terhadap kinerjanya.
Sopiah (2008) menyatakan lingkungan juga bisa
mempengaruhi kinerja seseorang. Situasi lingkungan yang kondusif,
misalnya dukungan dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana
yang memadai akan menciptakan kenyamanan tersendiri dan akan
27
memacu kinerja yang baik. Sebaliknya, suasana kerja yang tidak
nyaman karena sarana dan prasarana yang tidak memadai, tidak
adanya dukungan dari atasan, dan banyak terjadi konflik akan
memberi dampak negatif yang mengakibatkan kemerosotan pada
kinerja seseorang.
Sedangkan kinerja karyawan menurut Henry Simamora
(2004) adalah tingkat hasil kerja karyawan dalam pencapaian
persyaratan pekerjaan yang diberikan. Deskripsi dari kinerja
menyangkut tiga komponen penting yaitu:
a. Tujuan
Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi
bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan
organisasi terhadap setiap personel.
b. Ukuran
Ukuran dibutuhkan untuk mengetahui apakah seorang personel
telah mencapai kinerja yang diharapkan, untuk itu kuantitatif
dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan
personal memegang peranan penting.
c. Penilaian
Penilaian kinerja reguler yang dikaitkan dengan proses
pencapaian tujuan kinerja setiap personel. Tindakan ini akan
membuat personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan
28
dan berperilaku kerja sesuai dan searah dengan tujuan yang
hendak dicapai.
Menurut Rita Swietenia (2009) manfaat kinerja pegawai
antara lain adalah untuk menganalisa dan mendorong efisiensi
produksi, untuk menentukan target atau sasaran yang nyata, lalu
untuk pertukaran informasi antara tenaga kerja dan manajemen
yang berhubungan terhadap masalah-masalah yang berkaitan.
2.1.10. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja memainkan peranan yang sangat penting
dalam peningkatan motivasi di tempat kerja. Karyawan
menginginkan dan memerlukan balikan berkenan dengan prestasi
mereka dan penilaian menyediakan kesempatan untuk memberikan
balikan kepada mereka. Jika kinerja tidak sesuai dengan standar,
maka penilaian memberikan kesempatan untuk meninjau kemajuan
karyawan dan untuk menyusun rencana peningkatan kinerja.
Penilaian kinerja merupakan upaya membandingkan prestasi aktual
karyawan dengan prestasi kerja dengan yang diharapkan darinya
(Dessler 2000) Dalam penilaian kinerja karyawan tidak hanya
menilai hasil fisik, tetapi pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan
yang menyangkut berbagai bidang seperti kemampuan kerja,
29
kerajinan, kedisiplinan, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai
dengan bidang dan level pekerjaan yang dijabatnya.
Menurt Dessler (2000) ada lima faktor dalam penilaian kinerja
yang populer, yaitu:
a. Prestasi pekerjaan, meliputi: akurasi, ketelitian, keterampilan,
dan penerimaan keluaran.
b. Kuantitas pekerjaan, meliputi: volume keluaran dan kontribusi.
c. Kepemimpinan yang diperlukan, meliputi: membutuhkan saran,
arahan atau perbaikan
d. Kedisiplinan, meliputi: kehadiran, sanksi, warkat, regulasi, dapat
dipercaya/ diandalkan dan ketepatan waktu
e. Komunikasi, meliputi: hubungan antar karyawan maupun
dengan pimpinan, media komunikasi.
Menurut Hani Handoko (2002) pengukuran kinerja adalah
usaha untuk merencanakan dan mengontrol proses pengelolaan
pekerjaan sehingga dapat dilaksanakan sesuai tujuan yang telah
ditetapkan, penilaian prestasi kerja juga merupakan proses
mengevaluasi dan menilai prestasi kerja karyawan diwaktu yang
lalu atau untuk memprediksi prestasi kerja di waktu yang akan
datang dalam suatu organisasi.
30
Kinerja karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja
karyawan selama periode tertentu. Pemikiran tersebut
dibandingkan dengan target/ sasaran yang telah disepakati
bersama. Tentunya dalam penilaian tetap mempertimbangkan
berbagai keadaan dan perkembangan yang mempengaruhi kinerja
tersebut.
Hani Handoko (2000) menyebutkan bahwa penilaian kinerja terdiri
dari 3 kriteria, yaitu :
a. Penilaian berdasarkan hasil yaitu penilaian yang didasarkan
adanya target-target dan ukurannya spesifik serta dapat diukur.
b. Penilaian berdasarkan perilaku yaitu penilaian perilaku-perilaku
yang berkaitan dengan pekerjaan.
c. Penilaian berdasarkan judgement yaitu penilaian yang
berdasarkan kualitas pekerjaan, kuantitas pekerjaan, koordinasi,
pengetahuan pekerjaan dan ketrampilan, kreativitas, semangat
kerja, kepribadian, keramahan, integritas pribadi serta kesadaran
dan dapat dipercaya dalam menyelesaikan tugas.
Indikator kinerja karyawan menurut Bambang Guritno dan
Waridin (2005) adalah sebagai berikut :
a. Mampu meningkatkan Target pekerjaan.
b. Mampu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
c. Mampu menciptakan Inovasi dalam menyelesaikan pekerjaan.
31
d. Mampu menciptakan kreativitas dalam menyelesaikan
pekerjaan.
e. Mampu meminimalkan kesalahan pekerjaan.
2.2. Pengembangan Hipotesis dan Kerangka Pemikiran
2.2.1. Pengaruh Pengendalian Internal Terhadap Kinerja Karyawan
Pengendalian merupakan sebuah manajer dalam memastikan
sumber daya yang diperoleh dan dipergunakan secara efektif dan
efisien dalam usaha untuk mencapai tujuan organisasi, Anthony dan
Govindarajan (1995). Setiap perusahaan memerlukan pengendalian
manajemen, karena sistem tersebut didesain untuk mengatur
aktifitas anggota organisasi melalui para pemimpin (manajer)
organisasi agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan perusahaan.
Proses pengendalian dilakukan melaui para pemimpin atau manajer
dengan penentuan tujuan dan strategi, pelaksanaan dan pengukuran
serta analisis prestasi dan penghargaan.
Disisi lain Pilipus Ramandei (2009) memaparkan
pemahaman sistem pengendalian intern pada suatu organisasi perlu
ditingkatkan agar sistem pengendalian intern organisasi
perusaahaan dapat terlaksana secara efektif dan efisien dalam
mencapai tingkat kinerja karyawan yang diinginkan untuk
kelangsungan hidup perusahaan. Sehingga hipotesis yang diajukan
adalah sebagai berikut :
H1 : pengendalian internal berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
32
2.2.2. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan juga dapat dipengaruhi oleh gaya
kepemimpinan yang dianut dan diterapkan oleh manajemen puncak
atau pimpinan. Teori path Goal mengansumsikan bahwa pimpinan
bisa mengubah gaya atau perilaku mereka untuk memenuhi
permintaan dari situasi tertentu, misalnya saat menghadapi
kelompok bawahan baru, pemimpin mungkin berprilaku direktif
dalam membuat prosedur kerja dan menjelaskan apa yang mesti
dilakukan. Berikutnya, pemimpin dapat menggunakan perilaku
suportif untuk meningkatkan kepaduan kelompok dan
menumbuhkan iklim positif.
Setelah kelompok familier dengan tugas dan saat masalah-
masalah baru ditemukan, pemimpin dapat menampakkan perilaku
partisipatif untuk meningkatkan motivasi anggota kelompok.
Terakhir, perilaku yang berorientasi pada prestasi dapat dipakai
untuk mendorong kinerja yang semakin meningkat. Penerapan gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan karakter karyawan, pekerjaan,
dan kondisi yang ada dapat memberikan kontribusi yang besar
terhadap peningkatan Kinerja Karyawan. Sehingga hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut :
H2 : gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
33
2.2.3. Pengaruh Pengendalian Internal dan Gaya Kepemimpinan
Terhadap Kinerja Karyawan
Kinerja karyawan merupakan hasil kerja yang dapat dicapai
seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai
wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka untuk
mewujudkan tujuan perusahaan. Komponen-komponen
Pengendalian Internal seperti lingkungan pengendalian, penaksiran
resiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, dan
pemantauan yang baik akan mendorong kinerja karyawan untuk
lebih disiplin dan bertanggung jawab. Terdapat empat macam Gaya
Kepemimpinan yaitu partisipatif, direktif, suportif, dan berorientasi
pada prestasi dalam Teori Path Goal yang mengansumsikan bahwa
pimpinan bisa mengubah gaya mereka untuk memenuhi permintaan
dari situasi tertentu. Pengendalian internal dan gaya kepemimpinan
yang diterapkan dalam suatu perusahaan harus sangat diperhatikan.
Apabila kedua faktor tersebut diimplementasikan dengan baik maka
karyawan dapat bekerja secara maksimal dan berusaha untuk
meningkatkan kinerjanya. Sehingga hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut :
H3 : pengendalian internal dan gaya kepemimpinan sama-sama
berpengaruh terhadap kinerja karyawan.
34
2.2.4. Kerangka pemikiran
Berdasarkan uraian diatas, dapat dibuat suatu kerangka
pemikiran teoritis yang menggambarkan variabel-variabel. Variabel
dibedakan menjadi dua yaitu variabel independen (X) dan variabel
dependen (Y). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
independennya ialah pengendalian internal (X1), dan gaya
kepemimpinan (X2), sedangkan variabel dependen dalam penelitian
ini ialah kinerja karyawan (Y). Dalam penjelasan diatas dapat
dibuat kerangka berpikirnya. Menurut Sugiyono (2012: 89)
Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antara
variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
GAMBAR 2.1
Kerangka Pemikiran
Variabel Independen Variabel Dependen
Pengendalia
n internal
Gaya
kepemimpinan
Kinerja
karyawan