bab ii tinjauan pustaka 2.1. ladasan teori 2.1.1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2308/3/bab...
TRANSCRIPT
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ladasan Teori
2.1.1. Pengertian Auditing
Pengertian audit menurut Mulyadi (2002) adalah suatu proses
sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi
dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-
pernyataan tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta penyampain
hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Sedangkan
pengertian audit menurut Arens et al. (2008:4) mengatakan bahwa :
“Auditing is accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be done
by a competent, independent person.”
Berdasarkan definisi tersebut terlihat bahwa dalam melaksanakan
audit harus dilakukan oleh orang yang independen dan kompeten. Auditor
harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan
harus kompeten untuk mengatahui jenis serta jumlah bukti yang akan
dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa
bukti itu. Auditor juga harus memiliki sikap mental independen dan
kompetensiorang-orang
12
yang melaksanakan audit tidak akan ada nilainya jika mereka tidak
independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti (Arens dkk,
2008).
Tujuan auditing pada umumnya adalah memberikan suatu
pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah
disajikan secara wajar dalam segala hal yang material sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku secara umum. Sedangkan auditor bekerja
dengan cara menarik sebuah kesimpulan dari suatu proses auditing.
Berkualitas atau tidaknya hasil pekerjaan auditor akan mempengaruhi
kesimpulan akhir auditor dan secara tidak langsung juga akan
mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh
pihak perusahaan. Dalam auditing ada lima konsep dasar yang
dikemukakan oleh Mautz dan Sharaf (1993) yaitu:
1. Bukti (evidence), tujuannya adalah untuk memperoleh pengertian,
sebagai dasar untuk memberi kesimpulan yang dituangkan dalam
pendapat auditor. Bukti harus diperoleh dengan cara-cara tertentu agar
dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai yang diinginkan.
2. Kehati-hatian dalam pemeriksaan, konsep ini berdasarkan issue yang
pokok tingkat kehati-hatian yang diharapkan pada auditor yang
bertanggungjawab. Dalam hal ini yang dimaksud dengan tanggung
jawab adalah tanggung jawab seorang profesional dalam melaksanakan
tugasnya.
13
3. Penyajian atau pengungkapan yang wajar, konsep ini menuntut adanya
informasi laporan keuangan yang bebas (tidak memihak), tidak bias,
danmencerminkan posisi keuangan, hasil operasi, dan aliran kas
perusahaan yang wajar.
4.Independensi, yaitu suatu sikap yang dimiliki oleh auditor untuk
tidakmemihak dalam melakukan audit. Masyarakat pengguna jasa audit
memandang bahwa auditor akan independen terhadap laporan keuangan
yang diperiksanya dari pembuat dan pemakai laporan-laporan keuangan.
5. Etika perilaku, etika dalam auditing, berkaitan dengan konsep
perilakuyang ideal dari seoarang auditor profesional yang independen
dalam melaksanakan audit.
2.1.2. Kualitas Audit
Kualitas audit didefinisikan sebagai probabilitas bahwa auditor
akan baik dan benar dalam menemukan laporan kesalahan material,
keliru, atau kelalaian dalam laporan materi keuangan klien (De Angelo,
1981). Probabilitas auditor untuk melaporkan penyelewengan yang
terjadi dalam sistem akuntansi klien tergantung pada independensi
auditor. Auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaan
yang tinggi karena auditor mempunyai tangung jawab yang besar
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan
suatu perusahaan termasuk masyarakat (Ermayanti, 2009). Tetapi lebih
14
lanjut dinyatakan bahwa tidak hanya bergantung pada klien saja, auditor
merupakan pihak yang mempunyai kualifikasi untuk memeriksa dan
menguji apakah laporan kuangan telah disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Terdapat empat hal yang
dianggap mempunyai hubungan dengan kualitas audit yaitu:
1) Lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu
perusahaan (tenure), semakin lama seorang auditor telah melakukan
audit pada klien yang sama maka kualitas audit yang dihasilkan akan
semakin rendah.
2) Jumlah klien, semakin banyak jumlah klien maka kualitas audit akan
semakin baik karena auditor dengan jumlah klien yang banyak akan
berusaha menjaga reputasinya.
3) Kesehatan keuangan klien, semakin sehat kondisi keuangan klien maka
akan ada cenderung klien tersebut untuk menekan auditor agar tidak
mengikuti standar.
4) Review oleh pihak ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor
tersebut mengetahui bahwa hasil pekerjaannya akan direview oleh pihak
ketiga (Alim dkk, 2007).
15
Terdapat satu variabel dependen yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu variabel kualitas audit. Kualitas audit merupakan hal yang
penting bagi auditor dalam proses pengauditan, karena audit berguna
untuk mengurangi kesalahan informasi laporan keuangan yang
digunakan oleh manajer, pemegang saham, dan pihak luar seperti
masyarakat. Kualitas audit ini merupakan variabel yang tidak bisa diukur
secara langsung melainkan menggunakan indikator lainnya seperti
integritas, obyektivitas dan akuntabilitas.
Pengertian kualitas audit yaitu sikap auditor dalam melaksanakan
tugasnya yang tercermin dalam hasil pemeriksaannya dan dapat
diandalkan sesuai dengan standar yang berlaku. Kualitas audit yang baik
sangat diperlukan dalam pemerintahan, untuk mendapatkan kualitas
audit yang baik auditor diminta untuk bisa melaksanakan pemeriksaan
dengan standar audit yang telah ditetapkan dan selanjutnya melaporkan
hasil audit sesuai fakta tanpa pengurangan.
2.1.3. Integritas
Integritas merupakan suatu sikap yang mutlak diperlukan bagi
seorang auditor. Sunarto (2003) dalam Sukriah (2009) menyatakan
bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan
prinsip. Integritas menjadikan timbulnya kepercayaan masyarakat akan
16
suatu profesi hal ini dikarenakan integritas merupakan kualitas yang
menguji tatanan nilai tertinggi bagi suatu profesi. Dengan timbulnya
kepercayaan masyarakat dan pengguna laporan lainnya, maka kinerja
dari auditor dikatakan meningkat lebih baik.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Erina, dkk (2012) dan Arini (2010). Integritas mengharuskan
seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana,
dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur
tersebut diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan
dasar bagi pengambilan keputusanyang handal berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh (Sukriah, 2009). Sedangkan menurut penelitian Sari
(2011) menyebutkan bahwa integritas auditor internal menguatkan
kepercayaan dan karenanya menjadi dasar bagi pengandalan atas
judgment mereka. Akan tetapi, integritas merupakan suatu elemen
karakter yang mendasari timbulnya pengakuan profesional. Integritas
merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan patokan
bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambil. Integritas
mengharuskan seorang anggota untuk bersikap jujur dan berterus terang
tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa, pelayanan, dan
kepercayaan publik tidak boleh dikalahkam oleh keuntungan pribadi.
Auditor juga harus memiliki sikap berani dan bijaksana dalam
menghadapi dan menyelesaikan masalah. Integritas juga merupakan
tanggungjawab auditor untuk tidak merugikan orang lain, memeperbaiki
17
hasil kerjanya, konsisten terhadap pekerjaan serta bersikap sesuai norma
dan berpegang teguh pada peraturan yang berlaku.
2.1.4. Obyektivitas
Obyektivitas sebagai bebasnya seseorang dari tekanan dan
pengaruh kepentingan pribadi maupun orang lain dalam pengambilan
keputusan. Mabruri dan Winarna (2010) menyatakan semakin tinggi
obyektivitas auditor, maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaan.
Kualitas hasil pemeriksaan merupakan salah satu indikator yang
digunakan dalam menilai kinerja auditor internal. Sehingga dengan
tingginya sikap obyektivitas auditor maka kualitas hasil pemeriksaan
akan semakin baik, kualitas audit yang baik mencerminkan kinerja yang
baik pula. Objektivitas adalah suatu keyakinan, kualitas yang
memberikan nilai bagi jasa atau pelayanan auditor serta merupakan salah
satu ciri yang membedakan profesi akuntan dengan profesi lain dan
prinsip objektivitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor untuk tidak
memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan
(Sukriah., dkk, 2009).
Menurut Mulyadi (2002), menjelaskan bahwa objektivitas adalah
sikap mental yang harus dipertahankan oleh auditor dalam melakukan
audit dan auditor tidak boleh membiarkan pertimbangan auditnya
dipengaruhi oleh pihak lain. Hal ini membuat dalam diri seorang auditor
harus menjaga objektivitas dan bebas dari benturan kepentingan dalam
18
pemenuhan kewajibannya. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota
memiliki sikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka, serta bebas dari benturan kepentingan atau berapa di bawah
pengaruh pihak lain.
Menurut Sukrisno Agoes (2012:L19) pengertian objektivitas
adalah suatu keyakinan, kualitas yang memberikan nilai bagi
jasa/pelayanan auditor. Objektivitas merupakan suatu ciri yang
membedakan profesi akuntan dengan profesi-profesi lain. Prinsip
objektivitas menetapkan suatu kewajiban bagi auditor untuk tidak
memihak, jujur secara intelektual, dan bebas dari konflik kepentingan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa objektivitas berarti
kebebasan sikap mental yang harus dipertahankan oleh auditor dalam
melakukan audit, auditor tidak memihak dan tidak boleh membiarkan
pertimbangan auditnya dipengaruhi oleh orang lain sehingga auditor
dapat mengemukakan pendapat apa adanya dan sesuai fakta.
19
2.1.5. Akuntabilitas
Tetclock dalam Salsabila (2011:33) mendefinisikan “akuntabilitas
merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk
menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada
lingkungannya”. Akuntabilitas adalah kemampuan memberi jawaban
kepada otoritas yang lebih tinggi atas tindakan seseorang/sekelompok
orang terhadap masyarakat luas dalam suatu organisasi (Syahrudin Rasul,
2002:8). Sedangkan menurut UNDP, akuntabilitas adalah evaluasi
terhadap proses pelaksanaan kegiatan/kinerja organisasi untuk dapat
dipertanggungjawabkan serta sebagai umpan balik bagi pimpinan
organisasi untuk dapat lebih meningkatkan kinerja organisasi pada masa
yang akan datang. Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang
amanah (agen) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan,
melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang
menjadi tanggungjawab kepada pemberi amanah (prinscipal) yang
memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggunjawaban
tersebut (Mardiasmo, 2004). Libby dan Luft (1993), Cloyd (1997), Tan
dan Alison (1999) dalam Mardisar dan Sari (2007) melihat ada tiga
indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu.
Pertama, seberapa besar motivasi mereka untuk menyelesaikan
pekerjaan tersebut. Motivasi secara umum adalah keadaan dalam diri
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan. Menurut Libby dan
20
Luft (1993), dalam kaitannya dengan akuntabilitas seseorang, orang
dengan akuntabilitas tinggi juga memiliki motivasi tinggi dalam
mengerjakan sesuatu.
Kedua, seberapa besar usaha (daya pikir) yang diberikan untuk
menyelesaikan sebuah pekerjaan. Orang dengan akuntabilitas tinggi
mencurahkan usaha (daya pikir) yang lebih besar dibanding orang dengan
akuntabilitas rendah ketika menyelesaikan pekerjaan (Cloyd,1997) dalam
Mardisar dan Sari (2007).
ketiga, seberapa yakin mereka bahwa pekerjaan mereka akan
diperiksa oleh atasan. Keyakinan bahwa sebuah pekerjaan akan diperiksa
atau dinilai orang lain dapat meningkatkan keinginan dan usaha seseorang
untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih berkualitas. Menurut Tan dan
Alison (1999) dalam Mardisar dan Sari (2007), seseorang dengan
akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa
pekerjaan mereka akan diperiksa oleh supervisor/manajer/pimpinan
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki akuntabilitas
rendah.Semakin tinggi akutabilitas seseorang dalam melaksanakan
tugasnya, maka semakin baik kualitas audit yang dihasilkannya. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Salsabila (2011) yaitu
“adanya pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas audit”.
21
2.1. Pengembangan Hipotesis
Faktor pertama, yang mungkin dapat mempengaruhi kualitas audit yaitu
integritas. Prinsip integritas mengharuskan auditor untuk memiliki kepribadian
yang dilandasi oleh unsur kejujuran, keberanian, bijaksana, dan bertanggung
jawab untuk membangun kepercayaan guna memberi dasar dalam mengambil
suatu keputusan yang dapat diandalkan (Pusdiklatwas BPKP, 2008:21).
Penelitian mengenai integritas pernah dilakukan sebelumnya. Mabruri dan
Winarna (2010), dalam penelitiannya menunjukan hasil bahwa integritas
auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit di lingkungan
pemerintah daerah. Begitu juga hasil penelitian Ayuningtyas (2012), bahwa
integritas berpengaruh siginifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi integritas yang dimiliki oleh auditor sektor
publik pada saat melaksanakan penugasan profesional auditnya akan
mendorong meningkatnya kualitas hasil pemeriksaan. Berdasarkan hal tersebut
diatas, hipotesis pertama yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1 : Integritas berpengaruh positif terhadap kualitas audit di Pemerintah
Daerah.
Faktor kedua, yang dapat mempengaruhi kualitas audit yaitu
obyektivitas. Menurut Peraturan Badan Pemeriksaan Keuangan Republik
Indonesia Nomor 01 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara, bersikap obyektif merupakan cara berpikir yang tidak berpihak, jujur
secara intelektual, dan bebas dari benturan kepentingan. Obyektivitas
diperlukan oleh seorang auditor agar mampu bertindak adil tanpa dipengaruhi
22
tekanan ataupun permintaan dari pihak tertentu yang berkepentingan atas hasil
audit (Sukriah et al., 2009:3). Penelitian mengenai obyektivitas sudah pernah
dilakukan sebelumnya. Ayuningtyas (2012), berdasarkan hasil penelitianya
menunjukan bahwa obyektivitas berpengaruh siginifikan terhadap kualitas
hasil pemeriksaan. Begitu pula penelitian Sukriah etal., (2009), hasil
penelitiannya menunjukan bahwa obyektivitas berpengaruh secara positif
terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi tingkat obyektivitas auditor maka semakin baik kualitas pemeriksaan
yang dihasilkan. Berdasarkan hal tersebut diatas, hipotesis kedua yang
diajukan adalah:
H2 : Obyektivitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit di Pemerintah
Daerah.
Faktor ketiga, yang dapat mempengaruhi kualitas audit yaitu
akuntabilitas. Akuntabilitas adalah suatu dorongan atas perilaku yang dimiliki
seseorang untuk dapat menyelesaikan kewajiban yang
dipertanggungjawabkanya kepada lingkungan (Mardisar dan Sari, 2007:11).
Tan & Alison (1999) dalam Hartanti (2011:3), menyatakan bahwa seseorang
dengan akuntabilitas tinggi memiliki keyakinan yang lebih tinggi bahwa
pekerjaan mereka akan diperiksa oleh supervisor/ manajer/ pimpinan
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki akuntabilitas rendah. Mardisar
dan Sari (2007:2) kualitas dari hasil pekerjaan auditor dapat dipengaruhi oleh
adanya rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki auditor
dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Penelitian mengenai akuntabilitas
23
pernah dilakukan sebelumnya. Singgih & Bawono (2010), menunujukan hasil
bahwa akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit di KAP “Big
Four” yang ada di Indonesia. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Salsabila (2011) yaitu “adanya pengaruh akuntabilitas terhadap kualitas
audit”. Begitu pula dengan penelitian Rizal (2010), hasil penelitiannya
menunjukan bahwa akuntabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit pada klien yang menerapkan sistem informasi berbasis
komputer, dalam hal ini berartibahwa rasa pertanggungjawaban dan motivasi
auditor dalam melaksanakan audit pada klien yang menerapkan sistem
informasi berbasis komputer dapat meningkatkan kualitas Audit. Berdasarkan
hal tersebut diatas, hipotesis ketiga yang diajukan adalah:
H3 : Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kualitas audit di
Pemerintah Daerah
Penelitian ini juga menguji pengaruh Integritas, Obyektivitas, dan
Akuntabilitas terhadap kualitas audit Pemerintah Daerah secara simultan atau
bersama-sama. Maka, hipotesis keempat yang diajukan adalah:
H4 : Integritas, Obyektivitas, dan Akuntabilitas secara simultan
berpengaruh positif terhadap kualitas audit di Pemerintah Daerah.
Berdasarkan keempat hipotesis tersebut maka dibuat model penelitian sebagai
berikut:
24
Gambar : 2.1. Model Penelitian
Kualitas Audit (Y) Obyektivitas (X2)
Integritas (X1)
Akuntabilitas (X3)
Kualitas Audit (Y)
25
2.3.Penelitian Terdahulu
Nama Judul Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Selvia
Chrystiana
Dewi(2015)
Pengaruh Pengalaman Kerja,
Independensi, Obyektivitas, Integritas,
Kompetensi Dan Etika Auditor Terhadap
Kualitas Hasil Audit.
( Studi Pada Kantor Akuntan Publik di
Kota Semarang )
Regresi
Linier
Berganda
Pengaruh pengaruh pengalaman
kerja, independensi, objektifitas,
integritas, kompetensi, dan
Etika Auditor terhadap kualitas
hasil audit
Hasbia
Masran,Gagarng
Pagalung, Abdul
Hamid
Habbe(2014)
Pengaruh Kompetensi, Integritas,
Obyektivitas Dan Independendi Aparat
Pengawasan Internal Pemerintah ( APIP)
Terhadap Kualitas Audit
Model
Regresi
Linear
Berganda
Bahwa kompetensi, integritas,
objektivitas dan independensi
aparat pengawas intern
pemerintah di Inspektorat Kab.
Maros secara
simultan berpengaruh positif
terhadap kualitas audit.
Komang
Gunayanti
Ariani, Dewa
Nyoman Badera
(2015)
Pengaruh Integritas, Obyektifitas,
Kerahasiaan, Dan Kompetensi Pada
Kinerja Auditor Inspektorat Kota Denpasar
Model
Regresi
Linear
Berganda
Integritas, obyektivitas,
kerahasiaan,dan kompetensi
berpengaruh signifikan dan
positif pada kinerja
auditorInspektorat Kota
Denpasar.
26
Elisha Muliani
Sinngih, Icuk
Rangga Bawono
(2010)
Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due
Professional Care dan Akuntabilitas
Terhadap Kualitas Audit
(Studi pada Auditor di KAP “Big Four” di
Indonesia.
Model
Regresi
LinierBerga
nda
a.Independensi, pengalaman,
due professional care dan
akuntabilitas secara simultan
berpengaruh terhadap kualitas
audit.
b. Independensi, due
professional care dan
akuntabilitas secara parsial
berpengaruh
terhadap kualitas audit,
sedangkan pengalaman tidak
berpengaruh terhadap kualitas
audit.
c. Independensi merupakan
variabel yang dominan
berpengaruh terhadap kualitas
audit.
Ainia
Salsabila(2011)
Precilia Prima
Queena, Abdul
Rohman1
Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan
Audit dan Gender Terhadap kualitas
Auditor Internal (Studi Empiris Pada
Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta).
Faktor- faktor yang mempengaruhi
Kualitas Audit Aparat Inspektorat
Kota/Kabupaten di Jawa Tengah.
Model
Regresi
Linier
Berganda
Model
analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa akuntabilitas,
pengetahuan audit dan gender
secara simultan dan signifikan
terhadap kualitas kerja auditor
internal.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
1) Independensi, tidak
27
(2012)
mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kualitas
audit
2) Obyektifitas berpengaruh
positif terhadap kualitas audit
3) Pengetahuan mempunyai
pengaruh yang signifikan
terhadap kualitas audit
4) Pengalaman kerja auditor
tidak mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
kualitas audit
5) Integritas berpengaruh
positif terhadap kualitas audit
6) Etika berpengaruh positif
terhadap kualitas audit
7) Skeptisisme profesional
berpengaruh positif terhadap
kualitas audit.
Ruslan Ashari
(2011)
Pengaruh Keahlian, Independensi, dan
Etika terhadap Kualitas Audit pada
InspektoratProvinsi Maluku Utara
Model
analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini
menunjukkan keahlian,
independensi dan etika secara
simultan berpengaruh
signifikan terhadap kualitas
auditor pada Inspektorat
Provinsi Maluku Utara. Secara
parsial keahlian dan
independensi secara bersama
28
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas auditor,
namun tidak untuk etika
dimana tidak signifikan
terhadap kualitas auditor.
Pengaruh terbesar terhadap
kualitas auditor pada
Inspektorat Provinsi Maluku
Utara adalah keahlian.
Latifah Rosiyana
(2014)
Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi,
Independensi, dan Due Professional Care
terhadap Kualitas Audit
Model
analisis
Regresi
Berganda
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa
kompetensi dan due
professional care berpengaruh
terhadap kualitas audit
sedangkan akuntabilitas dan
independensi tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit.
Alim, M.
Nizarul.
Hapsari.T dan
Purwanti.L.
(2007)
Pengaruh Kompetensi Dan Independensi
Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika
Auditor Sebagai Variabel Moderasi
Analisis
Regresi
Moderate
Two Way
Interaction
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa independensi dan
kompetensi mempengaruhi
kualitas audit secara signifikan.
Penelitian ini menemukan bukti
bahwa interaksi antara etika
auditor dan kompetensi tidak
berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat memperluas
cakupan wilayah survey,
mengelompokkan objek
29
penelitian, dan mencakup
variabel perilaku dan juga
faktor kondisional lainnya
sebagai variabel moderasi,
mempengaruhi independensi
dan kompetensi serta kualitas
audit.
Achmat Badjuri
(2011)
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Hasil pemeriksaan Audit Sektor
Publik (Studi Empiris pada BPKP
Perwakilan Jawa Tengah).
Analisis
Regresi
Berganda
Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa
independensi dan akuntabilitas
berpengaruh terhadap kualitas
audit. Sehingga semakin tinggi
sikap independensi dan
akuntabilitas yang dimiliki
auditor maka akan
meningkatkan kualitas audit.
Sedangkan pengalaman dan due
professional care tidak
berpengaruh terhadap kualitas
audit.
30