bab ii tinjauan pustaka 2.1 kayu laminasi · menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada...

12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Laminasi Bodig dan Jayne (1982) menyatakan bahwa kayu laminasi adalah salah satu komponen kayu komposit yang berfungsi untuk mengontrol atau mengatur sifat produk melalui desain dan telah dipraktekkan selama beberapa tahun. Layered Composite System, khususnya kayu laminasi dibuat untuk meningkatkan penggunaannya di dalam struktur perencanaan. Serrano (2003) menyatakan bahwa keuntungan penggunaan kayu laminasi adalah memberikan pilihan bentuk geometri lebih beragam, memungkinkan untuk penyesuaian kualitas laminasi dengan tingkat tegangan yang diinginkan, meningkatkan akurasi dimensi, dan stabilitas bentuk. Disamping kelebihan tersebut, kayu laminasi juga memiliki beberapa kekurangan. Apabila kayu solid tersedia dalam ukuran yang diperlukan, maka proses tambahan dalam pembuatan kayu laminasi akan meningkatkan biaya produksinya melebihi kayu gergajian. Pembuatan kayu laminasi memerlukan peralatan khusus, perekat, fasilitas pabrik dan keahlian dalam pembuatannya, dibandingkan bila memproduksi kayu gergajian. Semua tahap dalam proses pembuatan memerlukan perhatian untuk menjamin produk akhir yang berkualitas tinggi (Moody et al. 1999). Moody dan Hernandez (1997) menyatakan bahwa penggunaan utama kayu laminasi adalah pada sistem atap dari bangunan-bangunan komersial, sistem atap dan lantai rumah. Penggunaan lainnya adalah sebagai bangunan-bangunan komersial dan rumah (sebagai balok persegi, balok lengkung, kuda-kuda, balok struktur, bangunan kayu bertingkat, kubah dan tiang), jembatan (untuk bagian- bagian dari struktur bagian atas seperti balok penopang dan decking), serta penggunaan struktur lain (seperti tower transmisi listrik, tonggak listrik, dan penggunaan lain untuk memenuhi persyaratan ukuran dan bentuk yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan tiang kayu konvensional). Komponen penyusun kayu laminasi adalah face, core dan back. Face adalah lapisan teratas pada kayu laminasi, core adalah lapisan tengah pada kayu laminasi dan back adalah lapisan terakhir atau terbawah dari kayu laminasi.

Upload: trinhhanh

Post on 17-Sep-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Laminasi · menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada di tengah kayu laminasi ... 1600 kg/cm2 yang menunjukkan bahwa kekuatan lentur

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kayu Laminasi

Bodig dan Jayne (1982) menyatakan bahwa kayu laminasi adalah salah

satu komponen kayu komposit yang berfungsi untuk mengontrol atau mengatur

sifat produk melalui desain dan telah dipraktekkan selama beberapa tahun.

Layered Composite System, khususnya kayu laminasi dibuat untuk meningkatkan

penggunaannya di dalam struktur perencanaan. Serrano (2003) menyatakan bahwa

keuntungan penggunaan kayu laminasi adalah memberikan pilihan bentuk

geometri lebih beragam, memungkinkan untuk penyesuaian kualitas laminasi

dengan tingkat tegangan yang diinginkan, meningkatkan akurasi dimensi, dan

stabilitas bentuk. Disamping kelebihan tersebut, kayu laminasi juga memiliki

beberapa kekurangan. Apabila kayu solid tersedia dalam ukuran yang diperlukan,

maka proses tambahan dalam pembuatan kayu laminasi akan meningkatkan biaya

produksinya melebihi kayu gergajian. Pembuatan kayu laminasi memerlukan

peralatan khusus, perekat, fasilitas pabrik dan keahlian dalam pembuatannya,

dibandingkan bila memproduksi kayu gergajian. Semua tahap dalam proses

pembuatan memerlukan perhatian untuk menjamin produk akhir yang berkualitas

tinggi (Moody et al. 1999).

Moody dan Hernandez (1997) menyatakan bahwa penggunaan utama kayu

laminasi adalah pada sistem atap dari bangunan-bangunan komersial, sistem atap

dan lantai rumah. Penggunaan lainnya adalah sebagai bangunan-bangunan

komersial dan rumah (sebagai balok persegi, balok lengkung, kuda-kuda, balok

struktur, bangunan kayu bertingkat, kubah dan tiang), jembatan (untuk bagian-

bagian dari struktur bagian atas seperti balok penopang dan decking), serta

penggunaan struktur lain (seperti tower transmisi listrik, tonggak listrik, dan

penggunaan lain untuk memenuhi persyaratan ukuran dan bentuk yang tidak dapat

dicapai dengan menggunakan tiang kayu konvensional). Komponen penyusun

kayu laminasi adalah face, core dan back. Face adalah lapisan teratas pada kayu

laminasi, core adalah lapisan tengah pada kayu laminasi dan back adalah lapisan

terakhir atau terbawah dari kayu laminasi.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Laminasi · menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada di tengah kayu laminasi ... 1600 kg/cm2 yang menunjukkan bahwa kekuatan lentur

4

Kayu laminasi simetris terdiri dari bahan dan ketebalan yang sama pada

bagian face dan core, sehingga garis atau sumbu netral tepat berada di tengah

(bagian core) dari kayu laminasi. Kayu laminasi asimetris terdiri dari bahan yang

berbeda pada ketiga bagian penyusunnya. Perbedaan jenis dan ketebalan bahan

menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada di tengah kayu laminasi

(dapat terjadi pada bagian core atau back, tergantung dari tebal masing-masing

bahan dan centroid pada kondisi transformed cross section (TCS). Penggunaan

transformed cross section akan mengkonversi berbagai nilai E (modulus

elastisitas), dengan satu nilai E saja. Dalam pengukuran pada kondisi TCS, salah

satu bagian dari lamina dijadikan sebagai referensi dalam melakukan konversi

(pada umumnya bagian atas dari lamina). Adanya TCS menyebabkan

pengurangan lebar pada bagian lamina yang memiliki nilai E lebih kecil dari E

referensi, dan penambahan lebar pada bagian lamina yang memiliki nilai E lebih

besar dari E referensi (Bodig dan Jayne 1982).

2.2 Dinding Sekat

Dinding berfungsi untuk memberi perlindungan terhadap cuaca maupun

sebagai pembagi bangunan pada ruang atau bilik. Bahan yang digunakan untuk

membuat dinding biasanya adalah bata, kayu solid, maupun kayu komposit.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam membentuk dinding yaitu kestabilan,

kekuatan, ketahanan terhadap cuaca, ketahanan terhadap bahaya kebakaran, serta

kemampuannya dalam pengaliran dan penyerapan bunyi. Dinding diperlukan

untuk menyerap bunyi, oleh karena itu pemilihan bahan sangat berperan penting.

Bahan penyerap bunyi dapat diaplikasikan pada dinding untuk menyerap

gelombang bunyi. Kayu banyak digunakan untuk membuat rangka dinding,

pelapisan dinding dan dinding sekat (Anonim 2008).

2.3 Sifat Mekanis

Brown et al. (1952) menyatakan bahwa sifat mekanis kayu merupakan

sifat ketahanan kayu terhadap gaya-gaya luar yang diberikan serta reaksi yang

ditimbulkan oleh kayu terhadap adanya gaya-gaya tersebut. Sifat mekanis

berhubungan erat dengan tegangan dan perubahan bentuk atau deformasi yang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Laminasi · menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada di tengah kayu laminasi ... 1600 kg/cm2 yang menunjukkan bahwa kekuatan lentur

5

terjadi akibat beban dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi sifat mekanis.

Sifat mekanis yang diamati dalam penelitian ini adalah modulus elastisitas (MOE)

dan kekuatan lentur/Modulus of Rupture (MOR) (Haygreen et al. 2003)

2.3.1 Modulus Elastisitas (Modulus of Elasticity, MOE)

Tsoumis (1991) menyatakan bahwa elastisitas adalah sifat benda yang

mampu kembali ke kondisi semula dalam bentuk dan ukurannya ketika beban

yang mengenainya dihilangkan. Nilai MOE hanya valid jika yang diambil adalah

nilai batas proporsionalnya saja. MOE tinggi menunjukkan kekakuan bahan yang

tinggi untuk dapat menahan tekanan besar yang dikenakan padanya tanpa

deformasi yang besar. Nilai modulus elastisitas kayu bervariasi antara 25000-

170000 kg/cm2. Nilai modulus elastisitas berbeda pada ketiga arah

pertumbuhannya. Pada arah transversal, modulus elastisitasnya hanya berkisar

3000-6000 kg/cm2, sedangkan perbedaan untuk arah radial dan tangensial tidak

nyata.

2.3.2 Kekuatan Lentur (Modulus of Rupture, MOR)

Kekuatan lentur merupakan ukuran kemampuan benda untuk menahan

beban lentur maksimum sampai benda tersebut mengalami kerusakan yang

permanen (Brown et al. 1952). Tsoumis (1991) menyatakan bahwa bila beban

terjadi di atas batas proporsi, maka deformasinya akan permanen. Nilai dari MOR

bervariasi. Besarnya hasil pengujian kekuatan lentur ini dinyatakan dalam

modulus of rupture (MOR) atau modulus patah. Nilai MOR bervariasi antara 550-

1600 kg/cm2 yang menunjukkan bahwa kekuatan lentur mirip dengan kekuatan

tegangan aksial. Oleh sebab itu MOR bisa digunakan sebagai indeks kekuatan

tegangan aksial, ketika nilai dari besaran akhir tidak tersedia.

2.3.3 Pengujian Lentur

Ada beberapa metode pengujian lentur yang dapat dilakukan yaitu metode

one point loading dan two point loading.

2.3.3.1 Metode One Point Loading

Momen lentur dan gaya geser pada balok dengan beban tunggal di tengah

bentang (metode one point loading) dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan

diagram untuk momen lentur dan gaya gesernya dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Laminasi · menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada di tengah kayu laminasi ... 1600 kg/cm2 yang menunjukkan bahwa kekuatan lentur

6

Gambar 1 Skema pengujian lentur dengan metode one point loading.

Pada metode one point loading , seluruh bagian mengalami momen lentur

dan gaya geser secara bersama-sama seperti terlihat pada Gambar 2, sehingga

defleksi yang terjadi merupakan akibat resultan keduanya (Mardikanto et al.

2011). Nilai Modulus Elastisitas sebenarnya (true MOE) tidak dapat diperoleh

dengan metode ini, namun metode ini paling banyak digunakan untuk menguji

spesimen berukuran kecil (contoh uji bebas cacat).

Gambar 2 Diagram momen lentur (Mx) dan gaya geser (Vx) sepanjang bentang balok dengan beban tunggal di tengah batang.

2.3.3.2 Metode Two Point Loading

Momen lentur dan gaya geser pada balok dengan beban ganda (two point

loading) dapat dilihat pada Gambar 3.

P½ L  ½ L 

Ra L Rb

P

Momen lentur  Mx

Gaya geser  Vx

L½ L½ L

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Laminasi · menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada di tengah kayu laminasi ... 1600 kg/cm2 yang menunjukkan bahwa kekuatan lentur

7

Gambar 3 Skema pengujian lentur dengan metode two point loading.

Diagram momen lentur dan gaya geser pada metode two point loading

dapat dilihat pada Gambar 4. Pada metode ini, tidak semua bagian balok lentur

mengalami gaya geser. Bagian di antara dua beban tidak mengalami gaya geser,

sehingga defleksi pada bagian itu murni disebabkan oleh momen lentur. Oleh

karena itu, modulus elastisitas yang sebenarnya dapat ditentukan dengan

mengukur defleksi di antara dua beban.

Gambar 4 Diagram momen lentur (Mx) dan gaya geser (Vx) pada balok dengan beban ganda (two points load).

2.4 Sifat Fisis

2.4.1 Kadar Air

Kadar air (KA) adalah banyaknya air yang terkandung dalam kayu, yang

dinyatakan dalam persentase terhadap berat kering tanur (Brown et al. 1952).

Kadar air mempengaruhi kekuatan kayu. Jika terjadi penurunan kadar air (kayu

2P 

LR  R 

a aLb 

2P 

MxMomen lentur 

Gaya geser  Vx 

L

Lb aa

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Laminasi · menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada di tengah kayu laminasi ... 1600 kg/cm2 yang menunjukkan bahwa kekuatan lentur

8

tersebut mengering) maka kekuatan kayu akan meningkat. Pengaruh penurunan

kadar air terhadap sifat kekuatan kayu tampak jelas apabila kadar air berada di

bawah titik jenuh serat. Air dalam kayu terdiri atas air bebas dan air terikat

dimana keduanya secara bersama-sama menentukan kadar air kayu. Dalam satu

jenis pohon kadar air segarnya bervariasi tergantung pada tempat tumbuh dan

umur pohon (Haygreen et al. 2003).

2.4.2 Kerapatan

Kerapatan didefinisikan sebagai massa atau berat per satuan volume,

biasanya dinyatakan dalam kg/m3, g/cm3, dan lb/ft3. Faktor-faktor yang

mempengaruhi variasi kerapatan kayu dalam spesiesnya antara lain : lokasi dalam

satu pohon, lokasi dalam satu spesies, kondisi lingkungan setempat (tanah, air,

kemiringan), serta faktor genetik (Haygreen et al. 2003). Tsoumis (1991)

menyatakan bahwa kerapatan mempengaruhi sifat-sifat higroskopisitas,

penyusutan dan pengembangan, sifat mekanis, panas, sifat akustik, kelistrikan,

dan lainnya yang berhubungan dengan pengerjaan kayu selanjutnya (pengolahan

dan pengeringan).

2.4.3 Berat Jenis

Menurut Haygreen et al. (2003), berat jenis kayu adalah suatu sifat fisika

kayu yang paling penting. Berat jenis kayu merupakan istilah yang dipakai untuk

menunjukkan perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan air.

Kebanyakan sifat mekanis kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dan

kerapatan. Kerapatan dan berat jenis digunakan untuk menerangkan massa atau

berat per satuan volume. Ciri-ciri ini umumnya digunakan dalam hubungannya

dengan semua tipe bahan. Kerapatan didefinisikan sebagai massa atau berat per

satuan volume. Sedangkan berat jenis adalah perbandingan kerapatan bahan

dengan kerapatan air (1 g/cm3). Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi berat

jenis kayu diantaranya adalah kondisi lingkungan setempat, iklim, letak geografi,

gangguan selama pertumbuhan, serta jenis spesies. Faktor lingkungan setempat

yang dapat mempengaruhi berat jenis diantaranya adalah kelembaban, cahaya

matahari, nutrisi, angin, dan suhu.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Laminasi · menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada di tengah kayu laminasi ... 1600 kg/cm2 yang menunjukkan bahwa kekuatan lentur

9

Tobing (1995) yang diacu dalam Sugiarti (2010) menyatakan bahwa berat

jenis selain digunakan sebagai penduga kekuatan kayu, juga digunakan sebagai

indikator untuk menduga mudah tidaknya suatu kayu dikeringkan. Kayu yang

memiliki BJ tinggi pada umumnya sukar dikeringkan dan mengalami cacat yang

lebih besar dibandingkan kayu yang memiliki berat jenis (BJ) rendah.

2.5 Sound Absorption

Tsoumis (1991) menyatakan bahwa kemampuan kayu untuk menyerap

suara biasa diukur dengan Coefficient of sound absorption. Besarnya energi suara

yang dipantulkan, diserap, atau diteruskan bergantung pada jenis dan sifat dari

bahan atau material tersebut. Pada umumnya bahan berpori (porous material)

akan menyerap energi suara yang lebih besar dibandingkan dengan jenis bahan

lainnya. Adanya pori-pori menyebabkan gelombang suara dapat masuk ke dalam

material tersebut. Energi suara yang diserap oleh bahan akan dikonversikan

menjadi bentuk energi lainnya, yang pada umumnya adalah energi kalor.

Energi akustik yang mencapai kayu akan memasuki massa kayu, kemudian

sebagian akan diserap, dipantulkan dan dibiaskan. Keuntungan kayu dibanding

dengan bahan-bahan yang lain yaitu strukturnya yang menyerap namun

mempunyai koefisien rendah yaitu kurang dari 10 %. Faktor-faktor yang

mempengaruhi sound absorption adalah kerapatan kayu, modulus elastisitas,

kadar air, temperatur, intensitas dan frekuensi dari suara, serta kondisi pada

permukaan kayu. Kayu dengan kerapatan dan modulus elastisitas yang rendah,

serta kadar air dan temperatur yang tinggi lebih banyak menyerap suara (Tsoumis

1991).

Material penyerap secara alami pada umumnya bersifat restitif, berserat

(fibrous), berpori (porous), atau dalam kasus khusus bersifat resonator aktif.

Ketika gelombang bunyi menumbuk material penyerap, maka energi bunyi

sebagian akan diserap dan diubah menjadi panas. Besarnya penyerapan bunyi

pada material penyerap dinyatakan dengan koefisien serapan (α). Koefisien

serapan dinyatakan dalam bilangan antara 0 dan 1. Nilai koefisien serapan 0

menandakan tidak ada energi bunyi yang diserap dan nilai koefisien serapan 1

menandakan serapan yang sempurna (Mediastika 2009).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Laminasi · menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada di tengah kayu laminasi ... 1600 kg/cm2 yang menunjukkan bahwa kekuatan lentur

10

Rusmawati (2007) menyatakan bahwa α adalah salah satu parameter

penting dalam penentuan sejauh mana suatu bahan dapat menyerap atau

mereduksi bunyi. Koefisien absorbsi suara antara satu bahan dengan bahan yang

lain berbeda. Salah satu metode untuk mengukur penyerapan suara adalah metode

standing wave. Metode tersebut banyak digunakan karena metode tersebut

sederhana dan menunjukkan hasil yang akurat. Metode ini memerlukan

pengoperasian suatu frekuensi suara (dari mikrofon yang bergerak) di dalam

tabung impedansi untuk memperkirakan tekanan akustik dan mengetahui dimana

terjadinya tekanan akustik minimum dan maksimum (Kang et al. 2006).

2.6 Perekat Poly Vinil Acetat (PVAc)

PVAc merupakan perekat sintetis yang bersifat thermoplastic (mengeras

dalam keadaan dingin, melunak bila dipanaskan, dan kembali mengeras bila

didinginkan). Masa tunggu perekat PVAc yaitu 10-15 menit. Perekat ini kurang

tahan terhadap cuaca dan kelembaban tertentu, serta digunakan untuk pemakaian

interior. Perekat PVAc tidak memerlukan kempa panas dan dalam

penggunaannya secara luas dapat menghasilkan keteguhan rekat yang baik dengan

biaya yang rendah (Pizzi 1994).

Menurut Kollman et al. (1975), perekat PVAc memiliki kelebihan dan

kelemahan sebagai berikut :

Kelebihan :

a. Merupakan perekat yang dapat dimodifikasi untuk mendapatkan

bermacam kecepatan pengeringan lem yang sama di setiap penggunaan.

b. Mudah dalam penggunaan, bersih, memiliki waktu penyimpanan tidak

terbatas, dan tahan terhadap mikroorganisme.

c. Dapat menghasilkan kekuatan pengeleman pada kayu dan hasil produk

kayu lainnya.

Kelemahan :

a. Sensitif terhadap air sehingga kurang baik untuk pemakaian eksterior.

b. Mengakibatkan peregangan pada sambungan bila terkena temperatur

tinggi.

c. Tidak baik diaplikasikan pada permukaan yang tidak memiliki pori.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Laminasi · menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada di tengah kayu laminasi ... 1600 kg/cm2 yang menunjukkan bahwa kekuatan lentur

11

2.7 Gambaran Umum Bahan Baku Pembentuk Kayu Laminasi

2.7.1 Plywood atau Kayu Lapis

Kayu lapis adalah suatu produk yang diperoleh dengan cara menyusun

bersilangan tegak lurus lembaran venir yang diikat dengan perekat, minimal tiga

lapis (SNI 1992). Pemasangan venir dengan arah saling tegak lurus dimaksudkan

untuk mendapatkan kekuatan mekanis yang lebih tinggi, penyusutan lebih kecil

sehingga menjadikan produk tersebut memiliki stabilitas dimensi yang tinggi. SNI

(1992) menyatakan bahwa kayu lapis Indonesia terdiri atas kayu lapis penggunaan

umum, kayu lapis struktural, dan kayu lapis bermuka film. Kayu lapis penggunaan

umum adalah kayu lapis yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan tanpa

diproses lebih lanjut. Kayu lapis tersebut dikelompokkan ke dalam kelas mutu (A,

B, C, dan D), menurut penampilan, kandungan cacat dari venir muka atau

belakang (venir luar), dan menurut ukurannya. Toleransi ukuran, kesikuan, dan

kadar air merupakan prasyarat dalam pengujian kayu lapis. Tipe kayu lapis

struktural dapat dibedakan berdasarkan kekuatan ikatan perekat, yaitu :

1. Tipe Eksterior I adalah kayu lapis yang dalam penggunaannya tahan

terhadap cuaca dalam waktu relatif lama.

2. Tipe Eksterior II adalah kayu lapis yang dalam penggunaannya hanya

tahan terhadap cuaca dalam waktu relatif singkat.

3. Tipe Interior I adalah kayu lapis yang dalam penggunaannya hanya

tahan terhadap kelembaban udara tinggi.

4. Tipe Interior II adalah kayu lapis yang dalam penggunaannya hanya

tahan terhadap kelembaban udara rendah.

2.7.2 Styrofoam

Styrofoam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi suspense pada

tekanan dan suhu tertentu. Pada umumnya styrofoam digunakan sebagai insulator

dalam bahan konstruksi bangunan. Proses selanjutnya yaitu pemanasan untuk

melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent. Styrofoam merupakan

bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari

butiran berkerapatan rendah yang memiliki bobot ringan serta terdapat ruang antar

butiran yang berisi udara (Badan POM RI 2008). Menurut Bpanel (2009),

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Laminasi · menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada di tengah kayu laminasi ... 1600 kg/cm2 yang menunjukkan bahwa kekuatan lentur

12

styrofoam memiliki sifat insulasi panas dan insulasi akustik yang baik serta

mudah dalam pengaplikasiannya.

Penelitian Martiandi (2010) menyatakan bahwa penambahan styrofoam

pada papan partikel tidak memberikan pengaruh yang signifikan untuk

meningkatkan nilai absorbsi suara bila dibandingkan dengan papan partikel tanpa

styrofoam. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut mengingat bahwa karakteristik

styrofoam yang porous memiliki potensi untuk meredam suara. Penelitian

Martiandi (2010) menghasilkan papan komposit campuran kayu afrika dan

styrofoam yang menyerap suara dengan baik pada frekuensi 1250 Hz-1600 Hz,

dimana nilai α mencapai 0,80 dan nilainya terus meningkat sesuai dengan

pertambahan frekuensi. Melihat kecenderungan peningkatan nilai koefisien

absorbsi pada penelitian Martiandi, perlu dilakukan uji absorbsi pada frekuensi

yang lebih tinggi lagi untuk mengetahui nilai koefisien absorbsinya.

2.7.3 Kayu Balsa (Ochroma sp.)

Kayu Balsa merupakan kayu berdiameter besar yang termasuk dalam

kategori kayu cepat tumbuh (fast growing species) dan tingginya bisa mencapai

20-30 m. Pohon balsa merupakan tumbuhan asli dari Brasil, Bolivia Utara sampai

Meksiko Selatan. Kayunya evergreen dan daunnya rontok bila musim panas yang

terlalu lama. Kayu Balsa merupakan hardwood berdasarkan bentuk daunnya,

walaupun kayunya lunak. Kayu balsa sangat lunak dan terang, serta memiliki

permukaan kasar. Kerapatan kering tanur dari kayu balsa berkisar antara 0,04 –

0,34 g/cm3. Kayu balsa juga sering digunakan sebagai core material pada kayu

komposit, contoh : turbin angin, meja tennis yang dibuat dari balsa dengan dilapisi

plywood pada bagian atas dan bawahnya. Kayu balsa juga digunakan sebagai

laminasi pada fiberglass untuk meningkatkan kualitas balsa pada surfboard, deck

dan bagian atas dari boats (Anonim 2009).

Menurut Miller (1999), kayu ini cocok untuk berbagai penggunaan karena

karakteristiknya lunak dan warnanya yang terang. Kayu balsa dikenali

berdasarkan berat kayunya yang sangat ringan dan warna kayu yang pucat

(biasanya putih, kekuning-kuningan, dan terkadang berona kemerah-mudaan,

serta menimbulkan kesan raba beludru). Karena beratnya yang ringan dan

kayunya memiliki pori, balsa sangat efisien sebagai bahan insulasi terhadap panas

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Laminasi · menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada di tengah kayu laminasi ... 1600 kg/cm2 yang menunjukkan bahwa kekuatan lentur

13

dan dingin. Kayu balsa juga mempunyai sifat rambatan yang lambat terhadap

suara dan getaran. Penggunaan kayu balsa pada umumnya adalah sebagai alat-alat

penolong, alat pelampung, rakit, bahan penyekat, bantalan, sound modifiers, serta

alat peraga.

2.7.4 Medium Density Fiberboard (MDF)

Menurut Haygreen et al. (2003) MDF merupakan salah satu produk dari

papan serat. Papan serat adalah panel yang dibuat dengan cara mengkonversi kayu

bulat atau serpih kayu menjadi serat melalui proses pulp mekanis kemudian

membentuknya menjadi lembaran papan dengan kempa panas baik dengan wet

process maupun dry process. Maloney (1996) menyatakan bahwa papan serat

berkerapatan sedang (MDF) adalah produk panel kayu yang terbuat dari serat

berlignoselulosa dikombinasikan dengan perekat buatan atau perekat lainnya yang

mempunyai kerapatan 0,50 sampai 0,80 g/cm3.

Haygreen et al. (2003) menyatakan bahwa MDF dapat dibuat dari banyak

material seperti residu kayu (sisa serutan dari mesin planner, serbuk gergaji kayu,

potongan pinggir dari plywood, dan lain sebagainya), namun harus tetap

menambahkan minimal 25 % pulp chip untuk menghasilkan kualitas furnish yang

diinginkan. Limbah pertanian dan semua sumber serat dapat dicampurkan asalkan

interaksi antara bahan mentah dan resin dapat dikontrol (Maloney 1996 dalam

Haygreen et al. 2003). MDF memiliki sifat fisis yang seragam, permukaan halus

dan padat (sehingga memungkinkan untuk dicetak, dicat, dan diberi bahan

pelapis), memiliki sifat penyekrupan yang baik serta memiliki kestabilan dimensi

yang relatif tinggi di bawah perubahan kondisi kelembaban lingkungan (Tsoumis

1991).

MDF digunakan sebagai furniture, kitchen cabinets, dan wall paneling

(dimana dibutuhkan permukaan yang halus, dapat dicetak, dan dilukis namun

kekuatan kayu tidak terlalu diperhitungkan). Bagian tepi dari particleboards

terlalu keropos sehingga memerlukan penanganan lanjutan sedangkan bagian tepi

dari MDF halus sehingga MDF lebih banyak digunakan dalam pembuatan

furniture. MDF memiliki kerapatan yang lebih seragam, dapat diprofil, dapat

diproses menggunakan mesin sama seperti pada kayu solid, serta tidak

memerlukan veneer tambahan untuk menutupi permukaannya. Permukaan MDF

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kayu Laminasi · menyebabkan garis atau sumbu netral tidak tepat berada di tengah kayu laminasi ... 1600 kg/cm2 yang menunjukkan bahwa kekuatan lentur

14

yang halus menyebabkan permukaannya mudah di-finishing (Haygreen et al.

2003).

2.7.5 Kayu Akasia (Acacia mangium Willd)

Kayu akasia (Acacia mangium Willd) adalah tumbuhan asli yang banyak

tumbuh di wilayah Papua Nugini, Papua Barat dan Maluku. Tanaman ini pada

mulanya dikembangkan secara eksitu di Malaysia Barat dan selanjutnya di

Malaysia Timur, yaitu di Sabah dan Serawak. Kayu akasia menunjukkan

pertumbuhan yang baik, sehingga Filipina telah mengembangkan pula sebagai

hutan tanaman (Malik et al. 2005). Sejak dicanangkan pembangunan hutan

tanaman industri (HTI) di Indonesia pada tahun 1984, kayu akasia telah dipilih

sebagai salah satu jenis favorit untuk ditanam di aeral HTI. Pada mulanya jenis ini

dikelompokkan ke dalam jenis-jenis kayu HTI untuk memenuhi kebutuhan kayu

serat terutama untuk bahan baku industri pulp dan kertas. Dengan adanya

perubahan-perubahan kondisional baik menyangkut kapasitas industri maupun

adanya desakan kebutuhan kayu untuk penggunaan lain, tidak tertutup

kemungkinan terjadi perluasan tujuan penggunaan kayu akasia (Malik et al.

2005).

Mandang dan Pandit (1997) menyatakan bahwa kayu akasia masuk ke

dalam famili Leguminosae. Kayu teras alami berwarna coklat pucat sampai coklat

tua, kadang-kadang coklat zaitun sampai coklat kelabu, sedangkan kayu gubal

berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Corak kayu polos atau berjalur-jalur

berwarna gelap dan terang bergantian pada bidang radial. Memiliki tekstur halus

sampai agak kasar dan merata dengan arah serat biasanya lurus dan kadang-

kadang berpadu. Kayu akasia memiliki BJ rata-rata 0,61 (0,43-0,66) dengan kelas

awet III dan kelas kuat II-III. Malik et al. (2005) menyatakan bahwa berdasarkan

sifat mekanisnya, kayu akasia dapat digunakan sebagai bahan konstruksi ringan.

Produk yang telah dibuat dari kayu ini adalah kusen jendela, rangka daun jendela,

dan penyekat ruangan (lumber sharing).