bab ii tinjauan pustaka 2.1 hipertensi 2.1.1 definisieprints.umm.ac.id/63594/3/bab ii.pdf · 2020....

25
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisi Hipertensi bukan hanya faktor risiko yang terkenal untuk penyakit kardiovaskular tetapi juga tantangan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Lebih dari 1,5 miliar orang diperkirakan saat ini memiliki hipertensi. Studi telah menunjukkan bahwa nilai tekanan darah 120-139/80-89 mmHg dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dibandingkan dengan kadar tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan WHO (World Health Organization) sekitar 40% orang yang berusia lebih dari 25 tahun mengalami hipertensi. Hipertensi secara umum diartikan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Secara alami tekanan darah manusia berfluktuasi sepanjang hari, dan tekanan darah disebut persisten apabila menjadi masalah. Tekanan darah tersebut membuat organ dan sistem sirkulasi yang yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak) menjadi tegang (Manuntung, 2018) . 2.1.2 Penyebab Berdasarkan hubungannya dengan faktor penyebab munculnya penyakit tekanan darah seseorang dibedakan menjadi hipertensi esensial / primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah kondisi dimana tekanan darah tinggi yang penyebabnya tidak diketahui. Akan tetapi meskipun tidak diketahui penyebabnya diduga bahwa munculnya hipertensi ini berkaitan dengan peningkatan

Upload: others

Post on 12-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi

Hipertensi bukan hanya faktor risiko yang terkenal untuk penyakit

kardiovaskular tetapi juga tantangan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Lebih

dari 1,5 miliar orang diperkirakan saat ini memiliki hipertensi. Studi telah

menunjukkan bahwa nilai tekanan darah 120-139/80-89 mmHg dikaitkan dengan

peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dibandingkan dengan kadar

tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

WHO (World Health Organization) sekitar 40% orang yang berusia lebih dari 25

tahun mengalami hipertensi. Hipertensi secara umum diartikan dimana tekanan

darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg.

Secara alami tekanan darah manusia berfluktuasi sepanjang hari, dan tekanan darah

disebut persisten apabila menjadi masalah. Tekanan darah tersebut membuat organ

dan sistem sirkulasi yang yang mendapat suplai darah (termasuk jantung dan otak)

menjadi tegang (Manuntung, 2018) .

2.1.2 Penyebab

Berdasarkan hubungannya dengan faktor penyebab munculnya penyakit

tekanan darah seseorang dibedakan menjadi hipertensi esensial / primer dan

hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah kondisi dimana tekanan darah tinggi

yang penyebabnya tidak diketahui. Akan tetapi meskipun tidak diketahui

penyebabnya diduga bahwa munculnya hipertensi ini berkaitan dengan peningkatan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

8

tekanan darah dari waktu ke waktu, sehingga dapat mempengaruhi perubahan pada

jantung dan pembuluh darah. Pada penderita sekitar 90% adalah hipertensi primer,

sedangkan pada hipertensi sekunder diperkirakan sekitar 5% - 10% disebabkan oleh

penyakit ginjal, lalu sekitar 1% - 2% diakibatkan oleh kelainan hormonal atau juga

dapat diakibatkan oleh pemakaian obat tertentu seperti pil KB (Ridwan, 2017).

Berikut beberapa fakor yang menyebabkan hipertensi.

Faktor yang dapat diubah :

1. Ras

Hipertensi di Amerika Serikat paling banyak dialami oleh orang kulit

hitam keturunan Afrika-Amerika dibandingkan dengan kelompok

ras lain. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebabnya,

akan tetapi pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih

rendah dan sensitivitas terhadap vasopresin lebih besar.

2. Usia

Penambahan usia dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi..

Hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung, kadar

hormon, dan pembuluh darah.

3. Riwayat keluarga

Hipertensi adalah penyakit keturunan. Jika salah satu dari orang tua

menderita hipertensi maka ia memiliki risiko terkena hipertensi

sebesar 25% dan apabila kedua orangtua menderita hipertensi

kemungkinan terkena penyakit ini sebesar 60%.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

9

4. Jenis Kelamin

Diantara orang dewasa dan setengah baya, laki-laki lebih banyak

yang menderita hipertensi. Namun, hal ini akan terjadi sebaliknya

setelah umur 55 tahun hipertensi lebih banyak dijumpai pada wanita

ketika mengalami menopause.

Faktor yang dapat diubah :

1. Obesitas

Merupakan faktor risiko lain yang turut menentukan keparahan

hipertensi. Semakin besar massa tubuh seseorang, semakin banyak

darah yang dibutuhkan untuk menyuplai oksigen dan nutrisi ke otot

jaringan lain.

2. Merokok

Zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam dinding

arteri sehingga arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak.

Keadaan ini terjadi karena karbonmonoksida dalam asap rokok

akan menggantikan oksigen dalam darah. Akibatnya, tekanan darah

akan meningkat karena jantung dipaksa bekerja lebih keras untuk

memasok oksigen ke seluruh organ dan jaringan tubuh.

3. Sensitivitas natrium

Natrium merupakan salah satu mineral atau elektrolit yang

berpengaruh terhadap tekanan darah.

4. Stress

Hubungan antara stres dan hipertensi diduga melalui aktivasi saraf

(Junaedi, 2013).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

10

2.1.3 Manifestasi Klinis

Pada dasarnya hipertensi tidak memberikan gejala spesifik. Gejala

umumnya yang dikeluhkan berkaitan dengan :

1. Peningkatan tekanan darah : sakit kepala (pada hipertensi berat),

paling sering di daerah occipital dan dikeluhkan pada saat bangun

pagi, selanjutnya berkurang secara spontan setelah beberapa jam,

dizziness, palpitasi, mudah lelah.

2. Gangguan vaskuler : epistaksis, hematuria, penglihatan kabur karena

perubahan di retina, episode kelemahan atau dizziness oleh karena

transient cerebral ischemia, angina pektoris, sesak karena gagal jantung.

3. Penyakit yang mendasari : pada hiperaldosteronisme primer

didapatkan ppoliuria, polidipsi, kelemahan otot karena hipokalemia,

pada sindroma Cushing didapatkan peningkatan berat badan, emosi

labil, pada Pheochromocytoma bisa didapatkann sakit kepala episodik,

palpitasi, diaphoresis, postural dizzines (Tjokroprawiro, 2015).

2.1.4 Klasifikasi

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa (>18 tahun)

No Kategori Tekanan Darah Sistolik (Mmhg)

Tekanan Darah Diastolik (Mmhg)

1 Optimal < 120 < 80 2 Normal 120-129 80-84 3 Normal-tinggi 130-139 85-89 4 Hipertensi derajat 1 140-159 90-99 5 Hipertensi derajat 2 160-179 100-109 6 Hipertensi derajat 3 ≥ 180 ≥ 110 7 Hipertensi sistolik terisolasi ≥ 140 < 90

(Hypertension, 2019)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

11

2.1.5 Komplikasi

Pada penderita hipertensi patut diwaspadai dengan adanya komplikasi

ataupun penyakit penyerta yang kemungkinan terjadi. Berikut komplikasi dari

hipertensi :

a. Stroke

Merupakan salah satu konsesekuensi hipertensi yang paling parah dan

berakibat kematian dini atau kecacatan yang cukup serius. Sekitar 80%

stroke pada pasien hipertensi iskemik disebabkan oleh trombosis intra-

arterial atau embolisasi dari jantung atau arteri karotid. Sisanya, 20 % kasus

adalah hasil dari berbagai penyebab hemoragik

b. Fibrilasi atrium

Hipertensi juga dikaitkan dengan peningkatan risiko atrial fibrillation.

Kehadiran kedua kondisi tersebut aditif terhdap risiko stroke.

c. Demensia

Lansia dengan hipertensi berisiko terhadap semua bentuk stroke dan

sering mengalami infark serebral kecil tanpa gejala yang dapat

menyebabkan hilngnya fungsi intelektual dan kognitif secara progresif.

Selain itu, juga ditemukan adanya hubungan antara kejadian hipertensi

dengan penyakit alzheimer.

d. Penyakit Jantung Koroner

Pada penderita hipertensi, penyakit jantung koroner lebih sering terjadi

daripada stroke, namun tren terkini menunjukkan kebalikannya.

Pengobatan hipertensi yang memadai mengurangi risiko serangan jantung

sekitar 20%, meskipun angka ini didasarkan pada penurunan tekanan darah

oleh thiazides dan β blocker daripada agen antihipertensi yang lebih baru.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

12

e. Gagal jantung

Hipertensi adalah penybab utama gagal jantung. Seperti yang dikemukan

oleh Framingham Heart Study. Orang yang bertekanan darah > 160/95

mmHg memiliki kejadian gagal jantung enam kali lipat lebih tinggi daripada

orang yang bertekanan darah <140/90 mmHg.

f. Penyakit ginjal

Hipertensi sering menyebabkan gagal ginjal progresif. Hampir semua

penyakit ginjal primer menyebabkan peningkatan tekanan darah, yang

dimediasi oleh kadar renin dan angiotensin tinggi, serta retensi natrium dan

air. Pasien dengan gagal ginjal, dengan atau tanpa dialisiss atau

transplantasi, memiliki peningkatan risiko terkena PJK atau stroke

(Susetyowati, 2019).

2.1.6 Patofisiologi

Kekakuan arteri tergantung pada komponen struktural dan fungsional arteri.

Dinding arteri terdiri dari intima, media, dan adventitia. Intima terdiri dari

endotelium dan membran basement tipis. Lamina elastis internal terutama terdiri

dari kolagen tipe IV. Sangat sedikit menambah sifat elastis arteri. Media ini terdiri

elastin, kolagen, oto polos, dan bahan dasar yang disebut gel mucopolysaccharide.

Rasio elastin ke kolagen tertinggi di aorta dan menurun ketika seseorang menjauh

dari jantung ke arteri perifer. Sel-sel otot polos dalam arteri meningkat ketika

jantung ke arteri perifer. Adventia terdiri dari jaringan fibrosa. Pada tekanan arteri

rendah sampai normal, kekakuan disebabkan oleh serat elastin. Namun pada

tekanan (sistolik > 200 mmHg), serat kolagen berkontribusi terhadap kekakuan.

Rasio elastin yang rendah terhadap kolagen membuat arteri menjadi lebih kaku dan

sebaliknya. Pensinyalan endotel dan sel otot polos pembuluh darah juga

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

13

memengaruhi kekakuan pembuluh darah. Hipertensi sistolik terisolasi dan

peningkatan kecepatan gelombang denyut nadi (PWV) adalah risiko stroke, infark

miokard, gagal jantung dan angka kematian secara keseluruhan pada orang dewasa

yang lebih tua. Untuk setiap 2 mm Hg peningkatan tekanan sistolik ada peningkatan

risiko stroke fatal sebesar 7% dan kejadian penyakit jantung koroner fatal sebesar

5%. Selain perubahan struktural pada arteri sentral, ada faktor lain yang

berkontribusi terhadap kekakuan arteri sentral. Faktor-faktor ini termasuk disfungsi

endotel, pensinyalan neuroendokrin, glukosa tinggi, resistensi insulin dan

kecenderungan genetik. Disfungsi memberikan kontribusi endotel dengan kekakuan

arteri melalui ketidakseimbangan antara vasodilator nitrat oksida (NO) dan

vasokonstriktor (hormon, siklooksigenase, nikotinamida adenin dinukleotida fosfat

oksidase dan xantin oksidase). Faktor neuroendokrin meliputi angiotensin II dan

aldosteron. Angiotensin II meningkatkan pembentukan kolagen, memicu

remodeling matriks dan hipertrofi vaskular, menekan pensinyalan yang tidak

bergantung pada NO dan mengurangi sintesis elastin. Aldosteron menginduksi

kekakuan pada dinding arteri melalui fibrosis dan ekspresi fibronektin dan

hipertrofi sel-sel halus pembuluh darah (Prasad & Mishra, 2017).

Seiring bertambahnya usia, kekakuan arteri meningkat mengurangi elastisitas

pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Pada dasarnya,

penyedia layanan kesehatan mendiagnosis hipertensi dan meresepkan terapi. Tindak

lanjut janji temu adalah metode pemantauan respon pasien terhadap pengobatan.

Orang percaya bahwa minum obat hanya dapat mengendalikan hipertensi. Namun

ada metode farmakologis dan non farmakologis untuk mengelola hipertensi.

Perawatan farmakologis bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian risiko penyakit kardiovaskular dan ginjal. Terlepas dari aksesibilitas obat

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

14

hipertensi yang efektif, tekanan darah tidak dapat dikontrol dengan baik di sekitar

70% dari penderita hipertensi yang hanya mendapatkan perawatan farmasi.

Manajemen hipertensi memiliki banyak segi. Komitmen pasien, keluarga, penyedia

perawatan kesehatan, dan masyarakat efektif memainkan peran penting dalam

mengontrol tekanan darah tinggi. Intervensi non farmakologis menargetkan

perilaku gaya hidup. Modifikasi perilaku menggabungkan gerakan menuju atau

mempertahankan berat badan ideal, meningkatkan aktivitas fisik, berhenti merokok,

membatasi konsumsi alkohol dan menerima intervensi diet sehat. Akbarpour dan

rekan (2018) menemukan hubungan penting antara obat-obatan antihipertensi,

modifikasi gaya hidup, dan kontrol hipertensi. Kontrol hipertensi yang lebih baik

adalah diamati di antara individu yang bergantung pada perilaku gaya hidup sehat

tetapi tidak mengambil obat antihipertensi daripada yang menggunakan obat

antihipertensi saja. Orang dengan hipertensi yang hanya bergantung pada obat

antihipertensi tidak terkontrol dengan baik tekanan darahnya. Maka, orang yang

hipertensi harus mengadopsi perilaku modifikasi gaya hidup bersama dengan obat

antihipertensi untuk mencapai kontrol hipertensi yang memadai (Durga Mishra,

2019).

2.2 Pendidikan Kesehatan

2.2.1 Definisi

Pendidikan kesehatan merupakan usaha atau kegiatan untuk

membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan

kemampuan (perilaku) nya untuk mencapai kesehatan secara optimal

(Alhamda & Sriani, 2015).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

15

Pendidikan kesehatan yaitu suatu proses dimana dalam pelaksanaan

dan pemahaman praktik hidup sehat yang membudaya dapat menciptakan

perubahan perilaku. Dimana perubahan tersebut untuk mengetahui

perubahan perilaku dalam diri individu atau masyarakat yang bersangkutan

secara berkesinambungan dan bukan ditujukan semata-mata hanya untuk

tujuan transfer material atau pengetahuan dari seseorang kepada orang lain .

2.2.2 Konsep Pendidikan Kesehatan

Merupakan suatu konsep pendidikan yang diaplikasikan kedalam bidang

kesehatan, berupa penyampaian pesan kesehatan kepada masyarakat, dimana

terjadi suatu proses pertumbuhan, perubahan dan perkembangan pada diri

individu ke arah yang lebih baik dan lebih matang (Harnani, 2015).

Ruang lingkup pendidikan kesehatan :

a. Pendidikan kesehata individual, dengan sasaran individu

b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok

c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas

2.2.3 Media

Merupakan alat bantu yang dapat dijadikan untuk menyampaikan pesan-

pesan kesehatan dengan tujuan :

1. Menanamkan pengetahuan, pendapat dan konsep- konsep

2. Mengubah persepsi dan sikap

3. Menanamkan perilaku yang baru

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

16

Adapun bentuk media penyuluhan berdasarkan fungsinya untuk penyalur

media kesehatan :

1. Media cetak

a. Leaflet, sebuah media yang ada di selembar kertas yang terdiri atas 200-

400 kata yang berseling dengan gambar atau kombinasi yang berisi

suatu masalah khusus untuk sasarannya masyaarakat yang bisa

membaca. Disajikan dalam bentuk terlipat, biasanya diberikan sewaktu

ceramah untuk memperkuat pesan yang disampaikan (Halajur, 2018) .

b. Booklet, adalah suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan

dalam bentuk tulisan dan gambar. Booklet sebagai saluran, alat bantu,

sarana dan sumber daya pendukungnya untuk menyampaikan pesan

harus menyesuaikan dengan isi materi yang akan disampaikan.

c. Flyer (selembaran) seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan

d. Flip chart (lembar balik) media penyampaian pesan atau informasi

kesehatan dalam bentuk buku di mana tiap lembar berisi gambar

peragaan dan lembaran baliknya berisi kalimat sebagai pesan kesehatan

yang berkaitan dengan gambar (Halajur, 2018).

e. Rubrik (tulisan – tulisan surat kabar), poster, dan foto Mengenai

bahasan yang berkaitan dengan masalah kesehatan

2. Media elektronik

Video dan film strip, keunggulan penyuluhan dengan media ini adalah dapat

memberikan infromasi secara rinci dan dapat mendemonstrasikan peragaan

tertentu. Memberikan realita yang mungkin sulit direkam kembali oleh

mata dan pikiran sasaran, dapat memicu diskusi mengenai sikap dan

perilaku, efektif untuk sasaran yang jumlahnya relatif penting dapat diulang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

17

kembali, mudah digunakan dan tidak memerlukan ruangan yang gelap.

Sementara kelemahan media ini yaitu hanya dapat menjangkau sasaran yang

sedikit jumlahnya dan hanya di waktu tertentu, audince harus

mendatanginya, kebalikan dari media-media yang lainnya yang dapat

mendatangi audience, membutuhkan ahli profesional agar gambar

mempunyai makna dalam sisi artistik maupun materi, serta membutuhkan

banyak biaya (Harnani, 2015).

3. Media papan

Dipasang ditempat-tempat umum dapat digunakan dengan diisi tentang

informasi ataupun pesan tentang kesehatan (Halajur, 2018).

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Kesehatan

Menurut (Feinberg et al., 2016) adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pendidikan

Mereka yang berpendidikan tinggi cenderung memiliki tingkat

melek kesehatan yang lebih tinggi juga sehingga memungkinkan

untuk mengakses, memahami, dan mengkomunikasikan

informasi kesehatan yang dapat ditindaklanjuti dengan lebih

baik

2. Tingkat melek huruf

Pendidikan yang tinggi membuat seseorang tersebut memiliki

kemampuan kognitif yang berkembang dengan baik (membaca,

menulis dan bernalar) menjadikan mereka untuk menambah

pengetahuan tentang masalah kesehatan dan menggunakan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

18

informasi tersebut untuk terlibat dalam penilaian risiko dan

pengambilan keputusan medis

3. Status ekonomi

Pada seseorang yang berpenghasilan tinggi cenderung memiliki

kesehatan yang lebih baik karena adanya asuransi kesehatan

yang dapat dijadikan akses untuk mendapatkan perawatan

kesehatan secara maksimal

2.3 Konsep Pendidikan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan bagi Penderita Hipertensi

2.3.1 Pelayanan Kesehatan

Menurut Azwar (2010) yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah

setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam

suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatan kesehatan, mencegah

dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan,

keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Menurut Evan yang dikutip

oleh Astaqauliyah (2008) bahwa pelayanan kesehatan merupakan pelayanan

yang unik bila dibandingkan dengan pelayanan lain dalam pemenuhan

kebutuhan hidup manusia. Hal ini dikarenakan bahwa pelayanan kesehatan

memiliki tiga ciri yaitu : uncertainty, asymetry of information, dan externality

(Mustofa, 2014).

2.3.2 Tujuan

Untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara

menyeluruh dalam memelihara kesehatan yang optimal

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

19

2.3.3 Manfaat

a. Untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat

gejala penyakit belum dirasakan (perilaku sehat)

b. Untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang

diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan

c. Untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah dipastikan,

agar sembuh dan sehat seperti sediakala atau agar penyakit tidak

bertambah parah

1.3.4 Startifikasi Pelayanan

Di Indonesia dibedakan menjadi 3 macam, yakni (Azrul, 2010) :

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama

Merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat pokok/primer primary

health services yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat

dan berguna untuk upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat,

pelayanan ini bersifat rawat jalan.

2. Pelayanan kesehatan tingkat kedua

Pelayanan kesehatan tingkat kedua secondary health service merupakan

pelayanan kesehatan lanjutan dan biasanya bersifat rawat inap

sehingga dalam penyelenggaraan dibutuhkan tenaga-tenaga spesialis

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga tertiary health services sifatnya lebih

komplek dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga sub

spesialis

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

20

1.3.5 Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi

Setiap penderita hipertensi mendapatkan pelayanan kesehatan secara

standar.

1. Sasaran adalah penduduk usia 15 tahun ke atas

2. Penderita hipertensi esensial atau penderita hipertensi tanpa

komplikasi memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar,

dan upaya promosi kesehatan melalui modifikasi gaya hidup

di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)

3. Penderita hipertensi dengan komplikasi (jantung, stroke, dan

penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus) perlu dirujuk ke

Fasilitias Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL) yang

mempunyai kompetensi untuk penanganan komplikasi

4. Standar pelayanan kesehatan penderita hipertensi adalah :

a. Mengikuti panduan praktik klinik bagi dokter di FKTP

b. Pelayanan kesehatan sesuai standar diberikan kepada

penderita hipertensi di FKTP

c. Pelayanan kesehatan hipertensi sesuai standar meliputi :

pemeriksaan dan monitoring tekanan darah yang dapat

dilakukan minimal satu kali dalam 1 bulan, edukasi,

pengaturan diet seimbang, aktivitas fisik, dan

pengelolaan farmakologis

d. Pelayanan kesehatan berstandar ini dilakukan untuk

mempertahankan tekanan darah pada <140/90mmHg

untuk usia dibawah 60 thun dan <150/90mmHg untuk

penderita 60 tahun keatas dan untuk mencegah

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

21

terjadinya komplikasi jantung, stroke, diabetes mellitus

dan penyakit ginjal kronis

e. Selama menjalani pelayanan kesehatan sesuai standar,

jika tekanan darah penderita hipertensi tidak bisa

dipertahankan sebagaimana dimaksud pada poin

sebelumnya atau mengalami komplikasi, maka penderita

perlu dirujuk ke FKTL yang berkompeten

Menurut pasal 4 ayat (1) peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor

47 tahun 2016 tentang jenis fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas :

1. Tempat praktik mandiri tenaga kesehatan

2. Pusat kesehatan masyarakat

3. Klinik

4. Rumah sakit

5. Apotek

6. Unit tranfusi darah

7. Laboratorium kesehatan

8. Optikal

9. Fasilitas pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum; dan

10. Fasilitas pelayanan kesehatan tradisional (Kemensetneg, 2016).

Hipertensi menjadi permasalahan utama dalam bidang kesehatan, sehingga

dibutuhkan penanganan yang komprehensif dalam mengontrol tekanan darah baik

itu secara farmakologis dan non-farmakologis. Terdapat banyak cara penanganan

non-farmakologis untuk meningkatkan pengetahuan dan menurunkan tekanan

darah yaitu salah satunya dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

22

merupakan prioritas utama dan merupakan salah satu intervensi keperawatan yang

efektif untuk meningkatkan tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya

pemahaman yang benar mengenai hipertensi yaitu salah satunya pendidikan

kesehatan tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pemanfaatan pelayanan

kesehatan erat dengan kaitannya dengan kapan seseorang memerlukan pelayanan

kesehatan dan seberapa jauh efektivitas pelayanan tersebut. Maka hal ini dapat

dimulai dengan tindakan yang tepat untuk mencegah hipertensi ataupun untuk

mengontrol tekanan darah dalam rentang normal yang dapat dimulai dengan

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Sebab jika hal tersebut dilakukan kita dapat

mengetahui tentang kondisi kesehatan terkini, dapat mengetahui indikasi suatu

penyakit, mendapat penanganan yang tepat dan dapat menjadi pengingat gaya hidup

sehat.

2.4 Konsep Persepsi

2.4.1 Definisi

Menurut Robbins (2015) persepsi adalah suatu proses individu

menginterpretasikan dan mengorganisasikan kesan sensoris untuk

memberikan pengertian pada lingkungannya. Teori tersebut memberikan

gambaran bahwa persepsi merupakan suatu upaya untuk melihat pendapat

atau pandangan dari seseorang terhadap suatu keadaan yag terjadi di

sekelilingnya berdasarkan pada hal-hal yang dapat dirasakan oleh dirinya.

Persepsi merupakan suatu proses yang diperlukan oleh manusia untuk

dapat memahami serta menafsirkan hal-hal yang terjadi di sekelilingnya.

Sebagai suatu proses, persepsi tidak berupaya untuk mencari suatu hal harus

benar dan tepat, akan tetapi persepsi hanya berupa penafsiran. Sesuai

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

23

dengan pernyataan Thoha (2014) bahwa kunci untuk memahami persepsi

terletak pada pengenalan bahwa persepsi adalah suatu penafsiran yang unik

terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi

(Sutrisman, 2019).

2.4.2 Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi

Individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan stimulus

yang diterimanya, sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi

individu yang bersangkutan. Demikian dapat dikemukakan bahwa

stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi.

Menurut Walgito (2010: 101) berkaitan dengan faktor-faktor yang

berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor,

yaitu:

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau

reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang

mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu

yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima

yang bekerja sebagai reseptor.

2) Alat indera, syaraf dan pusat

Susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk

menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf

sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima

reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

24

kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan

syaraf motoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan

adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai

suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

2.4.3 Jenis-jenis Persepsi

1. Persepsi Diri

Persepsi diri individu (self-perception) ialah cara seseorang menerima

diri sendiri. Konsep diri dibentuk oleh bagaimana individu berpikir

tentang orang lain dan menerimanya, bagaimana individu diterima

dalam suatu kelompok tertentu, juga dibentuk berdasarkan

pengalaman masa lalu, atau yang berbasis pada asas manfaat (self-

efficacy) dari informasi yang dia terima.

2. Persepsi Lingkungan

Dibentuk berdasarkan konteks dimana informasi itu diterima.

3. Persepsi yang Dipelajari

Merupakan persepsi yang terbentuk karena individu mempelajari

sesuatu dari lingkungan sekitar, misalnya dari kebiasaan dan

kebudayaan teman-teman atau orang tua. Persepsi yang dipelajari

(learned perception) berbentuk pikiran, ide atau gagasan dan keyakinan

yang kita pelajari dari orang lain.

4. Persepsi Fisik

Dibentuk berdasarkan pada dunia yang serba terukur (the tangible

word), misalnya secara fisik kita mendengar dan melihat sesuatu lalu

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

25

diikuti dengan bagaimana kita memproses apa yang dilihat itu dalam

akal dan pikiran

5. Persepsi Budaya

Persepsi budaya berbeda dengan persepsi lingkungan sebab persepsi

budaya mempunyai skala yang sangat luas dalam masyarakat,

sedangkan persepsi lingkungan menggambarkan skala yang sangat

terbatas pada sejumlah orang tertentu (Alo, 2018) .

2.4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor penyebab ini dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal, dimana

faktor ini terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut dan

faktor eksternal, dimana faktor ini melekat pada objeknya.

1. Faktor Internal

Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana

seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itulah sebabnya

stimulus yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda. Faktor yang ada

dalam faktor internal yaitu :

1) Pengalaman atau pengetahuan, merupakan faktor yang sangat

berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh..

2) Harapan atau expectation. Harapan terhadap sesuatu akan

mempengaruhi persepsi terhadap stimulus

3) Kebutuhan, akan menyebabkan stimulus tersebut dapat masuk

dalam rentang perhatian seseorang dan kebutuhan ini akan

menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara

berbeda

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

26

4) Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang

5) Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap

stimulus yang ada

6) Budaya. Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama

akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya

secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang

diluar kelompoknya sebagai sam saja.

2. Faktor Eksternal

1) Kontras, cara termudah untuk menarik perhatian yakni dengan

menggunakan kontras yang baik pada warna, ukuran, bentuk

atau gerakan

2) Perubahan intensitas, suara yang berubah dari pelan menjadi

keras atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan

menarik perhatian seseorang

3) Pengulangan (repetition) dengan adanya pengulangan walaupun

pada mulanya stimulus tidak masuk dalam rentan perhatian

seseorang, dengan dilakukan pengulangan maka akan mendapat

perhatian

4) Sesuatu yang baru (novelty) suatu stimulus yang baru akan lebih

menarik perhatian seseorang daripada sesuatu yang telah

diketahui

5) Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak, akan menjadi

perhatian untuk menarik perhatian seseorang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

27

2.4.5 Bentuk-Bentuk Persepsi

Bentuk-bentuk persepsi adalah pandangan yang berdasarkan

penilaian terhadap suatu objek yang terjadi, kapan dan dimana saja

jika stimulus mempengaruhinya. Ada dua bentuk persepsi yaitu yang

bersifat positif dan negatif.

1. Persepsi Positif, yaitu pandangan atau persepsi terhadap suatu

objek dan menuju pada suatu keadaan dimana subjek yang

mempersepsikan cenderung menerima objek yang ditangkap

karena sesuai dengan pribadinya.

2. Persepsi Negatif, yaitu pandangan atau persepsi terhadap suatu

objek dan menunjukkan pada keadaan dimana subjek yang

mempersepsikan cenderung menolak objek yang ditangkap

karena tidak sesuai dengan pribadinya (Walgito, 2010).

2.4.6 Proses Terjadinya Persepsi

Individu mengenali suatu objek dari luar dan ditangkap melalui

inderanya. Bagaimana individu menyadari, mengerti apa yang

diindera ini merupakan suatu proses terjadinya persepsi. Proses

terjadinya persepsi menurut dapat dijelaskan sebagai berikut

(Walgito, 2010):

1. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat

indera atau reseptor. Objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada

kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi satu, misalnya

dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai

kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

28

2. Proses kealaman atau proses fisik

Proses kealaman atau proses fisik adalah proses ketika stimulus

mengenai alat indera.

3. Proses fisiologis

Proses fisiologis adalah proses ketika stimulus yang diterima

oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak.

4. Proses psikologis

Proses psikologis adalah ketika terjadilah proses di otak sebagai

pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat,

atau apa yang didengar, atau apa yang diraba.

5. Taraf terakhir dari proses persepsi adalah individu menyadari

tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau

apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera.

Sebelumnya Thoha (2003) menyatakan bahwa proses

terbentuknya persepsi seseorang didasari pada beberapa tahapan:

1. Stimulus dan Rangsang

Terjadi persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu

stimulus atau rangsangan yang hadir dari lingkungannya.

2. Registrasi

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah

mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan saraf seseorang

berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

29

3. Interpretasi

Merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat

penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang

diterimanya. Proses interpretasi bergantung pada cara

pendalamannya, motivasi dan kepribadian seseorang.

4. Umpan Balik (feed back)

Setelah melalui proses interpretasi informasi yang sudah

diterima dipersepsikan oleh seseorang dalam bentuk umpan

balik terhadap stimulus(Wardani, 2016).

2.5 Pengaruh Pendidikan Kesehatan pada Perubahan Persepsi

Menurut Bloom dalam Notoadmodjo (2007) seseorang

menunjukkan perilaku sehat dalam hidupnya diawali dari persepsi

individu terhadap sesuatu yang akan dilakukan. Persepsi merupakan

praktik / tindakan tingkat pertama yang diambil dari domain

perilaku manusia yang ketiga yaitu psikomotor setelah kognitif dan

afektif. Keyakinan seseorang terhadap suatu penyakit

mempengaruhi dalam melakukan perilaku sehat. Persepsi yang baik

mengenai hipertensi akan membantu masyarakat dalam mengontrol

tekanan darah. Pendidikan kesehatan yang diberikan diharapkan

dapat meningkatkan persepsi sehingga seseorang memiliki perilaku

sehat. Perubahan persepsi tentang hipertensi dapat dilakukan

dengan penambahan informasi pada masyarakat.

Informasi merupakan hal yang utama dalam pendidikan

kesehatan, karena informasi merupakan sumber utama dari

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

30

pengetahuan (knowledge) yang menjadi salah satu strategi dalam

perubahan persepsi pada point fasilitas (penyediaan sarana &

prasarana). Ketika seseorang menerima pengetahuan yang baru,

mereka lebih cenderung mengubah perilaku dan gaya hidup mereka.

Secara umum, pendidikan kesehatan dapat meningkatkan

pengetahuan pasien tentang suatu penyakit dan terapinya yang

mengarah pada kepatuhan pengobatan yang lebih baik dan pasien

mengambil peran lebih positif dalam pengelolaan kesehatan mereka.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut

Notoatmodjo (2012) mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam

pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima. Untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang gelah dipelajari pada situasi

atau kondisi sebenarnya.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hipertensi 2.1.1 Definisieprints.umm.ac.id/63594/3/BAB II.pdf · 2020. 7. 20. · tekanan darah di bawah 120/80 mmHg (Hu et al., 2017). Berdasarkan laporan

31

4. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam

komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan ini dapat dilihat dari dengan cara

membedakan, menggambarkan, mengelompokkan, dan

memisah.

5. Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian

di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang gelah ada (Tan,

Cheng, & Siah, 2019) .