bab ii tinjauan pustaka 2.1 definisi otonomi...

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa pemberian otonomi pada daerah kabupaten dan daerah kota didasarkan pada asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama. Disamping itu, keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi. Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup, dan berkembang di daerah, sedangkan yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung

Upload: ngothu

Post on 29-Jul-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Otonomi Daerah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom, selanjutnya

disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah

yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam

sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menyatakan bahwa pemberian otonomi pada

daerah kabupaten dan daerah kota didasarkan pada asas desentralisasi dalam wujud

otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Kewenangan otonomi luas adalah

keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan

semua bidang, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,

peradilan, moneter dan fiskal, agama. Disamping itu, keleluasaan otonomi mencakup pula

kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi.

Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan

pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup,

dan berkembang di daerah, sedangkan yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggung

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

jawab adalah berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak

dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh

daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi,

keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah

serta antar-daerah dalam rangka menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.2 Kebijakan Disentralisasi

Penerimaan daerah dalam bentuk pendapatan asli daerah sendiri tidak akan lepas dari

kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan desentralisasi atau kebijakan otonomi. Kewenangan

otonomi adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup

semua kewenangan di bidang luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan moneter dan

fiskal, agama serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan

pemerintah (Sutedi, 2008:2).

Desentralisasi dalam pelayanan umum dan pendanaan dipercaya oleh para

penganjurnya akan meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya, mendorong akuntabilitas,

mengurangi korupsi dan dapat menutup biaya pelayanan. Menurut Azfar (dalam Sutedi,

2008:4) ada enam faktor yang mempengaruhi kinerja desentralisasi yaitu :

1. Kerangka kerja hukum dan politik,

2. Kebijakan fiskal,

3. Transparansi dalam tindakan pemerintah,

4. Partisipasi warga dalam penyediaan jasa publik,

5. Masyarakat sipil dan struktur sosial,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

6. Kapasitas pemerintah daerah.

Dari keenam faktor tersebut, semakin banyak faktor pendukung dalam kebijakan

desentralisasi ini, maka semakin besar pula tujuan desentralisasi dapat tercapai.

Salah satu indikator kesiapan daerah dalam menjalankan otonomi daerah adalah

peningkatan dari penerimaan daerah, karena otonomi telah memberikan keleluasaan dalam

kewenangan, penataan organisasi dan pengelolaan keuangan. Selain itu, penerimaan daerah

secara agregat harus seiring dengan Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB).

2.3 Kebijakan Fiskal

Secara makro ekonomi, pemerintah memiliki dua buah kebijakan dalam rangka

menstabilkan kondisi perekonomian, yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiskal.

Menurut Sukirno (2002:424) Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah di dalam

memungut pajak dan membelanjakan pendapatan pajak tersebut untuk membiayai

kegiatan- kegiatannya. Menurut Boediono (2001:132) kebijakan fiskal adalah

kebijaksanaan makro yang dilaksanakan lewat APBN, yang dicerminkan oleh struktur pos -

pos dalam APBN dan bukan hanya oleh nilai total penerimaan dan pengeluarannya. Dari

pengertian- pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah kebijakan

yang dilakukan oleh pemerintah terkait anggaran pendapatan dan belanja Negara, yang

tercermin lewat pos – pos di dalamnya, termasuk pajak.

Kebijakan fiskal dapat dilakukan dengan cara Anggaran Defisit (Defisit Budget) /

Kebijakan Fiskal Ekspansif, Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal

Kontraktif, Anggaran Berimbang (Balanced Budget).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

Tujuan dari kebijakan fiskal adalah untuk mengatur pendapatan dan belanja

pemerintah. Instrumen dari kebijakan fiskal ini adalah penerimaan dan pengeluaran

pemerintah yang erat kaitannya dengan pajak, jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan

berpengaruh pada ekonomi.

Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan

industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Sebaliknya kenaikan pajak akan

menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum.

Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu wujud dari kebijakan fiskal tersebut

(desentralisasi fiskal).

2.4 Penerimaan Daerah

Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Dalam pelaksanaan

desentralisasi, penerimaan daerah terdiri atas pendapatan dan pembiayaan. Pendapatan

daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan

bersih dalam periode tahun bersangkutan, sedangkan pembiayaan daerah adalah semua

penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,

baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran

berikutnya.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa sumber-sumber pendapatan

daerah adalah:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

Yaitu pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang meliputi :

a. Pajak daerah,

b. Retribusi daerah,

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

d. Lain – lain PAD yang sah.

2. Dana perimbangan

Yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah

untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Dana

perimbangan terdiri dari dua jenis, yaitu dana bagi hasil dan dana transfer. Dana bagi

hasil terdiri dari bagi hasil penerimaan pajak (tax sharing) dan bagi hasil penerimaan

Sumber Daya Alam (SDA). Adapun yang termasuk dalam pembagian hasil

perpajakan adalah Pajak Penghasilan (PPh) perorangan, PBB, dan Bea Perolehan Hak

atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Sedangkan pembagian hasil penerimaan dari

SDA berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak

bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi. Dana transfer sebagai

komponen dana perimbangan lainnya, terdiri dari Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Dana Alokasi Khusus (DAK).

3. Lain – lain pendapatan

Sedangkan sumber penerimaan daerah yang lainnya, yaitu pembiayaan bersumber

dari:

1. Sisa lebih perhitungan anggaran daerah;

2. Penerimaan pinjaman daerah;

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

3. Dana cadangan daerah; dan

4. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

Menurut Kuncoro (2004:13) ada beberapa faktor yang menyebabkan masih

rendahnya penerimaan daerah dan menggantungkan penerimaan pada subsidi dari

pemerintah, yaitu :

1. Kurang berperannya perusahaan daerah sebagai pendapatan daerah,

2. Tingginya derajat sentralisasi dalam bidang perpajakan,

3. Masih terbatasnya pajak daerah yang bias diandalkan sebagai sumber penerimaan

daerah,

4. Kekhawatiran terjadinya disintegrasi dan separatism,

5. Kelemahan dalam pemberian subsidi dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah.

2.5 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal

dari sumber ekonomi asli daerah (Halim, 2007). PAD memiliki peranan yang sangat

penting dalam perekonomian daerah. Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan PAD

yang positif mempunyai kemungkinan untuk memiliki pendapatan per kapita yang lebih

baik (Harianto dan Adi, 2007).

Pendapatan asli Daerah (PAD) merupakan sumber pendapatan daerah yang dapat

dijadikan sebagai salah satu tolok ukur bagi kinerja perekonomian suatu daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang

diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, meliputi:

1. Pajak daerah,

2. Retribusi daerah,

3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

4. Lain-lain PAD yang sah.

Khusus pajak dan retribusi daerah, dasar hukum pemungutannya berdasarkan

Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor

18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sedangkan pelaksanaannya

diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan

Peraturan Pemerintah Nomor 66 tentang Retribusi Daerah. Adapun yang dimaksud dengan

bagian laba dari BUMD terdiri dari:

1. Bank pembangunan Daerah (BPD)

2. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

3. Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (BPR).

Sedangkan yang dimaksud dengan lain-lain pendapatan PAD yang sah terdiri dari:

1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan,

2. Jasa giro,

3. Pendapatan bunga,

4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing,

5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau

pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

2.6 Pajak

Menurut Rochmat dalam Mardiasmo (2008:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas

Negara berdasarkan undang- undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa

timbal balik (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk

membayar pengeluaran umum.

2.6.1 Unsur – unsur Pajak

Menurut Mardiasmo (2008:1) unsur – unsur pajak adalah :

1. Iuaran dari rakyat kepada kas Negara.

Yang berhak memungut pajak hanyalah negara. Iuran tersebut berupa uang

(bukan barang).

2. Berdasarkan undang – undang.

Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang- undang serta aturan

pelaksanaannya.

3. Tanpa jasa timbal balik atau kontra prestasi dari negara yang secara langsung

dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya

kontra prestasi individual oleh pemerintah.

4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, Yakni pengeluaran-

pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

2.6.2 Fungsi Pajak

Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2008:1) adalah :

1. Fungsi budgetary

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran –

pengeluarannya.

2. Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang social dan ekonomi.

2.6.3 Jenis Pajak

Menurut Mardiasmo (2008:5) jenis – jenis pajak yang berlaku di Indonesia dapat di

golongkan dalam beberapa jenis, yaitu :

1. Menurut Golongannya

Jenis pajak menurut golongannya yaitu:

a. Pajak Langsung

Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

b. Pajak tidak Langsung

Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan

kepada orang lain.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

2. Menurut Sifatnya

Jenis pajak menurut sifatnya yaitu:

a. Pajak Subjektif

Yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti

memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

b. Pajak Objektif

Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan

keadaan diri wajib pajak.

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

Jenis pajak menurut lembaga pemungutnya yaitu :

a. Pajak Pusat

Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan dugunakan untuk

membiayai rumah tangga Negara.

b. Pajak Daerah

Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga daerah.

2.6.4 Prinsip Pemungutan Pajak

Menurut Sutedi (2008:35) ada empat prinsip pemungutan pajak, yaitu :

1. Prinsip fiskal,

2. Prinsip administrative,

3. Prinsip ekonomi,

4. Prinsip etika.

2.6.5 Asas Pemungutan pajak

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

Menurut Mardiasmo (2008:7) asas pemungutan pajak dapat dibedakan menjadi

beberapa jenis yaitu :

1. Asas Domisili (asas tempat tinggal)

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang

bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam

maupun dari luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.

2. Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di

wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

3. Asas Kebangsaan

Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara.

2.7 Pajak Daerah

Dasar hukum pemungutan pajak daerah adalah Undang – undang nomor 28 tahun

2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

Menurut Mardiasmo (2008:12) ada beberapa pengertian atau istilah yang terkait

dengan pajak daerah antara lain :

1. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Pajak Daerah, selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang dilakukan oleh

orang pribadi atau badan kepada kepala daerah tanpa imbalan langsung yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang

berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah

atau pembangunan daerah.

3. Badan, adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang

melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau

Daerah dengan nama atau dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana

pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial

politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan

lainnya.

4. Subjek pajak, adalah pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak daerah.

5. Wajib pajak, adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan peraturan

perundang- undangan perpajakan daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran

pajak yang terutang, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu.

Ciri – ciri pajak daerah menurut Sutedi (2008:58) adalah :

1. Pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak

daerah,

2. Penyerahan dilakukan berdasarkan undang- undang,

3. Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang- undang dan/ atau

peraturan hukum lainnya,

4. Hasil pemungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai urusan rumah tangga

daerah, atau untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia nomor 28 tahun 2009 jenis pajak

daerah dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Pajak Provinsi, terdiri dari :

a. Pajak kendaraan bermotor,

b. Bea balik nama kendaraan bermotor,

c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor,

d. Pajak air permukaan,

e. Pajak rokok.

2. Pajak Kabupaten / kota, terdiri dari :

a. Pajak hotel,

b. Pejak restoran,

c. Pajak hiburan,

d. Pajak reklame,

e. Pajak penerangan jalan,

f. Pajak mineral bukan logam dan batuan,

g. Pajak parkir,

h. Pajak air tanah,

i. Pajak sarang burung walet,

j. PBB perdesaan dan perkotaan,

k. BPHTB (Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan).

Tarif jenis pajak Menurut Undang – undang Repulik Indonesia nomor 28 tahun 2009

yang telah ditetapkan paling tinggi adalah sebesar :

1. Pajak kendaraan bermotor sebesar 10 %,

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

2. Bea balik nama kendaraan bermotor 20 %,

3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 10 %,

4. Pajak air permukaan 10 %,

5. Pajak rokok 10 %,

6. Pajak hotel sebesar 10 %,

7. Pejak restoran sebesar 10 %,

8. Pajak hiburan sebesar 35 %,

9. Pajak reklame sebesar 25 %,

10. Pajak penerangan jalan sebesar 10 %,

11. Pajak mineral bukan logam dan batuan 25 %,

12. Pajak parkir 30 %,

13. Pajak air tanah 20 %,

14. Pajak sarang burung walet 10 %,

15. PBB perdesaan dan perkotaan 0,3 %,

16. BPHTB 5 %.

2.8 Retribusi Daerah

Dasar hukum pemungutan pajak daerah adalah Undang – undang nomor 28 tahun

2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

Menurut Mardiasmo (2008:14) Ada beberapa pengertian istilah yang terkait dengan

retribusi daerah anatar lain :

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

1. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai

pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau

diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

2. Jasa, adalah kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang

menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh

orang pribadi atau badan.

3. Jasa umum, adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk

tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi

atau badan.

4. Jasa usaha, adalah jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut

prinsip – prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor

swasta.

5. Perizinan tertentu, adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka

pemberian izin kepada orang lain pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk

pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan, pemanfaatan

ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu

guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Ciri – ciri retribusi menurut Sutedi (2008:84) adalah sebagai berikut :

1. Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah,

2. Dalam pemungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan pemerintah daerah yang

langsung dapat ditunjuk,

3. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan jasa yang disediakan

pemerintah daerah.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

Jenis retribusi daerah menurut Mardiasmo (2008:15) dan Undang – undang nomor 28

tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1. Retribusi Jasa Umum

Retribusi jasa umum ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan kriteria sebagai

berikut :

a. Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha

atau retribusi perizinan tertentu,

b. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka

pelaksanaan desentralisasi,

c. Jasa tersebut memeberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang

diharuskan membayar retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan

kemanfaatan umum,

d. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi,

e. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai

penyelenggaraannya,

f. Rertibusi dapat dipanggul secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu

sumber pendapatan daerah yang potensial,

g. Pemungutan retibusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan

atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

Jenis – jenis retribusi jasa umum adalah :

a. Retribusi pelayanan kesehatan,

b. Retribusi pelayanan persampahan / kebersihan,

c. Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akte catatan sipil,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

d. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat,

e. Retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum,

f. Retribusi pelayanan pasar,

g. Retribusi pengujian kendaraan bermotor,

h. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran,

i. Retribusi penggantian biaya cetak peta,

j. Retribusi pengujian kapal perikanan.

2. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi jasa usaha ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan kriteria sebagai

berikut :

a. Retribusi jasa usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa umum

atau retribusi perizinan tertentu,

b. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya

disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang

dimiliki / dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh pemerintah

daerah.

Jenis – jenis retribusi jasa usaha adalah :

a. Retribusi pemakaian kekayaan daerah,

b. Retribusi pasar grosir dan / atau pertokoan,

c. Retribusi tempat pelelangan,

d. Retribusi terminal,

e. Retribusi tempat khusus parkir,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

f. Retribusi tempat penginapan / pesanggrahaan / villa,

g. Retribusi penyedotan kaskus,

h. Retribusi rumah potong hewan,

i. Retribusi pelayanan pelabuhan kapal,

j. Retribusi tempat rekreasi dan olah raga,

k. Retribusi penyebrangan di atas air,

l. Retribusi pengolahan limbah cair,

m. Retribusi penjualan produksi daerah.

3. Retribusi Perizinan Tertentu

Retribusi perizinan tertentu ditetapkan dengan peraturan pemerintah dengan kriteria

sebagai berikut :

a. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan kepada

daerah dalam rangka asas desentralisasi,

b. Perizinan tersebut benar – benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum,

c. Biaya jyang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dari biaya

untuk mengulangi dampak negative dari perizinan tersebut cukup besar sehingga

layak dibiayai dari retribusi perizinan.

Jenis – jenis retribusi jasa usaha adalah :

a. Retribusi izin mendirikan bangunan,

b. Retribusi tempat penjualan minuman beralkohol,

c. Retribusi izin gangguan,

d. Retribusi izin trayek.

Objek retribusi daerah terdiri dari :

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

1. Jasa umum, yaitu berupa pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah

daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh

orang pribadi atau badan,

2. Jasa usaha, yaitu berupa pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan

menganut prinsip komersial,

3. Perijinan tertentu, yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian

ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,

pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,

penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna

melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Subjek retribusi daerah antara lain sebagai berikut :

1. Jasa umum, adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati

pelayanan jasa umum yang bersangkutan,

2. Jasa usaha, adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan atau menikmati

pelayanan jasa usaha yang bersangkutan,

3. Perijinan tertentu, adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh ijin tertentu dari

pemerintah daerah.

2.9 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 2005, perusahaan daerah

adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

Dalam usaha menggali sumber pendapatan daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara,

selama tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

sumber pendapatan asli daerah yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian khusus

adalah perusahaan daerah.

1. Perusahaan Daerah adalah kesatuan produksi yang bersifat :

a) Memberi Jasa

b) Menyelenggarakan pemanfaatan umum

c) Memupuk pendapatan

2. Tujuan peruasahaan daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan daerah

khususnya dan pembangunan kebutuhan rakyat dengan mengutamakan Industrialisasi

dan ketentraman serta ketenangan kerja menuju masyarakat yang adil dan makmur.

3. Perusahaan daerah bergerak dalam lapangan yang sesuai dengan urusan rumah

tangganya menurut perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok pemerintahan

daerah.

4. Cabang-cabang produksi yang penting bagi daerah dan menguasai hajat hidup orang

banyak di daerah, yang modal untuk seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang

dipisahkan.

Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah (dari perusahaan daerah) yang dipisahkan

dirinci menurut obyek pendapatan mencakup :

1. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah /BUMD.

2. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN.

3. Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha

masyarakat.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

2.10 Penelitian Terdahulu

Penelitian Jati, Ahmad (2003) tentang peranan pajak daerah dan retribusi daerah

terhadap pendapatan asli daerah (PAD) (studi pada daerah tingkat II di Jawa Timur) dapat

diketahui bahwa peranan pajak dan retribusi terhadap PAD di kabupeten atau kota di Jawa

Timur pada tahun 1998-2002 cukup dominan dengan rata- rata presentase di atas 60% dan

peranan kontribusi tersebut tidak berbeda signifikan antara kelima wilayah di wilayah Jawa

Timur (yang mempunyai karakteristik geografi, topografi, ekonomi, dan sosial yang

berbeda) sama- sama mengandalkan pajak dan retribusi sebagai sumber utama penerimaan

PAD.

Penelitian Riduansyah (2003) tentang kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah

terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah (studi kasus daerah pemerintah

kota Bogor) memberikan hasil bahwa kontribusi pajak daerah terhadap APBD rata- rata per

tahun pada tahun 1993/1994-2000 adalah sebesar 7,07%-8,79%. Kontribusi retribusi

daerah terhadap APBD rata- rata per tahun adalah sebesar 8,36%-23,05%.

Diza (2009) melakukan penelitian tentang kontribusi pajak daerah dan retribusi

daerah terhadap pendapatan asli daerah di Propinsi Sumatera Utara. Penelitian tersebut

memperoleh bukti bahwa pajak daerah dan retribusi daerah berpengaruh terhadap

pendapatan asli daerah.

Helvianti (2009) melakukan penelitian tentang kontribusi penerimaan pajak reklame

dan penerangan jalan terhadap pendapatan asli daerah pada pemerintahan Kabupaten

Rokhan Hilir Riau. Hasil penelitian ini menyimpulkan pajak reklame dan pajak penerangan

jalan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

Ruswandi (2009) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh pajak daerah

terhadap pendapatan asli daerah di Kabupaten Sumedang. Hasil penelitian ini Pajak daerah

berpengaruh signifikan secara positif terhadap nilai PAD (Pendapatan Asli Daerah) di

Kabupaten Sumedang dengan elastisitas sebesar 0,193, yang berarti bahwa jika pajak

daerah meningkat sebesar satu persen, maka nilai total penerimaan PAD akan meningkat

sebesar 0,193 persen.

Tarigan (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh otonomi daerah terhadap

pendapatan asli daerah (PAD) dan sektor-sektor berpotensi yang dapat dikembangkan di

pemerintah kota Medan. Penelitian ini menemukan bukti bahwa pajak daerah, retribusi

daerah, laba BUMD, lain-lain pendapatan dan otonomi daerah berpengaruh terhadap

pendapatan asli daerah baik secara simultan maupun parsial.

2.11 Kerangka Pemikiran

Penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke dalam kas daerah. Penerimaan

daerah dalam rangka desentralisasi terdiri atas pendapatan dan pembiayaan. Pendapatan

daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih

dalam periode yang bersangkutan.

Sumber pendapatan daerah menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004 adalah :

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari:

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

• Hasil pajak daerah,

• Hasil retribusi daerah,

• Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

• Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

2. Dana perimbangan,

3. Pendapatan daerah yang sah.

Beberapa sumber keuangan daerah yang dapat dikelola oleh daerah adalah pajak

daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan. Pajak

daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

merupakan komponen pendapatan asli daerah yang diharapkan mampu memberikan

kontribusi terbesar diantara komponen - komponen pendapatan asli daerah (PAD) yang lain

karena merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

otonomi daerah. Pemungutan pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang dipisahkan diatur dan diawasi oleh pemerintah daerah berdasarkan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah.

Menurut Diza (2009), pajak daerah dan retribusi daerah memiliki pengaruh

terhadap pendapatan asli daerah (PAD), dan menurut Riduansyah (2003) bahwa kontribusi

pajak daerah dan retibusi daerah juga memiliki pengaruh terhadap pendapatan asli daerah

(PAD) dan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).

Apabila pajak daerah, retribusi daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan rendah, maka dapat dikatakan bahwa tingkat partisipasi masyarakat juga rendah

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Otonomi Daerahdigilib.ump.ac.id/files/disk1/9/jhptump-a-pradiptaad-421-2-babii.pdfdan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban

dan pemerintah daerah juga harus memperbaiki kinerja agar pengelolaan sumber daya atau

aset daerah dapat dimanfaatkan secara optimal.

Dari keterangan diatas dapat dibuat kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

2.12 Hipotesis

H1 : Pajak daerah, retribusi daerah dan kekayaan daerah yang dipisahkan secara simultan

berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

H2 : Pajak daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

H3 : Retribusi daerah secara parsial berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli

daerah.

H4 : Kekayaan daerah yang dipisahkan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan asli daerah.

H3

H

H1

Pendapatan Asli Daerah

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan

H4