bab ii tinjauan pustaka 2.1 definisi dan terminologi ii.pdf · breeam mengacu pada beberapa aspek...

27
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Terminologi Menurut GBCI (2011), secara definisi green building adalah bangunan yang sejak di mulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam pemeliharaannya memperlihatkan aspekaspek dalam melindungi, menghemat, serta mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berpegang pada kaidah pembangunan yang berkelanjutan. Menurut Sastra dan Marlina (2006), perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan perumahan berfungsi sebagaimana mestinya. 2.2 Konsep dan Dasar Teori Menurut Hartanto (2011) dalam Dedy (2011), konsep green building mulai berkembang sejak tahun 1970. Konsep ini mulai dikembangkan sebagai bentuk tanggapan terhadap krisis energi dan keprihatinan masyarakat akan kondisi lingkungan. Green building adalah konsep yang juga dikenal sebagai bangunan berkelanjutan. Banyak pihak sepakat bahwa green building harus memenuhi syarat lokasi sistem rancangan, renovasi dan pengoperasian yang menganut prinsip hemat energi serta berdampak positif bagi lingkungan, ekonomi dan sosial. Menurut GBCI (2011), didalam menjalankan proses green home ada empat aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam membangun green home yaitu aspek kesehatan, aspek penggunaan material, aspek penghematan energi, dan aspek penggunaan air. Untuk memperhatikan aspek kesehatan dalam pembangunan green home hendaknya menggunakan bahan-bahan bangunan dan furnitur yang tidak beracun serta produk yang dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan,

Upload: phamphuc

Post on 10-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Terminologi

Menurut GBCI (2011), secara definisi green building adalah bangunan yang

sejak di mulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga

dalam pemeliharaannya memperlihatkan aspek–aspek dalam melindungi,

menghemat, serta mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari

kualitas udara di ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang

semuanya berpegang pada kaidah pembangunan yang berkelanjutan.

Menurut Sastra dan Marlina (2006), perumahan adalah kelompok rumah

yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi

dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya

penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang

memungkinkan lingkungan perumahan berfungsi sebagaimana mestinya.

2.2 Konsep dan Dasar Teori

Menurut Hartanto (2011) dalam Dedy (2011), konsep green building mulai

berkembang sejak tahun 1970. Konsep ini mulai dikembangkan sebagai bentuk

tanggapan terhadap krisis energi dan keprihatinan masyarakat akan kondisi

lingkungan. Green building adalah konsep yang juga dikenal sebagai bangunan

berkelanjutan. Banyak pihak sepakat bahwa green building harus memenuhi syarat

lokasi sistem rancangan, renovasi dan pengoperasian yang menganut prinsip hemat

energi serta berdampak positif bagi lingkungan, ekonomi dan sosial.

Menurut GBCI (2011), didalam menjalankan proses green home ada empat

aspek utama yang perlu dipertimbangkan dalam membangun green home yaitu

aspek kesehatan, aspek penggunaan material, aspek penghematan energi, dan aspek

penggunaan air. Untuk memperhatikan aspek kesehatan dalam pembangunan green

home hendaknya menggunakan bahan-bahan bangunan dan furnitur yang tidak

beracun serta produk yang dapat meningkatkan kualitas udara dalam ruangan,

6

untuk mengurangi risiko asma, alergi, dan penyakit lainnya. Bahan-bahan yang

dimaksud adalah bahan bebas emisi, rendah atau non-Volatile Organic Compounds

(VOC), dan tahan air untuk mencegah datangnya kuman dan mikroba lainnya.

Kualitas udara dalam ruangan juga dapat ditingkatkan melalui sistem ventilasi dan

alat pengatur kelembaban udara.

Maka dari itu material yang digunakan untuk membangun green home

haruslah diperoleh dari alam, yang merupakan sumber energi terbarukan yang

dikelola secara berkelanjutan, atau bahan bangunan yang didapat secara lokal untuk

mengurangi biaya transportasi. Daya tahan material bangunan yang layak

sebaiknya tetap teruji, namun tetap mengandung unsur bahan daur ulang,

mengurangi produksi sampah, dan dapat digunakan kembali atau didaur ulang.

Sedangkan dari aspek energi yang harus diperhatikan adalah penerapan

panel surya diyakini dapat mengurangi biaya listrik bangunan. Selain itu, bangunan

juga selayaknya dilengkapi jendela untuk menghemat penggunaan energi (terutama

untuk lampu serta AC). Untuk siang hari, jendela sebaiknya dibuka untuk

mengurangi pemakaian listrik. Jendela tentunya juga dapat meningkatkan

kesehatan dan produktivitas penghuninya. Green home juga harus menggunakan

lampu hemat energi, peralatan listrik hemat energi, serta teknologi energi

terbarukan seperti panel surya.

Kemudian aspek yang tidak kalah penting dalam pembangunan green home

adalah penggunaan air. Untuk menghemat penggunaan air dapat dilakukan dengan

berbagai cara, antara lain dengan menginstal sistem tangkapan air hujan. Cara ini

akan mendaur ulang air yang misalnya dapat digunakan untuk menyiram tanaman

atau menyiram toilet. Selain itu di perlukan peralatan hemat air, seperti pancuran

air beraliran rendah, tidak menggunakan bathub di kamar mandi, menggunakan

toilet flush hemat air atau toilet kompos tanpa air, dan memasang sistem pemanas

air tanpa listrik.

2.3 Standar Penilaian Kriteria Green Building

Suatu bangunan dapat disebut sudah menerapkan konsep bangunan hijau

apabila berhasil melalui suatu proses evaluasi untuk mendapatkan sertifikasi

7

bangunan hijau. Di dalam evaluasi tersebut tolok ukur penilaian yang dipakai

adalah sistem peringkat yang dipersiapkan dan disusun oleh Green Building

Council yang ada di negara-negara tertentu yang sudah mengikuti gerakan

bangunan hijau (GBCI, 2011). Setiap negara tersebut mempunyai sistem peringkat

masing-masing. Seperti beberapa yang akan dijelaskan berikut:

1. BREEAM (Building Research Establishment Enviromental Assessment

Method)-UKGBC

BREEAM merupakan standar penilaian green building di Inggris, pertama

kali diluncurkan pada tahun 1990. Sekitar 200.000 bangunan telah memiliki

sertifikat penilaian BREEAM. BREEAM menetapkan standar kriteria pada

tahap desain, konstruksi, dan penggunaan, kriteria ini sudah diakui secara

luas sebagai penilaian kinerja bangunan ramah lingkungan. Kriteria

BREEAM mengacu pada beberapa aspek yang berhubungan dengan

penggunaan energi, air, kesehatan, polusi transportasi, bahan, limbah,

ekologi dan proses manajemen.

2. LEED (Leadership In Energy And Environment Design)-USGBC

LEED adalah standar penilaian lingkungan tingkat sertifikasi green

building di USA. LEED bertujuan untuk membuat standar bangunan hijau

yang layak agar dapat diterapkan di setiap bangunan dan dapat digunakan

tidak hanya di lingkungan sekitar saja. Ada enam kriteria penilaian

bangunan ramah lingkungan yang dievaluasi oleh LEED. Berikut empat

diantaranya yaitu Sustainable Sites, Efisiensi Air, Energi dan Atmosphere,

serta Bahan dan Sumber Daya. LEED bersertifikat bangunan yang

dirancang untuk menurunkan biaya operasi dan meningkatkan nilai aset,

mengurangi limbah yang dikirim ke tempat pembuangan sampah,

menghemat energi dan air, menjadi tempat yang sehat dan aman bagi

penghuni, mengurangi emisi gas rumah kaca yang berbahaya.

3. Greenstar-GBCA

Greenstar adalah standar penilaian lingkungan tingkat sertifikasi green

building di Australia. Tujuan Greenstar adalah untuk mempromosikan

pembangunan berkelanjutan. Dengan menerapkan program green building,

pada tahap desain dan dalam penoperasian. Kriteria Greenstar di dasarkan

8

pada sistem yang telah ada yaitu BREEAM dan LEED. Kriteria Greenstar

mengacu pada beberapa aspek yang terkait dengan manajemen, kualitas

lingkungan, energi, air, transportasi, material, ekologi, emisi dan inovasi.

4. Greenmark-SGBC

Greenmark adalah standar penilaian industri konstruksi Singapura terhadap

bangunan ramah lingkungan. Hal ini dimaksudkan untuk mempromosikan

keberlanjutan dalam lingkungan binaan dan meningkatkan kesadaran

lingkungan di kalangan pengembang, desainer dan pembangun ketika

mereka mulai konseptualisasi proyek dan desain, serta selama konstruksi.

5. Greenship-GBCI

Greenship adalah sistem penilaian yang digunakan sebagai alat bantu bagi

para pelaku industri bangunan, meliputi pengusaha, arsitek, teknisi

mekanikal elektrikal, desainer interior, teknisi bangunan, lanskaper, serta

pelaku lainnya dalam rangka menerapkan praktik-praktik terbaik dan

berupaya untuk mencapai standar yang terukur serta dapat dipahami oleh

masyarakat umum beserta para pengguna bangunan (GBCI,2011).

Greenship terdiri dari new building, existing building dan home.

2.4 Penelitian Sebelumnya

Untuk menunjang penelitian ini sudah ada penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Dermanto (2012) dengan judul “Penilaian Kriteria Green Building

pada Gedung Rektorat ITS”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

rating/sertifikasi sebagai tolok ukur sudah sejauh mana tingkat penerapan kriteria

green building gedung-gedung di ITS, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai

acuan langkah program eco-campus kedepannya. Kriteria yang survei meliputi 41

kriteria bredasarkan Greenship Existing Building 2008. Hasil penelitian ini

mendapatkan 7 kriteria dominan, yaitu Alternative Water Resource, Thermal

Comfort, Visual Comfort, Natural Lightning, Water Use Reduction, Environmental

Tobacco Smoke Control, Energy Efficiency Measure dengan perolehan rating

sebesar 48%.

9

2.5 Rumah Ramah Lingkungan (Green Home)

Menurut GBCI (2011), rumah merupakan bangunan yang berfungsi sebagai

tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Konsep rumah ramah

lingkungan sudah sepatutnya memenuhi dasar layak huni dengan memenuhi

persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta

kesehatan penghuninya. Rumah ramah lingkungan merupakan rumah yang bijak

dalam menggunakan lahan, efisien dan efektif dalam penggunaan energi maupun

dalam menggunakan air, memperhatikan konservasi material sumber daya alam

serta sehat dan aman bagi penghuni rumah. Perawatan rumah yang ramah

lingkungan dan aman juga merupakan faktor penting, karena keberlanjutan dari

rumah ramah lingkungan harus disertai dengan perilaku ramah lingkungan oleh

penghuninya. Pemahaman konsep akan rumah ramah lingkungan merupakan faktor

utama yang harus diprioritaskan untuk menghindari kesalahpahaman akan

anggapan bahwa rumah ramah lingkungan atau green home merupakan rumah yang

memerlukan biaya perawatan tinggi ataupun merupakan rumah yang hanya

memiliki banyak lahan hijau.

2.6 Greenship Home

Pertumbuhan penduduk menuntut pembangunan menyediakan lahan untuk

tempat tinggal dan aktivitas penduduk sehingga mendesak keberadaan ruang

terbuka hijau, meninggalkan jejak karbon yang cukup tinggi serta menimbulkan

dampak negatif terhadap lingkungan. Suatu perangkat penilaian dapat membantu

untuk mengarahkan pelaku pembangunan agar dapat meniminalkan dampak negatif

tersebut. Seperti tertuang pada Undang-Undang No 1 tahun 2011 tentang

Perumahan dan Permukiman; bahwa peningkatan dan pembangunan perumahan

dan permukiman dengan berbagai aspek permasalahannya perlu diupayakan

sehingga merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang fisik,

kehidupan ekonomi, dan sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian

lingkungan hidup dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia Indonesia dalam

berkeluarga dan bermasyarakat. Greenship sebagai perangkat penilaian Indonesia

dapat berperan sebagai alat transformasi untuk mewujudkan terciptanya suatu

10

rumah yang sehat, layak, dan ramah lingkungan, yang dapat memberikan manfaat

optimal baik kepada penghuninya maupun masyarakat sekitar. Dokumen penilaian

Greenship Home v.1.0 ini merupakan draft pertama, sehingga masih akan terjadi

perubahan dalam konteks penyempurnaan seiring dengan praktik yang dilakukan

oleh para pelaku industri bangunan rumah serta kepentingan terhadap isu‐isu

lingkungan yang akan terjadi. Oleh sebab itu sistem penilaian ini pada waktu

tertentu masih akan mengalami revisi (GBCI, 2011).

Berikut adalah katagori green home menurut Greenship Home v.1.0:

a. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD)

b. Konservasi dan Efisiensi Energi (Energy Efficiency and

Conservation/EEC)

c. Konservasi Air (Water Conservation/WAC).

d. Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle/MRC)

e. Kualitas Udara dan Kenyamanan Udara (Indoor Air Health and

Comfort/IHC)

f. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Enviroment

Management/BEM)

2.7 Kriteria

Menurut Mistiani (2010), kriteria merupakan hasil komitmen bersama yang

disahkan oleh pimpinan atau pejabat terkait dan telah berhasil disosialisasikan

terutama kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Tujuan akhir dari penggunaan

kriteria adalah agar pengembalian keputusan yang dilakukan oleh seseorang atau

sekeompok orang dapat lebih tepat, lebih baik, dan lebih cepat berdasarkan

perbandingan satu atau lebih alternatif penyelesaian yang dihasilkannya.

Sifat-sifat dari kriteria tersebut adalah selalu mengandung nilai-nilai yang

universal maupun lokal, harus dipastikan bahwa kriteria tersebut berfungsi dengan

baik pada saat dipergunakan (mengandung nilai-nilai yang statis maupun dinamis),

serta harus dipastikan bahwa orang yang akan menggunakan kriteria tersebut benar-

benar memahami seluk beluk tentang kriteria yang dimaksud.

11

2.8 Katagori Penelitian

Katagori yang diamati pada pengukuran kinerja kriteria green home

mengacu pada lembaga sertifikasi nasional Greenship Home v.1.0, yaitu:

a. Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ASD)

Penggunaan lahan juga turut mempengaruhi, jadi sebaiknya lahan

digunakan seoptimal mungkin. Penempatan lokasi perumahan juga harus

strategis dan memperhatikan beberapa hal seperti berikut ini:

1. Area Hijau (Green Area)

Memiliki lahan vegetasi untuk meningkatkan fungsi alamiah tanaman

dan kesehatan fisik serta psikis pengguna. Vegetasi adalah keseluruhan

tetumbuhan dari suatu kawasan baik yang berasal dari kawasan itu atau

didatangkan dari luar, meliputi pohon, perdu, semak, rumput (termasuk

green roof, wall garden, dll).

2. Infrastruktur Pendukung

Untuk mendorong pembangunan tempat yang sudah memiliki

infrastruktur pendukung serta menghindari pembangunan area

greenfileds dan pembukaan lahan baru.

3. Aksebilitas Komunitas (Community Accesibility)

Untuk menghargai lokasi rumah yang memiliki aksebilitas yang baik

sehingga mempermudah penghuni untuk mencapai berbagai fasilitas

dalam kegiatan sehari-hari.

4. Pengendalian Hama

Menghindari ganguan kenyamanan dan keamanan penghuni akibat

hama serta mencegah penularan penyakit dari hama.

5. Transportasi Umum

Mengupayakan pengurangan emisi dari kendaraan pribadi.

6. Penanganan Air Limpasan Hujan

Mengurangi beban limpasan air hujan ke jaringan drainase kota yang

berpotensi menyebabkan banjir.

12

b. Konservasi dan Efisiensi Energi (Energy Efficiency and

Conservation/EER)

Perumahan dengan konsep green home didesain untuk menghemat energi

karena saat ini energi semakin langka. Untuk penghematan energi harus

memperhatikan nilai-nilai di bawah ini:

1. Sub Meteran (Sub-Metering)

Memfasilitasi agar mudah dalam pemantauan konsumsi listrik.

2. Pencahayaan Buatan

Mengetahui besar konsumsi energi dari sistem pencahayaan buatan.

3. Pengkondisian Udara

Menghemat penggunaan energi dari perencanaan penggunaan AC

sesuai kebutuhan.

4. Reduksi Panas

Mengurangi panas rumah beban AC/alat penyejuk ruangan.

5. Sumber Energi Terbarukan

Mengurangi ketidak berlanjutan energi non-terbarukan.

c. Konservasi Air (Water Conservation/WAC)

Dengan adanya konsep green home ini dapat dilakukan pengelolahan air

kotor untuk digunakan sebagai irigasi sehingga penggunaan air bersih dapat

berkurang. Penggunaan air bersih dapat seefisien mungkin dengan

memperhatikan beberapa hal di bawah ini:

1. Alat Keluaran Hemat Air

Menghemat air dari teknologi alat keluaran air.

2. Penggunaan Air Hujan

Menggunakan air hujan sebagai sumber air altenatif.

3. Irigasi Hemat Air

Menggunakan strategi penghematan dalam penyiraman tanaman.

d. Sumber dan Siklus Material (Material Resources and Cycle/MRC)

Penggunaan bahan material dan pemilihan setiap partikel bahan material

memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap lingkungan. Karena itu

dalam penggunaan material harus memperhatikan hal-hal berikut:

13

1. Refrigen Bukan Perusak Ozon (BPO)

Menghindari penipisan lapisan ozon karena penggunaan BPO pada

refrigen.

2. Penggunaan Material Lama

Memperpanjang daur hidup material dan mengurangi sampah

konstruksi. Material lama yang dimaksud merupakan material yang

sudah dipakai sebelumnya. Syarat material tersebut adalah:

Masih layak pakai, dengan indikator: Tidak menganggu kesehatan,

misalnya penggunaan material yang mengandung bahan beracun

dan berbahaya (B3). Tidak menganggu kenyamanan, misalnya

memberi kesan kusam, kotor dan sebagainya. Tidak membahayakan

keamanan pengguna, misalnya dapat melukai pengguna.

Untuk elemen struktural, material bekas tidak mendapatkan

apresiasi kecuali merupakan bagian dari struktur bangunan rumah

lama yang difungsikan kembali.

Untuk elemen mekanika elektrikal, material bekas tidak

mendapatkan apresiasi.

3. Material Dari Sumber Yang Ramah Lingkungan

Mendorong penggunaan material yang bahan baku utamanya berasal

dari sumber yang ramah lingkungan. Material dari sumber yang

terbarukan adalah material yang bahan mentahnya berasal dari hasil

pertanian yang membutuhkan masa panen jangka pendek (maksimal 10

tahun). Contoh bahan mentah tersebut misalnya: Serabut kapas, Serabut

kelapa, Jerami, Bambu, Rotan, Kayu sengon, eceng gondok.

4. Material Dengan Proses Produksi Ramah Lingkungan

Menghindari kerusakan ekologis dari produksi produk material.

Material dengan proses produksi ramah lingkungan merupakan material

yang manufakturnya memiliki Sistem Manajemen Lingkungan atau

(SML) untuk penggunaan sumber daya dan pengolahan limbah.

14

5. Kayu Bersertifikat

Mendukung penggunaan kayu legal dan menjaga keberlanjutan hutan.

Sertifikat legal dimaksud berupa Faktur Angkutan Kayu Olahan

(FAKO) atau Faktur Angkutan Kayu Bulat (FAKB).

6. Material Prefabrikasi

Mengurangi sampah dari aktivitas konstuksi. Material prefabrikasi

merupakan material yang telah diproduksi sesuai dengan kebutuhan

secara detail di lapangan. Diharapkan melalui sistem prefabrikasi ini,

pekerja konstruksi hanya melakukan pemasangan saja tanpa harus

memotong sehingga mengasilkan sampah konstruksi.

7. Material Lokal

Mengurangi jejak karbon dan meningkatkan ekonomi setempat.

Material lokal yang dimaksud harus memiliki kriteria sebagai berikut:

Bahan mentah atau bahan bakunya berasal dari wilayah radius 1000

km dari lokasi proyek atau dalam negeri.

Proses produksi atau manufakturnya berasal dari dalam wilayah

radius 1000 km dari lokasi proyek atau dalam negeri.

8. Pemilahan Sampah

Membantu tercapainya sistem manajemen sampah yang baik sampai

dengan rantai pembuangan akhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

e. Kualitas Udara dan Kenyamanan Udara (Indoor Air Health and

Comfort/IHC)

Kualitas lingkungan di dalam ruangan meliputi sirkulasi udara dalam

ruangan, pencahayaan, suhu udara, tingkat polusi. Untuk meningkatkan

kesehatan dan kenyamanan harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Sirkulasi Udara Bersih

Menjaga sirkulasi udara bersih di dalam rumah dan mempertahankan

kebutuhan laju udara ventilasi sehingga kesehatan dan produktivitas

penghuni dapat terpelihara, serta menghemat energi.

2. Minimalisasi Sumber Polutan

Mengurangi kontaminasi udara dalam ruang dari emisi material interior

yang dapat membahayakan kesehatan.

15

3. Memaksimalkan Pencahayaan Alami

Meningkatkan kualitas hidup dalam rumah dengan pencahayaan alami

yang baik dan mengurangi penggunaan lampu pada siang hari.

4. Tingkat Akuistik

Memberikan kenyamanan dari gangguan suara luar ruangan.

f. Manajemen Lingkungan Bangunan (Building and Enviroment

Management/BEM)

Untuk meningkatkan manajemen lingkungan bangunan harus

memperhatikan hal-hal berikut:

1. Aktivitas Ramah Lingkungan

Meningkatkan perilaku ramah lingkungan dan terciptanya suatu

komunikasi yang dapat mendukung penerapan green home baik di

dalam dan di luar lingkungan rumah.

2. Panduan Bangunan Rumah

Memberikan informasi oprasional rumah dan lingkungannya untuk

penghuni rumah.

3. Keamanan

Meningkatkan keamanan dan kenyamanan penghuni rumah.

4. Desain dan Konstruksi Berkelanjutan

Menjaga kualitas lingkungan dan daya dukung lingkungan akibat

pembangunan rumah.

5. Inovasi

Meningkatkan kreativitas untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan

kualitas hidup penghuninya.

6. Desain Rumah Tumbuh

Memfasilitasi peningkatan kualitas hidup penghuni tanpa mengurangi

fungsi rumah terhadap lingkungan.

2.9 Survei

Survei ini dilakukan untuk mendapatkan kriteria utama berdasarkan

pendapat para ahli yang memahami tentang konsep green home untuk mencari

16

kriteria yang paling utama. Survei ini dilakukan dengan media kuesioner.

Kuesioner ini berisi kriteria Greenship Home v.1.0 dengan jumlah total 32 kriteria.

Untuk mengukur kriteria pada survei adalah dengan menggunakan skala

pengukuran. Skala pengukuran yang digunakan dalam kuisioner ini adalah skala

interval 1-4, yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1 = Tidak setuju, 2 = Kurang setuju, 3 = Setuju, 4 = Sangat setuju

Skala pengukuran ini diberikan untuk mengklasifikasikan kriteria yang

akan diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam melakukan analisis data

kuesioner. Menurut Gay dan Diehl (1992) dalam Dedy (2011), untuk penelitian

deskriptif, jumlah sampel diambil sebanyak 10% dari populasi atau paling sedikit

30 elemen populasi.

Skala interval merupakan metode skala pengukuran yang menunjukkan

jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama

(Riduwan, 2005). Para responden diminta untuk menilai tingkat pencapaian yang

akan menunjukkan kriteria mana yang paling dominan. Diagram skala pengukuran

menggambarkan apabila kriteria itu masuk kedalam skor 4 maka kiteria itu bersifat

sangat menentukan sedangkan apabila kriteria itu masuk kedalam skor 1 maka

kriteria itu dianggap tidak terlalu menentukan dalam menerapkan kriteria green

home pada vila Biu-Biu.

2.10 Analisis Kriteria Dominan

Metode yang akan digunakan untuk menentukan kriteria dominan pada

tugas akhir ini adalah mengunakan metode analisa deskriptif dengan menggunakan

mean dan standar deviasi.

Mean adalah nilai rata-rata dari suatu nilai dan standar deviasi adalah

simpangan baku atau suatu nilai yang menunjukkan tingkat variasi kelompok atau

ukuran standar penyimpangan dari rata-ratanya (Santika, 2010).

Mean =∑ Xi

n (2.1)

Standar deviasi adalah ukuran sebaran statistik atau rata-rata jarak

penyimpangan titik-titik data diukur dari nilai rata-rata data tersebut.

17

𝑆=√Σ(Xi‐X̅)2

n‐1 (2.2)

Setelah melakukan perhitungan nilai mean dan standar deviasi dari masing-

masing nilai yang diberikan pada setiap kriteria oleh para responden, maka langkah

selanjutnya ialah memasukkan data ke dalam diagram mean dan standar deviasi.

Selanjutnya kriteria-kriteria tersebut diurutkan dari yang paling dominan dengan

melihat skor rata-rata tertinggi dan deviasi terendah. Untuk diagramnya dapat

dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Diagram mean-standart deviasi

Garis yang membagi nilai mean dan standar deviasi pada diagram

merupakan nilai rata–rata dari mean dan standar deviasi. Dengan adanya

pembagian tempat yang ditandai dengan kuadran I sampai dengan IV, maka dapat

ditentukan tingkatan kriteria dari yang paling menentukan (kuadran I) sampai

kriteria yang tidak menentukan (kuadran IV).

Selanjutnya dilakukan analisa deskriptif dengan melakukan skoring untuk

setiap kriteria agar dapat diketahui kriteria mana yang paling dominan dan mana

yang paling kurang berpengaruh untuk diteliti.

Kuadran 1. Nilai mean besar, nilai standar deviasi kecil

Mean besar: responden memberikan skor yang tinggi terhadap

faktor

Rata-rata X

S

2 3

Rata-rata S

4 1

0 X

Keterangan:

S = Standart Deviasi

X = Mean

18

Standar deviasi kecil: responden sepakat terhadap jawaban

tersebut.

Kuadran 2. Nilai mean besar, nilai standar deviasi besar

Mean besar: responden memberikan skor yang tinggi terhadap

faktor

Standar deviasi besar: responden kurang sepakat terhadap jawaban

tersebut.

Kuadran 3. Nilai mean kecil, nilai standar deviasi besar

Mean kecil: responden memberikan skor yang rendah terhadap

factor

Standar deviasi besar: responden kurang sepakat terhadap jawaban

tersebut.

Kuadran 4. Nilai mean kecil, nilai standar deviasi kecil

Mean kecil: responden memberikan skor yang rendah terhadap

faktor

Standar deviasi kecil: responden sepakat terhadap jawaban

tersebut.

Setelah diketahui letak dari masing-masing kriteria kemudian ditentukan

kriteria yang paling dominan dengan melihat letak dari kriteria tersebut. Apabila

kriteria tersebut masuk kedalam kategori paling dominan maka selanjutnya kriteria

dominan tersebut dianalisa.

2.11 Tolok Ukur Greenship

Tolok ukur (benchmark) adalah patokan yang dianggap sebagai

implementasi dari praktik terbaik sehingga menjadi syarat pencapaian suatu

peringkat. Dari tolok ukur inilah batasan pencapaian suatu peringkat dapat diukur.

Sebagian besar tolok ukur menggunakan standar yang berlaku di Indonesia.

Sebagian peringkat yang belum memiliki standar lokal mengacu kepada standar

yang berlaku secara universal (GBCI, 2011). Berikut beberapa pengukuran tolok

ukur sesuai Greenship Home v.1.0 sebagai berikut:

19

1. Area Hijau (Green Area)

Area Hijau (Green Area) merupakan salah satu kriteria green home yang

bertujuan untuk memiliki lahan vegetasi untuk meningkatkan fungsi

alamiah tanaman dan kesehatan fisik serta psikis pengguna. Pengukuran

kriteria area hijau dilakukan dengan cara menghitung persentase area

vegestasi pada suatu hunian serta pengamatan langsung dan wawancara

kepada pihak terkait mengenai penggunaan tanaman yang berasal dari

nursery lokal dan adanya penanaman pohon pelindung pada pekarangan

hunian. Perhitungan persentase luas area hijau sebagai berikut:

Luas area hijau =Luas vegestasi

Luas tanah x 100% (2.3)

2. Infrastruktur Pendukung

Infrastruktur pendukung merupakan salah satu kriteria green home yang

bertujuan untuk mendorong pembangunan tempat yang sudah memiliki

infrastruktur pendukung. Untuk jenis infrastruktur pendukung disajikan

dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Infrastruktur pendukung

No Jenis prasarana dan utilitas

1 Jaringan jalan

2 Jaringan drainase

3 STP kawasan

4 Pelayanan jaringan air bersih

5 Jaringan penerangan dan listrik

6 Jaringan telepon

7 Sistem pembuangan sampah terintegrasi

8 Sistem pemadam kebakaran

9 Sistem perpipaan gas

10 Jalur pedestrian kawasan

20

Tabel 2.1 (Lanjutan)

No Jenis prasarana dan utilitas

11 Jaringan fiber optik

12 Penanganan air hujan kawasan

Sumber: Greenship 2011

Pengukuran dalam kriteria infrastruktur pendukung dilakukan melalui

pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai jenis

prasarana dan utilitas apa saja yang terdapat di kawasan suatu hunian.

3. Penanganan Air Limpasan Hujan

Penanganan air limpasan hujan merupakan salah satu kriteria green home

yang bertujuan untuk mengurangi beban limpasan air hujan ke jaringan

drainase kota. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan

langsung dan wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya

penanganan limpasan air hujan pada atap dan halaman hunian.

4. Pencahayaan Buatan

Pencahayaan buatan merupakan salah satu kriteria green home yang

bertujuan untuk mengetahui besar konsumsi energi dari sistem pencahayaan

buatan. Selain menghitung besar konsumsi energi dari sistem pencahayaan

pengamatan langsung dan wawancara juga dilakukan kepada pihak terkait

mengenai adanya fitur otomatisasi seperti sensor gerak, timer, atau sensor

cahaya.

Perhitungan kriteria pencahayaan buatan dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

Daya pencahayaan =Jumlah lampu x Daya lampu (Watt)

Luas bangunan x 100% (2.4)

5. Pengkondisian Udara

Pengkondisian udara merupakan salah satu kriteria green home bertujuan

untuk mengetahui persentase penggunaan AC dari total luas bangunan serta

21

mengetahui koifisien kinerja (COP) dari AC yang digunakan. Perhitungan

kriteria pengkondisian udara dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Persentase penggunaa AC = Luas ruangan ber AC

Luas bangunan x 100% (2.5)

koifisien kinerja (COP) AC

Secara umum rata-rata manufakturAC menuliskan 9.000 Btu/h untuk

AC 1pk wall mounted itu artinya jika kompressor dengan daya 1pk akan

menghasilkan pendinginan sebesar 9.000 Btu/h.

1pk = 0,746 kW

1Btuh = 0,000293071kW

Jadi jika AC memiliki kapasitas pendinginan 9.000 Btu/h dengan daya

input 1pk maka:

COP = (9.000 x 0,000293071) x 0,746

COP = 2,638 x 0,746

COP = 1,97

6. Reduksi Panas

Reduksi panas merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan

untuk mengurangi panas hunian akibat sinar matahari. Pengukuran dalam

kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada

pihak terkait mengenai adanya penggunakan bahan bangunan yang dapat

mereduksi panas pada seluruh atap dan penggunakan bahan bangunan yang

dapat mereduksi panas pada seluruh kaca.

7. Sumber Energi Terbarukan

Sumber energi terbarukan merupakan salah satu kriteria green home yang

bertujuan untuk mengurangi penggunaan energi listrik pada hunian.

Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan

wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya pemanas air tenaga surya

dan pembangkit listrik alternatif untuk energi listrik.

22

8. Alat Keluaran Hemat Air

Alat keluaran hemat air merupakan salah satu kriteria green home yang

bertujuan untuk mengetahui penghematan air dari teknologi alat keluaran

air (WC flush, Shower, Keran). Pengukuran kriteria alat keluaran hemat air

dilakukan dengan cara pengecekan spesifikasi alat keluaran air pada suatu

hunian yang dapat di lihat pada brosur produk merek alat keluaran air yang

digunakan.

9. Penggunaan Air Hujan

Penggunaan air hujan merupakan salah satu kriteria green home yang

bertujuan untuk menggunakan air hujan sebagai sumber air altenatif.

Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan

wawancara kepada pihak terkait mengenai adanya penampungan air hujan

di suatu hunian.

10. Irigasi Hemat Air

Irigasi hemat air merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan

untuk penghematan dalam penyiraman tanaman. Pengukuran dalam kriteria

ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak

terkait mengenai adanya strategi penghematan dalam penyiraman tanaman.

11. Refrigen Bukan Perusak Ozon (BPO)

Refrigen bukan perusak ozon (BPO) merupakan salah satu kriteria green

home yang bertujuan untuk menghindari penipisan lapisan ozon karena

penggunaan BPO pada refrigen. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan

melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait

mengenai tidak menggunakan refrigeran HCFC atau R 22 untuk sistem AC.

12. Penggunaan Material Lama

Penggunaaan material lama merupakan salah satu kriteria green home yang

bertujuan untuk mengetahui persentase harga penggunaan material lama

23

dari harga material keseluruhan pada suatu hunian. Perhitungan kriteria

penggunaaan material lama dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Persentase material lama =Harga material lama

Harga material keseluruhan x 100% (2.6)

13. Material Dari Sumber Yang Ramah Lingkungan

Material dari sumber yang ramah lingkungan merupakan salah satu kriteria

green home yang bertujuan untuk mengetahui persentase harga penggunaan

material dari sumber ramah lingkunagn dari harga material keseluruhan

pada suatu hunian. Perhitungan kriteria penggunaaan material dari sumber

ramah lingkungan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Persentase material sumber ramah lingkungan =

Harga material sumber ramah lingkungan

Harga material keseluruhan x 100% (2.7)

14. Material Dengan Proses Produksi Ramah Lingkungan

Material dengan proses produksi ramah lingkungan merupakan salah satu

kriteria green home yang bertujuan untuk mengetahui persentase harga

penggunaan material proses produksi ramah lingkunagn dari harga material

keseluruhan pada suatu hunian. Perhitungan kriteria penggunaaan material

dengan proses ramah lingkungan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Persentase material proses produksi sumber ramah lingkungan =

Harga material proses produksi sumber ramah lingkungan

Harga material keseluruhan x 100% (2.8)

15. Kayu Bersertifikat

Kayu bersertifikat merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan

untuk mengetahui penggunaan kayu yang bersertifikat legal atau

penggunaan kayu dengan sertifikat lembaga independen seperti LEI atau

FRC. Pengukuran dalam kriteria ini dilakukan melalui wawancara kepada

pihak terkait mengenai adanya penggunaan kayu yang bersertifikat legal

atau penggunaan kayu dengan sertifikat lembaga independen seperti LEI

atau FRC.

24

16. Material Prefabrikasi

Material prefabrikasi salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk

mengetahui persentase harga penggunaan material prefabrikasi dari harga

material keseluruhan pada suatu hunian. Perhitungan kriteria penggunaaan

material material prefabrikasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Persentase material prefabrikasi =

Harga material prefabrikasi

Harga material keseluruhan x 100% (2.9)

17. Material Lokal

Material lokkal salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk

mengetahui persentase harga penggunaan material lokal dari harga material

keseluruhan pada suatu hunian. Perhitungan kriteria Penggunaaan material

lokal dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Persentase material lokal =Harga material lokal

Harga material keseluruhan x 100% (2.10)

18. Pemilahan Sampah

Pemilihan sampah merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan

untuk membantu tercapainya sistem manajemen sampah yang baik sampai

di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pengukuran dalam kriteria ini

dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak

terkait mengenai adanya pemilahan sampah organik dan anorgarnik pada

suatu hunian.

19. Sirkulasi Udara Bersih

Sirkulasi udara bersih salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk

menjaga sirkulasi udara bersih di dalam rumah dan mempertahankan

kebutuhan laju udara ventilasi. ventilasi yang dimaksud adalah bukaan

permanen, jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka. Terdapat 2

jenis ventilasi yang biasa di gunakan pada hunian. Untuk jenis ventilasi

dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

25

Gambar 2.2 Ventilasi tipe menerus

Gambar 2.3 Ventilasi tipe silang

Sedangkan untuk pengukuran kriteria sirkulasi udara bersih dilakukan

melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak terkait

mengenai adanya pemasangan exhaust fan untuk seluruh kamar mandi dan

dapur serta menghitung persentase luas ventilasi dari luas ruangan dan

menghitung persentase ruangan yang menggunakan ventilasi silang dari

total luas ruangan reguler. Ruangan reguler adalah ruangan yang terdapat

aktivitas penghuni seperti ruang tidur dan ruang keluarga. Sedangkan yang

Ventilasi

Ventilasi

Ventilasi

Ventilasi

Ventilasi

Ventilasi

26

tidak termasuk ruangan reguler adalah kamar mandi, toilet, dapur, gudang

dan tempat parkir.

Perhitungan persentase luas ventilasi dari luas ruangan sebagai berikut:

Persentase luas ventilasi =Luas ventilasi

Luas ruangan reguler x 100% (2.11)

Perhitungan persentase ruangan yang menggunakan ventilasi silang dari

total luas ruangan regular sebagai berikut:

Persentase ruangan reguler yang berventilasi silang

=Total luas ruangan reguler yang berventilasi Silang

Total luar ruangan reguler x 100 (2.12)

20. Minimalisasi Sumber Polutan

Minimalisasi sumber polutan merupakan salah satu kriteria green home

yang bertujuan untuk Mengurangi kontaminasi udara dalam ruang dari

emisi material interior yang dapat membahayakan kesehatan. Pengukuran

dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara

kepada pihak terkait mengenai adanya penggunaan cat dengan VOC rendah

dan penggunaan sealant dan perekat dengan kadar VOC rendah.

21. Memaksimalkan Pencahayaan Alami

Meningkatkan kualitas hidup dalam rumah dengan pencahayaan alami yang

baik dan mengurangi penggunaan lampu pada siang hari. Merupakan salah

satu kriteria green home yang menetapkan perencanaan tingkat

pencahayaan ruangan sesuai yang dianjurkan SNI 03-6197-2000 seperti

yang tersaji pada Tabel 2.2, yang berisi tentang tingkat pencahayaan yang

berbeda-beda tergantung fungsi ruangan, meliputi rumah tinggal,

perkantoran, lembaga pendidikan, hotel dan restauran agar tercapainya

kenyamanan visual suatu ruangan.

27

Tabel 2.2 Tingkat pencahayaan pada Perumahan

No Fungsi Ruangan Rumah

Tinggal

Tingkat Pencahayaan

(Lux)

1 Teras 60

2 Ruang Tamu 120 – 150

3 Ruang Makan 120 – 250

4 Ruang Kerja 120 – 250

5 Kamar Tidur 120 – 250

6 Kamar Mandi 250

7 Dapur 250

8 Garasi 60

Sumber: SNI 03-6197-2000

Tata cara pengukuran tingkat pencahayaan pada suatu ruangan dilakukan

pada waktu pagi,siang,sore.Sesuai dengan SNI 16-7062-2004 pengukuran

dilakukan dengan penentuan titik pengukuran dimana luas ruangan yang

berkisar antara 10 meter – 100 meter persegi dibagi menjadi beberapa titik

pengukuran seperti yang terlihat pada Gambar 2.4 :

Gambar 2.4 Ttitk pengukuran

28

Menurut Heinz (2008), terdapat 3 kriteria pokok dalam menerapkan

iluminasi adalah:

1. Supaya tugas visual dapat terlaksana secara baik, yaitu cepat dan tepat

(visual performance)

2. Supaya tercapai comfort dan suasana santai bagi mata (visual comfort

and pleasantness)

3. Supaya memperhitungkan faktor ekonomi

Pengukuran tingkat pencahayaan atau iluminasi dilakukan dengan alat lux

meter, yang dilakukan di beberapa titik pada setiap ruangan, sehingga

dihasilkan pola pencahayaan dan didapatkan rata-rata pencahayaan pada

setiap ruangan yang diukur.

Gambar 2.5 Digital Lux Meter

22. Tingkat Akuistik

Tingkat akustik merupakan salah satu kriteria green home yang menetapkan

tingkat kebisingan di dalam ruangan. Pengukuran tingkat ke bisingan di

lakukan dengan alat Sound Level Meter.

29

Gambar 2.6 Sound Level Meter

Berdasarkan Greenship Home v.1.0 batas maksimum tingkat kebisingan

sebesar 40 db. Tujuan dari kriteria ini adalah memberikan kenyamanan dari

gangguan suara luar ruangan.

23. Aktifitas Ramah Lingkungan

Aktifitas ramah lingkungan merupakan salah satu kriteria green home yang

bertujuan untuk meningkatkan perilaku ramah lingkungan. Pengukuran

dalam kriteria ini dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara

kepada pihak terkait mengenai adanya aktifitas rutin di sekitar kawasan

hunian sebagai upaya kepedulian lingkungan.

24. Panduan bangunan Rumah

Panduan bangunan rumah merupakan salah satu kriteria green home yang

bertujuan untuk memberikan informasi oprasional rumah dan

lingkungannya untuk penghuni rumah. Pengukuran dalam kriteria ini

dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak

terkait mengenai panduan teknis rumah dan lingkungan seperti: Gambar as

built, Gambar design, Spesifikasi teknis, Gambar rencana instalasi dan

perlengkapan bangunan rumah.

30

25. Keamanan

Keamanan merupakan salah satu kriteria green home yang bertujuan untuk

meningkatkan keamanan pada suatu hunian. Pengukuran dalam kriteria ini

dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak

terkait mengenai adanya sistem alarm manual atau otomatis pada suatu

hunian.

26. Desain dan Konstruksi Berkelanjutan

Desain dan konstruksi berkelanjutan merupakan salah satu kriteria green

home yang bertujuan untuk menjaga kualitas lingkungan dan daya dukung

lingkungan akibat pembangunan rumah. Pengukuran dalam kriteria ini

dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara kepada pihak

terkait mengenai adanya melibatkan minimal seorang tenaga ahli yang

memiliki kompetensi dalam pembangunan rumah mulai dari tahapan

perencanaan (desain) sampai selesainya tahapan konstruksi. Contoh tenaga

ahli bangunan: arsitek, ahli lansekap, desainer interior, ME, sipil serta

adanya sistem kesehatan dan keselamatan untuk pekerja selama masa

konstruksi berlangsung dan adanya sistem manajemen lingkungan di dalam

lahan selama masa konstruksi berlangsung.

Tolok ukur untuk masing-masing kriteria secara lebih lengkap dapat dilihat

pada lampiran.

2.12 Sistem Peringkat

Sistem pemeringkatan adalah suatu alat yang berisi butir-butir dari aspek

yang dinilai yang disebut peringkat dan setiap butir peringkat mempunyai nilai

(point). Apabila suatu bangunan berhasil melaksanakan butir peringkat tersebut,

maka mendapatkan nilai dari butir tersebut. Kalau jumlah semua nilai yang berhasil

dikumpulkan bangunan tersebut dalam melaksanakan sistem peringkat tersebut

dalam mencapai suatu jumlah yang ditentukan, maka bangunan tersebut dapat

disertifikasi pada tingkat sertifikasi tertentu (GBCI, 2011). Peringkat disini

menurut Greenship Home v.1.0, berupa nilai persentase tingkat green home.

31

Persentase tersebut diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus

perbandingan sebagai berikut:

Persentase green home vila Biu-Biu:

Total nilai vila Biu-Biu

Total nilai Greenship Home v.1.0 x 100% (2.14)

Pada dasarnya, Greenship Home v.1.0 telah menetapkan sistem

pemeringkatan tingkat persentase green home suatu bangunan rumah ke dalam

kategori-kategori tertentu. Kategori pemeringkatan rating tersebut:

Tabel 2.3 Kategori peringkat Greenship Home v.1.0

Sumber: Greenship Home v.1.0

Peringkat Persentase

Platinum ≥ 73 %

Emas 57 – 72 %

Perak 45 – 56 %

Perunggu 35 – 44 %